Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)


PT BATTERY TECHNOLOGY INDONESIA (TWS)
JAKARTA

PENGAWASAN K3 BIDANG : KONSTRUKSI BANGUNAN, K3


INSTALASI LISTRIK DAN K3 PENANGGULANGAN
KEBAKARAN

PEMBINAAN CALON AHLI K3 UMUM

KELOMPOK 2
1. Radiant Ray Moslem
2. Sholi Rusdiana
3. Mahbubatan Nisa
4. Ima Uzni Baroka
5. Egie Luftiviandra
6. Christina Angelica Febrianti
7. Farhannisa Tsalatsiyah

PENYELENGGARA
PT MUTIARA MUTU SERTIFIKASI
12 FEBRUARI – 23 FEBRUARI
2024
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan Undang – Undang No. 1 Tahun 1970, tempat kerja
merupakan tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak
atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga
kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-
sumber bahaya. Pada lingkungan tempat kerja, pekerja sangat rawan terpapar
berbagai macam bahaya yang dapat menyebabkan cidera bahkan kematian.
Setiap harinya mereka harus menghadapi berbagai macam gangguan
keamanan maupun kesehatan di lokasi kerja (Ihsan et al., 2020).
Di Indonesia Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) masih banyak
diabaikan. Hal ini dikarenakan angka kecelakaan kerja di Indonesia yang
masih tinggi dan tercatat berdasarkan data BPJS Ketenagakerjaan. Jumlah
kecelakaan kerja mencapai 265.334 pada tahun 2022, dan akan terus
meningkat hingga tahun 2023 mencapai 370.747 kejadian. Kecelakaan kerja
adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diinginkan yang dapat
menimbulkan kerugian. Salah satu aspek perlindungan tenaga kerja yang
diatur dalam Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 yaitu mengenai
Keselamatan dan KesehatanKerja (K3).
Guna mencegah dan menggulangi terjadinya kecelakaan akibat kerja
yang disebabkan karena pengggunaan peralatan mekanik pesawat uap dan
bejana tekan akan diperlukan pengendalian,pembinaan dan pengawasan K3.
Berdasarkan pasal 2 ayat 2 UU No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
pada umumnya kegiatan industry menggunakan mekanik dimana dalam
penggunaannya terdapat sumber bahaya yang tidak dikendalikan dapat
menyebabkan kecelakaan. Disebutkan dalam PER-04/MEN/1987 setiap kerja
dengan 100 orang tenaga kerja atau lebih atau tempat kerja dengan tingkat
bahaya yang tinggi diwajibkan membentuk P2K3 untuk menjamin Kesehatan
dan keselamatan kerja.
Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) merupakan segala upaya dan
daya untuk menciptakan tempat kerja yang aman,nyaman,produktif tidak
terjadi accident, Penyakit akibat kerja (PAK) , pencemaran lingkungan ketika
proses produksi dan jasa ( UUD 1945 Pasal 27 ayat 2).
PT Battery Technology Indonesia (TWS) adalah perusahaan yang
bergerak di bidang perakitan baterai elektronik di Indonesia. PT Battery
Technology Indonesia (TWS) memperkerjakan banyak karyawan untuk
mendukung produktivitas hingga target terpenuhi.
Salah satu syarat keselamatan kerja yang mengatur mengenai
konstruksi bangunan, penanggulangan kebakaran, dan listrik adalah Peraturan
Menteri Tenaga Kerja Nomor Per.01/Men/1980 tentang K3 Konstruksi,
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No. Per-12/MEN/1989 tentang
Pengawasan Instalasi Penyalur Petir, Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI
No. Per- 12/MEN/2015 tentang Keselamatan dan Kesehatan dan Kesehatan
Kerja Listrik di Tempat Kerja, Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 31
Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor
Per.01/MEN/1989 tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir, Peraturan
Menteri Ketenagakerjaan RI No.4/MEN/1980 tentang Syarat-Syarat
Pemasangan Pemeliharaan APAR, dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI
No. Kep 186/MEN/1999 tentang unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat
Kerja. Standar ini sangat penting untuk menyelesaikan masalah di tempat
kerja yang berkaitan dengan desain bangunan, listrik, dan keselamatan
kebakaran.
Berdasarkan hal tersebut maka penulis mendapat kesempatan untuk
melakukan analisis observasi di lingkungan kerja PT Battery Technology
Indonesia (TWS) terkait kesesuaian K3 dibidang kontruksi bangunan,
penanggulangan kebakaran, dan instalansi listrik yang merujuk pada
perundang-undangan dan aturan pemerintah beserta turunannya yang telah
diterapakan di PT Battery Technology Indonesia (TWS). Dengan menambah
pengetahuan dan wawasan terkait penerapan K3 di lingkungan kerja.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari pelaksanaan praktik kerja lapang (PKL) ini adalah
