Anda di halaman 1dari 87

UNDANG – UNDANG No.

1 / 1970

“KESELAMATAN
KERJA”
TAK SAYANG
MAKA TAK KENAL

• Nama : Ardhina Rahmanto


• TTL : South Mountain , 5 Mei 1986
• DIKLAT: Tahun 2010 (WASNAKER Kemnaker),
Tahun 2013 (PPNS KETENAGAKERJAAN)
• Alamat : Jl Rejowinangun RT 28 RW 09
Kotagede Yogyakarta
• No. HP : 0856 4315 9126
• Email : datawasnaker@gmail.com
1. K3 sebagai salah satu aspek penting dalam
perlindungan Manusia
2. K3 belum mendapatkan perhatian yg
memadai dari semua pihak. Tingkat
kepedulian masyarakat khususnya
masyarakat industri terhadap K3 relatif
masih rendah
3. Komitmen pimpinan perusahaan di bidang
K3 relatif rendah
4. Tuntutan global dalam hal perlindungan K3
semakin meningkat
5. Isu HAM, yang terkait dgn perlindungan K3
saat ini
6. K3 Meminimalisir Kemiskinan 3
Menurut International Association of Safety Professional,
Filosofi K3 terbagi menjadi 8 filosofi

1. Safety is an ethical responsibility (Keselamatan adalah tanggung


jawab etis)
2. Safety is a culture, not a program. (Keselamatan adalah budaya,
bukan sebuah program)
3. Management is responsible. (Manajemen yg bertanggung
jawab.)
4. Employee must be trained to work safety. (Karyawan harus
dilatih untuk keselamatan kerja.)
5. Safety is a condition of employment. (Keselamatan adalah
kondisi kerja/keadaan bekerja)
6. All injuries are preventable.(semua celaka bisa dicegah)
7. Safety program must be site specific (Program keselamatan
harus spesifik lokasi. (tempat khusus)
8. Safety is good business. (Keselamatan adalah bisnis yang baik)
4
UU 1/70
I. PERTIMBANGAN
1. VR 1910
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
1. Sudah tidak sesuai dengan perkembangan
teknik, teknologi dan azas Perlindungan
KESEHATAN KERJA

Ketenagakerjaan di Indonesia
2. Sifat polisional/Refresi sudah tidak sesuai
dengan era kemerdekaan
3. Kemajuan industrialisasi, intensitas kerja,
bahan baku, dan lain-lain sudah
berkembang pesat.

PERLU ADANYA UU KK YANG SESUAI


2. UU No. 1 TAHUN 1970
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

1. Bersifat preventif
2. Ruang lingkup lebih luas
3. Rumusan teknis lebih komprehensif
4. Pembinaan K3 bagi manajemen dan
pekerja
5. Pembentukan unit P2K3 Perusahaan

Undang - Undang No. 1 tahun 1970


SEJARAH PERATURAN PERUNDANGAN K3
ZAMAN PEJAJAHAN BELANDA

12 JANUARI 1970
Veiligheids Reglement
Th 1910 UNDANG UNDANG
No: 1 TAHUN 1970
S/d TENTANG
Th.1970 KESELAMATAN KERJA
Sifat :
Repressive
Sifat
Preventive
(Pembinaan)
• SETIAP PERATURAN PERUNDANGAN HARUS
MENGACU PADA UUD 1945

• K3 MENGACU PADA UUD 1945 PASAL 27 AYAT (2):


“ SETIAP WARGA NEGARA BERHAK ATAS
PEKERJAAN DAN PENGHIDUPAN YANG LAYAK
BAGI KEMANUSIAAN”

• SETIAP KETENTUAN DALAM UUD 1945


DIJABARKAN LEBIH LANJUT  BIDANG
KETENAGAKERJAAN UU NO. 13 Tahun 2003
OBJEK PENGAWASAN
KETENAGAKERJAAN

1. Undang-undang UAP 1930


2. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan berlakunya undang-undang pengawasan
perburuhan tahun 1948 no. 23 dari republik indonesia untuk seluruh indonesia

