Anda di halaman 1dari 211

14/07/2023

Modul Kuliah
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja

1 Dasar Hukum dan


Peraturan
Penerapan K3 di
Indonesia

1
14/07/2023

Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


1. SECARA FILOSOFI
Suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan
baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan
manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat
adil dan makmur.
2. SECARA KEILMUAN
Ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

3. SECARA PRAKTIS
Merupakan suatu upaya perlindungan agar tenaga kerja selalu dalam
keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan ditempat kerja
serta bagi orang lain yang memasuki tempat kerja maupun sumber dan
proses produksi secara aman dan efisien dalam pemakaiannya.

Sejarah Peraturan K3

1. Raja Hamurabi tahun 1700 SM (Kerajaan Babylonia) dalam kitab Undang undangnya
menyatakan bahwa :
“ Bila seorang ahli bangunan membuat rumah untuk seseorang dan pembuatannya
tidak dilaksanakan dengan baik sehingga rumah itu roboh dan menimpa pemilik
rumah hingga mati, maka ahli bangunan tersebut dibunuh”
2. Zaman Mozai + 5 abad setelah Raja Hamurabi dinyatakan bahwa ahli bangunan
bertanggung jawab atas keselamatan para pelaksanaan dan pekerjanya dengan
menetapkan pemasangan pagar pengaman pada setiap sisi luar atap rumah
3. Plinius + 80 tahun sesudah Masehi ahli Ecyclopedia bangsa Roma mensyaratkan agar
para pekerja tambang diharuskan memakai tutup hidung
4. Dominico Fontana Tahun 1450 diserahi tugas untuk membangun obelisk ditengah
lapangan St. peter Roma. Ia lalu mensyaratkan agar para pekerja memakai topi baja.

2
14/07/2023

Dasar Hukum Penerapan K3 di Indonesia

Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan PENGHIDUPAN YANG LAYAK
UUD 1945 bagi kemanusiaan (Pasal 27 (2))

Pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan
UU No. 13 Tahun 2003 kerja, moral dan kesusilaan serta perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia
serta nilai-nilai agama (Pasal 86)
Pasal 86 & 87
Digantikan dengan Setiap perusahaan WAJIB menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
UU Cipta Kerja Kerja yang terintegrasi pada manajemen perusahaan (Pasal 87)

UU No. 1 Tahun 1970 Tentang KESELAMATAN KERJA

Peraturan Pelaksanaan PP 50 tahun 2012 – Penerapan SMK3


Permenaker no. 2 tahun 1992 – Penunjukan dan Wewenang AK3U
PP, Permen, Permenaker no. 12 tahun 2015 – K3 Listrik
Kepmen, Permenaker no. 36 tahun 2016 – K3 Pesawat Tenaga dan Produksi
Permenaker no. 37 tahun 2016 – K3 Bejana Tekan dan Tangki Timbun, dll (lihat di aplikasi JDIH
Instruksimen, SE Kemnaker)

UU No. 1 Tahun 1970 - Keselamatan Kerja

LATAR BELAKANG DITERBITKAN


1. VEILIGHEIDS REGLEMENT 1910 (VR 1910, Stbl No. 406)
sudah tidak sesuai lagi
2. Perlindungan tenaga kerja tidak hanya di industri/ pabrik
3. Perkembangan teknologi/ IPTEK serta kondisi dan situasi
ketenagakerjaan
4. Sifat refresif dan polisional pada VR. 1910 sudah tidak sesuai
lagi

3
14/07/2023

UU No. 1 Tahun 1970 - Keselamatan Kerja

TUJUAN
1. Tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas
keselamatan dalam pekerjaannya
2. Orang lain yang berada di tempat kerja perlu
menjamin keselamatannya
3. Sumber-sumber produksi dapat dipakai secara aman
dan efisien

UU No. 1 Tahun 1970 - Keselamatan Kerja

TEMPAT KERJA
ialah tiap ruangan atau lapangan,
tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap, dimana tenaga kerja bekerja,
atau yang sering dimasuki tenaga kerja
untuk keperluan suatu usaha dan
dimana terdapat sumber atau sumber-
sumber bahaya

4
14/07/2023

UU No. 1 Tahun 1970 - Keselamatan Kerja

DAFTAR ISI
BAB I - Tentang Istilah-Istilah
BAB II - Ruang Lingkup
BAB III - Syarat-syarat Keselamatan Kerja
BAB IV - Pengawasan
BAB V - Pembinaan
BAB VI - Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
BAB VII - Kecelakaan
BAB VIII - Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja
BAB IX - Kewajiban Bila Memasuki Tempat Kerja
BAB X - Kewajiban Pengurus
BAB XI - Ketentuan Penutup

UU No. 1 Tahun 1970 - Keselamatan Kerja


BAB I - Tentang Istilah-Istilah
PENGURUS
ialah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung sesuatu
tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri

PENGUSAHA
a. Orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha milik sendiri dan untuk
keperluan itu mempergunakan tempat kerja;
b. Orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan sesuatu usaha
bukan miliknya dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja;
c. Orang atau badan hukum, yang di Indonesia mewakili orang atau badan hukum
termaksud pada (a) dan (b), jikalau yang diwakili berkedudukan di luar Indonesia.

10

5
14/07/2023

UU No. 1 Tahun 1970 - Keselamatan Kerja


BAB I - Tentang Istilah-Istilah
DIREKTUR
pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
melaksanakan Undang-undang ini
PEGAWAI PENGAWAS
pegawai teknis berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja
AHLI KESELAMATAN KERJA
tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga
Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi
ditaatinya Undang-undang ini
11

UU No. 1 Tahun 1970 - Keselamatan Kerja


BAB II - Ruang Lingkup
Pasal 2
1. Segala Tempat Kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air,
di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan
hukum Republik Indonesia;
2. Rincian Tempat Kerja adalah tempat dimana terdapat SUMBER BAHAYA
yang berkaitan dengan mesin/peralatan/bahan, lingkungan kerja, sifat
pekerjaan, cara kerja dan proses produksi;
3. Kemungkinan untuk perubahan atas rincian tempat kerja.

12

6
14/07/2023

UU No. 1 Tahun 1970 - Keselamatan Kerja


BAB III - Syarat-syarat Keselamatan Kerja

Pasal 3
1. Peraturan perundangan akan menetapkan syarat-syarat agar sasaran
serta arahan keselamatan kerja tercapai.
2. Dapat dirubahnya perincian sasaran dan arahan sesuai dengan
perkembangan IPTEK.

13

UU No. 1 Tahun 1970 - Keselamatan Kerja


BAB III - Syarat-syarat Keselamatan Kerja

Pasal 4
1. Penerapan syarat-syarat K3 mulai dari tahap perencanaan s/d
pemeliharaan;
2. Dimuatnya prinsip-prinsip teknik ilmiah tentang bahan dan produksi
teknis pada syarat-syarat diatas;
3. Perincian pada ayat (1) dan (2) dapat dirubah sesuai perkembangan
IPTEK dapat ditetapkan lebih lanjut

14

7
14/07/2023

UU No. 1 Tahun 1970 - Keselamatan Kerja


BAB IV - Pengawasan
Pasal 5
1. Direktur sebagai pelaksana umum
2. Wewenang dan kewajiban :
a. Direktur (Kepmen No. 79/Men/1977)
b. Peg. Pengawas (Permen No. 03/Men/1978 dan Permen No.
03/Men/1984)
c. Ahli K3 (Permen No. 03/Men/1978 dan Permen No. 4/Men/1992)
Pasal 6 - Panitia Banding (belum diatur)
Pasal 7 - Retribusi pada pengusaha untuk pengawasan oleh pemerintah

15

UU No. 1 Tahun 1970 - Keselamatan Kerja


BAB IV - Pengawasan
Pasal 8
1. Pengurus diwajibkan memeriksakan Kesehatan Tenaga Kerja
2. Pemeriksaan secara Berkala (Permenaker No. 02/Men/1980 dan
Permen No. 03/Men/1985).
3. Aturan mengenai pengujian keselamatan ditetapkan dengan peraturan
perundangan

16

8
14/07/2023

UU No. 1 Tahun 1970 - Keselamatan Kerja


BAB V - Pembinaan
Pasal 9
1. Pengurus wajib menunjukan dan menjelaskan pada Tenaga Kerja baru
tentang kondisi-kondisi, bahaya-bahaya dan pengaman serta APD dan
perilaku aman.
2. Ketentuan boleh tidaknya bekerja setelah syarat-syarat diatas dipahami
pekerja.
3. Pengurus wajib melakukan pembinaan K3 pada semua tenaga kerja
4. Pengurus wajib memenuhi dan mentaati syarat-syarat K3

17

UU No. 1 Tahun 1970 - Keselamatan Kerja


BAB VI - Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
Pasal 10
1. Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2. Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas dan
lain-lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja

18

9
14/07/2023

UU No. 1 Tahun 1970 - Keselamatan Kerja


BAB VII - Kecelakaan
Pasal 11
1. Kewajiban pengurus untuk melaporkan kecelakaan
2. Tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan (permen No.
03/Men/1998)

19

UU No. 1 Tahun 1970 - Keselamatan Kerja


BAB VIII - Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja
Pasal 12
1. Memberi keterangan yang benar (pada peg. Pengawas dan ahli K3)
2. Memakai APD
3. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat K3
4. Meminta kepada pengurus agar dilaksanakan syarat-syarat K3
5. Menyatakan keberatan kerja bila syarat-syarat K3 tidak dipenuhi dan
APD yang wajib diragukan

20

10
14/07/2023

UU No. 1 Tahun 1970 - Keselamatan Kerja


BAB IX - Kewajiban Bila Memasuki Tempat Kerja
Pasal 13
Barangsiapa akan memasuki suatu tempat kerja diwajibkan mentaati K3
dan APD

21

UU No. 1 Tahun 1970 - Keselamatan Kerja


BAB X - Kewajiban Pengurus
Pasal 14
1. Menempatkan syarat-syarat K3 di tempat kerja (UU No. 1/1970 dan
peraturan pelaksananya)
2. Memasang poster K3 dan bahan pembinaan K3
3. Menyediakan APD secara Cuma-Cuma

22

11
14/07/2023

UU No. 1 Tahun 1970 - Keselamatan Kerja


BAB XI - Ketentuan-ketentuan Penutup
Pasal 15
1. Pelaksanaan ketentuan pasal-pasal di atur lebih lanjut dengan peraturan
perundangan
2. Ancaman pidana atas pelanggaran :
3. Maksimum 3 bulan kurungan atau
4. Denda maksimum Rp. 100.000
5. Tindak pindana tersebut adalah pelanggaran

23

UU No. 1 Tahun 1970 - Keselamatan Kerja


BAB XI - Ketentuan-ketentuan Penutup
Pasal 16
Kewajiban pengusaha memenuhi ketentuan undang-undang ini paling lama
setahun setelah 12 Januari 1970.
Pasal 17
Selama peraturan perundangan untuk melaksanakan ketentuan dalam
Undang-undang ini belum dikeluarkan, peraturan perundangan sebelumnya
(Veiligheidsreglement th.1910 tetap berlaku selama tidak bertentangan.
Pasal 18
Menetapkan UU No. 1/ 1970 sebagai undang-undang keselamatan kerja
dalam LNRI dan mulai berlaku sejak tanggal 12 Januari 1970.
24

12
14/07/2023

2 Manfaat K3 pada
Bisnis Usaha

25

Ruang Lingkup K3 dalam Fungsi Bisnis

KEUANGAN /
AKUTANSI

KEGIATAN
STRATEGI OPERASIONAL

K3

MARKETING / MANAJEMEN /
KOMUNIKASI PERILAKU
RISIKO ORGANISASI

26

13
14/07/2023

Keunggulan Dalam Keselamatan & Kesehatan Kerja


Menambah Nilai Bisnis dan Keunggulan Kompetitif

Mampu Menaikkan
Bersaing Reputasi

Akses di Pengurangan
Global Markets
K3 Biaya dan Risiko

Moral Meningkatkan
Karyawan Kualitas

Meningkatkan Meningkatkan
efisiensi Produktifitas

27

Value Chain Impact


Ditinjau dari Proses Bisnis

Procurement Design Manufacturing Service End of Life

Leverage Safe and High quality Customer Future assets


supplier ergonomic and good-will
relationships processes productivity

28

14
14/07/2023

Model K3 Unggul

Komitmen
Manajemen

Keterlibatan
Sistim Manajemen
Pekerja
K3

Leadership K3

29

Integrasi K3 dalam Bisnis

Langkah-Langkap
Integrasi
• Komitmen dan keterlibatan
manajemen senior
• Partisipasi aktif karyawan
• K3 dijadikan tujuan dan
akuntabilitas bersama
• Ditentukannya peran dan
Nilai tanggung jawab Prinsip-prinsip
K3
Bisnis • K3 merupakan Bahasa
umum
• Komunikasi yang efektif
• Sumber daya yang tepat
• Pengukuran kinerja
• Berbagi pengetahuan dan
transfer informasi

30

15
14/07/2023

Hambatan dalam Integrasi

Terlalu sering:
1. Manajemen memiliki fokus reaktif daripada proaktif
2. Kurangnya pemahaman (K3 bukan common language)
3. Kurangnya keterlibatan dan partisipasi karyawan
4. Risiko & bahaya tidak dikomunikasikan ke pihak terkait
5. Keselamatan dianggap sebagai biaya dan bukan investasi
6. Analisis biaya/manfaat K3 jarang diterapkan atau
disosialisasikan

31

Hubungan Manajemen K3 dengan Kinerja Perusahaan

32

16
14/07/2023

Sistim Pengukuran Kinerja (Performance)


Leading Lagging
metrics metrics

Attitudes
(set up conditions, Program Physical Behavior Incident
behavior) Elements conditions (action)

- Perception - Training -Inspections -Observations - LTIR (Lost


surveys - Accountability -Audits -Feedback loops Time Injury
- Communications -Risk Rate)
- Planning & assessments - TRIR (Total
Evaluation -Prevention & Recordable
- Roles & control Injury Rate)
Procedures - Severity Rate
- Incident - Frequency
Investigations Rate
- Number of
Nearmiss

33

Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja

34

17
14/07/2023

Hubungan K3 dengan Profit

PROFIT = Revenue – (Accidental Losses + Cost Operation)

35

Quote Penerapan K3

“Prinsip utama ekonomi bisnis bukanlah


memaksimalkan KEUNTUNGAN, tetapi
menghindari KERUGIAN”

36

18
14/07/2023

3 Sistem Manajemen
K3 (SMK3)

37

Pengertian Sistem Manajemen K3

Adalah bagian dari Sistem Manajemen perusahaan


secara keseluruhan dalam rangka Pengendalian Risiko
yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (PP No. 50
Tahun 2012)

38

19
14/07/2023

Sasaran Sistem Manajemen K3

1. Peningkatan Kinerja K3 secara terus-menerus;


2. Pemenuhan Persyaratan hukum dan persyaratan
lainnya;
3. Pencapaian Tujuan K3 yaitu untuk mencegah cidera
terkait pekerjaan dan gangguan kesehatan bagi
pekerja serta untuk menyediakan tempat kerja yang
aman dan sehat

39

ISO45001 vs SMK3

ISO45001 SMK3
Sistim Manajemen K3 Sistim Manajemen K3
Sukarela Wajib (UU No 13/2003 & PP50/2012)
Berlaku secara Internasional Berlaku Lokal
Diaudit oleh Badan Sertifikasi yang Diaudit oleh PJK3 (Perusahaan Jasa
telah diakui oleh Badan Akreditasi K3) yang ditunjuk oleh Pemerintah
Struktur - Annex SL (10 Elemen) 12 Elemen (166 Kriteria)
Sertifikat akan diberikan setelah Sertifikat dan Bendera diberikan
“Lolos Diaudit” setelah “Lolos Audit”

40

20
14/07/2023

Faktor Sukses Penerapan Sistim Manajemen K3


1. Kepemimpinan manajemen puncak, komitmen, tanggung jawab dan akuntabilitas;
2. Manajemen puncak mengembangkan, memimpin dan mempromosikan budaya dalam
organisasi yang mendukung hasil yang diinginkan dari sistem manajemen K3;
3. Komunikasi;
4. Konsultasi dan partisipasi pekerja, dan, jika ada, perwakilan pekerja;
5. Alokasi sumber daya yang diperlukan untuk memeliharanya;
6. Kebijakan K3, yang sesuai dengan tujuan strategis keseluruhan dan arah organisasi;
7. Proses yang efektif untuk mengidentifikasi bahaya, mengendalikan risiko K3 dan
memanfaatkan peluang K3;
8. Evaluasi kinerja berkelanjutan dan pemantauan sistem manajemen K3 untuk meningkatkan
kinerja K3;
9. Integrasi sistem manajemen K3 ke dalam proses bisnis organisasi;
10.Tujuan K3 yang selaras dengan kebijakan K3 dan mempertimbangkan bahaya organisasi,
risiko K3, dan peluang K3;
11.Kepatuhan dengan persyaratan hukum dan persyaratan lainnya.

41

Faktor Sukses Penerapan Sistim Manajemen K3


Tingkat detail, kompleksitas, tingkat informasi
terdokumentasi dan sumber daya yang dibutuhkan dalam
penerapan sistem manajemen K3 perusahaan bergantung pada :
1. Konteks organisasi (misalnya jumlah pekerja, ukuran, geografi,
budaya, persyaratan hukum dan persyaratan lainnya);
2. Ruang lingkup sistem manajemen K3 perusahaan;
3. Sifat kegiatan organisasi dan risiko K3 terkait.

42

21
14/07/2023

Siklus PDCA Dalam Penerapan SMK3


Plan
Memahami konteks organisasi termasuk SCOPE OF THE OH&S MANAGEMENT SYSTEM (4.3/4.4)
risiko dan peluang K3. Tetapkan tujuan,
CONTEXT OF THE
proses, dan sumber daya K3 yang
ORGANIZATION
diperlukan untuk memberikan hasil sesuai (4) SUPPORT &
dengan Kebijakan K3 organisasi. OPERATION
(7, 8)

Do Plan Do
Menerapkan proses seperti yang
INTENDED
direncanakan untuk memasukkan partisipasi INTERNAL &
LEADER & OUTCOMES
EXTERNAL ISSUES
pekerja, identifikasi bahaya dan PLANNIN WORKER PERFORMANCE OF THE
(4.1)
kesiapsiagaan darurat. (6) PARTICIPATION EVALUATION OH&S MS
(5) (9)

Check Act Check


Memantau, mengukur, dan mengevaluasi NEEDS AND
kegiatan dan proses K3. EXPECTATIONS
OF RELEVANT IMPROVEMENT
INTERESTED (10)
PARTIES (4.2)
Act
Mengambil tindakan untuk terus meningkatkan
termasuk termasuk temuan insiden, mengatasi
ketidaksesuaian dan temuan audit.

44

Penerapan SMK3

SECTION 4: Context Of The Organization

4.1 Understanding of the organization and context


Clause 4.1 requires the provision of a high-level understanding of key issues that can affect OH&S both positively and negatively within the organization. Using this
information will help develop an understanding of internal and external issues and the interaction of activities to help plan and develop controls within the system.

45

22
14/07/2023

Penerapan SMK3

SECTION 4: Context Of The Organization

4.2 Understanding the needs and expectations of workers


and other interested parties
CUSTOMERS
This section requires the determination of, in addition to workers, interested parties that can
influence OH&S positively and negatively. Once it has been EMERGENCY
WORKERS
SERVICES
decided which interested parties are relevant and significant, their needs and expectations within
the OH&S management system should be addressed.

GEOGRAPHICAL
REGULATORS SUPPLIERS
LOCATION

CONTRACTORS 3RD PARTIES

INSURERS

46

Penerapan SMK3

SECTION 4: Context Of The Organization

4.3 Determining the scope of the OH&S management system


From the context information gathered in 4.1 and understanding of needs and expectations of workers
and interested parties in 4.2 the ‘scope’ can be developed.
The Scope sets out the areas of the business that are going to be managed in the OH&S Management
System.
Usually, this will include the key processes and activities that are engaged in the service or production of
goods, including any customer facing activity and post-delivery warranty work

4.4 OH&S management system


From the information gathered in 4.1, 4.2 and 4.3 the standard requires the design and integration of
processes within the management system to satisfy the requirements of ISO 45001. This may include
such processes as design and development, procurement, marketing and manufacturing.

47

23
14/07/2023

Penerapan SMK3

SECTION 5: Leadership
Critical to the success of the OH&S management system is leadership and commitment from ‘Top Management’. The expectation
on leaders within an organization is to become champions of the system and provide the necessary resources to protect workers
from harm.
This section provides the tone and expectation on senior leadership to take an active part
in the OH&S system and generation of a positive health and safety culture within the
organization.

The following are examples of how leadership can be demonstrated


within the OH&S management system:
o Take overall responsibility and accountability for the prevention of work related injury /
ill health, as well as the provision of a safe and healthy work environment
o Facilitating positive culture and continual improvement
o Ensure the OH&S system is integrated within business processes
o Promote communication internally and externally and at all levels (cascading from the
top)
o Protect workers from reprisal when reporting incidents, hazards, risk and opportunities
o Provision and support for safety committees
For an external audit the expectation is for senior leadership to be at the heart of the OH&S
management system with a clear demonstration of understanding the system.

48

Penerapan SMK3

SECTION 5: Leadership
OH&S Policy
An OH&S Policy is a ‘Statement of Intent’ or ‘Mission Statement’ which sets out the framework to manage the Occupational Health and
Safety Management System. The OH&S policy is approved by senior leadership and will drive the controls that are in place and the actions
that are carried out to improve it.

The standard specifically requires that the OH&S policy should include commitments to:
o Provide a framework for setting objectives
o Provide safe and healthy working conditions for the prevention of work related injury and / or ill health
o Eliminate hazards and reduce OH&S risks
o Continual improvement of the OH&S system
o Consultation and participation of workers and where they exist worker representatives
o Fulfilment of legal and other requirements

Once the OH&S policy has been approved it must be communicated to stakeholders including workers. The policy must be available to
interested parties, which will include customers and external providers on request.
In addition, periodically the OH&S policy must be reviewed by senior leadership to ensure it remains applicable to the context of your
organization.