sebagai syarat dalam pembinaan Calon Ahli K3 Umum Sertifikasi
KEMNAKER RI. Selain itu, Pelaksanaan PKL ini juga bermanfaat untuk
menambah pengalaman dan ilmu para peserta pembinaan dalam hal penerapan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di industri kerja. Adapun tujuan dari
pelaksanaan PKL ini adalah sebagai berikut:
1. Memperkenalkan dan memberikan gambaran umum tentang PT Battery
Technology Indonesia (TWS) kepada peserta pelatihan.
2. Mengidentifikasi penerapan Norma K3 bidang Konstruksi Bangunan,
Penanggulangan Kebakaran dan Listrik di PT Battery Technology
Indonesia (TWS).
3. Mengidentifikasi dan menganalisis penerapan norma K3 pada bidang
konstruksi bangunan di PT Battery Technology Indonesia (TWS).
4. Mengidentifikasi dan menganalisis penerapan norma K3 pada bidang
penanggulangan kebakaran di PT Battery Technology Indonesia (TWS).
5. Mengidentifikasi dan menganalisis penerapan norma K3 pada bidang
instalasi listrik di PT Battery Technology Indonesia (TWS).
1.3 Ruang lingkup
Ruang lingkup yang menjadi objek pengawasan dalam laporan Praktik
Kerja Lapangan ini yaitu mengenai pengawasan K3 dibidang Kontruksi
Bangunan, penanggulangan Kebakaran, dan Instalansi Listrik di PT Battery
Technology Indonesia (TWS) yang dilaksanakan pada hari Rabu, 21 Februari
2024 pukul 09.00-12.00 WIB meliputi :
1. Objek Pengawasan Konstruksi Bangunan
Ruang lingkup K3 bangunan yang dapat diterapkan di lapangan
berdasarkan Peraturan Perundang - Undangan yakni tahap perencanaan,
pembangunan.
2. Objek Pengawasan Kebakaran
Ruang lingkup K3 Kebakaran yang dapat diterapkan di lapangan
berdasarkan Peraturan Perundang – Undangan yakni :
1) Sistem Proteksi Kebakaran
2) Sistem Proteksi Kebakaran Aktif yang terdiri dari APAR,
Hydrant, smoke detector, heat detector, safety shower
3) Sarana Evakuasi
4) Team pemadam kebakaran.
5) Personil tanggap darurat.
6) Prosedur tanggap darurat.
3. Objek Pengawasan Listrik
Ruang lingkup K3 listrik yang dapat diterapkan di lapangan
berdasarkan Peraturan Perundang - Undangan meliputi Instalasi listrik,
penyalur petir, dan personil K3 listrik.
1.4 Landasan Hukum
Hasil laporan Praktik Kerja Lapangan didasarkan pada peraturan
perundang-undangan sebagai acuan topik pembahasan. Adapun dasar hukum
yang kami gunakan sebagai acuan adalah sebagai berikut :
1. UU RI No. 01 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. UU RI No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
1.4.1 Bidang Kontruksi Bangunan, Penanggulan Kebakaran dan Listrik
1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.
Per.01/MEN/1980 tentang Kselamatan dan Kesehatan Kerja pada
Konstruksi Bangunan.
2. Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum
NO. KEP- 174/MEN/1986 NO. 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada tempat Kegiatan Konstruksi
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor. PER-02/MEN/1983 tentang
Instalasi Alarm Kebakaran Automatik
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
Per.04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan
Alat Pemadam Api Ringan
5. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
Kep-186/MEN/1999 tentang Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja
6. Instruksi Menteri Tenaga Kerja No. Ins.11/M/BW/1997 tentang
Pengawasan Khusus K3 Penanggulangan Kebakaran
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.Per.02/MEN/1989 tentang
Pengawasan Instalasi Penyalur Petir
8. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 12 Tahun 2015 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Listrik di Tempat Kerja
9. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 33 Tahun 2015 tentang
Perubahan atas Permenaker No.12 Tahun 2015 tentang K3 Listrik di
tempat kerja
10. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan
Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor Kep-311/BW/1999 tentang
Sertifikasi Kompetensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Teknisi Listrik
11. Kep Dirjen Binwasnaker & K3 No. Kep. 47/PPK&K3/VIII/2015
12. Kep Dirjen Binwasnaker & K3 No. Kep. 48/PPK&K3/VIII/2015
13. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 03/MEN/1999 tentang Syarat-
syarat K3 Lift untuk pengangkutan Orang dan Barang
14. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 32 Tahun 2015 tentang
Perubahan atas Permenaker No. 03/MEN/1999 tentang Syarat-syarat K3
Lift untuk pengangkutan orang dan barang.
BAB II
KONDISI PERUSAHAAN

