Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

ONLINE (PKLO)
PT. Industri Kapal Indonesia (PT. IKI)

PENGAWASAN K3 LISTRIK DAN K3


PENANGGULANGAN KEBAKARAN

PEMBINAAN CALON AHLI K3 UMUM


ANGKATAN KE – 13

KELOMPOK 3

1. Setiawan Widijantoro (Pokgadik Kodiklatal)


2. Agus Dwi Yanto (Sahli Koarmada II)
3. Teguh Widodo (Balur Jaltim)
4. Junaidi (Balur Jaltim)
5. Mustofa Kamal (Satmar Koarmada II)
6. Jojok Aman (Satban Koarmada II)
7. Vira Maulida Wijaya (Fresh Graduate)

PENYELENGGARA
PT. Lentera Disfita Persada
Tahun 2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….
i
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan..................................................................................................2
1.3 Ruang Lingkup..........................................................................................................2
1.4 Dasar Hukum.............................................................................................................2
1.4.1 K3 Listrik.................................................................................................................2
1.4.2 Penanggulangan Kebakaran..................................................................................2
2.1 Gambaran Umum Perusahaan................................................................................3
2.2 Temuan Hasil Observasi...........................................................................................7
BAB III......................................................................................................................................9
3.1 Analisa Temuan Positif..................................................................................................9
3.2 Analisa Temuan Negatif..............................................................................................13
BAB IV PENUTUP................................................................................................................19
4.1 Kesimpulan...................................................................................................................19
4.2 Saran..............................................................................................................................19
REFERENSI...........................................................................................................................20
LAMPIRAN…………………………………………………………………………………21

i
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja
pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat
makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan
dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja (Kani dkk, 2013). Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan
dari proses produksi suatu perusahaan, baik jasa maupun industri. Sangat penting bagi
pemegang kebijakan pada suatu perusahaan di Indonesia untuk tegas dalam meneraapkan K3
ini pada seluruh tenaga kerjanya, karena kecelakaan kerja masih terpantau tinggi (Rangkang,
Mautang, & Paturusi, 2021). Kejadian kebakaran pada pabrik atau gedung di Indonesia
menempati posisi tertinggi setelah bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami (ILO,
2018). Selain itu kebakaran juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya yaitu
korsleting listrik dan masalah listrik lainnya.
Korsleting masih menjadi penyebab utama kebakaran di Jakarta. Belum ada langkah
baru untuk menekan kejadian, termasuk penindakan tegas bagi pencurian listrik. Dinas
Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Damkar) DKI mencatat, tahun 2016 terjadi
1.171 kebakaran atau rata rata 3 kejadian perhari. Tahun berikutnya, kejadian kebakaran
bertambah 300 kasus menjadi 1.471, bila dirata ratakan ada 4 kebakaran setiap hari. Dari
jumlah kebakaran 2017, tercatat 927 diantaranya dikarenakan korsleting listrik (Diantari dkk,
2018).
Undang-Undang No.13 Tahun 2003 pasal 87 mengamanatkan “bahwa setiap
perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang
terintegrasi dengan manajemen perusahaan”. Berdasar aturan inilah maka setiap perusahaan
wajib melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja yang dapat menjamin dan
melindungi tenaga kerja termasuk orang lain yang berada di lingkungan tempat kerja. Selain
itu banyak penelitian yang membuktikan bahwa adanya hubungan antara penerapan K3
dengan kecelakaan kerja di perusahaan (Rangkang, 2021).
Sebagai salah satu mata ajaran dalam kursus K3 kewajiban bagi calon ahli K3 untuk
melakukan praktek kerja lapangan di salah satu perusahaan yang ditentukan oleh PT. Lentera
Desfita Persada dan Dinas Tenaga Kerja Provinsi, untuk menemukan hal – hal yang positif
dan negative dalam pelaksanaan K3 Kelistrikan dan Penanggulangan kebakaran, serta kajian
kajian terhadap temuan tersebut. Harapannya bahwa dari hasil temuan-temuan dan kajian
yang kami tuliskan dalam laporan ini dapat menjadi bahan rekomendasi bagi PT. IKI dalam
menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja. Dan sebagai pembelajaran bagi kami calon
ahli K3 dalam menerapkan K3 di tempat kerja di kemudian hari.

