BIDANG K3
E K3 Penanggulangan Kebakaran
1. Permenaker No. 04 Tahun 1980
Tentang : Syarat – Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan
2. Permenaker No. 02 Tahun 1983
Tentang : Instalasi Alarm Kebakaran Automatik
3. Instruksi Menteri Tenaga Kerja No. 11 Tahun 1997
Tentang : Pengawasan Khusus K3 Penanggulangan Kebakaran
4. Kepmen No. 186 Tahun 1999
Tentang : Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja
F K3 Mekanik, Uap dan Bejana Tekan
1. Undang – Undang Uap Tahun 1930
2. Permenaker Nomor 37 Tahun 2016
Tentang : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bejana Tekanan dan Tangki Timbun
3. Permenaker Nomor 38 Tahun 2016
Tentang : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pesawat Tenaga dan Produksi
4. Permenaker Nomor 08 Tahun 2020
Tentang : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
ALPK3 Indonesia
KELEMBAGAAN DAN SMK3
PASAL I
I. ATURAN UMUM
Pasal 1
(1) Jang dimaksud dengan pesawat uap dalam Undang-undang ini ialah suatu
ketel uap dan setiap pesawat lainnja jang ditetapkan dengan peraturan
pemerintah secara langsung atau tidak langsung dihubungkan dengan
suatu ketel uap dan diperuntukkan guna bekerdja dibawah tekanan jang
lebih tinggi dari tekanan udara biasa.
(2) Ketel uap ialah suatu pesawat jang dibangun untuk menghasilkan uap jang
dipergunakan di luar pesawat tersebut.
Pasal 2
Pasal 3
Jang dimaksud dengan pemakai suatu pesawat uap dalam Undang-undang ini
ialah :
Pasal 4
Dalam Undang-undang ini jang dimaksud dengan pesawat uap jang tetap ialah
semua pesawat uap jang ditantjapkan di lantai/dinding dan dengan pesawat
uap jang dapat dipindah-pindahkan ialah semua pesawat uap jang tidak
ditantjapkan di lantai dinding.
II. PEMERIKSAAN RENTJANA GAMBAR PESAWAT UAP
Pasal 5
(1) Barang siapa merentjanakan suatu pesawat uap guna dipakai di “Hindia
Belanda”, mengadjukan permohonan pengesahan rentjana gambar pesawat
uap tersebut kepada Direktur Pembinaan Norma-norma Keselamatan
Kerdja, Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerdja.
Pasal 6
(1) Dilarang mendjalankan suatu pesawat uap tanpa memiliki surat izin untuk
itu jang diberikan oleh Direktur Pembinaan Norma-norma Keselamatan
Kerdja, Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerdja.
(2) Dengan Peraturan Pemerintah dapat ditundjuk pesawat uap, terhadap
mana tidak berlaku ajat jang lalu.
Pasal 7
(1) Surat izin diberikan, apabila pemeriksaan dan pertjobaan pesawat, juga
pemeriksaan terhadap perlengkapannja jang dilakukan oleh Negara
menundjukkan hasil jang memenuhi sjarat-sjarat dalam dan berdasarkan
peraturan perundangan termasuk pasal 8.
(2) Untuk Pesawat Uap jang ditempatkan di kapal berasal dari luar Indonesia
dan jang telah diperiksa dan ditjoba di Negeri Belanda, pertjobaan seperti
termaksud pada ajat (1) pasal ini tidak diharuskan, asalkan pesawat itu
tetap berada di kapal jang sama dimana pesawat itu ditempatkan sewaktu
pemeriksaan dilakukan di Negeri Belanda, dan pada surat permohonan
dilampirkan bukti jang diberikan oleh Menteri Perburuhan, Perdagangan
dan Perindustrian Belanda jang menjatakan bahwa pemeriksaan dan
pertjobaan telah dilakukan dengan hasil jang memuaskan.
Pasal 8
Dengan Peraturan Perundangan ditetapkan :
a. Keterangan apakah jang harus dimuat dalam surat permohonan untuk
mendapatkan surat izin dan apakah jang harus dilampirkan; Juga tentang
keterangan dan sjarat-sjarat jang harus dinjatakan dalam surat izin
tersebut.
b. sjarat apakah jang harus dipenuhi oleh pesawat uap dan perlengkapannja
termasuk dalam pasal 6;
c. cara pemeriksaan dan pertjobaan serta aturan jang harus diindahkan.
d. dalam hal manakah Direktur Pembinaan Norma-Norma Keselamatan
Kerdja, Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerdja dapat memberi
pembebasan seluruhnja, sebagian atau dengan bersjarat atau ketentuan
dalam peraturan pemerintah tersebut.
Pasal 9
Untuk pemeriksaan dan pertjobaan pesawat uap jang pertama kali, dilakukan
oleh Negara, juga untuk memperoleh surat izin baru dalam hal surat izin
aslinja hilang, dikenakan biaja jang djumlahnja ditetapkan dalam peraturan
pemerintah.
Pasal 10
Pasal 11
(1) Akibat jang merugikan dari suatu pertjobaan dipikul oleh siapa jang
memohonnja, kecuali djika pertjobaan itu tidak dilakukan sebagaimana
mestinja.
Pasal 12
(2) Pemohon dalam waktu empat belas hari setelah menerima pemberitahuan
tersebut, dapat mengadjukan keberatannja kepada suatu dewan jang terdiri
dari Direktur Djenderal Perlindungan dan Perawatan Tenaga Kerdja sebagai
Ketua dan dua orang Insinjur ahli mesin jang ditundjuk oleh Menteri
Tenaga Kerdja dan Transmigrasi setiap tahun sekali, sebagai anggota.
(3) Kecuali djika keberatan itu terang tidak mempunjai dasar, dewan
memerintahkan agar pesawat diperiksa kembali oleh pegawai atau ahli lain
dan djika perlu ditjoba.
Pasal 13
(1) Semua pesawat uap jang dipakai beserta perlengkapannja berada di bawah
pengawasan terus menerus oleh Negara. Pengawasan ini didjalankan oleh
pegawai-pegawai dari Kantor Daerah dan Resort dalam wilajah di mana
pesawat uap itu berada menurut aturan jang ditetapkan dengan peraturan
pemerintah.
(2) Di mana berdasarkan aturan itu untuk pemeriksaan dan pertjobaan
pesawat uap ditundjuk ahli lain dari pada pegawai jang bersangkutan dari
Pengawasan Keselamatan Kerdja, maka ahli ini mempunjai wewenang jang
sama seperti pegawai tersebut dan terhadap ahli itu berlaku juga segala
sesuatu jang ditetapkan dalam Undang-undang ini jang berkenaan dengan
tindakan tersebut bagi pegawai itu.
Pasal 14
(1) Pegawai dan ahli tersebut pada pasal 13 setiap waktu berhak memasuki
tempat di mana pesawat uap dan perlengkapannja berada.
(3) Djika pesawat atau perlengkapannja hanja dapat dicapai melalui suatu
rumah, maka pegawai tidak akan memasuki rumah tersebut bertentangan
dengan kemauan penghuni, selain dengan menundjukkan suatu surat
perintah khusus dari Bupati/ Kepala Daerah jang bersangkutan.
(4) Perihal memasuki ini dibuatnja suatu berita acara; suatu salinannja
dikirimkan kepada penghuni rumah dalam waktu dua kali dua puluh empat
jam.
Pasal 15
Pemakai pesawat uap dan mereka jang melajaninja, wadjib memberi kepada
pegawai dan ahli termaksud pada pasal 13 semua keterangan jang diinginkan
mengenai hal dan kejadian jang berkenaan dengan didjalankannja Undang-
undang ini.
Pasal 16
(1) Tiap pesawat uap diperiksa dan djika perlu ditjoba lagi oleh Direktorat
Pengawasan Keselamatan Kerdja setiap kali demikian dianggap perlu oleh
Direktorat tersebut ataupun atas permohonan pemakai.
(2) Untuk pemeriksaan dan pertjobaan termaksud pada ajat jang lalu, pemakai
harus membajar kepada Negara sedjumlah uang jang ditentukan dalam
Peraturan Pemerintah.
Pasal 17
Pasal 19
(2) Demikian juga dalam peraturan pemerintah, seperti termaksud pada ajat (1)
pasal ini, ditentukan hal-hal, di mana Direktur Pembinaan Norma-norma
Keselamatan Kerdja, Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerdja dapat
memberi pembebasan seluruh atau bersjarat atas ketentuan-ketentuan
dalam peraturan pemerintah tersebut.
Pasal 20
(3) Dalam hal termaksud pada ajat pertama dan kedua pasal ini, ditetapkan
suatu jangka waktu dalam waktu mana pemakaian harus melaksanakan
perintah tersebut.
(4) Djika pemakai menganggap dirinja diberatkan oleh perintah jang demikian
itu, dalam waktu empat belas hari setelah perintah itu diberikan kepadanja,
ia dapat mengadjukan keberatannja kepada Direktur Pembinaan Norma-
norma Keselamatan Kerdja, Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerdja jang
memberi keputusan mengenai itu. Djika pemakai juga tidak dapat
menjetujui keputusan ini, dalam waktu sepuluh hari setelah menerima
pemberitahuan keputusan tersebut, ia dapat mengadjukan keberatan
dengan suatu surat permintaan jang bermeterai kepada dewan termaksud
pada pasal 12 jang kemudian mengambil keputusan terakhir dan
menetapkan jangka waktu lagi dalam waktu mana keputusan itu harus
sudah dipenuhi.
Pasal 21
(1) Djika pada pemeriksaan atau pertjobaan ternjata bahwa pesawat tidak lagi
memenuhi sjarat jang diperlukan untuk keamanan dalam pemakaian,
pegawai jang bersangkutan melarang pemakaian selanjutnja.
(4) Djika larangan tidak dapat diubah lagi karena dibenarkan dalam tingkat
banding atau karena lewatnja jangka waktu jang ditetapkan, Direktur
Pembinaan Norma-norma Keselamatan Kerdja, Hygiene Perusahaan dan
Kesehatan Kerdja mentjabut surat izin jang dikeluarkan untuk pesawat itu.
Pasal 22
V. PERLEDAKAN
Pasal 23
Pasal 24
Pasal 25
Pasal 26
Pasal 27
Pasal 28
Pasal 29
Undang-undang ini tidak berlaku terhadap pesawat uap jang dipakai di kapal
Angkatan Laut Republik Indonesia, Perhubungan Laut dan Dinas
Pemberantasan Penjelundupan Candu di laut serta selain pengecualian jang
ditentukan dengan peraturan pemerintah, juga tidak berlaku terhadap pesawat
uap jang dipakai di perhubungan dan kepolisian milik Pemerintah Daerah.
Pasal 30
Ketjuali jang ditetapkan pada pasal 23 dan 24, Undang-undang ini juga tidak
berlaku terhadap pesawat uap :
a. jang dipakai di kapal dan perahu jang tidak diperlengkapi dengan bukti
kewarganegaraan Indonesia yang sah atau sebagai gantinja suatu surat
idzin, djika pemakai membuktikan bahwa telah dipenuhinja peraturan
mengenai uap jang berlaku di Negara jang benderanja ia pakai ataupun
kapal itu tidak memperlihatkan surat izin mengangkut penumpang atau
surat mengenai kemampuan (fertificaat van deugdelijkheid) jang memuat
tjatatan mengenai pengangkutan penumpang dari negaranja sendiri jang
masih berlaku dan diakui oleh Indonesia, kecuali djika pemiliknja
menjatakan keinginannja untuk menempatkan pesawat uap itu dibawah
pengawasan Direktorat Pengawasan Keselamatan Kerdja.
b. Direktur Pembinaan Norma-norma Keselamatan Kerdja, Hygiene
Perusahaan dan Kesehatan Kerdja dapat menetapkan apakah dan dalam
hal manakah mengenai kapal jang diklasifikasikan dapat dipandang tjukup
dengan pengawasan oleh Biro klasifikasi jang bersangkutan.
c. jang dapat diangkut dan milik seorang pemilik jang bertempat tinggal di
luar Indonesia, djika pemakai membuktikan, bahwa telah dipenuhi
peraturan mengenai uap jang berlaku di Negara di mana pemilik bertempat
tinggal dan bahwa pesawat itu dipakai di Indonesia kurang dari enam
bulan berturut-turut.
Pasal 31
Pemakai pesawat uap jang pada waktu berlakunja Undang-undang ini memiliki
surat izin, tetap berhak untuk memakai pesawat uapnja itu berdasarkan surat
tersebut dan dengan sjarat jang tertjantum dalam surat izin itu.
Hak untuk memakai surat izin ini berakhir pada pembaharuan suatu bagian
dari pesawat uap atau perlengkapannja dengan tidak menjesuaikannja dengan
ketentuan jang ditetapkan berdasarkan Undang-undang ini.
Pasal 32
PASAL II
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal jang ditetapkan oleh Gubernur
Djenderal.
Diundangkan di Cipanas
Sekretaris Umum
SALINAN
MENTERI KETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA
REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 3
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 4
Pasal 6
BAB III
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 7
Bagian Kedua
Bejana Tekanan
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
Pasal 15
Pasal 16
(5) Dalam hal sifat gas atau keadaan lain yang bersifat
khusus menyebabkan tingkap pengaman tidak dapat
dipergunakan, maka bejana yang bersangkutan harus
diberi pelat pengaman yang dapat pecah apabila
- 14 -
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 19
Pasal 20
Pasal 21
Pasal 22
Bagian Ketiga
Tangki Timbun
Pasal 23
Pasal 24
Pasal 25
Pasal 25
d. pengukur temperatur;
e. katup pengisian dan pengeluaran;
f. lubang lalu orang/lubang pemeriksaan;
g. alat penyalur petir dan pembumian; dan
h. perlengkapan lainnya untuk pemeriksaan dan
pemeliharaan.
- 19 -
Pasal 27
Pasal 28
BAB IV
PENGISIAN
Pasal 29
Pasal 30
Pasal 31
Pasal 32
Pasal 33
Pasal 34
Pasal 35
Pasal 36
(2) Untuk carbon monooxyd, dan zat cair dari gas carbon
monooj^d, yang tidak berbau, sebelum diisikan
kedalam Bejana Tekanan melalui pemadatan harus
dicampur dengan bau-bauan yang sesuai sehingga
apabila 1% (satu persen) dari gas tersebut berada di
udara bebas segera dapat diketahui.
Pasal 37
Pasal 38
Pasal 39
Pasal 40
Pasal 41
Pasal 42
Pasal 43
Pasal 44
Pasal 45
Pasal 46
Pasal 47
Pasal 48
BAB V
PENGANGKUTAN
Pasal 49
Pasal 50
Pasal 51
BAB VI
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 52
Pasal 53
Bagian Kedua
Bejana Tekanan
Pasal 54
Bagian Ketiga
Tangki Timbun
Pasal 55
Pasal 56
Pasal 57
Pasal 58
BAB vir
PERSONIL
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 59
Bagian Kedua
Teknisi Bejana Tekanan dan Tangki Timbun
Pasal 60
Bagian Ketiga
Tata Cara Memperoleh Lisensi K3
Pasal 61
Pasal 62
Pasal 63
Pasal 64
Bagian Keempat
Kewenangan Teknisi
Pasal 65
Bagian Kelima
Kewajiban Teknisi
Pasal 66
Bagian Keenam
Pencabutan Lisensi K3
Pasal 67
BAB VIII
Pasal 68
Pasal 69
Pasal 70
b. berkala;
c. khusus; dan
d. ulang.
- 34 -
Pasal 71
b. pembuatan;
c. saat sebelum digunakan atau belum pernah
dilakukan pemeriksaan dein/atau pengujian; atau
d. pemasangan, perubahan atau modifikasi.
(2) Pemeriksaan dan/atau pengujian pertama pada
perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a meliputi pemeriksaan persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1).
Pasal 72
Pasal 73
Pasal 74
Pasal 75
Pasal 76
Pasal 77
Pasal 78
Pasal 79
Pasal 80
Pasal 81
Pasal 82
Pasal 83
Pasal 84
Pasal 85
BAB IX
PENGAWASAN
Pasal 86
BABX
SANKSI
Pasal 87
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 88
Pasal 89
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 27 Desember 2016
MENTERI KETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
M. HANIF DHAKIRI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 27 Desember 2016
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
tIRO HUKUM,
[, SH
NIP. 19600324 198903 1 001
LAMPIRAN
REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
DAFTAR LAMPIRAN
ANGKA REGANG
MEMENUHI PERSYARATAN
MEMENUHI PERSYARATAN
BEJANA TEKANAN
TIMBUN
MENTERI KETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
M. HANIF DHAKIRI
^RO HUKUM,
Keterangan ;
Bilamana kekuatan tarik lebih dari 56 kg/mm2, maka angka ini dikalikan dengan angka
regang hingga putus dalam prosentase, hams menghasilkan serendah-rendahnya 1200
Tabel 2
Bejana Tekanan Berisi Gas Asam Maupun Gas
I viCMl vi In i $J9iS9 n
Keterangan:
PI : tekanan
tek percobaan dengan air dalam satuan kg/cm2 tekanan melebihi.
PO : tekanan kerja yang diperbolehkan dalam kg/cm^ tekanan melebihi.
tek
V : volume
voli yang diperlukan dalam botol dalam satuan dm^ untuk setiap kg, gas
melarut atau yang dipadatkan.
jangka waktu pengujian yang paling lama dedam tahun.
Tabel 3
Pewarnaan Bejana Penyimpanan Gas
2. Gas-gas yang berbeda jenisnya tetapi mempunyai kesamaan potensi bahaya yang
hendak ditonjolkan, diberi warna dasar yang sama, namun dibedakan dengan
penandaan khusus di tempat tertentu pada badan atau leher. Penandaan tersebut
dapat berbentuk tulisan nama gas yang dxsablonkan secara menyolok sepanjang
badan Bejana penjdmpanan gas atau berupa labeling tanda peringatan khusus
yang ditempelkan pada bagian leher.
3. Gas-gas yang jenisnya beraneka ragam dapat dikelompokkan menurut sifat dan
potensi bahayanya menjadi:
a. klasifikasi berdasarkan potensi bahaya yang dimiliki gas tersebut, antara lain
mencekik, mengoksidasi, mudah terbakar, beracun dan atau korosif
b. klasifikasi gas-gas spesifik, antara lain asetilen, oxygen, nitrous oxide.
c. klasifikasi gas-gas inert untuk pemakaian jenis industri dan medis, antara lain
argon, nitrogen, carbon dioxide, helium.
d. klasifikasi gas-gas campuran untuk jenis medis atau yang dipergunakan untuk
pernafasan, antara lain udara atau udara sintetik, helium/oxygen,
oxygen/carbon dioxide, oxygen/nitrogen, oxygen/nitrous oxide, nitric
oxide/nitrogen N0<1000 ppm (V/V),
e. klasifikasi gas-gas industri dan gas campuran, antara lain Udara atau udara
sintetik {O2 ^ 23.5 %), Ammonia, Chlorine, Hydrogen, Krypton, Methane,
Argon/Carbon dioxide, Nitrogen / carbon dioxide.
-7-
A
6018
Flammable (Mudah
A 5012
Terbakar)
(Beracun dan/atau
korosif)
Oxygen O2
A (3) or RAL 3007, Black
Red.
(Body & shoulder)
02 White RAL 9010
A
-8-
1.3. Klasifikasi gas-gas inert untuk pemakaian jenis industri dan medis
JENIS GAS WARNA PADA BAHU BEJANA
1.4. Klasifikasi gas-gas campuran untuk jenis medis atau yang dipergunakan
untuk pemafasan
JENIS GAS WARNA PADA BAHU BEJANA
A
NO <1000 ppm
(V/V)
Bentuk dan ukuran label dapat disesuaikan dengan dimensi dari bejana
pen5dmpanan gas itu sendiri, untuk ditampilkan pada bagian bahu bejana
penjdmpanan gas. Informasi berikut diperlukan dalam label:
a. Pictogram, yang menampilkan potensi bahaya utama dan potensi bahaya
teimbahannya. Pictogram disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
b. Nomor UN;
c. Nama gas dan sifat gas;
d. Nama gas huruf besar;
e. Keterangan potensi bahaya;
f. Keterangan dimensi dan tekanan tabung;
g. Standard yang dipakai;
h. Nama perusahaan pembuat tabung;
i. Alamat perusahaan pembuat tabung;
j. Informasi tambahan perusahaan pembuat tabung;
-11 -
Cat yang diraaksud adalah cat produksi pabrik yang telah diakui oleh Instansi
Pemerintah yang berwenang dan mempunyai sifat-sifat berikut:
a. Cat tersebut harus mempunyai daya lekat terhadap baja yang cukup baik guna
meUndungi permukaan bejana dengan sempuma dari pengaruh udara.
b. Cat tersebut hams mempunyai kekerasan dan elastisitet, agar daya lentumya
baik, sehingga cukup tahan pukul atau tekanan dari luar.
c. Cat tersebut harus tidak mudah terbakar dan tahan air.
Formulir la
SURAT KETERANGAN
BEJANA TEKANAN / TANGKI TIMBUN *)
Nomor :
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan pengujian yang telah dilakukan oleh Ahli K3
Bidang Pesawat Uap dan Bejana Tekanan pada tanggal s/d
terhadap perencanaan/ pembuatan/ pemasangan/ pemakaian/ perbaikan/ modifikasi *)
bejana tekanan / tangki timbun*), diterangkan bahwa:
A. DATA UMUM
1. Nama
2. Jabatan
3. Perusahaan
4. Alamat
5. Lokasi Objek
B.DATATEKNIS
1. Jenis
2. Bentuk/Type ;
3. Gambar Konstmksi : No : tanggal
4. Nama/Perusahaan Perencana :
5. Pabrik/Perusahaan Pembuat ;
6. Perusahaan Pemasang ;
7. Tempat dan Tahun Pembuatan :
8. Tempat dan Tahun Pemasangan:
9. Tekanan Desain :
Kg/cm2
10.Tekanan Kerja Yang Diijinkan :
Kg/cm2
11.Kapasitas : Kg
12.Volume : Liter
13. Nomor Seri Pabrik (MSN) :
14.Jumlah : Buah
15. Media yang akan diisikan :
16.Digunakan untuk :
17.Alat pengaman dan perlengkapan lainnya :
Jenis Jumlah Ukuran Letak
E. KESIMPULAN
MEMENUHI
Demikian Surat Keterangan ini dibuat dengan sebenarnya agar dapat digunakan
sebagaimana mestinya dan berlaku sepanjang Bejana Tekanan/Tangki Timbun')
tidak dilakukan perubahan teknis dan/atau sampai dilakukan pemeriksaan dan
pengujian selanjutnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
NO. REG.
Keterangan;
Lembar surat keterangan:
a. Lembar pertama, untuk pemilik;
b. Lembar kedua, untuk unit kerja pengawasan ketenagakerjaan setempat;
c. Lembar ketiga, untuk unit kerja pengawasan ketenagakerjaan pusat.
- 14-
Formulir lb
SURAT KETERANGAN
BEJANA TEKANAN/TANGKI TIMBUN *)
Nomor :
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan pengujian yang telah dilakukan oleh Pengawas
Ketenagakerjaan Spesialis Pesawat Uap dan Bejana Tekanan pada tanggal s/d
terhadap perencanaan / pembuatan / pemasangan / pemakaian /
perbaikan / modifikasi *) Isejana tekanan / tangki timbun*), diterangkan bahwa:
A. DATAUMUM
1. Nama
2. Jabatan
3. Perusahaan
4. Alamat
5. Lokasi
B.DATATEKNIS:
1. Jenis
2. Bentuk/Tjrpe :
3. Gambar Konstruksi : No : tanggal:.
4. Nama/Perusahaan Perencana :
5. Pabrik/Perusahaan Pembuat :
6. Perusahaan Pemasang :
7. Terapat dan Tahun Pembuatan :
8. Tempat dan Tahun Pemasangan:
9. Tekanan Desain :
Kg/cm2
10.Tekanan Kerja Yang Diijinkan ;
Kg/cm2
11.Kapasitas :
12.Volume : Liter
E. KESIMPULAN
MEMENUHI
Demikian Surat Keterangan ini dibuat dengan sebenarnya agar dapat digunakan
sebagaimana mestinya dan berlaku sepanjang Bejana Tekanan/Tangki Timbun*)
tidak dilakukan perubahan teknis dan/atau sampai dilakukan pemeriksaan dan
pengujian selanjutnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Disetujui :
Pimpinan Unit Kerja Pengawas
Pengawasan Ketenagakerjaan Spesialis
Ketenagakerjaan Pesawat Uap dan Bejana
Tekanan
Keterangan:
Lembar surat keterangan:
Lembar pertama, untuk pemilik;
- Lembar kedua, untuk unit kerja pengawasan ketenagakerjaan setempat;
Lembar ketiga, untuk unit kerja pengawasan ketenagakerjaan pusat.
- 16 -
Formulir Ic
SURAT KETERANGAN
BEJANA TEKANAN / TANGKI TIMBUN *)
Nomor:
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan pengujian yang telah dilakukan oleh Ahli K3
Bidang Pesawat Uap dan Bejana Tekanan pada tanggal s/d
terhadap perencanaan / pembuatan/ pemasangan/ pemakaian/ perbaikan/ modifikasi *)
bejana tekanan/tangki timbun*), diterangkan bahwa:
A. DATAUMUM
1. Nama
2. Jabatan
3. Perusahaan
4. Alamat
5. Lokasi
B. DATA TEKNIS
1. Jenis
2. Bentuk/Type :
3. Gambar Konstruksi : No : , tanggal:.
4. Nama/Perusahaan Perencana :
5. Pabrik/Perusahaan Pembuat :
6. Perusahaan Pemasang
7. Tempat dan Tahun Pembuatan :
8. Tempat dan Tahun Pemasangan:
9. Tekanan Desain :
Kg/cm2
10.Tekanan Kerja yang Diijinkan :
Kg/cm2
11. Kapasitas : Kg
12.Volume ; Liter
13.Nomor Seri Pabrik (MSN) :
14.Jumlah : Buah
15.Media yang akan diisikan :
16.Digunakan untuk :
17.Alat pengaman dan perlengkapan lainnya :
Jenis Jumlah Ukuran Letak
E. KESIMPULAN
TIDAK MEMENUHI
NO. REG.
Keterangan:
Lembar surat keterangan;
- Lembar pertama, untuk pemilik;
Lembar kedua, untuk unit kerja pengawasan ketenagakerjaan setempat;
- Lembar ketiga, untuk unit kerja pengawasan ketenagakerjaan pusat.
- 18 -
Forraulir Id
SURAT KETERANGAN
BEJANA TEKANAN / TANGKI TIMBUN *)
Nomor :
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan pengujian yang telah dilakukan oleh Ahli K3
Bidang Pesawat Uap dan Bejana Tekanan pada tanggal s/d
terhadap perencanaan/pembuatan/pemasangan/pemakaian/perbaikan/raodifikasi *)
bejana tekanan/tangki timbun*), diterangkan bahwa:
A. DATA UMUM
1. Nama
2. Jabatan
3. Perusahaan
4. Alamat
5. Lokasi
B. DATA TEKNIS
1. Jenis
2. Bentuk/Type :
3. Gambar Konstruksi ; No : , tanggal
4. Nama/Perusahaan Perencana :
5. Pabrik/Perusahaan Pembuat :
6. Perusahaan Pemasang :
7. Tempat dan Tahun Pembuatan :
8. Tempat dan Tahun Pemasangan:
9. Tekanan Desain :
Kg/cm2
10.Tekanan Kerja Yang Diijinkan :
Kg/cm2
11.Kapasitas : Kg
12.Volume : Liter
13.Nomor Seri Pabrik (MSN) :
14.Jumlah : Buah
15.Media yang akan diisikan :
16.Digunakan untuk :
17.AIat pengaman dan perlengkapan lainnya :
Jenis Jumlah Ukuran
- 19 -
E. KESIMPULAN
TIDAK MEMENUHI
Disetujui:
Pimpinan Unit Kerja Pengawas
Pengawasan Ketenagakerjaan Spesialis
Ketenagakerjaan Pesawat Uap dan Bejana
Tekanan
Keterangan:
Lembar surat keterangan:
Lembar pertama, untuk pemilik;
- Lembar kedua, untuk unit kerja pengawasan ketenagakerjaan setempat;
Lembar ketiga, untuk unit kerja pengawasan ketenagakerjaan pusat.
- 20 -
Formulir 2
I. DATAUMUM
1. Pemilik
2. A amat
3. Pemakai
4. Lokasi Unit
5. Nama Operator
6. JenisBejana
7. Pabrik Pembuat
8. Merk / Type
9. Tahun Pembuatan
Pengujian
Jumlah Roundshell
Cara penyambungan
Ketebalan (t)
- 21 -
Panjang Badan
Jenis
Penguat Jumlah
Ukuran/Dimensi
Jenis/bentuk
Lengkungan {R)
Lekukan (r)
Depan/Atas Kemiringan
Diameter
Ketebalan
Material/Bahan
Tutup/Head
Jenis/bentuk
Lengkungan (R)
Lekukan (r)
Belakang/
Kemiringan
Bawah
Diameter
Ketebalan
Material / Bahan
Jenis/bentuk
Cara pemasangan
Diameter
Ketebalan
Instalasi pipa
Jenis katup
Jumlah
III. PEMERIKSAAN
a). Visual
Kondisi
Bagian-Bagian Memenuhi
Keterangan
Tidak
svarat
a. Shell/badan
b. Head/tutup ujung
c. Jacket/selubung
d. Pipa-pipa / channel
e. Nozzle/nosel
Kondisi
Bagian-Bagian Memenuhi
Tidak
svarat
Kelengkapan bejana:
a. Pedoman tekanan
b. Pengukur temperature
c. Pelat nama
d. Keran pembuang/drain
e. Keran ventilasi
1. Katup pengaman/sa/ety
valve
g. Katup pelampung
h. Katup vacuum
1. Filter
1. Steam Trap
Support
Instalasi pipa
a. Katup-katup
b. Support
b). Dimensi
Shell badan
a. Ketidak bulatan
1. b. Ketebalan
c. Diameter
d. Panjang
Head/tutup ujung
2. a. Diameter
b. Ketebalan
Pipa-pipa/channel
a. Diameter
b. Ketebalan
c. Panjang
Instalasi pipa
a. Diameter
- 23 -
b. Ketebalan
c. Panjang
KETERANGAN ; Pemeriksaan dimensi untuk ketebalan diambil berdasarkan
ketebalan tertipis dari hasil pengukuran spot secara random.