2.1 Profil Perusahaan


2.1.1 Profil Perusahaan PT Battery Technology Indonesia (TWS)

Gambar 2.1 Logo PT. Battery Technology Indonesia

Nama Perusahaan : PT. Battery Technology Indonesia (TWS)


Bidang Usaha : Manufacturing Electronic Battery
Alamat : Jl. Arya Kemuning Jl. Raya Cadas – Kukun No. 77 Periuk,
Kec. Periuk Kota Tangerang Banten 15131, Indonesia.
Website : https://www.tws.com/
Jumlah Tenaga Kerja : 187 Jiwa
Laki – Laki : 37 Jiwa
Perempuan : 150 Jiwa
Shift Kerja : a. Shift 1 : (07:00 – 16:00)
b. Shift 2 : (20:00 – 05:00)
PT. Battery Technology Indonesia (TWS) merupakan perusahaan yang
bergerak dalam manufaktur baterai atau memproduksi baterai. pada tahun 1998
didirikan penyediaan solusi teknologi baterai inovatif yang berbasis Lithium.
Dengan 25 tahun pengembangan perusahaan berkembang menjadi lebih dari
2.000 karyawan global untuk melayani pasar di seluruh dunia, seperti China,
Amerika serikat, inggris, jerman, dan indonesia. PT. Battery Technology
Indonesia (TWS) sendiri berfokus terhadap pelanggan dan selalu berkomitmen
untuk menyediakan solusi inovatif sebagai tanggapan terhadap pertumbuhan
pesat aplikasi baterai lithium-ion.
Dengan fasilitas produksi seluas 4.000 m2 dan kapasitas produksi 500
MWh sepenuhnya otomatis, perusahaan ini menghasilkan berbagai jenis baterai,
termasuk baterai smartphone dan baterai SWAP yang merupakan produk
terbaru mereka, digunakan sebagai sumber tenaga untuk motor listrik yang
merupakan hasil kerjasama dengan Smoot Motor.
2.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi P2K3 pada PT Battery Technology Indonesia (TWS)
adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT Battery Technology Indonesia (TWS)