49

24
14/07/2023

Penerapan SMK3

SECTION 5: Leadership
Organizational roles, responsibilities and authorities
This section requires the organization to define clear roles, responsibilities and authorities throughout the organization. It is recognised
that overall responsibility for the OH&S management system falls to ‘Top Management’ however individuals must take account of their
own health and safety and that of others.

Consultation and participation of workers


A key factor for the success of an OH&S system is to ensure there are clear lines of communication, consultation and participation of
workers with sufficient allocation of time
and resources. This section requires the development of processes to ensure information that has an impact on OH&S is communicated
at all levels of the organization.

50

Penerapan SMK3

SECTION 5: Leadership
Here is a selection of suggested methods of promoting consultation and participation of workers:
o Periodic meetings with senior leadership to discuss processes including OH&S issues
o Safety committee with worker representatives (where required)
o Identification and elimination of hazards (risk assessments)
o Development of training Tool Box Talks and presentations (This may include training tools for workers outside of your
organization such as visiting contractors)
o Development of Safe Systems of Work and Work Instructions
o Cross communication between sites within the organization
o Near miss reporting schemes with follow up actions including root cause analysis
o Site tours
o Open door policy to talk to a safety or HR representative
o OH&S suggestion boxes
o Communication – Notice boards, newsletters, email, blogs, health promotion campaigns
Once a selection of methods of consultation and participation of workers has been chosen, consider documenting the
methodologies within a process. This will enable the organization to periodically check the process within your audit
programme to ensure any identified requirements have been fullfilled

51

25
14/07/2023

Penerapan SMK3

SECTION 6: Planning
Planning is one of the key components of any management system. ISO 45001 is based on the ‘Plan-Do-Check-Act’
cycle, where planning is used to set the actions in motion for how the system will work.
Planning occurs at several points in the framework for OH&S management system. In order to set out the management
system planning is required using information gathered in clause 4. At various points in time there will be the need to
‘plan’ again; this includes the periodic planning for achieving objectives that are set and reviewed, and also in the event of
a ‘change’ which could arise from a planned or unplanned event.
The requirements are to:
o Plan the actions based on risk assessment to manage risks and opportunities in the prevention of undesired effects
including work related injury or ill health
o Manage events and continually determine risk and opportunities for both workers and the OH&S system
o Establish and manage objectives
o Plan and manage changes to the system and re-evaluate once change has been made
o Consider relationships and interactions between activities
o Define a methodology for hazard identification
o Define the methodology for identification and management of legal and other requirements
o Understand the knowledge within the organization to manage activities safely

52

Penerapan SMK3

SECTION 6: Planning
Hazard Identification
Hazard identification is fundamental in the planning process to prioritise actions to address risks and opportunities. Using
the ‘Hierarchy of Controls’ (see illustration opposite) the standard requires the organization to conduct risk assessment
based on internal and external activities. Hazard identification will enable the organization to recognise and understand
hazards in the workplace. It will also allow workers to assess, prioritise and eliminate hazards or to reduce OH&S risks.
Hazards can appear in many different circumstances and conditions including physical, chemical, biological, psychosocial,
physiological, mechanical, electrical, or those based on movement and energy.

Following the initial assessment of compliance obligations, the organization may consider placing the relevant
information in a document. A spreadsheet may be useful for this purpose.

53

26
14/07/2023

Penerapan SMK3

SECTION 6: Planning
Consideration must also be given to the types of activity including the following:
o Groups of workers exposed to the hazard
o Shift work, hours of activity, lone working, supervision
o Human factors including demanding physical activities
o Design of the workplace, for example segregation of traffic and pedestrian routes
o Changes in work pattern including increase or decrease in productivity
o Noise, cold, heat
o Legal requirements and mechanism to adapt to changes in legal requirements
o How the risk assessment will be communicated and subsequent worker training of
control measures
o Emergency situations such as unplanned events including fire and loss of power
o Availability of resources to ensure hierarchy of controls can be applied to risk
assessment findings

Using the hierarchy of controls, the organization needs to determine the methodology in which the findings are recorded
as documented information and communicated to workers and other interested parties. Typically, the competent person
would conduct a risk assessment and score the findings based on the likelihood of the event based on the severity of harm
with an applied risk score. This methodology would be consistently applied and be based on the legal / regulatory
requirement, type and circumstances of the activity, I.e. noise, fire, vibration, height risk assessment etc.

54

Penerapan SMK3

SECTION 6: Planning
Determination of legal and other requirements
The organization needs to be confident that during the risk assessment process it is adhering to the latest applicable legal and other
requirements. The legal and other requirements process of assessment will vary depending on the complexity of the business.
Sources of information may be gathered in many ways including:
o Subscription to publisher legal update newsletters
o Membership of trade associations
o Research via reputable government websites
o Use of competent consultants
o Competent employee membership of occupational health and safety institutes
o Employee attendance of occupational health and safety training courses
Following the initial assessment of compliance obligations, the organization may consider placing the relevant information in a document. A
spreadsheet may be useful for this purpose.

A live document may include the following information and be referenced within individual risk assessments:
o Name and reference number of regulation / requirement
o Revision status
o Date the regulation was last reviewed
o Competent person responsible for reviewing the requirement
o Area of the organization the requirement impacts including a short description of activity and associated documented information
o A hyperlink or description of the source of information
o Name and customer / external provider contact details if relevant to ‘other requirement’
o Next review date

55

27
14/07/2023

Penerapan SMK3

SECTION 6: Planning
Planning Action
Following the hazard identification process, the organization should plan actions in order of priority to reduce risk. These should consider
the consequences of these actions before the actions are introduced. Planning actions and including the introduction of control measures
must be within the framework of the OH&S management system.
Control measures may be either integrated into existing quality system work instructions or based on risk and developed into a dedicated
Safe Systems of Work. Tasks may be delegated by senior leadership individually or as a collective group.
Tasks will be allocated to persons based on competency with consideration as to how any training will be delivered to different groups of
workers.

Objectives
It is a requirement of the standard to set achievable OH&S objectives with the means to periodically measure progress, demonstrating
continuous improvement. Often objectives are set and reviewed at management review (see clause 9.3) or locally at departmental or
committee meetings. Once set, there must be the means to communicate objectives throughout the organization to support and generate a
positive OH&S culture.
If many requirements have been identified the organization may consider developing a documented Occupational Health and Safety
Strategic Plan. The plan should be agreed by senior leadership and include risk rating tasks, in order of priority, and the alignment with
senior leadership responsible for overseeing the task.
A strategic OH&S plan is a live document and periodically should be reviewed to monitor progress to achieving objectives and continuous
improvement.

56

Penerapan SMK3

SECTION 6: Planning
The document may include:
o Strategic prioritised topic
o Action, this could be conducting assessments according to compliance obligations such as a noise assessment
o Method in which the action can be achieved
o Resources required to achieve the action. For example human, equipment, financial and external provider expertise
o The key performance indicator to demonstrate achievement of the action
o General responsibility
o Top Management responsibility
o Timescale
o Risk rating (order of priority)

57

28
14/07/2023

Penerapan SMK3

SECTION 7: Support
This section looks at the requirements which underpin the OH&S management system to ensure it runs effectively.
Resources
Resources will be required to fulfil the requirements identified during the planning stages of the system to maintain continuous
improvement. These include human, natural, infrastructure (buildings, plant, equipment, utilities, emergency containment systems)
technological and financial resources.
It is essential that allocation of resources has the full support from Top Management, under the requirements of Clause 5, to drive the
maintenance of a safe and healthy work environment. As part of identifying resources, the organization needs to look at the information
produced in Section 6 to acknowledge the risk, opportunities and resulting objectives. They then need to allocate sufficient resources to
mitigate or manage them.

58

Penerapan SMK3

SECTION 7: Support
Resources
An organization working effectively and efficiently must have competent workers. In terms of OH&S it is essential that workers have access
to information and have been suitably trained to prevent accidents or ill health to themselves and others. Competence can include
consideration for:
Capability to fulfil the task based on defined job roles and clear understanding of the required OH&S aspects
Defined methods of recruitment with consideration for temporary or agency workers
Awareness of hazards associated with the environment and processes
Legal requirements
Individual capabilities including experience, language skills, literacy and diversity
The diversity of activities within the organization will determine the level of training required to fulfil competence. Training gaps are usually
identified with the development of new processes, for example the introduction of new machinery or in achieving compliance with
regulatory requirements.
No matter how big or small the organization is, training records are essential as reference and evidence of the fulfilment of competence.
Consider an overview training matrix identifying fulfilled training gaps including refresher training dates. In addition, consider individual
training records with signatory evidence from the worker to acknowledge completion and understanding of training including hazard
awareness. The organization must also consider the competence of external providers including the procurement of contractors conducting
tasks on site. The organization’s procurement process may provide the structure for management of external providers; including evidence
of capability, competence and on site, this may be supported with site induction training.
Either internally or externally, the organization’s Top Management must be confident that mechanisms are in place to provide workers with
suitable and sufficient competency based OH&S training.

59

29
14/07/2023

Penerapan SMK3

SECTION 7: Support
Awareness
Awareness of the requirements of the OH&S system is critical to both internal and external workers. There must be a clear
understanding of the organization’s H&S Policy including the requirement for individuals to protect themselves and others
from exposure to hazards. Awareness training starts before work commencement for both internal and external workers
and may include:
o OH&S Policy and requirements
o Hazards associated with the environment and processes
o Means to report incidents and receive information following investigation
o Means to report near misses or safety critical defects
o Structure of supervision
o Provision of information including Safe Systems of Work or Work Instructions
o Clear understanding that there are no recriminations for reporting hazards or precautionary removal of individuals from
exposure to harm which is life threatening. This must be actively encouraged as part of a positive safety culture
It is recommended there is evidence of awareness training.
This is outlined within the ‘competence’ section of Section 7.

60

Penerapan SMK3

SECTION 7: Support
Communication
– internal and external
Defined channels of communication is key for the success of the OH&S management system. It is recommended that
there is clear policy on communication endorsed by Top Management identifying the process of communication. The
organization will need to determine:

Question Examples
What will be communicated? OH&S Policy, site rules including personal responsibilities,
hazards, risk assessments, Work Instructions, minutes
from committee meetings, investigation results,
organizational structure, performance

When communication occurs? Recruitment permanent or temporary, induction internally


and externally, morning briefing, safety committee
meetings,
pending legal requirements
Who will information be communicated to? Workers including agency, contractors, external providers,
product end users and other interested parties
How will information be communicated? Notice boards, tool box talks, email, website, newsletters,
supervision

61

30
14/07/2023

Penerapan SMK3

SECTION 7: Support
Documented information
As with all management systems the extent of documented information will vary depending on the size, scope and
complexity of processes within the organization. A practical approach to development and control of documented
information will assist in business protection as well as providing sources of information for workers relating to hazard
identification. Consider a risk-based approach to the level of documented information required including consideration
for literacy and language. Documented information is not restricted to hard copy and will appear in a variety of media
including electronic format, emails and web based. Below is a selection of the variety of documented information:
Internal / External Sources Type Use
External Regulatory Government website instructions and leaflets, codes of practice
External Information External Provider material safety data sheets, certificates of conformity
External Information External Provider machinery installation instructions and technical specifications
External Information Risk assessments and method statements
External Certificates Fire system, fixed wiring service records, liability insurance documents
External Training Certificates of competence (Fork Lift Truck, OH&S awareness)
Internal Training Induction presentations, tool box talks
Internal Training Individual training records
Internal Work Safe Systems of Work Work Instructions
Internal Inspections Evidence of maintenance and routine inspections

62

Penerapan SMK3

SECTION 7: Support
Methods of controlling Documented Information
It’s essential to have a robust but simple system of control for documented information. This will ensure workers are
always aware of the latest requirements relating to OH&S. In support of the latest revision of documented information
there must be the means to communicate the latest policies, practices and work instructions. As previously indicated
documented information will come from internal and external sources.
Below are suggested means of controlling both internal and external documented information.

Internal
o Develop a document reference system within the header or footer e.g. Maintenance Procedure No. 1 – MP01, Maintenance Form 01 –
MF01 etc
o Identify the revision status, revision date and author within the document footer
o Use the same document control methodology for electronic documents and data Develop a spread sheet identifying the reasons why
previous revisions have been updated
o Determine the method of issue for documented information with consideration for recovery of pre-modified documented information and
communication
o Archive in electronic format previous revisions of documents based on risk ensuring there is a means of backing up and recovering data
o Determine and identify in the spread sheet the intended document retention timescale. This may be based on legal requirements such as
insurance documentation

63

31
14/07/2023

Penerapan SMK3

SECTION 7: Support
External
o Determine what should be communicated and retained based on risk
o Consider scanning to reduce reliance on paper
o Maintain the integrity of archived documentation
Remember to create a simple system to use for all to understand and access accordingly. Consider supporting the chosen
method with an instructional procedure with applicable training.

64

Penerapan SMK3

SECTION 8: Operation
Once processes within the organization have been identified (see clause 4.4) and planned, the method in which the
business will operate (see Clause 6.0), the company needs to plan and control each process within the OH&S
management system.
Operational Planning and Control is the method in which the organization determines what is required for each process and the method
in which requirements are controlled to ensure workers are protected from harm. Operational Planning and Control is achieved by
identifying the criteria for each process which may include:

o The boundaries of each process and how they interact


o What resources are required to manage the process including leadership, equipment, time, human (competency and training
aspects) and financial
o What documented information is required to aid management of the process including procedures and safe systems of work
o The method in which changes to the process are planned and controlled including unintended events
o Application of legal and other requirements or manufacturer’s instructions for equipment
o Engineering controls, for example interlocked guards and exhaust systems
The organization must also consider the adaptation of the work environment to ensure it is suitable and sufficient for all workers.
Adaptation in broad terms may be induction of new workers or ergonomically changed processes to
protect workers from harm and improve process efficiency.

65

32
14/07/2023

Penerapan SMK3

SECTION 8: Operation
Eliminating hazards and reducing OH&S risks
Having chosen the methodology for risk assessment determined in clause 6.0, the organization will use the ‘Hierarchy of
Controls’ outlined in section 6 to eliminate or reduce hazards to the lowest practicable risk. It is essential that when
conducting risk assessment workers, including external providers, are competent. On completion of risk assessment results
should be communicated with those workers directly affected within the operation and to aid the development of control
measures. Workers need to be included in the process of assessment and other system elements.

Management of Change
It is recognised that accidents can occur when processes deviate from defined established control measures. This may
include changes in competent supervision and workers or the introduction of new materials, machinery and processes.
The organization must define and implement a process which considers change throughout the business. This may be a
written policy which accounts for different scenarios based on risk and opportunity. The change process may be supported
by a documented system to acknowledge issue and receipt of the notification to ensure it is communicated and
understood. Notification of change may be supported by training and competence requirements. Change process could
incorporate a mechanism to assess and prevent the introduction of new hazards. Examples of events where management
of change might be necessary include but this is not exhaustive:

66

Penerapan SMK3

SECTION 8: Operation
Management of Change
It is recognised that accidents can occur when processes deviate from defined established control measures. This may
include changes in competent supervision and workers or the introduction of new materials, machinery and processes.
The organization must define and implement a process which considers change throughout the business. This may be a
written policy which accounts for different scenarios based on risk and opportunity. The change process may be supported
by a documented system to acknowledge issue and receipt of the notification to ensure it is communicated and
understood. Notification of change may be supported by training and competence requirements. Change process could
incorporate a mechanism to assess and prevent the introduction of new hazards. Examples of events where management
of change might be necessary include but this is not exhaustive:
Change event Method of management
Loss of knowledgeable competent
Organization of re-training of existing member of staff supported with an external provider until the employee is competent.
member of staff

First aider absent Temporarily train staff in alternative means of receiving first aid treatment including neighbouring businesses and emergency services.

Appoint a Project Manager to coordinate implementation including risk assessment, instruction, training,
Introduction of a new piece of
supervision. Provision of risk assessment and installation method statement
machinery
from external provider. Development of control documents based on manufacturers recommendations.

Flood within a building Appointed competent representative to conduct risk assessment and coordinate relocation of staff to a safe environment.

Introduction of new software Project management coordination, presentations and toolbox talks, competence and awareness training.

67

33
14/07/2023

Penerapan SMK3

SECTION 8: Operation
General
The purchase of goods and services is a requirement for any business to function. The standard requires the organization to put controls
in place to ensure those purchased goods and
services do not introduce hazards and expose workers to harm including contractors.
Procurement
A robust procurement process is essential to control product and services inputs into an organization. Inputs may include raw materials
for products, equipment including machinery, consumables such as cleaning products and workers conducting maintenance as part of a
service agreement. The organization is required to develop a process which should include an assessment of the impact on safety of
products and services prior to purchase. This may include obtaining product or material safety data from an external provider or by
conducting a risk assessment. Risk assessment with an external provider may be considered during activities such as the purchase and
installation of machinery. The assessment
would identify potential hazards and suitable control measures to protect both organizational workers and contractors.
Within the process, consider the delivery of products to ensure they are inspected against specified requirements prior to release.
Consideration must also be made to ensure those products and services are legally compliant. This may be through the assessment of
material safety data sheets, declarations of conformity or business registration with trade associations. Personnel who are responsible for
procurement must ensure they utilise competent workers to assist with
assessments and to communicate safety information relating to product or service. Health and safety information may include material
safety data sheets, training, competence requirements and instructions for use.

68

Penerapan SMK3

SECTION 8: Operation
Contractors and Outsourcing
Many businesses use the services of contractors (external providers) to fulfil gaps in processes and to complete tasks
requiring specialist knowledge. The standard requires the organization to conduct an assessment on those contractors
including due diligence competency checks. The organization may consider the use of contractor selection criteria to
ensure services are within scope of the task.
The organization must be satisfied there is a process to protect contractors (workers) and other workers who may be
exposed to hazards due to their activities. During the procurement process written agreements may be established
between
the organization and contractor specifying the organizations rules. This may be supported by risk assessments and
method statements conducted by both parties with communication of results.
It is key that necessary checks have been made to ensure contractors are competent and may, in some circumstances,
require confirmation of compliance to legal requirements. For example, certification to work on electrical switch gear or to
work on a gas boiler.
Once the procurement process has been completed it is good practice to support site activities with an induction
programme.
This will provide contractor workers with an understanding of the rules including any specific requirements, for example,
site hazards, authorised areas, near miss reporting processes, safe walking routes, emergency action plans, supervision
and required permits to work.

69

34
14/07/2023

Penerapan SMK3

SECTION 8: Operation
Emergency preparedness and response
The standard requires the organization to maintain documented information relating to the procurement of products
and services including contractor arrangements. Below is a list of examples of documented information considered for
retention:
o Risk assessment and method statements between the organization and contractor
o Material safety data sheets
o Email exchanges relating to safety aspects
o Certificates of conformity – Harnesses, guarding, emergency stops, PPE
o Contractor permits and licences
o Completed external provider questionnaires
o Worker training records

70

Penerapan SMK3

SECTION 8: Operation
Documented Information
Planning for unexpected events is a good all-round organizational discipline. The risk assessment process, for ISO 45001 identification of
hazards, may have highlighted potential emergency situations with possible catastrophic consequences. Therefore, it is necessary to put
control measures in place to mitigate for these potential events.
Once emergency situations have been identified, which may involve workers at every level of the organization, a plan needs to be
formulated and tested. Check that emergency preparedness and response have been tested within the internal audit plan.
Testing emergency response plans are critical to raise awareness of potential events and ensure control measures function including
supervision, individual responsibilities, suitability of training and communication. Below are some examples of when emergency plans will
be required:

Event Recommendation
Provision of first aid Testing of first aid response, consider shift patterns, availability of equipment and competent staff etc.
Evacuation drill Method of raising the alarm, contacting the emergency services, accountability of workers, staged evacuation, changes in
building layout etc.
Bomb threat Raising the alarm, what to do with workers – stay put or evacuate to a safe area, keeping away from windows, controlled
method of raising the alarm.
Chemical spillage Raising the alarm, evacuation, containment, availability of Material Safety Data Sheets.

Once the plan has been tested it is important to provide workers with feedback to learn from experience. Again, there is a
requirement to have suitable information and records as documented information.

71

35
14/07/2023

Penerapan SMK3

SECTION 9: Performance Evaluation


Performance evaluation is a constructive process that aims to improve an organization’s operation and is crucial
to the ‘Plan, Do, Check and Act’ model prescribed by ISO 45001. These processes should help achieve and
support organizational strategy and goals.

Monitoring, measurement, analysis and evaluation


An organization should check, review, inspect and observe its planned activities to ensure they are occurring as intended. An organization
must make sure they have determined the appropriate processes, so they can evaluate how well they are performing based on risk and
opportunities. Monitoring generally indicates processes that can check whether something is occurring as intended or planned.
The tables below provide examples of monitoring and specific control measures:
Event Local Exhaust Ventilation System (LEV)

Monitoring Appointed person to weekly inspect airflow of an LEV system to safely remove fumes from a process.

Measurement Use of a calibrated meter to check the airflow at two inspection locations of the system according to a specified Work Instruction. (Employee is trained and
competent to use the equipment).
Analysis Review of recorded data determining the airflow efficiency of the system to ensure workers are safe. This may include trends. This would be in compliance with
manufacturers specifications and regulatory requirements.

Evaluation The trend analysis indicates a reduction in airflow therefore maintenance is triggered to isolate and inspect the LEV system.

Event Safe Walking Routes

Monitoring Appointed person daily site inspection of safe walking routes to ensure they are in a condition to prevent slips, trips and falls.

Measurement Visual inspection to ensure there are no obstructions outside of defined safe walking routes. (Usually measurement is associated with measurement
equipment to obtain data).
Analysis Examination of results from inspections. In this case there may be a trend of equipment repeatedly left in the same location of a Safe Walking Route.

Evaluation Determination of root cause of why equipment is repeatedly left in the safe walking route. Resulting in allocation of designated safe place for equipment away from
the safe walking route.

72

Penerapan SMK3

SECTION 9: Performance Evaluation


Any equipment used to determine the measurement ‘indicator’ should be calibrated and maintained so that a high degree
of confidence is gained in the credibility of data. The standard also requires the organization to implement a process to
evaluate legal and other compliance including:
o The frequency and method of evaluation
o If action is needed, the process in which it will be evaluated and implemented
o Maintain knowledge and understanding of its compliance status
o Retain documented information to support the evaluation of legal and other requirements
In practice you may consider putting a list of compliance obligations within a spreadsheet as outlined under section 6 of
this document. Periodically this process should be audited within the internal audit programme to ensure all compliance
obligations have been fulfilled. Audit results
including compliance status should be communicated to senior leadership within the organization. Any outstanding or
pending requirements can be actioned by the leadership team. This will ensure compliance to obligations and reduction in
risk including potential prosecution.

