Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (P.K.L)

DI PT.WEIR MINERALS INDONESIA


BIDANG PENGAWASAN NORMA K3 LINGKUNGAN KERJA, BAHAN
BERBAHAYA dan BERACUN, PENANGGULANGAN KEBAKARAN, DAN
NORMA K3 KONSTRUKSI BANGUNAN

PELATIHAN CALON AHLI K3 UMUM

KELOMPOK 2

DONNI ZARWAN
REKO SAYOGO
ERVAN TRITAN KRISTIAN
YULIANUS ZEGA

PENYELENGGARA
PT. INDOTRAIN CONSULTANT
Balikpapan, 10 Januari 2023
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 2
1.1. Latar Belakang ....................................................................................................... 2
1.2. Maksud Dan Tujuan ............................................................................................... 3
1.3. Ruang Lingkup ....................................................................................................... 3
1.4. Dasar Hukum ......................................................................................................... 3
BAB II KONDISI PERUSAHAAN ............................................................................... 4
2.1. Gambaran Umum Perusahaan ................................................................................. 6
2.2. Gambaran Pelaksanaan Bidang K3 Penganggulangan Kebakaran, Lingkungan
Kerja dan Bahan Berbahaya dan Beracun dan Konstruksi Bangunan .................... 4
2.3 Temuan Hasil Observasi Lapangan .......................................................................... 6
BAB III ANALISA TEMUAN ....................................................................................... 11
1. Analisa Temuan Positif .................................................................................... 11
2. Analisa Temuan Negatif .................................................................................. 19
BAB IV PENUTUP ....................................................................................................... 20
1. Kesimpulan ...................................................................................................... 20
2. Saran................................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 21
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembahasan laporan PKL kali ini adalah guna memahami penerapan norma K3
bidang Penanggulangan Kebakaran, Lingkungan Kerja dan Bahan Berbahaya dan Beracun
dan Konstruksi Bangunan. Masalah yang umumnya muncul didalam pengendalian
kebakaran adalah mengenai perencanaan, pengendalian dan prosedur pelaksanaan
mengenai penaggulangan kebakaran baik peralatan (Sistem proteksi, Alarm, jalur
evakuasi) dan juga kesiapan / kompetensi petugas untuk melaksanakan prosedur tanggap
darurat kebakaran. Permasalahan yang biasa muncul pada penerapan K3 lingkungan kerja
dan B3 diantaranya adalah issue terkait pengendalian, perencanaan, prosedur identifikasi
bahaya dan hirarki pengendalian bahaya di tempat kerja dan issue pelaksanaan pemenuhan
perundangan untuk mengendalikan factor-foktor bahaya di tempat kerja diantaranya
mengendalikan bahaya yang disebabkan faktor Fisika, kimia, ergonomic, biologi dan
psikologi
Upaya dan usaha yang ditemui berhubungan dengan penegakan norma K3 bidang
kebakaran di PT Weir telah memenuhi peraturan perundangan yang berlaku baik secara
kelembagaan maupun system kerja diantaranya memenuhi permenaker 4 th 1980
mengenai syarat-syarat pemasangan APAR, memenuhi kepmenakar 186 th 1999 mengenai
Unit penanggulangan di tempat kerja dan instruksi menaker 11 th 1997 mengenai
pengawas khusus kesehatan dan keselamatan kerja penanggulangan kebakaran. PT Weir
juga telah mampu membuat berbagai upaya penerapan Norma K3 bidang lingkungan kerja
dan Bahan berbahaya dan Beracuna diantaranya memenuhi peraturan perundangan UU no
1 th 1970 tentang syarat-syarat keselamatan kerja, memenuhi kepmenaker 187 th 1999
mengenai bahan kimia berbahaya di tempat kerja, permenaker 2 th 1980 mengenai
pemeriksaan tenaga kerja dalam penyelenggaraan keselamatan kerja, kepmenaker no 5 th
2018 mengenai K3 lingkungan kerja. Sedangkan penerapan K3 bidang Konstruksi
bangunan tidak kami bahas, karena sedang tidak ada proses pembangunan konstruksi di
wilayah kerja PT Weir.
Observasi lapangan yang dilakukan selama PKL bertujuan untuk memastikan
bagaimana penerapan norma K3 bidang pencegahan kebakaran, Lingkungan kerja dan B3
dan Konstruksi di PT Weir apakah sudah memenuhi peraturan perundangan yang berlaku
atau belum, sehingga para peserta PKL sebagai calon Ahli K3 Umum mendapatkan
kompetensi yang cukup dalam menganalisa dan memahami pemenuhan perundangan di
bidang Norma-norma K3 pada bidang penanggulangan kebakaran, Lingkungan kerja dan
B3 dan Kosntruksi Bangunan
1.2 Maksud Dan Tujuan
Observasi dilakukan dalam rangka peningkatan calon ahli K3 dan praktek kerja
lapangan dengan tujuan memahami:
1. Norma K3 Lingkungan Kerja
2. Norma K3 Bahan Berbahaya dan Beracun
3. Norma K3 Penanggulangan Kebakaran
4. Norma K3 Konstruksi Bangunan

