Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

DI PT ANGKASA PURA II

BIDANG KONSTRUKSI BANGUNAN, PENANGGULANGAN


KEBAKARAN, DAN LISTRIK

PELATIHAN CALON AHLI K 3 UMUM


ANGKATAN KE – 21

KELOMPOK 2

CHRISTIAN DUAN SAPUTRA


ILHAM SAPUTRA
MASRYANDI HAMSAL
MIFTAH ALFAZA SIREGAR
POPI DWIANA
RUSLAINI

PENYELENGGARA
PT. DELTA REKA KREASI
Dumai, 25 Januari 2022
Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan berkat-Nya kami dapat melaksanakan praktek kerja lapangan
bimbingan Calon Ahli K3 Umum di PT ANGKASA PURA II pada tanggal 25
Januari 2022. Sebagai salah satu persyaratan yang harus di penuhi bagi peserta
Calon Ahli K3 Umum.
Laporan praktek kerja ini merupakan bentuk aplikasi dari pelatihan
bimbingan Teknik calon anggota AK3 Umum yang dilaksanakan oleh PT. Delta
Reka Kreasi pada tanggal 17 Januari 2022 hingga 28 Januari 2022. Laporan PKL
ini berisi tentang K3 Konstruksi bangunan, Penanggulangan kebakaran, dan
Listrik yang di terapkan pada perusahaan yang kami kunjungi.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terciptanya
laporan PKL ini.Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Hormat Kami

Kelompok II
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ 1
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 2
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 2
1.2. Tujuan PKL .......................................................................................... 3
1.3. Ruang Lingkup .................................................................................... 3
1.4. Dasar Hukum ........................................................................................ 4
1.5. Gambaran Umum Tempat Kerja ......................................................... 5
1.6. Lokasi Perusahaan ................................................................................ 6
1.7. Visi dan Misi ....................................................................................... 7
1.8. Landasan Teori Parameter Observasi ................................................... 7
1.8.1. Pagar pembatas .......................................................................... 7
1.8.2. Instalasi alarm kembakaran otomatik ......................................... 8
1.8.3. APAR.......................................................................................... 9
1.8.4. Unit penanggulangan kebakaran ................................................ 10
1.8.5. Listrik.......................................................................................... 11
1.8.6 Elevator dan Eskalator ................................................................ 13
BAB II PERMASALAHAN ............................................................................... 14
2.1. Hasil Observasi ..................................................................................... 14
BAB III ANALISA PEMBAHASAN ................................................................ 16
3.1. Analisa dan Saran Temuan .................................................................. 16
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 20
4.1. Kesimpulan .......................................................................................... 20
4.2. Saran .................................................................................................... 20

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Konstruksi adalah kegiatan yang berhubungan dengan seluruh tahapan yang


dilakukan ditempat kerja. Suatu proyek konstruksi dikatakan berhasil atau sukses
jika proyek tersebut dapat dilaksanakan tepat waktu, sesuai antara biaya dan
kualitas yang telah direncanakan. Namun sering kali aktivitas dalam proses
pengerjaan proyek tersebut banyak mengalami hambatan yang mengganggu
kinerja proyek, sehingga dapat mengalami keterlambatan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi keterlambatan penyelesaian sebuah proyek konstruksi salah
satunya adalah kemungkinan terjadinya Kecelakaan Konstruksi. Kecelakaan
konstruksi tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi
pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara
menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada
masyarakat luas.

Kebakaran adalah api yang tidak dikehendaki. Untuk itu diadakannya


penanggulangan kebakaran. Penanggulangan kebakaran adalah segala upaya
untuk mencegah timbulnya kebakaran dengan berbagai upaya pengendalian setiap
perwujudan energi, pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana
penyelamatan dan serta pembentukan organisasi tanggap darurat untuk
memberantas kebakaran. Pengendalian kebakaran diatur dalam kemenaker No.
186 Tahun 1999.

Listrik merupakan aliran elektron dari sebuah objek melalui konduktor


(penghantar listrik yang baik), elektron juga merupakan partikel terluar dari atom
yang bermuatan negative. Untuk itu dibutuhkannya ahli K3 Listik yang
berwenang untuk melakukan kegiatan pembinaan, pemeriksaan, dan pengujian
dibidang listrik serta pengawasan pembinaan dan pengembangan sistem
pengawasan ketenagakerjaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pengawasan elevator dan escalator juga di awasi oleh ahli K3 listrik, elevator

2
adalah trasnportasi vertical yang digunakan untuk mengangkur orang atau barang.
Eskalator adalah pesawat transportasi untuk memindahkan orang atau barang
mengikuti jalur lintasan rel yang digerakkan oleh motor listrik.

