Disusun oleh :
2022
LEMBAR PENGESAHAN
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala segala rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di
Daerah Operasi VII Madiun dapat diselesaikan dengan baik. Laporan ini disusun
untuk memenuhi syarat akademik yang telah ditentukan pada semester genap
jurusan Diploma III Teknologi Bangunan dan Jalur Perkeretaapian Politeknik
Perkeretaapian Indonesia. Tidak lupa pula ucapan terimakasih kepada pihak-pihak
terkait yang ikut membantu atas terselesaikannya laporan ini, oleh karena itu
penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Yuwono Wiarco, S.SiT., M.T, selaku Direktur Politeknik
Perkeretaapian Indonesia.
2. Bapak Adya Aghastya, M.T, selaku Ketua Prodi DIII Teknologi Bangunan dan
Jalur Perkeretaapian.
3. Ibu Ayu Prativi, M.T, selaku dosen pembimbing yang memberikan bimbingan,
arahan dan motivasinya sehingga kami dapat melaksanakan tugas praktik
lapangan dengan baik.
4. Semua pihak yang telah banyak membantu penyusunan baik secara moral
maupun materi yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari selama penyusunann laporan ini masih banyak
kekurangan dalam susunan maupun penulisannya. Untuk itu penulis berharap
adanya saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan laporan ini dan
semoga laporan Praktik Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.3 Manfaat......................................................................................................... 2
2.3 Kegiatan Umum Resort Jalan dan Jembatan DAOP VII Madiun ................. 12
2.4 Sarana dan Prasarana Resort Jalan dan Jembatan DAOP VII Madiun .......... 13
iii
3.3 Perawatan Jalur Lengkung Jalan Rel ........................................................... 37
iv
3.12.3 Jenis Kerusakan Terowongan ................................................................ 103
3.14.1 Pemeriksaan Jalur Dengan Metode Lokrit dan Bordesrit ....................... 114
3.14.2 Pengawalan Bongkar Ecer Balas Menggunakan KA Angkutan Balas .... 119
v
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Pencapaian Target PKL Utama .......................................................... 17
Tabel 3. 2 Hasil Pemeriksaan rel gongsol ........................................................... 84
Tabel 3. 3 Hasil perhitungan Zeegh tabel pada jalur Hulu .................................. 92
Tabel 3. 4 Tingkat kerusakan terowongan ...........................................................101
Tabel 3. 5 Lembar kerja lokrit jalan rel ................................................................116
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
Gambar 3. 9 Proses Penyetelan Leveling Ujung Rel ...........................................27
Gambar 3. 10 Pemasangan Wadah Cruicble .........................................................27
Gambar 3. 11 Pendempulan Clay Cement .............................................................28
Gambar 3. 12 Pemanasan Kedua Ujung Rel ..........................................................28
Gambar 3. 13 Proses pengapian Thermit ...............................................................28
Gambar 3. 14 Pelepasan Wadah Cruicble ..............................................................29
Gambar 3. 15 Pemotongan Sisa Las Thermit ........................................................29
Gambar 3. 16 Proses Grinding ...............................................................................29
Gambar 3. 17 Hasil Las Thermit ............................................................................30
Gambar 3. 18 Tipikal titik pedoman (Sumber: PD 10A) ......................................31
Gambar 3. 19 Proses Angkatan dengan dongkrak dan dilihat pertingiian rel visual
oleh mandor ...........................................................................................................32
Gambar 3. 20 Proses pemecokkan manual menggunakan belincong .................... 32
Gambar 3. 21 Proses memprofil balas setelah pemecokkan ................................. 33
Gambar 3. 22 Tipikal Posisi mengoprasikan HTT (Sumber: PD 10A) ................ 33
Gambar 3. 23 Proses mengecek beda tinggi rel kiri dan kanan pada titik tinggi .. 34
Gambar 3. 24 Proses mendongkrak rel untuk mengebalikan kerataan rel. .......... 34
Gambar 3. 25 Proses pemecokkan balas menggunakan HTT .............................. 34
Gambar 3. 26 Proses memprofi balas setelah di HTT .......................................... 35
Gambar 3. 27 Proses pengecekkan kembali kerataan rel setelah di HTT ............. 35
Gambar 3. 28 Proses gorek balas pada ujung bantalan sebelum digeser .............. 36
Gambar 3. 29 Proses mengembalikan geseran pada listring ..................................37
Gambar 3. 30 Mengevaluasi setelah di geser listringan..........................................37
Gambar 3. 31 Tipikal Titik Pedoman (Sumber: PD 10A) .....................................40
Gambar 3. 32 Tipikal posisi peletakkan dongkrak (Sumber: PD10A) ..................40
Gambar 3. 33 Proses pemasangan mistar angkatan ...............................................41
Gambar 3. 34 Proses garuk balas diujung bantalan sebelum digeser ....................41
Gambar 3. 35 Proses mendongkrak untuk geseran listirngan ................................41
Gambar 3. 36 Memprofil balas kembali setelah kegiatan selesai...........................42
Gambar 3. 37 Tipikal pemeriksaan lengkung (Sumber: PD 10A) .........................43
Gambar 3. 38 Proses pemeriksaan Anak Panah ....................................................44
Gambar 3. 39 Proses pemeriksaan lebar Jalur pada lengkung ...............................45
viii
Gambar 3. 40 Proses pemeriksaan lebar alur gongsol pada lengkung ..................45
Gambar 3. 41 Grafik Opname dan Perbaikan Lengkung ........................................46
Gambar 3. 42 Tipikal pelepasan pelat sambung (Sumber: PD10A) ..................... 49
Gambar 3. 43 Proses penyemprotan pelumas pada baut plat .................................50
Gambar 3. 44 Proses melepas baut pelat sambungan setelah disemprot pelumas...50
Gambar 3. 45 Proses melepas pelat pada rel ..........................................................51
Gambar 3. 46 Proses pemberian pelumas setelah pelat dilepas ..............................51
Gambar 3. 47 Proses memasang kembali pelat sambungan....................................51
Gambar 3. 48 Proses pengencangan kembali baut-baut pada pelat .......................52
Gambar 3. 49 Hasil evaluasi dan temuan pada saat selesai pekerjaan ................. 52
Gambar 3. 50 Proses pembersihan pelat sebelum di las ........................................54
Gambar 3. 51 Proses penyambungan Las Elektroda ..............................................55
Gambar 3. 52 Proses pengrapian setelah di las .......................................................55
Gambar 3. 53 Proses mengeluarkan balas kotor......................................................57
Gambar 3. 54 Proses memukul balas yang kaku menggunakan linggis ................58
Gambar 3. 55 Proses membuang balas kotor setelah di gorek ..............................58
Gambar 3. 56 Proses mengisi balas baru di tanah yang sudah diperbaiki. .............58
Gambar 3. 57 Proses memprofil kembali ...............................................................59
Gambar 3. 58 Hasil setelah memperbaiki kecrotan balas kotor ...........................59
Gambar 3. 59 Pengarahan singkat sebelum memulai kegiatan oleh petugas
pemeriksa .........................................................................................................61
Gambar 3. 60 Proses pemeriksaan DMJR..............................................................61
Gambar 3. 61 Form hasil pemeriksaan DMJR ......................................................61
Gambar 3. 62 Alat kerja penggantian bantalan ......................................................64
Gambar 3. 63 Tipikal Mengeluarkan bantalan (Sumber: PD10A) ........................64
Gambar 3. 64 Tipikal posisi memassukkan bantalan (Sumber: PD10A) ..............65
Gambar 3. 65 Proses menggorek balas di 2 spasi bantalan yang akan diganti ......65
Gambar 3. 66 Kondisi bantalan kayu yang akan diganti .......................................66
Gambar 3. 67 Proses mengeluarkan bantalan kayu ...............................................66
Gambar 3. 68 Proses meratakan dan memberi jarak pada balas ............................66
Gambar 3. 69 Proses mengambil bantalan beton yang baru ..................................67
Gambar 3. 70 Proses memasukan bantalan dengan alat pemikul bantalan ...........67
ix
Gambar 3. 71 Memasang kembali komponen pada bantalan baru .......................67
Gambar 3. 72 Proses memprofil balas pada area bantalan yang baru ...................68
Gambar 3. 73 Melakukan evaluasi dan pemeriksaan bantalan ............................ .68
Gambar 3. 74 Anatomi Wesel (Sumber: PD.10A) .................................................69
Gambar 3. 75 Tipikal Posisi POP (Sumber: PD10A) .............................................71
Gambar 3. 76 Proses pengukuran lebar jalur dan pertinggian di ujung lidah .........72
Gambar 3. 77 Proses pengukuran bukaan lidah ke rel lantak .................................72
Gambar 3. 78 Proses memeriksa jarum wesel ........................................................73
Gambar 3. 79 Proses Mengukur POP dan alur rel paksa dengan matisa ................73
Gambar 3. 80 Proses pengencangan baut-baut wesel yang kendor ........................73
Gambar 3. 81 Hasil pemeriksaan wesel ..................................................................74
Gambar 3. 82 Beberapa peralatan kerja yang digunankan ....................................75
Gambar 3. 83 Proses melepas stang penghubung lidah atau kopel .......................76
Gambar 3. 84 Proses pemecokkan manual pada bantalan rel lantak .....................77
Gambar 3. 85 Pengukuran beda tinggi dan lebar jalur pada lidah yang telah
diperbaiki ...........................................................................................................77
Gambar 3. 86 Evaluasi dan pengecekan wesel oleh Sintel ...................................78
Gambar 3. 87 Proses levelling dengan mistar .........................................................80
Gambar 3. 88 Proses ngepalu untuk memudahkan pemopokkan ......................... 80
Gambar 3. 89 Proses penggerindaan ......................................................................80
Gambar 3. 90 Proses pengelasan elektroda pada jarum coak ................................81
Gambar 3. 91 Sebelum dipopok .............................................................................81
Gambar 3. 92 Setelah Dipopok ..............................................................................81
Gambar 3. 93 Proses pemeriksaan lebar alur gongsol menggunakan penggaris ... 83
Gambar 3. 94 Mengukur lebar alur gongsol menggunakan matisa ...................... 83
Gambar 3. 95 Hasil pemeriksaan rel gongsol.........................................................84
Gambar 3. 96 Peralatan kerja untuk perawatan drainase .......................................86
Gambar 3. 97 Proses mencabut rumput sekitar drainase .......................................87
Gambar 3. 98 Proses mencangkul endapan di dasar drainase ...............................87
Gambar 3. 99 Proses membuang endapan .............................................................87
Gambar 3. 100 Memprofil kembali ........................................................................88