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup pembahasan hasil observasi PKL ini adalah membahas mengenai
pemenuhan:
1. Penerapan norma K3 bidang Lingkungan Kerja
2. Penerapan norma K3 bidang Bahan Berbahaya dan Beracun
3. Penerapan norma K3 bidang Penanggulangan Kebakaran
4. Penerapan norma K3 bidang Konstruksi Bangunan

1.4 Dasar Hukum


Dasar hukum atau regulasi yang digunakan dalam penulisan ini sebagai acuan
adalah seperti berikut :
a. Norma K3 Penangggulangan Kebakaran
 UU No 1 Tahun 1970 tentang keselamatan Kerja
 KEPMENAKER No.04 Tahun 1980 Tentang Alat Pemadam
Api Ringan
 KEPMENAKER No.2 Tahun 1983 Tentang Alarm
 KepMen 186/MEN/ 1999 tentang penanggulangan Kebakaran

b. Norma K3 Lingkungan Kerja


 Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja
 Undang-undang No.3 tahun 1969 tentang persetujuan Konvensi
mengenai Hygiene dalam perniagaan dan kantor-kantor
 Peraturan Pemerintah No.11 tahun 1975 tentang Keselamatan
Kerja terhadap Radiasi.
 Peraturan Menteri Perburuhan No.7 tahun 1964 tentang syarat
kesehatan kebersihan serta penerangan dalam tempat kerja.
 Kepnaker No.51/Men/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika di tempat kerja. Norma K3 Bahan Berbahaya dan
Beracun
 Kepmenaker No.187/Men/1999 tentang Pengendalian bahan
kimia berbahaya di tempat kerja
 Instruksi Menteri Tenaga Kerja No.2/M/BW/BK/1984, tentang
pengesahan alat pelindung diri
 Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No.01/Men/1997 tentang
nilai Ambang Batas Faktor Kimia dll. udara lingkungan kerja.

c. Norma K3 Bahan Berbahaya dan beracun


 UU No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja.
 Kepmenaker No.187/Men/1999 tentang Pengendalian bahan
kimia berbahaya di tempat kerja
 Instruksi Menteri Tenaga Kerja No.2/M/BW/BK/1984, tentang
pengesahan alat pelindung diri
 Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No.01/Men/1997 tentang
nilai Ambang Batas Faktor Kimia dll. udara lingkungan kerja.

d. Norma K3 Konstruksi
 UU No. 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
 UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
 UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.
 Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 36 Tahun 2005
tentang Bangunan Gedung.
BAB II
KONDISI PERUSAHAAN

2.1 Gambaran Umum Perusahaan


PT Weir Minerals Balikpapan adalah perusahaan yang bergerak dalam dibidang
Fabrikasi mesin pompa air baik penyedia spare part dan perawatan pompa air di proyek
mineral & batu bara, Kegiatan utama PT. Weir Minerals adalah pembuatan peralatan
khusus dan delivery melalui solusi rekayasa secara langsung, yaitu pada segmen mineral,
segmen power industrial serta segmen minyak dan gas.