1
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud dilaksanakannya PKL ini adalah
1. Mengimplementasikan teori yang diperoleh dengan cara melakukan observasi
melalui media video dan wawancara secara daring dengan pihak perusahaan
sebagai simulasi terkait tugas pengamatan sebagai seorang ahli K3 umum.
2. Mendapatkan gambaran dan pemahaman mengenai aplikasi K3 di lapangan
khususnya Listrik dan Penanggulangan Kebakaran.
1.2.2 Tujuan dilaksanakannya PKL ini adalah untuk
1. Dapat mengidentifikasi, menganalisa dan memberikan saran atau rekomendasi.
2. Mencari temuan-temuan positif dan negatif yang ada di lingkungan PT. IKI.
dalam bidang kelistrikan dan penanggulanagan kebakaran.

1.3 Ruang Lingkup


1. Pelaksanaan K3 di bidang listrik
2. Pelaksanaan K3 di bidang penanggulangan kebakaran

1.4 Dasar Hukum


1.4.1 K3 Listrik
1. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No. 33 Tahun 2015
tentang Keselamatan dan kesehatan Kerja Listrik di Tempat Kerja.
3. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No. Per 33/MEN/2015
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 12 Tahun 2015
Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik di Tempat Kerja.
4. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No. Per 12/MEN/2015
Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik di Tempat Kerja.
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. Per 02/MEN/1989
Tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir.
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per. 02/Men/1989 Tentang Pengawasan
Instalasi Penyalur Petir
7. Permenaker No.13 Tahun 2015 Tentang Penyalur Petir
8. Kepdirjen Binwasnaker dan K3 No.Kep. 48/PPK&K3/VIII/2015 Tentang
Pembinaan Teknik K3 Listrik.
9. Kepdirjen Binwasnaker dan K3 No.Kep. 47/PPK&K3/VIII/2015 Tentang
Pembinaan Calon Ahli K3 Bidang Listrik.
1.4.2 Penanggulangan Kebakaran
1. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
2. Permenakertrans No. 04/Men/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan APAR.
3. Permenakertrans No. 02/Men/1983 tentang Instalasi Kebakaran Alarm Automatik.
4. Kepmenaker No. 186/Men/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di
Tempat Kerja.
5. Instruksi Menaker No. 11/M/BW/1997 tentang Pengawasan Khusus K3
Penanggulangan Kebakaran.

2
BAB II
KONDISI PERUSAHAAN

2.1 Gambaran Umum Perusahaan


PT. Industri Kapal Indonesia (persero) atau PT. IKI adalah sebuah
Badan usaha milik negara yang berdiri pada tahun 1962 di Makassar, Sulawesi
Selatan. Pada awal berdirinya PT. Industri Kapal Indonesia (persero) dibagun
dengan dua proyek pembangunan galangan kapal, masing-masing proyek
galangan kapal paotere dan proyek galangan kapal tallo. Proyek galangan kapal
paotere pada waktu itu dibangun oleh departemen perindustrian dasar atau
pertambangan, yang dimaksudkan untuk membuat kapal-kapal baja yang
mempunyai kapasitas 2500 ton, sedangkan proyek galangan kapal tallo pada
waktu itu dibangun oleh Departemen urusan Veteran yang dimaksudkan untuk
membuat kapal-kapal kayu berkapasitas 300 ton yang dilengkapi dengan Slip Way
dan fasilitas peluncuran yang panjangnya 45 meter dan daya angkat 500 ton.
Pertengahan tahun 1963 aktivitas kedua proyek tersebut masing-
masing meliputi pekerjaan dasar dikarenakan peralatan belum dimiliki oleh
galangan kapal paotere, sedangkan galangan kapal tallo hanya memiliki mesin dan
perkakas yang didatangkan dari polandia. Dengan adanya keterbatasan dana pada
tahun 1963 maka pemerintah memutuskan untuk menggabungkan kedua proyek
tersebut dibawah pembinaan departemen perindustrian dasar/ pertambangan, dan
melakukan perubahan nama menjadi proyek galangan kapal makassar dengan
surat keputusan presiden, Keppres N0. 225/1963 dan dinyatakan sebagai proyek
vital dalam industri perkapalan Indonesia. Dengan terjadinya
penggabungan tersebut maka terjadi pula beberapa perubahan yang meliputi
Lokasi Eks galangan kapal Tallo pindah dan dibangun bersebelahan dengan
galangan kapal Paotere. Mengadakan redesigning sesuai dengan biaya yang ada
dan rencana pemasarannya serta menitik beratkan penyelesaian proyek tahap I
dengan sasaran utama mereparasi dan melakuka pemeliharaan kapal yang
berkapasitas sampai 500 ton. Menunda pembangunan galangan kapal paotere dan
akan dilakukan pada pembangunan tahap II dengan target rencana perluasan
wilayah.
Setelah berjalan selama tujuh tahun setelah penggabungan, pada tanggal 30
maret 1970 penyelesaian dan pemakaian galangan kapal tahap I diresmikan oleh
Sekjen Departemen Perindustrian Indonesia. Semenjak tahun 1970 – 1977
galangan kapal makassar masih berstatus sebagai proyek. Pada tanggal 29 Oktober
1977 status galangan kapal berubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT.
Industri Kapal Indonesia pusat Makassar disingkat PT. IKI dan kantor pusat
bertempat di Makassar, dengan unit – unit produksi yang meliputi:
1. Unit dock dan galangan kapal di padang.
2. Unit dock dan galangan kapal di gresik.
3. Unit dock dan galangan kapal makassar di makassar.
4. Unit dock dan galangan kapal bitung di bitung.