2.1.4 Visi dan Misi Perusahaan


PT Battery Technology Indonesia (TWS) memiliki visi dan misi sebagai
berikut:
Visi :
• Menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat
Misi :
• Menjadi pemimpin industri dalam sektor solusi energi yang dapat diisi
ulang

2.2 Penerapan Norma K3 secara umum


PT. Battery Technology Indonesia (TWS) telah menerapkan prinsip-prinsip
dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) walaupun implementasinya belum
berjalan secara maksimal. Tak hanya itu PT. Battery Technology Indonesia (TWS)
juga memilihi komitmen yang tinggi dalam melaksanakan penerapan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) di lingkungan kerja untuk meminimalisir terjadi kecelakan
dan penyakit akibat kerja (PAK). Adapun peenerapan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) yang sudah diterapkan oleh PT. Battery Technology Indonesia (TWS)
yaitu:
1. Melakukan pembentukan Panitia Pembinan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(P2K3) yang diatur dalam Permenaker No. 4 Tahun 1987 tentang Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan. Pasal 2 ayat 1 berbunyi “Setiap tempat
kerja dengan kriteria tertentu pengusaha atau pengurus wajib membentuk
P2K3”. Dimana PT. Battery Technology Indonesia (TWS) memiliki anggota
P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan pekerja yang susunanya teridri dari
ketua, sekretaris 1, sekretaris 2 dan anggota.
2. Penerapan SMK3 pada perusahaan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah
No.50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Dimana pada Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012 Pasal 2
berbunyi ”Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya”.
3. Pembentukan tim tanggap darurat bencana kebakaran di perusahan dengan
adanya pelatihan penanggulangan bencana kebakaran. Dimana diatur dalam
Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep- 186/MEN/1999/tentang
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja
2.6 Temuan Hasil Observasi

Berikut ini merupakan hasil temuan selama observasi di PT. PT Battery

Technology Indonesia (TWS)

No Hasil Temuan
Temuan Positif Temuan Negatif
Konstruksi Bangunan
1. Penerangan cukup pada tempat Tempat sampah B3 di line tidak
kerja, lorong – lorong dan digunakan sesuai dengan
gang – gang fungsinya
2 Terdapat exhaust yang cukup Terjadinya penumpukan sampah
pada area kerja area kerja yang melebihi kapasitas tong
sampah pada area warehous
3 Mesin sudah dirancang sesuai Penempatan helm tidak
dengan kegunaan diletakkan pada tempatnya
4 Diterapkannya 5R pada Barang pada rak di warehouse
tempat kerja melebihi batas maksimum
5 Terdapatnya line jalur Kendaraan diparkir menghalangi
evakuasi, jalur forklift, dan pintu masuk (rolling door)
zebra cross warehouse
6 Terdapatnya assembly point Truck sampah B3 menghalangi
jalan pejalan kaki
Instalasi Listrik
1 Terdapat grounding Diluar gedung terdapat kabel
terbuka yang sudah diisolasi dan
terkelupas
2 Terdapat desain istalasi listrik Teknisi Listrik belum
tersertifikasi
3 Pemeriksaan dan pengujian Kabel di area warehouse
dilakukan secara berkala berantakan
4 Terpasang instalasi penyalur
petir
5 Terdapat rambu rambu bahaya
listrik di setiap mesin kerja
Penanggulangan Kebakaran
1 Pelabelan petunjuk Tidak didapatinya pelabelan
tulisan APAR pada APAR daerah
penggunaan APAR dapat
warehouse
dibaca dengan jelas
2 Terdapat APAR setiap 5m di Salah satu APAR di area
warehouse expired
area pabrik dan warehouse
3 APAR sudah ditempatkan APAR ukuran 54kg diluar pabrik
tidak ditempatkan pada
pada box APAR dan
tempatnya
peletakkan ketinggian APAR
sesuai sesuai dengan
ketentuannya
4 Kondisi APAR dalam keadaan
baik (tuas tidak berkarat, tidak
terdapat cacat pada handle
dan label, masih bertekanan
normal, safety pin terpasang)
5 APAR yang sediakan sudah
sesuai dengan klasifikasi
kebakaran
6. APAR dapat dengan mudah
diakses
7 Pemeriksaan dan pengujian
APAR dilakukan secara
berkala (monthly)
8. Terdapat heat detector dan
alarm kebakaran
9. Terdapatnya Tim Tanggap
Darurat dan terjadwalnya
pelatihan tanggap darurat
kebakaran
BAB III
ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