Gambar 1.1 Kantor WEIR MINERAL INDONESIA (Balikpapan)


SUMBER : Dokumen Perusahaan

Berikut penjelasan 3 segmen tersebut yaitu :


A. Segmen Mineral
Kegiatannya adalah merancang dan membuat pompa, hydrocyclones, valve dan
peralatan lainnya dengan sasaran penjualan utama kepasar pertambangan,
desulfurisasi gas buang, dan pasir minyak.
B. Segmen Power and Industrial
Kegiatannya adalah merancang, memproduksi dan menyediakan dukungan
aftermarket untuk peralatan rotating dan flow control pada sektor pembangkit
listrik global dan industri.
C. Segmen Minyak dan Gas
Kegiatannya adalah membuat pompa dan perlengkapan tambahannya serta
menyediakan dukungan aftermarket untuk pasar minyak dan gas dihulu dan hilir.
2.2 Gambaran Umum Pelaksanaan K3 Bidang Norma Penanggulangan kebakaran,
Lingkungan Kerja dan B3 dan Konstruksi Bangunan di PT Weir Mineral
Indonesia

Secara umum Pelaksanaan K3 di PT Weir Mineral Indonesia berjalan dengan baik


pada bidang:

1. Penanggulangan kebakaran telah berhasil memenuhi persyaratan perundangan yang


berlaku diantaranya telah mampu membuat identifikasi bahaya dan pengendalian
bahaya, terdapat sarana deteksi kebakaran, alat pemadam kebakaran menggunakan
bahan yang sesuai dengan jenis kebakaran, tata cara pemasangan APAR dan
jumlahnya juga telah memenuhi peraturan. Selain itu sarana pemadam kebakaran juga
tersedia system hydrant dengan jumlah 6 titik memenuhi persyaratan luas Gedung.
Dan terdapat Prosedur tanggap darurat serta terdapat tim penanggulangan kebakaran
lengkap dengan kompetensi Petugas peran kebakaran dan Ahli K3 bidang kebakaran
yang kompeten.

2. Lingkungan kerja telah memenuhi persyaratan perundangan diantaranya telah


melakukan pengendalian faktor bahaya pada lingkungan kerja dan bahan berbahaya
dan beracun, terlihat dari adanya identifikasi risiko dan bahaya dan melakukan
pengecekan rutin perbulan untuk pengukuran air baku, pengukuran hygiene industry
seperti kebisingan, vibrasi, pencahayaan yang rutin dilakukan mengikuti persyaratan
perundangan dan dilakukan melalui pihak ke 3 yang kompeten. Mereka juga telah
melakukan evaluasi rutin terhadap hasil dari pengukuran tersebut, dan memiliki ahli
K3 bidang lingkungan kerja dengan sertifikasi HIMU.

3. Bahan Berbahaya dan Beracun telah memenuhi persyaratan perundangan


diantaranya telah melakukan pengendalian terhadap bahaya Kimia dengan pengujian
parameter Kimia di fasilitas pembuangan oli (oil trap), menyediakan fasilitas Tempat
pembuangan Limbah (TPS) dan bekerja sama dengan vendor pengangkut limbah, dan
menyediakan MSDS yang dibuat dalam bentuk mini (Mini MSDS) pada Gudang
penyimpanan bahan Kimia. Selain itu mereka juga memiliki petugas Kimia dan Ahli
K3 Kimia yang kompeten tersertifikasi dari disnaker