Gambar 3. 101 Hasil evaluasi dan temuan kerusakan ...........................................88
x
Gambar 3. 102 Alat kerja waterpass dan bak ukur ..............................................89
Gambar 3. 103 Pemasangan pesawat pada waterpass ...........................................90
Gambar 3. 104 Proses pemeriksaan kontra lendut menggunakan waterpass .........91
Gambar 3. 105 Grafik hasil pengolahan data kontra lendut ..................................92
Gambar 3. 106 Proses melepas penambat pada jembatan.......................................95
Gambar 3. 107 proses pemotongan besi pengunci bantalan ..................................95
Gambar 3. 108 proses pemasangan dongkrak pada jembatan ................................95
Gambar 3. 109 proses memasukkan bantalan kayu baru ........................................96
Gambar 3. 110 proses pemasangan penambat .......................................................96
Gambar 3. 111 mountain tunnel ............................................................................97
Gambar 3. 112 shield tunnel...................................................................................98
Gambar 3. 113 Pembentukkan Cut and Cover .......................................................98
Gambar 3. 114 Diagram alir pemeiksaan .............................................................100
Gambar 3. 115 Kerusakan Scalling ......................................................................101
Gambar 3. 116 Kerusakan rontok ........................................................................102
Gambar 3. 117 Rembesan pada Tunnel ...............................................................102
Gambar 3. 118 Kerusakan Korosi .......................................................................103
Gambar 3. 119 Kerusakan Struktur retak .............................................................103
Gambar 3. 120 Peta Lintas Operasi DAOP VII Madiun.......................................104
Gambar 3. 121 Beberapa alat dan bahan mengatasi kebocoran bangunan stasiun
.............................................................................................................................106
Gambar 3. 122 Atap yang mengalami rembesan .................................................107
Gambar 3. 123 Mempersiapkan alat kerja ...........................................................107
Gambar 3. 124 Proses pengecetan atap ...............................................................107
Gambar 3. 125 Proses pengecetan .......................................................................108
Gambar 3. 126 Mengatasi bubungan dengan pengacian.......................................108
Gambar 3. 127 Pemeriksaan survei penambahan kanopi .....................................109
Gambar 3. 128 Proses pengukuran peron rendah .................................................110
Gambar 3. 129 Proses pengukuran jarak kanopi dengan distance meter ..............110
Gambar 3. 130 Proses pengukuran jarak bangunan dengan distance meter .........110
Gambar 3. 131 Temuan tembok terkena rembesan air hujan ...............................111
Gambar 3. 132 Denah Perencanaan Kanopi Stasiun Nganjuk .............................111
xi
Gambar 3. 133 Melakukan skrinning sebelum berangkat dinas......................... 113
Gambar 3. 134 Mempersiapkan diri menunggu KA untuk dinas ....................... 114
Gambar 3. 135 Mencatat nomor kabin/bordes yang dinaiki ...............................114
Gambar 3. 136 Proses merasakan gerakan KA dan mencatat ..............................115
Gambar 3. 137 Pendampingan oleh KUPT JR.77 Madiun ..................................115
Gambar 3. 138 Pengabilan balas di Emplasemen Kertosono ............................ 119
Gambar 3. 139 Pengawalan KLB di awal stasiun ................................................119
Gambar 3. 140 Pemberangkatan pada lokasi petak jalan yang akan di ecer ....... 119
Gambar 3. 141 Proses mitra kerja membuka ketel pada gerbong untuks ........... 120
Gambar 3. 142 Pengamatan memastikan bongkaran balas...................................120
Gambar 3. 143 Memastikan gerbong telah kosong ketika bongkaran selesai .....120
Gambar 3. 144 Hasil bongkar balas .....................................................................121
Gambar 3. 145 Proses pengoprasian KPJR dalam kabin .....................................123
Gambar 3. 146 Pemeriksa hasil pecokkan pada kabin grafik ..............................123
Gambar 3. 147 Pemeriksaan diluar mesin ...........................................................123
Gambar 3. 148 Evaluasi pemeriksaan pemcokkan ..............................................124
Gambar 3. 149 Melakukan langsir untuk perpindahan tempat .............................125
Gambar 3. 150 Pengawasan diluar mesin PBR ....................................................126
Gambar 3. 151 Pengoprasian PBR untuk memprofil balas .................................126
Gambar 3. 152 Kegiatan Posko Angkutan Lebaran di JPL 3 Jiwan dan JPL 136
Sukosari, Madiun .................................................................................................127
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Maksud dan Tujuan
Tujuan pelaksanaan praktik kerja lapangan agar taruna dapat
meningkatkan kompetensi di bidang pemeriksaan dan perawatan jalan rel dan
bangunan perkeretaapian. Pelaksanaan PKL memiliki target yang harus dicapai dan
dilaksanakan oleh setiap taruna bidang Bangunan dan Jalur perkeretaapian sebagai
berikut:
1. Untuk memahami dan melaksanakan perawatan rel kereta api.
2. Untuk memahami dan melaksanakan perawatan jalur lurusan jalan rel.
3. Untuk memahami dan melaksanakan perawatan jalur lengkung.
4. Untuk memahami dan melaksanakan perawatan las dan pelat sambung.
5. Untuk memahami dan melaksanakan perawatan balas dan subbalas.
6. Untuk memahami dan melaksanakan perawatan komponen jalan rel.
7. Untuk memahami dan melaksanakan perawatan bantalan.
8. Untuk memahami dan melaksanakan perawatan wesel kereta api.
9. Untuk memahami dan melaksanakan perawatan rel gongsol/guide rel.
10. Untuk memahami dan melaksanakan perawatan drainase/lereng.
11. Untuk memahami dan melaksanakan perawatan jembatan.
12. Untuk memahami dan melaksanakan perawatan bangunan stasiun.
1.3 Manfaat
Dengan adanya kegiatan praktik kerja lapangan ini taruna memperoleh
manfaat dalam melaksanakan praktik kerja lapangan antara lain:
1. Menjadikan referensi terkait kegiatan pemeriksaan dan perawatan prasarana
yang berguna untuk menunjang kompetensi di bidang Bangunan dan Jalur
Perkeretaapian;
2. Sebagai penerapan antara teori yang sudah didapatkan selama perkuliahan
dengan kenyataan yang ada di lapangan;
3. Lebih memahami kondisi nyata di lapangan;
4. Menambah keahlian di bidang praktik kerja lapangan;
5. Menambah wawasan dan pengalaman tentang dunia kerja yang dapat
dibagikan kepada sesama taruna.
2
1.4 Lokasi
Lokasi Praktik Kerja Lapangan berada di Daerah Operasional VII Madiun
beralamat di Madiun Jawa Bagian Timur terletak di jalan Kompol Sunaryo No. 14
Madiun Lor, Kecamatan Manguharjo, Kota Madiun, Jawa Timur (63122) (Gambar
1.1). Lokasi pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ada 4 kantor yang meliputi:
1. Resort Jalan Rel 7.7 Madiun (Gambar 1.2)
3
Gambar 1. 3 Kantor UPT Resort Jembatan 7.1 Madiun
4
1.5 Jadwal dan Waktu
Jadwal dan waktu untuk melaksanakan Praktik Kerja Lapangan sebagai
berikut di unit Jalan dan Jembatan DAOP VII Madiun sebagi berikut:
• Tanggal : 10 Januari 2022 s/d 30 Juni 2022
• Hari : Senin s/d Jum’at
• Jam : 08.00 WIB – 15.00 WIB
5
BAB II
GAMBARAN UMUM
6
Gambar 2. 1 Peta lintas DAOP VII Madiun
7
Gambar 2.1 menampilkan Daerah Operasi VII Madiun terbentang dari
barat, yaitu Stasiun Walikukun, Ngawi sampai timur, yaitu Stasiun Curahmalang,
Jombang, dan sebelah selatan, yaitu Stasiun Blitar. Stasiun utama di DAOP VII
adalah Stasiun Madiun, Stasiun Nganjuk, Stasiun Kertosono, Stasiun Jombang,
Stasiun Kediri, Stasiun Tulungagung, dan Stasiun Blitar. Dipo Lokomotif di DAOP
VII adalah Dipo Lokomotif Madiun yang berada dalam kompleks Stasiun Madiun.
Daop VII Madiun secara fisik berbatasan dengan :
1. Sebelah Utara : Daop VIII Surabaya
2. Sebelah Timur : Daop VIII Surabaya
3. Sebelah Selatan : Daop VIII Surabaya
4. Sebelah Barat : Daop VI Yogyakarta.
8
2.2 Struktur Organisasi Unit-Unit DAOP VII Madiun
Berdasarkan Keputusan Direksi PT. Kereta Api Indonesia Nomor
PER.U/K0.104/VII/5/KA-2017 Tentang Struktur dan Tata laksana Bagian Operasi
Wilayah Daerah Operasi VII Madiun dan organisasi Resor Jalan Rel 7.7 Madiun.
Pada resor ini untuk memenuhi standart regu terdapat sebanyak 8 pekerja dan 1
Mandor, serta tenaga pemenuhan regu outsorsing sebanyak 3 orang. Selain itu di
resor 7.7 Madiun juga terdapat tenaga Work Order (WO) sebanyak 9 orang.
9
Gambar 2. 3 Struktur organisasi UPT Resort Jembatan 7.1 Madiun Tahun
Jabatan 2021/2022
10
Gambar 2. 4 Struktur Oganisasi Unit Bangunan DAOP 7 Madiun Tahun
Jabatan 2021/2022
11
Daerah Operasi VII (DAOP VII) Madiun memiliki struktur organisasi yang
masing-masing di Gambar 2.2 sampai 2.4 dengan mempunyai tugas, wewenang,
dan tanggung jawab dalam menyelenggarakan pengoperasian Kereta Api di DAOP
VII :
1. Quality Controller, adalah pejabat yang mengontrol pekerjaan dan mengevaluasi
hasil pekerjaan agar sesuai dengan standar teknisnya.
2. Kepala Unit Pelaksana Teknis (KUPT), adalah pejabat yang mengawasi proses
pekerjaan dan menjamin bahwa hasil pekerjaan telah sesuai dengan standar.
3. Kepala Urusan (KAUR) adalah pegawai yang ditugaskan untuk membantu
KUPT dalam melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan jalan rel dan sepur
simpang di wilayah kerjanya serta secara rutin membuat perencanaan dan
evaluasi baik biaya kegiatan pemeliharaan maupun hal-hal yang berkaitan
dengan pegawai resor.
4. Kepala Satuan Regu (Kasatker), adalah pegawai yang bertanggung jawab
memastikan proses dan hasil pekerjaan sesuai aturan sehingga perjalanan kereta
api aman sesuai dengan kecepatan puncak yang ditentukan.
2.3 Kegiatan Umum Resort Jalan dan Jembatan DAOP VII Madiun
Daerah Operasi VII Madiun merupakan salah satu daerah operasi yang
juga menyusun dan melaksanakan program pemeliharaan dan perawatan jalan rel
dan jembatan di wilayah kerjanya secara rutin sebagai tanggung jawab langsung
atas keselamatan, keamanan dan kenyamanan perjalanan kereta api. Penyusunan
program pemeliharaan tersebut merupakan tugas pokok di Unit JJ atau Resor Jalan
Rel dan Jembatan. Resor Jalan dan Jembatan DAOP VII Madiun melakukan tugas
pokok pemeliharaan jalan rel dan jembatan di wilayah kerjanya serta melaksanakan
penyusunan, perencanaan sehingga tiap-tiap bagiannya dapat dengan aman dilalui
dengan kecepatan puncak yang telah ditentukan serta.
12
Gambar 2. 5 Pengarahan singkat oleh pengawas/mandor kepada seluruh
pekerja sebelum memulai kegiatan.
Pada Gambar 2.5 sebelum memulai kegiatan pekerjaan melakukan pengarahan
(briefing) singkat dari mandor atau Kasatker mengenai keselamatan kerja bertujuan
mengetahui potensi bahaya di lokasi kerja serta mengurangi resiko kecelakaan
kerja.
2.4 Sarana dan Prasarana Resort Jalan dan Jembatan DAOP VII Madiun
Resort jalan dan jembatan DAOP VII Madiun dalam melaksanakan
kegiatan penyediaan, pemeliharaan, dan perawatan Jalan rel dan jembatan perlu
adanya sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan
,yaitu sarana dan prasarananya. Supaya membantu proses kegiatan berjalan lancar,
teratur, efektif ,dan efesien. Sarana dan prasarana Unit Jalan dan Jembatan DAOP
VII Madiun ditampilkan dalam Gambar 2.6 sampai Gambar 2.10.