3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;


4. Undang-undang Nomor 7 tahun 1981 tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan;
5. Undang-undang Nomor 21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh;
6. Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

7. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang penyelesaian


8. perselisihan Hubungan Industrial Undang-undang Nomor 24 tahun 2011 tentang BPJS;
9. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia;
10.Peraturan Pelaksanaan Perundangan Ketenagakerjaan.
DASAR HUKUM

UUD 1945 Pasal 27 ayat (2) :


Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan

UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan


Pasal 2
Pembangunan ketenagakerjaan berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar R.I tahun
1945.
DASAR HUKUM
UU No.13 Tahun 2003
Pasal 4
Pembangunan ketenagakerjaan bertujuan :

a. Membudayakan & mendayagunakan tenaga kerja secara


optimal dan manusiawi,
b. Mewujudkan pemerataan kesempatan kerja & penyedian
tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan
pembangunan nasional dan daerah,
c. Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam
mewujudkan kesejahteraan tenaga kerja,
d. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja
dan keluarganya.
Adakah Sanksi Pidana ?

Pasal 15 (UU 1/1970)


• Peraturan perundangan tersebut pada ayat (1)
dapat memberikan ancaman pidana atas
pelanggaran peraturannya dengan hukuman
kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan
atau denda setinggi-tingginya Rp. 100.000,-
(seratus ribu rupiah).
Pasal 35 uu 13/2003
Pemberi kerja wajib memberikan
perlindungan yang mencakup
kesejahteraan, keselamatan dan
kesehatan baik mental maupun fisik
tenaga kerja

SANKSI PASAL 186 : PIDANA PENJARA PALING


SINGKAT 1 BULAN DAN PALING LAMA 4
TAHUN DAN DENDA PALING SEDIKIT 10
JUTA DAN PALING BANYAK 400 JUTA.

03/10/2023
SANKSI ADMINISTRASI
UU NO 13 TAHUN 2003

Pasal 87 (1)
Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang
terintegrasi dengan sistem manajemen
perusahaan.
Sanksi Administratif
• Sanksi Administratif Pasal 190
• (1) Menteri atau pejabat yang ditunjuk mengenakan sanksi
administratif atas pelanggaran ketentuanketentuan
sebagaimana diatur dalam Pasal 5, Pasal 6, Pasal 15, Pasal 25,
Pasal 38 ayat (2), Pasal 45 ayat (1), Pasal 47 ayat (1), Pasal 48,
Pasal 87, Pasal 106, Pasal 126 ayat (3), dan Pasal 160 ayat (1)
dan ayat (2) Undang-undang ini serta peraturan
pelaksanaannya.
• (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
berupa :
• a. teguran; b. peringatan tertulis; c. pembatasan kegiatan usaha;
d. pembekuan kegiatan usaha; e. pembatalan persetujuan; f.
pembatalan pendaftaran; g. penghentian sementara sebagian
atau seluruh alat produksi; h. pencabutan ijin.
DASAR HUKUM

Pasal 86 (UU No. 13 Tahun 2003)


(1) Setiap pekerja / buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas :
a. keselamatan dan kesehatan kerja
b. Moral dan kesusilaan
c. Perlakuan yang seuai dengan harkat dan martabat
Pendahuluan- (UU 13/2003)
• Norma di bidang ketenaga kerjaan meliputi :

1. Norma kerja (Waktu kerja, Upah)


2. Norma Keselamatan kerja (resiko fisik)

03/10/2023
TUJUAN

TK mendapat perlindungan keselamatan


Orang lain berada di tempat kerja
mendapat perlindungan keselamatan
Sumber produksi dipakai & dipergunakan
secara aman dan efesien
Mengupayakan & Mewujudkan Pembinaan
Norma Norma Perlindungan Kerja
ISTILAH (LANJUTAN)
Pasal 1