3. Untuk konstruksi bangunan tidak terdapat proses pengerjaan sehingga tidak dilakukan
observasi lapangan.

2.3 Temuan Hasil Observasi Lapangan

Berdasarkan hasil observasi lapanmgan yang telah dilakukan, ada dua jenis
temuan, yakni temuan positif dan temuan berpeluang untuk perbaikan,
diantaranya
2.3.1 Temuan Positif
1. Lingkungan Kerja
a. Memiliki Petugas K3 Lingkungan Kerja dan
b. Dilakukan tes air permukaan, Tes air limbah, Uji emisi kendaraan, Uji
Kebisingan (bersertifikat)
c. Terdapar AHLI K3 Kerja Muda Bidang Lingkungan dan Memiliki Ahli K3
Kimia dan Petugas Kimia
d. Memiliki Sertifikat INDUSTRIAL HYGINE
e. Terdapat Oil Trap dan diolah dengan baik
f. Terdapat SOP bekerja di ruang terbatas, SOP bekerja pada pekerjaan
panas / Hot Work
g. Memiliki Ahli K3 Kimia dan Petugas Kimia, dan Memiliki Petugas K3
Lingkungan Kerja dan
h. Rasio Jumlah jamban telah mencukupi ada (5 jamban dan 3 peturasan di
area fabrikasi)
i. Memiliki Ruang ganti untuk pekerjaan yang membutuhkan baju khusus
j. Memiliki Sertifikat INDUSTRIAL HYGINE

2. Bahan Berbahaya dan Beracun


a. Terdapat TPS untuk penyimpanan limbah B3 dan Manifes Pengiriman
Limbah B3 OLEH PIHAK ke 3
b. Di gudang/container penyimpanan B3 terapat MSDS

3. Penanggulangan Kebakaran
a. Memiliki AHLI K3 spesialis Penanggulangan Kebakaran serta Memiliki
Petugas Peran Kebakaran kelas D
b. Memiliki Standar Operasinal Prosedur Tanggap darurat dan di area kerja
sudah ditempel prosedur evakuasi darurat
c. Memiliki Hydrant sebanyak 6 titik dan rutin melakukan inspeksi, Hydrant
dilakukan inspeksi Per 6 bulan
d. Penyediaan sumber air Hydrant yang cukup dengan ada nya kolam air
yang dibuat dimana kolam juga dilengkapi dengan pagar pengaman dan
rambu peringatan tidak boleh berenang.
e. Terdapat APAR yang rutin setiap bulan dilakukan pemeriksaan dengan
checklist rutin tiap bulannya.
f. Terdapat Pompa Fire Extenguiser (Diesel) pada area kolam air persediaan.

4. Pengawasan K3 Kontruksi Bangunan


Tidak terdapat proses pembangunan/konstruksi

2.3.2 Temuan Berpeluang Perbaikan (Negatif)


Berikut merupakan peluang untuk perbaikan Ketika melakukan observasi
melalui foto :
1. Titik Berkumpul (titik Berkumpul) darurat berada pada area sempit dan
terhalang oleh material / sparepart, sehingga menghalangi jika terjadi kondisi
darurat untuk berkumpul disebabkan jalan meuju area berkumpul terhalang
material, bahkan berpotensi menyebabkan cidera jika tersandung, terbentur
material-material tersebut Sesuai dengan Permen PUPR No.14 Tahun 2017,
titik kumpul adalah tempat yang digunakan bagi pengguna bangunan gedung
dan pengunjung bangunan gedung untuk berkumpul setelah proses evakuasi.
Pasal 33 ayat (2) pada Permen tersebut menyatakan perancangan dan
penyediaan titik kumpul harus memperhatikan,
a. Kesesuaian sebagai lokasi akhir yang dituju dalam rute evakuasi,
b. Keamanan dan kemudahan akses pengguna bangunan gedung dan
pengunjung bangunan gedung,
c. Jarak aman dari bahaya termasuk runtuhan bangunan gedung, d.
Kemungkinan untuk mampu difungsikan secara komunal oleh para pengguna
bangunan gedung dan pengunjung bangunan gedung,
d. Kapasitas titik berkumpul.

2. Eye waste di area workshop untuk buangan air tidak dilengkapi dengan pipa
buangan air langsung terbuang dilantai, sehingga menimbulkan bahaya baru
yaitu lantai licin dan resiko terjatuh/terpeleset, Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Permen RI No.Per-15/Men/VIII/2008,
tentan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di tempat kerja, Keputusan
Dirjen, Kep 53/DJPPK/VIII/2009. (potensi unsafe conditions)
3. Pompa extenguiser di kolam penampungan tidak terdapat label kapan terakhir
di maintenance, Kondisi pompa hydrant sudah kurang layak, harus disangga
dengan kayu (potensi unsafe condition) mengacu pada UU no 1 tahun 1970
tentang keselamatan kerja, Kepmenaker No. 186 tahun 1999 disebutkan bahwa
: (1) Pengurus atau pengusaha wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan
kebakaran, latihan penanggulanggan kebakaran di tempat kerja. (2) Kewajiban

mencegah, megurangi dan memadamkan kebakaran di tempat kerja .