13
Gambar 2. 6 Alat Meter Gauge
14
Gambar 2. 9 Ruang penyimpanan alat kerja dan perlengkapan material jalan rel
15
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
16
Target dan Capaian PKL
Tabel 3. 1 Pencapaian Target PKL Utama
No. Uraian Target PKL Capaian PKL
1. Perawatan Rel Kereta Api Tercapai
2. Perawatan Jalur Lurusan Jalan Rel Tercapai
3. Perawatan Jalur Lengkung Jalan Rel Tercapai
4. Perawatan Las dan Pelat Sambung Tercapai
5. Perawatan Balas dan Subbalas Tercapai
6. Perawatan Komponen Jalan Rel Tercapai
7. Perawatan Bantalan Tercapai
8. Perawatan Wesel Tercapai
9. Perawatan Rel Gongsol/guide rel Tercapai
10. Perawatan Drainase/Lereng Tercapai
11. Perawatan Jembatan Tercapai
12. Perawatan Terowongan Tidak Tercapai
13. Perawatan Bangunan Stasiun Tercapai
17
3.1 Perawatan Rel Kereta Api
3.1.1 Penggantian Rel
Penggantian rel adalah kegiatan untuk mengganti rel yang rusak dengan
rel baru laik pakai. Penyebab di gantikan rel saat dilapangan terdapat kerusakan di
ujung rel yang terletak antara ujung rel sampai ujung pelat sambung. Oleh karena
itu, dilakukan penggantian rel menggunakan sambungan las. Namun, karena waktu
yang dibutuhkan untuk melakukan las thermit terlalu singkat, maka dilakukan
pembuatan sambungan pelat terlebih dahulu sebelum sambungan tersebut diubah
menjadi sambungan las thermit. Kondisi eksisting rel yang diamati saat praktik
kerja lapangan merupakan tipe R.54, dimana standar panjang rel R54 adalah
25meter (rel pendek) dengan bantalan beton. Berdasarkan PD 10A tentang susunan
jalan rel, rel harus segera diperbaiki atau diganti jika:
a. Terdapat kerusakan rel patah atau retak, penipisan badan kaki, keausan pada
lubang atau ruang pelat sambung
b. Keausan kepala rel melebihi toleransi maksimal
c. Terdapat tekukan mendatar atau tekukan tegak yang dapat membahayakan
perjalanan kereta api (PD 10A).
A. Alat Kerja
1. Alat Komunikasi (HT)
2. Mistar Timbangan (meter gauge)
3. Mesin Potong Rel
4. Mesin Bor Rel
5. Tang Pengangkat Rel
6. Palu besar
7. Pelat dan Baut Sambung
8. Linggis
9. Meteran
10. Alat Pengencang Baut
B. Jumlah Pekerja
Pekerjaan ini dilaksanakan oleh 11 orang yaitu 1 Mandor dan 10 pekerja.
C. Waktu Pekerjaan
Waktu pekerjaan melaksanakan penggantian rel mulai pukul 05.00 WIB sampai
07.10 WIB. Jadi, penggantian rel memakan waktu ± 2 jam.
18
D. Lokasi Pekerjaan
Km.168+800 dan 169+900 Jiwan Kab.Madiun
E. Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan
1. Berdasarkan PD10A (2016), panjang rel pengganti yang akan disambung
menggunakan pelat sambung dihitung dengan rumus sebagai berikut : vop
ℓkritis =
8,2
Keterangan :
ℓkritis = Panjang rel yang akan di ganti
Vop = Kecepatan maksimal rel yang akan diganti
8,2 = Konstanta
Dilapangan panjang rel diantara dua pelat sambung yang akan diganti dan
dipasang (ℓkritis) adalah 12 meter, kecepatan operasi maksimum yang
diinginkan saat melintasi celah sambungan tersebut dihitung sebagai berikut:
Vop = ℓkritis x 8,2
Vop = 12 x 8,2
Vop = 98,2 km/jam
Dengan demikian kecepatan maksimal kereta yang akan lewat dapat dihitung dan
diperoleh 98,2 km/jam atau maksimal 100 km/jam.
2. Siapkan rel pengganti yang sesuai dengan hasil pengukuran di lokasi pekerjaan
penggantian rel (Gambar 3.1).
3. Potong rel eksisting yang akan diganti sesuaikan ukuran dengan memperhatikan
jarak siar (Gambar 3.2).
4. Lubangi rel eksisting dengan alat bor rel untuk persiapan pemasangan pelat
sambung sesuai ukuran (Gambar 3.3).
5. Pasang rel pengganti, kemudian atur celah rel/siar sesuai aturan (Gambar 3.4).
6. Pasang kembali alat penambat rel dan pelat sambung lengkap dengan bautnya
(Gambar 3.5).
7. Letakkan rel yang telah diganti seperti dikubur di lokasi yang aman (Gambar
3.6).
8. Bila pekerjaan selesai selalu ada evaluasi terhadap hasil pekerjaan seperti proses
pekerjaan jika terjadi kendala dan meyakinkan kondisi jalur aman saat dilewati
kereta api (Gambar 3.7).
19
Gambar 3. 1 Menyiapkan rel pengganti baru
20
Gambar 3. 4 Pemasangan rel pengganti
21
F. Hasil Pelaksanaan
22
7. Automatic timble / timble lubang penuangan
8. Clay cement/pasir basah (Gambar 3.8 B)
9. Brunner / mesin pemanas las
10. Rail Head Cover Long and short
11. Cetakan+clem F (Gambar 3.8 D)
12. Clos Kayu/Baji
13. Obat Pasir ATT (Gambar 3.8 C)
14. Thermit/serbuk besi (Gambar 3.8 A)
15. Mistar ukur/mistar besi
16. Sikat baja/kawat (Gambar 3.8 I)
17. 1 buah palu
18. 2 buah linggis
19. Tabung LPG
20. Tabung Oksigen
21. Gerinda duduk
22. Gergaji potong rel (Gambar 3.8 E)
23. Kunci inggris,pas, ring (Gambar 3.8 K)
24. Kacamata las
25. Ember (Gambar 3.8 F)
26. Dongkrak
23
A B C
D E F
G H I
J K L
24
B. Jumlah Pekerja
Pekerjaan ini dilaksanakan oleh 9 orang yaitu 1 Mandor dan 8 pekerja.
C. Waktu
Waktu pengerjaan pelaksanakan las thermit dimulai pukul 04.25 WIB sampai
06.20 WIB yang memakan waktu ± 2 jam. Penetapan waktu pelaksanaan pada saat
subuh dilakukan untuk menghindari lalu lintas kereta api yang padat pada jalur hilir.
D. Lokasi Pekerjaan
• Km.167+900 bawah jembatan ring rout, Madiun.
• Km.169+9/0 Jiwan,Kab.Madiun.
• Km.160+900 Crossing Babadan-Madiun.
E. Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan
1. Pekerjaan persiapan, pertama pekerja harus menggunakan APD. Cek
kelengkapan alat dan bahan serta memastikannya dalam kondisi baik dan dapat
digunakan.
2. Memeriksa dan memastikan ujung rel yang akan disambung dalam keadaan
bersih dari karat, memiliki bidang yang rata dan lurus/tidak cacat serta tidak
ada lubang pelat sambung atau lubang yang dibuat dengan alat potong panas
(brader).
3. Atur dan pastikan jarak celah antar Rel.54 yang akan disambung sekitar 28-30
mm diukur menggunakan setting gauge
4. Lurus dan sejajarkan posisi antar rel yang akan disambung, posisikan rel diatas
bantalan/diberi landasan. Pelurusan menggunakan mistar ukur, Apabila posisi
rel belum sejajar vertical/horizontal maka dapat digunakan klos kayu baji untuk
meratakan posisi rel. Untuk mempermudah pelurusan lepaskan penambat 1-2
bantalan kiri kanan sambungan. Cek kerataan,kelurusan dan kesejajaran
dikepala dan kaki rel (Gambar 3.9).
5. Pasang dudukan Burner, gauge ukur, dan Crucible, atur posisikan dudukan
agar pas, gunakan setting burner dan setting gauge (Gambar 3.10)
6. Pasang cetakan pada posisi celah sambungan rel, cetakan dijepit menggunakan
sepatu cetakan khusus/ Klem F. Pastikan cetakan terpasang dengan baik, tegak
lurus dan kokoh serta tidak terdapat kebocoran dengan cara setiap pinggiran
cetakan yang berpotensi adanya kebocoran ditambal dengan pasir/tanah pasta
25
penutup. Serta menyokong sambungan dengan bantalan/ pelat landas untuk
memperkuat sambungan.
7. Setel dan pasang dudukan penjepit stang obor api dan dudukan cawan lebur
serta pasang pelat penutup rel disamping cetakan. Penyesuaian posisi dapat dan
tinggi masing-masing dudukan. Untuk dudukan cawan lebur pastikan lubang
pada cawan lebur tegak Iurus dan sejajar terhadap lubang pada cetakan
sambungan rel yang sudah terpasang".
8. Masukkan Penyumbat ATT didalam dudukan yang ada dikepala cetakan
dengan menggunakan penjepit atau tang, lalu ratakan pasir ATT, kemudian
masukan Protion kedalam cawan lebur dan letakkan igniter di dalamnya
(Gambar 3.11)
9. Melakukan proses pemanasan dikedua sisi ujung rel yang akan disambung
menggunakan Burner pemanas khusus 32 lbg api, hingga mencapai suhu
900°C dengan tujuan setiap ujung rel yang akan disambung dapat menyatu
dengan material thermit. Termasuk Mould Plug, berupa kotak kecil penutup
mould juga harus ikut dikeringkan, agar tidak terjadi bubling (reaksi air yang
terperangkap) pada saat periode settle down.
10. Setelah pemanasan kedua ujung rel telah mencapai 900°C , posisikan cawan
lebur diatas pusat dari penyumbat cetakan kemudian pasang topi wadah dan
nyalakan porsi/bahan thermit dengan tombol igniter, sehingga Reaksi terjadi.
Pada Tahap ini terjadi 3 proses:
• Proses Reaksi sekitar 10 - 15 detik, • Settling Down sekitar
8 - 15 detik dan
• Pouring sekitar 7 - 9 Detik.
11. Setelah porsi material thermit tertuang habis dari cawan lebur angkat dan
lepaskan cawan lebur dari dudukan menggunakan sarung tangan anti panas dan
letakkan diposisi aman serta kondisi tidak mudah panas terbakar sampai 3,5
menit sejak pouring time, dudukan tungku, slag basin dan cetakan jacket dapat
dibuka, bersihkan pasir- pasir disekitar permukaan rel sekitar cetakan.
12. Membuang kepala cetakan dengan hati-hati setelah beberapa saat material
thermit dituangkan, dalam kondisi material atau bahan las masih panas
(material pengelasan berwarna putih atau kuning terang). Hati-hati terhadap
26
kemiringan kepala cetakan dan periksa apakah material dan bahan las masih
cair.
13. Membuang logam yang tidak terpakai dari kepala rel dengan pemangkas rel
hidrolik (Weld Shear Trimmer).
14. Melakukan penggerindaan, menyingkirkan bantalan atau pelat landas
penyokong sambungan, membuang pasir dan membuang sisa logam dari
semua sisi, juga yang ada dibawah kaki rel dengan menggunakan alat pahat
tumpul atau sikat kawat setelah titik las mulai dingin.
15. Setelah titik las benar-benar dingin, mulai mengerjakan finishing/ penggerin
daan akhir sambungan las dengan menggunakan gerinda duduk hingga kondisi
titik las diposisi kop reI halus dan rata membentuk profil rel tersebut.
27
Gambar 3. 11 Pendempulan Clay Cement
28
Gambar 3. 14 Pelepasan Wadah Cruicble
29
F. Hasil Pelaksanaan
31
3. Pekerja mengangkat rel dengan dongkrak lalu mandor mengamati rel yang
didongkrak secara visual dari kop rel untuk memberi arahan agar rel yang
diangkat sesuai titik pedoman.
4. Pecok balas dibawah bantalan dengan pecok manual hingga padat agar kondisi
geometri setelah didongkrak tidak berubah.
5. Setelah pertinggian pada rel sudah rata profil kembali balas agar geometri tidak
berubah.