NIP/NO REG
IV. PEMERIKSAAN TIDAK MERUSAK
IV. 1. Shell/Badan
Jenis NDT
Cacat
Bagian yang NDT Lokasi
Tidak Keterangan
Ada
GAMBAR:
NIP/NO. REG
IV.2. Head/Tutup Ujung
Jenis NDT;
Cacat
Bagian yang NDT Lokasi Tidak Keterangan
Ada
GAMBAR:
Cacat
Bagian yang NDT Lxjkasi Keterangan
Ada
GAMBAR:
NIP/NO REG
IV.4. Nozzle/Nosel
Jenis NDT
Cacat
Bagian yang NDT Lokasi
Tidak Keterangan
Ada
GAMBAR:
NIP/REG
IV.5. Instalasi Pipa
Jenis NDT
Cacat
Bagian yang NDT Lokasi
TidiOc Keterangan
Ada
GAMBAR:
NIP/NO REG
V. PENGUJIAN HIDROSTATIS
Tekanan Desain
Kg/Cm2
Tekanan Keija
Kg/Cm2
Tekanan Uji
Ke/Cm2
Temperatur ambien
Waktu penahanan
Kenaikan Temperatur
DP/WP
CATATAN
Selama dan setelah pengujian telah diperiksa bagian-bagian utama Bejana Tekanan:
Terjadi/Tidak Terjadi Kebocoran;
Terjadi/Tidak Terjadi Perubahan Bentuk.
PEGAWAI PENGAWAS/AHLI K3
SPESIALIS PESAWAT UAP & BEJANA TEKAN
NIP/NO. REG
VI. KESIMPULAN
VII. SARAN
PEGAWAI PENGAWAS/AHL! K3
SPESIALIS PESAWAT UAP & BEJANA TEKAN
NIP/NO. REG
- 31 -
Formulir 3a
LOKASI TANGKI :
Catatan:
Pemenksa
Formulir 3b
Data Umum
Nama Fasilitas ; Kode Noraor Fasilitas
brik Pembuat:
Pabrik Pembuat: ]Media (isi) Tangki Timbun : Berat jenis :
:uran / Dimensi :
Ukuran ]Kapasitas : Maks
Tinggi Maksimal Pengisian
Pendeteksi Kebocoran
Tracer Gas
Holiday
Lainnya (sebutkan
- 34 -
Kebocoran?
RINGKASAN PERBAIKAN : (penjelasan, tanggal selesai, dan tanggal pengujian setelah perbaikan)
Pondasi:
Bagian Bawah :,
Badan (SheE] :.
Atap (Roof);_
Perlengkapan Pengaman
Apakah diperlukan Pengujian Pemadatan (Hydrostatic test)?: d YaQ Tidak Tanggal Pengujian:
TANDATANGAN:
Petugas / Tanggal
-35-
Format 4a
Contoh Stiker Meraenuhi Persyarataji K3
MEMENUHIPERSVARATAN K3
NAMA PERUSAHAAN
NAMA BEJANA TEKANAN/TANGKI TIMBUN
TIPE/NO. SERI
KAPASITAS/VOLUME
LOKASIBEJANA TEKANAN/TANGKI TIMBUN
-36-
Format 4b
Contoh Stiker Tidak Memenuhi Persyaratan K3
Dilarany ••
di(akukcin ,'i
NAMA PERUSAHAAN
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
TABEL A : DIAMETER POROS MINIMUM DAN TEBAL RODA GERINDA PADA KECEPATAN OPERASI SAMPAI DENGAN 35 M/DETIK
Catatan : Untuk kecepatan melebihi 7000 feet/menit dan roda gerinda yang berat ukuran porosnya yang tercantum pada tabel 2 tidak dapat
digunakan. Dalam hal ini ukuran porosnya sangat tergantung pada beberapa faktor antara lain perencanaan mesin, jenis bantalan, kualitas
bahan dan pabrik pembuatnya.
-3-
TABEL B : DIAMETER POROS MINIMUM DAN TEBAL RODA GERINDA PADA KECEPATAN OPERASI 7.000 FEET/MENIT
CATATAN : Untuk kecepatan melebihi 7.000 feet/menit dan roda-roda gerinda yang berat ukuran porosnya yang tercantum pada tabel 2 tidak dapat digunakan.
Dalam hal ini ukuran porosnya sangat tergantung pada beberapa faktor antara lain perencanaan mesin, jenis bantalan, kualitas bahan dan pabrik
pembuatnya
-4-
Kualifikasi BENTUK RODA GERINDA BAHAN PENGIKAT VITRIFEED DAN SILICA BAHAN PENGIKAT ORGANIK
KEC. KEC. KEC.
KEC. RENDAH KEC. SEDANG KEC. TINGGI
RENDAH SEDANG TINGGI
(M/DET) (M/DET) (M/DET)
(M/DET) (M/DET) (M/DET)
1 Bentuk I : roda-roda rata
Bentuk 4 : roda-roda runcing
28 30 33 33 40 48
Bentuk 12 : roda-roda bercela
Bentuk 13 : roda-roda gancu
2 Bentuk 5 dan 7 roda recressed 28 30 33 33 40 48
3 Bentuk 2 : roda-roda silinderis 23 28 30 30 40 48
4 Bentuk 11 : roda-roda mangkok 23 28 30 30 40 48
5 Bentuk 6 : roda-roda mangkok
23 25 28 30 38 45
cekung
6 Roda-roda potong berdiameter
- - - - - 38 – 70
lebih besar dari 400 mm
7 Roda potong berdiameter lebih
- - - - - 50 – 80
kecil dari 400 mm
8 Roda penggerindaan dalam 28 – 40 30 – 50 33 – 60 - - 48 – 60
9 Roda intan : 1. Roda potong
a. Pengikat dari logam dengan poros dari baja 70
b. Pengikat dari logam dengan poros dari baja campuran 38
c. Pengikat dari resin dengan poros resin atau baja campuran
38
2. Untuk semua tipe ......... 33
-5-
- Roda-roda potong
Sampai dengan 80 m/det 1,2
1. Penggerak Mula
a s.d. 214,47 HP 1 orang -
> 214,47 HP 1 orang 1 orang
b Kincir Angin Non kelas 1 orang
2. Tanur (Furnace)
MENTERI KETENAGAKERJAAN
REPUBUK INDONESIA
REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
MEMUTUSKAN;
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
BAB II
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 5
Bagian Kedua
Bahan
Pasal 6
Pasal 7
Bagiain Ketiga
Komponen Utama
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
Pasal 15
Bagian Keempat
Perlengkapan
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18
Bagian Kelima
Pengoperasian
Pasal 19
Pasal 20
BAB III
PESAWAT ANGKAT
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 21
Pasal 22
Bagian Kedua
Dongkrak
Pasal 23
Pasal 24
Pasal 25
Pasal 26
Bagian Ketiga
Keran Angkat
Pasal 27
Pasai 28
Pasal 29
Pasal 30
Pasal 31
Pasal 32
Pasal 33
Pasal 34
Pasal 35
Pasal 36
Pasal 37
Pasal 38
Pasal 39
Pasal 40
Pasal 41
Pasal 42
Pasal 43
Pasal 44
Pasal 45
Pasal 46
Pasal 47
Pasal 48
Pasal 49
Pasal 50
Pasal 51
Pasal 52
Pasal 53
Pasal 54
Bagian Keempat
Alat Angkat Pengatur Posisi Benda Kerja
Pasal 55
Pasal 56
Bagian Kelima
Personal Platform
Pasal 57
Pasal 58
(1) Passenger hoist selain memiliki komponen utama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (1) juga
memiliki batang bergerigi/berulir, roda gigi {gear), dan
sangkar {basket).
(2) Gondola selain memiliki komponen sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 57 ayat (1) juga memiliki rel,
tiang, lengan yang merupakan arm atau boom, tromol
gulung (drum), motor listrik, dan sangkar {basket).
Pasal 59
Pasal 60
Pasal 61
Pasal 62
Pasal 63
Pasal 64
Pasal 65
Pasal 66
BAB IV
PESAWAT ANGKUT
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 67
Pasal 68
Pasal 69
Pasal 70
Pasal 71
Pasal 72
Pasal 73
Pasal 74
Bagian Kedua
Alat Berat
Pasal 75
Pasal 76
Pasal 77
Pasal 78
Pasal 79
Pasal 80
Pasal 81
Pasal 82
Pasal 83
Pasal 84
Pasal 85
Pasal 86
Pasal 87
Pasal 88
Pasal 89
Pasal 90
Bagian Ketiga
Kereta
Pasal 91
Pasal 92
Pasal 93
Pasal 94
Pasal 95
Pasal 96
Pasal 97
Pasal 98
Pasal 99
Pasal 100
Pasal 101
Pasal 102
Bagian Keempat
Personal Basket
Pasal 103
Pasal 104
Pasal 105
Pasal 106
Pasal 107
Bagian Kelima
Truk
Pasal 108
Pasal 109
Pasal 110
Pasal 111
Bagian Keenam
Robotik dan Konveyor
Pasal 112
Pasal 113
Pasal 114
Pasal 115
Pasal 116
Pasal 117
Pasal 118
Pasal 119
Pasal 120
Pasal 121
Pasal 122
Pasal 123
BAB V
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 124
Pasal 125
Pasal 126
Pasal 127
Pasal 128
Bagian Kedua
Sling
Paragraf 1
Umum
Pasal 129
Sling meliputi sling tali kawat baja [wire rope sling), sling
rantai {chain sling), sling sabuk {webbing sling) dan sling
tali serat.
Pasal 130
Paragraf 2
Sling Tali Kawat Baja {Wire Rope Sling)
Pasal 131
(3) Sling tali kawat baja {wire rope sling] dilarang disimpul
dan dibelit.
Paragraf 3
Sling rantai [chain sling)
Pasal 132
Paragraf 4
Sling Sabuk (Webbing Sling)
Pasal 133
Paragraf 5
Sling Tali Serat (Synthetic Rope Sling)
Pasal 134
Bagian Ketiga
Batang Balok {Spreader Bar)
Pasal 135
Bagian Keempat
Balok Pengangkat {Lifting Beam)
Pasal 136
Bagian Kelima
Keranjang Manusia [Personal Basket)
Pasal 137
Pasal 138
Bagian Keenam
Alat Kelengkapan
Pasal 139
BAB VI
PERSONEL
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 140
Pasal 141
Pasal 142
Bagian Kedua
Kompetensi Personel K3
Pasal 143
Bagian Ketiga
Penunjukan Teknisi
Pasal 144
Bagian Keempat
Penunjukan Operator Pesawat Angkat
Pasal 145
Pasal 146
Pasal 147
Pasal 148
Pasal 149
Pasal 150
Bagian Kelima
Penunjukan Operator Pesawat Angkut
Pasal 151
Pasal 152
Pasal 153
Pasal 154
Pasal 155
Pasal 156
Bagian Keenam
Penunjukan Juru Ikat {Rigger)
Pasal 157
Bagian Ketujuh
Penunjukan Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat
Dan Pesawat Angkut
Pasal 158
Bagian Kedelapan
Tata Cara Memperoleh Lisensi Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
Pasal 159
Bagian Kesembilan
Tata Cara Memperoleh Surat Keputusan Penunjukan Dan
Kartu Tanda Kewenangan
Pasal 160
Pasal 161
Bagian Kesepuluh
Perpanjangan Surat Keputusan Penunjukan, Kartu Tanda
Kewenangan dan Lisensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pasal 162
Pasal 163
Bagian Kesebelas
Tugas Dan Kewenangan Teknisi
Pasal 164
Bagian Keduabelas
Tugas dan Kewenangan Operator
Pasal 165
Bagian Ketigabelas
Tugas Dan Kewenangan Juru Ikat (Rigger)
Pasal 156
Bagian Keempatbelas
Tugas dan Kewenangan Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat
dan Pesawat Angkut
Pasal 167
Bagian Kelimabelas
Kewajiban
Pasal 158
Teknisi berkewajiban:
a. mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangaji
di bidang K3;
b. melakseinakan standar prosedur kerja aman;
c. membuat laporan hasil pemasangan, pemeliharaan,
perbaikan, dan/atau pemeriksaan
peralatan/komponen Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut;
d. mengisi buku kerja dan membuat laporan bulanan
sesuai dengan pekeijaan yang telah dilakukan; dan
e. melaporkan kepada atasan langsung mengenai kondisi
Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut yang menjadi
tanggung jawabnya jika tidak aman atau tidak layak
pakai.
Pasal 169
Pasal 170
Pasal 171
Bagian Keenambelas
Pencabutan
Pasal 172
BAB VII
Pasal 173
Pasal 174
d. ulang.
-90-
Pasal 175
Pasal 176
Pasal 177
Pasal 178
Pasal 179
Pasal 180
Pasal 181
Pased 182
Pasal 183
Pasal 184
BAB VIII
PENGAWASAN
Pasal 185
BAB IX
SANKSl
Pasal 186
BABX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 187
Pasal 188
ttd.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPU BLIK INDO NESI A,
ttd.
AYAN TI
LAMPIRAN
REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
DAFTAR LAMPIRAN
1. KUALIFIKASI OPERATOR
MENTERI KETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
IDA FAUZIYAH
DAYANTI
1. KUALIFIKASI OPERATOR
portal crane, ship crane, barge crane, derrick ship crane, dredging crane, ponton crane,
floating crane, floating derricks crane, floating ship crane, cargo crane, crawler crane, mobile
crane, lokomotif crane dan/atau railway crane, truck crane, tractor crane, side boom crane,
derrick crane, portal crane, pedestal crane
1.2
s/d 25 ton 1 orang - -
> 25 ton dan s/d 100 ton - 1 orang -
> 100 ton - - 1 orang
1.3 Keran menara (tower crane). - - -
Tinggi menara s/d 40 m 1 orang - -
Tinggi menara s/d 60 m - 1 orang -
Tinggi menara tanpa batasan ketinggian - - 1 orang
lier, dongkrak hidraulik, dongkrak
pneumatik, post lift, dan truck/car lift,
1.4 Rotator, robotik, dan takel, passenger hoist, non kelas 1 orang
dan gondola, hidraulik drilling rig, pilling
crane/mesin pancang
II Pesawat Angkut
II. 2. 1
telehandler, hand lift/hand pallet sId 15 ton.
- 1 orang -
Jenis forklift/lift truck, reach stackers,
II.2
II. 2. 2
telehandler, hand lift/hand pallet > 15 ton. - - 1 orang
- 100 -
MATERI PEMBINAAN
TEKNISI PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
No. Materi
1 Kebijakan K3
3 Dasar-dasar K3
7 Pengetahuan kelistrikan
11 Manajemen perawatan
Keterangan:
- Durasi pelaksanaan pembinaan 90 (sembilan puluh) Jam Pelajaran (JP)
atau disesuaikan dengan kebutuhan
- 101 -
MATERI PEMBINAAN
OPERATOR DONGKRAK MEKANIK, TAKAL
No. Materi
1 Kebijakan K3
3 Dasar-dasar K3
9 Pengoperasian aman
Keterangan:
- Durasi pelaksanaan pembinaan 30 (tiga puluh) Jam Pelajaran (JP) atau
disesuaikan dengan kebutuhan
- 102 -
MATERI PEMBINAAN
OPERATOR KERAN MOBIL (MOBILE CRANE), SHIP UNLOADER CRANE, GANTRY
LUFFING CRANE, CONTAINER CRANE, PORTAL CRANE, SHIP CRANE, BARGE
CRANE, DERRICK SHIP CRANE, DREDGING CRANE, PONTON CRANE, FLOATING
CRANE, FLOATING DERRICKS CRANE, FLOATING SHIP CRANE, CARGO CRANE,
CRAWLER CRANE, MOBILE CRANE, LOKOMOTIF CRANE DAN/ATAU RAILWAY
CRANE, TRUCK CRANE, TRACTOR CRANE, SIDE BOOM CRANE/CRAB CRANE
1 Kebijakan K3 √ √ √
3 Dasar-dasar K3 √ √ √
12 Stabilitas √ √
13 Pengoperasian aman √ √ √
Keterangan:
a. Durasi pelaksanaan pembinaan 50 (lima puluh) Jam Pelajaran (JP) untuk
kelas I (satu) atau disesuaikan dengan kebutuhan;
b. Durasi pelaksanaan pembinaan 40 (empat puluh) Jam Pelajaran (JP) untuk
kelas II (dua) atau disesuaikan dengan kebutuhan.
c. Durasi pelaksanaan pembinaan 30 (tiga puluh) Jam Pelajaran (JP) untuk
kelas III (tiga) atau disesuaikan dengan kebutuhan
- 103 -
MATERI PEMBINAAN
OPERATOR KERAN MENARA (TOWER CRANE)
1 Kebijakan K3 √ √ √
3 Dasar-dasar K3 √ √ √
11 Stabilitas √
12 Pengoperasian aman √ √ √
Keterangan:
a. Durasi pelaksanaan pembinaan 50 (lima puluh) Jam Pelajaran (JP) untuk
kelas I (satu) atau disesuaikan dengan kebutuhan;
b. Durasi pelaksanaan pembinaan 40 (empat puluh) Jam Pelajaran (JP) untuk
kelas II (dua) atau disesuaikan dengan kebutuhan;
c. Durasi pelaksanaan pembinaan 30 (tiga puluh) Jam Pelajaran (JP) untuk
kelas III (tiga) atau disesuaikan dengan kebutuhan.
- 104 -
MATERI PEMBINAAN
OPERATOR KERAN OVERHEAD (OVERHEAD CRANE), OVERHEAD TRAVELLING
CRANE, HOIST CRANE, CHAIN BLOCK, MONORAIL CRANE, WALL CRANE/JIB
CRANE, STACKER CRANE, GANTRY CRANE, SEMI GANTRY CRANE, LAUNCHER
GANTRY CRANE, ROLLER GANTRY CRANE, RAIL MOUNTED GANTRY CRANE,
RUBBER TIRE GANTRY CRANE, SHIP UNLOADER CRANE, GANTRY LUFFING
CRANE, CONTAINER CRANE
1 Kebijakan K3 √ √ √
Peraturan perundang-undangan K3 di Bidang
2 √ √ √
Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
3 Dasar-dasar K3 √ √ √
12 Stabilitas √
13 Pengoperasian aman √ √ √
Keterangan:
a. Durasi pelaksanaan pembinaan 50 (lima puluh) Jam Pelajaran (JP) untuk
kelas I (satu) atau disesuaikan dengan kebutuhan;
b. Durasi pelaksanaan pembinaan 40 (empat puluh) Jam Pelajaran (JP) untuk
kelas II (dua) atau disesuaikan dengan kebutuhan;
c. Durasi pelaksanaan pembinaan 30 (tiga puluh) Jam Pelajaran (JP) untuk
kelas III (tiga) atau disesuaikan dengan kebutuhan.
- 105 -
MATERI PEMBINAAN
OPERATOR ROBOTIK
No. Materi
1 Kebijakan K3
3 Dasar-dasar K3
4 Sistem Kontrol
9 Pengoperasian aman
Keterangan:
- Durasi pelaksanaan pembinaan 40 (empat puluh) Jam Pelajaran (JP) atau
disesuaikan dengan kebutuhan
- 106 -
MATERI PEMBINAAN
OPERATOR PASSENGER HOIST
No. Materi
1 Kebijakan K3
3 Dasar-dasar K3
8 Alat Pengaman
9 Pengoperasian aman
Keterangan:
- Durasi pelaksanaan pembinaan 30 (tiga puluh) Jam Pelajaran (JP) atau
disesuaikan dengan kebutuhan
- 107 -
MATERI PEMBINAAN
OPERATOR GONDOLA
No. Materi
1 Kebijakan K3
3 Dasar-dasar K3
9 Pengoperasian aman
Keterangan:
- Durasi pelaksanaan pembinaan 30 (tiga puluh) Jam Pelajaran (JP) atau
disesuaikan dengan kebutuhan
- 108 -
MATERI PEMBINAAN
OPERATOR FORKLIFT
Kelas Kelas
No. Materi
I II
1 Kebijakan K3 √ √
3 Dasar-dasar K3 √ √
7 Sebab-sebab kecelakaan √ √
9 Stabilitas √
10 Pengoperasian aman √ √
Keterangan:
a. Durasi pelaksanaan pembinaan 40 (empat puluh) Jam Pelajaran (JP) untuk
kelas I (satu) atau disesuaikan dengan kebutuhan;
b. Durasi pelaksanaan pembinaan 30 (tiga puluh) Jam Pelajaran (JP) untuk
kelas II (dua) atau disesuaikan dengan kebutuhan.
- 109 -
MATERI PEMBINAAN
OPERATOR MAN LIFT
No. Materi
1 Kebijakan K3
3 Dasar-dasar K3
8 Stabilitas
9 Pengoperasian aman
Keterangan:
- Durasi pelaksanaan pembinaan 30 (tiga puluh) Jam Pelajaran (JP) atau
disesuaikan dengan kebutuhan
- 110 -
MATERI PEMBINAAN
OPERATOR ALAT BERAT
No. Materi
1 Kebijakan K3
3 Dasar-dasar K3
7 Sebab-sebab kecelakaan
9 Stabilitas
10 Pengoperasian aman
Keterangan:
- Durasi pelaksanaan pembinaan 40 (empat puluh) Jam Pelajaran (JP) atau
disesuaikan dengan kebutuhan
- 111 -
MATERI PEMBINAAN
OPERATOR KERETA
No. Materi
1 Kebijakan K3
3 Dasar-dasar K3
7 Sebab-sebab kecelakaan
8 Pengenalan rambu-rambu
9 Pengoperasian aman
Keterangan:
- Durasi pelaksanaan pembinaan 30 (tiga puluh) Jam Pelajaran (JP) atau
disesuaikan dengan kebutuhan
- 112 -
MATERI PEMBINAAN
OPERATOR PITA TRANSPORT (CONVEYOR)
No. Materi
1 Kebijakan K3
3 Dasar-dasar K3
9 pengoperasian aman
Keterangan:
- Durasi pelaksanaan pembinaan 30 (tiga puluh) Jam Pelajaran (JP) atau
disesuaikan dengan kebutuhan
- 113 -
MATERI PEMBINAAN
JURU IKAT (RIGGER)
No. Materi
1 Kebijakan K3
10 Manajemen perawatan
Keterangan:
- Durasi pelaksanaan pembinaan 30 (tiga puluh) Jam Pelajaran (JP) atau
disesuaikan dengan kebutuhan
- 114 -
MATERI PEMBINAAN
AHLI K3 BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
No. Materi
1 Kebijakan K3
Peraturan perundang-undangan K3 di Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat
2
Angkut
3 Dasar-dasar K3
4 Sistem Manajemen K3
5 Investigasi Kecelakaan Kerja
6 Jenis-Jenis dan proses kerja Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
Perlengkapan dan pengamanan Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
7
(safety device) dan APD
8 Sistem hidraulik dan pneumatik
9 Perhitungan kekuatan konstruksi Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
10 Tali kawat baja dan alat bantu angkat dan angkut
11 Pengikatan (rigging) untuk pengujian beban
12 Stabilitas dan daftar beban
13 Penyusunan Inspection Test Plan (ITP)
14 Pengelasan dan pengujian tidak merusak (Non Destructive Test)
15 Pemeriksaan dan pengujian Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
16 Mekanika teknik terapan
17 Kelistrikan
18 Pengetahuan motor penggerak
19 Pengetahuan bahan
20 Pengetahuan korosi dan pencegahannya
21 Membaca gambar teknik
22 Praktek pemeriksaan dan pengujian Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
23 Penulisan kertas kerja
24 Evaluasi teori
25 Seminar
Keterangan:
- Durasi pelaksanaan pembinaan 250 (dua ratus lima puluh) Jam Pelajaran
(JP) atau disesuaikan dengan kebutuhan
- 115 -
A. Sampul
(Nama Perusahaan)
(Alamat Perusahaan)
D. Contoh Isi Buku Kerja Operator, Juru Ikat (rigger), dan teknisi
ALAMAT : ...........................................
1 Pemilik :
2 Alamat :
3 Pemakai :
Pengurus / Sub
4 Kontraktor / Penanggung :
jawab
5 Lokasi unit :
7 Pabrik Pembuat :
8 Merek / Type :
9 Tahun Pembuatan :
11 Kapasitas Angkat :
13 Digunakan Untuk :
1. Tinggi Angkat
SPESIFIKASI
1 2. Panjang Span
KERAN
3. Kecepatan
1. Kapasitas
2. Daya (KW)
3. Type
MOTOR
2 4. Putaran
PENGGERAK
5. Voltage (V)
6. Arus (A) /
Beban
7. Frekuensi
1. Type
STARTING
3 2. Voltage (V)
REGISTOR
3. Arus (A)
1. Jenis
4 REM
2. Type
1. Jenis
REM
5
PENGONTROL
2. Type
1. Type
3. Material
1. Type
2. Konstruksi
TALI BAJA
7
(WIRE ROPE)
3. Diameter
4. Panjang
- 121 -
Memenuhi
Memenuhi
Nama Bagian /
No Pemeriksaan
Komponen
Syarat
Syarat
Tidak
Korosi
Pondasi Baut Keretakan
Pengikat Perubahan bentuk
Kekencangan
Korosi
1
Keretakan
Kolom Rangka Perubahan bentuk
pada pondasi Pengikatan
Penguat melintang
Penguat diagonal
Korosi
Keretakan
2 Tangga
Perubahan bentuk
Pengikat
Korosi
Keretakan
3 Lantai Kerja
Perubahan bentuk
Pengikat
Korosi
Beam Dudukan Keretakan
4
Rel Perubahan bentuk
Pengikat
Korosi
Keretakan
Sambungan rel
Kelurusan rel
Kelurusan antar rel
5 Rel Travelling
Keratan antar rel
Jarak antar sambungan
rel
Pengikat rel
Rel stopper
Korosi
Keretakan
Sambungan rel
Kelurusan rel
Kelurusan antara rel
6 Rel traversing
Keratan antar rel
Jarak antar
sambungan rel
Pengikat rel
Rel stopper
Korosi
7 Girder Keretakan
Kecembungan
- 122 -
Kondisi Keterangan
Memenuhi
Memenuhi
Nama Bagian /
No Pemeriksaan
Komponen
Syarat
Syarat
Tidak
Sambungan girder
Sambungan ujung girder
Dudukan truck pada
girder
8 Traveling Korosi
Rumah Roda Keretakan
Gigi (Girder)
Minyak pelumas
Oli seal
Rumah Roda Keausan
Gigi Keretakan
Roda Penggerak Perubahan bentuk
Kondisi Flansa
Kondisi rantai
Keamanan
Keretakan
Roda Idle
Perubahan bentuk
Kondisi Flansa
Penghubung Kelurusan
Roda/Bogie / Cross joint
Gardan Pelumas
Stopper Bumper Kondisi
pada Girder Penguat
Traversing: Korosi
Rumah Roda Keretakan
Gigi Pembawa Minyak pelumas
Trolley Oli seal
Keausan
Keretakan
Roda penggerak
Perubahan bentuk
pada Trolley
Kondisi Flansa
Kondisi rantai
Keamanan
Roda Idle pada Keretakan
9
Trolley Peruahan bentuk
Kondisi Flansa
Penghubung Kelurusan
Roda/Bogie/ Cross joint
Gardan Pelumas
Stopper Bumper Kondisi
pada Trolley Penguat
Alur
Drum Tromol
10 Bibir alur
Gulung
Flensa – flensa
Keausan
11 Rem
Penyetelan
12 Hoist Gear Block Pelumasan
- 123 -
Kondisi Keterangan
Memenuhi
Memenuhi
Nama Bagian /
No Pemeriksaan
Komponen
Syarat
Syarat
Tidak
Oli seal
Alur puli
Bibir alur puli
Pin Puli
Puli/Cakra
Bantalan
13 Utama
Pelindung puli
Tambahan
Penghadang tali kawat
baja
Keausan
Kerenggangan mulut kait
Mur & bantalan putar
14 Kait Utama
(Swivel)
Trunion
Keausan
Kerenggangan mulut kait
15 Kait Mur & bantalan putar
Tambahan (Swivel)
Trunion
Korosi
Keausan
Tali Kawat Baja
16 Putus
Utama
Perubahan bentuk
Korosi
Keausan
Tali Kawat Baja
17 Putus
Tambahan
Perubahan bentuk
Korosi
Keausan
18 Rantai Utama Keretakan/putus
Perubahan bentuk
Korosi
Keausan
Rantai
19 Keretakan/putus
Tambahan
Perubahan bentuk
LS. long travelling
LS. cross travelling
20 Limit Switch (LS)
LS. Gerakan angkat
Tangga pengaman
Pintu
Jendela
Ruang Kipas/AC
Operator Tuas/tombol kontrol
21
(Cabin)/ Pendant kontrol
Pendant Penerangan
Klakson
Pengaman lebur
Alat komunikasi
- 124 -
Kondisi Keterangan
Memenuhi
Memenuhi
Nama Bagian /
No Pemeriksaan
Komponen
Syarat
Syarat
Tidak
Pemadan Api (APAR)
Tanda-tanda
pengoperasian
Kunci kontak/
master switch
Penyambung Penghantar
Panel
Komponen Pelindung penghantar
Listrik Tegangan Sistem pengaman
22 : 220/380 instalasi dari motor
v/Phase/Hz Sistem pembumian
Instalasi
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
NIP
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 125 -
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 126 -
DIAMETER CACAT
NO. PENGGUNAAN PADA KONSTRUKSI JENIS PANJANG UMUR KETERANGAN
SPEC ACTUAL ADA TIDAK
1 Sertifikat No
2 Mata Rantai D1 = D1 =
D2 = D2 =
D3 = D3 =
D4 = D4 =
3 Sproket
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 127 -
IV.3. GIRDER
Cacat Permukaan
Lokasi Keterangan
Ada Tidak Ada
GAMBAR :
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 128 -
Hasil
Dimensi A B C D E F G H I J Keterangan
B TB
Spesifikasi
Hasil pengukuran
Toleransi
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 129 -
..................................................