73

36
14/07/2023

Penerapan SMK3

SECTION 9: Performance Evaluation


Internal Audit
An internal audit is a systematic method to check organizational processes and requirements, as well as those detailed in
the ISO 45001 standard. This will ensure the processes in place are effective and the procedures are being adhered to.
The internal audit programme will aid the organization to achieve the OH&S objectives and targets. It helps:
o Monitor compliance to policy and objectives
o Provide evidence that all necessary checks are carried out
o Ensure all current legislative and other requirements are met
o Assess the effectiveness of risk management
o Worker engagement leading to a positive safety culture
o Identify improvement using ‘fresh eyes’ to review a process
o Aid continual improvement
Internal audits must be conducted by competent staff with a degree of impartiality to the area being audited. A risk-based approach can be applied to areas
being audited with an increased focus on higher risk activities. Internal audits must be planned with an expectation of each process being audited in regular
intervals.
In addition to planned audits, unplanned audits may be conducted in reaction to problematic areas, near miss reports or incident data with focus on accident
prevention.
It is beneficial to communicate audit results to applicable interested parties including workers and set realistic completion timescales for identified ‘opportunities
for improvement’ or ‘non- conformities’. Top Management must be aware of deficiencies within the system to ensure necessary resources can be allocated to
mitigate the findings. Audit results will be reviewed as part of the management review process.

74

Penerapan SMK3

SECTION 9: Performance Evaluation


Management Review
Management Review is an essential element of the Occupational Health and Safety Management System. The aim of the
review
is for Top Management to assess the performance of the management system to ensure it has been effective and
suitable for the needs of the business, ultimately preventing injury or harm to workers. The management review is also
a planned activity to review objectives including compliance and to set new objectives.
Usually management review meetings are conducted annually, however many organizations conduct management
reviews every six months or quarterly to track the performance of the system. If more frequent meetings are
conducted, often the meeting agenda is reduced with the full agenda occurring annually.
The table on the following page provides an overview of prescribed management review agenda requirements:

75

37
14/07/2023

Penerapan SMK3

SECTION 9: Performance Evaluation


Management Review
The table on the following page provides
an overview of prescribed management
review agenda requirements:

76

Penerapan SMK3

SECTION 9: Performance Evaluation


Management Review
On completion of the management review meeting the organization must decide with senior leadership and support,
what is needed to continuously improve OH&S and satisfy the standard. The following points outline the Management
Review Meeting output requirements:
o Provide a wide-ranging conclusion to the continuing stability, adequacy and effectiveness in achieving its intended
outcomes
o Identify continual improvement opportunities
o Identify any required changes to the OH&S management system
o Identify required resources
o Identify any actions needed
o Identify any integration improvements with other business processes. This may be further harmonisation with ISO
9001 or ISO 14001 management systems
o Any implications to the strategic direction of the business. This is a broad scope requirement to capture any topic to
improve the OH&S management system
The organization is required to record the meeting minutes within documented information. This information must be communicated to
the relevant interested parties and where applicable worker representatives.
It is good practice to transfer management review objectives into a separate document with identified key performance indicators,
expected completed timescales and delegated responsibilities. These objectives may be communicated via the organizations email or
placed on notice boards.

77

38
14/07/2023

Penerapan SMK3

SECTION 10: Improvement


o From the results discussed in section 9 Management Review including the analysis and evaluation of OH&S performance, internal
auditing and feedback from worker engagement
o Non-conformity and corrective action
o Incident investigation and corrective action
o Accident investigation and corrective action
o Compliance obligations including output from the introduction of new regulation

Several different methods of capturing improvement opportunities may be designed in the system based on the structure, activities and risk
within the business discussed in section 4 and 6. The chosen methods must consider the following:
o Means of reporting including incidents to the right groups of workers and interested parties
o The timescale of reporting
o How the information is going to be recorded as documented information for example near miss report cards, accident
reports, defect reports, reports to senior leadership
o Using workers to participate in investigations to determine root cause analysis
o A structured system to prevent reoccurrence
o Hierarchy of control measures to reduce risk as far as is reasonably practicable
o Assessment of OH&S risks prior to the introduction of a corrective action to prevent the introduction of new hazards
o Training and competence for workers and interested parties on the means of reporting OH&S hazards, incidents and
opportunities for improvement

78

Penerapan SMK3

SECTION 10: Improvement


Incident
Unlike ISO 9001 Quality and ISO 14001 Environmental
management systems, ISO 45001 introduces ‘Incident’
alongside non- conformity and corrective action. Clause 3
‘Terms of Definition’ within the standard provides the
parameters in which ‘incident’ can be interpreted and
reported. An ‘incident’ is an occurrence that does not result
in an injury and / or ill health. Therefore, the organization
must implement a system of reporting that captures events
which have not necessarily been foreseen within
processes of the management system. Often these are
referred to as ‘near misses’, ‘near-hit’ or a ‘close call’. When a
near miss is reported there may be a process in which during
the investigation the findings are recorded within a non-
conformance report.

79

39
14/07/2023

Penerapan SMK3

80

4 Keselamatan
Peralatan Mekanik

81

40
14/07/2023

Keselamatan Peralatan Mekanik

1. Dasar Hukum
a. Permenaker 38 tahun 2016 - K3 Pesawat Tenaga dan
Produksi
b. Pemenaker 8 tahun 2020 - K3 Pesawat Angkat dan Angkut
Peraturan diatas menjelaskan tentang:
o Tujuan dan Syarat-Syarat K3 yang WAJIB dipatuhi oleh
Pengusaha/Pengurus;
o Ruang Lingkup Penerapan K3;
o Jenis - Jenis Pesawat Tenaga & produksi; Pesawat Angkat & Angkut
o Kompetensi Personil dan Lisensi;
o Pemeriksaan dan Pengujian;
o Pengawasan, Sanksi

82

Keselamatan Peralatan Mekanik

2. Ruang Lingkup Penerapan Syarat-syarat K3


a. Perencanaan
b. Pembuatan
c. Pemasangan atau perakitan
d. Pemakaian
e. Pemeliharaan
f. Perbaikan
g. Perubahan atau Modifikasi
h. Pemeriksaan
i. Pengujian

83

41
14/07/2023

Keselamatan Peralatan Mekanik

3. Jenis - Jenis Peralatan Mekanik


a. Pesawat Tenaga dan Produksi
• Pesawat Tenaga dan Produksi adalah pesawat atau alat
yang tetap atau berpindah-pindah yang dipakai atau
dipasang untuk membangkitkan atau memindahkan daya
atau tenaga, mengolah, membuat bahan, barang, produk
teknis, dan komponen alat produksi yang dapat
menimbulkan bahaya kecelakaan

84

Keselamatan Peralatan Mekanik

3. Jenis - Jenis Peralatan Mekanik


Contoh Pesawat Tenaga dan Produksi
a. Penggerak Mula

Turbin Kincir Angin Motor Bakar

85

42
14/07/2023

Keselamatan Peralatan Mekanik

3. Jenis - Jenis Peralatan Mekanik


Contoh Pesawat Tenaga dan Produksi
b. Mesin Perkakas

Mesin Bubut

Mesin CNC

86

Keselamatan Peralatan Mekanik

3. Jenis - Jenis Peralatan Mekanik


Contoh Pesawat Tenaga dan Produksi
b. Mesin Perkakas

Mesin Gerinda Gerinda Tangan

87

43
14/07/2023

Keselamatan Peralatan Mekanik

3. Jenis - Jenis Peralatan Mekanik


Contoh Pesawat Tenaga dan Produksi
b. Mesin Perkakas

Mesin Press Mesin Bor


Mesin Stamping Metal

88

Keselamatan Peralatan Mekanik

3. Jenis - Jenis Peralatan Mekanik


Contoh Pesawat Tenaga dan Produksi
c. Transmisi Tenaga Mekanik

Transmisi Gear dan Belt


Conveyor

89

44
14/07/2023

Keselamatan Peralatan Mekanik

3. Jenis - Jenis Peralatan Mekanik


Contoh Pesawat Tenaga dan Produksi
d. Tanur (Furnace)

Furnace

90

Keselamatan Peralatan Mekanik

Sumber Bahaya Terkait Pesawat Tenaga dan Produksi


a. Bagian yang bergerak
b. Bagian yang mempunyai peran/fungsi
c. Bagian yang menanggung beban
d. Peledakan
e. Gas buang
f. Getaran
g. Kebisingan
h. Suhu Tinggi
i. Debu
j. Operator yang tidak mampu dan tidak terampil

91

45
14/07/2023

Keselamatan Peralatan Mekanik

Syarat K3 Pesawat Tenaga dan Produksi


a. Konstruksi harus kuat dan Layak dioperasikan

92

Keselamatan Peralatan Mekanik

Syarat K3 Pesawat Tenaga dan Produksi


b. Dilengkapi dengan Tanda Pengenal

Name Plate

93

46
14/07/2023

Keselamatan Peralatan Mekanik

Syarat K3 Pesawat Tenaga dan Produksi


c. Dilengkapi dengan Alat Pengaman yaitu alat perlengkapan
yang dipasang permanen pada Pesawat Tenaga dan Produksi
guna menjamin pemakaian pesawat tersebut dapat bekerja
dengan aman.

Pedal Switch
Light Beam Sensor
Emergency Button

94

Keselamatan Peralatan Mekanik

Syarat K3 Pesawat Tenaga dan Produksi


c. Dilengkapi dengan Alat Pengaman yaitu alat perlengkapan
yang dipasang permanen pada Pesawat Tenaga dan Produksi
guna menjamin pemakaian pesawat tersebut dapat bekerja
dengan aman. Regulator dan
Auto Emergency
Stop

Pemasangan
Cerobong

95

47
14/07/2023

Keselamatan Peralatan Mekanik

Syarat K3 Pesawat Tenaga dan Produksi


c. Dilengkapi dengan Alat Pengaman yaitu alat perlengkapan
yang dipasang permanen pada Pesawat Tenaga dan Produksi
guna menjamin pemakaian pesawat tersebut dapat bekerja
dengan aman.

Press Brake Safety

96

Keselamatan Peralatan Mekanik

Syarat K3 Pesawat Tenaga dan Produksi


Alat Pelindung yaitu alat perlengkapan yang dipasang pada
Pesawat Tenaga dan Produksi yang berfungsi untuk melindungi
tenaga kerja terhadap kecelakaan yang ditimbulkan

Pagar Pengaman

Sistim Interlock Pelindung mesin

97

48
14/07/2023

Keselamatan Peralatan Mekanik

Syarat K3 Pesawat Tenaga dan Produksi


Alat Pelindung yaitu alat perlengkapan yang dipasang pada
Pesawat Tenaga dan Produksi yang berfungsi untuk melindungi
tenaga kerja terhadap kecelakaan yang ditimbulkan

Safety Guard

Cover Pelindung

98

Keselamatan Peralatan Mekanik

Syarat K3 Pesawat Tenaga dan Produksi


d. Dilakukan pemeriksaan dan pengujian
• Sebelum hand over ke user
• Setelah kejadian insiden/repair
• Secara berkala (setahun sekali)

99

49
14/07/2023

Keselamatan Peralatan Mekanik

Syarat K3 Pesawat Tenaga dan Produksi


e. Dilakukan perawatan dengan baik

100

Keselamatan Peralatan Mekanik

Syarat K3 Pesawat Tenaga dan Produksi


f. Dioperasikan sesuai dengan SOP (Standard Operating
Procedures)

101

50
14/07/2023

Keselamatan Peralatan Mekanik

Syarat K3 Pesawat Tenaga dan Produksi


h. Karyawan harus memiliki sertifikat & Lisensi (berlaku 5 tahun)
o Operator Penggerak Mula - pengoperasian
o Operator Mesin Perkakas - pengoperasian
o Operator Tanur (furnace) - pengoperasian
o Teknisi K3 – pemasangan, pemeliharaan
perbaikan, dan modifikasi.

102

Keselamatan Peralatan Mekanik

Syarat K3 Pesawat Tenaga dan Produksi


i. Pekerja dilengkapi dengan alat pelindung diri yang
disesuaikan hasil dari Risk Assessment

103

51
14/07/2023

Keselamatan Peralatan Mekanik

3. Jenis - Jenis Peralatan Mekanik


b. Peralatan Angkat dan Angkut
Peralatan ANGKAT adalah pesawat atau peralatan yang dibuat,
dan dipasang untuk mengangkat, menurunkan, mengatur
posisi dan/atau menahan benda kerja dan/atau muatan.

104

Keselamatan Peralatan Mekanik

3. Jenis - Jenis Peralatan Mekanik


Contoh Peralatan Angkat
a. Dongkrak

105

52
14/07/2023

Keselamatan Peralatan Mekanik

3. Jenis - Jenis Peralatan Mekanik


Contoh Peralatan Angkat
b. Keran Angkat

106

Keselamatan Peralatan Mekanik

3. Jenis - Jenis Peralatan Mekanik


Contoh Peralatan Angkat
c. Alat Angkat Pengatur posisi Benda Kerja

Pipe Rotator Tilting Table

107

53
14/07/2023

Keselamatan Peralatan Mekanik

3. Jenis - Jenis Peralatan Mekanik


Contoh Peralatan Angkat
c. Alat Angkat Pengatur posisi Benda Kerja

Roll Table
Takel (Kait/Winch)

108

Keselamatan Peralatan Mekanik

3. Jenis - Jenis Peralatan Mekanik


Contoh Peralatan Angkat
d. Personal Platform (Gondola)

109

54
14/07/2023

Keselamatan Peralatan Mekanik

3. Jenis - Jenis Peralatan Mekanik


PERALATAN ANGKUT adalah pesawat atau peralatan yang dibuat
dan dikonstruksi untuk memindahkan benda atau muatan, atau
orang secara horisontal, vertikal, diagonal, dengan menggunakan
kemudi baik di dalam atau di luar pesawatnya, ataupun tidak
menggunakan kemudi dan bergerak di atas landasan, permukaan
maupun rel atau secara terus menerus dengan menggunakan
bantuan ban, atau rantai atau rol.

110

Keselamatan Peralatan Mekanik

3. Jenis - Jenis Peralatan Mekanik


Contoh Peralatan Angkut
a. Alat Berat

111

55
14/07/2023

Keselamatan Peralatan Mekanik

3. Jenis - Jenis Peralatan Mekanik


Contoh Peralatan Angkut
b. Kereta

Lori
Lokomotif

112

Keselamatan Peralatan Mekanik

3. Jenis - Jenis Peralatan Mekanik


Contoh Peralatan Angkut
c. Personal Basket

113

56
14/07/2023

Keselamatan Peralatan Mekanik

3. Jenis - Jenis Peralatan Mekanik


Contoh Peralatan Angkut
d. Truk

114

Keselamatan Peralatan Mekanik

3. Jenis - Jenis Peralatan Mekanik


Contoh Peralatan Angkut
e. Robotik dan Konveyor

115

57
14/07/2023

Keselamatan Peralatan Mekanik

Sumber Bahaya Terkait Pesawat Angkat dan Angkut


a. Beban yang diangkat atau Angkut
b. Bagian yang bergerak
c. Bagian yang mempunyai peran/fungsi
d. Bagian yang menanggung beban
e. Bekerja di ketinggian (working at height)
f. Kondisi dan permukaan tanah
g. Gas buang
h. Getaran
i. Kebisingan
j. Debu
k. Operator yang tidak mampu dan tidak terampil

116

Keselamatan Peralatan Mekanik

Syarat K3 Pesawat Angkat dan Angkut


a. Konstruksi harus kuat dan Layak dioperasikan

117

58
14/07/2023

Keselamatan Peralatan Mekanik

Syarat K3 Pesawat Angkat dan Angkut


b. Dilengkapi dengan Tanda Pengenal

Name Plate

118

Keselamatan Peralatan Mekanik

Syarat K3 Pesawat Angkat dan Angkut


c. Dilengkapi dengan alat pengaman

119

59
14/07/2023

Keselamatan Peralatan Mekanik

Syarat K3 Pesawat Angkat dan Angkut


c. Dilengkapi dengan alat perlindungan

Pelindung over head


Barikade penghalang

120

Keselamatan Peralatan Mekanik

Syarat K3 Pesawat Angkat dan Angkut


d. Dilakukan pemeriksaan dan pengujian

Safety Inspection

121

60
14/07/2023

Keselamatan Peralatan Mekanik

Syarat K3 Pesawat Angkat dan Angkut


e. Dilakukan perawatan dengan baik

122

Keselamatan Peralatan Mekanik

Syarat K3 Pesawat Angkat dan Angkut


f. Dioperasikan sesuai dengan SOP (Standard Operating
Procedures)

123

61
14/07/2023

Keselamatan Peralatan Mekanik

Syarat K3 Pesawat Angkat dan Angkut


h. Karyawan harus memiliki sertifikat & Lisensi (berlaku 5 tahun)
o Operator – Pengoperasian
o Juru Ikat (Rigger) – Pengikatan
o Teknisi – pemasangan, pemeliharaan,
perbaikan, dan modifikasi
o Ahli K3 bidang Pesawat Angkat dan
Angkut – Pemeriksaan dan Pengujian

124

Keselamatan Peralatan Mekanik

Syarat K3 Pesawat Angkat dan Angkut


i. Pekerja dilengkapi dengan alat pelindung diri

125

62
14/07/2023

5 Keselamatan
Bejana Tekan dan
Tangki Timbun

126

Keselamatan Bejana Tekan dan Tangki Timbun

1. Dasar Hukum
a. Permenaker 37 tahun 2016 - K3 Bejana Tekan dan Tangki
Timbun
Peraturan diatas menjelaskan tentang:
o Tujuan dan Syarat-Syarat K3 yang WAJIB dipatuhi oleh
Pengusaha/Pengurus;
o Ruang Lingkup Penerapan K3;
o Jenis - Jenis Bejana Tekan dan Tangki Timbun;
o Kompetensi Personil dan Lisensi;
o Pemeriksaan dan Pengujian;
o Pengawasan, Sanksi

127

63
14/07/2023

Keselamatan Bejana Tekan dan Tangki Timbun

2. Ruang Lingkup Penerapan Syarat-syarat K3


a. Perencanaan
b. Pembuatan
c. Pemasangan atau perakitan
d. Pemakaian
e. Pemeliharaan
f. Perbaikan
g. Perubahan atau Modifikasi
h. Pemeriksaan
i. Pengujian

128

Keselamatan Bejana Tekan dan Tangki Timbun

3. Jenis - Jenis Bejana Tekan dan Tangki Timbun


a. BEJANA TEKAN adalah BEJANA selain Pesawat Uap yang di
dalamnya terdapat tekanan dan dipakai untuk menampung gas,
udara, campuran gas, atau campuran udara baik dikempa
menjadi cair dalam keadaan larut maupun beku.

129

64
14/07/2023

Keselamatan Bejana Tekan dan Tangki Timbun

3. Jenis - Jenis Bejana Tekan dan Tangki Timbun


Kategori BEJANA TEKAN :
a. Bejana penyimpanan gas, campuran gas;
b. Bejana penyimpanan bahan bakar gas yang digunakan
sebagai bahan bakar untuk kendaraan;
c. Bejana transport yang digunakan untuk penyimpanan atau
pengangkutan;
d. Bejana proses; dan
e. Pesawat pendingin.
HARUS mempunyai tekanan > 1 kg/cm2 dan volume > 2,25 liter.

130

Keselamatan Bejana Tekan dan Tangki Timbun

3. Jenis - Jenis Bejana Tekan dan Tangki Timbun


Contoh BEJANA TEKAN

Tabung Gas Forklift

Tangki LPG

Tabung/botol Gas

131

65
14/07/2023

Keselamatan Bejana Tekan dan Tangki Timbun

3. Jenis - Jenis Bejana Tekan dan Tangki Timbun


Contoh BEJANA TEKAN

Tangki Tansport

132

Keselamatan Bejana Tekan dan Tangki Timbun

3. Jenis - Jenis Bejana Tekan dan Tangki Timbun


Contoh BEJANA TEKAN

Kompresor Pendingin Bejana prosess

133

66
14/07/2023

Keselamatan Bejana Tekan dan Tangki Timbun

Sumber Bahaya Terkait Bejana Tekan dan Tangki Timbun


a. Bagian yang menanggung TEKANAN
b. Gas, udara atau campuran gas dan udara BERTEKANAN
c. Flammable and Combustible material
d. Gas Beracun (Toxic)

134

Keselamatan Bejana Tekan dan Tangki Timbun

Syarat K3 Bejana Tekan


a. Konstruksi harus kuat dan Layak dioperasikan

135

67
14/07/2023

Keselamatan Bejana Tekan dan Tangki Timbun

Syarat K3 Bejana Tekan


b. Dilengkapi dengan Tanda Pengenal

Label Name

136

Keselamatan Bejana Tekan dan Tangki Timbun

Syarat K3 Bejana Tekan


c. Dilengkapi dengan alat perlindungan dan alat pengaman
disertai contoh gambar

Air Pressure Protection


Valve

137

68
14/07/2023

Keselamatan Bejana Tekan dan Tangki Timbun

Syarat K3 Bejana Tekan


d. Bejana penyimpanan gas harus diberi warna sesuai kode
warna RAL 840-HR.

138

Keselamatan Bejana Tekan dan Tangki Timbun

Syarat K3 Bejana Tekan


e. Dilakukan pemeriksaan dan pengujian

139

69
14/07/2023

Keselamatan Bejana Tekan dan Tangki Timbun

Syarat K3 Bejana Tekan


f. Dilakukan perawatan dengan baik

140

Keselamatan Bejana Tekan dan Tangki Timbun

Syarat K3 Bejana Tekan


g. Dioperasikan sesuai dengan SOP (Standard Operating
Procedures)

141

70
14/07/2023

Keselamatan Bejana Tekan dan Tangki Timbun

3. Jenis - Jenis Bejana Tekan dan Tangki Timbun


b. TANGKI TIMBUN adalah bejana selain bejana tekanan yang
menyimpan atau menimbun cairan bahan berbahaya atau
cairan lainnya, di dalamnya terdapat gaya tekan yang
ditimbulkan oleh berat cairan yang disimpan atau ditimbun
dengan volume tertentu.