No. Temuan Analisa Manfaat atau Rekomendasi Landasan Hukum


Risiko

A Konstruksi Bangunan
1. Denah evakuasi Sudah Denah evakuasi Denah evakuasi Undang – undang
memiliki dapat membantu harus no. 28 Tahun 2002
denah pekerja untuk disosialisasikan tentang Bangunan
evakuasi menyelamatkan kepada setiap Gedung
diri menuju ke pekerja.
tempat yang lebih
aman; dapat
meminimalisir
terjadinya
kesalahan jalur
ketika terjadi hal –
hal yang tidak
diinginkan di
sebuah gedung
2 Pencahayaan cukup dan berfokus pada area kerja Pencahayaan Pencahayaan yang Pengecekkan Peraturan Menteri
pada area cukup dapat dilakukan Tenaga Kerja dan
(tidak ada dokumentasi) kerja sudah mengurangi resiko secara konsisten Transmigrasi RI
sesuai dan kesalahan dan dan berkala. no. 01 Tahun 1980
dilakukan kecelakaan kerja tentang
pengecekan Keselamatan dan
secara berkala Kesehatan Kerja
pada Konstruksi
Bangunan
3. Terdapat Titik kumpul Pengaturan Permen PUPR no
assembly aman yang ulang assembly 14 tahun 2017
point pada digunakan oleh point yaitu tentang minimum
area luar pengguna dan berada 20 m di titik kumpul dari
gedung pengunjung luar gedung bangunan gedung
bangunan gedung
setelah proses
evakuasi.
Assembly Point
4 Tidak di dokumentasikan Mesin sudah Akan lebih aman Maintenance Peraturan mentri
dirancang dan pada mesin tenaga kerja dan
sesuai meminimalisir transmigrasi No. 1
kegunaan terjadinya tahun 1980 pasal
kecelakaan kerja 42 tentang
sehingga produksi keselamatan
dapat berjalan Kesehatan kerja
dengan baik. pada konstruksi
bangunan
5 Tidak di dokumentasikan Terdapat Dapat Cleaning and Peraturan mentri
exhaust di mengendalikan preventive tenaga kerja dan
area kerja debu, uap dan Maintenance transmigrasi No. 1
bahaya polusi tahun 1980 pasal 5
udara lainnya dan tentang
mengganti keselamatan
sirkulasi udara Kesehatan kerja
pada konstruksi
bangunan
6 Tidak di dokumentasikan Diterapkan 5R Dapat Sosialisasi Peraturan mentri
pada tempat meningkakan kepada tenaga kerja dan
kerja produktifitas pada karyawan agar transmigrasi No. 1
pekerja agar terus tahun 1980 pasal 6
mendapatkan hasil menciptakan tentang
terbaik untuk lingkungan keselamatan
perusahaan kerja yang Kesehatan kerja
aman dan pada konstruksi
nyaman bangunan
7 Terjadinya Mengurangi Melakukan PP tahun 2012
penumpukan kerapihan dan pengangkutan sampah pasal 17
sampah yang nilai estetika secara rutin ayat 5
melebihi dilingkungan
kapasitas tong kerja
sampah pada
area
warehous