Hasil
Dimensi A B C D E F G H I J Keterangan
B TB
Spesifikasi
Hasil pengukuran
Toleransi
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 130 -
Hasil
Dimensi A B C D E F G H I J Keterangan
B TB
Spesifikasi
Hasil
pengukuran
Toleransi
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 131 -
..................................................
Hasil
Dimensi A B C D E F G H I J Keterangan
B TB
Spesifikasi
Hasil
pengukuran
Toleransi
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 132 -
..................................................
Hasil
Dimensi A B C D E F G H I J Keterangan
B TB
Spesifikasi
Hasil
pengukuran
Toleransi
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 133 -
..................................................
Hasil
Dimensi A B C D E F G H I J Keterangan
B TB
Spesifikasi
Hasil
pengukuran
Toleransi
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 134 -
V. PENGUJIAN
V.1. PENGUJIAN DINAMIS
A. Tanpa Beban
DICOBA/
SPEED TEST SEHARUSNYA KETERANGAN
DIUKUR
Travelling /
Memanjang
Traversing /
Melintang
Hoisting / Angkat
Safety Device
Brake Swicth
Instalasi Listrik
B. Beban
BRAKE
BEBAN UJI HOIST TRANVERSING TRAVELLING KET.
SYSTEM
TANPA
BEBAN
25 %
50 %
75 %
100 %
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 135 -
SINGLE GIRDER
DOUBLE GIRDER
A. Single Girder
1 2 3
Posisi Pengukuran
B. Double Girder
1 2 3
Posisi Pengukuran
6 5 4
Posisi Pengukuran
.........................................................................................................
- 136 -
HASIL
: ......................................... mm
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 137 -
VI. KESIMPULAN
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
VII. SARAN-SARAN
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 138 -
ALAMAT : ...........................................
I. DATA UMUM
1. Pemilik :
2. Alamat :
3. Pemakai :
Pengurus Kontraktor
4. utama / Sub Kontraktor / :
Penangung Jawab
5. Lokasi Unit :
6. Jenis Pesawat :
7. Pabrik Pembuat :
8. Merk/Type :
9. Tahun Pembuatan :
1. Tinggi Menara
2. Jumlah Seksi
3. Panjang Load
SPESIFIKASI JIB
KERAN 4. Panjang
Counter JIB
Hoisting Traveling Slewing
5. Kecepatan
2. Daya (KW)
MOTOR
3. Type
PENGGERAK
4. Putaran
5. Voltage (V)
6. Frekuensi
1. Jenis
REM 2. Type
3. Kapasitas
1. Type
3. Material
Pendant Pendant
Hoisting
1. Type Depan Belakang
TALI BAJA
(Wire Rope) 2. Konstruksi
3. Diameter
4. Panjang
- 140 -
Kondisi
No Komponen Keterangan
Baik Buruk
(1) (2) (3) (4) (5)
Kerangka Tetap (Fixing
1
Angle)
Kerangka penyambung
2
Dasar
a. Rangka Utama
Kerangka Memanjang
5
(Sleeper)
8 Kerangka Bogie
a. Rangka Utama
b. Rangka Penguat
c. Pengunci Sangkar
d. Lantai Kerja
e. Pagar
g. Pasak – Pasak
h. Baut Pasak
i. Batang Panjat
- 141 -
Kondisi
Komponen Tidak Keterangan
Memenuhi
Memenuhi
(1) (2) (3) (4) (5)
11 Perlengkapan Sangkat Panjat
a. Silinder Hidraulik
b. Rangka Penguat
c. Tali Kawat Baja
d. Tromol Gulung
e. Rem
f. Kopling
g. Yoke
12 Seksi - Seksi Tower Seksi I
a. Rangka Utama
b. Penguat .
c. Pengunci (Fish Plate)
d. Baut, Mur, Pin
13 Ketegaklurusan Tower
Kepala Tower (Tower
14
Head)
15 Rel pada Kepala Tower
Kepala Kucing (Cat Hat)
16 (Tangga, Lantai, Rule-
rule)
17 Rangka Kuda-kuda Penguat
a. Rangka Utama
b. Rangka Penguat
c. Pagar
d. Rangka Utama
e. Sambungan (Pin,
Baut, Mur)
f. Pendant JIB
Pengimbang
g. Pin Kaki JIB
Pengimbang
18 JIB Beban
a. Pin Kaki JIB
b. Rangka Utama
c. Rangka Penguat
- 142 -
Kondisi
Komponen Tidak Keterangan
Memenuhi
Memenuhi
(1) (2) (3) (4) (5)
d. Rel dan
Penyambungnya
e. Pendan JIB
f. Lantai (Cat Walk)
JIB II dan Seterusnya
a. Pin Kaki JIB
b. Rangka Utama
c. Rangka Penguat
d. Rel dan
Penyambungnya
e. Pendan JIB
f. Lantai (Cat Walk)
JIB Kepala
a. Puli pada Kepala JIB
b. Rangka Utama
c. Rangka Penguat
d. Lantai (Cat Walk)
19 Kerangka Pengikat Tower (Tie Back)
a. Rangka Penguat
Tower
b. Rangka Penghubung
Antara Tower dan
Bangunan (Batang)
c. Rangka Pengikat ke
Bangunan
Puli Pengencang Tali Dan
20 Kelengkapannya (Wire
Rope Deflection)
21 Meja Putar
a. Bantalan Roller
b. Dudukan Meja (Roller
Path)
c. Sambungan Pengikat
(Las, Baut, Mur)
22 JIB Pengimbang
a. Rangka dan
Sambungan-
sambungan
b. PIN / Pasak
- 143 -
Kondisi
Komponen Tidak Keterangan
Memenuhi
Memenuhi
(1) (2) (3) (4) (5)
c. Pengikat Beban
Imbang
d. PIN dan JIB
pengimbang
23 Tali Kabel Baja
a. Korosi
b. Keausan
c. Putus
d. Perubahan Bentuk
24 Kait
a. Keausan
b. Kerenggangan Mulut
Kait
c. Keretakan
d. Kunci Kait
e. Mur dan Bantalan
Putar (Swivel)
f. Trunion
Puli / Cakra (Utama,
25
Penghantar)
a. Alur Puli
b. Bibir Puli
c. Pin Puli
d. Bantalan
e. Pelindung Puli
26 Drum/Tromol Gulung
a. Alur
b. Bibir Alur
c. Flens
27 Hoist Gear Box
a. Pelumasan
b. Oil Seal
28 Ruang Operator (Utama, Penghantar)
a. Tangga/Pengaman
Tangga
- 144 -
Kondisi
Komponen Tidak Keterangan
Memenuhi
Memenuhi
(1) (2) (3) (4) (5)
b. Pintu
c. Jendela
d. Kipas / AC
e. Tombol/Tuas Kontrol
f. Penerangan
g. Pengaman Lebur
h. Alat Komunikasi
i. Pemadam Api
j. Tanda-tanda
Pengoperasian
k. Klakson
l. Kunci Kontak
29 Alat-alat Pengaman
a. Pembatas Gerak
Naik/ Turan Hoist
b. Pembatas Gerak
Putar
c. Level Indikator
d. Pembatas Beban
Lebih
e. Pembatas Momen
lebih
f. Pembatas Kecepatan
lebih
g. Anemometer
h. Tabir Pengimbang /
wind shield
i. Indikator Tekanan
Udara
j. Indikator Tekanan
Hidraulik
k. Katup-katup
Pengaman
l. Pembatas Gerakan +
Maju/mundur Trolley
m. Kunci Pengaman
Tromol Gulung
n. Penyalur Petir
o. Radius
p. Daftar Beban
- 145 -
Kondisi
Komponen Tidak Keterangan
Memenuhi
Memenuhi
(1) (2) (3) (4) (5)
30 Komponen Listrik
Tegangan : kVA
PK :
Phase :
Frekuensi : Hz
a. Pengembangan
Penghantar Panel-
panel (Penghubung)
b. Pelindung
penghantar
c. Sistem Pengaman
Instalasi dan Motor
motor
31 Hidraulik
a. Pompa Hidraulik
b. Saluran/
Pipa Hidraulik
c. Motor Hidraulik
d. Katup Pengontrol
e. Tangki Hidraulik
f. Saringan Hidraulik
g. Akumulator
32 Pneumatik
a. Kompresor
b. Tangki dan Katup
Pengaman
c. Saluran Udara
Bertekanan
d. Saringan Udara
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
146
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 147 -
IV.2. TOWER
Cacat
No Bagian Yang Diperiksa Lokasi Keterangan
Tidak
Ada
ada
GAMBAR:
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 148 -
Cacat
No Bagian Yang Diperiksa Lokasi Keterangan
Tidak
Ada
ada
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
GAMBAR:
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 149 -
Cacat
No Bagian Yang Diperiksa Lokasi Keterangan
Tidak
Ada
ada
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 SPEC
A = ...................... mm
B = ...................... mm
C = ...................... mm
D = ...................... mm
2 ACTUAL
A = ...................... mm
B = ...................... mm
C = ...................... mm
D = ...................... mm
GAMBAR:
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 150 -
Cacat
No Bagian Yang Diperiksa Lokasi Keterangan
Tidak
Ada
ada
1 SPEC
ØD = ............................. mm
ØF = ..............................mm
L = ..............................mm
2 ACTUAL
ØD = ..............................mm
ØF = ..............................mm
L = ..............................mm
GAMBAR:
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 151 -
Cacat
No Bagian Yang Diperiksa Lokasi Keterangan
Tidak
Ada
ada
1 SPEC
ØD = ..............................mm
tA = .............................. mm
2 ACTUAL
ØD = ..............................mm
tA = .............................. mm
GAMBAR:
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 152 -
V. PENGUJIAN
V.1 PENGUJIAN DINAMIS
Panjang JIB
NO. Beban (Ton/Kg) Hasil Keterangan
Beban/Radius
(1) (2) (3) (4) (5)
1. 25% SWL
2. 50% SWL
3. 75% SWL
4. 100% SWL
BOOM UTAMA
CATATAN
Selama dan setelah pengujian telah diperiksa bagian - bagian utama
keran
Tower : Terjadi / Tidak Terjadi Kesalahan **
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 153 -
CATATAN
Selama dan setelah pengujian telah Diperiksa Bagian-bagian utama keran
tower :
Terjadi / Tidak Terjadi
Kerusakan **
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 154 -
VI. KESIMPULAN
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
VII. SARAN-SARAN
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 155 -
ALAMAT : ...........................................
Panjang Keseluruhan
Tinggi Keseluruhan
Lebar Keseluruhan
Spesifikasi
Lebar Track Shoe
Model
Tipe
Jumlah silinder
Engine
Daya Bersih
Pabrik pembuat
Kecepatan
Rotary head ...s/d... rpm
(rev.)
(table)
Spin-off rate ..... rpm
Kecepatan ....m/min
Kecepatan ....m/min
Tipe
Utama
Tekanan
Pompa Hidraulik
Tipe
Tambahan
Tekanan
- 157 -
Timble eye
Kondisi
Komponen &
Pemeriksaan Komponen Memenuhi Tidak Keterangan
Lokasi
Syarat Memenuhi
Indikator Indikator tekanan oli
mesin
Indikator filter oli
hidraulik
Indikator travel speed
Pemanas awal / glow
plug
Indikator temperatur air
radiator
Indikator temperatur oli
hidraulik
Indikator altenator
Indikator temperatur oli
transmisi
Indikator seat belt
Indikator Beacon
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 164 -
Cacat
Bagian Yang
No. Lokasi Tidak Keterangan
Diperiksa Ada
Ada
Winch utama
Winch tambahan
Parallelogram
Sheave
Gambar (terlampir):
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
Karawang, 21 Nopember 2017
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3
.................................................................
PESAWAT ANGKAT DAN ANGKUT
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
SUHARDI, ST
NIP. 19840221 201101 1 004
- 166 -
Cacat
Bagian Yang
No. Lokasi Tidak Keterangan
Diperiksa Ada
Ada
1 Wire rope winch utama
Wire rope winches
tambahan
Gambar (terlampir):
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 167 -
PENGUJIAN
(Mm) Beban /
No Fungsi Hasil Ket
Gerakan Kedalaman
1 2 4 5 6 7
Maju
1. Travelling
Mundur
2. Swing Kanan
Kiri
3. Winches Naik
Utama Turun
4. Winches Naik
tambahan Turun
5. Drilling Turun
Keterangan:
SUHARDI, ST
NIP. 19840221 201101 1 004
- 168 -
V. KESIMPULAN
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
VI. SARAN-SARAN
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 169 -
ALAMAT : ...........................................
I. DATA UMUM
1 Pemilik :
2 Alamat :
3 Pemakai :
5 Lokasi Unit :
6 Nama Operator :
7 Jenis Pesawat :
8 Pabrik Pembuat :
9 Merek / Type :
10 Tahun Pembuatan :
12 Kapasitas :
14 Digunakan Untuk :
Beam
Kapasitas
Kecepatan
Ukuran platform
Wire Rope
Model
Daya angkat
HOIST
Type
Electric
Power
Motor
Voltage
Jenis
REM Type
Kapasitas
Kondisi
Memenuhi
Memenuhi
Pemeriksaan
Syarat
Syarat
Tidak
No. Item Keterangan
Komponen
Kondisi
Memenuhi
Memenuhi
Pemeriksaan
Syarat
Syarat
Tidak
No. Item Keterangan
Komponen
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 173 -
DIAMETER CACAT
PENGGUNAAN
NO. KONSTRUKSI JENIS PANJANG UMUR TIDAK KETERANGAN
PADA SPEC ACTUAL ADA
ADA
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 174 -
CACAT
BAGIAN YANG
No. LOKASI TIDAK KETERANGAN
DIPERIKSA ADA
ADA
1 Pengelasan pada rangka Bagian v Tidak terdapat
tiang bawah cacat
Gambar (terlampir):
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 175 -
CACAT
BAGIAN YANG
No. LOKASI TIDAK KETERANGAN
DIPERIKSA ADA
ADA
1 Dudukan mesin hoisting Samping v Tidak terdapat
kanan dan keretakan
kiri
Gambar (terlampir):
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 176 -
V. PENGUJIAN BEBAN
V.1. Pengujian Beban Dinamis
................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
V.2. Pengujian Beban Statis
................................................................................................................................................
CATATAN:
Selama dan setelah pengujian telah di periksa bagian-bagian utama Gondola:
Terjadi / Tidak terjadi Kerusakan**
- 177 -
VI. KESIMPULAN
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
VII. SARAN-SARAN
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 178 -
ALAMAT : ...........................................
I. DATA UMUM
11 Kapasitas : 5000 KG
Merk / Tipe
PENGGERAK
UTAMA Nomor Seri / Serial Number 46056
Pemeriksaan
Memenuhi
Memenuhi
Komponen &
Syarat
Syarat
Komponen Item Keterangan
Tidak
Lokasi
Kerangka Korosi V
Rangka
Utama / Keretakan V
Penguat
Chasis Perubahan Bentuk V
Pemberat Korosi V
(C/W) Kondisi V
Lantai/Dek V
Tangga / pijakan V
Perlengkapan Baut-baut Pengikat
Lain
Dudukan Operator V
(Jok)
Penggerak Pendingin V
Utama/ Pelumas V
Prime Mover Bahan Bakar V
Sistem
Pemasukan Udara V
Gas Buang V
Starter V
Accu / Battery V
Dinamo Starting V
Alternator V
Kabel Accu V
Kabel Instalasi V
Kelistrikan Lampu Penerangan V
Lampu Pengaman / V
Sign
Klakson V
Pengaman Lebur / V
Sekring
Indikator Suhu V
Tekanan Oli Mesin V
Tekanan Hidraulik V
Hour Meter V
Pemanas awal / Glow V
Plug
Dash Board
Indikator Bahan Bakar V
Indikator Beban -
Load Chart / Name V
Plate
Pengisian Accu / V
Ampere
Komponen Kemudi Roda V
Bagian Batang Kemudi V
Bawah/ Power Kotak Gigi/Gear Box V
Train Sistem
Pengubah -
Kemudi
Gerak/Pitman
Batang Tarik/Drag Link -
Tire Rod V
- 181 -
Kondisi
Pemeriksaan
Memenuhi
Memenuhi
Komponen &
Syarat
Syarat
Komponen Item Keterangan
Tidak
Lokasi
Pelumasan V
Front (Roda Penggerak) V
Rear wheel (Roda V
kemudi)
Roda (Wheel) Baut Pengikat V
Tromol / Hub V
Pelumasan V
Perlengkapan Mekanis V
Rumah Kopling -
Kondisi Kopling Automatic
Kopling Pelumas/oli transmisi Automatic
(Clutch) Kebocoran Transmisi Automatic
Poros Penghubung Automatic
Perlengkapan Mekanis Automatic
Rumah Gardan V
Kondisi Gardan V
Gardan
Pelumasan/Oli Gardan V
(Diferential )
Kebocoran Gardan V
Poros Penghubung V
Komponen Kondisi Rem Utama V
Bagian Bawah Kondisi Rem Tangan V
/ Power Train Rem (Brake ) Kondisi Rem Darurat -
Kebocoran V
Komponen Mekanis V
Rumah Transmisi V
Pelumas/Oli Transmisi V
Transmisi
Kebocoran Transmisi V
Perlengkapan Mekanis V
Attachment / Keausan V
Perlengkapan Tiang Keretakan V
Penyangga Perubahan Bentuk V
(Mast) Pelumasan V
Poros dan Bantalan V
Rantai Kondisi Rantai V
Pengangkat Perubahan Bentuk V
(Lift Chain) Pelumasan Rantai V Normal
Personal Korosi - -- -
Basket Keretakan
Lantai Kerja
Perubahan Bentuk
Pengikat
Korosi
Rangka pada Keretakan
Personal Perubahan Bentuk
Basket Penguat melintang
Penguat Diagonal
Korosi
Baut Pengikat
Keretakan
- 182 -
Kondisi
Pemeriksaan
Memenuhi
Memenuhi
Komponen &
Syarat
Syarat
Komponen Item Keterangan
Tidak
Lokasi
Perubahan Bentuk
Pengikat
Korosi
Keretakan
Pintu
Perubahan Bentuk
Pengikat
Hand Rail Keretakan
Keausan
Keretakan
Kelurusan Rel
Sambungan Rel
Kelurusan Antar Rel
Jarak Antar
Sambungan Rel
Pengikat Rel
Rel Stopper
Kebocoran V
Level Oli Hidraulik V
Tangki
Kondisi Oli Hidraulik V
(Tank)
Kondisi Saluran Isap V
Kondisi Saluran Balik V
Kebocoran V
Kondisi Saluran Isap V Normal
Pompa
Kondisi Saluran Tekan V Normal
(Pump)
Fungsi V
Kelainan Suara V
Kebocoran V
Komponen
Kondisi Saluran V
Hidraulik
Fungsi Relief Valve V
Kelainan Suara v
Katup
Fungsi Katup Silinder v
Pengontrol /
Angkat
Control Valve
Fungsi Katup Silinder v
Ungkit
Fungsi Katup Silinder v
Kemudi
Aktuator Kebocoran v
Kondisi Saluran v
Kelainan Suara v
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 183 -
Memenuhi
Memenuhi
Syarat
Syarat
Komponen Keterangan
Tidak
Dinamo starter V
Kerja instrumen/Indikator v
Kerja perlengkapan listrik (busi, rotor, dll. pada
V
bensin)
Kebocoran-kebocoran:
V
- oli mesin
- bahan bakar v
- air pendingin V
- oli hidraulik V
- oli transmisi V
Kerja kopling
Kerja persneling (maju mundur) V
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 184 -
Pengukuran
BAGIAN
Jenis dan Standar Pengukuran Standar Pengukuran
No. YANG KET
konstruksi pitch pitch pin pin
DIPERIKSA
(mm) (mm) (mm) (mm)
Gambar:
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 185 -
CACAT
BAGIAN YANG
No. LOKASI KETERANGAN
DIPERIKSA TIDAK
ADA
ADA
Gambar (terlampir)
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 186 -
VII. PENGUJIAN
No.(SWL) BEBAN
TINGGI UJI TRAVELING /
No GERAKAN (mm) HASIL KET
ANGKAT LOAD KECEPATAN
GARPU CHART)
1 2 3 4 5 6 7
25 % a. Maju mundur
2. SWL b. Belok
kanan/kiri
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 187 -
VIII. KESIMPULAN
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
IX. SARAN-SARAN
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 188 -
ALAMAT : ...........................................
I. DATA UMUM
1 Pemilik :
2 Alamat :
3 Pemakai :
Pengurus / Sub Kontraktor
4 :
/ Penanggung jawab
5 lokasi unit :
6. Jenis Pesawat :
7. Pabrik Pembuat :
8. Merek / Type :
Lokasi dan Tahun
9. :
Pembuatan
10. No. Serie / No. Unit :
Jenis
Tahun Pembuatan
Pan.jang Keseluruhan
Spesifikasi
Tinggi Keseluruhan
Konveyor
Lebar
Ban berjalan terbuat dari
bahan
Jenis Penggerak
Merk
Negara pembuat
Model
Kapasitas
Daya
Pabrik pembuat
- 190 -
KONDISI KET.
KOMPONEN Tidak
Memenuhi
Memenuhi
Syarat
Syarat
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Pemeriksaan Konveyor (Mesin Mati)
Sabuk (Belt)
Head of Conveyor
Tail of Conveyor
A.Bagian-bagian
Utama Carrying Idler
Impact Idller
Trought Idller
Return Idller
Motor Penggerak
B.Drive /
Penggerak Kabel-Kabel
Utama
Panel Control Room
Tail Pulley
Snub Pulley
Bend Pulley
C.Transmisi Head of drive Pulley
Bobot imbang (Counter
weight)
Return Idlers
Belt Cleaner
D.Aksesoris Plough Scrapper
Magnetic Separator
Brake System .
Emergency Stop
Pagar Pengaman disisi
E.Alat Pengaman kiri dan kanan Sabuk
APAR
Sangkar Pengaman
Motor
2. Pemeriksaan Dengan Mesin Hidup
Suara Getaran
Mesin Hidup
Brake System
- 191 -
KONDISI KET.
KOMPONEN Tidak
Memenuhi
Memenuhi
Syarat
Syarat
(1) (2) (3) (4) (5)
Emergency Stop
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 192 -
SECARA VISUAL:
Kondisi
Bagian Yang Tidak
No. Bahan Keterangan
Diperiksa Retak/ Ada
Putus Retak/
Putus
1. Sabuk Konveyor
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 193 -
V. PENGUJIAN DINAMIS
1. Tanpa Beban
2. 50 % SWL ,
75 % SWL,
100 % SWL
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 194 -
1. 50 % SWL ,
75 % SWL,
100 % SWL
110 % SWL
125% SWL
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 195 -
VII. KESIMPULAN
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
VIII. SARAN-SARAN
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 196 -
ALAMAT : ...........................................
I. DATA UMUM
1 Pemilik :
2 Alamat :
4 Alamat Pemakai :
5 Lokasi unit :
6 Nama Operator :
7 Jenis Pesawat :
8 Pabrik Pembuat :
9 Merek / Type :
15 Digunakan Untuk :
Panjang Keseluruhan
Tinggi Keseluruhan
Ketinggian Kabin
Lebar Keseluruhan
Boom
Panjang
Stick
Spesifikasi Excavator
Attachment tipe
Nomor Seri
Jumlah Silinder
Engine
Daya Bersih
Pabrik Pembuat
Tekanan
- 198 -
Memenuhi
Memenuhi
Pemeriksaan
Syarat
Syarat
Tidak
Lokasi Komponen Komponen
Memenuhi
Memenuhi
Pemeriksaan
Syarat
Syarat
Tidak
Lokasi Komponen Komponen
Memenuhi
Memenuhi
Pemeriksaan
Syarat
Syarat
Tidak
Lokasi Komponen Komponen
Sistem Kemudi
Kemudi Roda/track
Batang
Kemudi/stik
Kotak Gigi/Gear
Box
Pelumasan
Kelistrikan Accu / Battery
Accu Dinamo Starting
Alternator
Kabel Accu
Kabel Instalasi
Lampu Penerangan
Lampu Pengaman
/ Sign
Klakson
Penghapus Kaca /
Wiper
Pengaman Lebur /
Sekring
Pelumasan Level Oli Pelumas
Mesin dan Kondisi
Level Oli Kopling
dan Kondisi
Level Oli Gardan
dan Kondisi
Sistem Tangki Kebocoran
Hidraulik (Tank) Level Oli Hidraulik
Kondisi Oli
Hidraulik
Kondisi Saluran
Isap
Kondisi Saluran
Balik
Filter Hidraulik
Pompa Kebocoran
(Pump) Kondisi Saluran
Isap
Kondisi Saluran
Tekan
Katup Kebocoran
Sistem Pengontrol Kondisi Saluran
Hidraulik / Control Fungsi Relief
Valve Valve
Aktuator Kebocoran
Kondisi Saluran
Silinder Silinder Bucket
Hidraulik Silinder Stick/Arm
- 201 -
Memenuhi
Memenuhi
Pemeriksaan
Syarat
Syarat
Tidak
Lokasi Komponen Komponen
Silinder Boom
Selang Hidraulik
Motor Motor Swing Gear
Hidraulik Motor Travel
(Track)
Safety Pengaman Rem / Brake
Devices Utama Disconnect Key
Disconect Switch
Sabuk Keamanan
Lampu
penerangan
Backup Alarm
Kap Penguat
kabin /ROPS
Emergency
Shutdown
Pengaman APAR
Tambahan APD
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 202 -
Memenuhi
Memenuhi
Pemeriksaan
Syarat
Syarat
Tidak
Lokasi Komponen Komponen
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 203 -
CACAT
BAGIAN YANG
No. LOKASI TIDAK KETERANGAN
DIPERIKSA ADA
ADA
Gambar (terlampir):
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 204 -
V. PENGUJIAN
GERAKAN
No FUNGSI KECEPATAN BEBAN HASIL KET
(mm)
1 2 3 4 5 6 7
Maju
1 Travelling
Mundur
2 Swing Kanan
Kiri
3 Boom Naik
Turun
Mundur
5 Bucket Buka
Tutup
6 Digging
7 Loading
Keterangan:
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 205 -
VI. KESIMPULAN
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
VII. SARAN-SARAN
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 206 -
ALAMAT : ...........................................
I. DATA UMUM
1. Type - - -
STARTING
3 2. Voltage (V) 400 V - -
REGISTOR
3. Arus (A) - - -
REM 1. Jenis - - -
5
PENGONTROL 2. Type - - -
1. Type FEM 2M - -
3. Material - - -
1. Type 6 x 19 - -
4. Panjang 45 meter - -
- 208 -
Kondisi
Memenuhi
Memenuhi
No.
Syarat
Syarat
Tidak
Nama Bagian / Pemeriksaan Keterangan
Komponen
Korosi √
Keretakan √
1. Kaki Penyangga Perubahan bentuk √
Pengikatan √
Penguat melintang √
Korosi √
Keretakan √
2. Tangga
Perubahan bentuk √ Las putus
Pengikat √ Las putus
Korosi √
Handrail Keretakan √
3.
(pada girder) Perubahan bentuk √
Pengikat √
Korosi √
Lantai Kerja
Keretakan √
4. (platform pada kaki
Perubahan bentuk √
gantry)
Pengikat √
Korosi √
Beam Dudukan Keretakan √
5.
Rel/Transversing Perubahan bentuk √
Pengikat √
Korosi √
Keretakan √
Sambungan rel √
Kelurusan rel √
Kelurusan antara rel √
6 Rel Travelling Kerataan antar rel √
Jarak antar Sambungan √
rel
Pengikat rel √
Rel stopper √
Korosi √
Keretakan √
Sambungan rel √
Kelurusan rel √
Kelurusan antara Rel √
7 Rel tranversing Keratan antar rel √
Jarak antar √
Sambungan rel
Pengikat rel √
Rel stopper √
Korosi √
Keretakan √
8 Girder Kecembungan √
Sambungan girder √
- 209 -
Kondisi
Memenuhi
Memenuhi
No.
Syarat
Syarat
Tidak
Nama Bagian / Pemeriksaan Keterangan
Komponen
Kondisi
Memenuhi
Memenuhi
No.