Upaya perlindungan tenaga kerja agar tenaga kerja selalu dalam keadaan
sehat, selamat, aman dan sejahtera sehingga pada akhirnya untuk mencapai suatu
tingkat produktivitas yang tinggi dimana aspek pentingnya adalah Penerapan K3
yang merupakan wujud dari kewajiban sebuah perusahaan. Untuk mendukung hal
ini, pemberian saran kepada perusahaan akan dilakukan berdasarkan observasi
atau pengamatan secara langsung untuk menemukan kekurangan yang ada dalam
mengimplementasikan keselamatan dan kesehatan kerja.

1.2. Tujuan PKL


Berdasarkan latar berlakang yang telah diuraikan, Tujuan penulisan laporan
dari kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini adalah :

1. Untuk mempraktekkan teori yang telah diterima selama kegiatan pembinaan


dan pembelajaran.
2. Untuk mendapatkan gambaran dan pemahaman mengenai aplikasi K3
dilapangan khususnya dibidang K3 konstruksi, penanggulangan kebakaran,
dan listrik.
3. Sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi bagi peserta Calon Ahli K3
Umum.
4. Calon peserta Ahli K3 umum dapat mengidentifikasi, menganalisa dan
memberikan saran atau rekomendasi.

1.3. Ruang Lingkup


Berdasarkan tujuan yang telah diuraikan, maka Ruang Lingkup Kerja
Praktek Lapangan ini adalah:
1. Keselamatan dan kesehatan kerja Secara Umum (Safety induction
kepada pekerja, mitra/ subkontraktor, pengunjung/ tamu, Rambu/ marka/
safety sign, Alat Pelindung Diri (APD)
2. Keselamatan dan kesehatan kerja pada bidang konstruksi

3
3. Keselamatan dan Kesehatan penanggulangan kebakaran
4. Keselamatan dan kesehatan kerja pada listrik
5. Kualifikasi dan Syarat-syarat tenaga ahli, teknisi dan operator

1.4. Dasar Hukum


Dalam menganalisa dan memberikan saran terkait dengan gaps (celah),
penulis mengaju kepada berbagai Undang-Undang dan peraturan yang ada antara
lain sebagai berikut:
1. Dasar Hukum K3 Secara Umum
a. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
b. Permenaker 8 tahun 2010 Tentang Alat Pelindung Diri

2. Dasar Hukum K3 konstruksi, penanggulangan kebakaran, listrik


a. Undang– Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal
2 huruf c, i, j, k
b. Undang-Undang No.18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
c. Permenakertrans No.1 Tahun 1980 tentang K3 pada Pada Konstruksi
Bangunan
d. SE. Dirjen Binawas No. 147 Tahun 1997 tentang wajib lapor
pekerjaan proyek.
e. Kepdirjen No : KEP 20/DJPPK/VI/2004 tentang sertifikasi
Kompetensi K3 bidang konstruksi bangunan.
f. Permenaker No. 2 Tahun 1983 tentang instalasi alarm pemadam
kebakaran otomatis
g. Permenakertrans No.4 Tahun 1980 tentang syarat pemasangan dan
pemeliharaan APAR
h. Permenaker No. 186 Tahun 1999 tentang penanggulangan kebakaran
di tempat kerja
i. Permenaker No. 12 Tahun 2015 tentang K3 listrik di tempat kerja
j. Permenaker No. 32 Tahun 2015 tentang syarat-syarat K3 lift untuk
pengangkutan orang dan barang

4
k. Permenaker No. 6 Tahun 2017 tentang K3 elevator dan escalator
l. Kep. Dirjen Binwasnaker dan K3 No. 47 tahun 2015 tentang
Pembinaan calon ahli K3 dibidang listik
m. Kep. Dirjen Binwasnaker No.20 Tahun 2004 tentang sertifikasi
kompetensi K3 bidang konstruksi bangunan.