Gambar 3. 19 Proses Angkatan dengan dongkrak dan dilihat pertingiian rel visual
oleh mandor
32
Gambar 3. 21 Proses memprofil balas setelah pemecokkan
F. Prosedur Pekerjaan Angkatan Menyeluruh
1. Pekerjaan Angkatan Menyeluruh pertama mandor menentukan titik tinggi pada
rentangan rel dengan cara pengematan visual dilihat dari bawah kop rel untuk
mengetahui rel yang perlu diangkat.
2. Cek beda tinggi antara rel kiri dan kanan pada titik tinggi tersebut menggunakan
meter gauge, jika lebih tinggi dari rentangan rel sebelah maka titik tinggi tersebut
bisa dijadikan sebagai titik pedoman, jika lebih rendah ulangi langkah awal pada
rentangan rel sebelahnya.
3. Setelah mengetahui titik tinggi lalu diberi tanda dengan kapur.
4. Mendongkrak rel hingga gelembung nimfo pada meter gauge berada di tengah
atau kerataan rel sama dengan titik tinggi awal.
5. Kemudian pecok balas dibawah bantalan dengan menggunakan alat semi
mekanik HTT hingga padat agar kondisi geometri setelah didongkrak tidak
berubah. Pemecokkan per 3 m dilakukan oleh 4 orang pada bantalan yang sama
pada dua sisi secara bersamaan.
34
Gambar 3. 26 Proses memprofi balas setelah di HTT
G. Hasil Pelaksanaan
36
Gambar 3. 29 Proses mengembalikan geseran pada listring
38
Dilapangan pertinggian lengkung penuh seharusnya dapat dihitung sebagai
berikut:
Hpenuh = 9,268 mm
Vr = 90 km/jam R
= 5200
902
hpenuh = 5,95
5200
= 9,268 mm
ℎ𝑝𝑒𝑛𝑢ℎ
ℎ𝑃𝐿𝐴 =
𝑃𝐿𝐴
Keterangan :
HPLA = Pertinggian pada lengkung alih (mm)
Hpenuh = Pertinggian lengkung penuh seharusnya (mm) PLA
= Panjang Lengkung Alih (m)\
= 0,371 mm
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai pertinggian lengkung alih sebesar 0,371 mm.
3. Membuat tanda titik lengkung dengan spidol putih atau kapur pada kaki rel setiap
10 meter, dimulai dari 40 meter sebelum MLA sampai ALA.
4. Ukur pertinggian rel di setiap titik lengkung dengan kapur (per 10 meter) dengan
mistar timbangan, rel dalam sebagai acuan titik nol.
5. Beri tanda nilai pertinggian pada bantalan di titik lengkung tersebut.
39
6. Cek beda tinggi rel antara rel kiri dan kanan pada titik tersebut menggunakan meter
gauge, jika lebih tinggi dari rentangan rel sebelah maka titik tinggi tersebut bisa
dijadikan titik pedoman.
Catatan :
Titik tinggi belum tentu titik pedoman, titik pedoman sudah pasti titik
tinggi.
40
Gambar 3. 33 Proses pemasangan mistar angkatan
41
E. Hasil Pelaksanaan Perawatan Lengkung
Setelah diperbaiki dan diukur dengan meter gauge maka hasil pada angkatan
listringan di lengkung hasil nilainya sesuai dengan geseran revisi lengkung yang
diingkan.
42
9. Formulir pemeriksaan D.147
B. Jumlah Pekerja
Pekerjaan ini dilaksanakan oleh 3 orang pekerja.
C. Waktu
D. Waktu pekerjaan melaksanakan perawatan pelat sambungan mulai pukul 08.00
WIB sampai 10.00 WIB. Jadi penggantian rel memakan waktu ± 2 jam.
E. Lokasi Pekerjaan
• Km. 164+588 sampai Km. 165+096.
• Km. 0+800 sampai Km. 1+010 (MN-Pertamina).
• Emplasement Madiun Jalur 1,2,dan 3.
F. Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan
44
Gambar 3. 39 Proses pemeriksaan lebar Jalur pada lengkung
45
G. Hasil pelaksanaan pemeriksaan lengkung
No. TITIK -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
AP OPNAME 0 0 0 0 0 0 4 15 26 35 43 42 57 46 55 54 50 53 55 47 55 50 52 46 42 50 51 45 51 52 54 53 55 49 43 50 50 52
GESERAN I 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 5 0 7 2 3 7 7 7 10 4 5 4 7 6 -3 -5 2 3 4 3 3 1 4 7 2 2 3
0 0 0 0 0 0 0 0 -0,5 -1 -2,5 0 -3,5 -1 -1,5 -3,5 -3,5 -3,5 -5 -2 -2,5 -2 -3,5 -3 1,5 2,5 -1 -1,5 -2 -1,5 -1,5 -0,5 -2 -3,5 -1 -1 -1,5 -2,5
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -0,5 -1 -2,5 0 -3,5 -1 -1,5 -3,5 -3,5 -3,5 -5 -2 -2,5 -2 -3,5 -3 1,5 2,5 -1 -1,5 -2 -1,5 -1,5 -0,5 -2 -3,5 -1 -1
0 0 0 0 0 0 0 0 -0,5 0 -1 4 -6 6 -3 -1,5 2 0 -1,5 4,5 -3,5 1 -2 2 4 -3,5 -4,5 3 0 1 -0,5 1 -2,5 0 4 -2,5 -0,5 -0,5
GESERAN II
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 n 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jml. Geseran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 5 0 7 2 3 7 7 7 10 4 5 4 7 6 -3 -5 2 3 4 3 3 1 4 7 2 2 3
46
30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57
49 49 46 50 53 54 51 50 45 50 49 49 51 50 49 49 49 55 50 48 36 30 20 5 4 0 0 0
5 4 4 2 2 2 3 2 3 -1 0 1 2 3 3 3 3 2 6 7 6 4 3 2 -2 -1 0 0
-2 -2 -1 -1 -1 -1,5 -1 -1,5 0,5 0 -0,5 -1 -1,5 -1,5 -1,5 -1,5 -1 -3 -3,5 -3 -2 -1,5 -1 1 0,5 0 0 0
-1,5 -2,5 -2 -2 -1 -1 -1 -1,5 -1 -1,5 0,5 0 -0,5 -1 -1,5 -1,5 -1,5 -1,5 -1 -3 -3,5 -3 -2 -1,5 -1 1 0,5 0
1,5 -0,5 1 -1 0 -0,5 1 -1 2,5 -2,5 0 0 0 0,5 0 0 0,5 -2,5 1,5 1 0,5 -0,5 0 1,5 -2,5 0 0,5 0
50,5 48,5 47 49 53 53,5 52 49 48 48 49 49 51 51 49 49 50 53 52 49 37 30 20 6,5 1,5 0 0,5 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
50,5 48,5 47 49 53 53,5 52 49 48 48 49 49 51 51 49 49 50 53 52 49 37 30 20 6,5 1,5 0 0,5 0
5 4 4 2 2 2 3 2 3 -1 0 1 2 3 3 3 3 2 6 7 6 4 3 2 -2 -1 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
50,5 48,5 47 49 53 53,5 52 49 48 48 49 49 51 51 49 49 50 53 52 49 37 30 20 6,5 1,5 0 0,5 0
5 4 4 2 2 2 3 2 3 -1 0 1 2 3 3 3 3 2 6 7 6 4 3 2 -2 -1 0 0
47
Perhitungan AP awal lengkung adalah dengan memulai pengukuran dari
lurusan, jika saat pengukuran nilai AP masih 0 atau mendekati 0 maka belum
dianggap sebagai AP awal lengkung. Ukur hingga nilai AP menunjukkan nilai yang
signifikan. Cara menentukan Panjang AP dapat dihitung dengan rumus F=50/R
(meter). Radius lengkung pada Gambar 3.41 adalah 1000m, sehingga anak panah
awal lengkung tersebut dapat dihitung sebagai berikut:
F = 50
𝑅
F=
F = 0,05 meter
49
4. Palu
5. Material cadangan pelat sambungan
6. Bensin
7. Kuas cat
B. Jumlah Pekerja
Pekerjaan ini dilaksanakan oleh 3 orang yaitu 1 Mandor dan 2 pekerja.
C. Waktu
Waktu pekerjaan melaksanakan perawatan pelat sambungan mulai pukul 07.30
WIB sampai 10.20 WIB. Jadi penggantian rel memakan waktu ± 4 jam.
D. Lokasi Pekerjaan
• Bok Malang,Madiun
• Km.161+900
• Km.161+700
• Km.161+600
E. Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan
1. Bersihkan terlebih dahulu bagian pada pelat sambungan dari kotoran yang ada
pada area rel.
2. Semprotkan cairan anti karat WD-40 sebelum melepas baut sambungannya
agar memudahkan pelepasan baut (Gambar 3.43)
50
6. Setelah semua sudah di cat dengan solar,pasang kembali pelat sambungannya
(Gambar 3.47).
7. Pasang kembali baut-baut sambungan menggunakan kunci inggris atau kunci
pass (Gambar 3.48).
51
Gambar 3. 45 Proses melepas pelat pada rel
52
Gambar 3. 48 Proses pengencangan kembali baut-baut pada pelat
F. Hasil Pelaksanaan
53
penambah yang menghasilakan sambungan yang penuh, lurus dan rata. Salah satu
jenis pengelasan pada rel bisa dilakukan dengan pengelasan elektroda. Pengelasan
elektroda hanya di pakai pada tipe rel R.42 dan tipe rel dibawahnya (Surat Edaran
Direksi PT.KAI tentang Pemopokan dan Penyambungan Rel dengan Las
Elektroda). Tujuan mengikuti kegiatan pemopokan dan penyambungan rel dengan
las elektroda agar memahami bagian-bagian, fungsi dan tata cara pengelasan
elektroda pada jalan rel.
A. Alat Kerja
1. Alat komunikasi (HT)
2. Termometer Rel
3. Mesin pengelasan termasuk kabel plus minus (lose holder)
4. Palu Las
5. Mesin Gerinda dan kabel listrik 220V
6. Generator
7. Mesin Gerinda potong (Abrasive)
8. Dongkrak
9. Garukan Balas
10. Kunci Inggris
11. Palu 1 kg dan palu 5 kg
12. Blander pemanas
13. Blander potong
14. Mistar Baja
15. Mold
B. Jumlah Pekerja
Pekerjaan ini dilaksanakan oleh 7 orang yaitu 1 Mandor dan 6 pekerja.
C. Waktu
Waktu pekerjaan melaksanakan penyambungan pelat sambung dengan Las
Elektroda mulai pukul 08.30 WIB sampai 11.20 WIB. Jadi kegiatan ini memakan
waktu ± 4 jam. D. Lokasi Pekerjaan
• Km 169+100 Mn-Mag
• Km 168+0/100 Mn-Mag
E. Prosedur Pelaksaanan Pekerjaan
54
1. Bersihkan terlebih dahulu bagian rel yang akan di las dari karat dan kotoran
yang ada pada rel.
2. Kedua rel di blander diberi jarak atau celah setebal 10-20 mm
3. Melakukan pemanasan awal kira-kira 900°C - 950°C sehingga material
tercampur baik dan akan menghasilkan material yang kuat. Pemanasan tidak
boleh menggunakan blander potong.
4. Awal pengelasan dimulai dari titik tengah bagian kaki bawah rel pada saat
pengelasan elektroda pada rel, sebaiknya dilakukan kea rah kanan dan kiri agar
elektroda tersebut masuk ke dalam titikv pengelasan dan tidak terputus atau
terhenti karena dapat membentuk kerak besi.
5. Untuk pengelasan bagian tubuh rel yang tegak lurus maka sebelumnya pada sisi
rel dijepit dengan bahan tembaga agar elektroda tidak mengalir ke luar.
6. Satu sisi kepala rel yang akan di las harus di amplas terlebih dahulu dan tegak
lurus 45°.
7. Finishing
8. Penggerindaan harus dilakukan secara merata memanjang rek (sepanjang kiri
dan kanan titik las)
9. Penggerindaan hanya dilakukan setelah pendinginan, sebelum rel dingin tidak
boleh dilakukan penggerindaan.