PENGURUS
Orang yang mempunyai tugas pemimpin langsung sesuatu tempat kerja

PENGUSAHA
-Menjalankan usahanya sendiri
-Menjalankan usaha bukan miliknya
- Mewakili org/bdn hukum yang berkedudukan di luar indonesia

DIREKTUR
Pelaksana UU No. 1/1970  Ditunjuk Menteri Tenaga Kerja

PEGAWAI PENGAWAS
Pegawai teknis berkeahlian khusus dari Kementerian
Tenaga Kerja & Transmigrasi  ditunjuk oleh Menteri
AHLI KESELAMATAN KERJA
Tenaga teknis berkeahlian khusus dari Luar Kementerian Tenaga
Kerja  Ditunjuk Menteri
UU No. 1 Tahun 1970 Keselamatan Kerja
Pasal 1 Tenaga
kerja

a ? -Tetap

Ap -Temporary

ja
ker
at
KRITERIA mp
Te

usaha
Sumber bahaya
Barang/jasa
TEMPAT KERJA

tiap ruangan atau lapangan,


tertutup atau terbuka, bergerak
atau tetap, dimana tenaga kerja
bekerja, atau sering dimasuki kerja
untuk keperluan suatu usaha dan
dimana terdapat sumber atau
sumber-sumber bahaya
RUANG LINGKUP
Udara Pasal 2 ayat 1

Darat
Dalam tanah 18 kelompok tempat kerja

Jenis-jenis usaha (tempat kerja) yang


diwajibkan melaksanakan syarat K3, tempat
kerja yang mempunyai sumber bahaya, yg
berkaitan dgn :
- Keadaan mesin,pesawat,alat kerja,
peralatan dan bahan
- Sifat pekerjaan
- Cara bekerja
Permukaan air - Lingkungan
- Proses produksi
Dalam air
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(a)

Tempat kerja dimana dibuat,


dicoba, dipakai atau
dipergunakan mesin, pesawat,
alat, perkakas, peralatan atau
instalasi yang berbahaya
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(b)

dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan,


diperdagangkan, diangkut, atau disimpan
bahan atau barang yang: dapat meledak,
mudah terbakar, beracun,
menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


dikerjakan pembangunan, (c)
perbaikan, perawatan,
pembersihan atau
pembongkaran
rumah, gedung atau bangunan
lainnya termasuk bangunan
pengairan, saluran atau
terowongan di bawah tanah
dan sebagainya atau dimana
dilakukan pekerjaan
persiapan
UNSUR TERKAIT DALAM PROYEK

Pemilik Proyek Instansi Teknis

Masyarakat
Kontraktor
Proyek
Konstruksi

Sub Kontraktor Pemasok dll

Pekerja Proyek Pekerja Subkon


RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(d)

dilakukan usaha: pertanian,


perkebunan, pembukaan hutan,
pengerjaan hutan, pengolahan
kayu atau hasil hutan lainnya,
peternakan, perikanan dan
lapangan kesehatan
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(e)

dilakukan usaha pertambangan dan


pengolahan: emas, perak, logam atau bijih
logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau
mineral lainnya, baik di permukaan
atau di dalam bumi, maupun di dasar
perairan

Seorang anggota staf PT Freeport Indonesia, Kamis (2/2), melihat proses flotasi
atau pengapungan mineral tambang, seperti tembaga, emas, dan perak. Proses
itu dilakukan untuk memperoleh konsentrat yang terdiri dari tembaga, emas,
dan perak. Konsentrat itu kemudian dialirkan ke Pelabuhan Amamapare,
dikeringkan, dan kemudian dikirim ke pabrik-pabrik pengecoran.
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(f)

dilakukan pengangkutan barang,


binatang atau manusia, baik di
darat, melalui
terowongan, dipermukaan air,
dalam air maupun di udara
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(g)

dikerjakan bongkar muat barang


muatan di kapal, perahu, dermaga,
dok, stasiun atau gudang
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(h)

dilakukan penyelaman, pengambilan


benda dan pekerjaan lain di dalam
air
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(i)

dilakukan pekerjaan dalam


ketinggian di atas permukaan
tanah atau perairan
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(j)

dilakukan pekerjaan dibawah


tekanan udara atau suhu
yang tinggi atau rendah

Peleburan baja Peleburan pasir timah


RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(k)

dilakukan pekerjaan yang


mengandung bahaya
tertimbun tanah, kejatuhan,
terkena pelantingan benda,
terjatuh atau terperosok,
hanyut atau terpelanting