1.5. Gambaran Umum Tempat Kerja


Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II (IATA: PKU, ICAO:
WIBB) adalah sebuah bandar udara yang terletak di Kota Pekanbaru dan
sebelumnya bernama Bandara Simpang Tiga. Bandara ini memiliki luas 321,21
ha. Dalam rangka menyambut PON XVII pada tahun 2012, bandara ini diperluas
sehingga nantinya dapat menampung pesawat yang lebih besar. Bandara ini juga
menjadi home-base bagi Skuadron Udara 12 TNI AU. Nama bandara ini diambil
dari nama Sultan Syarif Kasim II, seorang pahlawan Nasional Indonesia dari
Riau.
Bandar udara Sultan Syarif Kasim II (SSK. II) Pekanbaru adalah bandara
peninggalan Sejarah dari zaman kemerdekaan melawan penjajah Belanda dan
Jepang. Saat itu di sebut “Landasan Udara” di mana landasan tersebut masih
terdiri dari tanah yang di keraskan dan di gunakan sebagai Pangkalan Militer.
Awalnya Landasan pacunya adalah dari Timur menuju Barat dengan nomor
runway 14 dan 32. Pada awal kemerdekaan di bangun landasan pacu baru yang
terbentang dari arah utara menuju selatan dengan nomor runway 18 dan 36.
Panjang landasan lebih kurang 800 meter dengan permukaan landasan berupa
kerikil yang di padatkan. Pada tahun 1950 landasan pacu di perpanjang menjadi
1.500 meter, dan pada tahun 1967 landasan di mulai proses pengaspalan Runway,
Taxi, dan Apron setebal 7 cm serta pertambahan panjang landasan sepanjang 500
meter.
Pada tahun 1960 Pemerintah mengoperasikan bandara ini menjadi bandara
Perintis dan mengubah nama dari Landasan Udara menjadi “Pelabuhan Udara
Simpang Tiga”. Nama Simpang Tiga diambil karena lokasinya berada tiga jalan
persimpangan yaitu jalan menuju Kota Madya Pekanbaru, Kabupaten Kampar dan

5
Kabupaten Indragiri Hulu. Berdasarkan Rapat Kepala Kantor Perwakilan
Departemen Perhubungan tanggal 23 Agustus 1985 nama Pelabuhan Udara
Simpang Tiga diganti menjadi Bandar Udara Simpang Tiga terhitung tanggal 1
September 1985.
Pada 1 April 1994 Bandar Udara Simpang Tiga bergabung dengan
Manejemen yang di kelolah oleh PT. Angkasa Pura II (Persero) dan di sebut
dengan Kantor Cabang Bandar Udara Simpang Tiga Yang kelak berubah nama
menjadi Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II yang di tetapkan melalui keputusan
Presiden No.Kep.473/OM.00/1988-AP II tgl. 4 April 1998 dan di resmikan oleh
Presiden Republik Indonesia Abdurrahman Wahid tgl 29 April 2000.
Pada tahun 2009 lalu, Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II telah dimulai
peluasan Bandara Sultan Syarif Kasim II oleh pihak Angkasa Pura II yang bekerja
sama dengan pemerintah provinsi Riau. Peluasan ini direncanakan akan
diselesaikan pada akhir 2011 dan dibangun sebagai persiapan menghadapi Pekan
Olah Raga Nasional (PON) yang akan digelar pada 2012. Peluasan ini dilakukan
karena dinilai tidak lagi dapat menampung jumlah penumpang melalui
menggunakan Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II yang setiap tahunnya semakin
meningkat.

1.6. Lokasi Kerja


PT ANGKASA PURA II beralamat di Maharatu, Kec. Marpoyan Damai,
Kota Pekanbaru, Riau 28288.

1.7. Visi dan Misi


Visi dari PT ANGKASA PURA II adalah “ Menjadi mitra strategis
terdepan bagi industri penerbangan dalam jasa Ground Handling dan jasa
terkait lainnya.

Misi dari PT ANGKASA PURA II adalah “ Menyediakan jasa Ground


Handling dan jasa lainnya terkait yang terpercaya yang menciptakan nilai
tambah bagi pelanggan dan Stakeholders lain.

6
1.8. Landasan Teori arameter Observasi

Selama kunjungan lapangan dilakukan oleh Kelompok II, maka dapat


disimpulkan beberapa indikator observasi yang tersedia pada PT ANGKASA
PURA II sebagai berikut:

1.8.1. Pagar pembatas (restricted area)

Pagar pembatas adalah pagar yang berfungsi sebagai pembatas wilayah yang
bertujuan untuk perlindungan, pagar pembatas dibagi menjadi :

- Pagar pembatas sementara (temporary), biasanya terbuat dari produk-produk


dari bahan seng, papan / kayu, terpal, gypsum, dan multiplek. Digunakan
untuk fungsi proteksi sementara (keselamatan / keamanan), contohnya di
lokasi pekerjaan konstruksi, pekerjaan yang dapat menimbulkan resiko
kecelakaan dan sebagainya

- Pagar pembatas permanen, terbuat dari bahan beton, bata merah, baja,
stainless stell, tumbuhan hidup, kayu / papan, batu kali, dan sebagainya.
Digunakan untuk fungsi keindahan, melindungi privatisasi, keamanan.