142

Keselamatan Bejana Tekan dan Tangki Timbun

3. Jenis - Jenis Bejana Tekan dan Tangki Timbun


Contoh TANGKI TIMBUN dan Persyaratan Kategorinya
a. Tangki penimbun cairan bahan mudah terbakar;
b. Tangki penimbun cairan bahan berbahaya; dan
c. Tangki penimbun cairan selain huruf a dan huruf b diatas

HARUS mempunyai volume > 200 liter atau memiliki volume > 450 liter
dan/atau temperatur > 99 °C (item c)

143

71
14/07/2023

Keselamatan Bejana Tekan dan Tangki Timbun

3. Jenis - Jenis Bejana Tekan dan Tangki Timbun


Contoh TANGKI TIMBUN

Tangki Bahan Kimia Tangki Bahan Bakar

144

Keselamatan Bejana Tekan dan Tangki Timbun

Syarat K3 TANGKI TIMBUN


a. Konstruksi harus kuat dan Layak dioperasikan

145

72
14/07/2023

Keselamatan Bejana Tekan dan Tangki Timbun

Syarat K3 TANGKI TIMBUN


b. Dilengkapi dengan Tanda Pengenal

Name Plate

146

Keselamatan Bejana Tekan dan Tangki Timbun

Syarat K3 Bejana Tekan


c. Dilengkapi dengan alat perlindungan dan alat pengaman
disertai contoh gambar

Sistem Grounding

147

73
14/07/2023

Keselamatan Bejana Tekan dan Tangki Timbun

Syarat K3 TANGKI TIMBUN


d. Dilakukan pemeriksaan dan pengujian

148

Keselamatan Bejana Tekan dan Tangki Timbun

Syarat K3 Bejana Tekan


e. Dilakukan perawatan dengan baik

149

74
14/07/2023

Keselamatan Bejana Tekan dan Tangki Timbun

Syarat K3 TANGKI TIMBUN


f. Dioperasikan sesuai dengan SOP (Standard Operating
Procedures)

150

Keselamatan Bejana Tekan dan Tangki Timbun

Syarat K3 Bejana Tekan dan Tangki Timbun


h. Karyawan harus memiliki sertifikat & Lisensi (berlaku 5 tahun)
o Operator - Pengangkutan
o Teknisi - pemasangan, pemeliharaan
modifikasi dan pengisian

151

75
14/07/2023

Keselamatan Bejana Tekan dan Tangki Timbun

Syarat K3 Bejana Tekan dan Tangki Timbun


i. Pekerja dilengkapi dengan alat pelindung diri sesuai
dengan hasil Penilaian Risikonya (Risk Assessment)

152

6 Keselamatan Listrik

153

76
14/07/2023

Keselamatan Listrik

1. Dasar Hukum
a. Permenaker 12/Men/2015 - K3 Listrik di Tempat Kerja
b. Permenaker 33/Men/2015 - Perubahan atas Permenaker
12/Men/2015
c. Permenaker 2/Men/1989 - Penyalur Petir
d. Permenaker 31/Men/2015 - Perubahan atas Permenaker
2/Men/1989

154

Keselamatan Listrik

2. Ruang Lingkup Penerapan Syarat-syarat K3

a. Perencanaan o Pembangkitan listrik


UNTUK
Pemasangan KEGIATAN o Transmisi Listrik
Penggunaan o Distribusi Listrik
Perubahan o Pemanfaatan Listrik
Pemeliharaan Yang beroperasi pada
tegangan minimal
b. Pemeriksaan 50 Volt AC dan 120 Volt DC
Pengujian

155

77
14/07/2023

Keselamatan Listrik

3. Jenis - Jenis
a. Instalasi Listrik
adalah jaringan perlengkapan listrik yang menghasilkan, memakai, mengubah, mengatur, mengalihkan
mengumpulkan atau membagikan tenaga listrik

Pembangkitan Listrik adalah Kegiatan untuk


memproduksi dan membangkitkan tenaga listrik
dari berbagai sumber

Transmisi Listrik adalah Kegiatan penyaluran


tenaga listrik dari tempat pembangkit tenaga listrik
sampai ke saluran distribusi listrik

Distribusi Listrik adalah kegiatan penyaluran


tenaga listrik dari sumber daya listrik besar
sampai ke pemanfaat listrik

Pemanfaatan Listrik adalah


kegiatan merubah energi listrik
menjadi energi bentuk alin

156

Keselamatan Listrik

3. Jenis - Jenis
b. Perlengkapan Listrik
adalah setiap benda yang digunakan untuk keperluan pembangkitan,
konversi, transmisi. distribusi atau pemanfaatan tenaga listrik

Stop Contact
Fitting

Breaker
Sakelar

157

78
14/07/2023

Keselamatan Listrik

3. Jenis - Jenis
c. Peralatan Listrik
adalah barang pemanfaatan listrik yang merupakan unit lengkap dan dapat mengubah
energi listrik menjadi energi bentuk lain
contoh: mesin bor, mesin las, lemari es, mesin gerinda, kipas angin, dan sejenisnya.

Alat Bor Listrik


Alat Gerinda
Tangan Mesin Las

158

Keselamatan Listrik

Sumber Bahaya Terkait Listrik


Ada 3 macam Bahaya pada Listrik
1. Sengatan Listrik (Elektrik Shock) berupa
- Sentuhan Langsung
- Sentuhan Tidak Langsung
2. Hubung Singkat (overload)
3. Arc-Flash dan Arc-Blast

159

79
14/07/2023

Keselamatan Listrik
Syarat K3 Listrik
a. Setiap Pemasangan dan penggunaan instalasi,
perlengkapan dan peralatan listrik
WAJIB MENGACU PADA :

- Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang


PUIL (Persyaratan Umum Instalasi Listrik)
- Standar Internasional (CE, NFPA, ANSI, IEC, NEC, BS, SAA)
- Standar Negara lain yang ditentukan pegawai pengawas Ahli
K3 listrik (SISIR)

160

Keselamatan Listrik
Syarat K3 Listrik
b. Dilengkapi dengan alat PERLINDUNGAN
Proteksi dengan Isolasi bagian yang aktif

161

80
14/07/2023

Keselamatan Listrik
Syarat K3 Listrik
c. Dilengkapi dengan alat PERLINDUNGAN
Proteksi dengan penghalang/selungkup

162

Keselamatan Listrik
Syarat K3 Listrik
d. Dilengkapi dengan alat PERLINDUNGAN
Proteksi dengan rintangan atau pagar

163

81
14/07/2023

Keselamatan Listrik
Syarat K3 Listrik
e. Dilengkapi dengan alat PERLINDUNGAN
Proteksi dengan penempatan di luar jangkauan

164

Keselamatan Listrik
Syarat K3 Listrik
f. Dilengkapi dengan alat PERLINDUNGAN
Proteksi dengan isolasi tidak konduktif

165

82
14/07/2023

Keselamatan Listrik
Syarat K3 Listrik
g. Dilengkapi dengan alat PENGAMAN
Proteksi dengan GPAS (Gawai Pengaman Arus Sisa)
ELCB (Earth Leakage Circuit Breaker) / RCCB (Residual Current Circuit Breaker)

Arus operasi sisa tidak


lebih dari 0.03A atau 30mA

166

Keselamatan Listrik
Syarat K3 Listrik
h. Dilengkapi dengan alat PENGAMAN
Proteksi dengan pemasangan Grounding

167

83
14/07/2023

Keselamatan Listrik
Syarat K3 Listrik
i. Dilengkapi dengan alat PENGAMAN
Proteksi dengan ikatan penyama potensial lokal bebas bumi
(bonding)

168

Keselamatan Listrik
Syarat K3 Listrik
j. Dilengkapi dengan alat PENGAMAN
Proteksi Pembebanan Berlebih (Hubung Pendek) secara
otomatis

169

84
14/07/2023

Keselamatan Listrik
Syarat K3 Listrik
b. Dioperasikan sesuai dengan SOP (Standard Operating Procedures)

170

Keselamatan Listrik
Syarat K3 Listrik
b. Dioperasikan sesuai dengan SOP (Standard Operating Procedures)
Penggunaan Kabel sesuai dengan KHA (Kapasitas Hantar Arus)

171

85
14/07/2023

Keselamatan Listrik
Syarat K3 Listrik
b. Dioperasikan sesuai dengan SOP (Standard Operating Procedures)
Penggunaan Kabel sesuai peruntukannya

Kabel NYA
Kabel NYW

Kabel NYM

172

Keselamatan Listrik
Syarat K3 Listrik
b. Dioperasikan sesuai dengan SOP (Standard Operating Procedures)
Penggunaan Perlengkapan dan Peralatan tidak berpotensi
menghasilkan busur listrik (arc)

Fireproof Switch Fireproof


Fluorescence light

Fireproof
Exhaust Fan

173

86
14/07/2023

Keselamatan Listrik
Syarat K3 Listrik
c. Setiap Sistem instalasi listrik wajib dilakukan
o Pemeriksaan secara berkala dilakukan
paling sedikit 1 tahun sekali (oleh
pengawas K3 dan Ahli K3 bidang Listrik)
o Pengujian secara berkala dilakukan
paling sedikit 5 tahun sekali (oleh
pengawas K3 dan Ahli K3 bidang Listrik)
o Hasil Pemeriksaan dan Pengujian dilaporkan
ke Dinas Tenaga Kerja setempat

174

Keselamatan Listrik
Syarat K3 Listrik
a. Dilakukan perawatan dengan baik

Panas berlebih pada Contoh perlengkapan listrik


Thermograph sambungan screw terbakar akibat sambungan
Inspection yang kendur Neutral Kendur

175

87
14/07/2023

Keselamatan Listrik
Syarat K3 Listrik
a. Dilakukan perawatan dengan baik

Panel Maintenance Cubicle Maintenance

176

Keselamatan Listrik
Syarat K3 Listrik
f. Penggunaan alat pelindung diri

177

88
14/07/2023

Keselamatan Listrik
Syarat K3 Listrik
f. Penggunaan Alat Bantu/tool dengan nilai tahanan isolasi yang tinggi
(karet, kayu, kulit dll)

178

7 Keselamatan
Lingkungan Kerja

179

89
14/07/2023

Keselamatan Lingkungan Kerja

1. Dasar Hukum
a. Permenaker 5 tahun 2018 - K3 Lingkungan Kerja

180

Keselamatan Lingkungan Kerja

HIGIENE adalah USAHA KESEHATAN PREVENTIF yang menitikberatkan


kegiatannya pada usaha KESEHATAN INDIVIDU maupun usaha PRIBADI
KEHIDUPAN MANUSIA

SANITASI adalah USAHA KESEHATAN PREVENTIF yang menitikberatkan


kegiatan pada usaha KESEHATAN LINGKUNGAN HIDUP MANUSIA

LINGKUNGAN KERJA adalah aspek Higiene di Tempat Kerja yang di


dalamnya mencakup FAKTOR FISIKA, KIMIA, BIOLOGI, ERGONOMI dan
PSIKOLOGI yang keberadaannya di Tempat Kerja dapat mempengaruhi
keselamatan dan kesehatan Tenaga Kerja

181

90
14/07/2023

Keselamatan Lingkungan Kerja

2. Ruang Lingkup Penerapan Syarat-syarat K3


Pengusaha/Pengurus WAJIB Tujuan
Tempat Kerja
(Ps 2) (Ps. 4)

Apakah Terdapat Sumber Syarat K3 Lingkungan Kerja (Ps.3) mewujudkan Lingkungan Kerja
Bahaya Lingkungan Kerja 1. Pengendalian Faktor Fisika dan
yang aman, sehat, dan nyaman
Berupa, FAKTOR: Faktor Kimia agar berada di
bawah NAB; dalam rangka mencegah
1.FISIKA;
2. Pengendalian Faktor Biologi, kecelakaan kerja dan penyakit
2.KIMIA;
Faktor Ergonomi, dan Faktor
3.BIOLOGI; Psikologi Kerja agar
akibat kerja.
4.ERGONOMI; memenuhi standar;
5.PSIKOLOGI 3. Penyediaan fasilitas Kebersihan
dan sarana Higiene di Tempat
Kerja yang bersih dan sehat; dan
4. Penyediaan personil K3 yang
memiliki kompetensi dan
kewenangan K3 di bidang
Lingkungan Kerja

182

Keselamatan Lingkungan Kerja

3. Pelaksanaan syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja


dilakukan melalui kegiatan:
a. Pengukuran dan pengendalian Lingkungan Kerja yang meliputi
o Fisika;

o Kimia;

o Biologi;

o Ergonomi; dan

o Psikologi

183

91
14/07/2023

Keselamatan Lingkungan Kerja

3. Pelaksanaan syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja


dilakukan melalui kegiatan:
b. Penerapan Higiene dan Sanitasi meliputi:
o Bangunan Tempat Kerja;
o fasilitas Kebersihan;
o kebutuhan udara; dan
o tata laksana kerumahtanggaan.

184

Keselamatan Lingkungan Kerja

4. Pengukuran Lingkungan Kerja


a. Pengukuran Lingkungan Kerja dilakukan untuk mengetahui
tingkat pajanan:
o Faktor Fisika,
o Faktor Kimia,
o Faktor Biologi,
o Faktor Ergonomi, dan
o Faktor Psikologi
terhadap Tenaga Kerja.

185

92
14/07/2023

Keselamatan Lingkungan Kerja

4. Pengukuran Lingkungan Kerja


b. Pengukuran Lingkungan Kerja dilakukan sesuai dengan metoda
uji yang ditetapkan Standar Nasional Indonesia.
c. Metoda uji lainnya sesuai dengan standar yang telah divalidasi
oleh lembaga yang berwenang.

186

Keselamatan Lingkungan Kerja

5. Pengendalian Lingkungan Kerja


Pengendalian Lingkungan Kerja dilakukan sesuai hirarki
pengendalian meliputi upaya:
a. Eliminasi;
b. Substitusi;
c. Rekayasa teknis;
d. Administratif; dan/atau
e. Penggunaan alat pelindung diri

187

93
14/07/2023

Keselamatan Lingkungan Kerja

5. Pengendalian Lingkungan Kerja


FISIKA - Iklim Kerja:
a. Menghilangkan sumber panas atau sumber dingin dari tempat kerja;
b. Mengganti alat, bahan, dan proses kerja yang menimbulkan sumber panas atau sumber
dingin;
c. Mengisolasi atau membatasi pajanan sumber panas atau sumber dingin;
d. Menyediakan sistem ventilasi;
e. Menyediakan air minum;
f. Mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap sumber panas atau sumber dingin;
g. Penggunaan baju kerja yang sesuai;
h. Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai; dan/atau
i. Melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

188

Keselamatan Lingkungan Kerja

5. Pengendalian Lingkungan Kerja


FISIKA - Kebisingan:
a. Menghilangkan sumber kebisingan dari tempat kerja;
b. Mengganti alat, bahan, dan proses kerja yang menimbulkan sumber kebisingan;
c. Memasang pembatas, peredam suara, penutupan sebagian atau seluruh alat;
d. Mengatur atau membatasi pajanan kebisingan atau pengaturan waktu kerja;
e. Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai; dan/atau
f. Melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

189

94
14/07/2023

Keselamatan Lingkungan Kerja

5. Pengendalian Lingkungan Kerja


FISIKA - Getaran:
a. Menghilangkan sumber getaran dari tempat kerja;
b. Mengganti alat, bahan, dan proses kerja yang menimbulkan sumber getaran;
c. Mengurangi pajanan getaran dengan menambah/menyisipkan damping/bantalan/ peredam
di antara alat dan bagian tubuh yang kontak dengan alat kerja;
d. Membatasi pajanan getaran melalui pengaturan waktu kerja;
e. Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai; dan/atau
f. Melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

190

Keselamatan Lingkungan Kerja

5. Pengendalian Lingkungan Kerja


FISIKA – Radiasi Gelombang Radio atau Gelombang Mikro:
a. Menghilangkan sumber radiasi gelombang radio atau gelombang mikro dari tempat kerja;
b. Mengisolasi atau membatasi pajanan sumber radiasi gelombang radio atau gelombang
mikro;
c. Merancang tempat kerja dengan menggunakan peralatan proteksi radiasi;
d. Membatasi waktu pajanan terhadap sumber radiasi gelombang radio atau gelombang
mikro;
e. Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai; dan/atau
f. Melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

191

95
14/07/2023

Keselamatan Lingkungan Kerja

5. Pengendalian Lingkungan Kerja


FISIKA - Radiasi Gelombang Ultra Ungu:
a. Menghilangkan sumber radiasi ultra ungu (ultra violet) dari tempat kerja;
b. Mengisolasi atau membatasi pajanan sumber radiasi ultra ungu (ultra violet);
c. Merancang tempat kerja dengan menggunakan peralatan proteksi radiasi;
d. Memberikan jarak aman sesuai dengan standar antara sumber pajanan dan pekerja;
e. Membatasi pajanan sumber radiasi ultra ungu (ultra violet) melalui pengaturan waktu
kerja;
f. Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai; dan/atau
g. Melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

192

Keselamatan Lingkungan Kerja

5. Pengendalian Lingkungan Kerja


FISIKA – Medan Magnet Statis:
a. Menghilangkan sumber medan magnet statis dari tempat kerja;
b. Mengganti alat, bahan, dan proses kerja yang menimbulkan sumber medan magnet statis;
c. Mengisolasi atau membatasi pajanan sumber medan magnet statis;
d. Mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap sumber medan magnet statis;
e. Mengatur jarak aman sesuai dengan standar nasional indonesia antara sumber pajanan
dan pekerja;
f. Menggunaan alat pelindung diri yang sesuai; dan/atau
g. Melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

193

96
14/07/2023

Keselamatan Lingkungan Kerja

5. Pengendalian Lingkungan Kerja


FISIKA – Tekanan Udara Ekstrim:
a. Menghindari pekerjaan pada tempat kerja yang memiliki sumber bahaya tekanan udara
ekstrim;
b. Mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap sumber bahaya tekanan udara
ekstrim;
c. Menggunakan baju kerja yang sesuai;
d. Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai; dan/atau
e. Melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

194

Keselamatan Lingkungan Kerja

5. Pengendalian Lingkungan Kerja


FISIKA – Kurang Pencahayaan:
Penerapan pencahayaan buatan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain cahaya alami

195

97
14/07/2023

Keselamatan Lingkungan Kerja

5. Pengendalian Lingkungan Kerja


KIMIA
a. Menghilangkan sumber potensi bahaya kimia dari tempat kerja;
b. Mengganti bahan kimia dengan bahan kimia lain yang tidak mempunyai potensi bahaya
atau potensi bahaya yang lebih rendah;
c. Memodifikasi proses kerja yang menimbulkan sumber potensi bahaya kimia;
d. Mengisolasi atau membatasi pajanan sumber potensi bahaya kimia;
e. Menyediakan sistem ventilasi;
f. Membatasi pajanan sumber potensi bahaya kimia melalui pengaturan waktu kerja;
g. Merotasi tenaga kerja ke dalam proses pekerjaan yang tidak terdapat potensi bahaya
bahan kimia;
h. Penyediaan lembar data keselamatan bahan dan label bahan kimia;
i. Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai; dan/atau
j. Pengendalian lainnya sesuai dengan tingkat risiko.

196

Keselamatan Lingkungan Kerja

5. Pengendalian Lingkungan Kerja


BIOLOGI
a. menghilangkan sumber bahaya Faktor Biologi dari Tempat Kerja;
b. mengganti bahan, dan proses kerja yang menimbulkan sumber bahaya Faktor Biologi;
c. mengisolasi atau membatasi pajanan sumber bahaya Faktor Biologi;
d. menyediakan sistem ventilasi;
e. mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap sumber bahaya Faktor Biologi;
f. menggunakan baju kerja yang sesuai;
g. menggunakan alat pelindung diri yang sesuai;
h. memasang rambu-rambu yang sesuai;
i. memberikan vaksinasi apabila memungkinkan;
j. meningkatkan Higiene perorangan;
k. memberikan desinfektan;
l. penyediaan fasilitas Sanitasi berupa air mengalir dan antiseptik; dan/atau
m. pengendalian lainnya sesuai dengan tingkat risiko.
197

98
14/07/2023

Keselamatan Lingkungan Kerja

5. Pengendalian Lingkungan Kerja


ERGONOMI
a. Menghindari posisi kerja yang janggal;
b. Memperbaiki cara kerja dan posisi kerja;
c. Mendesain kembali atau mengganti tempat kerja, objek kerja, bahan, desain tempat
kerja, dan peralatan kerja;
d. Memodifikasi tempat kerja, objek kerja, bahan, desain tempat kerja, dan peralatan kerja;
e. Mengatur WKWI;
f. Melakukan pekerjaan dengan sikap tubuh dalam posisi netral atau baik; dan/atau
g. Menggunakan alat bantu

198

Keselamatan Lingkungan Kerja

5. Pengendalian Lingkungan Kerja


PSIKOLOGI – Manajemen Stress
a. Melakukan pemilihan, penempatan dan pendidikan pelatihan bagi tenaga kerja;
b. Mengadakan program kebugaran bagi tenaga kerja;
c. Mengadakan program konseling;
d. Mengadakan komunikasi organisasional secara memadai;
e. Memberikan kebebasan bagi tenaga kerja untuk memberikan masukan dalam proses
pengambilan keputusan;
f. Mengubah struktur organisasi, fungsi dan/atau dengan merancang kembali pekerjaan
yang ada;
g. Menggunakan sistem pemberian imbalan tertentu; dan/atau
h. Pengendalian lainnya sesuai dengan kebutuhan.

199

99
14/07/2023

Keselamatan Lingkungan Kerja

5. Pengendalian Lingkungan Kerja


PSIKOLOGI – Manajemen Stress
a. Melakukan pemilihan, penempatan dan pendidikan pelatihan bagi tenaga kerja;
b. Mengadakan program kebugaran bagi tenaga kerja;
c. Mengadakan program konseling;
d. Mengadakan komunikasi organisasional secara memadai;
e. Memberikan kebebasan bagi tenaga kerja untuk memberikan masukan dalam proses
pengambilan keputusan;
f. Mengubah struktur organisasi, fungsi dan/atau dengan merancang kembali pekerjaan
yang ada;
g. Menggunakan sistem pemberian imbalan tertentu; dan/atau
h. Pengendalian lainnya sesuai dengan kebutuhan.