Penambang Emas Illegal Beresiko Tertimbun Tanah Longsor


RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(l)

dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur


atau lubang
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(m)

terdapat atau menyebar suhu, kelembaban,


debu, kotoran, api, asap, uap, gas,
hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi,
suara atau getaran;
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(n)

dilakukan pembuangan atau pemusnahan


sampah atau limbah;
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(o)

dilakukan pemancaran, penyiaran atau


penerimaan radio, radar, televisi, atau
telepon;
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(p)

dilakukan pendidikan, pembinaan,


percobaan, penyelidikan atau riset
(penelitian) yang menggunakan alat
teknis;
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(q)

dibangkitkan, dirubah,
dikumpulkan, disimpan,
dibagi-bagikan atau
disalurkan
listrik, gas, minyak atau
air;
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(r)

diputar film, pertunjukan sandiwara atau


diselenggarakan rekreasi lainnya yang
memakai peralatan, instalasi listrik atau
mekanik.

tornado
SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3 ayat 1
huruf a - r

a. mencegah dan mengurangi kecelakaan

b. mencegah, mengurangi dan memadamkan


kebakaran

c. mencegah dan mengurangi bahaya


peledakan
SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3 ayat 1

d. memberi kesempatan atau jalan


menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
ataukejadian-kejadian
lain yang berbahaya;

e. memberi pertolongan pada kecelakaan;

f. memberi alat-alat perlindungan diri pada


para pekerja;
SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3 ayat 1

g. mencegah dan mengendalikan timbul atau


menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin,
cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran;

h. mencegah dan mengendalikan timbulnya


penyakit akibat kerja baik fisik maupun
psikis, peracunan, infeksi dan penularan.
SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3 ayat 1

i. memperoleh penerangan yang cukup dan


sesuai;

j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara


yang baik;

k. menyelenggarakan penyegaran udara yang


cukup;

l. memelihara kebersihan, kesehatan dan


ketertiban;
SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3 ayat 1

m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja,


alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya;
n. mengamankan dan memperlancar
pengangkutan orang, binatang, tanaman
atau barang;
o. mengamankan dan memelihara segala jenis
bangunan;
SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3 ayat 1

p. mengamankan dan memperlancar


pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang;
q. mencegah terkena aliran listrik yang
berbahaya;
r. menyesuaikan dan menyempurnakan
pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
SISTEM KELEMBAGAAN PENGAWASAN K3
UU No. 1 TAHUN 1970

Pasal 5
MENAKER
DIREKTUR

PEG. AHLI
PENGA DOKTER P2K3
K3 PRSH
WAS

KADIS LUAR - POLI PRSH Perusahaan


DEPNAKER - JASA KESEH

- INDUSTRI
PEMERINTAH SWASTA
- JASA ---
RATIO KEBUTUHAN PENGAWAS KETENAGAKERJAAN “1 ORANG PENGAWAS IDEALNYA MENGAWASI 5
50
PERUSAHAAN DALAM SATU BULAN ATAU 60 KALI PEMERIKSAAN SETAHUN”
Lanjutan

51
Tahapan Pengawasan Ketenagakerjaan

Preventive Repressive Repressive


Non Justicia Justicia
Educative

Merupakan upaya paksa


diluar lembaga pengadilan
untuk memenuhi ketentuan Merupakan upaya paksa
Merupakan upaya
peraturan perundang- melalui lembaga pengadilan
pencegahan melalui undangan dalam bentuk dengan melakukan proses
penyebarluasan norma, nota pemeriksaan dan/atau penyidikan oleh Pengawas
penasihatan teknis, dan surat pernyataan Ketenagakerjaan selaku
pendampingan/konsultasi kesanggupan pemenuhan
Penyidik Pegawai Negeri Sipil
ketentuan peraturan
perundang-undangan
UU 13-2003