3
Sejalan dengan perubahan manajemen yang ada maka galangan kapal
padang dan gresik dijual ke PT. Kodja Jakarta, hal tersebut membawa pengaruh
terhadap produksi dan unit usaha, sehingga unit produksi yang dimiliki sampai
pada tahun 1994 hanya Dock dan galangan kapal makassar di Makassar
serta Dock dan galangan kapal bitung di bitung. Sedangkan unit usaha yang
dimiliki yaitu Unit usaha Jakarta dan Unit usaha dan perdagangan di Makassar.
Adapun visi dan misi PT. IKI adalah sebagai berikut:
Visi:
Menjadi perusahaan galangan kapal dan engineering yang kuat dan berdaya
saing tinggi
Misi:
Selalu meningkatkan kualitas yang baik berdasar pada pelayanan yang tepat
waktu, tepat mutu dan tepat biaya serta mengutamakan kepuasan pelanggan untuk
peningkatan nilai perusahaan.

Struktur Organisasi Perusahaan


Dalam suatu perusahaan, struktur organisasi mempunyai peranan yang sangat penting
karena akan Nampak batas wewenang dan tanggung jawab setiap kepala bagian dan kepala
seksi. Struktur organisasi dalam suatu perusahaan akan sangat mempengaruhi kemajuan dan
perkembangan perusahaan. PT. Industri Kapal Indonesi (persero) memiliki struktur
organisasi yang kompleks dan dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang dibantu oleh
direktur bidang administrasi dan keuangan, dan direktur operasi. Struktur organisasi PT.
Industri Kapal Indonesia (persero) adalah sebagai berikut.

4
Struktur Organisasi PT. IKI (Industri Kapal Indonesia) Persero

DIREKSI
DIRUT

DIR.
DIR.ADM & OPERASI
KEU

KEPALA SPI GM Keu. GM. Unit GM


Sekertaris GM. Unit
& Gal. MR ISO Engineering &
Perusahaan Gal. Bitung
Akuntansi Makassar Pengembangan

Auditor Manager Manager Manager Manager Manager


Wakil MR
Operasional SDM Keuangan Produksi Produksi QA
&Litbang

Kapro-2 Kapro-2

Manager Manager
Auditor Manager Akuntansi Manager
Keuangan Umum Manager persiapan Unit Usaha
& Pajak Fiber Glass
Produksi Produksi

planer-2 planer-2
Kepala
Perwakilan
Jakarta Manager
Manager
adm& keu.
fasilitas&
pemeliharaa
n