200

Keselamatan Lingkungan Kerja

5. Pengendalian Lingkungan Kerja


Hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan higiene dan sanitasi
a. Bangunan Tempat Kerja;
b. Fasilitas Kebersihan (toilet, tempat sampah, loker, peralatan kebersihan);
c. Kebutuhan udara bersih
d. Suhu ruangan, kadar oksigen dan kadar kontaminan
e. Ventilasi

201

100
14/07/2023

Keselamatan Lingkungan Kerja

5. Pengendalian Lingkungan Kerja


Tata Laksana Kerumahtanggaan
Ketatarumahtanggaan yang baik meliputi upaya:
 memisahkan
 menata
 membersihkan
 menetapkan dan melaksanakan prosedur Kebersihan
 mengembangkan prosedur Kebersihan
Alat kerja, perkakas, dan bahan harus ditata dan disimpan secara rapi dan tertib untuk
menjamin kelancaran pekerjaan dan tidak menimbulkan bahaya kecelakaan.
Bahan yang disimpan di gudang dan diberi label yang jelas

202

Keselamatan Lingkungan Kerja

6. Personil
Pengukuran dan pengendalian Lingkungan Kerja harus dilakukan
oleh personil K3 bidang Lingkungan Kerja, meliputi:
 Ahli K3 Muda Lingkungan Kerja;
 Ahli K3 Madya Lingkungan Kerja; dan
 Ahli K3 Utama Lingkungan Kerja.
Personil K3 harus memiliki kompetensi sesuai Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang ditetapkan oleh
Menteri dan kewenangan K3 bidang lingkungan kerja.

203

101
14/07/2023

8 Pencegahan dan
Perlindungan
Kebakaran

204

Keselamatan Kebakaran

1. Dasar Hukum
a. Kepmenaker No. 186/1999 - Unit penanggulangan kebakaran
di tempat kerja
Pengurus atau pengusaha wajib mencegah, mengurangi dan
memadamkan kebakaran, latihan penanggulangan kebakaran di
tempat kerja. (pasal 2 (1))

205

102
14/07/2023

Keselamatan Kebakaran

2. Ruang Lingkup Manajemen Kebakaran


• Indentifikasi bahaya kebakaran akibat listrik, petir dan bahan kimia mudah terbakar;
• Identifikasi bahaya kebakaran akibat pekerjaan panas (welding, cutting dan grinding)
• Identifikasi bahaya kebakaran karena kondisi abnormal/darurat penyebab kebakaran;

Analisa Resiko dan


dampak kerugian

Tindakan Pengendalian
Resiko

206

Keselamatan Kebakaran

3. Bahaya Kebakaran
Kebakaran kecil :
• Tempat sampah kantor kebakaran
• Kompor kebakaran
• Celana terbakar knalpot motor
• Dll

Kebakaran besar :
• Rumah kebakaran
• POM Bensin kebakaran
• Pabrik textil kebakaran
• Dll

207

103
14/07/2023

Keselamatan Kebakaran

3. Bahaya Kebakaran
FENOMENA KEBAKARAN
• Tidak terduga sebelumnya
• Bermula dari api kecil
• Ada faktor pemicu
• Kecepatan api meluas
• Kegagalan pemadaman awal
• Sarana dan prasarana tidak memadai
• Kurangnya faktor penunjang

208

Keselamatan Kebakaran

3. Bahaya Kebakaran
Dampak Akibat Kebakaran
1. Cidera bahkan Korban jiwa

2. Kerugian Harta Benda & Warisan


Sejarah

3. Berhentinya kegiatan produksi /


Operasi

4. Pencemaran Lingkungan

209

104
14/07/2023

Keselamatan Kebakaran

Syarat K3 Kebakaran
a. Pengendalian setiap bentuk energi
o Pengontrolan Bahaya Listrik di Tempat Kerja
o Pemasangan Instalasi Penyalur Petir
o Pengendalian Bahan Kimia Mudah Terbakar di
tempat Kerja
o Pekerjaan Panas (welding, cutting, Grinding dll)

210

Keselamatan Kebakaran

Syarat K3 Kebakaran
b. Penyediaan sarana Proteksi Kebakaran dan Evakuasi
o Penyediaan dan Pemasangan APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
Dry Powder Busa
CO2

Air
Referensi
Permenaker 04/80 – Pemasangan dan Pemeliharaan APAR

211

105
14/07/2023

Keselamatan Kebakaran

Syarat K3 Kebakaran
b. Penyediaan sarana Proteksi Kebakaran dan Evakuasi
o Penyediaan Sistim Hidran (Gedung atau Pilar)

212

Keselamatan Kebakaran

Syarat K3 Kebakaran
b. Penyediaan sarana Proteksi Kebakaran dan Evakuasi
o Penyediaan Sistim Sprinkler
REFLECTOR

GLASS BULB
SEAL/CUP

213

106
14/07/2023

Keselamatan Kebakaran

Syarat K3 Kebakaran
b. Penyediaan sarana Proteksi Kebakaran dan Evakuasi
o Penyediaan Instalasi Alarm Kebakaran Otomatis

Referensi :
Permenaker 02/83

214

Keselamatan Kebakaran

Syarat K3 Kebakaran
b. Penyediaan sarana Proteksi Kebakaran dan Evakuasi
o Inspeksi Peralatan dan Fasilitas Penanggulangan Kebakaran
Pemeliharaan dan pengujian berkala dilakukan secara mingguan,
bulanan dan tahunan.

215

107
14/07/2023

Keselamatan Kebakaran

Syarat K3 Kebakaran
b. Penyediaan sarana Proteksi Kebakaran dan Evakuasi
o Penyediaan Rute / Peta Evakuasi dan Muster/Assembly point

216

Keselamatan Kebakaran

Syarat K3 Kebakaran
c. Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas;
Dinding Pengambat panas/api

Fire smoke Damper

Penggunaan Bahan
Fire Proofing

Pengambat Asap

217

108
14/07/2023

Keselamatan Kebakaran

Syarat K3 Kebakaran
c. Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas;

Penggunaan Fire Stoping Material

218

Keselamatan Kebakaran

Syarat K3 Kebakaran
d. Pembentukan Unit Penanggulangan Kebakaran di tempat
kerja (ERT)

219

109
14/07/2023

Keselamatan Kebakaran

Syarat K3 Kebakaran
e. Latihan dan gladi penanggulangan kebakaran (Fire Drill)
secara berkala
Pelatihan Penanggulangan Kebakaran

220

Keselamatan Kebakaran

Syarat K3 Kebakaran
e. Latihan dan gladi penanggulangan kebakaran (Fire Drill)
secara berkala

Latihan Simulasi dan Evakuasi Kebakaran

221

110
14/07/2023

Keselamatan Kebakaran

Syarat K3 Kebakaran
e. Latihan dan gladi penanggulangan kebakaran (Fire Drill)
secara berkala

Lisensi Petugas Pemadam Kebakaran

222

Keselamatan Kebakaran

Syarat K3 Kebakaran
f. Pembuatan Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat
Kebakaran

Penggunaan
Tombol Darurat

223

111
14/07/2023

9 Keselamatan
Bekerja di
Ketinggian

224

Pekerjaan pada Ketinggian

1. Dasar Hukum
a. Permenaker 9 tahun 2016 - K3 pada Pekerjaan pada
Ketinggian

225

112
14/07/2023

Pekerjaan pada Ketinggian

3. Definisi
Bekerja Pada Ketinggian
Kegiatan atau aktifitas pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga
kerja pada tempat kerja di permukaan tanah atau perairan yang
terdapat perbedan ketinggian dan memiliki potensi jatuh yang
menyebabkan tenaga kerja atau orang lain yang berada di tempat
kerja cidera atau meninggal dunia atau menyebabkan kerusakan
harta benda

226

Pekerjaan pada Ketinggian

3. Definisi
Perangkat Pelindung (Safety Guard)
Suatu rangkaian peralatan untuk melindungi tenaga kerja, orang
lain yang berada di tempat kerja dan harta benda ketika bekerja
pada ketinggian agar terhindar dari kecelakaan dan kerugian
finansial

227

113
14/07/2023

Pekerjaan pada Ketinggian

3. Definisi
Perangkat Pencegah Jatuh (Fall Restraint)
Suatu rangkaian peralatan untuk mencegah tenaga kerja
memasuki wilayah berpotensi jatuh agar terhindar dari
kecelakaan dan kerugian finansial.

228

Pekerjaan pada Ketinggian

3. Definisi
Perangkat Penahan Jatuh (Fall Arresster)
Suatu rangkaian peralatan untuk mengurangi dampak jatuh tenaga
kerja agar tidak cidera atau meninggal dunia.

229

114
14/07/2023

Pekerjaan pada Ketinggian

2. Ruang Lingkup Penerapan Syarat-syarat K3


a. Perencanaan
b. Prosedur Kerja
c. Teknik Bekerja Aman
d. APD, Perangkat Pelindung Jatuh dan Angkur
e. Tenaga Kerja

230

Pekerjaan pada Ketinggian

Syarat K3 Pekerjaan pada Ketinggian


f. Dioperasikan sesuai dengan SOP (Standard Operating
Procedures)

231

115
14/07/2023

Pekerjaan pada Ketinggian

Syarat K3 Pekerjaan pada Ketinggian


f. Pembatasan Area Kerja beserta Denahnya dan Tandanya
Pembatasan area kerja dibatasi menjadi 3 Wilayah
a. Wilayah Berbahaya, daerah pergerakan tenaga kerja kerja dan barang
untuk bergerak vertical, horizontal dan titik penambatan.
b. Wilayah Waspada, daerah antara wilayah bahaya dan aman yang luasnya
diperhitungkan sedemikian rupa agar benda yang terjatuh tidak masuk ke
wilayah aman.
c. Wilayah Aman, daerah yang terhindar dari kemungkinan kejatuhan benda
dan tidak mengganggu aktifitas tenaga kerja.

232

Pekerjaan pada Ketinggian

Syarat K3 Pekerjaan pada Ketinggian


f. Pembatasan benda yang dibawa oleh pekerja ketika bekerja
Pekerja hanya diperbolehkan membawa benda mak. 5 Kg diluar APD dan
alat pelindung jatuh.

Katrol wajib digunakan untuk menaikkan atau menurunkan benda yang


beratnya melebihi 5 Kg

233

116
14/07/2023

Pekerjaan pada Ketinggian

Syarat K3 Pekerjaan pada Ketinggian


f. Disediakannya Prosedur Rencana Tanggap Darurat

234

Pekerjaan pada Ketinggian

Syarat K3 Pekerjaan pada Ketinggian


f. Jika Bekerja pada Lantai Kerja Tetap
Upaya Mencegah Jatuh
• Pemasangan dinding/tembok pembatas, pagar
pengaman yang stabil dan kuat (tinggi min
95cm mampu menahan min 90kg dengan celah
pagar mak 47cm dan pencegah benda jatuh (toe
board));
• Disediakan jalur masuk dan keluar yang aman
dan ergonomis;
• Menggunakan full body harness dan
memastikan panjang tali pembatas gerak (work
restraint) tidak melebihi jarak antar angkur
dengan tepi bangunan.

235

117
14/07/2023

Pekerjaan pada Ketinggian

Syarat K3 Pekerjaan pada Ketinggian


f. Jika Bekerja pada Lantai Kerja Tetap
Upaya Mengurangi Dampak Jatuh
• Menyediakan alat penahan jatuh kolektif
berupa jaring dan bantalan (mampu
menahan min 1.5 ton).

236

Pekerjaan pada Ketinggian

Syarat K3 Pekerjaan pada Ketinggian


f. Jika Bekerja pada Lantai Kerja Sementara
Upaya Mencegah Jatuh
• Menggunakan alat penahan jatuh perorangan
berupa tali ulur Tarik (retractable lanyard)
dengan jarak dan ayunan jatuh aman dan
• Tali ganda dengan pengait (double lanyard +
hook + absorber) yang ditambatkan lebih tinggi
dari kepala atau sejajar dada jika angkur tidak
tersedia.

Struktur pendukungnya tidak boleh menimbulkan


risiko runtuh atau perubahan bentuk.
237

118
14/07/2023

Pekerjaan pada Ketinggian

Syarat K3 Pekerjaan pada Ketinggian


f. Jika bergerak secara vertikal atau horizontal menuju atau
meninggalkan lokasi kerja
• Wajib disediakan alat pengangkut orang
untuk menuju atau meninggalkan lantai
kerja;

238

Pekerjaan pada Ketinggian

Syarat K3 Pekerjaan pada Ketinggian


f. Jika bergerak secara vertikal atau horizontal menuju atau
meninggalkan lokasi kerja
• Jika persyaratan diatas tidak dapat dipenuhi maka pergerakan
dapat dilakukan dengan menggunakan perangkat dilengkapi
alat atau mekanisme peredam kejut sbb:
• Perangkat penahan jatuh perorangan vertikal berupa tali
dengan angkur tegak lurus dengan tenaga kerja
• Perangkat penahan jatuh horizontal berupa tali atau sling
yang mampu menahan jatuh sejumlah pekerja yang
terhubung dengan jarak maksimum 30 meter;

239

119
14/07/2023

Pekerjaan pada Ketinggian

Syarat K3 Pekerjaan pada Ketinggian


f. Jika bergerak secara vertikal atau horizontal menuju atau
meninggalkan lokasi kerja
• Alat penahan jatuh perorangan dengan tali ganda pengait dan peredam kejut dan harus
dipastikan ;

240

Pekerjaan pada Ketinggian

Syarat K3 Pekerjaan pada Ketinggian


f. Jika bergerak secara vertikal atau horizontal menuju atau
meninggalkan lokasi kerja
• Perangkat penahan jatuh perorangan lead climbing dan harus dipastikan

Angkur permanen harus diperiksa dan diuji min 2


tahun sekali

241

120
14/07/2023

Pekerjaan pada Ketinggian

Syarat K3 Pekerjaan pada Ketinggian


f. Jika bergerak secara vertikal atau horizontal menuju atau
meninggalkan lokasi kerja
• Perangkat penahan jatuh perorangan ali tarik ulur otomatis dan harus dipastikan jarak
dan ayunan jatuh yang aman.

242

Pekerjaan pada Ketinggian

Syarat K3 Pekerjaan pada Ketinggian


f. Jika Bekerja pada Posisi Miring
Upaya Mencegah Jatuh
• Menggunakan alat penahan jatuh perorangan berupa
• Perangkat penahan jatuh perorangan vertikal berupa tali dengan angkur tegak lurus
dengan tenaga kerja
• Perangkat penahan jatuh horizontal berupa tali atau sling yang mampu menahan
jatuh sejumlah pekerja yang terhubung dengan jarak maksimum 30 meter;
• Alat penahan jatuh perorangan dengan tali ganda pengait dan peredam kejut;
• Perangkat penahan jatuh perorangan lead climbing/tali tarik ulur otomatis
• Alat pemosisi kerja berupa tali yang dapat menahan beban tenaga kerja dan peralatan
yang dibawa.

243

121
14/07/2023

Pekerjaan pada Ketinggian

Syarat K3 Pekerjaan pada Ketinggian


f. Jika Bekerja dengan Akses Tali
Upaya Mencegah Jatuh
• Mempunya 2 tali (line) yang masing-masing tertambat pada minimal 2
titik tambat terpisah berupa
• tali keselamatan yang dilengkapi dengan perangkat perlindungan
jatuh perorangan bergerak (mobile personal fall arrester) ;
• Tali kerja yang dilengkapi dengan alat untuk naik dan turun.
• Menggunakan full body harness yang sesuai

244

Pekerjaan pada Ketinggian

Syarat K3 Pekerjaan pada Ketinggian


h. Harus dilakukan oleh tenaga kerja memiliki sertifikat & Lisensi
(berlaku 5 tahun)

245

122
14/07/2023

Pekerjaan pada Ketinggian

Syarat K3 Pekerjaan pada Ketinggian


h. Harus dilakukan oleh tenaga kerja memiliki sertifikat & Lisensi
(berlaku 5 tahun)

246

Pekerjaan pada Ketinggian

Syarat K3 Pekerjaan pada Ketinggian


h. Harus dilakukan oleh tenaga kerja memiliki sertifikat & Lisensi
(berlaku 5 tahun) a. Tenaga kerja pada ketinggian tingkat 1

247

123
14/07/2023

Pekerjaan pada Ketinggian

Syarat K3 Pekerjaan pada Ketinggian


i. APD dan Alat Penahan Jatuh Perorangan yang diseduaikan
dengan hasil Risk Assessment.

248

Pekerjaan pada Ketinggian

Syarat K3 Pekerjaan pada Ketinggian


i. APD dan Alat Penahan Jatuh Perorangan
Penahan Jatuh Perorangan :
1. Untuk Pekerjaan bergerak vertikal, berupa alat pengunci otomatis yang membatasi jarak jatuh
1.2meter;
2. Untuk pekerjaan bergerak horizontal, berupa alat pengunci otomatis yang mencengkram tali
pada posisi jatuh;
3. Untuk tali ganda dengan pengait dan peredam kejut, harus mempunyai panjang maksimal 1.8
meter dan mempunyai system penutup dan pengunci kait otomatis;
4. Untuk Tali terpandu, menggunakan tali kernmantel dengan elastisitas memanjang min 5%
apabila terbebani tenaga kerja yang jatuh.
5. Untuk ulur Tarik otomatis, harus mempunyai sistim pengunci otomatis yang membatasi gerak
jatuh maksimal 0.6 meter

249

124
14/07/2023

10 Sistem Ijin Kerja

250

Apa itu Izin Kerja (permit to work)?

adalah Sistem Tertulis yang resmi digunakan untuk mengontrol jenis


pekerjaan tertentu yang diidentifikasi memiliki potensi bahaya tinggi, juga
merupakan sarana komunikasi antar departemen, penyelia manajemen pabrik
dan operator dan mereka yang melakukan pekerjaan

251

125
14/07/2023

Tujuan Utama Izin Kerja

adalah mengurangi resiko pekerjaan yang memiliki potensi bahaya tinggi sampai
pada tingkat resiko terendah (acceptable risk)

Tujuan Lainnya adalah


1. Otorisasi terhadap pekerjaan beresiko yang akan dilakukan (personil,
sifat/jenis pekerjaan dan bahayanya)
2. Menentukan kontrol resiko yang akan dilakukan
3. Penanggungjawab unit mengetahui dan menyadari semua pekerjaan
beresiko yang akan dilakukan

252

Apa itu Izin Kerja (permit to work)?

adalah Sistem Tertulis yang resmi digunakan untuk mengontrol jenis


pekerjaan tertentu yang diidentifikasi memiliki potensi bahaya tinggi, juga
merupakan sarana komunikasi antar departemen, penyelia manajemen pabrik
dan operator dan mereka yang melakukan pekerjaan

253

126
14/07/2023

Jenis-Jenis Izin Kerja

a. Surat Ijin Kerja Panas/Dingin


b. Surat Ijin Kerja Ketinggian
c. Surat Ijin Kerja Memasuki Ruang Terbatas (confined Space)
d. Surat Ijin Kerja Penggalian
e. Surat Ijin Pekerjaan Listrik/Instrumen
f. Surat Ijin Pekerjaan Radiografi

254

Pekerjaan Rutin yang tidak memerlukan Surat Izin Kerja

a. Mengencangkan flens pipa dan sambungan-sambungan.


b. Mengelas di lokasi yang sudah permanen dan sudah dilengkapi
fasilitas K3 nya (misal bengkel las perusahaan).
c. Menukar/mengganti saluran bahan bakar burner, filter dan
mengganti bola lampu.
d. Menyetel atau mengganti peralatan instrumen atau peralatan yang
sejenis, namun bila pekerjaan ini mengakibatkan tidak terjamin lagi
dari segi keselamatan alat maka surat izin kerja mutlak diperlukan

255

127
14/07/2023

Isi dalam Surat Izin Kerja

a. Dijelaskan cakupan kerjanya


b. Diidentifikasi bahayanya
c. Ditetapkan langkah pengendaliannya
d. Dihubungkan dengan Operasi Simultan/ Bersamaan, jika ada
e. Dilakukan oleh authorized person
f. Dikomunikasikan kepada semua kelompok kerja

256

Surat Izin Kerja Panas

Surat izin kerja panas diperlukan untuk setiap jenis pekerjaan yang berkaitan
dengan penggunaan sumber penyalaan yang dapat menyalakan bahan yang
mudah terbakar.
Surat izin ini diberikan untuk pekerjaan yang memerlukan api terbuka atau bunga
api.
Misalnya :
o PEKERJAAN WELDING
o PEKERJAAN CUTTING
o PEKERJAAN GRINDING

257

128
14/07/2023

Surat Izin Kerja Dingin

Surat izin kerja dingin diperlukan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan
pekerjaan konstruksi, perawatan, perbaikan yang sifatnya tidak rutin dengan
ketentuan bahwa dalam pekerjaan tersebut tidak memakai peralatan yang dapat
menimbulkan api atau sumber nyala namun sangat beresiko terhadap
keselamatan dan kesehatan.
Misalnya :
o PEKERJAAN SAND BLASTING
o PEKERJAAN SPRAY PAINTING/COATING

258

Surat Izin Kerja Ketinggian

Surat izin kerja Ketinggian diperlukan untuk pekerja yang akan melakukan
pekerjaan dengan posisi ketinggian 1.8 m seperti perawatan, perbaikan dan
perbaikan

259

129
14/07/2023

Surat Izin Kerja Memasuki Ruang Terbatas


(Confined Space)
Surat izin kerja memasuki ruang terbatas ini diperlukan apabila seseorang baik
seluruh atau sebagian tubuhnya harus masuk ke dalam ruangan terbatas,
pekerjaan ini meliputi :
o Memasuki tangki, vessel, separator
o Memasuki sewer, bak (pit), lubang
galian dengan kedalaman lebih
dari 1,3 meter

260

Surat Izin Kerja Penggalian


(Digging Permit)
Surat izin kerja penggalian diperlukan untuk melakukan setiap pekerjaan
penggalian, pembuatan saluran atau pekerjaan pekerjaan penggalian yang
membahayakan pipa bawah tanah, kabel listrik, kabel telepon dsb.
misalnya :
o Pekerjaan perbaikan/pemasangan pipa;
o Perbaikan kabel listrik/telepon;
o Pemancangan.