Pembinaan dan
Pengawasan K3 UU 1-1970

?
•Personil

•Kelembagaan

•Operasional
Kegiatan
•Ketatalaksanaan

03/10/2023 Undang - Undang No. 1


UU 13-2003

Pembinaan dan
Pengawasan K3 UU 1-1970

•Pesonil --------->> Pembentukan Kader K3


• Pengawas KK
• Ahli K3
• Dokter Persh
•Kelembagaan • Operator
• Teknisi

•Operasional

•Ketatalaksanaan

03/10/2023 Undang - Undang No. 1


UU 13-2003

Pembinaan dan UU 1-1970

Pengawasan K3
•Pesonil

•Kelembagaan --->> Pengembangan


Kelembagaan
• Unit Pengawasan K3
•Operasional • DK3N - Komisi K3
• Assosiasi Ahli K3
•Ketatalaksanaan • Unit P2K3
• Unit Pen Kebakaran

03/10/2023 Undang - Undang No. 1


UU 13-2003
UU 1-1970
Pembinaan dan
Pengawasan K3
- Sosialisasi, Penyuluhan dan
•Pesonil penyebaran informasi K3

- Pembinaan
•Kelembagaan Training & Sertifikasi Ahli, Teknisi,
Operator

- Pemeriksaan, pengujian,
•Operasional---->> rekomendasi teknis

- Pengawasan (Nota & BAP)


•Ketatalaksanaan - Audit SMK3

03/10/2023 Undang - Undang No. 1


UU 13-2003

Pembinaan dan
Pengawasan K3
UU 1-1970
•Pesonil

•Kelembagaan

•Operasional

•Ketatalaksanaan-> Pemantauan dan Evaluasi


• Laporan
• Monitoring

03/10/2023 Undang - Undang No. 1


KEWAJIBAN PENGURUS
Pasal 8

Pemeriksaan kesehatan badan,kondisi


mental dan kemampuan fisik tenaga
kerja :
• Yang akan diterimanya (Baru)
• Yang hendak dpindah ke tugas/pekerjaan lain
(yang berpotensi bahaya)
• Berkala min satu tahun sekali
Oleh Dokter perusahaan (yang dibenarkan
oleh Menteri)
PEMBINAAN
Pengurus diwajibkan : Pasal 9

a. Menjelaskan dan menunjukkan pada tenaga kerja baru :


1. Kondisi dan bahaya di tempat kerja
2. Semua pengaman dan alat perlindungan yang diharuskan
3. Menyediakan APD
4. Menjelaskan cara dan sikap bekerja aman
b. Mempekerjakan setelah yakin memahami K3
c. Melakukan pembinaan
1. pencegahan kecelakaan
2. pemberantasan / penanggulangan kebakaran
3. peningkatan K3
4. pemberian P3K
d. Wajib memenuhi dan mentaati syarat K3
03/10/2023 Undang - Undang No. 1
03/10/2023 Undang - Undang No. 1
03/10/2023 Undang - Undang No. 1
PANITIA PEMBINA K3 (P2K3)
Menteri Tenaga Kerja berwenang membertuk Panitia Pembina Pasal 10
Keselamatan dan Kesehatan Kerja

 Fungsi
 Wadah kerjasama peningkatan bidang K3
antara :
- Pihak perusahaan (managemen)
- Pihak pekerja
 Susunan
 Diatur dan tetapkan oleh Menteri
 Peraturan pelaksana Permen No. 04/Men/1987
KECELAKAAN KERJA
Pasal 11

• Pengurus wajib melaporkan


kecelakaan yang terjadi di tempat
kerja
• Tata cara Pelaporan diatur oleh
Peraturan Perundangan Permenaker
No. 3 / 98
KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA
Pasal 12