Man.bang
baru dan
non kapal

Manager
K3LH

Manager
Logistic

Asman
adm.
&keuangan

5
Fasilitas Penunjang
Untuk menunjang proses produksi dan reparasi, maka PT. Industri Kapal Indonesia
(Persero) Makassar dilengkapi dengan fasilitas penunjang, antara lain :
a. Graving Dock10.000 DWT dengan panjang 120 meter, lebar 28 meter, dan tinggi 8 meter.
b. Side track 9 lines : 2 lines 300 m/lines, 4 lines 80 m/lines dan 3 lines 70 m/lines.
c. Skif lifting :(Transfer slipway) 5 meter 3.500 DWT.
d. Building Berth : 4 unit kapal berukuran 6.500 DWT dan 10 unit kapal berukuran diatas 500 GRT.
e. Outfitting quay/jetty : panjang 80 meter, tower crane 60 ton dan water front 895 m2.
f. Electrical Power: PLN 2 x 600 kVA dan Generator 3 x 450 kVA.
PT. Industri kapal Indonesia (persero) sebagai salah satu badan usaha milik negara
(BUMN) yang bergerak dibidang reparasi dan produksi kapal baru, merencanakan
peningkatan dan penambahan fasilitas berupa Graving Dockuntuk keperluan reparasi kapal
berukuran 15.000 DWT, dan Building Berth untuk membangun kapal dengan ukuran 15.000
DWT.

Kemampuan Galangan
Galangan kapal makassar mempunyai Slip Way Horizontaldan miring dengan shifter
besar untuk menaikkan dan menurunkan kapal. Kapal yang telah naik dapat ditarik ke salah
satu Side Track (Norman System). Panjang Shifter 45 meter dan daya angkut 1500 ton dan
tinggi air diatas Shifter maksimal 3.40 meter. Sebelah barat Side Track dengan panjang 70
meter (3 buah) dengan kapasitas 1000 ton, sebelah timur panjangnya 50 meter ( 2 buah)
dengan kapasitas 500 ton.
Dengan peralatan yang ada PT. Industri kapal Indonesia (persero) mampu
memproduksi kapal berukuran 500 ton, dan mereparasi kapal yang memiliki panjang 55
meter dengan berat 500 ton sebanyak 60 buah tiap tahunnya, dan memiliki daya tampung
sebanyak 10 kapal dengan berat 500 ton. Selain itu terdapat Graving Dockdengan kapasitas
kurang lebih 1000 BRT, panjang 120 meter dan tinggi sekitar 7 meter.

Sarana Pokok Perusahaan


Sarana pokok yang dimiliki PT. Industri Kapal Indonesia (persero) yaitu :
a. Tempat membangun dan mereparasi kapal yang terdiri dari dua unit mesin
Side Track untuk menarik (parker) kapal dari arah timur ke barat.
b. Alat peluncuran (slip way) horizontal dan miring.
c. Panjang perairan 796 meter dan panjang dermaga 196 meter.
d. Sarana bengkel, gudang plat, bengkel mesin, pipa, kayu, ruang kompresor, Mouldloft,
Crane.
e. Graving dock.
f. Kantor.

Prasarana dan Fasilitas.


Luas wilayah dan kedalaman perairan.
a. Luas galangan : 317.000 m2.
b. Kedalaman perairan : 7 – 8 meter

6
Prasarana produksi.
1) Slip Way :1 buah
2) Side Track :4 buah
3) Graving Dock :4 buah
4) Mobile Crane :6 buah
5) Bengkel mekanik (workshop)
(1) Mesin bubut.
(2) Mesin gerinda.
(3) Mesin bor.
(4) Mesin gergaji.
(5) Mesin frals, Mesin las.
6) Bengkel konstruksi
(1) Tabung las dan kelengkapannya.
(2) Peralatan las listrik.
(3) Water test pump.
7) Bengkel pertukangan kayu
Berfungsi untuk mengerjakan perabot – perabot dikapal, dilengkapi dengan peraatan yang
meliputi:
(1) Mesin ketan.
(2) Mesin bor.
(3) Gergaji listrik.
(4) Gergaji tangan.
(5) Pahat.
(6) Palu.
8) Peralatan pada bengkel plat
(1) Mesin gunting plat.
(2) Mesin roll plat
(3) Peralatan las listrik
(4) Mesin bending
(5) Mesin bor
(6) Mesin gerinda
9) Crane
10) Alat transportasi
(1) Kapal pandu
(2) Forklift.
(3) Mobile Crane.
11) Alat angkat
(1) Overhead Crane
(2) Tower Crane.
Fasilitas
1) Air bersih.
2) Listrik.
3) Pergudangan.