Syarat
Syarat
Tidak
Nama Bagian / Pemeriksaan Keterangan
Komponen
Kondisi
Memenuhi
Memenuhi
No.
Syarat
Syarat
Tidak
Nama Bagian / Pemeriksaan Keterangan
Komponen
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 212 -
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 213 -
DIAMETER CACAT
NO. PENGGUNAAN PADA KONSTRUKSI JENIS PANJANG UMUR KETERANGAN
SPEC ACTUAL ADA TIDAK
1 Sertifikat No
2 Mata Rantai D1 = D1 =
D2 = D2 =
D3 = D3 =
D4 = D4 =
3 Sproket
4 Panjang Setiap 1 Meter
Rantai
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 214 -
IV.3. GIRDER
Cacat Permukaan
Lokasi Keterangan
Ada Tidak Ada
GAMBAR:
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 215 -
Hasil
Dimensi A B C D E F G H I J Keterangan
B TB
Spesifikasi
Hasil pengukuran
Toleransi
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 216 -
Hasil
Dimensi A B C D E F G H I J Keterangan
B TB
Spesifikasi
Hasil pengukuran
Toleransi
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 217 -
Hasil
Dimensi A B C D E F G H I J Keterangan
B TB
Spesifikasi
Hasil
pengukuran
Toleransi
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 218 -
Hasil
Dimensi A B C D E F G H I J Keterangan
B TB
Spesifikasi
Hasil
pengukuran
Toleransi
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 219 -
Hasil
Dimensi A B C D E F G H I J Keterangan
B TB
Spesifikasi
Hasil
pengukuran
Toleransi
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 220 -
Hasil
Dimensi A B C D E F G H I J Keterangan
B TB
Spesifikasi
Hasil
pengukuran
Toleransi
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 221 -
V. PENGUJIAN
V.1. PENGUJIAN DINAMIS
A. Tanpa Beban
Travelling / Memanjang
Traversing / Melintang
Hoisting / Angkat
Safety Device
Brake Switch
Instalasi Listrik
B. Beban
BRAKE
BEBAN UJI HOIST TRAVERSING TRAVELLING KET.
SYSTEM
TANPA
BEBAN
25 %
50 %
75 %
100 %
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 222 -
SINGLE GIRDER
DOUBLE GIRDER
B. Double Girder
1 2 3
Posisi Pengukuran
6 5 4
Posisi Pengukuran
HASIL
Standar / Tolak ukur
1. Berdasarkan desain : ......................................... mm
(.................................)
HASIL
: ......................................... mm
MEMENUHI SYARAT
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 224 -
VI. KESIMPULAN
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
VII. SARAN-SARAN
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 225 -
ALAMAT : ...........................................
I. DATA UMUM
6 Nama Operator : -
Tinggi 400 mm
Moldboard
Spesifikasi Grader Tebal 30 mm
Macam Hidraulik
Rem
Type Disk Brake (Tandem)
Kondisi
Pemeriksaan
Memenuhi
Memenuhi
Komponen &
Syarat
Komponen Item Keterangan
Syarat
Tidak
Lokasi
Kondisi
Pemeriksaan
Memenuhi
Memenuhi
Komponen &
Syarat
Komponen Item Keterangan
Syarat
Tidak
Lokasi
Kondisi
Pemeriksaan
Memenuhi
Memenuhi
Komponen &
Syarat
Komponen Item Keterangan
Syarat
Tidak
Lokasi
Klakson
Penghapus Kaca /
Wiper
Pengaman Lebur /
Sekering
Sistem Kebocoran
Hidraulik Level Oli Hidraulik
Kondisi Oli
Hidraulik
Tangki (Tank) Kondisi Saluran
Isap
Kondisi Saluran
Balik
Filter oli Hidraulik
Kebocoran
Kondisi Saluran
Pompa
Isap
(Pump)
Kondisi Saluran
Tekan
Katup Kebocoran
Pengontrol / Kondisi Saluran
Control Valve Relief Valve
Silinder miring
Silinder setir
Silinder ripper
Silinder articulation
Silinder Silinder
Hidraulik pengangkat blade
Silinder penggeser
blade
Selang-selang
hidraulik
Komponen Draw bar
utama Hydraulic motor
circle
Circle gear
Circle drive &
Moulboard Bracket
Blade
Blade
Scarifier shank
tooth
Pin dan baut
- 230 -
Kondisi
Pemeriksaan
Memenuhi
Memenuhi
Komponen &
Syarat
Komponen Item Keterangan
Syarat
Tidak
Lokasi
Kondisi
Pemeriksaan
Memenuhi
Memenuhi
Komponen &
Syarat
Komponen Item Keterangan
Syarat
Tidak
Lokasi
Indikator suhu
mesin
Kebocoran pada
pompa
Suara berisik dari
pompa Hidraulik
Kerja silinder blade
Kerja silinder
kemudi
Kerja silinder
Sistem hidraulik miring
Kerja silinder
articulating
Kebocoran pada
selang-selang
Kebocoran nipple
Indikator tekanan
Hidraulik
Kebocoran seal
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 232 -
CACAT
BAGIAN YANG
No. LOKASI KETERANGAN
DIPERIKSA TIDAK
ADA
ADA
1 Las-lasan drawbar
depan
2 Las-lasan drawbar
articulating
Gambar:
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 233 -
V. PENGUJIAN
TRAVELING /
No. FUNGSI GERAKAN HASIL KETERANGAN
KECEPATAN
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 234 -
VI. KESIMPULAN
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
VII. SARAN-SARAN
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 235 -
ALAMAT : ...........................................
I. DATA UMUM
1 Pemilik :
2 Alamat :
Pemakai / Sub Kontraktor
3 :
/ Penanggung jawab
4 Alamat Pemakai :
5 Lokasi unit :
6 Nama Operator :
7 Jenis Pesawat :
8 Pabrik Pembuat :
9 Merek / Type :
Lokasi dan Tahun
10 :
Pembuatan
Tanggal & Tahun
11 :
Pemasangan
12 No. Serie / No. Unit :
15 Digunakan Untuk :
Nomor Surat Keterangan /
16 :
Tanggal
No. Lisensi K3 Operator /
17 :
Tanggal masa berlaku s/d
18 Data Riwayat Pesawat : -
- 236 -
Panjang Keseluruhan
Tinggi Keseluruhan
Kapasitas Bucket
Lebar Keseluruhan
Jarak track antar roda depan
dan belakang
Spesifikasi Wheel
Loader Ukuran lebar Roda (Tire)
Kecepatan maksimum
(Travelling)
Kecepatan mundur
Macam
Rem
Type
Kiri
max/min
Radius Putaran
Kanan
max/min
Model / Type
Nomor seri
Jumlah silinder
Mesin
Daya Bersih
Pabrik pembuat
Pompa Hidraulik Type
Tekanan
- 237 -
Memenuhi
Memenuhi
Pemeriksaan
Syarat
Syarat
Keterangan
Tidak
Lokasi Komponen Komponen
Memenuhi
Memenuhi
Pemeriksaan
Syarat
Syarat
Keterangan
Tidak
Lokasi Komponen Komponen
Rem Tangan
Tuas Hidraulik /
Pengendali
Switch Lampu
dan Kelistrikan
Sistem Boom Korosi
Pengangkat Keretakan
Perubahan
Bentuk
Pelumasan
Pin dan Baut
Penguat
Bell Crank Korosi
Keretakan
Perubahan
Bentuk
Pelumasan
Pin dan Baut
Penguat
Bucket Korosi
Linkage Keretakan
Perubahan
Bentuk
Pelumasan
Pin dan Baut
Penguat
Bucket Korosi
Keretakan
Perubahan
Bentuk
Pelumasan
Pin dan Baut
Penguat
Teeth
Cutting Edge
Penggerak Sistem Kondisi Radiator
Utama dan Pendingin Kondisi dan
Komponen Level Air
Radiator
Kipas Radiator
Seal dan
Penutup
- 239 -
Memenuhi
Memenuhi
Pemeriksaan
Syarat
Syarat
Keterangan
Tidak
Lokasi Komponen Komponen
Selang Selang
Radiator
Fan Belt
Bahan Perlengkapan
Bakar tangki bahan
bakar (selang-
selang)
Fuel Filter
Water Separator
Fuel pump
injection
Sistem Kondisi saringan
Sirkulasi udara awal
Udara Kondisi saringan
udara utama
Dust Indicator/
Air Indicator
Perlengkapan
turbo charger
Muffler/gas
buang
Sistem Kemudi Roda
Kemudi Batang
Kemudi/stik
Kotak Gigi/
Gear Box
Tire rod
Gardan / Rumah Gardan
Differential Kebocoran
Poros
Penghubung
Kelistrikan Accu / Battery
Dinamo Starting
Alternator
Kabel Accu
Kabel Instalasi
Lampu
Penerangan
Lampu Pengaman
/ Sign
Klakson
- 240 -
Memenuhi
Memenuhi
Pemeriksaan
Syarat
Syarat
Keterangan
Tidak
Lokasi Komponen Komponen
Penghapus Kaca
/ Wiper
Pengaman Lebur
/ Sekring
Pelumasan Level Oli Pelumas
Mesin dan
Kondisi
Level Minyak Rem
Level Oli Kopling
dan Kondisi
Level Oli Gardan
dan Kondisi
Sistem Tangki Kebocoran
Hidraulik (Tank) Level Oli
Hidraulik
Kondisi Oli
Hidraulik
Kondisi Saluran
Isap
Kondisi Saluran
Balik
Filter Hidraulik
Pompa Kebocoran
(Pump)
Kondisi Saluran
Isap
Kondisi Saluran
Tekan
Katup Kebocoran
Pengontrol/ Kondisi Saluran
Control Fungsi Relief
Valve Valve
Aktuator Kebocoran
Kondisi Saluran
Silinder Silinder Bucket
Hidraulik Silinder Boom
Silinder Steering
Selang Hidraulik
Safety Pengaman Rem/Brake
Devices Utama Disconnect Key
Disconnect Switch
Sabuk Keamanan
- 241 -
Memenuhi
Memenuhi
Pemeriksaan
Syarat
Syarat
Keterangan
Tidak
Lokasi Komponen Komponen
Lampu
penerangan
Back up alarm
Kap Penguat
kabin /ROPS
Emergency
Shutdown
Pengaman APAR
Tambahan APD
2. Pemeriksaan dengan mesin hidup
Tenaga Penggerak Suara berisik
dari mesin
Suara berisik
dari turbo charger
Suara berisik
dari transmisi
Kerja kopling
Kerja persenelling
(maju mundur)
Kondisi gas
buang
Kebocoran oli
mesin
Kebocoran oli
transmisi
Kebocoran oli
gardan
Sistem Pendingin Suara berisik
pompa radiator
Suara kipas
radiator
Kebocoran air
radiator dan
selang-selang
Indikator suhu
mesin
Sistem Hidraulik Kebocoran pada
pompa
Suara berisik
dari pompa
Hidraulik
- 242 -
Memenuhi
Memenuhi
Pemeriksaan
Syarat
Syarat
Keterangan
Tidak
Lokasi Komponen Komponen
Kerja silinder
Boom dan
kebocoran
Kerja silinder
Steering dan
kebocoran
Kerja silinder
Bucket dan
kebocoran
Kebocoran pada
selang-selang
Kebocoran nipple
Indikator tekanan
Hidraulik
Kebocoran seal
Sistem Pengereman Rem
Fungsi Indikator Indikator Suhu
Tekanan Oli
Mesin
Tekanan
Hidraulik
Hour Meter
Pemanas awal /
Glow Plug
Indikator Bahan
Bakar
Indikator Beban
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 243 -
CACAT
BAGIAN YANG
No. LOKASI TIDAK KETERANGAN
DIPERIKSA ADA
ADA
1.
Gambar (terlampir):
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 244 -
V. PENGUJIAN
GERAKAN
No FUNGSI KECEPATAN BEBAN HASIL KET
(mm)
1 2 3 4 5 6 7
Maju
1 Travelling
Mundur
2 Belok Kanan
Kiri
3 Lengan Naik
(Boom) Turun
4 Bak (Bucket) Buka
Tutup
5 Gerakan Diam
mengangkut travelling
(Loading)
Keterangan :
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
- 245 -
VI. KESIMPULAN
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
VII. SARAN-SARAN
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
......................, ................................................
PENGAWAS KETENAGAKERJAAN SPESIALIS K3 / AHLI K3
BIDANG PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT
.................................................................
NIP. .........................................................
No. REG...................................................
Keterangan :
*) Jika pemeriksaan dan pengujian dilakukan oleh Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis
Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
**) Coret yang tidak perlu
- 246 -
SURAT KETERANGAN
Nomor ......................
Berdasarkan laporan pemeriksaan dan pengujian nomor ... yang telah
dilakukan oleh … pada tanggal … terhadap Pesawat …, diterangkan bahwa:
A. DATA UMUM
1. Nama Perusahaan : ................................................................
2. Alamat Perusahaan : ................................................................
3. Nama Pengusaha/Pengurus : ................................................................
4. Merek/Tipe : ................................................................
5. Pembuat/Pemasang : ................................................................
6. No. Serie : ................................................................
7. Tempat dan Tahun Pembuatan: ............................/ .................................
8. Lokasi Unit : ................................................................
9. Nama PJK3 Pemeriksaan dan
Pengujian*) : PT …………..……. / No. Kep ………......…..
B. DATA TEKNIS**)
1. Kapasitas/Bobot Kerja : ……………………………..................……. kg
2. Dimensi Alat : ……………………………................……. Mm
3. Tipe : ................................................................
4. Tinggi : …………………................………………. Mm
5. Kecepatan ...***) : ......................................................... m/s
6. Jenis Motor : (bakar/listrik****)
7. Data lain yang dianggap perlu : ................................................................
MEMENUHI
PERSYARATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Demikian Surat Keterangan ini dibuat dengan sebenarnya agar dapat
digunakan sebagaimana mestinya dan berlaku sepanjang objek pengujian tidak
dilakukan perubahan dan/atau sampai dilakukan pengujian selanjutnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Mengetahui
Pimpinan Unit Kerja Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis
Pengawasan Ketenagakerjaan, Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut,
Ttd Ttd
Keterangan:
*) Jika menggunakan PJK3
**) Disesuaikan dengan alat
***) Diisi jenis kecepatan
****) Coret yang tidak perlu
- 247 -
KOP SURAT
SURAT KETERANGAN
Nomor ..….
A. DATA UMUM
1. Nama Perusahaan : ................................................................
2. Alamat Perusahaan : ................................................................
3. Nama Pengusaha/Pengurus : ................................................................
4. Merek/Tipe : ................................................................
5. Pembuat/Pemasang : ................................................................
6. No. Serie : ................................................................
7. Tempat dan Tahun Pembuatan: ................................../ ...........................
8. Lokasi Unit : ................................................................
9. Nama PJK3 Pemeriksaan dan
Pengujian*) : PT …......…………. / No. Kep ………..........
B. DATA TEKNIS**)
1. Kapasitas/Bobot Kerja : ……………………………..................……. kg
2. Dimensi Alat : ………………………………................…. Mm
3. Tipe : ................................................................
4. Tinggi : …………………………................………. Mm
5. Kecepatan ...***) : ......................................................... m/s
6. Jenis Motor : (bakar/listrik****)
7. Data lain yang dianggap perlu : ................................................................
TIDAK MEMENUHI
PERSYARATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Mengetahui
Pimpinan Unit Kerja Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis
Pengawasan Ketenagakerjaan, Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut,
Ttd Ttd
Keterangan:
*) Jika menggunakan PJK3
**) Disesuaikan dengan alat
***) Diisi jenis kecepatan
****) Coret yang tidak perlu
- 248 -
KOP SURAT
MEMENUHI SYARAT K3
KOP SURAT
PALING LAMBAT......................................................................................
NAMA AHLI K3 / : ..................................................................................................................
PENGAWAS
KK SP. PAA
NO. REG AHLI K3 SP. PAA / : ..................................................................................................................
SKP PENGAWAS KK SP. PAA
KEPUTUSAN
MENTERI TENAGA KERJA
NOMOR : KEP.187/MEN/1999
TENTANG
PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA
DI TEMPAT KERJA
1 dari 23
KEP.187/MEN/1999
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA
TENTANG PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI
TEMPAT KERJA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
a. Bahan Kimia Berbahaya adalah bahan kimia dalam bentuk tunggal atau campuran
yang berdasarkan sifat kimia atau fisika dan atau toksikologi berbahaya terhadap
tenaga kerja, instalasi dan lingkungan.
b. Nilai Ambang Kuantitas yang selanjutnya disebut NAK adalah standar kuantitas
bahan kimia berbahaya untuk menetapkan potensi bahaya bahan kimia di tempat
kerja.
c. Pengendalian bahan kimia berbahaya adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah
dan atau mengurangi risiko akibat penggunaan bahan kimia berbahaya di tempat kerja
terhadap tenaga kerja, alat-alat kerja dan lingkungan.
d. Lethal Dose 50 (LD50) adalah dosis yang menyebabkan kematian pada 50% binatang
percobaan.
e. Lethal Concentration 50 (LC50) adalah konsentrasi yang menyebabkan kematian pada
50% binatang percobaan.
f. Pengusaha adalah :
1. Orang, perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu
perusahaan milik sendiri;
2. Orang, perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri
menjalankan perusahaan bukan miliknya;
3. Orang, perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang berada di Indonesia
mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dan angka 2 yang
berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
g. Pengurus adalah orang yang ditunjuk untuk memimpin langsung suatu kegiatan kerja
atau bagiannya yang berdiri sendiri.
h. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam
maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat.
2 dari 23
KEP.187/MEN/1999
i. Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap, dimana tenaga kerja, melakukan pekerjaan atau sering dimasuki tenaga kerja
untuk keperluan suatu usaha, dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber
bahaya.
j. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah tenaga teknis berkeahlian khusus dari
luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
k. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan adalah pegawai teknis berkeahlian khusus dari
Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
l. Direktur adalah pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja sebagaimana
dimaksud dalam pasal 1 ayat 4 UU No. 1 Tahun 1970.
m. Menteri adalah menteri yang membidangi ketenagakerjaan.
Pasal 2
Pengusaha atau pengurus yang menggunakan, menyimpan, memakai, memproduksi dan
mengangkut bahan kimia berbahaya di tempat kerja wajib mengendalikan bahan kimia
berbahaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Pasal 3
Pengendalian bahan kimia berbahaya sebagaimana dimaksud pasal 2 meliputi :
a. penyediaan Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB) dan label;
b. penunjukan petugas K3 Kimia dan Ahli K3 Kimia.
BAB II
PENYEDIAAN DAN PENYAMPAIAN
LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN DAN LABEL
Pasal 4
(1) Lembar data keselamatan bahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf a
meliputi keterangan tentang :
a. Identitas bahan dan perusahaan;
b. Komposisi bahan;
c. Identifikasi bahaya;
d. Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K);
e. Tindakan penanggulangan kebakaran;
f. Tindakan mengatasi kebocoran dan tumpahan;
3 dari 23
KEP.187/MEN/1999
Pasal 5
Label sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf a meliputi keterangan mengenai :
a. Nama produk;
b. Identifikasi bahaya;
c. Tanda bahaya dan artinya;
d. Uraian risiko dan penanggulangannya;
e. Tindakan pencegahan;
f. Instruksi dalam hal terkena atau terpapar;
g. Instruksi kebakaran;
h. Instruksi tumpahan atau bocoran;
i. Instruksi pengisian dan penyimpanan;
j. Referensi;
k. Nama, alamat dan nomor telepon pabrik pembuat atau distributor.
Pasal 6
Lembar Data Keselamatan Bahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 dan Label
sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 diletakkan di tempat yang mudah diketahui oleh
tenaga kerja dan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan.
4 dari 23
KEP.187/MEN/1999
BAB III
PENETAPAN POTENSI BAHAYA INSTALASI
Pasal 7
(1) Pengusaha atau Pengurus wajib menyampaikan Daftar Nama, Sifat dan Kuantitas
Bahan Kimia Berbahaya di tempat kerja dengan mengisi formulir sesuai contoh
seperti tercantum dalam Lampiran II Keputusan Menteri ini kepada Kantor
Departemen/Dinas Tenaga Kerja setempat dengan tembusannya disampaikan kepada
Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja setempat.
(2) Kantor Departemen/Dinas Tenaga Kerja setempat selambat-lambatnya 14 (empat
belas) hari kerja setelah menerima daftar, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
meneliti kebenaran data tersebut.
Pasal 8
(1) Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (2) Kantor
Departemen/Dinas Tenaga Kerja setempat menetapkan kategori potensi bahaya
perusahaan atau industri yang bersangkutan;
(2) Potensi bahaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :
a. Bahaya besar;
b. Bahaya menengah;
(3) Kategori potensi bahaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan Nama,
Kriteria serta Nilai Ambang Kuantitas (NAK) Bahan Kimia Berbahaya di tempat
kerja.
Pasal 9
Kriteria bahan kimia berbahaya sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (3) terdiri dari:
a. Bahan beracun;
b. Bahan sangat beracun;
c. Cairan mudah terbakar;
d. Cairan sangat mudah terbakar;
e. Gas mudah terbakar;
f. Bahan mudah meledak;
g. Bahan reaktif;
h. Bahan oksidator.
5 dari 23
KEP.187/MEN/1999
Pasal 10
(1) Bahan kimia yang termasuk kriteria bahan beracun atau sangat beracun sebagaimana
dimaksud dalam pasal 9 huruf a dan b, ditetapkan dengan memperhatikan sifat kimia,
fisika dan toksik.
(2) Sifat kimia, fisika dan toksik, bahan kimia sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ditetapkan sebagai berikut :
a. Bahan beracun dalam hal pemajanan melalui Mulut : LD50 > 25 atau < 200 mg/kg
berat badan, atau Kulit : LD50 > 25 atau < 400 mg/kg berat badan, atau
Pernafasan : LC50 > 0,5 mg/l dan 2 mg/l;
b. Bahan sangat beracun dalam hal pemajanan melalui Mulut : LD50 ≤ 25 mg/kg
berat badan, atau Kulit : LD50 ≤ 25 mg/kg berat badan, atau Pernafasan : LC50 ≤
0,5 mg/l.
Pasal 11
(1) Bahan kimia yang termasuk kriteria cairan mudah terbakar, cairan sangat mudah
terbakar dan gas mudah terbakar, sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf c, d,
dan e, ditetapkan dengan memperhatikan sifat kimia dan fisika.
(2) Sifat fisika dan kimia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai
berikut:
a. Cairan mudah terbakar dalam hal titrik nyala > 21° C dan < 55° C pada tekanan 1
(satu) atmosfir;
b. Cairan sangat mudah terbakar dalam hal titik nyala < 21° C dan titik didih > 20°C
pada tekanan 1 (satu) atmosfir;
c. Gas mudah terbakar dalam hal titik didih < 20° C pada tekanan 1 (satu) atmosfir.
Pasal 12
(1) Bahan kimia ditetapkan termasuk kriteria mudah meledak sebagaimana dimaksud
dalam pasal 9 huruf f apabila reaksi kimia bahan tersebut menghasilkan gas dalam
jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang tinggi, sehingga menimbulkan
kerusakan disekelilingnya.
(2) Bahan kimia ditetapkan termasuk kriteria reaktif sebagaimana dimaksud dalam pasal
9 huruf g apabila bahan tersebut :
a. bereaksi dengan air, mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar, atau
6 dari 23
KEP.187/MEN/1999
b. bereaksi dengan asam, mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar atau
beracun atau korosif.
(3) Bahan kimia ditetapkan termasuk kriteria oksidator, sebagaimana dimaksud dalam
pasal 9 huruf h apabila reaksi kimia atau penguraiannya menghasilkan oksigen yang
dapat menyebabkan kebakaran.
Pasal 13
Nilai Ambang Kuantitasnya (NAK) bahan kimia yang termasuk kriteria beracun atau
sangat beracun, sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, dan mudah meledak atau reaktif
sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (1) dan ayat (2), ditetapkan sebagaimana
tercantum dalam Lampiran III Keputusan Menteri ini.
Pasal 14
Nilai Ambang Kuantitas (NAK) bahan kimia selain yang dimaksud dalam pasal 13 dite-
tapkan sebagai berikut :
a. Bahan kimia kriteria beracun : 10 ton
b. Bahan kimia kriteria sangat beracun : 5 ton
c. Bahan kimia kriteria reaktif : 50 ton
d. Bahan kimia kriteria mudah meledak : 10 ton
e. Bahan kimia kriteria oksidator : 10 ton
f. Bahan kimia kriteria cairan mudah terbakar : 200 ton
g. Bahan kimia kriteria cairan sangat mudah terbakar : 100 ton
h. Bahan kimia kriteria gas mudah terbakar : 50 ton
Pasal 15
(1) Perusahaan atau industri yang mempergunakan bahan kimia berbahaya dengan
kuantitas melebihi Nilai Ambang Kuantitas (NAK) sebagaimana dimaksud dalam
pasal 13 dan 14 dikategorikan sebagai perusahaan yang mempunyai potensi bahaya
besar.
(2) Perusahaan atau industri yang mempergunakan bahan kimia berbahaya dengan
kuantitas sama atau lebih kecil dari Nilai Ambang Kuantitas (NAK) sebagaimana
dimaksud dalam pasal 13 dan 14 dikategorikan sebagai perusahaan yang mempunyai
potensi bahaya menengah.
7 dari 23
KEP.187/MEN/1999
BAB IV
KEWAJIBAN PENGUSAHA ATAU PENGURUS
Pasal 16
(1) Perusahaan yang dikategorikan mempunyai potensi bahaya besar sebagaimana dimak-
sud pada pasal 15 ayat (1) wajib :
a. Mempekerjakan petugas K3 Kimia dengan ketentuan apabila dipekerjakan dengan
sistem kerja nonshift sekurang-kurangnya 2 (dua) orang dan apabila dipekerjakan
dengan sistem kerja shift sekurang-kurangnya 5 (lima) orang.
b. Mempekerjakan Ahli K3 Kimia sekurang-kurangnya 1 (satu) orang;
c. Membuat dokumen pengendalian potensi bahaya besar;
d. Melaporkan setiap perubahan nama bahan kimia dan kuantitas bahan kimia proses
dan modifikasi instalasi yang digunakan;
e. Melakukan pemeriksaan dan pengujian faktor kimia yang ada di tempat kerja
sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali;
f. Melakukan pemeriksaan dan pengujian instalasi yang ada di tempat kerja
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun sekali;
g. Melakukan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja sekurang-kurangnya 1 (satu)
tahun sekali.
(2) Pengujian faktor kimia dan instalasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dan
f dilakukan oleh perusahaan jasa K3 atau instansi yang berwenang.
Pasal 17
(1) Perusahaan yang dikategorikan mempunyai potensi bahaya menengah sebagaimana
dimaksud pada pasal 15 ayat (2) wajib :
a. Mempunyai petugas K3 Kimia dengan ketentuan apabila dipekerjakan dengan
sistem kerja nonshift sekurang-kurangnya 1 (satu) orang, dan apabila dipekerjakan
dengan mempergunakan shift sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang;
b. Membuat dokumen pengendalian potensi bahaya menengah;
c. Melaporkan setiap perubahan nama bahan kimia dan kuantitas bahan kimia proses
dan modifikasi instalasi yang digunakan;
d. Melakukan pemeriksaan dan pengujian faktor kimia yang ada di tempat kerja
sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali;
e. Melakukan pemeriksaan dan pengujian instalasi yang ada di tempat kerja
sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun sekali;
8 dari 23
KEP.187/MEN/1999
Pasal 18
Hasil pengujian faktor kimia dan instalasi sebagaimana dimaksud pada pasal 16 ayat (2)
dan pasal 7 ayat (2) dipergunakan sebagai acuan dalam pengendalian bahan kimia
berbahaya di tempat kerja.
Pasal 19
(1) Dokumen pengendalian potensi bahaya besar sebagaimana dimaksud dalam pasal 16
ayat (1) huruf c sekurang-kurangnya memuat :
a. Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko;
b. Kegiatan teknis, rancang bangun, konstruksi, pemilihan bahan kimia, serta
pengoperasian dan pemeliharaan instalasi;
c. Kegiatan pembinaan tenaga kerja di tempat kerja;
d. Rencana dan prosedur penanggulangan keadaan darurat;
e. Prosedur kerja aman.
(2) Dokumen pengendalian potensi bahaya menengah sebagaimana dimaksud dalam
pasal 17 ayat (1) huruf b sekurang-kurangnya memuat :
a. Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko;
b. Kegiatan teknis, rancang bangun, konstruksi, pemilihan bahan kimia, serta
pengoperasian dan pemeliharaan instalasi;
c. Kegiatan pembinaan tenaga kerja di tempat kerja;
d. Prosedur kerja aman.
(3) Tata cara pembuatan dan rincian isi dokumen pengendalian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan (2) diatur lebih lanjut dengan keputusan Menteri atau Pejabat yang
ditunjuk.
9 dari 23
KEP.187/MEN/1999
Pasal 20
(1) Dokumen pengendalian potensi bahaya besar sebagaimana dimaksud dalam pasal 19
ayat (1) disampaikan kepada Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja dengan
tembusan kepada Kantor Departemen/Dinas Tenaga Kerja setempat.
(2) Dokumen pengendalian potensi bahaya menengah sebagaimana dimaksud dalam
pasal 19 ayat (2) disampaikan kepada Kantor Departemen/Dinas Tenaga Kerja
setempat.
Pasal 21
(1) Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja dan Kantor Departemen/Dinas Tenaga
Kerja setempat selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja setelah menerima
dokumen pengendalian sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 ayat (1) dan (2)
melakukan penelitian kebenaran isi dokumen tersebut.