KEWAJIBAN HAK

• Memberikan keterangan  Meminta pengurus


pada Pegawai untuk melaksanakan
Pengawas/Ahli Syarat K3
Keselamatan Kerja  Menyatakan keberatan,
• Memakai APD jika syarat K3 belum
• Memenuhi dan mentaati terpenuhi
syarat K3
KEWAJIBAN BILA MEMASUKI TEMPAT KERJA
(Perlindungan Thp Orang Lain)
Pasal 13

 mentaati semua petunjuk


keselamatan kerja

 memakai alat-alat perlindungan diri


(APD)
KEWAJIBAN PENGURUS
Pasal 14

Menempatkan semua syarat


keselamatan kerja & Undang-undang 1/1970
KEWAJIBAN PENGURUS
Pasal 14
Memasang gambar keselamatan kerja &
bahan pembinaan lainnya
KEWAJIBAN PENGURUS
Pasal 14
Menyediakan secara cuma-cuma, semua APD
 utk TENAGA KERJA dan Orang Lain
Ketentuan – ketentuan penutup
Pasal 15
Peraturan pelaksana Sanksi
• Pelaksanaan ketentuan pidana hukuman kurungan
tersebut pada pasal-pasal selama-lamanya 3 bulan atau
di atas diatur lebih lanjut denda setinggi-tingginya Rp.
dengan peraturan 100.000,-
perundangan.
Pasal 186
UU 13/2003 (1) Barang siapa melanggar ketentuan
Tentang Pasal 35 , dikenakan sanksi pidana penjara
Ketenagakerjaan paling singkat 1 (satu) bulan dan paling
lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling
sedikit Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta
Pasal 35
Pemberi kerja wajib rupiah) dan paling banyak Rp
memberikan perlindungan S 400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah).
K3
A
Pasal 86 N Pasal 190
Tenaga Kerja berhak atas Menteri atau pejabat yang ditunjuk
jaminan K3 G mengenakan sanksi administratif atas
Pasal 87
S pelanggaran Pasal 87, berupa :
a. teguran;
Perusahaan wajib I b. peringatan tertulis;
menerapkan SMK3
c. pembatasan kegiatan usaha;
d. pembekuan kegiatan usaha;
e. pembatalan persetujuan;
f. pembatalan pendaftaran;
g. penghentian sementara sebagian atau
seluruh alat produksi;
h. pencabutan ijin.
PERATURAN PELAKSANAAN

Pembidangan Sektoral

Pembidangan Teknis
PERATURAN PELAKSANAAN

Pembidangan Sektoral
• Pengaturan Dan Pengawasan Keselamatan
PP No. 19/1973 Kerja Di Bidang Pertambangan

• Keselamatan Kerja Pada Pemurnian Dan


PP No. 11/1979 Pengolahan Minyak Dan Gas Bumi

Permenaker No. • Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dalam


01/1978 Penebangan Dan Pengangkutan Kayu

Permenaker No. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja


01/1980 Pada Konstruksi Bangunan
PERATURAN PELAKSANAAN

Pembidangan Teknis
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I..
Mekanik, No. Per.04/MEN/1985 tentang Pesawat
Pesawat Tenaga dan Produksi
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.
Tenaga dan Per.05/MEN/1985 tentang Pesawat
Produksi Angkat dan Angkut

Pesawat Uap • Peraturan Menteri Tenaga Kerja


dan Transmigrasi R.I. No.
dan Bejana Per.01/MEN/1982 tentang Bejana
Tekan Tekan
PERATURAN PELAKSANAAN

Pembidangan Teknis
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.01/MEN/1980
tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pada Konstruksi Bangunan
Konstruksi • Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja
Bangunan Dan Menteri Pekerjaan Umum No.:
Kep.174/MEN/1986. No.: 104/KPTS/1986
tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi
PERATURAN PELAKSANAAN