7
2.2 Temuan Hasil Observasi
2.1.1 Temuan Positif
K3 Listrik:
- Sudah ada instalasi Kabel listrik bawah tanah
- Sudah ada Kabel listrik yang menempel didinding dengan ketinggian lebih kurang
1 meter dari lantai
- Sudah ada kabel yang digulung dengan roda yang berjalan
- Sudah ada Box pembagi jaringan listrik
K3 Penanggulangan Kebakaran:
- Ketersediaan
1. APAR dengan berbagai macam isian sesuai dengan kebutuhan jenis
kebakarannya
2.Hydrant (dari wawancara) di lingkungan kerja
3. Ada Box tempat selang dan nozzle pemadam kebakaran
4. sudah ada tanda/ sibol pada penempatan Alat pemadam kebakaran baik APAR
maupun sarana Hydrant
- Ketersediaan petunjuk/ peringatan dan pelaksana petugas pemadamam
- 1. Tanda Peringatan pada daerah yang mudah terbakar atau ada bahaya kebakaran
- 2. Sudah ada tanda/ symbol adanya alat pemadam
- 3. Sudah ada Organisasi Internal petugas pemadam kebakaran
- 4. Sudah ada tanda tanda dan rute Evakuasi bila terjadi kebakaran.
2.1.2 Temuan Negatif
K3 Listrik:
- Ada kabel listrik yang berserakan/tidak teratur
- Pekerja pengelasan tidak menggunakan APD lengkap
- Pembagian panel listrik tidak aman
K3 Penanggulangan Kebakaran:
- Belum ada sertifikasi pemadam kebakaran
- Tidak ditemui rambu bahaya terbakar pada tiap ruangan
- Penempatan APAR tidak sesuai dengan ketentuan standar

8
BAB III
ANALISIS TEMUAN HASIL OBSERVASI

3.1 Analisa Temuan Positif


3.1.1 K3 Listrik
Peraturan
No Dokumentasi Temuan Temuan Positif Manfaat Saran Perundangan K3 atau
Dasar Hukum
1. Menurut hasil Instalasi teratur dan Dilaksanakan setiap Permenaker no 12
wawancara dengan tidak mengganggu hari pada waktu tahun 2015 pasal 4 ayat
Manajer Health and tempat kerja pekerja akan memulai 2 tentang pemanfaatan
pekerjaan listrik dan distribusi
Safety Environment
listrik
(HSE) : Adanya
pengarahan dari
petugas Kelistrikan/
ahli listrik tentang kerja
dibidang kelistrikan
terkait menjaga
kesehatan dan
pencegahan kerugian
akibat kesalahan atau
kelalaian kerja.
2. Menurut hasil Pelatihan diperlukan - - Kepmenaker No.186
wawancara dengan agar petugas - Tahun 1999 Pasal 6
Manajer Health and mengerti yang harus Instruksi Menter
dilakukan saat Tenaga Kerja No.
Safety Environment
emergency INS.11/M/BW/1997
(HSE) : Telah memiliki kebakaran.
personil petugas
kebakaran serta
mengadakan pelatihan
petugas kebakaran
berlanjut.
3. Menurut hasil PT. IKI memiliki - - Permenaker No. PER-
wawancara dengan hydrant yang lebih 02/MEN/1983
Manajer Health and canggih dari hydrant - Instruksi Menteri No.
lainnya.
Safety Environment INS.11/M/BW/1997
(HSE) : Menyatakan - Kemenaker
bahwa PT. IKI mampu No.KEP.186/MEN/19
memodifikasi hydrant 99 Pasal 11
hingga mencapai lebih
dari kemampuan dalam
spek hydrant itu
sendiri.
4. Kabel yang digunakan Pegawai bekerja Dipertahankan Peraturan Menteri
dalam bekerja sudah dengan aman dari menggunakan kabel Tenaga Kerja No 12
sesuai dengan standar. bahaya tersengat yang berstandar dan tahun 2015 tentang
listrik dari kabel keselamatan dan
diperhatikan penataan
yang digunakan kesehatan kerja listrik
sesuai standar kabelnya supaya tidak ditempat kerja
membahayakan pekerja
saat melintasi kabel-

10
kabel listrik.