(2) Kebenaran isi dokumen sebagaimana tersebut pada ayat (1) harus dinyatakan secara
tertulis dengan membubuhkan tanda persetujuan.
(3) Dokumen pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang telah dinyatakan
kebenarannya sesuai ayat (2) dipergunakan sebagai acuan pengawasan pelaksanaan
K3 di tempat kerja.
BAB V
PENUNJUKAN PETUGAS K3 DAN AHLI K3 KIMIA
Pasal 22
(1) Petugas K3 Kimia sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (1) huruf a dan pasal
17 ayat (1) huruf a mempunyai kewajiban :
a. Melakukan identifikasi bahaya;
b. Melaksanakan prosedur kerja aman;
c. Melaksanakan prosedur penanggulangan keadaan darurat;
d. Mengembangkan pengetahuan K3 bidang kimia.
(2) Untuk dapat ditunjuk sebagai Petugas K3 Kimia ditetapkan :
a. Bekerja pada perusahaan yang bersangkutan;
b. Tidak dalam masa percobaan;
c. Hubungan kerja tidak didasarkan pada Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT);
d. Telah mengikuti kursus teknis K3 Kimia.
10 dari 23
KEP.187/MEN/1999
(3) Kursus teknis Petugas K3 Kimia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d,
dilaksanakan oleh perusahaan sendiri, perusahaan jasa K3, atau instansi yang
berwenang dengan kurikulum seperti yang tercantum dalam Lampiran IV Keputusan
Menteri ini.
(4) Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sebelum melakukan kursus harus
melaporkan rencana pelaksanaan kursus teknis kepada Kantor Departemen/Dinas
Tenaga Kerja setempat.
Pasal 23
(1) Ahli K3 Kimia sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (1) huruf b mempunyai
kewajiban :
a. Membantu mengawasi pelaksanaan praturan perundang-undangan K3 bahan
kimia berbahaya;
b. Memberikan laporan kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk mengenai hasil
pelaksanaan tugasnya;
c. Merahasiakan segala keterangan yang berkaitan dengan rahasia perusahaan atau
instansi yang didapat karena jabatannya;
d. Menyusun program kerja pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja;
e. Melakukan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko;
f. Mengusulkan pembuatan prosedur kerja aman dan penanggulangan keadaan
darurat kepada pengusaha atau pengurus.
(2) Penunjukan Ahli K3 Kimia sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 24
(1) Penunjukan Petugas K3 Kimia sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 ditetapkan
berdasarkan permohonan tertulis dari Pengusaha atau Pengurus kepada Menteri atau
Pejabat yang ditunjuk.
(2) Permohonan penunjukan Petugas K3 Kimia sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus melampirkan :
a. Daftar riwayat hidup;
b. Surat keterangan berbadan sehat dari dokter;
c. Surat keterangan pernyataan bekerja penuh dari perusahaan yang bersangkutan;
d. Fotocopy ijazah atau surat tanda tamat belajar terakhir;
11 dari 23
KEP.187/MEN/1999
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 25
Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan melaksanakan pengawasan terhadap ditaatinya
Keputusan Menteri ini.
Pasal 26
Dengan ditetapkannya Keputusan Menteri ini, maka Keputusan Menteri Tenaga Kerja
No. Kep. 612/Men/1989 tentang Penyediaan Data Bahan Berbahaya Terhadap
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 27
Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 29 September 1999
ttd.
FAHMI IDRIS
12 dari 23
KEP.187/MEN/1999
13 dari 23
KEP.187/MEN/1999
• Tertelan
• Terhirup
5. Tindakan Penanggulangan Kebakaran
a. Sifat-sifat bahan mudah terbakar Titik nyala : _______ °C ( _____ F )
b. Suhu nyala sendiri : _______ °C
c. Daerah mudah terbakar
Batas terendah mudah terbakar : _______ %
Batas tertinggi mudah terbakar : _______%
d. Media pemadaman api : ____________________
e. Bahaya khusus : ____________________
f. Instruksi pemadaman api : ____________________
6. Tindakan Terhadap Tumpahan dan Kebocoran
a. Tumpahan dan kebocoran kecil
b. Tumpahan dan kebocoran besar
c. Alat pelindung diri yang digunakan
7. Penyimpanan dan Penanganan Bahan
a. Penanganan bahan
b. Pencegahan terhadap pemajanan
c. Tindakan pencegahan terhadap kebakaran dan peledakan
d. Penyimpanan
e. Syarat khusus penyimpanan bahan
8. Pengendalian Pemajanan dan Alat Pelindung Diri
a. Pengendalian teknis
b. Alat Pelindung Diri (APD) :
Pelindung pemajanan mata, kulit, tangan, dll.
9. Sifat-sifat Fisika dan Kimia
a. Bentuk : padat/cair/gas
b. Bau : ________________________________________
c. Warna : ________________________________________
d. Masa jenis : ________________________________________
e. Titik didih : ________________________________________
f. Titik lebur : ________________________________________
g. Tekanan uap : ________________________________________
14 dari 23
KEP.187/MEN/1999
15 dari 23
KEP.187/MEN/1999
d. Pengangkutan udara
15. Peraturan Perundang-undangan
16. Informasi lain yang diperlukan
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 29 September 1999
ttd.
FAHMI IDRIS
16 dari 23
KEP.187/MEN/1999
LAMPIRAN II : KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA
NOMOR : KEP. 187/MEN/1999
TANGGAL : 29 SEPTEMBER 1999
Catatan :
− LFL (Lower Flammable Limit) : DITETAPKAN DI: J A K A R T A
Konsentrasi batas terendah mudah terbakar PADA TANGGAL: 29 SEPTEMBER 1999
− UFL (Upper Flammable Limit) :
Konsentrasi batas tertinggi mudah terbakar MENTERI TENAGA KERJA
− NFPA (National Fire Protection Association) REPUBLIK INDONESIA
− BB : Berat Badan
− H (Health) : Bahaya terhadap kesehatan
− F (Fire) : Bahaya terhadap kebakaran
− S (Stability) : Bahaya terhadap stabilitas (reaktifitas) FAHMI IDRIS
17 dari 23
KEP.187/MEN/1999
I. BERACUN
NILAI AMBANG
No. NAMA BARANG KUANTITAS
(NAK)
1. Acetone Cyanohydrin (2-Cyanopropan-2-1) 200 ton
2. Acrolein (2-propenal) 200 ton
3. Acrylonitrile 20 ton
4. Allyl alcohol (2-propen-1-1) 200 ton
5. Allyamine 200 ton
6. Ammonia 100 ton
7. Bromine 10 ton
8. Carbon disulphide 200 ton
9. Chlorine 10 ton
10. Diphenyl methane di-isocynate (MDT) 200 ton
11. Ethylene dibromide (1,2-Dibromoetane) 50 ton
12. Etyleneimine 50 ton
13. Formaldehyde (concentration-90%) 20 ton
14. Hydrogen Chloride (Liquefied gas) 250 ton
15. Hydrogen cyanide 20 ton
16. Hydrogen fluoride 0 ton
17. Hydrogen sulphide 50 ton
18. Methyl bromide (bromomethane) 200 ton
19. Nitrogen oxides 50 ton
20. Proyleneimine 50 ton
21. Sulphur dioxide 20 ton
22. Sulphur trioxide 20 ton
23. Tetraethyl lead 50 ton
24. Tetramethyl lead 50 ton
25. Toluene di-isocyanate 100 ton
18 dari 23
KEP.187/MEN/1999
19 dari 23
KEP.187/MEN/1999
20 dari 23
KEP.187/MEN/1999
21 dari 23
KEP.187/MEN/1999
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 29 September 1999
ttd.
FAHMI IDRIS
22 dari 23
KEP.187/MEN/1999
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 29 September 1999
ttd.
FAHMI IDRIS
23 dari 23
DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I
DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN
Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 51 – JAKARTA
Kotak Pos 4872 Jak. 12048 Telp. 5255733 Pes. 600 – Fax (021) 5253913
TENTANG
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
PERTAMA : a. Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja Ruang Terbatas
adalah tenaga tehnis keselamatan dan kesehatan kerja
sebagaimana dimaksud Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No. SE.117/MEN/2005 tentang Pemeriksaan
Menyeluruh Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
di Pusat Perbelanjaan, Gedung Bertingkat, dan Tempat-
Tempat Publik Lainnya yang memiliki kompetensi khusus di
1
bidang keselamatan dan kesehatan kerja di ruang
terbatas/tertutup dibuktikan dengan sertifikat pembinaan.
b. Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja Ruang Terbatas
sebagaimana dimaksud huruf a yang selanjutnya disebut
Petugas K3 Confined Spaces terdiri dari 2 (dua) jenjang
meliputi Petugas Madya dan Petugas Utama
KEDUA : a. Sertifikat pembinaan sebagaimana dimaksud amar pertama
huruf a dan b diperoleh melalui proses pembinaan tehnis
yang terdiri dari seleksi, diklat, dan ujian serta dinyatakan
lulus ujian.
b. Seleksi dan diklat dapat diselenggarakan oleh Perusahaan
Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja bidang diklat sesuai
dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI
No.PER.04/MEN/1995 atau oleh internal perusahaan (in
house training) atas persetujuan Departemen Tenaga Kerja
dan Transmigrasi RI.
c. Ujian diselenggarakan oleh tim yang dibentuk oleh
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI atau Lembaga
Uji lain sesuai peraturan perundang-undangan.
KETIGA : Peserta yang dinyatakan lulus ujian sebagaimana dimaksud pada
amar kedua huruf c diberikan sertifikat oleh Departemen Tenaga
Kerja dan Transmigrasi RI.
KEEMPAT : Rincian kompetensi, kurikulum dan persyaratan khusus peserta
pembinaan tehnis Petugas K3 confined spaces tertera pada
lampiran keputusan ini.
KELIMA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan
ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan
diperbaiki sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 29 September 2006
Direktur Jenderal
Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan
2
Pedoman
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
di Ruang Terbatas (confined spaces)
Lampiran
A. Persyaratan Perijinan Untuk Memasuki Ruang Tertutup
B. Prosedur Pemeriksaan dan Pengujian Gas Atmosfer
C. Formulir Perijinan Masuk Ruang Terbatas
D. Sistem Saluran Pembuangan
E. Tim Penyelamat dan Tanggap Darurat
2
LAMPIRAN I : Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan.
Nomor : Kep.113 /DJPPK/IX/2006
Tanggal : September 2006
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Bekerja di dalam ruang terbatas (confined spaces) mempunyai resiko
terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja di dalamnya. Oleh ka renanya
diperlukan aturan dalam r angka memberikan jaminan perlindungan terhadap
pekerja dan aset lainnya, baik melalui peraturan perundang-undangan, program
memasuki ruang terbatas dan persyaratan ataupun prosedur untuk memasuki dan
bekerja di dalam ruang terbatas.
Seperti diketahui bersama, ruang terbatas (confined spaces) mengandung
beberapa sumber bahaya baik yang berasal dari bahan kimia yang mengandung
racun dan mudah terbakar dalam bentuk gas, uap, asap, debu dan sebagainya.
Selain itu masih terdapat bahaya lain berupa terjadinya oksigen defisiensi atau
sebaliknya kadar oksigen y ang berlebihan, suhu yang ekstrem, terjebak atau
terliputi (engulfment), maupun resiko fisik lainnya yang timbul seperti
kebisingan, permukaan yang basah/licin dan kejatuhan benda keras yang
terdapat di dalam ruang terbatas tersebut yang dapat mengakibatkan kecelakaan
kerja sampai dengan kematian tenaga kerja yang bekerja di dalamnya.
Di sisi lain, Peraturan Khusus L yang mengatur tentang pekerjaan di dalam
tangki apung dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan pe rkembangan teknologi
dan kompleksitas pekerjaan di ruang terbatas sekarang ini, se hingga perlu
dikeluarkan peraturan/pedoman yang dapat mengatur dengan lebih jelas dan
lengkap.
3
• Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 187/Men/1999 tentang
Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja
• Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE.01/Men/1997 tentang Nilai Ambang
Batas Faktor Kimia di udara Lingkungan Kerja
• Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigra si No. SE.117/Men/PPK-
PKK/III/2005 tentang Pemeriksaan Menyeluruh Pelaksanaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Pusat Perbelanjaan, Gedung Bertingkat, dan Tempat-
Tempat Publik Lainnya.
1.3. Tujuan
Memberikan pedoman/petunjuk Keselamatan dan kesehatan kerja kepada
pengurus, pegawai pengawas dan ahli K3 mengenai langkah-langkah yang harus
dilakukan pada pekerjaan di dalam ruang terbatas (confined spaces) guna
mencegah terjadinya kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja serta
menekan kerugian karena peledakan, kebakaran dan klaim kesehatan lainnya.
4
1.4.3. Berbagai jenis pekerjaan yang menyebabkan orang memasuki ruang
terbatas, antara lain:
• Pemeliharaan (pencucian atau pembersihan)
• Pemeriksaan
• Pengelasan, pelapisan dan pelindungan karat
• Perbaikan
• Penyelamatan dan memberikan pertolongan kepada pekerja yang
cidera atau pingsan dari ruang terbatas; dan
• Jenis pekerjaan lainnya yang mengharuskan masuk ke dalam ru ang
terbatas.
5
1.5.6. Penutupan dan pengurasan berarti penutupan jaringan, pipa atau saluran
dengan cara menutup dan mengunci atau mengkaitkan 2 k atup yang
berhubungan dengan membuka dan mengunci atau mengkaitkan katup
pengurasan atau pembuangan pada jaringan diantara 2 katu p yang
tertutup tersebut.
1.5.7. Gawat darurat berarti setiap keadaan (termasuk terjadinya kegagalan
pengendalian bahaya atau monitoring peralatan) atau kejadian baik yang
berlangsung di dalam atau di l uar ruang terbatas yang dapat
membahayakan pekerja di dalamnya.
1.5.8. Terliputi atau Engulfment berarti keadaan dimana seseorang
terperangkap oleh cairan a tau substansi padat yang dapat terhirup
sehingga dapat me nyebabkan gangguan berupa penyumbatan sistem
pernapasan sehingga dapat menimbulkan kematian melalui strang ulasi,
konstriksi atau penekanan.
1.5.9. Kegiatan berarti kegiatan dimana seseorang melalui jalur masuk ruang
terbatas yang memer lukan ijin khusus. Masuk kedalam ruangan tersebut
meliputi kegiatan yang dilangsungkan dalam ruang tersebut.
1.5.10. Ijin masuk (ijin) berarti dokumen tertulis yang diberikan oleh pengurus
untuk memperbolehkan dan mengawasi kegiatan dalam ruang terbatas
dengan ijin khusus dan mengandung informasi seperti diatur dalam bagian
4 pada pedoman ini.
1.5.11. Ahli K3 berarti orang (seperti pengurus, pengawas pekerja at au
supervisor) yang bertanggung jawab untu k menentukan apakah terdapat
kondisi yang masih diperbolehkan untuk melakukan kegiatan dalam ruang
terbatas tersebut s esuai dengan re ncana kerja yang telah dibuat, untuk
mengesahkan dan mengawasi proses tersebut dan untuk menghentikan
kegiatan seperti diatur pada pedoman ini.
Catatan: Ahli K3 juga dapat bertugas sebagai petugas madya atau sebagai
petugas utama yang berwenang, selama individu tersebut mendapat
pelatihan dan terampil menggunakan peralatan kerja yang sesuai se perti
diatur dalam pedoman ini.
1.5.12. Lingkungan berbahaya berarti lingkungan yang dapat menyebabkan
pekerja menghadapi risiko kematian, hendaya atau ketidakmampuan
menyelamatkan diri secara mandiri, kecelakaan, terluka, atau penyakit
akut akibat satu atau beberapa sebab berikut ini:
6
1.5.12.1. Gas, uap atau kabut ua p yang mudah terbakar dengan
konsentrasi melebihi 10% dari BRDM nya.
1.5.12.2. Debu di udara yang mudah meledak dengan konsentrasi setara
atau melebihi BRDM. Catatan: konsentrasi ini d apat
diperkirakan jika debu dapat terlihat secara visual pada jarak 5
kaki (1,52 m) atau kurang.
1.5.12.3. Konsentrasi oksigen di udara dibawah 19,5 % atau melebihi
23,5 %
1.5.12.4. Konsentrasi substansi yang konsentrasinya atau nilai ambang
batasnya dimuat dalam Surat Edara n Menaker No. SE.
01/Men/1997
1.5.12.5. Setiap keadaan lingkungan yang langsung berbahaya bagi
kesehatan atau dapat mengakibatkan kematian.
Catatan: untuk kontaminan udara yang belum ditentukan dosis atau nilai
ambang batasnya dalam SE Menaker No. SE. 01 /Men/1997, dapat
digunakan sumber informasi lain seperti LDKB.
1.5.13. Ijin untuk melakukan pekerjaan panas berarti ijin tertulis dari atasan
pekerja tersebut untuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan sumber
panas (seperti riveting, pengelasan, pemotongan, pembakaran atau
pemanasan)
1.5.14. kesakitan atau kematian dengan segera berarti setiap kondisi yang dapat
mengakibatkan kematian segera atau dapat menimbulkan efek samping
permanen terhadap kesehatan atau dapat menimbulkan hendaya bagi
pekerja untuk menyelamatkan diri secara dari ruang terbatas tersebut.
Catatan: beberapa zat tertentu, seperti gas HF atau uap c admium, dapat
menimbulkan reaksi tanpa gejala yang jelas, namun segera diikuti dengan
kolaps yang mendadak dan mungkin fatal dalam 12-72 jam setel ah
pemaparan.
1.5.15. Pengisian/Pembilasan dengan gas inert (purging) berarti pengisian udara
dalam ruang terbatas dengan menggunakan gas yang tidak mudah
meledak (seperti nitrogen) sedemikian rupa sehingga udara di ruang
tersebut menjadi tidak mudah meledak.
Catatan: kegiatan prosedur ini menyebabkan kadar oksigen dalam
menjadi berkurang sehingga dapat mengakibatkan kesakitan, sesak atau
kematian dengan segera.
7
1.5.16. Isolasi berarti proses dimana ruang terbatas tersebut di-nonfungsikan dan
tertutup sepenuhnya dari pelepasan energi atau ma terial ke lingkungan
terbuka melalui cara seperti: pemasangan sorokan (blanking/blinding),
pemindahan jaringan pipa atau saluran, penutupan dan pengurasan,
penutupan seluruh sumber energi, dan pemutusan seluruh jaringan.
1.5.17. Pemutusan jaringan berarti pembukaan pipa, jaringan atau saluran yang
mengandung bahan beracun, mudah terbakar, koro sif, gas inert, atau
cairan lainnya yang pada volume atau tekanan dan suhu tertentu dapat
mengakibatkan kerusakan berupa ledakan dan lain-lain
1.5.18. Ruang terbatas tanpa ijin khusus berarti ruang terbatas yang tidak
berpotensi mengandung gas atmosf er yang berbahaya atau mengandung
bahaya lainnya yang dapat menyebabkan kematian atau bahaya terhadap
fisik lainya.
1.5.19. Ruang terbatas dengan ijin khusus berarti ruang terbatas yang mempunyai
satu atau lebih ciri-ciri berikut ini:
1.5.19.1. mengandung gas atmosfer udara yang berbahaya
1.5.19.2. mengandung material yang berpotensi memerangkap pekerja di
dalamnya
1.5.19.3. mempunyai konfigurasi atau struktur sedemikian rupa sehingga
petugas utama dapat terperangkap atau mengalami asfiksia
akibat dinding y ang melengkung ke dalam atau lantai yang
curam dan mengarah ke loron g atau ruangan yang lebih kecil,
atau
1.5.19.4. mengandung bahaya lainnya.
1.5.20. Udara rendah oksigen berarti udara yang mengandung oksigen kurang dari
19, 5%
1.5.21. Udara kaya oksigen berarti udara yang mengandung oksigen lebih dari 23,
5%
1.5.22. Program ruang terbatas berarti program yang dibuat untuk mengendalikan
dan melindungi pekerja dalam ruang terbatas untuk mengatur kegiatan
pekerja di dalamnya.
1.5.23. Sistem perijinan berarti prosedur tertulis dari pengurus untuk
mempersiapkan dan mengeluarkan ijin untuk melaksanakan kegiatan dan
menghentikan kegiatan dalam ruang terbatas dengan ijin khusus.
8
1.5.24. Kondisi terlarang berarti setiap kondisi dimana pekerja tidak dapa t
melakukan kegiatan di dalam ruang terbatas dengan ijin khusus.
1.5.25. Petugas penyelamat berarti orang yang bertugas menyelamatkan pekerja
dari ruang terbatas.
1.5.26. Sistem penyelamatan berarti peralatan (termasuk tali penyelamat; sabuk
pengaman, baik yang sebatas dada ataupun digunakan di selu ruh tubuh;
wristlet; atau alat pengangkut) yang digunakan untuk mengeluarkan
pekerja dari ruang terbatas.
1.5.27. Pengujian berarti proses identifikasi dan evaluasi bahaya berbahaya yang
mungkin dihadapi petugas utama dalam ru ang terbatas dengan ijin
khusus.
9
program tertulis sepe rti diatur dalam pedoman ini. Program tertulis
tersebut harus dketahui oleh pekerja dan perwakilannya.
2.2.2. Peryaratan yang wajib dilakukan untuk memasuki ruang terba tas dengan
ijin khusus
2.2.2.1. Jika penutup akses/pintu masuk dibuka, pada jalur tersebu t
harus dipasang selusur, penutup sementara atau penghalang
sementara lainnya untuk mencegah masuknya pekerja tanpa
disengaja dan untuk melindungi pekerja di dalam ruang terbatas
tersebut dari masuknya benda asing ke dalam ruangan.
2.2.2.2. Sebelum pekerja memasuki ruangan, udara di d alam ruangan
harus diuji terlebih dahulu, berturut- turut untuk kadar oksigen,
gas dan uap yang mudah terbakar dan kontaminan udara yang
berpotensi berbahaya, dengan peralatan yang telah dikalibrasi.
Setiap pekerja yang memasuki ruangan atau perwakilan pekerja
tersebut, wajib diberi kesempatan untuk mengawasi pengujian
tersebut.
2.2.2.3. Tidak boleh ada udara berbahaya dalam ruangan tersebut jika
terdapat pekerja di dalamnya
2.2.2.4. Wajib menyediakan sistem aliran udara secara kontinyu, dengan
ketentuan sebagai berikut:
2.2.2.4.1. Pekerja tidak boleh memasuki ruangan sebelum
udara berbahaya di dalamnya dibersihkan terlebih
dahulu
2.2.2.4.2. Aliran udara tersebut diarahkan sedemikian rupa
sehingga dapat mencapai area dimana pekerja akan
berada dan harus berlangsung terus menerus selama
pekerja berada di dalam.
2.2.2.4.3. Pengaturan aliran udara tersebut harus diperoleh
dari sumber yang bersih da n tidak boleh
meningkatkan bahaya dalam ruangan.
2.2.2.5. Udara dalam ruangan harus diuji secara berkala sesering mungkin
untuk memastikan bahwa pengaturan aliran udara dapat
mencegah akumulasi udara yang berbahaya dalam ruangan.
Setiap pekerja yang memasuki ruangan, atau perwakilan pekerja
10
tersebut, wajib diberi kesempatan untuk mengamati proses
pengujian tersebut.
2.2.2.6. Jika terdeteksi udara berbahaya selama kegiatan berlangsung:
2.2.2.6.1. Setiap pekerja harus meninggalkan ruangan terbatas
tersebut secepatnya
2.2.2.6.2. Ruangan harus dievaluasi untuk menentukan
bagaimana udara berbahaya tersebut dapat terjadi,
dan
2.2.2.6.3. Harus dilakukan pemeriksaan untuk melindungi
pekerja dari udara berbahaya tersebut sebelum
kegiatan berikutnya berlangsung
2.2.2.7. Pengurus wajib memastikan bahwa ruang tersebut telah aman
dan telah dilakukan pemeriksaan sebelum kegiatan berlangsung,
seperti diatur dalam paragrap 2.2.3, melalui pernyataan tertulis,
yang memuat tanggal, l okasi ruang dan tanda tangan petugas
pemeriksa. Pernyataan tertulis tersebut harus dibuat se belum
kegiatan berlangsung dan dapat dilihat oleh pekerja y ang akan
melakukan kegiatan dalam ruang tersebut, a tau perwakilan
pekerja tersebut.
2.2.3. Jika terdapat perubahan pada penggunaan atau konfigurasi ruang terbatas
tanpa ijin k husus yang mungkin meningkatkan bahaya pada pekerja di
dalamnya, pengurus wajib melakukan evaluasi ulang terhadap ruang
tersebut, dan bila pe rlu mengklasifikasikannya sebagai ruang terbatas
dengan ijin khusus.
2.2.4. Ruang yang diklasifikasikan sebagai ruang terbatas dengan ijin khusus oleh
pengurus, dapat diklasifikasikan kembali sebagai ruang terbatas tanpa ijin
khusus dengan persyaratan berikut:
2.2.4.1. Jika ruang terbatas dengan ijin khusus tersebut tidak
mengandung udara berbahaya, dan jika bahaya di dalamnya
telah dieliminasi tanpa perlu masuk ke dalam ruangan tersebut,
ruang tersebut da pat diklasifikasikan kembali sebagai ruang
terbatas tanpa ijin khusus selama tetap tidak terda pat udara
berbahaya di dalamnya.
2.2.4.2. Jika dirasakan perlu untuk memasuki ruang tersebut untuk
menghilangkan bahaya di dalamnya, kegiatan tersebut harus
11
dilakukan sesuai persyaratan pada paragraph 2.2. jika pengujian
dan pemeriksaan selama kegiatan membuktikan bahwa bahaya
dalam ruang tersebut telah dihilangkan, ruang te rsebut dapat
diklasifikasikan kembali sebagai ruang terbatas tanpa ijin khusus
selama tetap tidak terdapat bahaya di dalamnya.
2.2.4.3. Pengurus wajib mendokumentasikan dasar penentuan bahwa
seluruh bahaya dalam ruang terbatas dengan ijin khusus telah
dihilangkan, melalui sertifikasi yang memuat tanggal, lokasi
ruang dan tandatangan petugas yang membuat penentuan
tersebut. Sertifikasi tersebut dapat dibaca oleh seluruh pekerja
yang memasuki ruang tersebut atau oleh perwakilan pekerja
2.2.4.4. Jika bahaya timbul dalam ruang terbatas dengan ijin khusus yang
telah diklasifikasikan sebagai ruang terbatas tanpa ijin k husus,
seluruh pekerja wajib meningg alkan ruangan. Pengurus wajib
mengevaluasi kembali ruang tersebut dan m enentukan apakah
ruang tersebut ha rus diklasifikasikan kembali sebagai ruang
terbatas dengan ijin khusus, seperti diatur dalam pedoman ini.
12
2.3.2.8. Kecacatan penglihatan permanen
2.3.2.9. Penyakit lainnya yang dapat membahayakan keselamatan selama
bekerja di ruang terbatas
13
3.2.4.2. Peralatan pengaliran udara (ventilasi) harus mampu
mempertahankan kondisi yang masih diperbolehkan untuk
melakukan kegiatan
3.2.4.3. Peralatan komunikasi yang diperlukan harus sesuai seperti yang
diatur dalam paragrap 7.2.3. dan 7.3.5 pedoman ini
3.2.4.4. Alat pelindung diri diperlukan karena pengendalian teknik dan
tata kerja saja tidak cukup untuk melindungi pekerja
3.2.4.5. Peralatan untuk penerangan tambahan diperlukan agar pekerja
dapat melihat dengan jelas dalam beke rja dan untuk keluar
secepatnya dari ruangan, dalam keadaan gawat darurat
3.2.4.6. Alat perlindungan diperlukan sebagaimana diatur dalam
paragraph 3.2.3. pedoman ini
3.2.4.7. Peralatan lain, seperti tangga diperlukan agar petugas utama
dapat keluar masuk ruang dengan aman
3.2.4.8. Peralatan untuk penyelamatan dan keadaan g awat darurat harus
dipersiapkan sesuai seperti diatur dalam pa ragrap 3.2.9.
pedoman ini, kecuali peralatan tersebut telah disediakan o leh
petugas penyelamat.
3.2.4.9. Peralatan lain yang diperlukan untuk keluar masuk dengan aman
dari ruang tersebut
3.2.5. Jika akan melakukan kegiatan dalam ruang terbatas dengan ijin khusus
tersebut, evaluasi berikut ini harus dilakukan:
3.2.5.1. Uji kondisi dalam ruang tersebut untuk menentukan apakah
terdapat kondisi yang masih diperbolehkan untuk melakukan
kegiatan sebelum kegiatan di laksanakan, kecuali bila tid ak
mungkin melakukan isolasi terh adap ruangan karena ruangan
tersebut besar atau merupakan bagian dari sistem yang
tersambung dengan yang lain (seperti pada sistem pembuangan),
pengujian sebelum ma suk dapat dilakukan sebisa mu ngkin
sebelum kegiatan dilaksanakan, dan jika kegiatan telah
mendapat otorisasi, kondisi dalam ruangan harus diaw asi secara
terus menerus selama pekerja melakukan kegiatan di dalamnya.