55
Gambar 3. 51 Proses penyambungan Las Elektroda
F. Hasil Pekerjaan
Hasil dari pekerjaan penyambungan dengan las elektroda yang sebelumnya
menggunakan plat sambung telah diganti dengan sambungan las elektroda. Hasil las
elektroda dilakukan pemprofilan kop rel agar rapi.
56
merupakan salah satu masalah yang disebabkan oleh lumpur dari tanah dasar yang
terangkat dan memenuhi celah antara balas yang ketika sudah padat mengurangi
fungsi balas dalam menyerap getaran. Kerusakan ini sering terjadi pada musim
penghujan tiba yang disebabkan oleh air hujan yang menggenang di dasar balas,
drainase kurang baik, tanah dasar yang kurang miring ataupun berlubang. Tujuan
pekerjaan ini adalah membersihkan balas dari lumpur disekitar area yang terjadi
kecrotan (H. Surakim,2014).
A. Alat Kerja
1. Alat Komunikasi (HT)
2. Garuk balas
3. Meter gauge
4. Karung
5. Palu (hammer)
6. Blencong/ dandang
7. Dongkrak B. Jumlah Pekerja
Pekerjaan ini dilaksanakan oleh 1 mandor dan 8 pekerja
C. Waktu
Waktu pelaksanaan perawatan ini dimulai pukul 08.00 sampai 11.30 WIB. Jadi
pelaksanaan kuras balas kotor membutuhkan waktu ± 3 setengah jam.
D. Lokasi Pekerjaan
1. Stasiun Babadan
• KM 157+800
• KM 157+900
2. Timur Emplasemen Madiun
• KM 165+100
E. Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan
1. Menentukan titik kecrotan berdasarkan lumpur yang mencuat dari balas.
2. Mengeluarkan balas dari spasi antara kedua bantalan dengan penggorek balas
hingga mencapai tanah dasar sampai kedalaman ±15 cm. Dengan catatan tanah
dasar tidak digorek.
57
3. Kemudian pisahkan balas yang masih bersih untuk menggantikan balas yang
kotor.
4. Kemudian buang balas kotor yang terkena kecrotan di pinggir atau diluar ruang
bebas.
5. Setelah selesai pengisian balas yang baru, bentuk profil jalan rel seperti semula.
6. Tahap terakhir melakukan perbaikan angkatan dan
listring untuk mengembalikan struktur geometri jalan rel.
58
Gambar 3. 55 Proses membuang balas kotor setelah di gorek
59
F. Hasil Pelaksanaan
60
4. Kapur tulis
5. Formulir DMJR
B. Jumlah Pekerja
Pekerjaan ini dilaksanakan bergantian oleh 2 orang yaitu 1 pengisi formulir dan
1 pekerja.
C. Waktu
Waktu pekerjaan melaksanakan pemeriksaan DMJR mulai pukul 09.30 WIB
sampai 11.00 WIB. Jadi kegiatan ini memakan waktu ± 1 jam 30 menit.
D. Lokasi Pekerjaan
• Km.168+8/9 jalur hilir lintas Madiun-Magetan
E. Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan
1. Pekerja terlebih dahulu membuat tanda penomoran bantalan tiap 10 bantalan.
2. Gorek balas dibawah bantalan di 2 titik yaitu awal mulai pemeriksaan dan
tengah pemeriksaan.
3. Gunakan meteran untuk mengukur tebal balas dibawah bantalan lalu catat
dalam formulir.
4. Berjalan perlahan sembari mencatatat jumlah dan kondisi material jalan rel
yang mengalami kerusakan.
5. Lakukan setiap 100 meter.
61
Gambar 3. 60 Proses pemeriksaan DMJR
62
F. Hasil pelaksanaan
62
Dari hasil Gambar 3.61 dapat dilihat data DMJR tersebut terdapat beberapa
kerusakan komponen diantaranya, terdapat 1 buah insulator rusak dijalur hilir KM
168+8/9, 3 bantalan kayu pada jembatan BH 16 yang sudah lapuk dan berlubang,
penambat lockspike yang kendor, dan tebal balas dibawah bantalan sudah mencapai
10cm. Maka perlu dilakukan perawatan dan perbaikan berupa pengencangan
penambat, penggantian insulator dan penggantian bantalan kayu untuk menunjang
keselamatan, keamanan, dan kenyamanan perjalanan Kereta api.
Hasil DMJR juga terlampir pada lampiran DMJR.
64
Gambar 3. 62 Alat kerja penggantian bantalan
B. Jumlah Pekerja
Pekerjaan ini dilakukan oleh 1 mandor dan 4 pekerja.
C. Waktu
Waktu pelaksanaan perawatan ini dimulai pukul 08.00 sampai 11.30 WIB. Jadi
pelaksanaan penggantian bantalan membutuhkan waktu ± 3 setengah jam.
D. Lokasi Pekerjaan
• KM 166+0
• Emplasemen Madiun
E. Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan
1. Menggorek balas di antara bantalan yang akan diganti sampai rata bawah
bantalan (Gambar 3.65).
2. Melepaskan alat penambat dan insulator di bantalan yang rusak.
3. Mengeluarkan bantalan yang rusak lalu angkat rel dengan catatan bantalan
terpasang tidak ikut terangkat, dorong bantalan kesamping ke arah balas yang
telah digorek dan keluarkan bantalan (Gambar 3.67).
65
4. Setelah bantalan dikeluarkan, ratakan balas dan beri jarak agar bantalan yang
akan diganti mudah saat memasukan bantalan beton (Gambar 3.68).
5. Mengambil bantalan baru dengan alat pikul bantalan (Gambar 3.69).
66
Gambar 3. 66 Kondisi bantalan kayu yang akan diganti
67
Gambar 3. 69 Proses mengambil bantalan beton yang baru
68
Gambar 3. 72 Proses memprofil balas pada area bantalan yang baru
F. Hasil Pelaksanaan
69
paling rumit dengan beberapa persyaratan dan ketentuan pokok yang harus
dipatuhi,maka perlu adanya pemeliharaan dan pemeriksaan wesel untuk menjaga
kondisi wesel agar tetap laik.
Berdasarkan PD No. 10 A tentenag wesel Pemeriksaan atau opname wesel
adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui kondisi dan fungsi pada
kontruksi wesel. Bagian utama dalam pemeriksaan pada wesel adalah titik-titik
yang perlu diperhatikan secara seksama terihat pada Gambar 3.80.
70
A. Alat Kerja
1. Alat komunikasi
2. Meteran
3. Matisa / Meter Gauge
4. Alat tulis
5. Form Pemeriksaan / D.145
B. Jumlah Pekerja
Pekerjaan pemeriksaan wesel dilaksanakan oleh 2 orang pekerja
C. Lokasi Pekerjaan
1. Emplasemen Stasiun Madiun
• Wesel 33A, Wesel 33B,Wesel 33C, Wesel 113, Wesel 133B, Wesel 44,
Wesel 45.
2. Emplasemen Stasiun Babadan
• Wesel 61, Wesel 51A, Wesel 23B
D. Prosedur Pelaksanaan Pemeriksaan
Tahapan pelaksanaan memeriksa kondisi lidah dan lantak wesel,
1. Mengukur lebar jalur dan pertinggian di ujung lidah dan di ujung rel lantak
menggunakan matisa, nilai lebar jalur harus sesuai dengan tipe kontruksi.
2. Mengukur jarak bukaan lidah terbuka dengan rel lantak dengan meteran.
3. Memeriksa kedudukan kaki lidah wesel harus selalu rapat dengan plat
peluncurnya.
4. Catat semua hasilnya di formulir pemeriksaan dan catat juga jika ditemukan
lidah aus, geripis, atau cacat.
Tahapan pelaksanaan memeriksa kondisi jarum wesel.
1. Memeriksa dan amati sisi kanan dan kiri jarum wesel sejauh ± 30 cm dari ujung
jarum wesel harus bersih tidak ada jejak bekas tersentuh flens roda, tidak aus
atau defect serta ada retakan.
2. Memeriksa juga bagian rel sayap, rel paksa, baut jarum, bantalan wesel, dari akar
lidah sampai belakang jarum.
3. Catat semua hasilnya di formulir pemeriksaan.
Tahapan pelaksanaan memeriksa Point of protection.
1. Siapkan matisa, dan formular pemeriksaan kemudian,
71
2. Mengukur point of protection dan alur rel paksa dengan matisa
3. Letakkan matisa pada titik pengukuran POP pada titik lebar jarum 30 mm.
4. Ukur juga jarak sisi dalam rel paksa terhadap rel lantak, dan sisi dalam rel paksa
terhadap jarum.
5. Catat hasil pengukuruan POP dan alur rel paksa.
Pengukuran lebar jalur dan pertinggian area wesel.
72
Gambar 3. 76 Proses pengukuran lebar jalur dan pertinggian di ujung lidah
73
Gambar 3. 79 Proses Mengukur POP dan alur rel paksa dengan matisa
74
E. Hasil Pelaksanaan Pemeriksaan
75
3.8.2 Perbaikan lidah gantung pada wesel
Kontruksi pada wesel merupakan bagian dari jalan KA yang merupakan titik rawan
pada KA, maka harus diperhatikan dengan seksama pemeliharaannya agar semua
komponen wesel harus pada posisi yang benar, tidak rusak. Pada pelaksanaan
praktik kerja lapangan taruna mengikuti perbaikan pada jenis kerusakan lidah
menggantung. Penyebab lidah pada wesel menggantung adalah pada bagian
komponen karet untuk tumpuan pelat glincirnya sudah tidak bisa menopang dari
pelat glincir atau karet sudah lonyot. Bisa juga terdapat balas tidak padat sehingga
lidah wesel tidak dapat menutup rapat dan rawan terlanggar oleh roda KA,
sedangkan kerusakan di lokasi praktik adalah balas tidak padat. Berikut persiapan
dan Langkah-langkah perbaikan lidah menggantung:
A. Alat Kerja
1. Alat Komunikasi (HT)
2. Kunci inggris
3. Palu
4. Dongkrak
5. Linggis
6. Oli
7. Pecok manual/Belincong
8. Gorek balas
76
B. Jumlah Pekerja
Pekerja ini dilaksanakan oleh 9 orang yaitu 1 mandor, 6 pekerja dan 2 orang
Sintel.
C. Waktu
Waktu pekerjaan melaksanakan perawatan lidah gantung mulai pukul 07.30
WIB sampai 11.00 WIB. Jadi perbaikan lidah gantung memakan waktu ± 4 setengah
jam. D. Lokasi Pekerjaan
• Wesel 23C KM. 166+676 dan KM. 166+706, Winongo, Kota Madiun
E. Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan
1. Pertama lepas stang penghubung lidah atau kopel agar mudah untuk mengatur
ketinggian yang sesuai.
2. Dongkrak sampai sejajar antara lidah dan rel lantak sehingga lidah tidak
menggantung lagi.
3. Kemudian pecok dengan manual pada bantalan rel lantak dan lidah wesel agar
kondisi yang telah di dongkrak tidak berubah kembali.
4. Padat kan balas di bawah bantalan dengan belincong agar bantalan tetan pada
posisi.
5. Cek beda tinggi dan lebar jalur pada area lidah wesel yang sudah diperbaiki.
6. Kemudian pasang kembali stang penghubung lidah/kopel setalah itu pemrofilan
balas.
77
Gambar 3. 84 Proses pemecokkan manual pada bantalan rel lantak
Gambar 3. 85 Pengukuran beda tinggi dan lebar jalur pada lidah yang telah
diperbaiki
78
F. Hasil Pelaksanaan
79
12. Kain lap
13. Gas elpiji
14. Mesin las ouput 300 s.d 400 Amp
15. Kabel las 70-90 mm
16. Holder las 700-900 Amp
17. Alat pengukur suhu
18. Sarung tangan
19. Masker pengelasan
20. Kacamata las
21. Mistar/penggaris
B. Jumlah Pekerja
Pekerjaan popok wesel dengan las elektroda dilaksanakan oleh 5 orang yaitu 1 mador
dan 4 pekerja ,gabungan antar depo mekanik JJ dan resor JR.