BAB III
ANALISIS
3.1 Temuan Positif

No Lokasi/bagian Dokumentasi Temuan positif Saran Dasar hukum


(foto)
1 PT WEIR Memiliki AHLI K3 Dipertahankan system yang - Kepmenaker No.186 Tahun
MINERALS spesialis Penanggulangan ada sambil improve 1999 Pasal 5(d) Ahli K3
berjalan, dan jangan lupa spesialis penanggulangan
Kebakaran
monitoring sertifikasi dan kebakaran sebagai
Dokumen bidang Memiliki Petugas Peran penanggungjawab teknis
lisensi yang sudah ada agar
ahli k3 bidang Kebakaran kelas D - Kepmenaker No.186 Tahun
kadar luarssa
kebakaran 1999 Pasal 10 Ayat 2 Tentang
Memiliki Petugas P3k
syarat-syarat ahli K3 spesialis
penanggulangan kebakaran
- a. Sehat jasmani dan rohani
- b. Pendidikan minimal D3
teknik
- c. Bekerja pada perusahaan
yang bersangkutan dengan
masa kerja minimal 5 tahun
- d. Telah mengikuti kursus
teknis penanggulangan
kebakaran tingkat dasar l,
tingkat dasar ll, dan tingkat
dasar ahli K3 pratama dan
tingkat ahli madya
- e. Memiliki surat penunjukkan
dari menteri atau pejabat yang
ditunjuknya
2 PT WEIR Terdapat APAR, Detector Agar di tambah Pompa - Undang-undang No.1 tahun
MINERALS Kebakaran dan Pompa Jokky pada Hidrant Sisitem 1970 Pasal 2 ayat 2 Tentang
Hidrant yang telah Penanggulangan Kebakaran
dilakukan pemeriksaan a.dibuat,dicoba,dipakai atau
Penanggulangan dipergunakan mesin,pesawat,
Kebakaran
dan pengujian
alat, perkakas, peralatan atau
instalasi yang berbahaya atau
dapat menimbulkan
kecelakaan, kebakaran atau
peledakan.
b. dibuat, diolah, dipakai,
dipergunakan,
diperdagangkan, diangkut,
atau disimpan bahan atau
barang yang dapat meledak,
mudah terbakar, menggigit,
beracun, menimbulkan infeksi,
bersuhu tinggi.
- Permenaker No.4 Tahun
1980 Pasal 1 Ayat 1 Tentang
APAR
a. Alat pemadam api ringan
ialah, alat yang ringan serta
mudah dilayani oleh satu
orang untuk memadamkan
api pada mula terjadinya
kebakaran.
- Permenaker No.2 Tahun 1983
Pasal 1(a) Instalasi alarm
kebakaran otomatik adalah
sistem atau rangkaian alarm
kebakaran yang menggunakan
detektor panas, detektor asap,
detektor nyala api, dan titik
panggil secara manual serta
perlengkapan lainnya yang
dipasang pada sistem alarm
kebakaran.
- Kepmenaker No.186 Tahun
1999 Tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran
- Kepmenaker No.186
Tahun 1999 Pasal 2 ayat 1
pengurus atau pengusaha
wajib mencegah,
mengurangi dan
memadamkan kebakaran,
latihan penanggulangan
kebakaran di tempat
kerja.
3 OFFICE PT Terdapat SOP bekerja di Dipertahankan system yang - Undang-undang No.1 Tahun
WEIR ruang terbatas ada sambil improve berjalan 1970 Pasal 9 Ayat 3, pengurus
MINERALS diwajibkan menyelenggarakan
pembinaan bagi semua tenaga
kerja yang berada dibawah
Dokumen, pimpinannya dalam
pencegahan kecelakaan dan
Lingkungan pemberantasan kebakaran
Kerja dan serta meningkatkan
pengendalian B3 keselamatan dan kesehatan
kerja, pula dalam pemberian
pertolongan pertama pada
kecelakaan
- Kepmenaker No.186 Tahun
1999 Pasal 2 dan 3
Pembentukan unit
penanggulangan kebakaran
sebagai dimaksud dalam pasal
2 ayat 1 dengan
memperhatikan jumlah tenaga
kerja dan atau klasifikasi
tingkat potensi bahaya
kebakaran
4 OFFICE PT Terdapat TPS untuk Dipertahan kan dan Permenaker No.5 Tahun 2018 Pasal 3
WEIR penyimpanan limbah B3 dilakukan lebih tertata Tentang Lingkungan Kerja; Syarat-
MINERALS dan Terdapat Manifes kembali syarat K3 lingkungan kerja
Limbah Bahan Berbahaya a. Pengendalian faktor fisika dan
dan beracun faktor kimia agar berada dibawah
Pengendalian B3 NAB
b. Pengendalian faktor biologi,
ergonomi, fisiologi kerja agar
memenuhi standar
c. Penyediaan fasilitas kebersihan
dan sarana higiene di tempat kerja
yang bersih dan sehat
d. Penyedaiaan personil K3 yang
memiliki kompetensi dan
kewenangan K3 dibidang lingkungan
kerja