1.8.2. Instalasi Alarm Kebakaran otomatik

Instalasi alarm kebakaran otomatik adalah sistem atau rangkaian alarm


kebakaran yang menggunakan detektor panas, detektor nyala api, dan titik panggil
secara manual serta perlengkapan lainnya yang dipasang pada sistem alarm
kebakaran. Kelompok alarm adalah bagian dari sistem alarm kebakaran termasuk
relai, lampu, saklar, hantaran, dan detektor sehubungan dengan perlindungan satu
area. Detektor adalah alat untuk mendeteksi pada mula kebakaran yang dapat
membangkitkan alarm dalam suatu sistem, jenis detektor yang ada pada sistem
instalasi alarm kebakaran otomatik yaitu detektor panas, detektor nyala api
(flamedetector), detektor asap (smokedetector).

Detektor harus dipasang pada bagian bangunan kecuali apabila bagian


bangunan tersebut telah dilindungi dengan Sistem pemadam kebakaran otomatik.

7
Setiap ruangan harus dilindungi secara tersendiri dan apabila suatu ruangan
terbagi oleh dinding pemisah atau rak yang mempunyai celah 30 cm kurang dari
langit-langit atau dari balok melintang harus dilindungi secara sendiri-sendiri.
Setiap daerah diantara 2 lantai yang memiliki lubang dengan luas lebih dari 9 m2
maka disetiap tingkat harus dipasang 1 detektor pada langit-langitnya dengan
jarak 1,5 m dari sisi lubang. Setiap lantai Gedung dimana secara khusus dipasang
saluran pembuangan udara harus dilindungi sekurang-kurangnya 1 detektor asap
atau sejenisnya yang ditempatkan pada saluran mendatar lubang penghisap
sedekat mungkin dengan saluran tegaknya.

Panil indikator adalah suatu panel kontrol utama yang dilengkapi indikator
beserta perlengkapannya. Panil indikator harus dilengkapi dengan :

- Fasilitas kelompok alarm


- Saklar reset alarm
- Pemancar berita kebakaran
- Fasilitas pengujian dan pemeliharaan
- Fasilitas pengujian baterai dengan voltmeter dan amperemeter
- Saklar penguji baterai
- Indikator adanya tegangan listrik
- Saklar yang dilayani secara manual serta lampu peringatan untuk memisahkan
lonceng dan peralatan control jarak jauh
- Petunjuk alarm yang dapat didengar
- Sakelar petunjuk bunyi untuk kesalahan rangkaian

1.8.3. APAR

Alat pemadam api ringan ialah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh
satu orang untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran.
Kebakaran dapat digolongkan :
- Kebakaran bahan padat kecuali logam (golongan A)
- Kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar (golongan B)

8
- Kebakaran instalasi listrik bertegangan (golongan C)
- Kebakaran logam (golongan D)
Jenis alat pemadam api ringan :
- Jenis cairan atau air
- Jenis busa
- Jenis tepung kering
- Jenis gas (hydrocarbon berhalogen)
Penggolongan kebakaran dan jenis pemadam api ringan dapat diperluas sesuai
dengan perkembangan teknologi.

Penempatan Tabung Pemadam / APAR (Alat Pemadam Api Ringan)


diatur dalam Permenakertrans RI No 4/MEN/1980 tentang Syarat-syarat
Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.

Persyaratan tersebut antara lain :

1. Mudah dilihat, diakses dan diambil serta dilengkapi dengan tanda pemasangan
APAR / Tabung Pemadam.
2. Tinggi pemberian tanda pemasangan ialah 125 cm dari dasar lantai tepat di
atas satu atau kelompok APAR bersangkutan (jarak minimal APAR / Tabung
Pemadam dengan laintai minimal 15 cm).
3. Jarak penempatan APAR / Tabung Pemadam satu dengan lainnya ialah 15
meter atau ditentukan lain oleh pegawai pengawas K3 atau Ahli K3.
4. Semua Tabung Pemadam / APAR sebaiknya berwarna merah.
Syarat tanda pemasangan APAR :