3.2.5.2. Pengujian dan pemantauan ruangan diperlukan untuk
menentukan apakah kondisi yang masih diperbolehkan untuk
14
melakukan kegiatan dapat diperta hankan selama kegiatan
berlangsung; dan
3.2.5.3. untuk pengujian udara berbahaya, uji terlebih dahulu
konsentrasi oksigen, lalu konsentrasi uap dan ga s yang mudah
meledak serta konsentrasi uap dan gas berbahaya
3.2.5.4. Setiap petugas utama yang berwenang atau perwakilan pekerja
tersebut wajib diberikan kesempatan untuk mengamati
pengujian atau pemantauan awal serta pemantauan dan
pengujian lanjutan ruang terbatas dengan ijin khusus tersebut
3.2.5.5. Mengadakan evaluasi ulang keadaan ruang jika ada permi ntaan
dari petugas utama atau perwakilannya jika pekerja tersebut
yakin bahwa evaluasi yang telah dilakukan belum memadai
3.2.5.6. Petugas madya atau perwakilannya wajib segera diberikan
laporan dari pengujian seperti ya ng diatur dalam paragrap 3.
pedoman ini
3.2.6. Sedikitnya satu orang petugas ma dya wajib ada di luar ruangan selama
kegiatan yang telah diotorisasi tersebut berlangsung
3.2.7. Jika terdapat ruangan lebih dari satu yang harus dipantau oleh seo rang
petugas madya, dalam program untuk ruang terbatas dengan ijin khusus
tersebut perlu diatur cara dan prosedur yang dapat memudahkan petugas
madya tersebut merespon kead aan gawat darurat yang terjadi pada satu
atau lebih ruangan yang menjadi tanggung jawabnya tanpa meninggalkan
tanggung jawabnya seperti yang diatur pada paragrap 7 dalam pedoman
ini
3.2.8. Tentukan siapa saja pekerja yang akan bertugas (seperti petugas utama,
petugas madya, ahli K3, petugas p enguji atau pemantau kondisi udara
dalam ruangan dengan ijin khusus tersebut), beri penjabaran untuk
tugasnya masing-masing dan berikan pelatihan sesuai dengan ketentuan
yang diatur pada paragrap 7 dalam pedoman ini.
3.2.9. Kembangkan dan implementasikan prosedur untuk memanggil tim
penyelamat dan tim tanggap darurat untuk mengeluarkan petugas utama
dari ruangan, untuk melakukan hal ta nggap darurat lain yang diperlukan
untuk menyelamatkan pekerja dan untuk mencegah petugas yang tidak
berwenang mencoba melakukan penyelamatan
15
3.2.10. Kembangkan dan implementa sikan sistem untuk persiapan, penerbitan,
penggunaan dan pemb atalan ijin kegiatan sebagaimana diatur dalam
pedoman ini
3.2.11. Kembangkan dan implementasikan prosedur untuk mengkoordinasi
kegiatan jika ada beberapa pekerja dari unit kerja yang berbeda bekerja
bersamaan sebagai petu gas utama yang berwenan g dalam ruangan,
sehingga tidak saling membahayakan satu sama lain.
3.2.12. Kembangkan dan implementasikan prosedur (seperti penutupan ruangan
dan pembatalan ijin) yang diperlukan untuk mengakhiri kegiatan setelah
kegiatan selesai dilaksanakan.
3.2.13. Kaji ulang proses kegiata n bila pengurus meyakini langkah-langkah
pencegahan yang dilakukan dalam pr ogram untuk ruang terba tas dengan
ijin khusus tidak dapat melindungi pekerja dan revisi program untuk
memperbaiki kekurangan yang ada sebelum kegiatan berikutnya diijinkan.
3.2.14. Kaji ulang program untuk ruang terbatas dengan ijin khusus, den gan
menggunakan pembatalan ijin se perti yang dijelaskan dalam pera grap 5
pedoman ini, selama 1 tahun setelah setiap kegiatan dan revisi program
bila diperlukan, untuk memastikan setiap pekerja yang beroperasi dalam
ruang terbatas dengan ijin khusus telah terlindungi dari bahaya yang
ditimbulkan ruangan tersebut.
4. Sistem Perijinan
4.1. Sebelum kegiatan dilangsungkan, pengurus wajib mendokumentasikan
kelengkapan langkah-langkah pencegahan seperti yang telah diatur.
4.2. Sebelum kegiatan dimulai, ahli K3 ya ng dicantumkan dalam sura t ijin wa jib
menandatangani ijin tersebut untuk mensahkan kegiatan
4.3. Ijin yang telah le ngkap harus diberikan pada saat dimulai kegiatan kepada
seluruh petugas utama yang ber wenang atau perwakilannya, dengan
memasangnya pada pos kegiatan atau dengan cara lain yang sama efektifnya,
agar petugas uta ma dapat memastikan bahwa persiapan awal sebelum memulai
kegiatan telah selesai dilaksanakan
4.4. Durasi kegiatan yang tercantum dalam surat ijin tidak boleh melebihi waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang dicantumkan dalam
ijin, seperti yang diatur dalam paragrap 5.3
4.5. Ahli k3 wajib menghentikan kegiatan dan membatalkan ijin kegiatan bila:
16
4.5.1. kegiatan seperti yang dicantumkan dalam surat ijin telah selesai
dilaksanakan, atau
4.5.2. kondisi yang tidak diperbolehkan dalam ijin ke giatan timbul dalam
ruangan
4.6. Pengurus wajib menahan setiap ijin k egiatan yang telah dibatalkan minimal 1
tahun untuk mengkaji ulang program untuk ruang terbatas dengan ijin khusus
seperti yang diatur. Setiap masalah yang timbul selama kegiatan akan dicatat
dalam ijin tersebut sehingga revisi dapat dilakukan
5. Ijin kegiatan.
Ijin kegiatan seperti yang dimaksud dalam pedoman ini dan berguna untuk
mensahkan kegiatan dalam ruang dengan ijin khusus wajib memuat:
5.1. Ruang terbatas dengan ijin khusus yang akan dimasuki
5.2. Kegiatan yang dilangsungkan di dalamnya
5.3. Tanggal dan durasi kegiatan yang telah disahkan dalam ijin kegiatan
5.4. Petugas-petugas utama yang bekerja dalam ruangan, baik dengan penulisan nama
atau cara lain (se perti penggunaan jadwal kerja) untuk memudahkan petugas
madya mengetahui petugas utama yang akan bekerja dalam ruangan untuk
jangka waktu tertentu, dengan cepat dan akurat
5.5. Nama pekerja yang bertugas sebagai petugas madya
5.6. Nama ahli K3 yang bertugas, dengan spasi untuk tanda tangan atau initial ahli K3
yang mensahkan kegiatan
5.7. Bahaya dari ruangan yang akan dimasuki
5.8. Langkah-langkah yang diambil un tuk mengisolasi ruangan dan untuk
menghilangkan atau mengendalikan bahaya dari ruang terbatas dengan ijin
khusus tersebut sebelum dimulai kegiatan
5.9. Kondisi yang masih diperbolehkan untuk melakukan kegiatan
5.10. Hasil dari pengujian awal dan berkala yang seperti yang diatur da lam pedoman
ini disertai nama atau inisial petugas penguji dan waktu pengujian dilaksanakan
5.11. Tim penyelamat dan tim ta nggap darurat yang dapat dipanggil dan cara untuk
memanggilnya (seperti peralatan yang digunakan dan no mor yang dapat
dihubungi)
5.12. Prosedur komunikasi yang digunakan oleh p etugas utama dan petugas ma dya
untuk mempertahankan hubungan selama kegiatan berlangsung
17
5.13. Peralatan, seperti APD, peralatan pengujian, alat komunikasi, system alarm,
alat-alat penyelamatan yang harus disediakan seperti yang diatur dalam pedoman
ini
5.14. Informasi lain yang dirasakan perlu, sesuai dengan kondisi ruangan, untuk
memastikan Keselamatan pekerja
5.15. Ijin tambahan lainnya, seperti untuk melakukan kerja panas, yang telah
dikeluarkan untuk mengesahkan pekerjaan tersebut dalam ruang terbatas dengan
ijin khusus
6. Pelatihan
6.1. Pengurus wajib memberikan pelatihan kepada seluruh pekerja yang pekerjaannya
diatur dalam pedoman ini agar dapat memahami dan memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk melakukan tugasnya dengan aman
6.2. Pelatihan diberikan kepada setiap pekerja yang terlibat kegiatan dalam ruang
terbatas dengan ijin khusus, saat:
6.2.1. Sebelum pekerja tersebut memulai tugasnya
6.2.2. Sebelum terjadi perubahan tugas
6.2.3. Jika terjadi perubahan pada kegiatan dalam ruangan dengan ijin khusus
yang menyebabkan timbulnya bahaya baru yang belum dilatihkan kepada
pekerja
6.2.4. Jika pengurus yakin terjadi penyimpangan prosedur kegiatan sebagaimana
diatur dalam pedoman ini atau bila pengetahuan pekerja dalam
melaksanakan prosedur ini dirasa kurang
6.3. Materi pelatihan harus memenuhi standar keterampilan pekerja dalam
melaksanakan tugasnya dan mempe rkenalkan prosedur baru maupun yang telah
direvisi bila dianggap perlu, seperti yang diatur dalam pedoman ini
6.4. Penyelenggaran pelatihan wajib memberikan sertifikat kelulusan untuk pelatihan
yang telah dilaksanakan. Sertifikat tersebut memuat nama masing-masing
pekerja, tanda tangan atau ini sial pelatih, dan tanggal pelatihan. Sertifikasi
dapat dilihat oleh pekerja maupun perwakilannya
7. Tanggung Jawab
7.1. Kontraktor
18
7.1.1. Jika pengurus akan menggunakan kontraktor untuk melakukan pekerjaan
yang melibatkan kegiatan dalam ruang terbatas dengan ijin khusus,
pengurus tersebut wajib:
7.1.1.1. Memberikan penetapan kepada kontraktor bahwa tempat kerja
tersebut meliputi ruang terbatas dengan ijin khusus dan kegiatan
didalamnya diperbolehkan hanya jika memenuhi persyaratan
seperti yang dijelaskan dalam pedoman ini;
7.1.1.2. Menginformasikan kepada kontraktor mengenai elemen,
termasuk bahaya yang telah teridentifikasi dan bagaimana
pengalaman pengurus dengan ruang tersebut, yang menjadikan
ruang tersebut sebagai ruang terbatas dengan ijin khusus.
7.1.1.3. Menginformasikan kepada kontraktor mengenai tindakan
pencegahan atau prosedur yang telah diterapkan oleh pe ngurus
dalam rangka perlindungan terhadap pekerja di dalam atau di
dekat ruang terbatas dengan ijin khusus dimana personel
kontraktor tersebut akan bekerja;
7.1.1.4. Mengkoordinasikan kegiatan operasi dengan kontraktor jika
pekerja dari kedua pihak akan bekerja bersama da lam ruang
tersebut dan
7.1.1.5. Menerima laporan dari kontraktor pada akhir kegiatan, mengenai
program yang diikuti dan bahaya yang dihadapi selama proses
kegiatan dalam ruang terbatas tersebut.
7.1.2. Setiap kontraktor yang melakukan kegiatan dalam ruang tersebut wajib:
7.1.2.1. Mematuhi semua ketentuan dalam pedoman ini
7.1.2.2. Mencari informasi mengenai ba haya dan kegi atan dalam ruang
terbatas dengan ijin khusus dari pengurus.
7.1.2.3. Mengkoordinasikan setiap k egiatan dengan pengurus, jika baik
pekerja induk maupun pekerja kontraktor akan bekerja di dalam
atau dekat ruang tersebut
7.1.2.4. Melaporkan kepada pengurus mengenai program ya ng akan
diikuti dan seluruh bahaya yang timbul atau dihadapi dalam
ruang tersebut, melalui laporan tertulis selama proses kegiatan.
19
7.2.1. Mengetahui bahaya yang mungkin dihadapi selama kegiatan, termasuk
modus, tanda atau gejala dan akibat paparan yang dialami
7.2.2. Menggunakan peralatan seperti yang diatur da lam paragraph (d)(4)
dengan baik
7.2.3. Melakukan komunikasi dengan petugas madya b ila diperlukan untuk
memudahkan petugas mady a memantau status petugas uta ma dan untuk
memudahkan petugas madya memberitahu petugas utama bila diperlukan
evakuasi dari ruangan, seperti diatur dalam paragraph 7.3.5. dan 7.3.6.
7.2.4. Memberitahu petugas madya bila:
7.2.4.1. petugas utama menyadari adanya tanda atau gejala bahaya
akibat paparan terhadap situasi yang berbahaya
7.2.4.2. petugas utama mendeteksi adanya kondisi terlarang, dan
7.2.5. Keluar dari ruangan secepat mungkin bila:
7.2.5.1. Ada perintah evakuasi dari petugas madya atau ahli k3
7.2.5.2. Petugas utama menyadari adanya tanda atau gejala bahaya
akibat paparan terhadap situasi yang berbahaya
7.2.5.3. Petugas utama mendeteksi adanya kondisi terlarang, atau
7.2.5.4. Sinyal tanda evakuasi dinyalakan
20
dan memerintahkan petugas utama untuk evakuasi secepatnya bila terjadi
keadaan berikut:
7.3.6.1. Jika petugas madya mendeteksi adanya kondisi terlarang
7.3.6.2. Jika petugas madya mendeteksi adanya efek dari paparan bahaya
terhadap tingkah laku petugas utama
7.3.6.3. Jika petugas madya m endeteksi adanya situasi di l uar ruangan
yang dapat membahayakan petugas utama, atau
7.3.6.4. Jika petugas madya tidak dapat melakukan tugasnya dengan
aman dan efektif
7.3.7. Memanggil tim penyelamat atau tim tanggap darurat lainnya secepat
mungkin bila petugas madya mengetahui bahwa p etugas utama
membutuhkan bantuan untuk menyelamatkan diri da ri bahaya dalam
ruang terbatas dengan ijin khusus tersebut
7.3.8. Mengambil langkah langkah berikut ini bila petugas yang tidak berwenang
mendekati atau memasuki ruangan selama kegiatan berlangsung:
7.3.8.1. Memperingatkan petugas yang tidak berwenang tersebut untuk
menjauhi ruangan
7.3.8.2. Memberitahu petugas yang tidak berwenang tersebut untuk
keluar secepatnya jika mereka telah memasuki ruangan, dan
7.3.8.3. Memberitahu petugas utama dan Ahli K3 jika petugas yang tidak
berwenang telah memasuki ruangan;
7.3.9. Melakukan tindakan penyelamatan tanpa memasuki ruangan seperti yang
dijelaskan dalam prosedur penyelamatan dari pengurus, dan
7.3.10. Tidak melakukan tugas lain yang mungkin akan menggangu tugas
utamanya untuk memantau dan melindungi petugas utama
21
7.4.3. Menghentikan kegiatan dan membatalkan ijin kegiatan seperti yang
7.4.4. Memastikan tersedianya tim penyelamat dan cara yang digunakan untuk
memanggil mereka dapat dilakukan;
7.4.5. Mengeluarkan petugas yang tidak berwenang yang mencoba atau telah
memasuki ruangan selama kegiatan berlangsung, dan
7.4.6. Memastikan, bila terjadi pergantian tanggung jawab kegiatan dalam
ruangan, bahwa kegiatan dalam ruangan tetap sesuai seperti yang
dinyatakan dalam ijin kegiatan dan bahwa kondisi yang masih
diperbolehkan untuk melakukan kegiatan dapat dipertahankan
22
dan melatih pekerja tersebut mengenai penggunaan APD yang tepat,
tanpa membebani pekerja dengan biaya tertentu.
8.2.2. Memberikan pelatihan kepada petugas yang terlibat untuk mel aksanakan
tugas penyelamatan. Pengurus harus memastikan pekerja tersebut
menyelesaikan pelatihan yang diperlukan guna mendapatkan kecakapan
sebagai petugas utama
8.2.3. Memberikan pelatihan kepada pekerja mengenai P3K. Pengurus wajib
memastikan bahwa se dikitnya satu anggota tim mempunyai sertifik asi
dalam melakukan P3K, dan
8.2.4. Memastikan bahwa petugas yang terlibat berlatih melakukan
penyelamatan dari ruang terbatas dengan ijin khusus minimal setiap 12
bulan sekali, dengan cara simulasi operasi penyelamatan menggunakan
boneka, manekin atau manusia dari ruangan yang sesungguhnya atau yang
menyerupainya. Ruangan yang menyerupai tersebut wajib mempunyai
persamaan dengan ruangan yang sesun gguhnya dalam hal ukuran,
konfigurasi dan kemudahan aksesnya.
8.3. Untuk melakukan penyelamatan tanpa harus mema suki ruangan, system atau
metode tertentu akan digunakan bila petugas utama memasuki ruangan, kecuali
bila peralatan untuk mengeluarkan pekerja tersebut akan meningkatkan resiko
atau tidak dapat menyelamatkan petugas utama. Sistem tersebut harus
memenuhi persyaratan berikut ini
8.3.1. Setiap petugas utama wajib menggunakan sabuk pengaman sebatas dada
atau seluruh tubuh, dengan tali pe nyelamat pada pertengahan punggung
petugas setinggi bahu, di atas ke pala, atau pada titik lain dimana dapat
dilakukan penyelamatan pekerja dengan baik. Wristlet dapat digunakan
sebagai pengganti sabuk penahan bila pengurus merasa penggunaan sabuk
penahan tidak dapat diterapkan atau dapat menciptakan bahaya yang
lebih besar dan penggunaan wristlet tersebut lebih aman sebagai
alternative yang lebih efektif
8.3.2. Ujung lain dari tali pe nyelamat dikaitkan pada alat mekanis atau pada
titik yang stabil dan menetap di l uar ruangan, sedemikian rupa sehi ngga
proses penyelamatan dapat dilakukan sesegera mun gkin bila dirasakan
perlu. Alat mekanis wajib tersedia untuk mengeluarkan pekerja dari ruang
terbatas dengan posisi vertical dengan kedalaman lebih da ri 5 kak i (1,52
m)
23
8.4. Jika petugas utama yang terluka tersebut terpapar dengan substansi, dimana
dijelaskan dalam LDKB atau ke terangan lain yang serupa bahwa substansi
tersebut harus tetap berada di tempat kerja, LDKB atau keterangan lain tersebut
harus tersedia dan sebagai petunjuk tindakan pertolongan yang harus dilakukan.
Lampiran A, B,...
24
BERITA NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
No.386, 2016 KEMENAKER. Pekerjaan pada Ketinggian.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Pencabutan.
www.peraturan.go.id
2016, No.386 -2-
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN TENTANG
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DALAM PEKERJAAN
PADA KETINGGIAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya
disingkat K3 adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi keselamatan dan kesehatan Tenaga Kerja
melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja.
www.peraturan.go.id
2016, No.386
-3-
www.peraturan.go.id
2016, No.386 -4-
www.peraturan.go.id
2016, No.386
-5-
Pasal 2
Pengusaha dan/atau Pengurus wajib menerapkan K3 dalam
Bekerja Pada Ketinggian.
Pasal 3
Bekerja pada Ketinggian sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 wajib memenuhi persyaratan K3 yang meliputi:
a. perencanaan;
b. prosedur kerja;
c. teknik bekerja aman;
d. APD, Perangkat Pelindung Jatuh, dan Angkur; dan
e. Tenaga Kerja.
BAB II
PERENCANAAN
Pasal 4
(1) Pengusaha dan/atau Pengurus wajib memastikan bahwa
semua kegiatan Bekerja pada Ketinggian yang menjadi
www.peraturan.go.id
2016, No.386 -6-
Pasal 5
(1) Pengusaha dan/atau Pengurus wajib memperhatikan dan
melaksanakan penilaian risiko dalam kegiatan atau
aktifitas pekerjaan pada ketinggian.
(2) Pengusaha dan/atau Pengurus wajib memastikan bahwa
Bekerja pada Ketinggian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 hanya dilakukan jika pekerjaan dimaksud tidak
dapat dilakukan di lantai dasar.
(3) Dalam hal pekerjaan dilakukan pada ketinggian,
Pengusaha dan/atau Pengurus wajib melakukan
langkah-langkah yang tepat dan memadai untuk
mencegah kecelakaan kerja.
(4) Langkah-langkah untuk mencegah kecelakaan kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak terbatas pada:
a. memastikan bahwa pekerjaan dapat dilakukan
dengan aman dan kondisi ergonomi yang memadai
melalui jalur masuk (access) atau jalur keluar
(egress) yang telah disediakan; dan
b. memberikan peralatan keselamatan kerja yang tepat
untuk mencegah Tenaga Kerja jatuh jika pekerjaan
tidak dapat dilakukan pada tempat atau jalur
sebagaimana dimaksud dalam huruf a.
(5) Dalam hal langkah-langkah sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) tidak dapat menghilangkan risiko jatuhnya
Tenaga Kerja, Pengusaha dan/atau Pengurus wajib:
a. menyediakan peralatan kerja untuk meminimalkan
jarak jatuh atau mengurangi konsekuensi dari
jatuhnya Tenaga Kerja; dan
b. menerapkan sistem izin kerja pada ketinggian dan
memberikan instruksi atau melakukan hal lainnya
yang berkenaan dengan kondisi pekerjaan.
www.peraturan.go.id
2016, No.386
-7-
BAB III
PROSEDUR KERJA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 6
(1) Pengusaha dan/atau Pengurus wajib mempunyai
prosedur kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf b secara tertulis untuk melakukan pekerjaan pada
ketinggian.
(2) Prosedur kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. teknik dan cara perlindungan jatuh;
b. cara pengelolaan peralatan;
c. teknik dan cara melakukan pengawasan pekerjaan;
d. pengamanan Tempat Kerja; dan
e. kesiapsiagaan dan tanggap darurat.
(3) Pengusaha dan/atau Pengurus wajib memastikan bahwa
prosedur kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diketahui dan dipahami dengan baik oleh Tenaga Kerja
dan/atau orang yang terlibat dalam pekerjaan sebelum
pekerjaan dimulai.
Bagian Kedua
Daerah Berbahaya
Pasal 7
(1) Setiap Pengusaha dan/atau Pengurus wajib memasang
perangkat pembatasan daerah kerja untuk mencegah
masuknya orang yang tidak berkepentingan.
(2) Pembatasan daerah kerja sebagaimana dimaksud ayat (1)
dibagi menjadi 3 (tiga) kategori wilayah berdasarkan
tingkat bahaya dan dampak terhadap keselamatan
umum dan Tenaga Kerja.
(3) Pembagian kategori wilayah sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) meliputi:
www.peraturan.go.id
2016, No.386 -8-
Bagian Ketiga
Benda Jatuh
Pasal 8
(1) Pengusaha dan/atau Pengurus wajib memastikan bahwa
tidak ada benda jatuh yang dapat menyebabkan cidera
atau kematian.
(2) Pengusaha dan/atau Pengurus membatasi berat barang
yang boleh dibawa Tenaga Kerja pada tubuhnya di luar
berat APD dan alat pelindung jatuh maksimum 5 (lima)
kilogram.
(3) Dalam hal berat barang melebihi 5 (lima) kilogram, harus
dinaikkan atau diturunkan dengan menggunakan sistem
katrol.
www.peraturan.go.id
2016, No.386
-9-
Bagian Keempat
Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat
Pasal 9
(1) Pengusaha dan/atau Pengurus wajib membuat rencana
tanggap darurat secara tertulis.
(2) Rencana tanggap darurat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling sedikit memuat:
a. daftar Tenaga Kerja untuk melakukan pertolongan
korban pada ketinggian;
b. peralatan yang wajib disediakan untuk menangani
kondisi darurat yang paling mungkin terjadi;
c. fasilitas Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
serta sarana evakuasi;
d. nomor telepon dari pihak-pihak terkait dalam
penanganan tanggap darurat; dan
e. denah lokasi dan jalur evakuasi korban menuju
rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.
(3) Rencana tanggap darurat sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) wajib dipahami oleh Tenaga Kerja yang terlibat
dalam pekerjaan.
BAB IV
TEKNIK BEKERJA AMAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 10
(1) Pengusaha dan/atau Pengurus wajib memastikan dan
www.peraturan.go.id
2016, No.386 -10-
Bagian Kedua
Bekerja Pada Lantai Kerja Tetap
Pasal 11
(1) Upaya untuk mencegah jatuh pada Lantai Kerja Tetap
dapat berupa:
a. pemasangan dinding atau tembok pembatas, pagar
pengaman yang stabil dan kuat yang dapat
mencegah Tenaga Kerja jatuh dari Lantai Kerja
Tetap;
b. memastikan setiap Tempat Kerja sudah memiliki
jalur masuk (access) atau jalur keluar (egress) yang
aman dan ergonomis; dan
c. memastikan panjang tali pembatas gerak (work
restraint) tidak melebihi jarak antara titik Angkur
dengan tepi bangunan yang berpotensi jatuh.
(2) Upaya mengurangi dampak jatuh dari ketinggian dapat
menggunakan alat penahan jatuh kolektif berupa jaring
atau bantalan.
Bagian Ketiga
Bekerja Pada Lantai Kerja Sementara
Pasal 12
(1) Upaya untuk mencegah jatuh dari Lantai Kerja
www.peraturan.go.id
2016, No.386
-11-
Pasal 13
Lantai Kerja Sementara dan struktur pendukungnya tidak
boleh menimbulkan risiko runtuh atau terjadi perubahan
bentuk atau dapat mempengaruhi keselamatan penggunaan.
Paragraf 1
Permukaan Rapuh, Perancah, dan Tangga
Pasal 14
Pengusaha dan/atau Pengurus wajib memastikan tidak ada
Tenaga Kerja yang mendekati, melewati, dan melakukan
pekerjaan pada atau dekat dengan permukaan yang rapuh.
Pasal 15
(1) Pengusaha dan/atau Pengurus wajib memastikan
pekerjaan pada ketinggian yang menggunakan perancah
dan/atau tangga memenuhi persyaratan K3.
(2) Persyaratan K3 perancah dan/atau tangga sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mengacu pada ketentuan
peraturan perundang-undangan.
www.peraturan.go.id
2016, No.386 -12-
Paragraf 2
Bekerja pada Ketinggian di Alam
Pasal 16
Pengusaha dan/atau Pengurus wajib memastikan Tenaga
Kerja yang melakukan pekerjaan pada ketinggian di alam
melaksanakan persyaratan K3 sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri ini.
Bagian Keempat
Bergerak Secara Vertikal atau Horizontal
Menuju atau Meninggalkan Lantai Kerja
Pasal 17
(1) Pengusaha dan/atau Pengurus wajib menyediakan alat
pengangkut orang untuk pergerakan Tenaga Kerja
menuju atau meninggalkan lantai kerja.
(2) Dalam hal jenis pekerjaan dan kondisi tertentu tidak
dapat dipasang alat pengangkut orang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), pergerakan Tenaga Kerja dapat
dilakukan dengan teknik bergerak sebagai berikut:
a. Perangkat Penahan Jatuh perorangan vertikal;
b. Perangkat Penahan Jatuh perorangan horizontal;
c. alat penahan jatuh perorangan dengan tali ganda
pengait dan peredam kejut;
d. Perangkat Penahan Jatuh perorangan dengan
pemanjatan terpandu (lead climbing); dan
e. Perangkat Penahan Jatuh perorangan dengan tali
ulur tarik otomatis.
(3) Teknik bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
harus dilengkapi dengan alat atau mekanisme peredam
kejut.
Pasal 18
(1) Teknik bergerak dengan menggunakan Perangkat
Penahan Jatuh perorangan vertikal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf a harus
www.peraturan.go.id
2016, No.386
-13-
dipastikan:
a. Angkur ditempatkan pada garis lurus vertikal
dengan posisi Tenaga Kerja;
b. sudut deviasi maksimum dari garis lurus vertikal
sebagaimana dimaksud dalam huruf a tidak boleh
lebih dari 15 (lima belas) derajat; dan
c. setiap perangkat hanya digunakan oleh seorang
Tenaga Kerja.
(2) Teknik bergerak dengan menggunakan Perangkat
Penahan Jatuh perorangan horizontal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf b harus
dipastikan:
a. mampu menahan beban jatuh sejumlah pekerja
yang terhubung; dan
b. jarak bentangan antara 2 (dua) titik Angkur tidak
boleh lebih dari 30 (tiga puluh) meter.
(3) Teknik bergerak dengan menggunakan alat penahan
jatuh perorangan dengan tali ganda pengait dan peredam
kejut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2)
huruf c harus dipastikan:
a. pengait harus ditambatkan lebih tinggi dari kepala
atau ditambatkan pada ketinggian sejajar dada;
b. kedua pengait tidak ditambatkan pada struktur yang
sama;
c. pengait tidak ditambatkan pada struktur yang dapat
menambah jarak jatuh;
d. pengait ditambatkan secara bergantian ketika
bergerak; dan
e. sling Angkur dapat digunakan apabila pengait tidak
cukup lebar untuk dikaitkan langsung ke struktur.
(4) Teknik bergerak dengan menggunakan Perangkat
Penahan Jatuh perorangan dengan pemanjatan terpandu
(lead climbing) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
ayat (2) huruf d harus dipastikan:
a. sling Angkur harus cukup kuat menahan beban
jatuh;
b. posisi sling Angkur terakhir harus lebih tinggi dari
www.peraturan.go.id
2016, No.386 -14-
Bagian Kelima
Bekerja Pada Posisi Miring
Pasal 19
(1) Bekerja pada posisi miring dapat dilakukan dalam hal
bekerja pada Lantai Kerja Tetap atau Lantai Kerja
Sementara tidak dapat dilakukan atau pekerjaan
mengharuskan Tenaga Kerja bekerja pada posisi miring.
(2) Dalam hal bekerja pada posisi miring tidak dapat
dihindari, Tenaga Kerja wajib menggunakan Perangkat
Penahan Jatuh perorangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 dan alat pemosisi kerja.