5. - Hasil wawancara Untuk sistem - Peraturan Menteri


dengan pak akbar proteksi eksternal / Tenaga Kerja No Per
selaku manager AK3: proteksi bahaya 02/Men/1989 tentang
Agar segera dilakukan
Memiliki penyalur sambaran langsung instalasi penyalur
pemasangan baru
petir digedung. petir petir
penangkal petir.
- Untuk yang
digalangan/dok kapal
ada di main crane.
6. Adanya pengarahan - Agar pekerja tidak Peraturan Menteri
sebelum memulai melakukan Tenaga Kerja No 12
bekerja. kesalahan saat tahun 2015 tentang
bekerja yang keselamatan dan
berakibat pada kesehatan kerja listrik
personel maupun - ditempat kerja
material.
- Sebagai sarana
sosialisasi K3
utamanya tentang
kelistrikan

3.1.2 K3 Penanggulangan Kebakaran

11
Peraturan
No Dokumentasi Temuan Temuan Positif Manfaat Saran Perundangan K3 atau
Dasar Hukum
1. Ketersediaan 1. Apar digunakan APAR harus tersedia Permenakertrans 04
untuk memadamkan lebih banyak dan terus tahun 1980 tentang
1. APAR api ringan di maintanace isi dan Syarat-Syarat
2.Hydrant 2. Hydrant expired date nya. Pemasangan dan
digunakan untuk Sekitar peletakkan Pemeliharaan APAR
(dari wawancara) di memadamkan Api APAR tidak boleh (Pasal 4)
lingkungan kerja flashover terhalang oleh barang-
barang
2 Memiliki fasilitas Sebagai fasilitas Tempat berkumpul -Undang-undang No.1
muster point. apel/tempat untuk mengadakan Tahun 1970 Tentang
berkumpul latihan kebakaran dan Keselamatan Kerja
penanggulangan (Pasal 1)
bahaya kebakaran. -Kepmenaker No. 4
Tahun 1980 Tentang
syarat-syarat
pemasangan dan
pemeliharaan APAR
(Pasal 1)
-Instruksi menaker
No.11 Tahun 1997

3.2 Analisa Temuan Negatif


3.2.2 K3 Listrik

12
Rekomendasi/ Saran
No Dokumentasi Temuan Temuan Negatif Potensi Bahaya dan Pengendalian Dasar Hukum
Ada kabel listrik Pekerja yang melintasi - Perlu adanya -Undang-undang No.1
1 yang area kerja tersebut bisa penataan kabel serta Tahun 1970 Tentang
berserakan/tidak tersandung atau pengawasan sehingga Keselamatan Kerja
teratur tersetrum jika ada yang apabila ada kabel (Pasal 3)
terkelupas yang terkelupas dapat -Permenaker No. 33
segera ditangani. Tahun 2015 ttg K3
- Perlu penambahan Listrik di Tempat
box panel listrik Kerja (Pasal 1)
pembagi agar -Permenaker No.12
pengguanaan kabel Tahun 2015 Pasal 12
tidak terlalu panjang -Kep. Dirjen
dan berserakan. Binwasnaker No.48
- Agar PT. IKI Tahun 2015
merecruitmen / -Kep. Dirjen
menyiapkan tenaga Binwasnaker No.49
Ahli K3 Kelistrikan. Tahun 2015

2 - Menyebabkan ada -Undang-undang No.1


Penempatan panel kemungkinan - Pasang safety line. Tahun 1970 Tentang
listrik berbahaya berbahaya/tersengat - Pasang papan Keselamatan Kerja
listrik peringatan (Bahaya (Pasal 3)
sengatan listrik) -Permenaker No. 33
Tahun 2015 ttg K3
Listrik di Tempat
Kerja (Pasal 1)
-Permenaker No.12