1. Segitiga sama sisi dengan warna dasar merah.


2. Ukuran tiap sisi 35 cm.
3. Tinggi huruf 3 cm berwarna putih.
4. Tinggi Tanda Panah 7.5 cm berwarna putih.

9
Pemasangan alat pemadam api ringan harus sedemikian rupa sehingga
bagian paling atas (puncaknya) berada pada ketinggian 1.2m dari permukaan
lantai kecuali jenis CO2 dan tepung kering (dru chemical) dapat ditempatkan
lebih rendah dengan syarat, jarak antara dasar alat pemadam api ringan atau
disebut APAR tidak kurang dari 15 cm dari permukaan lantai. Setiap alat
pemadam api ringan harus diperiksa 2 kali dalam setahun, yaitu :
- Pemeriksaan dalam jangka 6 bulan
- Pemeriksaan dalam jangka 12 bulan

1.8.4. Instalasi Hydrant


yang dimaksud dengan instalasi hydrant kebakaran adalah suatu system
pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan,
yang dialirkan melalui pipa-pipa dan slang kebakaran. System ini terdiri dari
system penyediaan air pompa, pemipaan, kopling outlet dan inlet serta slang dan
nozzle. Komponen instalasi hydrant dan perlengkapannya adalah:
1. Sumber air
2. Sistem pompa
3. Sistem pemipaan
4. Kotak hydrant, lengkap dengan slang, kopling penyambung, nozzle dan
sisir untuk tempat slang.

1.8.5. Unit penanggulangan kebakaran


Pengurus atau pengusaha wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan
kebakaran, Latihan penanggulangan kebakaran di tempat kerja, meliputi :
- Pengendalian setiap bentuk energi
- Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan sarana evakuasi
- Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas
- Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja
- Penyelenggaraan Latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara berkala
Pengendalian setiap bentuk energi, penyediaan, sarana deteksi, alarm, pemadam
kebakaran dan sarana evakuasi serta pengendalian penyebaran asap, panas dan gas

10
sebagaimana dimaksud dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku. Pembentukan unit penanggulangan kebakaran diperhatikan berdasarkan
jumlah pekerja atau klasifikasi tingkat potensi bahaya kebakaran, klasifikasi
tingkat potensi bahaya kebakaran :

1. Klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran ringan


2. Klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran sedang I
3. Klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II
4. Klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran sedang III
5. Klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran berat

Unit penanggulangan kebakaran terdiri dari :


1. Petugas peran kebakaran
2. Regu penanggulangan kebakaran
3. Coordinator unit penanggulangan kebakaran
4. Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran sebagai penanggung jawab
teknis
Semua hal tentang penanggulangan kebakaran diatur oleh kepmenaker 186 tahun
1999 tentang unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja.

1.8.6. Listrik

Pengertian instalasi listrik menurut permenaker No.12 tahun 2015 listrik


adalah jaringan perlengkapan listrik yang membangkitkan, memakai, mengubah,
mengatur, mengalihkan, mengumpulkan atau membagikan tenaga listrik. Ahli K3
bidang listrik adalah tenaga teknis dari luar instansi yang membidangi
ketenagakerjaan yang mempunyai keahlian di bidang K3 listrik yang ditunjuk
oleh Menteri/pejabat yang ditunjuk. Teknisi K3 listrik adalah tenaga teknis yang
mempunyai keterampilan di bidang K3 listrik dan memiliki lisensi dari Menteri
atau pejabat yang ditunjuk.

Pengusaha atau perusahaan wajib melaksanakan K3 listrik di tempat kerja.


Pelaksaan K3 listrik bertujuan :

11
1. Melindungi keselamatan dan Kesehatan kerja dan orang lain yang berada di
dalam lingkungan tempat kerja dari potensi bahaya listrik

2. Menciptakan instalasi listrik yang aman, handal dan memberikan keselamatan


bangunan beserta isinya

3. Menciptakan tempat kerja yang selamat dan sehat untuk mendorong


produktivitas

Pasal 4 ayat 1 pelaksanaan K3 listrik sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 3


merupakan pelaksanaan persyaratan K3 yang meliputi :

1. Perencanaan, pemasangan, penggunaan, perubahan, pemeliharaan.

2. Pemeriksaan dan pengujian

Pasal 4 ayat 2 persyaratan K3 sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan


pada kegiatan :

1. Pembangkitan listrik

2. Transmisi listrik

3. Distribusi listrik

4. Pemanfaatan listrik

Yang beroperasi dengan tegangan lebih dari 50 volt arus bolak balik atau 120 volt
arus searah.

Pasal 7, untuk perusahaan yang memiliki pembangkitan listrik lebih dari 200 Kva
wajib mempunyai ahli K3 bidang listrik.