261

130
14/07/2023

Surat Izin Pekerjaan Listrik/ Instrument

Surat izin pekerjaan listrik/ instrumen diperlukan untuk melakukan setiap


pekerjaan yang berkaitan dengan sistim kelistrikan/instrumen yang diperkirakan
mempunyai resiko bahaya sengatan listrik, misalnya :
o perbaikan/ pemasangan kontaktor, peralatan kontrol, relay panel, power
supply, electric heater.

262

Surat Izin Pekerjaan Radiografi

Surat izin pekerjaan radiografi diperlukan untuk melakukan pekerjaan yang


berhubungan dengan penggunaan peralatan x-ray atau sumebr zat radio aktif
seperti pada pekerjaan Non Destructive Testing (NDT)

263

131
14/07/2023

Prosedur Pelaksanaan Izin Kerja

1. Pelaksana pekerjaan MENGAJUKAN SURAT PERMOHONAN IJIN KERJA


berdasarkan SPK (Surat Perintah Kerja) kepada bagian operasi.

2. Bagian operasi setelah mempelajari permohonan ijin tsb. dengan menerbitkan


SKP (Surat Keterangan Penyisihan) menyerahkan ke bagian teknik.

3. Bagian teknik setelah mempelajari permohonan ijin dan SKP menyerahkan ke


bagian LK3

4. Bagian LK3 setelah mempelajari permohonan ijin kerja dan SKP ,


menugaskan petugas GSI (Gas Safety Inspector) untuk melakukan
pemeriksaan ke lokasi pekerjaan untuk memastikan tempat tsb. dalam
keadaan aman atau sebaliknya dalam pemeriksaan ini perlu disaksikan oleh
bagian teknik dan pengawas operasi

264

Prosedur Pelaksanaan Izin Kerja

5. Bila semua sudah sesuai prosedur maka petugas GSI, pengawas teknik dan
pengawas operasi memberikan paraf pada kolom yang tersedia dan bagian
LK3 dapat mengeluarkan surat ijin kerja yang diperlukan setelah mendapat
persetujuan dari Kepala Bidang Operasi.

6. Tanggal dan berlakunya surat ijin kerja harus dinyatakan dengan jelas, kepala
bidang operasi dan bagian LK3 bertanggung jawab untuk menjamin bahwa
kondisi dan persyaratan yang ditentukan telah dipenuhi .

7. Surat ijin kerja ini dibuat rangkap 4 dengan pendistribusian sbb :


- lembar pertama diberikan kepada pelaksana pekerjaan
- lembar kedua diberikan kepada bagian operasi
- lembar ketiga diberikan kepada bagian LK3
- lembar keempat diberikan kepada kepala bidang operasi

265

132
14/07/2023

Prosedur Pelaksanaan Izin Kerja

8. Bagian LK3, pengawas teknik dan pengawas operasi berkewajiban melakukan


pengawasan secara terus menerus untuk menjamin pekerjaan dalam keadaan
aman

9. Setiap saat masa berlaku surat ijin kerja dapat dibatalkan oleh kepala bidang
operasi dan bagian LK3, apabila kondisi tempat kerja dianggap tidak aman

10.Setelah pekerjaan selesai maka sebelum bagian operasi menandatangani


tanda terima pekerjaan tsb. telah selesai, harus memeriksa bahwa semua
pekerjaan telah diselesaikan sesuai dengan permintaan untuk dioperasikan
kembali

266

11 Manajemen Risiko

267

133
14/07/2023

Latar Belakang Perlunya Risk Management

1. Masih Banyak Tindakan dan Kondisi Tidak Aman (unsafe act &
con’d) terjadi di lokasi kerja

268

Latar Belakang Perlunya Risk Management

2. Banyak sekali kejadian insiden atau kecelakaan kerja akibat tidak


diterapkannya Risk Management

Video Case 1 Video Case 3 Video Case 5

269

134
14/07/2023

Latar Belakang Perlunya Risk Management

3. Adanya perubahan Sistem Manajemen K3


Pola Corrective Pola Preventive

Manajemen dengan
Manajemen yang
Ke Pengkajian Resiko lebih
Didasari Pengalaman
awal
o Mencegah kecelakaan atau insiden yang sama yang o Mencegah lebih lanjut kecelakaan atau insiden yang
pernah terjadi sebelumnya belum pernah terjadi sebelumnya.

o Perencanaan dan penerapan memegang peranan o Kebijakan Kelayakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
terbesar dibanding peninjauan ulang atau audit menjadi tanggung jawab Top Manajemen

o Memastikan perbaikan yang berkelanjutan untuk


kelayakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja melalui
siklus PDCA

270

Latar Belakang Perlunya Risk Management

4. K3 sudah menjadi kebutuhan dan bukan lagi pelengkap.


Contoh :
o untuk kebutuhan tender;
o menentukan citra perusahaan
o keperluan komersial;
o menjadi harapan pihak-pihak terkait dan lain-lain)

271

135
14/07/2023

Tujuan Risk Management

Untuk memastikan keselamatan dan kesehatan kerja melalui


upaya menghilangkan atau mengurangi resiko bahaya yang
berpotensi dapat mencederai orang sewaktu mejalankan
pekerjaannya

272

Diagram Proses Risk Management

Identifikasi
Penentuan bahaya
Proses

Penilaian Resiko
(Risk Assessment)

Penetapan
Penerapan
Pengendalian Peninjauan
Pengendalian
Resiko Berkala
Resiko

Risk Management

273

136
14/07/2023

Kapan Risk Management Dilakukan?

o Ketika akan melakukan proses untuk pertama kali, prosedur atau


menjalankan peralatan baru.
o Ketika ada perubahan pada proses, prosedur, peralatan dan
lingkungan kerja.
o Ketika proses yang dilakukan tidak rutin
o Ketika terjadi insiden

Ingat !
Risk Management HARUS dilakukan sebelum
pelaksanaan kegiatan

274

Siapa saja yang terlibat dalam Risk Management ?

Risk Assessment harus dilakukan oleh :


o Pekerja yang menjalankan proses kegiatan ; atau
o Pengawas (supervisor) proses kegiatan tersebut.

Pada pelaksanaannya harus ada Konsultasi dengan:


o Penanggungjawab Area;
o Petugas K3;
o Pihak lain diluar perusahaan (aspek2 teknikal)

275

137
14/07/2023

Tahapan Risk Management

1. Identifikasi Bahaya
adalah proses untuk mengetahui adanya bahaya dan menentukan
karakteristiknya.

276

Tahapan Risk Management

Definisi Bahaya
Bahaya (Hazard) adalah segala sesuatu yang dapat mencelakai.

Definisi detailnya:
Bahaya (Hazard) adalah sumber yang berpotensi menyebabkab cidera atau
sakit akibat kerja.
Bahaya dapat termasuk sumber-sumber yang berpotensi menyebabkan situasi
atau keadaan berbahaya yang berpotensi menyebabkan cidera atau sakit akibat
kerja
Referensi : ISO45001:2018 (3.18)

Contoh :
bahan Kimia, mesin berputar, energi listrik, beban tergantung, dll.

277

138
14/07/2023

Tahapan Risk Management

Definisi Bahaya

S & H Effect
S & H Effect
S & H Effect
S & H Effect
Bahaya S & H Effect
S & H Effect
S & H Effect
Efek K3
S & H Effect
(Konsekuensi)
Contoh :
arc/busur api pada pengelasan o Kebakaran
o Kulit melepuh
o Iritasi dll

278

Tahapan Risk Management

2. Penilaian Resiko (Risk Assessment)


adalah proses evaluasi resiko yang diakibatkan adanya bahaya-
bahaya, dengan memperhatikan kecukupan pengendalian
yang dimiliki dan menentukan apakah resikonya dapat
diterima (acceptable) atau tidak.

279

139
14/07/2023

Tahapan Risk Management

Definisi Resiko
Resiko adalah efek ketidakpastian

Definisi detailnya:
Resiko adalah kombinasi dari KEMUNGKINAN terjadinya peristiwa
berbahaya yang terkait dengan pekerjaan atau PAPARAN (Likelihood) dan
TINGKAT KEPARAHAN cidera atau kesehatan buruk (Severity) yang dapat
disebabkan oleh peristiwa atau paparan.
Referensi : ISO45001:2018 (3.21)

280

Tahapan Risk Management

Definisi Resiko

Risk = Likelihood

Severity

281

140
14/07/2023

Tahapan Risk Management

Definisi Resiko

Likelihood Risk

Severity

282

Tahapan Risk Management

Definisi Resiko

283

141
14/07/2023

Tahapan Risk Management

3. Penetapan Pengendalian Resiko (Risk Control)

284

Detail Pelaksanaan Manajemen Resiko

Apakah
Level Resiko
Acceptable?

Penentuan Penilaian Ya
Tentukan lokasi Tentukan
kerja atau jenis Identifikasi Konsekuensi Resiko &
urutan Selesai
pekerjaan bahaya Bahaya rangking
Pekerjaan
Level Resiko

Tidak

Tentukan dan
Implementasi
Pengendalian
Resiko

7 Komunikasi 8 Peninjauan

285

142
14/07/2023

Studi Kasus dalam Manajemen Resiko

Contoh :
o Proses Erection Scaffolding
o Proses Sandblast & Painting
o Proses Hydrotest

286

Studi Kasus dalam Manajemen Resiko

Contoh urutan proses Erection Scaffolding:


1. Penanganan/mobilisasi material ke lokasi kerja
2. Pemasangan tiang Scaffolding Tube
3. Pemasangan hand rail and toe board
4. Dan lain lain

287

143
14/07/2023

Studi Kasus dalam Manajemen Resiko

Urutan Kegiatan Bahaya Konsekuensi Bahaya

1. Penanganan/ - Material berat


mobilisasi material - Ujung material tajam
ke lokasi kerja
- Lokasi kerja licin dan
berantakan

2. Pemasangan tiang - Pekerja berdiri dibawah


Scaffolding Tube scaffolding yg sedang di
pasang
- Bekerja di ketinggian

- Tiang/tube kendur (tdk terikat)

3. Pemasangan hand - Hand rail/toe board kendur


rail and toe board

288

Studi Kasus dalam Manajemen Resiko

Urutan Kegiatan Bahaya Konsekuensi Bahaya

1. Penanganan/ - Material berat - Nyeri otot/keseleo


- Tertimpa tube
mobilisasi material
ke lokasi kerja - Ujung material tajam - Tergores/terluka
- Lokasi kerja licin dan - Tersandung & terjatuh
berantakan
2. Pemasangan tiang - Pekerja berdiri dibawah - Tertimpa material atau
Scaffolding Tube scaffolding yg sedang di benda kerja
pasang
- Bekerja di ketinggian - Terjatuh
- Tiang/tube kendur (tdk terikat) - Terjatuh dan tertimpa
scaffolding tumbang
3. Pemasangan hand - Hand rail/toe board kendur - Tertimpa material atau
rail and toe board benda kerja

289

144
14/07/2023

Studi Kasus dalam Manajemen Resiko

RISK MATRIK
LIKELIHOOD (L)
Kemungkinan sangat Kemungkinan Kemungkinan Kemungkinan
jarang terjadi jarang terjadi tidak sering terjadi sering terjadi
RPN= S x L Rank Pr
(1) (2) (3) (4) 10 - 16 H (High Risk)
Perlu P3K (1) 1 2 3 4 6-9 M (Med Risk)
SEVERITY (S)

Perlu perawatan medis (2) 2 4 6 8 1-5 L (Low Risk)


Perlu dibatasi pekerjaan (3) 3 6 9 12
Berakibat Kematian (4) 4 8 12 16

Kemungkinan
i sering terjadi
RPN= S x L Rank Prioritas
(4) 10 - 16 H (High Risk) 1
4 6-9 M (Med Risk) 2
8 1-5 L (Low Risk) 3
12
16

290

Studi Kasus dalam Manajemen Resiko

RPN RPN
Konsekuensi
Urutan Kegiatan Bahaya L S R=LxS Kontrol Resiko L S R=LxS
Bahaya
1. Penanganan/ - Material berat -Nyeri otot 3 3 9
mobilisasi material -Tertimpa
ke lokasi kerja tube
- Ujung material - Torgores dan 3 3 9
tajam terluka
- Lokasi kerja licin - Tersandung& 4 3 12
dan berantakan terjatuh
2. Pemasangan tiang - Pekerja berdiri - Tertimpa 4 4 16
Scaffolding/ Tube dibawah scaffolding material atau
yg sedang di pasang benda kerja
-Bekerja di - Terjatuh 4 4 16
ketinggian
- Tiang/tube kendur - Terjatuh dan 4 3 12
(tdk terikat) tertimpa
material atau
benda kerja

3. Pemasangan hand - Hand rail/toe - Tertimpa mat’l 3 4 12


rail and toe board board kendur atau benda
kerja

291

145
14/07/2023

Studi Kasus dalam Manajemen Resiko

292

Studi Kasus dalam Manajemen Resiko


ACCEPTABLE
RISK
Konsekuensi RPN RPN
Urutan Kegiatan Bahaya Bahaya
L S R=LxS Kontrol Resiko L S R=LxS

1. Penanganan/ - Material berat -Nyeri otot 3 3 9 - Pelatihan manual 2 3 6


mobilisasi material -Tertimpa lifting
tube 3 3 9 - Pakai sepatu dan 2 3 6
ke lokasi kerja
- Ujung material - Torgores dan helm safety
tajam terluka - Pakai sarung tangan
- Lokasi kerja licin - Tersandung& 4 3 12 - House keeping (5S) 3 3 9
dan berantakan terjatuh
2. Pemasangan tiang - Pekerja berdiri - Tertimpa 4 4 16 - Safety induksi 3 4 12
Scaffolding/ Tube dibawah scaffolding material atau
yg sedang di pasang benda kerja
-Bekerja di - Terjatuh 4 4 16 - Pakei full body 3 4 12
ketinggian harness
- Tiang/tube kendur - Terjatuh dan 4 3 12 - Pengencangan pakai 2 3 6
(tdk terikat) tertimpa kunci rachet
material atau
benda kerja
- Hand rail/toe - Tertimpa mat’l 3 4 12 - Pemeriksaan 2 4 8
3. Pemasangan hand
RESIDUAL
board kendur atau benda kekencangan/fix
rail and toe board kerja
BEFORE AFTER RISK

293

146
14/07/2023

Studi Kasus dalam Manajemen Resiko


TOLERABLE
RISK
Konsekuensi RPN RPN
Urutan Kegiatan Bahaya Bahaya L S R=LxS Kontrol Resiko L S R=LxS

1. Penanganan/ - Material berat -Nyeri otot 3 3 9 - Pelatihan manual 2 3 6


mobilisasi material -Tertimpa lifting
tube 3 3 9 - Pakai sepatu dan 2 3 6
ke lokasi kerja
- Ujung material - Torgores dan helm safety
tajam terluka - Pakai sarung tangan
- Lokasi kerja licin - Tersandung& 4 3 12 - House keeping (5S) 3 3 9
dan berantakan terjatuh
2. Pemasangan tiang - Pekerja berdiri - Tertimpa 4 4 16 - Safety induksi 3 4 12
Scaffolding/ Tube dibawah scaffolding material atau - Pasang barikade 2 4 8
yg sedang di pasang benda kerja
-Bekerja di - Terjatuh 4 4 16 - Pakei full body 3 4 12
ketinggian harness 2 4 8
- Safety training
- Tiang/tube kendur - Terjatuh dan
4 3 12 - Pengencangan pakai 2 4 6
(tdk terikat) tertimpa
kunci rachet
material atau
benda kerja
- Hand rail/toe - Tertimpa mat’l 3 4 12 - Pemeriksaan 2 4 8
3. Pemasangan hand
RESIDUAL
board kendur atau benda kekencangan/fix
rail and toe board kerja
BEFORE AFTER RISK

294

GAMBAR 1

295

147
14/07/2023

GAMBAR 3

296

GAMBAR 5

297

148
14/07/2023

12 Pelaporan Insiden

298

Pelaporan Insiden

Insiden?
Peristiwa sehubungan kerja yang menyebabkan atau dapat menyebabkan
Cidera atau Sakit-Penyakit (terlepas parah tidaknya) atau Kematian.
Catatan 1:
Kecelakaan adalah suatu insiden yang menyebabkan Cidera, Sakit-
Penyakit atau Kematian.

Catatan 2:
Suatu insiden dimana tidak ada cidera, sakit-penyakit, atau kematian yang terjadi, bisa
juga disebut sebagai nyaris celaka atau kejadian berbahaya
(near-miss, near-hit, close call, dangerous occurrence).

Catatan 3: Situasi darurat adalah tipe insiden khusus

299

149
14/07/2023

Tujuan Penyelidikan Insiden

o Mengidentifikasi dan menjelaskan kejadian insiden sebenarnya (apa, dimana,


kapan);
o Mengidentifikasi secara langsung akar masalah atau faktor penunjang
terjadinya insiden (mengapa);
o Mengidentifikasi tindakan perbaikan untuk menurunkan resiko untuk
mencegah kecelakaan serupa di masa yang akan datang (pembelajaran);
o Menyelidiki dan mengevaluasi dasar potensi dikeluarkannya surat peringatan
(mempersalahkan);
o Sebagai dasar penilaian kewajiban kompensasi asuransi (bayar)

300

Proses Penyelidikan Insiden

1. Buat tanggapan dan laporan awal


2. Bentuk tim penyelidik
3. Tentukan fakta-fakta
4. Tentukan faktor-faktor kunci
5. Tentukan sistem yang perlu diperkuat
6. Rekomendasikan tindakan perbaikan dan tindakan
7. Pencegahan
8. Dokumentasikan dan komunikasikan temuan-temuan
9. Tindak lanjut

301

150
14/07/2023

Proses Penyelidikan - Flowchart

302

Proses Penyelidikan

1. Tanggapan dan Laporan Awal

▪ Buat tanggapan dan laporan awal, manajemen dapat


mengidentifikasi insiden yang memerlukan penyelidikan
menyeluruh.
▪ Laporan harus :
o Jelas
o Fakta-fakta lengkap (misalnya tanggal, waktu, tempat,
kejadian, tindakan segera yang telah dilakukan)

303

151
14/07/2023

Proses Penyelidikan

2. Membentuk Tim Penyelidik


▪ Manajer/supervisor
▪ Safety/environmental/emergency officer
▪ Teknisi
▪ Engineer
▪ Spesialis
▪ Personel operation/maintenance
▪ Wakil dari serikat pekerja

304

Proses Penyelidikan

3. Menentukan Fakta-Fakta
Metode untuk Menentukan Fakta
a. Wawancara pada :
o Korban
o Saksi
b. Pengamatan Lokasi (lihat apa yang terjadi)
c. Pemeriksaan dokumen/catatan:
o Catatan (melihat apa yang terjadi pada masa yang lalu)
o Ringkasan data/analisa
o Laporan insiden

305

152
14/07/2023

Proses Penyelidikan

3. Menentukan Fakta-Fakta
a. Wawancara dengan Saksi
Informasi yang harus diperoleh saat melakukan wawancara
dengan saksi:
a. Waktu dan lokasi kejadian.
b. Kondisi lingkungan (cuaca, suhu, bunyi, atau gangguan lainnya).
c. Posisi korban, perlengkapan, material, dan posisi saksi.
d. Keberadaan saksi lain.
e. Petunjuk apa yang diberikan : kapan?, dimana?, siapa?

306

Proses Penyelidikan

3. Menentukan Fakta-Fakta
a. Wawancara dengan Saksi
Informasi yang harus diperoleh saat melakukan wawancara
dengan saksi:
f. Apakah ada yang dipindahkan, diletakkan kembali, dinyalakan atau
dimatikan atau diambil dari tempat kejadian
g. Tindakan orang-orang yang berada ditempat kejadian
o Sebelum insiden
o Setelah insiden, termasuk personel darurat
h. Apa yang menarik perhatian saksi tentang insiden.

307

153
14/07/2023

Proses Penyelidikan

3. Menentukan Fakta-Fakta
Perencanaan Sebelum Wawancara
▪ Rencanakan topik-topik yang akan dicakup;
▪ Siapkan daftar periksa pertanyaan yang memerlukan jawaban;
▪ Tetapkan metode pencatatan
o Buku catatan
o Perekam pita
o Video

308

Proses Penyelidikan

3. Menentukan Fakta-Fakta
Jenis-jenis Pertanyaan dalam Wawancara
▪ Umum - membiarkan personil memberikan informasi
mengenai setiap aspek dari subjek;
▪ Spesifik - mempersempit subjek untuk lebih detail;
▪ Penutup - pertanyaan konfirmasi, penolakan atau
jawaban pendek.

309

154
14/07/2023

Proses Penyelidikan

3. Menentukan Fakta-Fakta
Wawancara yang Efektif
▪ Gunakan daftar periksa dengan teknik : apa?,
kapan?, dimana?, mengapa? dan bagaimana?;
▪ Pelajari : Pengendalian bahaya;
▪ Cari informasi : pengalaman masa lalu, prosedur,
pelatihan.