5 PT WEIR Pengukuran Pengukuran Pertahankan dan lakukan - Permenaker No. 5 Tahun


MINERALS lingkungan Kerja setiap improvement 2018 Pasal 6 Ayat 2 Tentang
tahun dengan Vendor Keselamatan dan Kesehatan
Lingkungan Kerja pihak Ke (heat stress, Kerja Lingkungan Kerja;
Noise, welding fumes) pengukuran lingkungan kerja
Dilakukan pengukuran dilakukan sesuai dengan
metode uji yang ditetapkan
baku mutu air
standar nasional indonesia
- Permenaker No. 5 Tahun 2018
Pasal 6 Ayat 3; dalam hal
metode uji belum ditetapkan
dalam standar nasional
indonesia pengukuran dapat
dilakukan dengan metode uji
lainnya sesuai dengan standar
yang telah divalidasi oleh
lembaga yang berwenang.
6 PT WEIR Terdapat Rentokil Atau Ditempatkan dibeberapa - Permenaker No.05 Tahun
MINERALS Alat Pembasmi Tikus atau tempat lagi agar merasa 2018 Pasal 2 Tentang
Hama aman dan nyaman pengusaha/pengurus wajib
WORKSHOP
melaksanakan syarat-syarat
K3 lingkungan kerja
Lingkungan Kerja - Permenaker No.5 Tahun 2018
Pasal 3 Tentang Lingkungan
Kerja; Syarat-syarat K3
lingkungan kerja
a. Pengendalian faktor fisika
dan faktor kimia agar berada
dibawah NAB
b. Pengendalian faktor biologi,
ergonomi, fisiologi kerja agar
memenuhi standar
c. Penyediaan fasilitas
kebersihan dan sarana higiene
di tempat kerja yang bersih
dan sehat
d. Penyedaiaan personil K3
yang memiliki kompetensi dan
kewenangan K3 dibidang
lingkungan kerja

7 Penghargaan Lingkungan Pertahankan untuk PP No 50 tahun 2012 Pasal 5 Tentang


PT. WEIR
Hidup dan Kehutanan meningkatkan system Penerapan Sistem Manajemen
MINERALS
republic Indonesia mangeman lingkungan yang Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja
Memiliki ISO 14001 : 2015 lainnya
Lingkungan Kerja
8 - Terdapat Gudang bahan Pertahankan dan tingkatkan Permenaker No. 5 Tahun 2018 Pasal 2
PT. WEIR
Kimia yang terdapat MSDS untuk Kebersihan Gudang tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
INDONESIA
- Memiliki AK3 bidang Lingkungan Kerja
Pengendalian lingkungan Ker Keputusan Menteri Kep.187/Men/1999
Bahan Tentang Pengendalian Bahan Kimia
Berbahaya dan Berbahaya di Tempat Kerja
Beracun
3.2 Temuan Negatif