(3) Alat pemosisi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berupa tali yang dapat menahan beban Tenaga Kerja dan
peralatan yang dibawa agar dapat bekerja dengan aman
dan nyaman.
www.peraturan.go.id
2016, No.386
-15-
Bagian Keenam
Bekerja Dengan Akses Tali
Pasal 20
(1) Bekerja dengan akses tali dapat dilakukan dalam hal
bekerja pada Lantai Kerja Tetap atau Lantai Kerja
Sementara tidak dapat dilakukan atau pekerjaan
mengharuskan Tenaga Kerja bekerja dengan akses tali.
(2) Dalam hal bekerja dengan akses tali tidak dapat
dihindari, wajib memenuhi persyaratan:
a. mempunyai 2 (dua) tali (line) masing-masing
tertambat pada minimal 2 (dua) titik tambat terpisah
berupa:
1) tali keselamatan, yang dilengkapi dengan
perangkat perlindungan jatuh perorangan
bergerak (mobile personal fall arrester) yang
mempunyai mekanisme terkunci sendiri
mengikuti pergerakan Tenaga Kerja; dan
2) tali kerja, yang dilengkapi dengan alat untuk
naik dan turun.
b. menggunakan sabuk tubuh (full body harness) yang
sesuai.
BAB V
ALAT PELINDUNG DIRI,
PERANGKAT PELINDUNG JATUH, DAN ANGKUR
Bagian Kesatu
Alat Pelindung Diri
Pasal 21
(1) Pengusaha dan/atau Pengurus wajib menyediakan APD
secara cuma-cuma dan memastikan Tenaga Kerja
menggunakan APD yang sesuai dalam melakukan
pekerjaan pada ketinggian.
(2) APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
www.peraturan.go.id
2016, No.386 -16-
Bagian Kedua
Perangkat Pelindung Jatuh
Paragraf 1
Umum
Pasal 22
Pengusaha dan/atau Pengurus wajib memastikan Perangkat
Pelindung Jatuh memenuhi persyaratan K3.
Pasal 23
Perangkat Pelindung Jatuh terdiri atas:
a. Perangkat Pencegah Jatuh kolektif dan Perangkat
Pencegah Jatuh perorangan; dan
b. Perangkat Penahan Jatuh kolektif dan Perangkat
Penahan Jatuh perorangan.
Paragraf 2
Perangkat Pencegah Jatuh Kolektif
Pasal 24
Perangkat Pencegah Jatuh kolektif sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 huruf a harus memenuhi persyaratan:
a. dinding, tembok pembatas, atau pagar pengaman dengan
tinggi minimal 950 (sembilan ratus lima puluh) milimeter;
b. pagar pengaman harus mampu menahan beban minimal
0,9 (nol koma sembilan) kilonewton;
c. celah pagar memiliki jarak vertikal maksimal 470 (empat
ratus tujuh puluh) milimeter; dan
d. tersedia pengaman lantai pencegah benda jatuh
(toeboard) cukup dan memadai.
Paragraf 3
Perangkat Pencegah Jatuh Perorangan
Pasal 25
Dalam hal Perangkat Pencegah Jatuh kolektif sebagaimana
www.peraturan.go.id
2016, No.386
-17-
Paragraf 4
Perangkat Penahan Jatuh Kolektif
Pasal 26
(1) Perangkat Penahan Jatuh kolektif sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 huruf b berupa jala atau
bantalan yang terpasang pada arah jatuhan.
(2) Perangkat Penahan Jatuh kolektif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan:
a. dipasang secara aman ke semua Angkur yang
diperlukan; dan
b. mampu menahan beban minimal 15 (lima belas)
kilonewton dan tidak mencederai Tenaga Kerja yang
jatuh.
Paragraf 5
Perangkat Penahan Jatuh Perorangan
Pasal 27
(1) Perangkat Penahan Jatuh perorangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 huruf b harus mampu
menahan beban jatuh minimal 15 (lima belas)
kilonewton.
(2) Perangkat Penahan Jatuh perorangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. bergerak vertikal;
b. bergerak horizontal;
c. tali ganda dengan pengait dan peredam kejut;
d. terpandu; dan
e. ulur tarik otomatis.
www.peraturan.go.id
2016, No.386 -18-
Bagian Ketiga
Angkur
Pasal 28
(1) Angkur terdiri atas:
a. Angkur permanen; dan
b. Angkur tidak permanen.
(2) Angkur harus mampu menahan beban minimal 15 (lima
belas) kilonewton.
(3) Dalam hal Angkur lebih dari 1 (satu) titik harus mampu
membagi beban yang timbul.
Pasal 29
(1) Angkur permanen sebagaimana dimaksud dalam Pasal
28 ayat (1) huruf a harus:
www.peraturan.go.id
2016, No.386
-19-
Pasal 30
Angkur tidak permanen sebagaimana dimaksud dalam Pasal
28 ayat (1) huruf b dipakai pada saat Angkur permanen tidak
tersedia dan harus diperiksa serta dipastikan kekuatannya.
BAB VI
TENAGA KERJA
Pasal 31
Pengusaha dan/atau Pengurus wajib menyediakan Tenaga
Kerja yang:
a. kompeten; dan
b. berwenang di bidang K3;
dalam pekerjaan pada ketinggian.
www.peraturan.go.id
2016, No.386 -20-
Pasal 32
(1) Tenaga Kerja yang kompeten sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31 huruf a harus mengacu pada standar
kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Tenaga Kerja yang kompeten sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dibuktikan dengan sertifikat kompetensi.
(3) Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diperoleh melalui uji kompetensi oleh lembaga yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 33
(1) Tenaga Kerja yang berwenang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31 huruf b dibuktikan dengan Lisensi K3
yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal.
(2) Lisensi K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku
untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang untuk jangka waktu yang sama.
Pasal 34
Ketentuan Tenaga Kerja bidang perancah, gondola, dan
pesawat angkat angkut dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 35
Tenaga Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 meliputi:
a. Tenaga Kerja bangunan tinggi tingkat 1 (satu);
b. Tenaga Kerja bangunan tinggi tingkat 2 (dua);
c. Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat 1 (satu);
d. Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat 2 (dua); dan
e. Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat 3 (tiga).
Pasal 36
(1) Tenaga Kerja bangunan tinggi tingkat 1 (satu)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf a
merupakan Tenaga Kerja yang bekerja pada Lantai Kerja
www.peraturan.go.id
2016, No.386
-21-
Pasal 37
(1) Tenaga Kerja Bangunan Tinggi Tingkat 2 (dua)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf b
merupakan Tenaga Kerja yang bekerja pada Lantai Kerja
Tetap dan/atau Lantai Kerja Sementara serta bekerja atau
bergerak menuju dan meninggalkan lantai kerja tetap atau
sementara secara horizontal atau vertikal pada struktur
bangunan atau dengan posisi atau tempat kerja miring.
(2) Tenaga Kerja Bangunan Tinggi Tingkat 2 (dua)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas
dan kewenangan:
a. bekerja pada Lantai Kerja Tetap dan/atau pada Lantai
Kerja Sementara dengan alat pelindung jatuh berupa
jala, bantalan, atau tali pembatas gerak (work restraint);
b. bergerak menuju dan meninggalkan Lantai Kerja Tetap
atau Lantai Kerja Sementara dengan menggunakan
tangga;
c. bergerak menuju dan meninggalkan lantai kerja tetap
atau sementara secara horizontal atau vertikal pada
struktur bangunan;
d. bekerja pada posisi atau tempat kerja miring;
e. menaikkan dan menurunkan barang dengan sistem
katrol; dan
f. melakukan upaya pertolongan dalam keadaan darurat.
www.peraturan.go.id
2016, No.386 -22-
Pasal 38
Tenaga Kerja pada ketinggian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35 huruf c, huruf d, dan huruf e, merupakan Tenaga
Kerja yang mampu bekerja dan berwenang bekerja pada
Lantai Kerja Tetap, Lantai Kerja Sementara, bergerak menuju
dan meninggalkan Lantai Kerja Tetap atau Lantai Kerja
Sementara secara horizontal atau vertikal pada struktur
bangunan, bekerja pada posisi atau tempat kerja miring,
akses tali dan/atau menaikkan dan menurunkan barang
dengan sistim katrol atau dengan bantuan tenaga mesin,
dengan tugas dan kewenangan:
a. Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat 1 (satu):
1) membuat Angkur di bawah pengawasan Tenaga
Kerja pada ketinggian tingkat 2 (dua) dan/atau
Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat 3 (tiga); dan
2) melakukan upaya pertolongan diri sendiri;
b. Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat 2 (dua):
1) membuat Angkur secara mandiri;
2) mengawasi Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat 1
(satu) dalam pembuatan Angkur;
3) mengawasi Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat 1
(satu); dan
4) melakukan upaya pertolongan dalam keadaan
darurat pada ketinggian untuk tim kerja.
c. Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat 3 (tiga):
1) menyusun perencanaan sistim keselamatan Bekerja
Pada Ketinggian;
2) melakukan pemeriksaan Angkur untuk keperluan
internal;
3) mengawasi Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat 2
(dua) dan/atau Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat
1 (satu); dan
4) melakukan upaya pertolongan dalam keadaan
darurat pada ketinggian.
www.peraturan.go.id
2016, No.386
-23-
BAB VII
PENGAWASAN
Pasal 39
Pengawasan terhadap ditaatinya Peraturan Menteri ini
dilakukan oleh Pengawas Ketenagakerjaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 40
Dalam hal Pengawas Ketenagakerjaan menemukan
pelanggaran terhadap syarat-syarat K3 yang diatur dalam
Peraturan Menteri ini, Pengawas Ketenagakerjaan dapat
menghentikan sementara kegiatan sampai dipenuhinya
syarat-syarat K3 oleh Pengusaha dan/atau Pengurus.
BAB VIII
SANKSI
Pasal 41
Pengusaha dan/atau Pengurus yang tidak memenuhi
ketentuan dalam Peraturan Menteri ini dikenakan sanksi
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 42
(1) Lisensi K3 yang telah diterbitkan sebelum Peraturan
Menteri ini tetap berlaku sampai dengan habis masa
berlakunya dan dapat diperpanjang dengan mengikuti
persyaratan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
ini.
(2) Lisensi teknisi akses tali 1 (satu), teknisi akses tali 2
(dua), dan teknisi akses tali 3 (tiga) yang diterbitkan
sebelum Peraturan Menteri ini, menjadi lisensi Tenaga
www.peraturan.go.id
2016, No.386 -24-
Pasal 43
(1) Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) di
Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Sub Bidang Bekerja di Ketinggian
sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
KEP.325/MEN/XII/2011 diberlakukan paling lama 2
(dua) tahun sejak Peraturan Menteri ini diundangkan.
(2) Sebelum diberlakukannya SKKNI sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dapat diterbitkan sertifikat pembinaan K3
oleh Direktur Jenderal dengan ketentuan telah mengikuti
pembinaan K3.
(3) Pedoman pembinaan K3 sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 44
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan
Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan
Nomor KEP.45/DJPPK/IX/2008 tentang Pedoman
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bekerja Pada Ketinggian
Dengan Menggunakan Akses Tali (Rope Access), dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 45
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
www.peraturan.go.id
2016, No.386
-25-
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 10 Maret 2016
MENTERI KETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
M. HANIF DHAKIRI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 10 Maret 2016
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
WIDODO EKATJAHJANA
www.peraturan.go.id
2016, No.386 -26-
LAMPIRAN
REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
PEDOMAN PEMBINAAN K3
www.peraturan.go.id
2016, No.386
-27-
(dua), dan Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat 3 (tiga) yang memiliki
kualifikasi untuk Bekerja Pada Ketinggian dengan menggunakan
metode pencegahan jatuh/fall protection dan akses tali/rope access.
www.peraturan.go.id
2016, No.386 -28-
(dua).
5. Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat 3 (tiga):
a. minimum pendidikan SLTA atau sederajat;
b. sehat jasmani dan rohani, tidak memiliki kekurangan fungsi
tubuh yang dapat menyebabkan bahaya saat bekerja di
ketinggian;
c. memiliki sertifikat pelatihan K3 Bekerja Pada Ketinggian tingkat 2
(dua) dan lisensi kerja yang masih berlaku;
d. telah mempunyai pengalaman 1000 jam kerja pada ketinggian
tingkat 2 (dua) yang dibuktikan dengan buku kerja;
e. memiliki sertifikat pelatihan pertolongan pertama dengan lisensi
keterampilannya yang masih berlaku; dan
f. lulus evaluasi pembinaan K3 Bekerja Pada Ketinggian tingkat 3
(tiga).
C. Kurikulum Pembinaan
www.peraturan.go.id
2016, No.386
-29-
www.peraturan.go.id
2016, No.386 -30-
Jumlah
No. Materi Pembinaan
(JP)
I. KELOMPOK DASAR
KELOMPOK INTI
II.
Karakteristik Lantai Kerja Tetap dan Lantai
1. 2
Kerja Sementara
KELOMPOK PENUNJANG
III.
Teori dan praktek penggunaan tangga
1. 1
EVALUASI
IV.
Teori
1. 1
Praktek
2. 1
Jumlah 10
www.peraturan.go.id
2016, No.386
-31-
Jumlah
No. Materi Pembinaan
(JP)
I. KELOMPOK DASAR
KELOMPOK INTI
II.
Karakteristik Lantai Kerja Tetap dan Lantai
1. 1
Kerja Sementara
KELOMPOK PENUNJANG
EVALUASI
Teori
IV.
Praktek
www.peraturan.go.id
2016, No.386 -32-
1. 2
2. 3
Jumlah 20
Jumlah
No. Materi Pembinaan
(JP)
I. KELOMPOK DASAR
KELOMPOK INTI
II.
Identifikasi bahaya dalam kegiatan akses tali
1. 1
Pengetahuan kondisi ketidaktahanan
2. 1
tergantung (suspension intolerance) dan
penanganannya
7. 3
KELOMPOK PENUNJANG
www.peraturan.go.id
2016, No.386
-33-
EVALUASI
1. Evaluasi praktek 2
2. 5
Jumlah 30
www.peraturan.go.id
2016, No.386 -34-
Jumlah
No. Materi Pembinaan
(JP)
I. KELOMPOK DASAR
KELOMPOK INTI
II.
Teknik penyelamatan korban pada tali
1. 12
Sistem jalur penambat (anchor line) tingkat
2. 10
lanjutan
KELOMPOK PENUNJANG
III.
Penentuan “zona khusus terbatas” (exclusion
1 zone) dan perlindungan untuk pihak ketiga 1
EVALUASI
IV. Evaluasi teori
1. Evaluasi praktek 2
2. 5
Jumlah 35
www.peraturan.go.id
2016, No.386
-35-
I. KELOMPOK DASAR
2. Pengenalan SMK3
1
KELOMPOK PENUNJANG
III.
Membuat dan menerapkan penilaian risiko (risk
1. assessment) di tempat kerja. 2
EVALUASI
Evaluasi teori
www.peraturan.go.id
2016, No.386 -36-
1. 3
2. 5
Jumlah 35
MENTERI KETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
M. HANIF DHAKIRI
www.peraturan.go.id
BERITA NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
No.567, 2018 KEMENAKER. K3. Pencabutan.
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -2-
Kerja;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja;
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-3-
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN TENTANG
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LINGKUNGAN
KERJA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya
disingkat K3 adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi keselamatan dan kesehatan Tenaga Kerja
melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja.
2. Higiene adalah usaha kesehatan preventif yang
menitikberatkan kegiatannya kepada usaha kesehatan
individu maupun usaha pribadi hidup manusia.
3. Sanitasi adalah usaha kesehatan preventif yang
menitikberatkan kegiatan kepada usaha kesehatan
lingkungan hidup manusia.
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -4-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-5-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -6-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-7-
26. Medan Magnet Statis adalah suatu medan atau area yang
ditimbulkan oleh pergerakan arus listrik.
27. Tekanan Udara Ekstrim adalah tekanan udara yang lebih
tinggi atau tekanan udara yang lebih rendah dari tekanan
udara normal (1 atmosphere).
28. Kebersihan adalah bebas dari kotoran serta rapih
dan/atau tidak bercampur dengan unsur atau zat lain
yang berbahaya.
29. Pencahayaan adalah sesuatu yang memberikan terang
(sinar) atau yang menerangi, meliputi Pencahayaan alami
dan Pencahayaan Buatan.
30. Pencahayaan Buatan adalah Pencahayaan yang
dihasilkan oleh sumber cahaya selain cahaya alami.
31. Bangunan Tempat Kerja adalah bagian dari Tempat Kerja
berupa gedung atau bangunan lain, gedung tambahan,
halaman beserta jalan, jembatan atau bangunan lainnya
yang menjadi bagian dari Tempat Kerja tersebut dan
terletak dalam batas halaman perusahaan.
32. Toilet adalah fasilitas sanitasi tempat buang air besar,
kecil, tempat cuci tangan dan/atau muka.
33. Intensitas Cahaya adalah jumlah rata-rata cahaya yang
diterima pekerja setiap waktu pengamatan pada setiap
titik dan dinyatakan dalam satuan Lux.
34. Lux adalah satuan metrik ukuran cahaya pada suatu
permukaan.
35. Kualitas Udara Dalam Ruangan yang selanjutnya
disingkat KUDR adalah kualitas udara di ruangan
Tempat Kerja, yang dalam kondisi yang buruk yang
disebabkan oleh pencemaran atau kontaminasi udara
Tempat Kerja, yang dapat menimbulkan gangguan
kenyamanan kerja sampai pada gangguan kesehatan
Tenaga Kerja.
36. Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang
dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat.
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -8-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-9-
Pasal 2
Pengusaha dan/atau Pengurus wajib melaksanakan syarat-
syarat K3 Lingkungan Kerja.
Pasal 3
Syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 meliputi:
a. pengendalian Faktor Fisika dan Faktor Kimia agar berada
di bawah NAB;
b. pengendalian Faktor Biologi, Faktor Ergonomi, dan
Faktor Psikologi Kerja agar memenuhi standar;
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -10-
Pasal 4
Pelaksanaan syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 bertujuan untuk mewujudkan
Lingkungan Kerja yang aman, sehat, dan nyaman dalam
rangka mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Pasal 5
(1) Pelaksanaan syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dilakukan melalui
kegiatan:
a. pengukuran dan pengendalian Lingkungan Kerja;
dan
b. penerapan Higiene dan Sanitasi.
(2) Pengukuran dan pengendalian Lingkungan Kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi
faktor:
a. fisika;
b. kimia;
c. biologi;
d. ergonomi; dan
e. psikologi
(3) Penerapan Higiene dan Sanitasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. Bangunan Tempat Kerja;
b. fasilitas Kebersihan;
c. kebutuhan udara; dan
d. tata laksana kerumahtanggaan.
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-11-
BAB II
PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN KERJA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 6
(1) Pengukuran Lingkungan Kerja sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (2) dilakukan untuk mengetahui
tingkat pajanan Faktor Fisika, Faktor Kimia, Faktor
Biologi, Faktor Ergonomi, dan Faktor Psikologi terhadap
Tenaga Kerja.
(2) Pengukuran Lingkungan Kerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan metoda uji yang
ditetapkan Standar Nasional Indonesia.
(3) Dalam hal metoda uji belum ditetapkan dalam Standar
Nasional Indonesia, pengukuran dapat dilakukan dengan
metoda uji lainnya sesuai dengan standar yang telah
divalidasi oleh lembaga yang berwenang.
Pasal 7
(1) Pengendalian Lingkungan Kerja sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a dan huruf b dilakukan
agar tingkat pajanan Faktor Fisika dan Faktor Kimia
berada di bawah NAB.
(2) Pengendalian Lingkungan Kerja sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (2) huruf c, huruf d, dan huruf e
dilakukan agar penerapan Faktor Biologi, Faktor
Ergonomi, dan Faktor Psikologi memenuhi standar.
(3) Pengendalian Lingkungan Kerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan sesuai hirarki
pengendalian meliputi upaya:
a. eliminasi;
b. substitusi;
c. rekayasa teknis;
d. administratif; dan/atau
e. penggunaan alat pelindung diri.
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -12-
Bagian Kedua
Faktor Fisika
Pasal 8
(1) Pengukuran dan pengendalian Faktor Fisika
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a
meliputi:
a. Iklim Kerja;
b. Kebisingan;
c. Getaran;
d. gelombang radio atau gelombang mikro;
e. sinar Ultra Ungu (Ultra Violet);
f. Medan Magnet Statis;
g. tekanan udara; dan
h. Pencahayaan.
(2) NAB Faktor Fisika sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a sampai dengan huruf f tercantum dalam
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-13-
Pasal 9
(1) Pengukuran dan pengendalian Iklim Kerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf a harus dilakukan
pada Tempat Kerja yang memiliki sumber bahaya
tekanan panas dan Tekanan Dingin.
(2) Tempat Kerja yang memiliki sumber bahaya tekanan
panas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
Tempat Kerja yang terdapat sumber panas dan/atau
memiliki ventilasi yang tidak memadai.
(3) Tempat Kerja yang memiliki sumber bahaya Tekanan
Dingin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
Tempat Kerja yang terdapat sumber dingin dan/atau
dikarenakan persyaratan operasi.
(4) Jika hasil pengukuran Tempat Kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) melebihi dari NAB
atau standar harus dilakukan pengendalian.
(5) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilakukan melalui:
a. menghilangkan sumber panas atau sumber dingin
dari Tempat Kerja;
b. mengganti alat, bahan, dan proses kerja yang
menimbulkan sumber panas atau sumber dingin;
c. mengisolasi atau membatasi pajanan sumber panas
atau sumber dingin;
d. menyediakan sistem ventilasi;
e. menyediakan air minum;
f. mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap
sumber panas atau sumber dingin;
g. penggunaan baju kerja yang sesuai;
h. penggunaan alat pelindung diri yang sesuai;
dan/atau
i. melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -14-
Pasal 10
(1) Pengukuran dan pengendalian Kebisingan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b harus dilakukan
pada Tempat Kerja yang memiliki sumber bahaya
Kebisingan dari operasi peralatan kerja.
(2) Tempat Kerja yang memiliki sumber bahaya Kebisingan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Tempat
Kerja yang terdapat sumber Kebisingan terus menerus,
terputus-putus, impulsif, dan impulsif berulang.
(3) Jika hasil pengukuran Tempat Kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) melebihi dari NAB harus
dilakukan pengendalian.
(4) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan dengan melaksanakan program pencegahan
penurunan pendengaran dengan:
a. menghilangkan sumber Kebisingan dari Tempat
Kerja;
b. mengganti alat, bahan, dan proses kerja yang
menimbulkan sumber Kebisingan;
c. memasang pembatas, peredam suara, penutupan
sebagian atau seluruh alat;
d. mengatur atau membatasi pajanan Kebisingan atau
pengaturan waktu kerja;
e. menggunakan alat pelindung diri yang sesuai;
dan/atau
f. melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pasal 11
(1) Pengukuran dan pengendalian Getaran sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf c harus dilakukan
pada Tempat Kerja yang memiliki sumber bahaya
Getaran dari operasi peralatan kerja.
(2) Tempat Kerja yang memiliki sumber bahaya Getaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Tempat
Kerja yang terdapat sumber Getaran pada lengan dan
tangan dan Getaran seluruh tubuh.
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-15-
Pasal 12
(1) Pengukuran dan pengendalian Gelombang Radio atau
Gelombang Mikro sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (1) huruf d harus dilakukan pada Tempat Kerja yang
memiliki sumber bahaya Gelombang Radio atau
Gelombang Mikro.
(2) Tempat Kerja yang memiliki risiko Gelombang Radio
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Tempat
Kerja yang terdapat radiasi elektromagnetik dengan
frekwensi sampai dengan 300 MHz (tiga ratus mega
hertz).
(3) Tempat Kerja yang memiliki Gelombang Mikro
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Tempat
Kerja yang terdapat radiasi elektromagnetik dengan
frekwensi di atas 300 GHz (tiga ratus giga hertz).
(4) Jika hasil pengukuran Tempat Kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan (3) melebihi dari NAB harus
dilakukan pengendalian.
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -16-
Pasal 13
(1) Pengukuran dan pengendalian Radiasi Ultra Ungu (Ultra
Violet) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)
huruf e harus dilakukan pada Tempat Kerja yang
memiliki sumber bahaya Radiasi Ultra Ungu (Ultra
Violet).
(2) Tempat Kerja yang memiliki potensi bahaya Radiasi Ultra
Ungu (Ultra Violet) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan Tempat Kerja yang terdapat radiasi
elektromagnetik dengan panjang gelombang 180 (seratus
delapan puluh) nano meter sampai 400 (empat ratus)
nano meter.
(3) Jika hasil pengukuran Tempat Kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) melebihi dari NAB harus
dilakukan pengendalian.
(4) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan dengan:
a. menghilangkan sumber Radiasi Ultra Ungu (Ultra
Violet) dari Tempat Kerja;
b. mengisolasi atau membatasi pajanan sumber
Radiasi Ultra Ungu (Ultra Violet);
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-17-
Pasal 14
(1) Pengukuran dan pengendalian Medan Magnet Statis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf f
harus dilakukan pada Tempat Kerja yang memiliki
sumber bahaya Medan Magnet Statis.
(2) Tempat Kerja yang memiliki sumber bahaya Medan
Magnet Statis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan Tempat Kerja yang terdapat suatu medan
atau area yang ditimbulkan oleh pergerakan arus listrik.
(3) Jika hasil pengukuran Tempat Kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) melebihi dari NAB harus
dilakukan pengendalian.
(4) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilakukan dengan:
a. menghilangkan sumber Medan Magnet Statis dari
Tempat Kerja;
b. mengganti alat, bahan, dan proses kerja yang
menimbulkan sumber Medan Magnet Statis;
c. mengisolasi atau membatasi pajanan sumber Medan
Magnet Statis;
d. mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap
sumber Medan Magnet Statis;
e. mengatur jarak aman sesuai dengan Standar
Nasional Indonesia antara sumber pajanan dan
pekerja;
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -18-
Pasal 15
(1) Pengendalian tekanan udara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (1) huruf g harus dilakukan pada
Tempat Kerja yang memiliki sumber bahaya Tekanan
Udara Ekstrim.
(2) Tempat Kerja yang memiliki sumber bahaya Tekanan
Udara Ekstrim sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan Tempat Kerja yang kedap air, di perairan
yang dalam, dan pekerjaan di bawah tanah atau di
bawah air.
(3) Jika hasil pemantauan Tempat Kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) merupakan Tekanan
Udara Ekstrim harus dilakukan pengendalian.
(4) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilakukan dengan:
a. menghindari pekerjaan pada Tempat Kerja yang
memiliki sumber bahaya Tekanan Udara Ekstrim;
b. mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap
sumber bahaya Tekanan Udara Ekstrim;
c. menggunakan baju kerja yang sesuai;
d. menggunakan alat pelindung diri yang sesuai;
dan/atau
e. melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pasal 16
(1) Pengukuran dan pengendalian Pencahayaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf g
harus dilakukan di Tempat Kerja.
(2) Pencahayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. Pencahayaan Alami; dan/atau
b. Pencahayaan Buatan.
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-19-
Pasal 17
(1) Pencahayaan Alami sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16 ayat (2) huruf a merupakan Pencahayaan yang
dihasilkan oleh sinar matahari.
(2) Tempat Kerja yang menggunakan Pencahayaan alami,
disain gedung harus menjamin Intensitas Cahaya sesuai
standar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (4).
Pasal 18
(1) Pencahayaan Buatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16 ayat (2) huruf b dapat digunakan apabila
Pencahayaan alami tidak memenuhi standar Intensitas
Cahaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (4).
(2) Pencahayaan Buatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tidak boleh menyebabkan panas yang berlebihan atau
mengganggu KUDR.
Pasal 19
(1) Sarana Pencahayaan darurat harus disediakan untuk
penyelamatan dan evakuasi dalam keadaan darurat.
(2) Sarana Pencahayaan darurat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan:
a. bekerja secara otomatis;
b. mempunyai intensitas Pencahayaan yang cukup
untuk melakukan evakuasi dan/atau penyelamatan
yang aman; dan
c. dipasang pada jalur evakuasi atau akses jalan
keluar.
(3) Akses jalan keluar sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c harus dilengkapi garis penunjuk jalan keluar
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -20-
Bagian Ketiga
Faktor Kimia
Pasal 20
(1) Pengukuran dan pengendalian Faktor Kimia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf b harus dilakukan
pada Tempat Kerja yang memiliki potensi bahaya bahan
kimia.
(2) Pengukuran Faktor Kimia sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan terhadap pajanannya dan terhadap
pekerja yang terpajan.
(3) Pengukuran terhadap pajanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) yang hasilnya untuk dibandingkan dengan
NAB harus dilakukan paling singkat selama 6 (enam)
jam.
(4) Pengukuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
hasilnya untuk dibandingkan dengan PSD, harus
dilakukan paling singkat selama 15 (lima belas) menit
sebanyak 4 (empat) kali dalam durasi 8 (delapan) jam
kerja.
(5) Pengukuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
hasilnya untuk dibandingkan dengan KTD harus
dilakukan menggunakan alat pembacaan langsung untuk
memastikan tidak terlampaui.
(6) Pengukuran Faktor Kimia terhadap pekerja yang
mengalami pajanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan melalui Pemeriksaan kesehatan khusus pada
spesimen tubuh Tenaga Kerja dan dibandingkan dengan
IPB.