310

Proses Penyelidikan

3. Menentukan Fakta-Fakta
Teknik Corong saat Wawancara
▪ Cuaca
▪ Peralatan
▪ APD
▪ Kecepatan
▪ Pelatihan
▪ Hambatan
▪ Keputusan
▪ Penerangan FAKTA

311

155
14/07/2023

Proses Penyelidikan

4. Faktor-faktor Kunci
▪ Tentukan faktor-faktor kunci yang mempengaruhi insiden
o Kategori berdasarkan tindakan/kondisi tidak aman
o Faktor operasional (prosedur, JSA, Manajemen perubahan,
pelatiahan dll)
o Mengunakan pertanyaan Mengapa? Atau 5W

312

Proses Penyelidikan

5. Tindakan Perbaikan & Pencegahan


Mengendalikan Resiko (Risk Control) dengan Cara :

Menghilangkan Bahaya (eliminasi)

Mengganti (substitusi)

Rekayasa Teknik (Engineering)

Administrasi (pembuatan Prosedur, K3 pelatihan, sign board, LOTO dll)

Alat Pelindung Diri (APD)

313

156
14/07/2023

Proses Penyelidikan

5. Tindakan Perbaikan & Pencegahan


Tindakan Perbaikan yang Baik
Lakukan analisa resiko mengenai dampak/konsekuensi bahaya baru
yang muncul dari rencana tindakan perbaikan yang akan diterapkan:
o Kemungkinan kejadian insiden lain;
o Keparahannya jika terjadi;
o Biaya penerapannya
o Dampak kepada organisasi

314

Proses Penyelidikan

6. Membuat Rekomendasi
Tindakan perbaikan dan pencegahan harus menekankan faktor-faktor
kunci dan termasuk hal berikut:
o Penjelasan tindakan perbaikan yang akan dilakukan
o Penanggung-jawab penerapnnya
o Tanggal penyelesaian tindakan perbaikan

315

157
14/07/2023

Proses Penyelidikan

7. Meninjau Laporan Insiden


Laporan insiden harus ditinjau oleh semua personel perusahaan dan
personal kontrak yang terlibat dalam insiden:
o Berbagi dengan tempat lain
o Untuk agen penyelidik pemerintah, dapatkan permintaan tertulis
dan tinjau aspek hukumnya

316

Proses Penyelidikan

7. Meninjau Laporan Insiden


Format Pelaporan Insiden
Informasi latar belakang Analisis insiden (bagaimana dan
▪ Di mana dan kapan insiden terjadi mengapa)
▪ Siapa dan apa yang terlibat ▪ Penyebab langsung (seperti
▪ Personel operasi dan saksi lain sumber listrik atau pelepasan B3)
▪ Penyebab tidak langsung
Laporan insiden (apa yang terjadi?) (tindakan atau kondisi tidak aman)
▪ Urutan kejadian ▪ Akar penyebab masalah
▪ Besarnya kerusakan (kebijakan perusahaan)
▪ Jenis insiden
Rekomendasi
▪ Sumber energi atau B3
▪ Mencegah terulangnya kejadian
▪ Tindakan segera dan jangka panjang

317

158
14/07/2023

Proses Penyelidikan

7. Meninjau Laporan Insiden


Penyampaian Laporan
▪ Jumlah salinan
▪ Siapa yang akan diberikan
o Internal
o Eksternal
▪ Penyerahan Laporan

318

Proses Penyelidikan

8. Tindak-lanjut
▪ Memastikan rekomendasi diterima dan mendapat perhatian;
▪ Dapatkan persetujuan tertulis dari manajemen jika rekomendasi
tidak akan ditindak-lanjuti;
▪ Tindak-lanjut rekomendasi ditinjau secara periodik setelah tahun
pertama untuk memastikan hal berikut:
o Rekomendasi tindakan dilaksanakan
o Kebiasaan baik telah dijalankan

319

159
14/07/2023

12 Statistik dan
Pengukuran Kinerja
K3

320

Statistika Dalam Aspek K3

Tujuan
• Mengidentifikasi naik turunnya (trend) dari suatu
timbulnya kecelakaan kerja
• Mengetahui peningkatan atau berbagai hal yang
memperburuk kinerja K3
• Membandingkan kinerja antara tempat kerja dan
industri yang serupa
• Memberikan informasi mengenai prioritas
pengalokasian dana K3
• Memonitor kinerja organisasi, khususnya mengenai
persyaratan untuk penyediaan sistim/tempat kerja
yang aman

321

160
14/07/2023

Pengukuran Kinerja K3

Pengukuran Kinerja K3 dibagi menjadi 2 Indikator


1. Indikator Kemajuan (Leading Indicator)
Digunakan untuk membantu mengatasi kegagalan atau mengisi celah
dari sistem pengendalian risiko sehingga insiden dapat dicegah.
Contohnya
a. Jumlah Inspeksi K3
b. Jumlah Meeting / Safety Toolbox
c. Jumlah Audit K3
d. Jumlah Pelaporan Nearmiss atau Bahaya
e. Jumlah Risk Assessment yang dilakukan
f. Jumlah Pelatihan K3

322

Pengukuran Kinerja K3

Pengukuran Kinerja K3 dibagi menjadi 2 Indikator


2. Indikator Kemunduran (Lagging Indicator)
Digunakan untuk mengidentifikasi kegagalan atau ‘celah' dalam
aspek vital dari sistem pengendalian risiko.
Contohnya:
a. Tingkat Kekerapan (Frequency Rate (FR))
b. Tingkat Keparahan (Severity Rate (SR))
c. Tingkat Waktu yang Hilang akibat Cidera (Lost Time Injury Rate
(LTIR))
d. Tingkat Total Cidera yang Dicatat (Total Recordable Injury Rate
(TRIR))

323

161
14/07/2023

Statistika Dalam Aspek K3

a. Lost Time Injuri Rate (LTIR)


Digunakan untuk menghitung tingkat Hari yang Hilang (lost time)
kecelakaan atau cidera yang berakibat pada ketidakmampuan bekerja
selama periode tertentu.

Rumus Perhitungannya
LTIR = Jumlah Kecelakaan yang menyebabkan hilangnya hari (LTI) x 1.000.000
Total Jumlah Jam Kerja

324

Statistika Dalam Aspek K3

1. Lost Time Injuri Rate (LTIR)


Contoh Kasus
• Sebuah perusahaan dengan tenaga kerja 500 orang selama beroperasi dari bulan
Januari - Agustus 2001 telah terjadi 46 kasus kecelakaan yang menyebabkan hilang
hari kerja. Jika total jumlah jam kerja seluruh pekerja adalah 1.150.000 jam.
Hitunglah LTIR nya ?
Jawab
LTIR = 46 x 1.000.000 artinya:
1.150.000 Pada periode tersebut terjadi kasus LTI sebanyak 40
kasus untuk sejuta jam kerja.
LTIR = 40

Catatan :
• Interval Waktu Yang Digunakan Biasanya Untuk Periode 1 Tahun
• Semakin besar angka LTIR artinya kinerja K3 nya kurang baik

325

162
14/07/2023

Statistika Dalam Aspek K3

2. Severity Rate (SR)


Digunakan untuk menghitung tingkat Keparahan suatu kecelakaan
berdasarkan jumlah hari yang hilang karena cidera pada pekerja akibat
kecelakaan kerja selama periode tertentu.

Rumus Perhitungannya
SR = Jumlah Hari yang Hilang akibat kecelakaan x 1.000.000
Total Jumlah Jam Kerja

326

Statistika Dalam Aspek K3

2. Severity Rate (SR)


Contoh Kasus
• Sebuah perusahaan Galangan Kapal selama 7 bulan telah terjadi kecelakaan LTI
yang menyebabkan pekerja-pekerjanya tidak masuk kerja selama 45 hari. Jika total
jumlah jam kerja perusahaan ini adalah 900.000 jam, maka tentukanlah SR nya?

Jawab
SR = 45 x 1.000.000 artinya:
900.000 Pada periode tersebut terjadi hilangnya hari kerja
selama 50 Hari untuk sejuta jam kerja.
SR = 50

Catatan :
• Interval Waktu Yang Digunakan Biasanya Untuk Periode 1 Tahun
• Semakin besar angka SR artinya kinerja K3 nya kurang baik

327

163
14/07/2023

Statistika Dalam Aspek K3

3. Frequency Rate (FR)


Digunakan untuk menghitung tingkat Kekerapan suatu kecelakaan
selama periode tertentu.

Rumus Perhitungannya
FR = Jumlah Kecelakaan x 1.000.000
Total Jumlah Jam Kerja

328

Statistika Dalam Aspek K3

3. Frequency Rate (FR)


Contoh Kasus
• Sebuah tempat kerja dengan total jumlah jam kerja 365.000 jam, selama setahun
telah terjadi 5 kasus kecelakaan kerja yang menyebabkan 175 hari kerja yang
hilang. Hitunglah FR dan SR nya?
Jawab
FR = 5 x 1.000.000 SR = 175 x 1.000.000
365.000 365.000

FR = 13.70 SR = 479

artinya:
Pada periode tersebut telah terjadi
13.70 kecelakaan untuk untuk
sejuta jam kerja.

329

164
14/07/2023

Statistika Dalam Aspek K3

4. Total Recordable Injury Rate (TRIR)


Digunakan untuk menghitung tingkat kecelakaan atau cidera yang
tercatat yaitu Kecelakaan LTI dan Kecelakaan Tercatat (Recordable)
selama periode tertentu.
Kecelakaan LTI = Kecelakaan yang menyebabkan hilangnya hari (Lost Time)
Kecelakaan Recordable = Kecelakaan yang memerlukan perawat khusus dokter namun masih
bisa masuk kerja dan tidak termasuk kasus P3K atau nearmiss

Rumus Perhitungannya
TRIR = Jumlah Kecelakaan (LTI) + Kecelakaan Tercatat (Recordable) x 1.000.000
Total Jumlah Jam Kerja

330

Statistika Dalam Aspek K3

4. Total Recordable Injury Rate (TRIR)


Contoh Kasus
Sebuah perusahaan selama bulan Januari - September 2020 telah terjadi 25 kasus
kecelakaan dimana dari 25 kasus kecelakaan tersebut 5 kasus termasuk kategori LTI,
8 kasus termasuk katagori Recordable, 2 kasus P3K dan sisanya adalah kasus
nearmiss. Jika total jumlah jam kerja adalah 850.000 jam maka hitunglah TRIR-nya.
Jawab
TRIR = (5+8) x 1.000.000 artinya:
850.000 Pada periode tersebut terjadi kasus Recordable
TRIR = 15.3 sebanyak 15.3 untuk sejuta jam kerja.

Catatan :
• Interval Waktu Yang Digunakan Biasanya Untuk Periode 1 Tahun
• Semakin besar angka TRIR artinya kinerja K3 nya kurang baik

331

165
14/07/2023

Pelaporan Kecelakaan Kerja

Tujuan
• Memiliki Keseragaman Laporan
• Memiliki Data Kecelakaan
• Memudahkan Mengidentifikasi & Menganalisis Kecelakaan Kerja Guna
Menemukan Penyebab Utama Kecelakaan (Mempelajari & Menilai Secara Tepat)
• Dapatmemberikan Saran Perbaikan Agar Kecelakaan Tidak Terulang Kembali
(Perencanaan)
• Mengendalikan Kerugian Dari Kecelakaan (Control Of Accident Loss)

332

Pelaporan Kecelakaan Kerja

Ruang Lingkup
• Meliputi Analisis Kecelakaan di Tempat Kerja yang Terdiri:
• Kecelakaan Kerja
• PAK (Penyakit Akibat Kerja)
• Peledakan
• Kebakaran
• Bahaya Pembuangan Limbah
• Kejadian Bahaya Lainnya

333

166
14/07/2023

Pelaporan Kecelakaan Kerja

Dasar Hukum
• Permenaker NO. PER-03/MEN/1998 – Tata cara Pelaporan dan Pemeriksaan
Kecelakaan
• Pasal 2
• 1. Pengurus/pengusaha wajib melaporkan tiap kecelakaan yg terjadi dalam
tempat kerja yg dipimpinnya.
• 2.Kecelakaankerja, kebakaran atau peledakan atau bahaya pembuangan limbah,
kejadian berbahaya lainnya.
• Pasal 3
• Pengurus/pengusaha yg sudah/belum mengikut sertakan pekerjaannya dlm
program jamsostek (uu 3/92).

334

Pelaporan Kecelakaan Kerja

Dasar Hukum
• Permenaker NO. PER-03/MEN/1998 – Tata cara Pelaporan dan Pemeriksaan
Kecelakaan
• Pasal 4
1. Dilaporkan secara tertulis ke kakandepnaker/ kakadisnaker dlm waktu ≤2 x 24
jam sejak kejadian dgn formulir bentuk 3 kk2 a.
2. Dpt dilaporkan secara lisan sblm dilaporkan scr tertulis
• Pasal 5
1. Pengurus/pengusaha yg telah mengikut sertakan pekerjaannya dlm program
jamsostek pelaporannya sesuai permenaker no. Per-05/men/1993.
2. Pengurus/pengusaha yg belum mengikut sertakan pekerjaannya dlm program
jamsostek pelaporannya sesuai permenaker no. Per-04/men/1993.

335

167
14/07/2023

Pelaporan Kecelakaan Kerja

Laporan Meliputi
I. Data Umum
a. Identitas perusahaan
b. Informasi kecelakaan
c. Keterangan lain
II. Data korban (kode a)
1. Jumlah korban (kode a)
2. Nama (kode a)
3. Akibat kecelakaan (kode a)
4. Keterangan cidera (kode a)

336

Pelaporan Kecelakaan Kerja

Laporan Meliputi
III. Fakta yang dibuat
1. Kondisiyang berbahaya
2. Tindakanyang berbahaya
IV. Uraian terjadinya kecelakaan
V. Sumber kecelakaan (kode b)
VI. Type kecelakaan (kode c)
VII. Penyebab kecelakaan (kode d)
VIII. Syarat-syarat yg diberikan (kode e)
IX. Tindakan lebih lanjut
X. Hal-hal lain yg perlu dilaporkan

337

168
14/07/2023

Pelaporan Kecelakaan Kerja

338

Pelaporan Kecelakaan Kerja

339

169
14/07/2023

Pelaporan Kecelakaan Kerja

340

5. Akibat Kecelakaan
a. Akibat yg diderita korban Meninggal Dunia Sakit Luka-luka
b. Sebutkan bagian tubuh yg
sakit
c. Sebutkan jenis PAK
- Jabatan / Pekerjaan
- Lama bekerja
d. Keadaan penderita setelah
pemeriksaan pertama
1 Berobat jalan Sambil bekerja Tidak bekerja
2 Dirawat di : Alamat: Rumah sakit Puskesmas Poliklinik

6. Nama dan alamat dokter/ tenaga


medik yg memberikan
pertolongan pertama (dlm hal
penyakit yg timbul karena
hubungan kerja, nama dokter yg
pertama kali mendiagnosa)
7. Kejadian di tempat kerja yg
membahayakan K3 (misal:
kebakaran, peledakan, rubuhnya
bagian konstruksi bangunan, dll)

341

170
14/07/2023

8. Perkiraan kerugian :
a. waktu (dlm hari – orang)
b. material
9. Upah Tenaga Kerja
a. Upah (upah pokok dan Rp.
tunjangan)
b. Penerimaan lain-lain Rp.
c. Jumlah a + b Rp.
10. Kecelakaan dicatat dlm Buku
Kecelakaan pada No. Unit
11. Kecelakaan lain-lain yg perlu

*) Jika perlu dapat ditambah Dibuat dengan


sesungguhnya

Nama dan tanda tangan Jabatan Tanggal


pimpinan perusahaan

➢ Warna Putih, Merah dan Merah Jambu ke


Kandep Tenaga Kerja Setempat
➢ Warna kuning untuk arsip perusahaan
➢ Warna Hijau dan Biru untuk Badan
Penyelenggara / PT. Jamsostek (Persero)

342

Pemeriksaan Kecelakaan Kerja

• Kantor Depnaker akan memerintahkan peg. Pengawas utk melakukan


pemeriksaan & pengkajian kecelakaan sesuai per-UU-an ketenagakerjaan
• Menggunakan formulir Laporan pemeriksaan & pengkajian : lamp II utk
kecelakaan kerja, lamp II utk PAK, lamp IV utk peledakan, kebakaran & bahaya
pemb limbah serta lamp V utk bahaya lainnya
• Kepala Kandepnaker pada setiap bulannya menyusun analisis laporan
kecelakaan dengan menggunakan formulir sesuai lamp VI dan meneruskan ke
kantor wilayah

343

171
14/07/2023

• TUJUAN PENGKAJIAN SERTA ANALISIS STATISTIK KEC ADALAH UTK MENGETAHUI


ANGKA FR & SR GUNA PENETAPAN KEBIJAKAN LBH LANJUT
• KANTOR WILAYAH AKAN MEMBUAT ANALISIS DGN MENGGUNAKAN LAMP VII
DAN MENGIRIMKAN KE PUSAT
• PUSAT AKAN MENYUSUN ANALISIS LAP FR & SR KEC TKT NASIONAL

344

ANALISIS LAPORAN KECELAKAAN


• MEMUAT TENTANG KEJADIAN KEC DIKAITKAN DGN SEKTOR INDUSTRI YAITU :
• JUMLAH KEC
• JUMLAH KORBAN ( LAKI-LAKI ATAU PEREMPUAN)
• UMUR KORBAN
• KURANG DR 10 THN
• ANTARA 11 S/D 20 THN
• ANTARA 21 S/D 30 THN
• ANTARA 31 S/D 40 THN
• ANTARA 41 S/D 50 THN
• LEBIH DARI 51 THN
• AKIBAT (MNGL, LUKA BERAT ATAU LUKA RINGAN)

345

172
14/07/2023

DATA KORBAN
• A1 = JML KORBAN LAKI-LAKI
• A2 = JML KORBAN PEREMPUAN
• A3 = UMUR
• A3.1 = KRG 10 TH
• A3.2 = 11 S/D 20 TH
• A3.3 = 21 S/D 30 TH
• A3.4 = 31 S/D 40 TH
• A3.5 = 41 S/D 50 TH
• A3.6 = DIATAS 50 TH
• A4 = JML KORBAN MATI
• A5 = JML KORBAN YG LUKA BERAT
• A6 = JML KORBAN YG LUKA RINGAN

346

BAGIAN TUBUH YANG CIDERA


• KETERANGAN CIDERA/BAGIAN TUBUH YG CIDERA
• * KEPALA * MATA
• * TELINGA * BADAN
• * LENGAN * TANGAN
• * JARI TANGAN * PAHA
• * KAKI * JARI KAKI
• * ORGAN TUBUH BAGIAN DALAM

347

173
14/07/2023

BAGIAN TUBUH YANG CIDERA


A7 = KEPALA
A8 = MATA
A9 = TELINGA
A10 = BADAN
A11 = LENGAN
A12 = TANGAN
A13 = JARITANGAN
A14 = PAHA
A15 = KAKI
A16 = JARIKAKI
A17 = ORGAN TUBUH BAGIAN DALAM

348

• SUMBER KECELAKAAN / CIDERA (18) YAITU BENDA / KEADAAN YG


BERHUBUNGAN LANGSUNG SBG PENYEBAB KECELAKAAN

349

174
14/07/2023

KONDISI YANG BERBAHAYA

• D1= PENGAMAN YANG TIDAK SEMPURNA


• D2 = PERALATAN/BHN YANG TIDAK SEMPURNA
• D3 = KECACATAN KETIDAK SEMPURNAAN / KONDISI ATAU KEADAAN YANG TIDAK SEMESTINYA
• D4 = PENGATURAN, PROSEDUR YANG TIDAK AMAN
• D5 = PENERANGAN YANG TIDAK SEMPURNA
• D6 = VENTILASI TIDAK SEMPURNA
• D7 = IKLIM KERJA YANG TIDAK AMAN
• D8 = TEKANAN UDARA YG TDK AMAN TINGGI / RENDAH
• D9 = GETARAN YANG BERBAHAYA
• D10 = BISING (SUARA MELEBIHI NAB)
• D11 = PAKAIAN, PERLENGKAPAN YANG TIDAK AMAN
• D12 = LAIN-LAIN (BERGERAK / BERPUTAR TERLALU CEPAT)

350

TINDAKAN YANG BERBAHAYA


• E1 = MELAKUKAN PEKERJAAN TANPA WEWENANG LUPA MENGAMANKAN MEMBERI TANDA /
PERINGATAN
• E2 = BEKERJA DENGAN CEPAT
• E3 = MEMBUAT ALAT PENGAMAN TIDAK BERFUNGSI (MELEPASKAN, MENGUBAH)
• E4 = MEMAKAI PERALATAN YG TIDAK AMAN
• E5 = MEMUAT, MEMBONGKAR, MENEMPATKAN, MENCAMPUR, MENGGABUNGKAN DSB DGN
TIDAK AMAN
• E6 = MENGAMBIL POSISI / SIKAP TUBUH YG TDK AMAN
• E7 = BEKERJA PD PROYEK YG BERPUTAR / BERBAHAYA (MEMBERSIHKAN, MENGATUR,
MEMBERI PELUMAS)
• E8 = MENGALIHKAN PERHATIAN, MENGGANGU,SEMBRONO, DAN MENGAGETKAN.
• E9 = MELALAIKAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI YANG DITENTUKAN
• E10 = LAIN-LAIN

351

175
14/07/2023

• TYPE/CORAK KECELAKAAN (10) YAITU CARA KONTAK DR KORBAN


DGN SUMBER CIDERA ATAU PROSES GERAKAN

352

SUMBER BAHAYA
B1 = MESIN
B2 = PENGGERAKMULA& POMPA
B3 = LIFT
B4 = PESAWATANGKAT
B5 = CONVEYOR
B6 = PESAWATANGKUT
B7 = ALATTRANSMISIMEKANIK
B8 = PERKAKASKERJATANGAN
B9 = PESAWATUAP& BEJANA
B10 = PERALATANLISTRIK
B11 = BAHANKIMIA
B12 = DEBUBERBAHAYA
B13 = RADIASIBAHANRADIO AKTIF
B14 = FAKTORLINGKUNGAN
B15 = BHNMUDAHTERBAKAR& BENDAPANAS
B16 = BINATANG
B17 = PERMUKAANKONDISIKERJA
B18 = LAIN-LAIN

353

176
14/07/2023

HAMBATAN DALAM PELAPORAN KECELAKAAN


• ALASAN KEENGGANAN MELAPORKAN KECELAKAAN.
• TAKUT TINDAKAN DISIPLIN.
• KHAWATIR CATATAN PENILAIAN NEGATIF(KODUITE).
• KHAWATIR AKAN REPUTASI.
• TAKUT DIOBATI.
• TIDAK MENYUKAI PETUGAS MEDIK.
• MENGHINDARI TERHENTINYA PEKERJAAN.
• INGIN MENJAGA CATATAN PRIBADI YANG BERSIH.
• MENGHINDARI PERTANYAAN.
• MELINDUNGI TINGKAH LAKU ORANG LAIN.
• TIDAK MEMAHAMI PENTINGNYA LAPORAN KECELAKAAN

354

PENGGUNAAN STATISTIKA
PRINSIP PENYUSUNAN STATISTIK :

➢ PENGGUNAAN DEFINISI KECELAKAAN YANG SERAGAM,


DAN DILAPORKAN SERTA DITABULASI SECARA
SERAGAM PULA.

➢ METODE YANG SERAGAM DALAM PERHITUNGAN


FREKUENSI DAN TINGKAT KEPARAHAN AKIBAT
KECELAKAAN.

355

177
14/07/2023

➢ KLASIFIKASI INDUSTRI DAN JENIS PEKERJAAN YANG SERAGAM PULA.