No LOKASI Temuan Analisa Potensi Bahaya Saran/ Rekomendasi Dasar Hukum


GAMBAR / Photo
PT. WEIR Lokasi Muster Tidak ada tempat Lokasi Muster Point .Undang-undangNo.1 tahun
MINERAL Point tertutup untuk berkumpul dipindahkan atau 1970
Workshop Material-material jika terjadi material-material di Pasal 3 Ayat 1 Tentang
;keadaan darurat bersihkan pada lokasi keselamatan kerja; Pengurus
tersebut diwajibkan menyelenggarakan
1. Area Muter pembinaan bagi semua
Point tenaga kerja yang berada di bawah
pimpinannya, dalam pencegahan
kecelakaan dan pemberantasan
kebakaran serta
peningkatan keselamatan dan
kesehatan kerja, pula dalam
pemberian pertolongan pertama
pada kecelakaan.
1. Permen PUPR No.14 Tahun
2017, titik kumpul adalah tempat
yang digunakan bagi pengguna
bangunan gedung dan pengunjung
bangunan gedung untuk berkumpul
setelah proses evakuasi. Pasal 33
ayat (2) pada Permen tersebut
menyatakan perancangan dan
penyediaan titik kumpul harus
memperhatikan,
a. Kesesuaian sebagai lokasi akhir
yang dituju dalam rute evakuasi,
b. Keamanan dan kemudahan akses
pengguna bangunan gedung dan
pengunjung bangunan gedung,
c. Jarak aman dari bahaya termasuk
runtuhan bangunan gedung, d.
Kemungkinan untuk mampu
difungsikan secara komunal oleh
para pengguna bangunan gedung
dan pengunjung bangunan gedung,
d. Kapasitas titik berkumpul.

Pompa hydrant Pressure dalam pipa hydrant dilakukan service rutin Kepmenaker RI
PT.WEIR Cuma ada 1, tidak system tidak terjaga. dan diberi label service No.KEP.186/MEN/1999
MINERALS ada Pompa Jokki Pompa dan Mesin tidak telah dilakukan Pasal 2 Ayat 3 Tentang unit
Area Muter Dan tidak ada label terdapat tanda terakhir untuk memastikan pompa penangulangan kebaran; Pengendalian
2
Point rutinitas service dilakukan perawatan tetap siap berfungsi setiap bentuk energi,
sehingga tidak diketahui penyediaan sarana deteksi,
masih berfungsi atau tidak alarm,
pemadam kebakaran dan sarana
evakuasi serta pengendalian
penyebaran asap,
panas dan gas sebagaimana dimaksud
pada
ayat (2) huruf a, huruf b dan huruf
c dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundangan yang
berlaku.

Workshop PT. Eye waste di area Menimbulkan bahaya baru Dlakukan pembuatan Permenaker No. 5 Tahun2018 Pasal
WEIR workshop untuk lantai licin jalur air pembuangan 2 tentang Keselamatan dan
MINERAL buangan air tidak dengan pipa agar air bias
Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja;
dilengkapi dengan mengarah ke saluran air
3 Area pipa buangan air Pengusaha dan/atau Pengurus wajib
WorkShop langsung terbuang melaksanakan syarat-
dilantai
syarat K3 Lingkungan Kerja.
Permenaker No. 5 Tahun2018 Pasal
3; Syarat-syarat K3 Lingkungan
Kerja sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 meliputi:
a. pengendalian Faktor Fisika dan
Faktor Kimia agar berada
di bawah NAB;
b. pengendalian Faktor Biologi,
Faktor Ergonomi, dan Faktor
Psikologi Kerja agar memenuhi
standar;
c. penyediaan fasilitas Kebersihan
dan sarana Higiene di
Tempat Kerja yang bersih dan sehat;
dan
d. penyediaan personil K3 yang
memiliki kompetensi dan
kewenangan K3 di bidang
Lingkungan Kerja.
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN dan SARAN


Secara umum penerapan peraturan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di
PT WEIR MINERALS INDONESIA sudah sangat baik.