C. Waktu
Waktu pekerjaan melaksanakan kegiatan pemopokan jarum wesel dengan las
elektroda mulai pukul 08.00 WIB sampai 11.00 WIB. Jadi pemopokan jarum wesel
memakan waktu ± 3 jam.
D. Lokasi Pekerjaan
• Wesel 33D
• Wesel 33C, Emplasemen Madiun
• Wesel 16
E. Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan
1. Bersihkan dan gerinda bagian rel yang akan dilas dari karat dan kotoran yang
ada pada jarum wesel dengan gerinda.
2. Material harus dalam suhu dingin (diberi es balok selama 15 menit).
3. Setelah 15 menit, jarum wesel dilap dengan kain sampai kering.
4. Selama masih ada retakan, lakukan penggerindaan ulang sampai tidak terdapat
keretakan lagi.
5. Setelah kering lakukan pengelasan (suhu pengelasan maksimal 150°C)
6. Untuk hasil lebih baik, pengelasan dilakukan sebentar kemudian didingankan,
dilap kering kemudian di las kembali.
7. Lakukan penggerindaan setelah temperatur dingin sesuai profil dan alurnya.
80
Gambar 3. 87 Proses levelling dengan mistar
81
Gambar 3. 90 Proses pengelasan elektroda pada jarum coak
F. Hasil Pelaksanaan
Dari hasil pelaksanaan pemopokkan wesel denga las elektroda terlihat sebelum
dipopok terdapat indikasi defect dan jarum lumayan aus, setelah dipopok jarum
sudah tidak coak atau defect dan mengurangi aus juga dari jarum tersebut.
82
a. Masing-masing baut dikencangkan
b. Perbaikan sambungan yang rusak dari fungsi, kelengkapan, dan kerusakan
diperbaiki.
c. Perbaikan rel gongsol di BH diganti/diperbaiki sesuai dengan fungsi dan
kebutuhannya.
Pengukuran lebar alur pada gongsol hanya dilakukan apabila pada lengkung
tersebut terdapat rel gongsol. Pengukuran lebar alur dapat dilakukan bersamaan
waktunya dengan pengukuran lebar jalur.
A. Alat Kerja
1. Alat Komunikasi (HT)
2. Mistar timbangan (Meter Gauge)
3. Meteran
4. Alat Tulis
5. Formulir pemeriksaan D.147
B. Jumlah Pekerja
Pekerjaan ini dilaksanakan oleh 3 orang pekerja.
C. Waktu
Waktu pekerjaan melaksanakan perawatan pelat sambungan mulai pukul 08.00
WIB sampai 10.00 WIB. Jadi penggantian rel memakan waktu ± 2 jam.
D. Lokasi Pekerjaan
• Km. 0+800 sampai Km. 1+010 (MN-Pertamina).
E. Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan
1. Letakkan track gauge pada titik yang akan diukur, posisikan kaki ganda disisi
rel yang terdapat rel gongsol. Setelah posisi track gauge siap, gerakkan tuas
pengukur lebar alur hingga menempel pada rel gongsol (letakkan tuas
berdekatan dengan kaki ganda). Lihat angka yang tertera pada tampilan
pengukur lebar alur.
2. Jika menggunakan meteran, letakkan alat ukur diantara rel gongsol dengan sisi
dalam rel ujung alat ukur menempel pada rel gongsol (titik nol pada rel gongsol).
83
Gambar 3. 93 Proses pemeriksaan lebar alur gongsol menggunakan penggaris
84
F. Hasil Pelaksanaan
Tabel 3. 2 Hasil Pemeriksaan rel gongsol
HASIL PEMERIKSAAN
BANTALAN
NO KM/HM PETAK JALAN
KE ALUR REL
GONGSOL (mm) KETINGGIAN (mm)
1
0+700 1 72
2
6 64
3
12 67
4
18 67
5
0+800 24 68
6
30 68
7
36 70
8
42 68
9
48 70
10
54 68
11
60 68
12
66 67
13
72 66
14
78 68
15
84 70
16
90 69
17
96 77
18
102 75
19
108 66
20
114 79
85
21
120 68
22
126 72
23
132 73
24
138 70
25
144 76
26
150 66
27
156 71
28
162 74
29
168 71
30
174 67
31
180 73
32
186 69
33
0+900 192 72
34
198 70
35 204 70
36 210 75
37 216 72
38 222 70
39 228 70
40 234 75
41 240 75
42 246 70
43 252 70
44 258 70
86
45 264 68
46 270 69
47 276 70
48 282 68
49 288 73
50 294 73
51 300 72
52 306 73
53 312 73
54 318 69
55 324 68
56 330 70
57 336 70
58 342 65
59 348 63
60 352 63
87
3.10 Perawatan Drainase/Lereng
3.10.1 Pembersihan Endapan Drainase
Berdasarkan PM No.32 Tahun 2011 perawatan drainase permukaan
dilakukan untuk menjaga agar aliran air tidak mengganggu operasi angkutan kereta
api. Pada kondisi drainase di daerah DAOP 7 Madiun terjadi endapan tanah setebal
10 cm, disekitar drainase terdapat banyak rumput rumput yang tumbuh disekitar
bahu jalan dan terjadi penurunan balas pada bahu jalan. Perawatan drainase
permukaan dilakukan untuk menjaga agar aliran air tidak terjadi genangan dan
mengganggu operasi angkutan kereta api.
A. Alat Kerja
1. Alat Komunikasi (HT)
2. Cangkul
3. Arit
4. Penggorek balas
5. Sarung tangan
B. Jumlah Pekerja
Pekerjaan ini dilakukan oleh 2 anggota satuan kerja.
C. Waktu
Jam 08.00 sampai 10.30 WIB. Jadi pada perawatan drainase membutuhkan waktu ±
2 setengah jam kerja.
88
D. Lokasi Pekerjaan
Lokasi perawatan dibarat JPL KM 169+0 sampai 169+100.
E. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Pertama membabat rumput rumput yang ada di sekitar dan didalam drainase
(Gambar 3.83).
2. Kedua mengambil endapan tanah yang mengendap di dasar drainase (Gambar
3.84)
3. Selanjutnya meratakan buangan endapan dipinggir drainase (Gambar 3.85).
4. Setelah itu dilakukan profil balas Kembali pada area sekitar drainase.
89
Gambar 3. 98 Proses membuang endapan
90
Hasil dari pekerjaan perawatan drainase pada lokasi barat JPL bahwa terjadi
endapan setebal 10 cm dan kami juga menemukan penahan dinding drainase yang
rusak karena tekanan dari penurunan tanah, maka perlu adanyan tindak lanjutan
perbaikan struktur pertahanan drainase agar kontruksi yang rusak akan pada bentuk
yang sudak ditetapkan.
91
B. Jumlah Pekerja
Pekerjaan ini dilaksanakan bergantian oleh 2 orang yaitu 1 pengisi formulir dan
1 pekerja.
C. Waktu
Waktu pekerjaan melaksanakan pemeriksaan dimulai pukul 09.00 WIB sampai
11.30 WIB kemudian dilanjutkan pukul 13.00 WIB sampai pukul 14.30 WIB
D. Lokasi Pekerjaan
• BH 32 hulu dan hilir KM 176+827 MN-MSR
• BH 64 KM 186+384 MN-MSR
• BH 67 hulu dan hilir KM 188+121 MN-MSR
• BH 98 KM 199+1604 MN-MSR.
E. Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan
1. Siapkan form lembar pengukuran lalu disesuaikan dengan jumlah ruang yang
terdapat di jembatan tersebut, penomoran dan kode abjad diawali dari KM
kecil, pedoman input data.
2. Pasang dan siapkan bak ukur, titik pengukuran posisi bak ukur memperhatikan
(plat sambung dan plat perkuatan) pada setiap pemikul melintang. Posisi bak
ukur bisa diatas pemikul melintang atau diatas batang rasuk pokok bawah
tergantung kondisi.
3. Pada saat pengukuran kemudian mencatat di formulir pemeriksaan.
92
Gambar 3. 103 Proses pemeriksaan kontra lendut menggunakan waterpass
93
F. Hasil Pelaksanaan
Tabel 3. 3 Hasil perhitungan Zeegh tabel pada jalur Hulu
8
6 7
6
4 3
2 0 1
3,00
0
-2 1,20 1,80 2,40
-2 0,00
0,60
-4
A.i B.i C.i D.i E.i F.i
ELEVASI 0 -2 6 7 1 3
∆ Hx (mm) 0,00 0,60 1,20 1,80 2,40 3,00
Gambar 3. 104 Grafik hasil pengolahan data kontra lendut
Pada Tabel 3.3 merupakan data hasil pemeriksaan kontra lendut yang dilaksanakan
di lapangan. Hasil grafik pengolahan data kontra lendut dapat dilihat pada Gambar
3.105. Pada Gambar 3.105 menjelaskan bahwa grafik merupakan grafik hasil
pengolahan. Dapat dilihat pada grafik terdapat nilai yang menunjukan hasil positif
dan negatif. Dalam Tabel 3.2 terdapat nilai tinggi elevasi, ∆.h, dan nilai zeegh. Pada
nilai tinggi elevasi kita dapat mengetahui nilai tersebut melalui (tinggi pesawat
94
dikurangi nilai bentang tengah). Misalnya pada titik B.i tinggi elevasi bernilai -2,
nilai tersebut merupakan selisih antara tinggi pesawat terhadap bacaan benang
tengah bak ukur, yaitu:
∆. h = (−0 + 3) × = 0.60 mm
Nilai zeegh bisa diketahui tinggi elevasi dikurangi nilai ∆h. Misalnya pada titik B.i
nilai zeegh dengan cara berikut:
Zeegh = t. elevasi - ∆. h
= -2-0.60 = -2.6 mm
Pada saat ini untuk dokumen dan peraturan yang menjelaskan tentang batas
toleransi pengukuran kontra lendut masih belum ada, tetapi menurut hasil
perhitungan pada saat dilapangan dijelaskan apabila nilai kontra lendut dinyatakan
negatif maka diperlukan dilakukan perawatan. Pada grafik diatas ditemukan hasil
negatif pada titik B.i dan E.i, maka dari itu perlu dilakukan perawatan pada titik
tersebut atau juga bisa juga menjadi justifikasi pengajuan pergantian jembatan. Pada
hasil pengukuran kontra lendut (zeegh) telah dapat dijadikan grafik seperti Gambar
3.105. Pada grafik menunjukan garis berwarna hijau yang berarti garis kelurusan.
Sedangkan garis biru navy menunjukan tinggi elevasi. Apabila garis biru navy
dibawah garis hijau maka seharusnya dilakukan perawatan pada titik yang
menunjukan nilai negatif sesuai dengan penyebabnya, misalnya ditemukan baja
korosif yang mengakibatkan nilai zeegh negatif maka dilakukan perawatan baja,
ataupun dapat menjadi justifikasi pergantian jembatan.
95
3.11.2 Penggantian Bantalan pada Jembatan
Pada kegiatan PKL telah dilakukan perawatan jembatan berupa
penggantian 4 bantalan kayu yang sudah lapuk. Penggantian bantalan kayu
dilakukan agar kondisi jalur KA pada jembatan tetap aman saat dilewati oleh kereta
api.
A. Alat kerja
1. Alat komunikasi (HT/HP)
2. Lori gerobak datar
3. Alat Las
4. Mesin Drodot
5. Mesin Bor Kayu
6. Palu
7. Dongkrak
8. Genset
B. Jumlah Pekerja
Pekerjaan ini dilakukan oleh 1 mandor dan 5 orang pekerja.