(7) NAB sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), ayat
(4) dan IPB sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-21-
Pasal 21
(1) Jika hasil pengukuran terhadap pajanan melebihi NAB
dan hasil pengukuran Faktor Kimia terhadap Tenaga
Kerja yang mengalami pajanan melebihi IPB harus
dilakukan pengendalian.
(2) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan:
a. menghilangkan sumber potensi bahaya kimia dari
Tempat Kerja;
b. mengganti bahan kimia dengan bahan kimia lain
yang tidak mempunyai potensi bahaya atau potensi
bahaya yang lebih rendah;
c. memodifikasi proses kerja yang menimbulkan
sumber potensi bahaya kimia;
d. mengisolasi atau membatasi pajanan sumber
potensi bahaya kimia;
e. menyediakan sistem ventilasi;
f. membatasi pajanan sumber potensi bahaya kimia
melalui pengaturan waktu kerja;
g. merotasi Tenaga Kerja;
h. ke dalam proses pekerjaan yang tidak terdapat
potensi bahaya bahan kimia;
i. penyediaan lembar data keselamatan bahan dan
label bahan kimia;
j. penggunaan alat pelindung diri yang sesuai;
dan/atau
k. pengendalian lainnya sesuai dengan tingkat risiko.
Bagian Keempat
Faktor Biologi
Pasal 22
(1) Pengukuran, pemantauan, dan pengendalian Faktor
Biologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2)
huruf c harus dilakukan pada Tempat Kerja yang
memiliki potensi bahaya Faktor Biologi.
(2) Potensi bahaya Faktor Biologi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -22-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-23-
Bagian Kelima
Faktor Ergonomi
Pasal 23
(1) Pengukuran dan pengendalian Faktor Ergonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf d
harus dilakukan pada Tempat Kerja yang memiliki
potensi bahaya Faktor Ergonomi.
(2) Potensi bahaya Faktor Ergonomi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. cara kerja, posisi kerja, dan postur tubuh yang tidak
sesuai saat melakukan pekerjaan;
b. desain alat kerja dan Tempat Kerja yang tidak sesuai
dengan antropometri Tenaga Kerja; dan
c. pengangkatan beban yang melebihi kapasitas kerja.
(3) Jika hasil pengukuran sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) terdapat potensi bahaya harus dilakukan
pengendalian sehingga memenuhi standar.
(4) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan dengan:
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -24-
Bagian Keenam
Faktor Psikologi
Pasal 24
(1) Pengukuran dan pengendalian Faktor Psikologi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf e
harus dilakukan pada Tempat Kerja yang memiliki
potensi bahaya Faktor Psikologi.
(2) Potensi bahaya Faktor Psikologi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. ketidakjelasan/ketaksaan peran;
b. konflik peran;
c. beban kerja berlebih secara kualitatif;
d. beban kerja berlebih secara kuantitatif;
e. pengembangan karir; dan/atau
f. tanggung jawab terhadap orang lain.
(3) Jika hasil pengukuran sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) terdapat potensi bahaya sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) harus dilakukan pengendalian sesuai standar.
(4) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan setelah penilaian risiko dan didapatkan faktor
yang berkontribusi.
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-25-
Pasal 25
Dalam hal terjadi kasus penyakit akibat kerja yang
disebabkan oleh faktor Lingkungan Kerja dilakukan program
pengendalian dan penanganan sesuai dengan standar dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB III
PENERAPAN HIGIENE DAN SANITASI
Bagian Kesatu
Bangunan Tempat Kerja
Pasal 26
(1) Higiene dan Sanitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 ayat (3) huruf a harus diterapkan pada setiap
Bangunan Tempat Kerja.
(2) Penerapan Higiene dan Sanitasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -26-
a. halaman;
b. gedung; dan
c. bangunan bawah tanah.
Paragraf 1
Halaman
Pasal 27
(1) Halaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2)
huruf a harus:
a. bersih, tertata rapi, rata, dan tidak becek; dan
b. cukup luas untuk lalu lintas orang dan barang.
(2) Jika terdapat saluran air pembuangan pada halaman,
maka saluran air harus tertutup dan terbuat dari bahan
yang cukup kuat serta air buangan harus mengalir dan
tidak boleh tergenang.
Paragraf 2
Gedung
Pasal 28
(1) Penerapan Higiene dan Sanitasi pada gedung
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) huruf b
meliputi:
a. dinding dan langit-langit;
b. atap; dan
c. lantai.
(2) Penerapan Higiene dan Sanitasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan untuk memastikan gedung dalam
kondisi:
a. terpelihara dan bersih;
b. kuat dan kokoh strukturnya; dan
c. cukup luas sehingga memberikan ruang gerak paling
sedikit 2 (dua) meter persegi per orang.
Pasal 29
Dinding dan langit-langit sebagaimana dimaksud dalam Pasal
28 ayat (1) huruf a harus:
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-27-
Pasal 30
Lantai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) huruf b
harus:
a. terbuat dari bahan yang keras, tahan air, dan tahan dari
bahan kimia yang merusak;
b. datar, tidak licin, dan mudah dibersihkan; dan
c. dibersihkan secara teratur.
Pasal 31
Atap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) huruf c
harus:
a. mampu memberikan perlindungan dari panas matahari
dan hujan; dan
b. tidak bocor, tidak berlubang, dan tidak berjamur.
Paragraf 3
Bangunan Bawah Tanah
Pasal 32
(1) Penerapan Higiene dan Sanitasi pada bangunan bawah
tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2)
huruf c dilakukan untuk memastikan bangunan bawah
tanah:
a. mempunyai struktur yang kuat;
b. mempunyai sistem ventilasi udara;
c. mempunyai sumber Pencahayaan;
d. mempunyai saluran pembuangan air yang mengalir
dengan baik; dan
e. bersih dan terawat dengan baik.
(2) Dalam hal bangunan bawah tanah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan ruang terbatas,
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -28-
Bagian Kedua
Fasilitas Kebersihan
Pasal 33
(1) Fasilitas Kebersihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 ayat (3) huruf b harus disediakan pada setiap Tempat
Kerja.
(2) Fasilitas Kebersihan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling sedikit meliputi:
a. Toilet dan kelengkapannya;
b. loker dan ruang ganti pakaian;
c. tempat sampah; dan
d. peralatan Kebersihan.
Pasal 34
(1) Toilet sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2)
huruf a harus:
a. bersih dan tidak menimbulkan bau;
b. tidak ada lalat, nyamuk, atau serangga yang lainnya;
c. tersedia saluran pembuangan air yang mengalir
dengan baik;
d. tersedia air bersih;
e. dilengkapi dengan pintu;
f. memiliki penerangan yang cukup;
g. memiliki sirkulasi udara yang baik;
h. dibersihkan setiap hari secara periodik; dan
i. dapat digunakan selama jam kerja.
(2) Kelengkapan fasilitas Toilet sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling sedikit meliputi:
a. jamban;
b. air bersih yang cukup;
c. alat pembilas;
d. tempat sampah;
e. tempat cuci tangan; dan
f. sabun.
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-29-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -30-
puluh) orang.
(8) Dalam hal terdapat Tenaga Kerja perempuan di area
konstruksi atau Tempat Kerja sementara sebagaimana
dimaksud pada ayat (7) maka harus memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
Pasal 35
(1) Ruang Toilet paling sedikit berukuran panjang 80
(delapan puluh) sentimeter, lebar 155 (seratus lima puluh
lima) sentimeter, dan tinggi 220 (dua ratus dua puluh)
sentimeter dengan lebar pintu 70 (tujuh puluh)
sentimeter.
(2) Ruang Toilet untuk penyandang disabilitas harus
memenuhi persyaratan:
a. Panjang 152,5 (seratus lima puluh dua koma lima)
sentimeter;
b. lebar 227,5 (dua ratus dua puluh tujuh koma lima)
sentimeter;
c. tinggi 240 (dua ratus empat puluh) sentimeter;
d. mempunyai akses masuk dan keluar yang mudah
dilalui;
e. mempunyai luas ruang bebas yang cukup untuk
pengguna kursi roda bermanuver 180 (seratus
delapan puluh) derajat;
f. lebar pintu masuk berukuran paling sedikit 90
(sembilan puluh) sentimeter yang mudah dibuka dan
ditutup.
g. pintu Toilet dilengkapi dengan plat tendang di
bagian bawah pintu untuk pengguna kursi roda dan
penyandang disabilitas netra;
h. kemiringan lantai tidak lebih dari 7 (tujuh) persen;
dan
i. mempunyai pegangan rambat untuk memudahkan
pengguna kursi roda berpindah dari kursi roda ke
jamban ataupun sebaliknya.
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-31-
Pasal 36
(1) Tenaga Kerja dalam perusahaan tertentu dapat
diwajibkan memakai pakaian kerja sesuai syarat-syarat
K3 yang ditetapkan.
(2) Pakaian kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
disediakan oleh Pengurus.
(3) Dalam hal Tenaga Kerja menggunakan pakaian kerja
hanya selama bekerja, Pengurus harus menyediakan
ruang ganti pakaian yang bersih, terpisah antara laki-laki
dan perempuan serta pemakaiannya harus diatur agar
tidak berdesakan.
(4) Ruang ganti pakaian sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) harus tersedia tempat menyimpan pakaian/loker
untuk setiap Pekerja yang terjamin keamanannya.
Pasal 37
(1) Tempat sampah dan peralatan Kebersihan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 34 ayat (3) huruf c harus
disediakan pada setiap Tempat Kerja.
(2) Tempat sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling sedikit harus:
a. terpisah dan diberikan label untuk sampah organik,
non organik, dan bahan berbahaya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. dilengkapi dengan penutup dan terbuat dari bahan
kedap air; dan
d. tidak menjadi sarang lalat atau binatang serangga
yang lain.
Pasal 38
(1) Tempat pembuangan pembalut harus disediakan pada
ruang Toilet perempuan.
(2) Tempat pembuangan pembalut sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus:
a. terbuat dari bahan yang kedap cairan;
b. dilengkapi dengan penutup; dan
c. diberikan label yang jelas.
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -32-
Bagian Ketiga
Kebutuhan Udara
Pasal 39
(1) Kebutuhan atas udara yang bersih dan sehat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf c
harus dipenuhi pada setiap Tempat Kerja.
(2) Pemenuhan kebutuhan udara di Tempat Kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:
a. KUDR;
b. ventilasi; dan
c. ruang udara.
Pasal 40
(1) Tempat Kerja untuk melakukan jenis pekerjaan
administratif, pelayanan umum dan fungsi manajerial
harus memenuhi KUDR yang sehat dan bersih.
(2) KUDR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan
oleh suhu, kelembaban, kadar oksigen dan kadar
kontaminan udara.
(3) Suhu ruangan yang nyaman harus dipertahankan
dengan ketentuan:
a. Suhu Kering 230C (dua puluh tiga derajat celsius) –
260C (dua puluh enam derajat celsius) dengan
kelembaban 40% (empat puluh persen) – 60% (enam
puluh persen).
b. perbedaan suhu antar ruangan tidak melebihi 5oC
(lima derajat celsius).
(4) Kadar oksigen sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
sebesar 19,5% (sembilan belas koma lima persen) sampai
dengan 23,5% (dua puluh tiga koma lima persen) dari
volume udara.
(5) Kadar kontaminan atau polutan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran yang
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-33-
Pasal 41
(1) Pengurus dan/atau Pengusaha wajib menyediakan
sistem ventilasi udara untuk menjamin kebutuhan udara
Pekerja dan/atau mengurangi kadar kontaminan di
Tempat Kerja.
(2) Sistem ventilasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat bersifat alami atau buatan atau kombinasi
keduanya.
(3) Dalam hal menggunakan ventilasi buatan maka ventilasi
tersebut harus dibersihkan secara berkala paling sedikit
3 (tiga) bulan sekali atau sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 42
(1) Setiap orang yang bekerja dalam ruangan harus
mendapat ruang udara (cubic space) paling sedikit 10
(sepuluh) meter kubik.
(2) Ruangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memenuhi ketentuan:
a. tinggi Tempat Kerja diukur dari lantai sampai
daerah langit-langit paling sedikit 3 (tiga) meter; dan
b. tinggi ruangan yang lebih dari 4 (empat) meter tidak
dapat dipakai untuk memperhitungkan ruang udara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Bagian Keempat
Tata Laksana Kerumahtanggaan
Pasal 43
(1) Pengusaha dan/atau Pengurus harus melaksanakan
ketatarumahtanggaan dengan baik di Tempat Kerja.
(2) Ketatarumahtanggaan yang baik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi upaya:
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -34-
Pasal 44
(1) Alat kerja, perkakas, dan bahan harus ditata dan
disimpan secara rapi dan tertib untuk menjamin
kelancaran pekerjaan dan tidak menimbulkan bahaya
kecelakaan.
(2) Bahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disimpan di
gudang dan diberi label yang jelas untuk membedakan
barang-barang tersebut.
BAB IV
PERSONIL K3
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 45
(1) Pengukuran dan pengendalian Lingkungan Kerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) harus
dilakukan oleh personil K3 bidang Lingkungan Kerja.
(2) Personil K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. Ahli K3 Muda Lingkungan Kerja;
b. Ahli K3 Madya Lingkungan Kerja; dan
c. Ahli K3 Utama Lingkungan Kerja.
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-35-
Bagian Kedua
Kompetensi Personil K3
Pasal 46
Kompetensi personil K3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal
45 ayat (2) sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia yang ditetapkan oleh Menteri.
Bagian Ketiga
Persyaratan Penunjukan Personil K3
Pasal 47
Personil yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
45 ayat (2) huruf a harus memenuhi persyaratan:
a. berpendidikan paling rendah Diploma 3 (tiga);
b. berpengalaman paling sedikit 1 (satu) tahun dalam
membantu pengukuran dan pengendalian lingkungan
kerja;
c. memiliki sertifikat kompetensi sesuai bidangnya; dan
d. berbadan sehat berdasarkan surat keterangan dari
dokter.
Pasal 48
Personil yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
45 ayat (2) huruf b harus memenuhi persyaratan:
a. berpendidikan paling rendah Diploma 3 (tiga);
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -36-
Pasal 49
Personil yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
45 ayat (2) huruf c harus memenuhi persyaratan:
a. berpendidikan paling rendah Diploma 3 (tiga);
b. berpengalaman paling sedikit 5 (lima) tahun sebagai Ahli
K3 Madya Lingkungan Kerja;
c. memiliki sertifikat kompetensi sesuai bidangnya; dan
d. berbadan sehat berdasarkan surat keterangan dari
dokter.
Bagian Keempat
Tata Cara Memperoleh Lisensi K3
Pasal 50
(1) Untuk memperoleh lisensi K3 Ahli K3 Lingkungan Kerja,
Pengusaha dan/atau Pengurus mengajukan permohonan
tertulis kepada Direktur Jenderal dengan melampirkan:
a. fotokopi ijazah terakhir;
b. surat keterangan pengalaman kerja yang diterbitkan
oleh perusahaan;
c. surat keterangan sehat dari dokter;
d. fotokopi kartu tanda penduduk;
e. fotokopi sertifikat kompetensi:
1) Ahli Muda Higiene Industri (HIMU) untuk
mendapatkan lisensi K3 Ahli K3 Muda
Lingkungan Kerja;
2) Ahli Madya Higiene Industri (HIMA) untuk
mendapatkan lisensi K3 Ahli K3 Madya
Lingkungan Kerja;
3) Ahli Utama Higiene Industri (HIU) untuk
mendapatkan lisensi K3 Ahli Utama K3
Lingkungan Kerja.
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-37-
Pasal 51
(1) Lisensi K3 berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun
dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama.
(2) Permohonan perpanjangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diajukan oleh Pengusaha dan/atau Pengurus
kepada Direktur Jenderal dengan melampirkan
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat
(1) dan lisensi K3.
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diajukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum
masa berlaku lisensi K3 berakhir.
Pasal 52
Lisensi K3 hanya berlaku selama Ahli K3 Lingkungan Kerja
yang bersangkutan bekerja di perusahaan yang mengajukan
permohonan.
Pasal 53
(1) Dalam hal sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 50 ayat (1) huruf e belum ada, dapat
menggunakan surat keterangan telah mengikuti
pembinaan K3 yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal.
(2) Surat keterangan telah mengikuti pembinaan K3
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah
dilakukan pembinaan dengan pedoman pelaksanaan
pembinaan tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -38-
Bagian Kelima
Tugas dan Kewenangan
Pasal 54
(1) Ahli K3 Muda Lingkungan Kerja sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 45 ayat (2) huruf a merupakan Tenaga Kerja
yang memiliki tugas untuk:
a. melaksanakan peraturan perundang-undangan dan
standar yang berkaitan dengan bidang K3
lingkungan kerja;
b. melaksanakan program antisipasi, rekognisi,
evaluasi, dan pengendalian bahaya lingkungan
kerja;
c. melaksanakan dan mengantisipasi resiko kesehatan
kerja yang disebabkan oleh pajanan bahaya
lingkungan kerja;
d. melaksanakan program promosi kesehatan Tenaga
Kerja;
e. melaksanakan teknik pengambilan dan pengukuran
sampel, meliputi Faktor Fisika, Faktor Kimia, Faktor
Biologi, Faktor Ergonomi, dan Faktor Psikologi;
f. melaksanakan persyaratan Higiene dan Sanitasi
lingkungan kerja;
g. melaksanakan sistem informasi K3 Lingkungan
Kerja; dan
h. menyusun laporan pengukuran dan pengendalian
bahaya Lingkungan Kerja serta penerapan Higiene
dan Sanitasi di Tempat Kerja.
(2) Ahli K3 Madya Lingkungan Kerja sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 45 ayat (2) huruf b merupakan Tenaga Kerja
yang memiliki tugas untuk:
a. mengelola pelaksanaan peraturan perundang-
undangan dan standar yang berkaitan dengan
bidang K3 lingkungan kerja;
b. mengelola pelaksanaan program antisipasi,
rekognisi, evaluasi dan pengendalian bahaya
lingkungan kerja;
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-39-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -40-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-41-
pengukuran;
n. mengelola dan mengevaluasi pelaksanan sistim
informasi K3 Lingkungan Kerja;
o. mengelola dan mengevaluasi pelaksanaan inspeksi
K3 lingkungan kerja;
p. mengelola dan mengevaluasi laporan pengukuran
dan pengendalian bahaya Lingkungan Kerja serta
penerapan Higiene dan Sanitasi di Tempat Kerja;
q. mengelola dan mengevaluasi metoda pembacaan dan
menganalisa hasil pengukuran data;
r. mengevaluasi dan memverifikasi hasil dari tindakan
pengendalian pajanan yang dapat mengganggu
kesehatan;
s. mengevaluasi dan menyimpulkan hasil analisa dari
pengukuran sampel lingkungan kerja;
t. mengevaluasi dan memodifikasi program
pengendalian pajanan risiko kesehatan secara teknis
sebagai metoda pengendalian utama;
u. mengelola dan mengevaluasi pelaksanaan
pengendalian pajanan risiko kesehatan secara
administrasi dan penggunaan alat pelindung diri;
dan
v. mengelola dan mengevaluasi pelaksanaan bimbingan
terhadap kontraktor terkait program K3 Lingkungan
Kerja.
Pasal 55
(1) Ahli K3 Muda Lingkungan Kerja sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 45 ayat (2) huruf a merupakan Tenaga Kerja
yang memiliki kewenangan untuk:
a. memasuki Tempat Kerja sesuai dengan
penunjukkannya; dan
b. menentukan program K3 lingkungan kerja.
(2) Ahli K3 Madya Lingkungan Kerja sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 45 ayat (2) huruf b merupakan Tenaga Kerja
yang memiliki kewenangan untuk:
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -42-
Bagian Keenam
Kewajiban Personil K3
Pasal 56
Personil K3 bidang Lingkungan Kerja sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 45 ayat (2) berkewajiban untuk:
a. mematuhi peraturan perundang-undangan dan standar
yang telah ditetapkan;
b. melaporkan pada atasan langsung mengenai kondisi
pelaksanaan pengukuran, pengendalian lingkungan
kerja, dan penerapan Higiene Sanitasi;
c. bertanggungjawab atas hasil pelaksanaan pengukuran,
pengendalian lingkungan kerja, dan penerapan Higiene
Sanitasi di Tempat Kerja;
d. membantu Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3
Lingkungan Kerja dalam melaksanakan pemeriksaaan
dan Pengujian K3 Lingkungan Kerja; dan
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-43-
Bagian Ketujuh
Pencabutan Lisensi K3
Pasal 57
Lisensi K3 dapat dicabut apabila personil K3 bidang
Lingkungan Kerja:
a. melaksanakan tugas tidak sesuai dengan penugasan dan
Lisensi K3;
b. melakukan kesalahan, kelalaian, dan kecerobohan yang
menimbulkan keadaan berbahaya atau kecelakaan kerja;
dan/atau
c. tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 56.
BAB V
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
Pasal 58
(1) Setiap Tempat Kerja yang memiliki potensi bahaya
Lingkungan Kerja wajib dilakukan Pemeriksaan dan/atau
Pengujian.
(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan kegiatan mengamati, menganalisis,
membandingkan, dan mengevaluasi kondisi Lingkungan
Kerja untuk memastikan terpenuhinya persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3.
(3) Pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan kegiatan pengetesan dan pengukuran kondisi
Lingkungan Kerja yang bersumber dari alat, bahan, dan
proses kerja untuk mengetahui tingkat konsentrasi dan
pajanan terhadap Tenaga Kerja untuk memastikan
terpenuhinya persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3.
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -44-
Pasal 59
(1) Pemeriksaan dan/atau Pengujian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 58 ayat (1) dilakukan secara internal
maupun melibatkan lembaga eksternal dari luar Tempat
Kerja.
(2) Pemeriksaan dan/atau Pengujian internal sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk mengukur
besaran pajanan sesuai dengan risiko Lingkungan Kerja
dan tidak menggugurkan kewajiban Tempat Kerja untuk
melakukan pengukuran dengan pihak eksternal.
(3) Pemeriksaan dan/atau Pengujian secara internal
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dilakukan
oleh personil K3 bidang Lingkungan Kerja.
(4) Lembaga eksternal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. Unit Pelaksana Teknis Pengawasan Ketenagakerjaan;
b. Direktorat Bina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
beserta Unit Pelaksana Teknis Bidang K3;
c. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang
membidangi pelayanan Pengujian K3; atau
d. lembaga lain yang terakreditasi dan ditunjuk oleh
Menteri.
(5) Pemeriksaan dan/atau Pengujian sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) dilakukan oleh:
a. Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Lingkungan
Kerja;
b. Penguji K3; atau
c. Ahli K3 Lingkungan Kerja.
Pasal 60
Pemeriksaan dan/atau Pengujian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 59 ayat (1) meliputi:
a. pertama;
b. berkala;
c. ulang; dan
d. khusus.
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-45-
Pasal 61
(1) Pemeriksaan dan/atau Pengujian pertama sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) huruf a dilakukan
untuk mengidentifikasi potensi bahaya Lingkungan Kerja
di Tempat Kerja.
(2) Pemeriksaan dan/atau Pengujian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. area kerja dengan pajanan Faktor Fisika, Faktor
Kimia, Faktor Biologi, Faktor Ergonomi, dan Faktor
Psikologi;
b. KUDR; dan
c. Sarana dan fasilitas Sanitasi.
Pasal 62
(1) Pemeriksaan dan/atau Pengujian berkala sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 60 huruf b dilakukan secara
eksternal paling sedikit 1 (satu) tahun sekali atau sesuai
dengan penilaian risiko atau ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Pemeriksaan dan/atau Pengujian berkala sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai Pemeriksaan
dan/atau Pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal
61 ayat (2).
Pasal 63
(1) Pemeriksaan dan/atau Pengujian ulang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 60 huruf c dilakukan apabila hasil
Pemeriksaan dan/atau Pengujian sebelumnya baik
secara internal maupun eksternal terdapat keraguan.
(2) Pemeriksaan dan/atau Pengujian ulang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 64
(1) Pemeriksaan dan/atau Pengujian khusus sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 60 huruf d merupakan kegiatan
Pemeriksaan dan/atau Pengujian yang dilakukan setelah
kecelakaan kerja atau laporan dugaan tingkat pajanan di
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -46-
atas NAB.
(2) Pemeriksaan dan/atau Pengujian khusus sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 65
(1) Pemeriksaan dan/atau Pengujian yang dilakukan oleh
lembaga eksternal sebagaimana dimaksud dalam Pasal
59 ayat (4) dilaksanakan dengan berkoordinasi dengan
Unit Pengawasan Ketenagakerjaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Hasil Pemeriksaan dan/atau Pengujian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada Unit
Pengawasan Ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Dalam hal Pemeriksaan dan/atau Pengujian dilakukan
oleh lembaga eksternal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 59 ayat (4) huruf b, huruf c, dan huruf d, hasil
Pemeriksaan dan/atau Pengujian disetujui oleh manajer
teknis.
(4) Dalam hal Pemeriksaan dan/atau Pengujian dilakukan
oleh lembaga eksternal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 59 ayat (4) huruf b dan huruf c atas permintaan
perusahaan, laporan hasil Pengujian disampaikan
kepada perusahaan yang bersangkutan.
(5) Hasil Pemeriksaan dan/atau Pengujian sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) wajib dituangkan dalam surat
keterangan memenuhi/tidak memenuhi persyaratan K3
yang diterbitkan oleh unit kerja pengawasan
ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(6) Surat keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilengkapi dengan hasil Pemeriksaan dan/atau Pengujian
pada lembar terpisah.
(7) Surat keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dibuat dalam 3 (tiga) rangkap dengan rincian:
a. Lembar pertama, untuk Pengurus Tempat Kerja
yang dimasukan dalam dokumen Pemeriksaan
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-47-
Pasal 66
Pemeriksaan dan/atau Pengujian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 60 menggunakan formulir tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Pasal 67
(1) Area kerja yang telah dilakukan Pemeriksaan dan/atau
Pengujian dan tidak memenuhi persyaratan K3 diberikan
stiker yang dibubuhi stempel.
(2) Stiker sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 68
(1) Pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat
(2) dapat dilakukan secara luring maupun daring.
(2) Pelaporan secara daring sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan secara bertahap.
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -48-
BAB VI
PENINJAUAN BERKALA NILAI AMBANG BATAS DAN
STANDAR
Pasal 69
NAB dan/atau standar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
dapat ditinjau secara berkala paling sedikit 3 (tiga) tahun
sekali sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
BAB VII
PENGAWASAN
Pasal 70
Pengawasan pelaksanaan K3 Lingkungan Kerja dilaksanakan
oleh Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Lingkungan
Kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
BAB VIII
SANKSI
Pasal 71
Pengusaha dan/atau Pengurus yang tidak memenuhi
ketentuan dalam Peraturan Menteri ini dikenakan sanksi
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 72
Lisensi Petugas Pemantauan Lingkungan Kerja yang telah
diterbitkan sebelum Peraturan Menteri ini diundangkan, tetap
berlaku sampai dengan berakhirnya lisensi tersebut dan
selanjutnya disebut lisensi Ahli K3 Muda Lingkungan Kerja.
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-49-
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 73
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964
tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan Serta Penerangan
Dalam Tempat Kerja;
b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas
Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 684);
c. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor SE.01/MEN/1978 tentang Nilai Ambang Batas
Untuk Iklim Kerja dan Nilai Ambang Batas Untuk
Kebisingan di Tempat Kerja,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 74
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -50-
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 27 April 2018
MENTERI KETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
M. HANIF DHAKIRI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 27 April 2018
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-51-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -52-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-53-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -54-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-55-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -56-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-57-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -58-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-59-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -60-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-61-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -62-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-63-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -64-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-65-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -66-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-67-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -68-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-69-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -70-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-71-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -72-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-73-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -74-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-75-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -76-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-77-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -78-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-79-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -80-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-81-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -82-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-83-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -84-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-85-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -86-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-87-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -88-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-89-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -90-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-91-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -92-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-93-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -94-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-95-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -96-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-97-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -98-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-99-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -100-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-101-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -102-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-103-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -104-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-105-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -106-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-107-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -108-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-109-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -110-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-111-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -112-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-113-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -114-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-115-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -116-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-117-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -118-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-119-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -120-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-121-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -122-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-123-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -124-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-125-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -126-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-127-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -128-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-129-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -130-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-131-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -132-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-133-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -134-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-135-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -136-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-137-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -138-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-139-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -140-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-141-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -142-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-143-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -144-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-145-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -146-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-147-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -148-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-149-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -150-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-151-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -152-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-153-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -154-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-155-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -156-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-157-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -158-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-159-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -160-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-161-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -162-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-163-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -164-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-165-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -166-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-167-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -168-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-169-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -170-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-171-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -172-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-173-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -174-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-175-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -176-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-177-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -178-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-179-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -180-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-181-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -182-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-183-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -184-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-185-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -186-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-187-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -188-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-189-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -190-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-191-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -192-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-193-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -194-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-195-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -196-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-197-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -198-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-199-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -200-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-201-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -202-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-203-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -204-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-205-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -206-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-207-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -208-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-209-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -210-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-211-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -212-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-213-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -214-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-215-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -216-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-217-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -218-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-219-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -220-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-221-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -222-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-223-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -224-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-225-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -226-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-227-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -228-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-229-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -230-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-231-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -232-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-233-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -234-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-235-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -236-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-237-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -238-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-239-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -240-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-241-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -242-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-243-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -244-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-245-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -246-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-247-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -248-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-249-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -250-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-251-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -252-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-253-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -254-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-255-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -256-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-257-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -258-
www.peraturan.go.id
2018, No.567
-259-
www.peraturan.go.id
2018, No.567 -260-
www.peraturan.go.id
K3 KESEHATAN KERJA