Terkait hal hal yang sudah baik, semoga kedepan selalu di pertahankan
atau di tingkatkan kembali. Terkait dengan temuan yang perlu perbaikan sebaiknya
segera melakuan perbaikan.

4.1.1 Kesimpulan
• Berdasarkan hasil Pengamatan Lapangan yang telah dilakukan, diperoleh
kesimpulan bahwa penerapan K3 yang dilakukan oleh PT. Weir Minerals
Indonesia lebih banyak temuan positif yang perlu di pertahankan.
• Secara keseluruhan PT. Weir Minerals Indonesia sudah melakukan penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja terlihat dari data-data yang dipaparkan
kecelekaan dan penghargaan SMK3 yang telah diraih

4.1.1 Saran
Dari hasil Praktek kerja lapangan yang telah dilaksanakan di PT.Weir Mineral
Indonesia saran yang dapat diberikan sebagai berikut :
1. Konsistensi pertahankan system kebakaran, dan lingkungan kerja,
Keselmatan dan kesehatan lingkungan kerja, pertahankan penghargaan dan
sertifikasi yang telah ada sebagai bentuk taat dengan regulasi dan tujuan
memberikan perlindungan kepada pekerja.
2. Perbaikan perlu dilakukan perawatan dan pengecekan rutin (dilakukan
Checklis Bulalan untuk memastikan tiap alat dalat system penanggulangan
kebar untuk memastikan system pengendalian kebakaran berjalan terutama
dibagian Hydrant dan Pompa beserta mesin. Dengan
4.2 DAFTAR PUSATAKA
1. Undang-undang No.1 tahun 1970. Tentang keselamatan kerja, Pasal 2 ayat 2
Tentang Penanggulangan Kebakaran, Ayat 3, pengurus diwajibkan
menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada dibawah
pimpinannya dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran
serta meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian
pertolongan pertama pada kecelakaan
2. Peraturan Pemerintah No 50 tahun 2012, Pasal 5 Tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja.
3. Peraturan Pemerintah No 50 tahun 2012, Pasal 5 Tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja
4. Kepmenaker No.186 Tahun 1999, Pasal 5(d) Ahli K3 spesialis
penanggulangan kebakaran sebagai penanggungjawab teknis, Pasal 2 Ayat
3 Tentang unit penangulangan kebaran; Pengendalian setiap bentuk energi,
penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan sarana
evakuasi serta pengendalian penyebaran asap, panas dan gas.
5. Keputusan Menteri Kep.187/Men/1999 Tentang Pengendalian Bahan Kimia
Berbahaya di Tempat Kerja
6. Permenaker No.4 Tahun 1980, Pasal 1 Ayat 1 Tentang APAR
7. Kepmenaker No.186 Tahun 1999, Tentang Unit Penanggulangan
Kebakaran, 3Pasal 2 ayat 1 pengurus atau pengusaha wajib mencegah,
mengurangi dan memadamkan kebakaran, latihan penanggulangan
kebakaran di tempat kerja.Pembentukan unit penanggulangan kebakaran
sebagai dimaksud dalam pasal 2 ayat 1 dengan memperhatikan jumlah
tenaga kerja dan atau klasifikasi tingkat potensi bahaya kebakaran
8. Permenaker No.5 Tahun 2018, Pasal 3 Tentang Lingkungan Kerja; Syarat-
syarat K3 lingkungan kerja, Pasal 6 Ayat 2 Tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja; pengukuran lingkungan kerja dilakukan
sesuai dengan metode uji yang ditetapkan standar nasional indonesia, 2018
Pasal 6 Ayat 3; dalam hal metode uji belum ditetapkan dalam standar
nasional indonesia pengukuran dapat dilakukan dengan metode uji lainnya
sesuai dengan standar yang telah divalidasi oleh lembaga yang berwenang.
9. Permen PUPR No.14 Tahun 2017, titik kumpul adalah tempat yang
digunakan bagi pengguna bangunan gedung dan pengunjung bangunan
gedung untuk berkumpul setelah proses evakuasi. Pasal 33 ayat (2) pada
Permen tersebut menyatakan perancangan dan penyediaan.

Anda mungkin juga menyukai