B Instalasi Listrik
1 Safety Sign Terdapat Dengan adanya Dilakukan Temuan ditemukan
safety sign sign bahaya pemasangan di area kerja kantor
“bahaya tegangan tinggi safety sign di Peraturan Menteri
tegangan dapat setiap panel Tenaga Kerja dan
tinggi” di menginformasikan listrik Transmigrasi
panel listrik bahwa panel Republik Indonesia
listrik tersebut No.
bertekanan tinggi Per.01/MEN/1980
dan terdapat tentang
informasi Keselamatan dan
penanggung Kesehatan Kerja
jawab listrik pada Konstruksi
tersebut. Bangunan; (Pasal
10)
2. kabel terbuka yang sudah diisolasi dan terkelupas Terdapatnya Kabel yang Adanya Permen no 12
kabel terbuka terbuka masih pemasangan tahun 2015 pasal 5
yang sudah dapat tutup ayat 1 dan 2
diisolasi dan menghantarkan sambungan tentang K3 listrik
terkelupas aliran Listrik dan kabel ditempat kerja
dapat
menyebabkan
bahaya kebakaran
jika dibiarkan dan
tidak perbaikan
3 Isolator luar terbuka Terdapatnya Kabel dapat Reconnecting Permen no 12
isolator yang dengan mudah steker dengan tahun 2015 pasal 5
terbuka pada terlepas dari baik dan benar ayat 1 dan 2
steker listrik konektor sehingga tentang K3 listrik
dapat berisiko ditempat kerja
tersengat listrik

4 Tidak di dokumentasikan Teknisi Listrik Belum memiliki Harus diberikan Permen No. 12
belum dasar hukum pelatihan tahun 2015 pasal 1
tersertifikasi sebagai acuan
atau berlisensi untuk
mengerjakan
pekerjaanya
sehingga
berpotensi
menimbulkan
resiko
5 Tidak di dokumentasikan Pemeriksaan Memudahkan Pembuatan Permen No. 12
dan pengujian pemantauan form checklist tahun 2015 pasal
dilakukan kondisi listrik inspect listrik 10 ayat 2
secara berkala
6 Penyalur petir Terpasangnya Melindungi Pengawasan Peraturan mentri
instalasi petir kerusakan dan tenaga kerja RI
terhadap pemeriksaan PER-02/MEN/198
bangunan struktur 9 tentang
dan peralatan pengawasan
yang disebabkan instalasi penyalur
oleh petir petir

7 Tidak di dokumentasikan Terpasangnya Mencegah Maintenance Permenaker No. 12


instalasi terjadinya tahun 2015 pasal 5
Listrik yang konsleting listrik
tertata dengan
teratur pada
area kerja
C Penanggulangan Kebakaran
1 Penempatan APAR tidak sesuai Posisi APAR Kesulitan dalam Penataan ulang Peraturan Menteri
tidak pada mencari APAR APAR pada Tenaga Kerja dan
tempatnya jika terjadinya tempatnya Transmigrasi
kebakaran Republik Indonesia
No:4/MEN/1980
tentang APAR

2. APAR expired di warehous Terdapatnya Keefektifan APAR Dilakukan Permenaker dan


APAR yang dalam pengisian ulang transmigrasi No.
belum memadamkan api pada APAR PER.04/MEN/1980
dilakukan berkurang tepat waktu pasal 11 dan 12
pengisian
ulang

3 Alarm Kebakaran Terdapat dan Memudahkan Pengecekkan Pemenaker No


berfungsinya dalam rutin pada PER.02/MEN/1983
alarm APAR menginformasikan smoke detector pasal 1
dengan baik pekerja jika terjadi dan alarm
bahaya kejadian kebakaran
kebakaran

4 APAR yang sesuai APAR Agar mudah di Maintenance Permen dan


diletakan jangkau dan di transmigrasi No.
dibox APAR, lihat PER.04/MEN/1980
jarak yang pasal 6 dan pasal 8
sesuai dan
diletakan
diketinggian
yang sesuai