13
Tahun 2015 Pasal 12
-Kep. Dirjen
Binwasnaker No.48
Tahun 2015
-Kep. Dirjen
Binwasnaker No.49
Tahun 2015

3 Pekerja pengelasan Pekerja bisa tersengat - Penggunaan APD -Undang-undang No.1


listrik tidak listrik dan terkena sesuai ketentuan Tahun 1970 Tentang
menggunakan APD percikan api hasil bidang pekerjaan Keselamatan Kerja
sesuai dengan
pengelasan. listrik (Pasal 3)
ketentuan bidang
pekerjaan lisrik. -Permenaker No. 33
Tahun 2015 ttg K3
Listrik di Tempat
Kerja (Pasal 1)
-Permenaker No.12
Tahun 2015 Pasal 12
-Kep. Dirjen
Binwasnaker No.48
Tahun 2015
-Kep. Dirjen
Binwasnaker No.49
Tahun 2015

4 Pembagian panel Terjadi hubungan - Menyiapkan kotak -Undang-undang No.1


listrik tidak aman pendek dikarenakan panel sesuai standar Tahun 1970 Tentang
kabel terputus dan - Menggunakan kabel Keselamatan Kerja
menempel sesuai standar (Pasal 3)

14
-Permenaker No. 33
Tahun 2015 ttg K3
Listrik di Tempat
Kerja (Pasal 1)
-Permenaker No.12
Tahun 2015 Pasal 12
-Kep. Dirjen
Binwasnaker No.48
Tahun 2015
-Kep. Dirjen
Binwasnaker No.49
Tahun 2015

3.2.3 K3 Penanggulangan Kebakaran


Rekomendasi/ Saran
No Dokumentasi Temuan Temuan Potensi Bahaya dan Pengendalian Dasar Hukum
Negatif

15
1 Penempatan Apabia terjadi - Menempatkan APAR -Undang-undang No.1 Tahun
APAR kurang / kebakaran akan sesuai ketentuan, mudah 1970 Tentang Keselamatan
tidak sesuai mempersulit terlihat/terjangkau dan Kerja (Pasal 2)
dengan aturan penanganan APAR ditempatkan -Kepmenaker No. 4 Tahun 1980
pemadaman dalam lemari atau peti Tentang syarat-syarat
karena (box) yang tidak dikunci. pemasangan dan pemeliharaan
penempatan - Pemasangan APAR APAR (Pasal 4)
APAR harus bagian paling atas -Kepmenaker No.2 Tahun 1983
berdampingan (puncaknya) berada pada (Pasal 61)
dengan tempat ketinggian 1,2 m dari -Instruksi menaker No.11 Tahun
penyimpanan permukaan lantai kecuali 1997
APD sehingga jenis CO2 dan tepung
jika terjadi kering (dry chemical)
kebakaran dapat ditempatkan lebih
petugas akan rendah dengan syarat,
sulit untuk jarak antara dasar APAR
mengambil tidak kurang 15 cm dari
APAR permukaan lantai.
- Pemasangan dan
penempatan APAR harus
sesuai dengan jenis dan
penggolongan
kebakaran.

16
2 Hydrant tidak Pada saat Menyiapkan hydrant -Undang-undang No.1 Tahun
bersertifikat/ emergency yang layak pakai dan 1970 Tentang Keselamatan
sertifikat sudah hydrant tidak bersertifikat Kerja (Pasal 2)
mati dapat digunakan -Kepmenaker No. 4 Tahun 1980
Tentang syarat-syarat
pemasangan dan pemeliharaan
APAR (Pasal 6)
-Kepmenaker No.2 Tahun 1983
(Pasal 1)
-Instruksi menaker No.11 Tahun
1997
3 Di tempat/ Apabila terjadi Sebaiknya tabung LPG -Undang-undang No.1 Tahun
lingkungan kebocoran pada atau tabung berbahaya 1970 Tentang Keselamatan
kerja yang tabung atau lain terkait pengelasan Kerja (Pasal 2)
menggunakan selang berpotensi diletakkan pada tempat -Kepmenaker No. 4 Tahun 1980
Tabung LPG terjadi bahaya yang aman dan Tentang syarat-syarat
ataupun tabung kebakaran dan disekitarnya ( tempat yg pemasangan dan pemeliharaan
lain yang terkait ledakan. mudah dilihat orang) APAR (Pasal 1)
pekerjaan las dipasang atau ditempel -Kepmenaker No.2 Tahun 1983
dan rawan tanda peringatan adanya (Pasal 1)
terhadap bahaya barang yang berbahaya Instruksi menaker No.11 Tahun
kebakar masih dan mudah terbakar atau 1997
banyak yang meledak.
belum diberikan
spanduk/ riflet
atau peringatan
tentang daerah
rawan bahaya