Pembidangan Teknis
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.
03/MEN/1999 tentang Syarat-syarat
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lift untuk Pengangkutan Orang dan
Barang
• Permenaker 32 Tahun 2015 ttg
Lift Perubahan atas Permenaker no
3/MEN/1999
• Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan
Hubungan Industrial dan Pengawasan
Ketenagakerjaan No. Kep.407/BW/1999
tentang Persyaratan, Penunjukan Hak
dan Kewajiban Teknisi Lift.
PERATURAN PELAKSANAAN

Pembidangan Teknis
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.
Per.02/MEN/1989 tentang Pengawasan
Instalasi Instalasi Penyalur Petir
• Permenaker No. 31 Tahun 2015 ttg
Perubahan atas Permenaker no 2/MEN/1989
Listrik dan • Permenaker No 12 Tahun 2015
• Permenaker No 33 Tahun 2015
Petir • Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan
Hubungan Industrial dan Pengawasan
Ketenagakerjaan No.: Kep.311/BW/2002
tentang Sertifikasi Kompetensi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Teknisi
Listrik
PERATURAN PELAKSANAAN

Pembidangan Teknis
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
R.I. No. Per.04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat
Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam
Api Ringan
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.
Per.02/MEN/1983 tentang Instalasi Alarm
Penanggulanga Kebakaran Automatik
n Kebakaran • Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.
Kep.186/MEN/1999 tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja
• Instruksi Menteri Tenaga Kerja No.
Ins.11/M/BW/1997 tentang Pengawasan Khusus
K3 Penanggulangan Kebakaran
PERATURAN PELAKSANAAN

Pembidangan Teknis

• Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi


No. Per.02/MEN/1980 Tentang: Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja Dalam
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
Kesehatan Kerja No. : Per.01/MEN/1981Tentang Kewajiban
Melapor Penyakit Akibat Kerja
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
No.: Per.03/MEN/1982 Tentang Pelayanan
Kesehatan Tenaga Kerja
PERATURAN PELAKSANAAN

Pembidangan Teknis

• Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I.


No.: KEPTS.333/MEN/1989 tentang
Diagnosis dan Pelaporan Penyakit
Akibat Kerja
Kesehatan Kerja • 44. Keputusan Menteri Tenaga Kerja
Dan Transmigrasi R.I. No.:
Kep.68/MEN/IV/2004 Tentang
Pencegahan Dan Penanggulangan
HIV/AIDS di Tempat Kerja
PERATURAN PELAKSANAAN

Pembidangan Teknis
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I.
No. : Per-04/MEN/1987 tentang Panitia
Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Serta Tata Cara
Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I No.
Kelembagaan Per.04/MEN/1995 tentang Perusahaan
Jasa Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
• Peraturan Menaker 18 Tahun 2016 ttg
Dewan Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja
PERATURAN PELAKSANAAN

Pembidangan Teknis
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.
Per.02/MEN/1992 tentang Tata Cara
Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transkop
Nomor : PER.01/MEN1976 tentang
Kewajiban Latihan Hiperkes Bagi Dokter
Perusahaan
SDM / • Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.
Per.04/MEN/1998 tentang Pengangkatan,
PERSONIL K3 Pemberhentian dan Tata Kerja Dokter
Penasehat
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi No.Per.01/MEN/1979 Tentang
Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan
Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Bagi
Tenaga Para Medis Perusahaan.
PERATURAN PELAKSANAAN

Pembidangan Teknis
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.
Per.01/MEN/1988 tentang Kwalifikasi
dan Syarat-syarat Operator Pesawat
SDM / Uap
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
PERSONIL K3 Transmigrasi R.I. No. Per.02/MEN/1982
(lanjutan) tentang Kwalifikasi Juru Las
• Permenaker No 9 tahun 2010 ttg
Operator dan Petugas Pesawat
Angkat Dan Angkut
PENUTUP
• KISAH PEBISNIS KEBUN BINATANG

03/10/2023 Undang - Undang No. 1


Undang - Undang No. 1 tahun 1970

Anda mungkin juga menyukai