Pasal 11 ayat 1 pemeriksaan secara berkala dilakukan paling sedikit 1 tahun


sekali. Ayat 2 pengujian secara berkala dilakukan paling sedikit 5 tahun sekali.
Ayat 3 hasil pemeriksaan dan pengujian harus dilaporkan kepada kepala dinas
provinsi. Ayat 4 hasil pemeriksaan dan pengujian digunakan sebagai bahan
pertimbangan dan atau Tindakan hukum oleh pengawas ketenaga kerjaan.

1.8.7. Elevator dan Eskalator

Permenaker No.6 tahun 2017 Tentang K3 elevator dan eskalator.


Berdasarkan pasal 1 ayat 2, elevator adalah pesawat lift yang mempunyai kereta
dan bobot imbang bergerak naik turun mengikuti rel-rel pemandu yang dipasang
secara permanen pada bangunan digunakan untuk mengangkut orang atau barang.

12
Berdasarkan Ayat 13 eskalator adalah pesawat transportasi untuk memindahkan
orang atau barang, mengikuti jalur lintasan rel yang digerakkan oleh motor listrik.

Pasal 2 ayat 1, pengurus atau pengusaha wajib menerpakan syarat K3


elevator dan escalator. Ayat 2 syarat K3 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang elevator dan eskalator. Ayat 3 standar
bidang elevator dan eskalator meliputi Standar Nasional Indonesia atau Standar
Internasional.

Pasal 4, pelaksanaan syarat K3 elevator dan eskalator meluputi kegiatan


perencanaan, pembuatan, pemasangan, perakitan, pemakaian, perawatan,
pemeliharaan, perbaikan, pemeriksaan dan pengujian.

Pasal 5 ayat 1, elevator meliputi :


1. Elevator penumpang
2. Elevator panorama
3. Elevator rumah tinggal
4. Elevator pelayanan
5. Elevator pasien
6. Elevator penanggulangan kebakaran
7. Elevator disabilitas
8. Elevator miring
9. Elevator barang
Ayat 2, escalator meliputi :
1. Eskalator yang memiliki sudut kemiringan 27,5-35 derajat dan memiliki
anak tangga
2. Eskalator yang memiliki sudut 0-12 derajat dan memiliki palet (travelator)

1.8.8. Instalasi Penyalur Petir


Instalasi penyalur petir ialah seluruh susunan sarana penyalur petir terdiri
atas penerima (Air Terminal)/Rod), penghantar penurunan (Down conductor),
elektroda bumi (earth electrode) termasuk perlengkapan lainnya yang merupakan

13
satu kesatuan berfungsi untuk menangkap muatan petir dan menyalurkannya
kebumi, dibagi menjadi :
1. Penerima, ialah peralatan dan atau penghantar dari logam yang menonjol lurus
keatas dan atau mendatar guna menerima petir.
2. Penghantar penurunan, ialah penghantar yang menghubungkan penerima
dengan elektroda bumi.
3. Elektroda bumi, ialah bagian dari instalasi penyalur petir yang ditanam dan
kontak langsung dengan bumi.
Instalasi penyalur petir diatur dalam permenaker No.2 Tahun 1989 tentang
Pengawasan instalasi penyalur petir.

14
BAB II
PERMASALAHAN

2.1. Hasil Observasi

Hasil observasi merupakan kumpulan peristiwa atau keadaan sebenarnya


selama proses pengamatan langsung dilakukan dilapangan. Berikut ini merupakan
temuan positif dan negatif dari observasi yang telah dilakukan.

Tabel 3.1. Temuan Objek Observasi Lapangan

Objek Temuan
No
Observasi Positif Negatif
Konstruksi Bangunan
1 Pagar pembatas Pemasangan pagar pembatas Tidak ada
sudah sangat baik dan tertutup.
(restricted area)
Dan sudah memenuhi
permenaker No.1 tahun 1980
pasal 10.

Penanggulangan Kebakaran
1 Instalasi Alarm Perusahaan sudah menerapkan Perlunya dilakukan penambahan
Kebakaran pemasangan sistem Instalasi jumlah smoke detektor pada
otomatik Alarm Kebakaran otomatik Gedung di setiap ruangan,
yang sesuai dengan dikarenakan jumlah unit smoke
Permenaker No. 2 Tahun 1983. detektor yang ada hanya 2 unit.