C. Waktu
Waktu pelaksanaan perawatan ini dimulai pukul 08.00 sampai 11.30 WIB. Jadi
pelaksanaan penggantian bantalan membutuhkan waktu ± 3 setengah jam.
D. Lokasi Pekerjaan
• Hilir BH 444 lintas Madiun-Magetan.
E. Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan
1. Melepas alat penambat pada bantalan yang akan diganti.
2. Potong besi pengunci bantalan dengan struktur jembatan dengan menggunakan
alat las.
3. Dongkrak dipasang untuk mengangkat rel dan mengeluarkan bantalan yang akan
diganti.
4. Masukkan bantalan pengganti baru yang sebelumnya sudah dilumasi residu.
5. Pasang baut sindik dan dikencangkan, dongkrak dilepas/diturunkan.
6. Pastikan kelurusan salah satu rel yang dijadikan sebagai pedoman sebelum
dilakukan pengeboran.
7. Pasang base plate pada rel pedoman, lakukan pengeboran dan pasang penambat.
96
8. Pasang base plate pada rel sebelahnya dan apabila lebar jalur sudah sesuai,
selanjutnya dilakukan pengeboran dan pasang/lengkapi penambat.
97
Gambar 3. 108 proses memasukkan bantalan kayu baru
F. Hasil Pelaksanaan
98
3.12 Perawatan Terowongan
Terowongan adalah suatu bangunan hikmat dalam tanah yang berfungsi
menghubungkan jalan yang terhalangan oleh pegunungan. Berdasarkan PM No. 32
Tahun 2011 tentang perawatan terowongan adalah dilakukan untuk menjaga kondisi
terowongan dapat berfungsi dengan baik dan aman untuk dioperasikan secara
berkelanjutan sesuai dengan beban yang direncanakan seperti beban tanah atau
batuan di atasnya (overburden), beban mati dan beban hidup, beban akibat tekanan
air, beban gempa, serta beban lainnya yang akan mempengaruhi konstruksi
terowongan. Terowongan untuk kepentingan jalur kereta apu terdiri dari tuga jenis,
yaitu: terowongan pegunungan, terowongan perisai, dan terowongan gali timbun.
99
Gambar 3. 110 mountain tunnel
100
• Gangguan pada jalan rel
• Keadaan sekitar
Jenis pemeriksaan dibagi tiga jenis yaitu, pemeriksaan umum, dilakukan secara
berkala sesuai dengan interval pemeriksaan yang ditetapkan. Kemudian
pemeriksaan tambahan, dilakukan jika diperlukan setelah terjadi gempa, hujan
lebat, dan lain-lain. Terakhir pemeriksaan detail, dilakukan jika hasil dari
pemeriksaan harian, bulanan, dan tahunan ditemukan tingkat kerusakan A. Berikut
diagram alur pemeriksaan terowongan dapat dilihat pada Gambar 3.114.
101
Pemeriksaan umum
Pemeriksaan detail
Pemantauan
Pemantauan
Rating
Jika A2 Jika B
Jika AA, A1
Pengelupasan
Pemantauan
Jika tidak
efektif Jika efektif
B, C, S
102
Tabel 3. 4 Tingkat kerusakan terowongan
Tingkat Uraian Langkah Perbaikan
103
Gambar 3. 115 Kerusakan rontok
Kemudian kerusakan beton lainnya yain rontok (Spalling) pada Gambar 3.116
dapat dilihat jatuhnya bagian beton dengan bentuk bidang menyerupai lingkaran
atau oval. Spalling disebabkan oleh terpisahnya atau lepasnya bagian dari beton
akibat keruntuhan pararel dengan sedikit inklinasi pda permukaan beton. Sering kali
baja tulangan yang tertanam menjadi terbuka akibat spalling.
104
panel insulasi, menggunakan mebran kedap air waterproofing dan penyuntikan
retak dan sambungan. 3. Kerusakan Struktur Baja
105
3.13 Perawatan Bangunan Stasiun
3.13.4 Perbaikan bocoran pada Bangunan Stasiun
106
Berdasarkan PM No. 32 Tahun 2011 perawatan bangunan stasiun
dilakukan untuk menjaga kondisi bangunan dapat berfungsi dengan baik dan aman
untuk dioprasikan secara berkelanjutan sesuai dengan peruntukan dan fungsinya.
Pada Gambar 3.134 menunjukkan wilayah perawatan dan pemeliharaan bangunan
stasiun kegiatan praktik kerja lapangan di bangunan dinas (Bangdis) DAOP 7
Madiun pada perawatan bangunan stasiun ada 2 jenis perawatan yaitu perawatan
berkalan dan perawatan tidak berkala. Perawatan berkala adalah perawatan yang
dilakukan dari hasil pemeriksaan setiap minggu, bulanan, dan tahunan atau
berdasarkan laporan kerusakan yang diterima. Perawatan tidak berkala adalah
perawatan yang perencanaannya dilakukan tahun sekarang atau saat ini dan
terlaksana pada tahun berikutnya seperti perencanaan pembangunan dan renovasi
interior bangunan. Contoh pekerjaan berkala adalah pengecetan pada bangunan
stasiun, perbaikan bocoran atap bangunan stasiun, pengacian bubungan atap stasiun.
Contoh pekerjaan tidak berkala adalah opname atau pemeriksaan bangunan stasiun.
Perbaikan kebocoran sangat wajar terjadi terutama pada musim
penghujan,akibatnya atap-atap bangunan stasiun yang kualitasnya sudah tidak bisa
menahan air dari hujan, juga pada bubungan atap yang berlubang termasuk salah
satu penyebab kebocoran. Maka perlu perbaikan dengan cara pengecetan dan
pengacian pada atap bangunan stasiun. Praktik Kerja Lapangan di unit Bangdis telah
mengikuti pelaksanaan mengatasi kebocoran di 5 stasiun lingkup DAOP 7 Madiun,
berikut prosedur pekerjaan dan dokumentasinya:
A. Alat Kerja
1. Cat (cat Tembok, waterproof)
2. Kuas
3. Meteran
4. Bak Cat
5. Bensin/Tiner
6. Kape Cat
7. Tangga
107
Gambar 3. 120 Beberapa alat dan bahan mengatasi kebocoran bangunan stasiun
B. Jumlah Pekerja
Pekerjaan ini dilakukan oleh 3 anggota yang terdiri 1 mandor dan 2 pekerja.
C. Waktu
Jam 10.00 sampai 17.00 WIB. Jadi pada perawatan atap bangunan stasiun
membutuhkan waktu ± 5 jam kerja.
D. Lokasi Pekerjaan
• Stasiun Bagor
• Stasiun Magetan
• Stasiun Ngawi
E. Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan
1. Menentukan atap-atap yang terindikasi bocor.
2. Pertama siapkan alat kerja dan bahan untuk pekerjaan mengatasi kebocoran
3. Bersihkan atap dari debu dan kotoran seperti lumut atau jamur pada bagian yang
mengalami kebocoran dengan bantuan tangga.
4. Kemudian lapisi atap yang bocor dengan waterproof.
5. Setelah kering, lapisi dengan cat untuk menambah perkuatan pada atap.
6. Pada bubungan atap bangunan stasiun untuk kebocoran juga dilapisi dengan
bahan waterproof.
108
Gambar 3. 121 Atap yang mengalami rembesan
109
Gambar 3. 124 Proses pengecetan
110
B. Jumlah Pekerja
Pekerjaan perencanaan pembangunan atap kanopi dilaksanakan oleh 2 orang
pekerja.
C. Waktu
Waktu pekerjaan melaksanakan perencanaan mulai pukul 11.00 WIB sampai
14.40 WIB. Jadi kegiatan ini memakan waktu ± 3 jam.
D. Lokasi Pekerjaan Stasiun Nganjuk
E. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Pertama lakukan survey tempat yang akan dibangun kanopi tambahan.
2. Melakukan pengukuran tinggi bangunan, lebar bangunan dan Panjang bangunan
yang akan dibangun kanopi tambahan.
3. Melakukan desain bangunan kanopi yang akan dibangun setelah pengukuran
dilapangan.
111
Gambar 3. 128 Proses pengukuran jarak kanopi dengan distance meter
112
F. Hasil Pelaksanaan
113
3.14.1 Pemeriksaan Jalur Dengan Metode Lokrit dan Bordesrit
Berdasarkan Nota dinas internal PT.KAI (Persero) No.1/KL.401 Tahun
2021 tentang penyampaian instruksi kerja (IK) pemeriksaan jalur dengan metode
Lokrit dan Bordesrit, mengatakan bahwa petugas yang ditunjuk untuk
melaksanakan pemeriksaan jalur dengan menggunakan lokomotif atau kabin
masinis dan bordes yang turut dalam perjalanan kereta api. Dalam pelaksanaan
petugas lokrit dan bordesrit harus mempunyai izin kerja dan lulus uji sertifikasi
seperti Quality Control, KUPT, KAUR, dan Kasatker. Pada pelaksanaan Praktik
kerja lapangan Taruna PPI Madiun diizinkan oleh Quality Control unit JJ DAOP 7
Madiun untuk belajar mengikuti pelaksanaan PPJ dengan menaiki lokrit dan
bordesrit yang didampingi oleh KUPT dan KAUR yang tidak diwajibkan untuk
membeli atau memiliki tiket kereta api.
A. Perlengkapan dan Alat Kerja
1. Kartu ijin naik Lokomotif dan Bordes (O.23)
2. Rompi Keselamatan/Wearpack
3. Formulis pemeriksaan D.122
4. Surat Sehat
B. Jumlah Pekerja
Pekerjaan ini dilaksanakan oleh 3 orang yaitu 1 KAUPT/KAUR dan 2 Taruna.
C. Waktu
Waktu pelaksanakan PPJ Lokrit dan bordesrit dimulai pukul 10.00 WIB sampai
14.30 WIB yang memakan waktu ± 4 jam. Penetapan waktu pelaksanaan
keberangkatan pada jalur hulu menaiki KA Kahuripan (284) dan pulang pada jalur
hilir menaiki KA Matarmaja (281).
D. Lokasi Pekerjaan
• Madiun-Kertosono Hulu-Hilir
E. Prosedur dan Ketentuan Khusus Pelaksanaan Pemeriksaan
1. Mengetahui jadwal pemeriksaan dan memahami jalur yang diperiksa
2. Mematuhi aturan saat berada di kabin dan bordes
3. Dilarang menggunakan perangkat/gadget saat memeriksa
4. Petugas melakukan skrinning dahulu untuk menyatakan dalam kondisi sehat
sebelum berdinas (Gambar 3.133).
114
5. Mempersiapkan diri di stasiun 15 menit sebelum jadwal kereta yang ditetapkan
(Gambar 3.134).
6. Mencatat dalam formulir nomor kabin atau bordes yang akan dinaiki (Gambar
3.135).
7. Selama pemeriksaan jalur petugas mengamati dengan seksama secara visual
keadaan ruang bebas jalur, jalan rel, jembatan dan terowongan (Gambar 3.136)
8. Mengidentifikasi kerusakan geometri jalan rel dengan kriteria kerusakan A
(Angkatan), B (Goyangan/Skilu), dan C (listringan) atau kombinasinya untuk
membedakan tingkat kerusakan.
9. Dalam hal merasakan kondisi goyangan keras pada jalur yang sedang diperiksa
maka petugas mencatat di formular pemeriksaan, melaporkan kondisi jalur
kepada KUPT jalan rel dan atas izin masinis melaporkan kondisi jalur kepada
PPKP dan menginformasikan pembatasan kecepatan yang diijinkan.