5 Kondisi APAR yang baik Kondisi APAR Maksimalnya Maintenance Permen 04 1980
dalam keadaan penggunaan Tentang syarat-
baik (tidak ada APAR syarat APAR pasal
berkarat tidak 12
ada cacat,
bertekanan
normal dan
terdapat safety
pin)
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan yang dilakukan saat PKL di PT. Battrey
Technology Indonesia (TWS) maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan norma K3 konstruksi bangunan, kebakaran dan listrik pada PT
Battry Indonesia (TWS) dapat dikategorikan sudah memenuhi standar dan
telah diterapkan dengan baik. Namun, pada hasil observasi masi terdapat
beberapa temuan negative yang dapat menimbulkan resiko akan tetapi masih
dapat dibenahi. Adapun pemantauan yang dilakukan:
a) Bidang kosntruksi : tempat sampah B3 di line tidak digunakan sesuai
dengan fungsinya, terjadinya penumukan sampah yang melebihi
kapasitas tong sampah pada area warehouse, penempatan helm tidak
diletakan pada tempatnya, barang pada rak di warehous melebihi batas
maksimum, kendaraan diparkir mengalagi rolling door warehouse,
truk sampah B3 menghalangi pejalan kaki.
b) Instalasi Listrik: diluar Gedung terdapat kabel terbuka yang sudah
diisolasi dan terkelupas, teknisi Listrik belum tersertifikasi, kabel di
area warehous berantakan.
c) Penanggulangan kebakaran: tidak didapatinya pelabelan APAR di area
warehous, salah satu APAR di warehous expired, APAR ukuran 45kg
di area luar produksi tidak ditempatkan pada tempatnya.
4.2 Saran
Saran yang dapat kami berikan kepada PT. Battrey Technology Indonesia
(TWS) dalam bidang K3 konstruksi bangunan, penanggulangan kebakaran dan
instalasi listrik ialah sebagai berikut:

1. Melengkapi kotak P3K sesuai dengan regulasi yang berlaku dan standar yang
berlku di perusahaan tersebut
2. Memasang alat pemadam api untuk area luar Gedung berupa mini hydrant
3. Melengkapi beberapa titik penerangan di area luar Gedung agar malam hari
tidak ada area yang kurang pencahayaan
4. Melakukan perawatan dan pengecekan rutin alat pelindung diri (APD) agar
selalu siap dan layak unuk digunakan
5. Perusahaan melakukan penghijauan di area pabrik maupun di luar pabrik
dengan bekerja sama dengan pemerintah setempat
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan mentri tenaga kerja dan transmigrasi RI PER-08/MEN/VII/2010 tentang


alat perlindungan diri

Peraturan mentri ketenagakerjaan RI No. 12 tahun 2015 tentang keselamatan dan


Kesehatan kerja Listrik di tempat kerja

Peraturan mentri tenaga kerja RI PER-02/MEN/1989 tentang pengawasan instalasi


penyalur petir

Peraturan mentri tenaga kerja dan transmigrasi RI PER-04/MEN/1980 tentang syarat-


syarat pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api ringan

Peraturan mentri tenaga kerja RI PER-02/MEN/1983 tentang instalasi alaram


kebakaran automatic

Peraturan mentri pekerjaan umum nomor: 26/PRT/M/2008 tentang persyaratan teknis


system proteksi kebakaran pada bangunan Gedung dan lingkungan

Peraturan mentri tenaga kerja RI KEP-186/MEN/1999 tentang penanggulangan


kebakaran di tempat kerja

Peraturan mentri Kesehatan RI nomor 48 Tahun 2016 tentang standar keselamatan


dan Kesehatan kerja perkantoran

SNI 0255.2011 mengenai persyaratan umum instalasi Listrik 2011 (PUIL 2011)

SNI 03-3989-2000 tentang tata cara perencanaan dan pemasangan system springkler
otomatis untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung

SNI 03-1746-2000 tentang tata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan keluar
untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan Gedung
SNI 03-1745-2000 tentang tata cara perencanaan dan pemasangan sistem pipa tegak
dan slang untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan
Gedung

Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja

Anda mungkin juga menyukai