2 Unit Perusahaan sudah memiliki Perlunya diadakan simulasi


penanggulangan anggota personil kebakaran dan kebakaran tidak hanya
kebakaran itu sudah memenuhi keputusan disosialisasikan, simulasi
Menteri No.186 tahun 1999 dilakukan sekurang kurangnya 3
dan juga telah bulan sekali.
mensosialisasikan prosedur
tanggap darurat.

15
Objek Temuan
No
Observasi Positif Negatif
3 APAR Apar selalu di cek kondisinya Tidak ada nya dilakukan
tiap bulan sekali dan memiliki pemeriksaan terhadap APAR yang
check sheet di setiap apar. Dan seharusnya dilakukan 2 kali dalam
peletakan apar dan segitiga setahun yaitu dalam pemeriksaan
apar sudah sesuai dengan jangka 6 bulan dan 12 bulan
PERMENAKER No.04 Tahun berdasarkan PERMENAKER
1980 tentang Pemasangan dan No.04 Tahun 1980 pasal 11 dan
pemeliharaan Alat Pemadam harus melaporkan hasil
Api Ringan. pemeriksaan ke dinasker provinsi.

4 Jalur Evakuasi Terdapatnya jalur evakuasi Peta layout jalur evakuasi kurang
sesuai dengan Undang-undang besar.
No.1 Tahun 1970 pasal 3 point
D (memberikan kesempatan
atau jalan menyelamatkan diri
pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang
berbahaya.

K3 Listrik
1 Eskalator dan Perusahaan sudah Perlunya adanya instruksi
elevator melaksanakan permenaker No.6 mengenai beban kapasitas
tahun 2017 tentang K3 elevator maksimal pada travelator agar
dan eskalator, dan sudah terhindarnya dari beban berlebih.
dilakukan pengecekan secara Dan perlunya Teknisi K3 elevator
berkala. Perusahaan juga sudah dan eskalator.
menyediakan elevator khusus
disabilitas dengan tujuan
mempermudah disabilitas.

16
BAB III
ANALISA PEMBAHASAN

3.1. Analisa dan Saran Temuan


Setelah diobservasi dan wawancara dengan pihak manajemen
perusahaan, maka hasil tersebut dianalisa temuan di lapangan dan hasil
tersebut dituangkan dalam bentuk tabel di bawah ini:

17
No. Parameter Dokumentasi Analisa Temuan Saran Dasar Hukum
K3 Konstruksi
1. Pagar pembatas Adanya pembuatan Perusahaan agar terus tetap ➢ permenaker No.1
pagar pembatas dengan mempertahankan dan mematuhi peraturan tahun 1980 pasal 10.
tujuan untuk permenaker No.1 tahun 1980 pasal 10.
mengamankan area
konstruksi dari orang
ramai.

Penanggulangan Kebakaran
1. Instalasi Alarm Jumlah unit smoke Perlunya dilakukan penambahan jumlah ➢ Permenaker No. 2
Kebakaran detektor hanya smoke detektor pada Gedung di setiap Tahun 1983 pasal 1
otomatik terpasang 2 pada ruangan, dikarenakan jumlah unit smoke huruf a dan pasal 3
gedung detektor yang ada hanya 2 unit, dan perlu ayat 1 dan 3.
dilakukannya pengecekan terhadap
detektor yang ada.

2. Unit Tidak adanya simulasi Perlunya diadakan simulasi kebakaran ➢ Keputusan Menteri
penanggulangan kebakaran tidak hanya disosialisasikan, simulasi No. 186 Tahun 1999
kebakaran dilakukan sekurang kurangnya 3 bulan Tentang Unit
sekali. Penanggulangan
Kebakatan di tempat
kerja

18
No. Parameter Dokumentasi Analisa Temuan Saran Dasar Hukum
4. Prosedur tanggap Tidak adanya buku Perusahaan perlu membuat buku rencana ➢ Keputusan Menteri
darurat rencana penanggulangan kebakaran dan Tenaga Kerja No.
penanggulangan melakukan penyelenggaraan Latihan dan 186 Tahun 1999
keadaan darurat gladi penanggulangan kebakaran secara pasal 2 Tentang unit
kebakaran dan berkala. penanggulangan
penyelenggaraan kebakaran di tempat
Latihan dan gladi kerja,.
penanggulangan
kebakaran secara
berkala.
3. APAR APAR selalu Petugas harus terus melakukan ➢ PERMENAKER
dilakukan pengujian pengecekan dan pengujian terhadap apar No.04 Tahun 1980
secara rutin sebulan 1 setiap bulannya, agar APAR dapat tentang Pemasangan
kali berdasarkan hasil diketahui kondisinya dan dapat digunakan dan pemeliharaan
yang ada di data check jika terjadinya kebakaran, dan harus Alat Pemadam Api
sheet, tetapi tidak ada melakukan pemeriksaan terhadap APAR Ringan, pasal 11
melakukan 2 kali dalam setahun yaitu pemeriksaan (pemeliharaan)
pemeriksaan APAR dalam jangka 6 bulan dan 12 bulan dan
yang seharusnya hasil pemeriksaan harus dilaporkan ke
dilakukan 2 kali dalam dinasker provinsi.
setahun.