➢ KLASIFIKASI YANG SERAGAM DARI KECELAKAAN, BERDASARKAN


KEJADIAN, SIFAT DAN LOKASI CEDERA.

356

KECELAKAAN KERJA DI INDONESIA MASIH TINGGI

Tahun Fatal Cacat STMB Jml Kasus Fatal thd


Tetap Kasus
1999 1476 11.871 78.163 91.510 1.61
2000 1592 12.025 85.285 98.902 1.61
2001 1768 12.566 90.440 104.774 1.69
2002 1903 10.345 91.556 103.804 1.83
2003 1748 10.395 93.703 105.846 1.65

357

178
14/07/2023

PROSENTASE KECELAKAAN PER TENAGA KERJA

Total Number of
Accident % Accident by
Year
Cases Enterprises Workers Workers

1999 91.510 80.802 11.094.575 0,82

2000 98.902 84.439 13.552.141 0,73

2001 104.774 93.329 16.356.250 0,64

2002 103.804 100.929 17.369.960 0,60

2003 105.846 109.807 19.337.886 0,55

2004 95.418 118.866 10.939.166 0,48

358

Occupational Accidents in Indonesia


(1999 – 2004)
Results

Accident Disability
No Year Death (Funtion + Total + Recovery (STMB)
Cases
Temporary)

Number (%) Number (%) Number (%)

1 1999 91.510 1.476 1.61 11.871 12.97 78.163 85.41

2 2000 98.902 1.592 1.61 12.025 12.16 85.285 86.23

3 2001 104.774 1.768 1.69 12.566 11.99 90.440 86.32

4 2002 103.804 1.903 1.83 10.345 9.97 91.556 88.20

5 2003 105.846 1.748 1.65 7.228 9.82 93.703 88.53

6 2004 95.418 1.736 1.81 9.106 9.54 84,576 88,63

359

179
14/07/2023

Frequency Rates are decreasing

Frequecy Rate

5.00

4.00
4.25 3.76
3.30
Percentage

3.08 2.82
3.00
2.47
2.00 FR = Ttl Cases x 1.000.000
man hours
1.00

-
1999 2000 2001 2002 2003 2004
Ye ar

Frequecy Rate

360

Fatal Accident Rates per 100,000 workers

13,30
14,00
11,75
12,00 10,81 10,96
Jml Tenaga Kerja (100 rb)

10,00 9,04
8,00

6,00
4,00

2,00
0,00
1999 2000 2001 2002 2003
Tahun
Kematian terhdp 100 Tenaga Kerja

361

180
14/07/2023

1.Angka Banyaknya Kecelakaan/Frekuensi Kecelakaan (Frequency


Rate) :
yaitu jumlah kecelakaan untuk setiap juta jam manusia sbb :

FR = Banyaknya Kecelakaan x 1.000.000


Jumlah Jam Manusia

362

2.Tingkat Keparahan/Beratnya Kecelakaan (Seferity Rate) :


yang dihitung berdasarkan jumlah hari yang hilang untuk sejuta jam
manusia sbb :

SR = Jumlah Hari Yang Hilang x 1.000.000


Jumlah Jam Manusia

363

181
14/07/2023

13 Investigasi
Kecelakaan Kerja

364

Investigasi Kecelakaan Kerja

Syarat K3 Pekerjaan pada Ketinggian


i. APD dan Alat Penahan Jatuh Perorangan
Penahan Jatuh Perorangan :
1. Untuk Pekerjaan bergerak vertikal, berupa alat pengunci otomatis yang membatasi jarak jatuh
1.2meter;
2. Untuk pekerjaan bergerak horizontal, berupa alat pengunci otomatis yang mencengkram tali
pada posisi jatuh;
3. Untuk tali ganda dengan pengait dan peredam kejut, harus mempunyai panjang maksimal 1.8
meter dan mempunyai system penutup dan pengunci kait otomatis;
4. Untuk Tali terpandu, menggunakan tali kernmantel dengan elastisitas memanjang min 5%
apabila terbebani tenaga kerja yang jatuh.
5. Untuk ulur Tarik otomatis, harus mempunyai sistim pengunci otomatis yang membatasi gerak
jatuh maksimal 0.6 meter

365

182
14/07/2023

14 Safety Committee
(P2K3)

366

Tujuan

Memberikan pemahaman berkaitan dengan tugas dan peran P2K3 di


perusahaan, termasuk tugas dan tanggung-jawabnya berdasarkan
peraturan perundangan

367

183
14/07/2023

Topik Bahasan

1.Stake Holder Pengawasan K3


2.Latar Belakang
3.Dasar Hukum Pembentukan P2K3
4.Penjelasan UU no tahun 1970 dan Permenaker No. Per. 04/Men/1987
5.Karakteristik Umum Pengurus & Anggota P2k3
6.Persyaratan Anggota P2K3
7.Tugas Keanggotaan P2K3
8.Rapat P2K3
9.Kegiatan Kerja P2K3

368

Stake Holder Pengawasan K3 UU No. 1 TAHUN 1970

MENAKER

DIREKTUR

PEG. AHLI DOKTER


P2K3
PENGAWAS K3 Perusahaan

Kab/Kota LUAR - POLI PRSH Perusahaan


DEPNAKER - JASA KESEH

SWASTA - INDUSTRI
PEMERINTAH
- JASA ----PJK3

369

184
14/07/2023

Latar Belakang

o Meningkatkan Komitmen Pimpinan Perusahaan Terhadap K3


o Mempercepat Birokrasi
o Mempercepat Pengambilan Keputusan
o Pengawasan Tidak Langsung

370

Dasar Hukum

UU No.1 tahun 1970 – pasal 10


Keselamatan Kerja

Permenaker No. Per-04/Men/1987


Panitia Pembina K3 serta Tata Cara Penunjukan
Ahli Keselamatan Kerja

Permenaker No. Per-02/Men/1992


Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang
Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja

PP 50 Tahun 2012
Sistem Manajemen K3 (SMK3)

371

185
14/07/2023

UU No. 1 tahun 1970 – Pasal 10

1. Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk P2K3 guna


mengembangkan kerja sama saling pengertian dan partisipasi
efektif dari pengusaha dan tenaga kerja untuk melaksanakan
tugas dan kewajiban bersama bidang K3 dalam rangka
melancarkan usaha produksi
2. Susunan P2K3, tugas dan lain-lainnya ditetapkan oleh Menteri
Tenaga Kerja.

Permennaker No. Per. 04/Men/1987


P2K3 & Tata Cara Penunjukan AK3

372

Permenaker No. Per. 04/Men/1987


P2K3 & Tata Cara Penunjukan AK3

o Pengertian ……………………….…. Ps 1
o Kewajiban Pengusaha ….........…...Ps 2
o Keanggotaan/Personil P2K3 …….. Ps 3
o Tugas dan Fungsi P2K3 ………... Ps 4

373

186
14/07/2023

Permenaker No. Per. 04/Men/1987


PENGERTIAN

Pasal 1

Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja


yang selanjutnya disebut P2K3
ialah badan pembantu di tempat kerja yang merupakan
wadah kerjasama antara pengusaha dan pekerja untuk
mengembangkan kerjasama saling pengertian dan
partisipasi efektif dalam penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja.

374

Permenaker No. Per. 04/Men/1987


KEWAJIBAN PENGUSAHA/PENGURUS MEMBENTUK P2K3

Pasal 2

Setiap Tempat Kerja dengan kriteria tertentu pengusaha atau


pengurus wajib membentuk P2K3.
Tempat kerja dimaksud ialah:
1. Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan 100
orang atau lebih.

2. Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan kurang


dari 100 orang, akan tetapi menggunakan bahan, proses dan instalasi
yang mempunyai risiko yang besar akan terjadinya peledakan, kebakaran,
keracunan dan penyinaran radioaktif.

375

187
14/07/2023

Permenaker No. Per. 04/Men/1987


KEANGGOTAAN P2K3

Pasal 3
1. Keanggotaan P2K3 terdiri unsur Pengusaha dan Pekerja
Dan Susunan Pengurus P2K3 terdiri dari :
▪ KETUA,
▪ SEKRETARIS,
▪ ANGGOTA
2. Sekretaris P2K3 : Ahli Keselamatan Kerja dari perusahaan yang
bersangkutan
3. P2K3 ditetapkan oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuknya atas usul
dari Pengusaha atau Pengurus yang bersangkutan.

376

Permenaker No. Per. 04/Men/1987


KEANGGOTAAN P2K3
Diagram Proses Pembentukan P2K3

377

188
14/07/2023

Permenaker No. Per. 04/Men/1987


KEANGGOTAAN P2K3
Contoh
SK Pengesahan
P2K3

378

Permenaker No. Per. 04/Men/1987


TUGAS P2K3

Pasal 4

P2K3 mempunyai TUGAS memberikan saran dan pertimbangan


baik diminta maupun tidak kepada pengusaha/pengurus
mengenai masalah K3

379

189
14/07/2023

Permenaker No. Per. 04/Men/1987


FUNGSI P2K3

Pasal 4

a. Menghimpun dan mengolah data tentang


Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja
o Data-data K3 yang dimaksud bisa berupa;
- Data kecelakaan kerja
- Data penyakit akibat kerja
- Data laporan bahaya
- Data hasil pemeriksaan kesehatan
- Data hasil pemantauan lingkungan kerja
- Lainnya ……………….?

o Metode pengolahan data-data K3


- FR, SR, LTIFR, dll
- Diagram statistik K3 (pitogram, pie chart, dll)

380

Permenaker No. Per. 04/Men/1987


FUNGSI P2K3

Pasal 4
b. Membantu menunjukan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja:
1) Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat
menimbulkan gangguan keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk
bahaya kebakaran dan peledakan serta cara penanggulangannya.

2) Faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan


produktivitas kerja;

3) Alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;

4) Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan


pekerjaannya;

381

190
14/07/2023

Permenaker No. Per. 04/Men/1987


FUNGSI P2K3

Pasal 4
c. Membantu pengusaha atau pengurus dalam:
1) Mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja;
2) Menentukan tindakan koreksi dengan alternatif terbaik;
3) Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap keselamatan
dan kesehatan kerja;
4) Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat kerja
serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan;
5) Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang keselamatan
kerja,hygiene perusahaan, kesehatan kerja dan ergonomi;

382

Permenaker No. Per. 04/Men/1987


FUNGSI P2K3

Pasal 4
c. Membantu pengusaha atau pengurus dalam:
6) Melaksanakan pemantauan terhadap gizi kerja dan
menyelenggarakan makanan di perusahaan;
7) Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja;
8) Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja;
9) Mengembangkan laboratorium kesehatan dan keselamatan kerja,
melakukan pemeriksaan laboratorium dan melaksanakan interpretasi
hasil pemeriksaan;
10)Menyelenggarakan administrasi keselamatan kerja, higene
perusahaan dan kesehatan kerja.

383

191
14/07/2023

Permenaker No. Per. 04/Men/1987


FUNGSI P2K3

Pasal 4

d. Membantu pimpinan perusahaan menyusun kebijakan


manajemen dan pedoman kerja dalam rangka upaya meningkatkan
keselamatan kerja, higene perusahaan, kesehatan kerja, ergonomi
dan gizi tenaga kerja.

384

KARAKTERISTIK UMUM
Pengurus dan Anggota P2K3

• Mempunyai tujuan yang sama : “menjadikan tempat kerja


yang aman dan sehat untuk semua orang”
• Melakukan pertemuan secara regular
• Melakukan komunikasi : antara pengusaha/ pengurus dan
tenaga kerja
• Sebagai team penyelasaian masalah K3
(problem solving team)

Komposisi/jumlah anggota P2K3 serta bentuk struktur


organisasinya tergantung kepada kompleksitas dari suatu
organisasi/perusahaan.

385

192
14/07/2023

Persyaratan Anggota P2K3

KETUA P2K3

Pengurus yang ditunjuk untuk memimpin langsung suatu kegiatan kerja

386

Persyaratan Anggota P2K3

SEKRETARIS P2K3

o Personil perusahaan yang telah ditunjuk sebagai Ahli Keselamatan Kerja dari Perusahaan
yang bersangkutan
Telah lulus pendidikan AK3 umum oleh Depnaker & Trans RI
– Sertifikat lulus dari pelatihan AK3
– Surat PENUNJUKAN dari menteri/direktur/pejabat yg ditunjuk
dari depnaker sebagai AK3 di perusahaan yg bersangkutan

o Memiliki Surat Keterangan Penunjukan (SKP) sebagai Ahli Keselamatan Kerja


– Berlaku untuk jangka waktu 3 tahun
– Tidak berlaku apabila ;
• Pindah tugas ke perusahaan lain
• Mengundurkan diri
• Meninggal dunia
– Dapat diperpanjang

387

193
14/07/2023

Persyaratan Anggota P2K3

ANGGOTA P2K3
o Telah mengikuti Pelatihan K3 meliputi pemahaman mengenai ;
– Bagaimana P2K3 beroperasi
• Kegiatan rapat
• Pemberian rekomendasi
– Identifikasi bahaya dan metode pengendaliannya
– Penyelidikan insiden/kecelakaan kerja
– Lainnya ? ……………………………
o Kemampuan individu untuk
– Berkomunikasi efektif
– Pemecahan masalah/problem solving
o Ditunjuk untuk mewakili pekerja/departemen/divisi perusahaan
Dan penunjukannya berdasarkan :
• Sukarela
• Pemilihan oleh pekerja atau serikat pekerja
• Tanggung jawab (co: Safety Rep/Coordinator) dan bisa dirotasi

388

Tugas Keanggotaan P2K3

KETUA
• Menetapkan jadwal dan memimpin kegiatan rapat P2K3
• Menetapkan & menyetujui agenda-agenda yang akan dibahas
dalam rapat P2K3
• Menunjuk wakilnya untuk memimpin rapat bila berhalangan hadir
• Mengesahkan hasil rapat P2K3 dan mendelegasikan tugas pada
anggota
• Melaporkan kegiatan-kegiatan P2K3 kepada pihak
internal/eksternal (disnaker)
Memonitor & mengevaluasi kinerja P2K3
Lainnya ………………….?

389

194
14/07/2023

Tugas Keanggotaan P2K3

SEKRETARIS

1. Membuat & menyebarkan undangan rapat P2K3


2. Membuat notulensi hasil rapat P2K3
3. Mengelola administrasi surat-surat/dokumen P2K3
4. Menyebarluaskan hasil rapat kepada semua anggota P2K3
5. Membantu ketua dalam pemantauan pelaksanaan
program-program atau rekomendasi dari P2K3

390

Tugas Keanggotaan P2K3

ANGGOTA

1. Menghadiri undangan untuk kegiatan rapat P2K3


2. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan rapat tersebut baik
dalam hal penyampaian saran atau alternatif solusi
K3 dan masalah- masalah K3 (laporan bahaya,
kecelakaan, dll)
3. Melaksanakan program-program K3 yang telah ditetapkan
sebelumnya (inspeksi, identifikasi bahaya dll)
4. Melaporkan kepada ketua atas pelaksanaan program-
program K3

391

195
14/07/2023

Rapat P2K3
(Kepmenaker No.155/MEN/1984 Pasal 6)

Ketua

Anggota Minimal
1 (SATU) Kali PER BULAN

Sekretaris

392

Rapat P2K3
(Kepmenaker No.155/MEN/1984 Pasal 6)

OUTPUT Rekomendasi K3
RAPAT P2K3
Laporan P2K3

393

196
14/07/2023

Kegiatan Kerja P2K3

Rapat P2K3
Persiapan

Rapat
P2K3

Follow Up Pelaksanaan

394

Kegiatan Kerja P2K3

Persiapan

Follow Up Pelaksanaan

395

197
14/07/2023

Rapat P2K3

Persiapan
o Tentukan waktu,tgl & tempat pelaksanaan
o Tentukan agenda rapat, meliputi;

• Agenda Rapat sebelumnya yang belum selesai/follow-up

• Agenda Rutin
▪ Review Program-Program K3
• Agenda Baru/Input dari peserta
▪ Laporan bahaya
▪ Laporan kecelakaan kerja
▪ Laporan inspeksi K3
▪ Tentukan agenda rapat, meliputi;
o Distribusikan Undangan Rapat, jadwal dan agenda rapat sebelum
pelaksanaan rapat

396

Rapat P2K3

Pelaksanaan
• Persiapkan ruangan rapat (kursi, OHP, Alat Tulis, snack, dll)
• Datang lebih awal dan mulai tepat waktu
• Sepakati waktu rapat
• Tentukan & ingatkan aturan dalam rapat
• Bahas sesuai agenda dan prioritas
• Tentukan penanggung jawab dan waktu penyelesaian
• dari tiap butir pembahasan
• Catat setiap pembahasan dalam notulensi rapat
• Tutup rapat pada waktunya

397

198
14/07/2023

Notulen Rapat P2K3

Isi Notulen Rapat P2K3


• Tanggal, waktu dan lokasi rapat
• Daftar hadir peserta rapat
• Daftar agenda/topik pembahasan dalam rapat
• Rekomendasi solusi untuk tiap topik pembahasan
• Penanggung jawab pelaksana tindakan rekomendasi
• Pengesahan notulensi rapat oleh pimpinan/ketua
rapat

398

Notulen Rapat P2K3

Follow Up
• Follow up tindakan rekomendasi atas permasalahan/
topik yang dibahas dalam rapat.
• Memastikan hasil notulensi rapat disebarluaskan
pada anggota
• Update informasi rapat pada anggota yang
berhalangan hadir
• Agendakan permasalahan yang belum dapat
diselesaikan pada rapat P2K3 berikutnya

399

199
14/07/2023

Evaluasi Kegiatan P2K3

Program B3
tidak efektif

400

Evaluasi Kegiatan P2K3

RAPAT P2K3
YANG EFEKTIF
Terencana Partisipasi
dengan baik aktif peserta
rapat

Komunikasi Aturan rapat

Hasil yang
Jelas dan
Terukur

401

200
14/07/2023

Evaluasi Kegiatan P2K3

Diskusikanlah hal-hal apa yang dapat menyebabkan suatu


rapat P2K3 tidak dapat berjalan dengan baik ?

402

Evaluasi Kegiatan P2K3

403

201
14/07/2023

Permenaker No. Per. 04/Men/1987


PELAPORAN KEGIATAN P2K3

Pasal 12
Sekurang-kurangnya 3 BULAN SEKALI pengurus wajib menyampaikan
laporan tentang kegiatan P2K3 kepada Menteri melalui Kantor
Disnaker setempat

3 bulan sekali

404

Permenaker No. Per. 04/Men/1987


PELAPORAN KEGIATAN P2K3

ISI dan FORMAT LAPORAN


1. Cover depan
2. Berita acara tanda terima
3. Kata pengantar
4. Daftar isi
5. Surat Keterangan Pelaporan
6. Laporan Kegiatan (quartal ke-....)
7. Laporan Hasil Meeting bulanan P2K3
8. Gambar kegiatan-kegiatan P2K3
9. Penutup

405

202
14/07/2023

Program P2K3

406

Contoh Program P2K3


MSDS
Membuat HAZCOM

3 4

7 8

407

203
14/07/2023

Contoh Program P2K3


PELATIHAN K3

408

Contoh Program P2K3

LOTO

409

204
14/07/2023

Contoh Program P2K3

Identifikasi Bahaya/Risk Assessment

410

Contoh Program P2K3


Identifikasi Bahaya

• Kegiatan identifikasi bahaya dapat dilakukan melalui;

• inspeksi tempat kerja


• informasi dari pekerja, supervisor, personil K3
• perundangan dan standar K3 yang berlaku
• informasi dari pemasok (MSDS, Manual Mesin, dll)
• JSA / Job Safety Analysis

• Setelah bahaya diidentifikasi maka selanjutnya


dilakukan penilaian risiko dari bahaya tersebut

• Apa yang dimaksud dengan risiko ? ………………..

• Penilaian risiko Risiko = probability x severity

• Selanjutnya berdasarkan hasil penilaian risiko


ditetapkan prioritas pengendaliannya

411

205
14/07/2023

Contoh Program P2K3


Identifikasi Bahaya
Tindakan pengendalian risiko dari suatu bahaya mencakup ;

• pada sumbernya
• pada jalur kontak dari bahaya ke pekerja
• pada pekerjanya

412

Contoh Program P2K3


Identifikasi Bahaya
Bentuk hirarki tindakan pengendalian risiko :
• Eliminasi
o Menghilangkan sumber bahaya
• Subtitusi
o Mengganti dengan bahan/proses yang lebih aman
• Rekayasa teknik/engineering
o Pelindung mesin, re design, work station, sistem sensor, sistem ventilasi,
isolasi proses, alat angkat mekanis, robot, dll
• Administrasi
o Prosedur kerja, ijin kerja, lock & tag out, rotasi kerja, pembatasan
durasi kerja, pelatihan, pengawasan, entry permit, praktek hygiene,
dll
• Alat Pelindung Diri

413

206
14/07/2023

Contoh Program P2K3


Promosi K3
P2K3 harus juga dapat berperan aktif dalam mempromosikan K3
kepada semua personil di tempat kerja.
Kegiatan promosi/sosialisasi K3 dapat melalui :

o Pemasangan Poster-poster K3
o Lomba-lomba K3
o Bulletin K3
o Safety Talk
o Pemasangan Rambu-rambu K3
o Pelatihan K3
o Lainnya ……….?

414

Contoh Program P2K3


Penyelidikan Kecelakaan Kerja
Personil P2K3 harus terlibat juga dalam penyelidikan kecelakaan kerja dan turut
memberikan usul tindakan perbaikan dan pencegahannya.
Personil P2K3 harus dibekali mengenai metode dalam penyelidikan suatu
kecelakaan kerja.

415

207
14/07/2023

Contoh Program P2K3


Inspeksi K3

P2K3 berpartisipasi dalam melakukan kegiatan inspeksi secara


regular di tempat kerja
Apa tujuan kegiatan inspeksi ?
Umumnya menggunakan daftar periksa/checklist

416

Contoh Program P2K3


Inspeksi K3

417

208
14/07/2023

Contoh Program P2K3


Inspeksi K3

418

Contoh Program P2K3


Inspeksi K3

419

209
14/07/2023

Contoh Program P2K3


Inspeksi K3

420

Contoh Program P2K3


Inspeksi K3

421

210
14/07/2023

422

211

Anda mungkin juga menyukai