115
Gambar 3. 133 Mempersiapkan diri menunggu KA untuk dinas
116
Gambar 3. 135 Proses merasakan gerakan KA dan mencatat
117
F. Hasil Pemeriksaan
Tabel 3. 5 Lembar kerja lokrit jalan rel
No. KM+HM JENIS TASPAT KET
GOYANGAN
1. 99 + 0/1 B BH
2. 99 + 4/3 B
3. 101 + 1/2 B
8. 116 + 8/9 B
9. 121 + 9/0 B
17. 131 + 3/ 4 C
21. 135 + 3/ 4
22. 136 + 2/3 B/C
24. 140 + 3/ 4 A
118
27. 145 + 6/7 B
28. 147 + 3/ 4 A
32. 153 + 1/ 2 B
35. 156 + 3/ 4 A
Keterangan:
A = Genjotan
B = Goyangan
C = Listringan
Hasil pemeriksaan jalur dengan metode menaiki bordesrit terdapat pada
pemberangkatan dari arah hulu dominan terjadi goyangan (B), sedangkan genjotan
(A) dan listringan (C) tidak banyak ditemukan saat dilakukan bordesrit. Rumput di
area ruang bebas perlu di babat sedangkan saat pulang arah hilir dominan terjadi
gaya goyangan (B) yang cukup tinggi, maka tindak lanjutan setelah dieperiksa
selanjutnya melaporkan kepada KS/PPKA perihal kondisi jalur yang telah diperiksa
dan menyerahkan formular pemeriksaan untuk meminta menandatangai formular
tersebut. Melaporkan hasil pemeriksaan kepada KUPT di seluruh wilayah yang
dilaluinya agar perlu diperbaiki. Formulir pemeriksaan terlampir di lampiran juga.
119
1. Palu
2. Linggis
3. Alat penenrangan/senter
4. Alat Komunikasi (HP/HT)
5. Stop blok
6. Seling/Pengikat
7. Meteran
8. Pluit
9. Safety Shoes
10. Sarung Tangan
11. Rompi Keselamatan
12. Helm/Topi Lapangan
B. Petugas yang Terlibat
1. Unit Operasi ( Masinis, Asisten Masinis, PPKA, Petugas Langsir(PLR))
2. Unit JJ (KUPT,KAUR,dan Kasatker)
3. Unit Angkutan Barang (Mitra Kerja)
C. Waktu
Waktu pekerjaan melaksanakan pengawalan bongkar ecer balas menggunakan
KA Angkutan Balas mulai pukul 07.00 WIB sampai 11.00 WIB. Jadi kegiatan
ini memakan waktu ± 4 jam.
D. Lokasi Pekerjaan
Babadan-Madiun
• Hulu = Km.158+6/7, 7/8, 8/9, 9/0 dan 159+0/1, 1/2
• Hilir = Km.158+6/7, 7/8, 8/9, 9/0 dan 159+0/1, 1/2
E. Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan
1. Melakukan pengawalan perjalan KLB balas dari satsiun awal atau muat sampai
dengan stasiun tujuan.
2. Melakukan pengawasan proses bongkar balas di lokasi yang akan di ecer dan
memastikan bongkaran balas aman tidak menumpuk di jalur rel serta aman untuk
dilewati KA.
3. Memastikan gerbong balas telah kosong Ketika bongkaran selesai.
120
Gambar 3. 137 Pengabilan balas di Emplasemen Kertosono
Gambar 3. 139 Pemberangkatan pada lokasi petak jalan yang akan di ecer balas
121
Gambar 3. 140 Proses mitra kerja membuka ketel pada gerbong untuk pengeceran
balas
122
F. Hasil Pelaksanaan
123
D. Lokasi Pekerjaan Caruban-Babadan
124
Gambar 3. 144 Proses pengoprasian KPJR dalam kabin
125
G. Hasil Pelaksanaan
126
5. APAR
B. Petugas yang Terlibat
Jumlah pekerja untuk pekerjaan mesin PBR berjumlah 3 orang. 2 orang sebagai
pengoprasi, 1 orang sebagai pengawas (KPJR) mesin.
C. Waktu
Waktu pelaksanaan pekerjaan mesin PBR mulai pukul 04.00 WIB sampai
06.30 WIB. Jadi kegiatan ini memakan waktu ± 2 jam 30 menit.
D. Lokasi Pekerjaan
Madiun-Magetan
• Hulu = Km.172+900 sd 175+700
• Hilir = Km.166+900 sd 169+100
E. Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan
1. Mesin stand by di jalur pemberangkatan KA sebelum mesin PBR operasi ke
lintas.
2. Operator wajib memastikan AIat Komunikasi dapat berkomunikasi dengan
Stasiuni PPKA (cek modulasi).
3. Melakukan langsir terlebih dahulu untuk perpindahan jalur tempat.
4. Operator yang bertugas di bawah mengawasi samping kanan, kiri dan depan saat
mesin bekerja.
5. Pengawal/ pengantar dan operator bawah harus berada pada ruang bebas jalur
KA yang aman.
6. Pengawas pengantar mesin memastikan hasil kerja sudah sesuai prosedur dan
meyakinkan kondisi jalur aman dilalui KA sesuai kecepatan yang telah
ditentukan.
127
Gambar 3. 149 Pengawasan diluar mesin PBR
128
Gambar 3. 151 Kegiatan Posko Angkutan Lebaran di JPL 3 Jiwan dan JPL 136
Sukosari, Madiun
129
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Praktik Kerja Lapagan (PKL) yang kami lakukan di
lokasi Resort Jalan Rel dan Jembatan, DAOP VII Madiun, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Kecepatan maksimal kereta yang akan lewat dapat dihitung dan diperoleh
98,2 km/jam atau maksimal 100 km/jam. Serta celah sambungan yang lebar
antara 2 titiknya, titik pertama mengalami pelebaran 2,5 cm dan titik kedua
mengalami pelebaran 2,8 cm maka celah sambungan ini selanjutnya akan di
sambung, karena setelah pergantian rel pelat sambung hanya bersifat
sementara sebelum pada akhirnya akan disambung dengan metode las
thermit.
2. Dengan metode menaiki lokrit dan bordesrit terdapat pada pemberangkatan
dari arah hulu dominan terjadi gaya genjotan atau Angkatan dan rumput di
area ruang bebas yang perlu di babat sedangkan pulang arah hilir dominan
terjadi gaya goyangan yang cukup tinggi, maka tindak lanjutan setelah
dieperiksa selanjutnya melaporkan kepada KS/PPKA perihal kondisi jalur
yang telah diperiksa dan menyerahkan formular pemeriksaan untuk meminta
menandatangai formular tersebut. Melaporkan hasil pemeriksaan kepada
KUPT di seluruh wilayah yang dilaluinya agar perlu diperbaiki.
3. Dari kegiatan las thermit setelah proses finishing titik las selesai, segera
lepaskan klos baji, atur kembali jarak bantalan, memasang kembali alat
penambat bantalan, mengisi balas, serta mengatur kembali geometri jalan rel
sebelum dilewati kembali oleh kereta api.
4. Setelah diukur dengan meter gauge maka hasil pada angkatan menyeluruh
jalur lurusan pertinggiannya mencapai titik yang yaitu kerataan kanan dan
kiri 0 mm.
5. Pada listringan biasanya juga tejadi indikasi angkatan dan kecrot balas
sehingga perawatan bisa saja lebih dari satu indikasi. Saat pekerjaan
listringan dilapangan kebanyakan perawatanya dilakukan dengan memukul
130
saat menggeser rel. Tetapi hal tersebut sebenarnya tidak boleh dilakukan
karena merusak kualitas rel itu sendiri.
6. Hasil pada angkatan listringan di lengkung hasil nilainya sesuai dengan
geseran revisi lengkung yang diingkan.
7. Perhitungan AP awal lengkung adalah dengan memulai pengukuran dari
lurusan, jika saat pengukuran nilai AP masih 0 atau mendekati 0 maka belum
dianggap sebagai AP awal lengkung. Ukur hingga nilai AP menunjukkan
nilai yang signifikan. Cara menentukan Panjang AP dapat dihitung dengan
rumus F=50/R (meter). Maka berdasarkan hasil opname lengkung dapat
dihitung F=50/1000 = 0,05meter
8. Penyambungan dengan las elektroda yang sebelumnya menggunakan plat
sambung telah diganti dengan sambungan las elektroda. Hasil las elektroda
dilakukan pemprofilan kop rel agar rapi.
9. Pelaksanaan kuras kecrotan di laksanakan penggorekan 3 spasi bantalan dan
penggantian balas baru yang bisa juga di ambil dari jalur yang memiliki
kelebihan pada balasnya. Hasil dari pelaksanaan perawatan kuras balas kotor
untuk menjaga kualitas dan kuantitas balas agar saat sarana lewat tetap stabil
dan aman.
10. Pelaksanaan penggantian bantalan kayu yang sudah lapuk ke bantalan beton
baru yang dimana diganti 4 bantalan dan melakukan evaluasi dan memeriksa
secara visual dari kondisi,posisi, dan jarak bantalan yang telah diganti.
Tujuan penggantian bantalan adalah untuk mengembalikan fungsi bantalan
sesuai dengan desain yang ditetapkan dan laik digunakan.
11. Formulir pemeriksaan hasil opname pada wesel akan disimpan di arsip
perawatan bulanan wesel untuk ditindak lanjuti pekerjaan berikutnya jika
ada perbaikan atau tidaknya.
12. Perawatan lidah gantung di wesel 23C lidah sudah tidak menggantung atau
sejajar dan lidah menempel rapat dengan rel lantak maka jalur sudah aman
untuk di lewati oleh KA.
13. Pekerjaaan pemopokkan jarum wesel, jarum sudah tidak coak atau defect
dan mengurangi aus juga dari jarum tersebut.
131
14. Dari pelaksanaan kegiatan pemeriksaan rel gongsol terdapat beberapa titik
yang terjadi pelebaran lebar alur yang melebihi batas maksimal lebar alur,
sesuai pada pedoman PD.10A bahwa lebar alur rel gongsol yaitu 60-65 mm.
Maka tindak lanjutnya adalah perlu adanya perbaikan pada gongsol tersebut
untuk diganti dengan yang baru.
15. Dari pekerjaan perawatan drainase pada lokasi barat JPL bahwa terjadi
endapan setebal 10 cm dan kami juga menemukan penahan dinding drainase
yang rusak karena tekanan dari penurunan tanah, maka perlu adanyan tindak
lanjutan perbaikan struktur pertahanan drainase agar kontruksi yang rusak
akan pada bentuk yang sudak ditetapkan.
16. Hasil dari pekerjaan pemeriksaan dan perawatan pada jembatan apabila
pemeriksaan tidak sesuai dngan ketentuan maka seharusnya dilakukan
perawatan ataupun dapat menjadi justifikasi pergantian jembatan.
17. Hasil pekerjaan perawatan bangunan stasiun pada perbaikan atap gedung
stasiun unuk mengembalikan fungsi atap dan memberi kenyamanan pada
penumpang kereta api.
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh penulis. Dapat memberi saran
adalah:
1. Taruna harus banyak aktif bertanya agar mendapatkan pengetahuan yang
sebanyak-banyaknya di lapangan, dan taruna harus meningkatkan komunikasi
dengan pembimbing lapangan seperti Kasatker, Kepala Resort atau yang ada di
lapangan demi terjalinnya hubungan yang baik.
2. Semua hal yang ada di lapangan wajib mencatat dan didokumentasikan karena
kejadian yang ada di lapangan jarang ditemukan saat perkuliahan.
3. Taruna harus bersungguh-sungguh saat Praktik Kerja Lapangan (PKL) Utama
ini karena untuk bekal saat kita bekerja kelak.
132
DAFTAR PUSTAKA
131
LAMPIRAN
134
135
2. Formulir Hasil Pemeriksaan Wesel (D.145)
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
3. Formulir Hasil Pemeriksaan Gongsol
149
150
4. Formulir Hasil Pemeriksaan DMJR
151
5. Formulir Hasil Pemeriksaan Lengkung (D.147)
152
153
154
155
156
157
158
6. Formulir Hasil Pemecokkan mesin MTT
159
160
161
162
7. Formulir Perencaanan Bangunan Stasiun
163