17
kebakaran.
4 Ruang mesin Jika terjadi Harus tersedia alat -Undang-undang No.1 Tahun
produksi dan kebakaran maka pemadam kebakaran di 1970 Tentang Keselamatan
rik uji tidak tidak ada setiap ruangan Kerja (Pasal 2)
ditemukan alat
penolongan -Kepmenaker No. 4 Tahun 1980
pemadam
kebakaran pertama sebelum Tentang syarat-syarat
api menyebar pemasangan dan pemeliharaan
APAR (Pasal 1)
-Kepmenaker No.2 Tahun 1983
(Pasal 1)
-Instruksi menaker No.11 Tahun
1997
5 Kompartement Kompartement Kompartement dibuat -Undang-undang No.1 Tahun
tidak sesuai rawan terbakar. dari bahan yang tidak 1970 Tentang Keselamatan
dengan standar mudah terbakar (plat Kerja (Pasal 2)
sebagai
baja/besi) -Kepmenaker No. 4 Tahun 1980
komponen
penanggulanga Tentang syarat-syarat
n bahaya pemasangan dan pemeliharaan
kebakaran pasif APAR (Pasal 1)
-Kepmenaker No.2 Tahun 1983
(Pasal 1)
-Instruksi menaker No.11 Tahun
1997

18
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa video PT IKI telah melaksanakan K3 sesuai peraturan Undang-
Undang no 1 tahun 1970 tentang Keselamatan kerja, namun demikian masih ditemukan
beberapa hal yang perlu mendapat perhatian yang serius agar tidak menjadi penyebab potensi
bahaya bagi tenaga kerja, diantaranya adalah:
a. Pada bagian pengawasan kelistrikan, PT IKI sudah ada instalasi kabel listrik bawah
tanah, serta memiliki penyalur petir dan sudah menerapkan Loto (Lockout Tagout) pada
setiap proses instalasi listrik. Akan tetapi masih ada beberapa kekurangan pada PT IKI
yaitu masih ada kabel listrik yang berserakan, operator listrik belum tersertifikasi, tidak
menggunakan APD yang lengkap.
b. Pada bagian penanggulangan kebakaran, PT IKI telah memenuhi persyaratan pengadaan
peralatan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku diantaranya adalah telah
tersedia APAR, Hydrant, detector asap, sudah memiliki petugas kebakaran serta telah
melakukan proteksi kebakaran dengan memasang dinding gypsum pada dinding
bangunan, sudah memiliki smoking area dan muster area. Akan tetapi masih ada,
peletakan APAR kurang tepat, tidak adanya rambu larangan merokok di area kerja, dan
beberapa kompartement tidak menggunakan bahan anti api.

4.2 Saran
Dari hasil analisa kami terhadap K3 dari PT. IKI, saran yang dapat kami berikan adalah:

1. K3 Listrik
a. Perlunya adanya sertifikasi personil K3 kelistrikan
b. Perlu di sediakan safety sign kelistrikan dan penagulanagn kebakaran di area kerja
c. Perlu adanya penataan kabel dan instalasi listrik
d. Penangkal petir dapat segera dibenahi dan difungsikan kembali

2. K3 Kebakaran
a. Perlunya adanya sertifikasi personil K3 kebakaran
b. Perlu adanya safety sign di area kerja
c. APAR diletakkan di lokasi yang mudah terlihat dan terjangkau.
REFERENSI

1. Profil Perusahaan
2. Video PKL
3. Modul Ahli K3 Umum
4. Buku Pengaturan Perundangan K3
5. Wawancara dengan manager HSSE

20
LAMPIRAN

Wawancara dengan manager HSE

Tempat tabung oksigen

21
Sertifikasi operator tenaga kerja

Tempat Alat Pelindung Diri

22
Ruang mesin produksi dan rik uji

Ruang kerja

23
Box panel

Petugas Las

24
Box panel

Master poin

25
Alat Pemadam Api Ringan

Pengarahan kepada pekerja

26
Penangkal petir

27

Anda mungkin juga menyukai