19
No. Parameter Dokumentasi Analisa Temuan Saran Dasar Hukum
4. Jalur Evakuasi Sudah terdapatnya Layout jalur evakuasi dapat dicetak lebih ➢ Undang-Undang
jalur evakuasi. besar lagi dan ditempatkan di tempat yang No.1 Tahun 1970
mudah dilihat oleh orang ramai. pasal 3 point D,
memberi kesempatan
atau jalan
menyelamatkan diri
pada waktu
kebakaran atau
keajdian-kejadian
lain yang berbahaya.

K3 Listrik
1. Travelator Tidak adanya instruksi Perlunya adanya penambahan instruksi ➢ Permenaker No.6
mengenai beban yang mengenai beban kapasitas maksimal pada tahun 2017 pasal 54
ada pada travelator, travelator agar terhindarnya dari beban (Teknisi K3 elevator
dan tidak adanya berlebih. Perusahaan perlu Teknisi K3 dan eskalator), pasal
teknisi K3 elevator dan Elevator dan eskalator yang memiliki 70 (pemeriksaan atau
eskalator berlisensi. lisensi, dan dilakukan pemeriksaan atau pengujian), pasal 80
pengujian pertama, berkala, khusus, dan (pelaporan hasil
ulang, pemerikasaan atau pengujian pemeriksaan atau
berkala dilakukan paling sedikit 1 tahun pengujian)
sekali dilakukan oleh pengawas
ketenagakerjaan spesialis atau ahli K3
bidang elevator dan eskalator, dan hasil
pemeriksaan atau pengujian harus
dilaporkan ke pimpinan unit kerja
pengawasan ketenagakerjaan

20
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

1.1. Kesimpulan
Berdasarkan Observasi yang telah dilakukan pada PT ANGKASA PURA II :
1. Perusahaan belum sepenuhnya menerapkan Sistem Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) khususnya pada Konstruksi, Penanggulangan
Kebakaran dan Listrik
2. Perusahaan memiliki sistem kinerja yang jelas secara tertulis seperti standar
operasional prosedur (SOP) sebagai pedoman dalam mengoperasikan
peralatan atau alat kerja.
3. Informasi mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam
terinformasi dengan baik.

3.2. Saran

Berdasarkan Observasi yang telah dilakukan pada PT. Angkasa Pura II


disarankan bahwa:
1. Perusahaan wajib melakukan evaluasi terhadap Sistem Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) khususnya pada konstruksi, penaggulangan
kebakaran dan listrik.
2. Perlunya dilakukan penambahan jumlah smoke detektor pada Gedung di
setiap ruangan, dikarenakan jumlah unit smoke detektor yang ada hanya 2
unit.
3. Perlunya diadakan simulasi kebakaran tidak hanya disosialisasikan,
simulasi dilakukan sekurang kurangnya 3 bulan sekali.
4. Perusahaan wajib melakukan sosialisasi mengenai Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) kepada seluruh pekerja.
5. Perlunya adanya penambahan instruksi mengenai beban kapasitas maksimal
pada travelator agar terhindarnya dari beban berlebih.
6. Perusahaan wajib melakukan Pemeriksaan minimal 1 tahun sekali,
Pengujian berkala terhadap eskalator dan eselevator yaitu selama 5 (satu)
tahun sekali, Pemeriksaan khusus, apabila terjadi kerusakan ataupun
trouble.

21
Notulen presentasi :
1. Instalasi Hydrant (halaman :10 point 1.8.4.)
2. Instalasi Penyalur Petir (halaman : 13 point point 1.8.8.)
3. Prosedur tanggap darurat (halaman : 19, No. 4 parameter prosedur tanggap
darurat)
4. Pergantian tentang perubahan regulasi K3 listrik yang terbaru
PERMENAKER No. 12 Tahun 2015 digantikan dengan PERMENAKER No.
33 Tahun 2015.

22

Anda mungkin juga menyukai