Disusun Oleh:
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem Kendali
Pada Kendaraan” yang diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Desain Kontrol.
Makalah ini berisi tentang sistem sistem kendali pada kendaraan terutama
kendaraan roda empat. Makalah ini membahas mengenai
pengertian,fungsi ,bagian-bagian ,aplikasi serta komponen komponen yang
terdapat pada sistem kendali serta cara kerjanya. Makalah ini dapat memberi
pemahaman terhadap pembaca tentang Sistem kendali.
Makalah ini dapat diselesaikan dengan bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, sudah sepantasnya pada kesempatan ini Saya menyampaikan terima
kasih kepada Dosen Desain Kontrol selaku pembimbing yang telah memberikan
pengarahan sehingga mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Saya berharap dengan adanya makalah ini, pembaca dapat memberikan
kritik dan saran yang sifatnya membangun. Akhir kata, Saya berharap semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan Makalah.............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
2.1 Pengertian Sistem Kendali............................................................................2
2.2 Jenis Jenis Sistem Kendali.............................................................................2
2.2.1 ABS (Anti-lock Braking System)............................................................2
2.2.2 TCS (Traction Control System)...............................................................3
2.2.3 Electronic Stability Program (ESP)........................................................4
2.2.4 Four Wheel Steering (4WS)....................................................................6
2.2.5 AWD (All Wheel Drive)........................................................................7
2.2.6 Drive by Wire (DBW).............................................................................8
2.2.7 SBC (Sensotronic Brake Control)...........................................................9
2.2.8 ANC (Active Noise Control).................................................................10
2.2.9 AVC (Active Vibration Control)...........................................................11
2.3 Engine Control System.................................................................................12
BAB III PENUTUP...............................................................................................15
3.1 Kesimpulan...................................................................................................15
3.2 Saran.............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
adalah sistem pengereman. Dahulu, sebagian besar mobil menggunakan sistem
rem tromol atau cakram untuk menghentikan laju kendaraan. Akan tetapi,
teknologi tersebut dirasa kurang ideal untuk digunakan, karena dianggap kurang
mampu membuang panas serta debu dengan cepat. Sehingga, kini muncullah
inovasi baru sistem pengeraman pada kendaraan yang disebut dengan rem ABS.
Fungsi ABS membantu mempertahankan traksi roda terhadap jalanan
ketika pengendara melakukan pengereman, mencegah terkuncinya ban kendaraan,
serta membantu mengendalikan laju kendaraan yang tidak terkontrol saat
dilakukan pengereman mendadak. Ketika Anda mengendarai mobil dengan
kecepatan tinggi maupun saat di jalanan licin akibat hujan, tentunya melakukan
pengereman mendadak merupakan hal yang paling dihindari. Akan tetapi,
terkadang ada kondisi tertentu yang membuat Anda harus mengambil tindakan
pengereman secara mendadak, misalnya saja ada orang melintas. Dalam hal ini,
biasanya kendaraan menjadi sulit untuk dikendalikan. Adanya teknologi ABS,
akan membantu Anda dalam mengendalikan mobil saat Anda melakukan
pengereman secara spontan.
Cara kerjanya saat menarik tuas rem secara mendadak. Di kondisi tersebut,
sensor sistem akan mendeteksi roda yang terkunci. Deteksi sensor tersebut, akan
membuat piston rem secara otomatis melepaskan tekanan ke titik normal. Namun,
saat roda berputar tekanan piston akan dikeraskan kembali. Biasanya, proses dari
titik normal menuju pengerasan piston ini akan berlangsung dengan cepat.
Kondisi tersebutlah yang berperan dalam membuat mobil mudah dikendalikan.
2.2.2 TCS (Traction Control System)
3
TCS merupakan teknologi yang hadir untuk meminimalisir terjadinya slip
pada ban ketika mobil melaju di jalan yang basah atau licin saat hujan. Fitur TCS
saat ini sudah bisa kita jumpai bukan hanya di mobil-mobil kelas premium, tapi
mobil middle-range juga sudah cukup banyak yang menggunakan fitur TCS.
TCS pada mobil sendiri akan berjalan dengan sangat baik jika didukung
juga oleh performa ban yang apik. TCS berfungsi mencegah ban belakang
kehilangan traksi (selip) saat motor sedang berakselerasi di permukaan jalan yang
licin. Contohnya jalan berpasir atau basah akibat guyuran hujan.
Cara kerja dari fitur TCS adalah menjaga perputaran roda agar tetap stabil
atau traksinya tetap terjaga. Jika ada salah satu roda penggerak yang berputar
lebih cepat dan terdeteksi oleh sistem, maka TCS akan segera menugaskan rem
pada roda untuk memperlambat laju ban tersebut dan menstabilkan kembali laju
ban agar tidak slip dan selaras dengan laju ban lainnya.
2.2.3 Electronic Stability Program (ESP)
4
Volume dan posisi muatan kendaraan komersial dapat sangat
bervariasi dari perjalanan ke perjalanan. Beban memiliki dampak
penting pada pengereman, traksi, kemampuan menikung, dan
kecenderungan terguling. ESP Load Adaptive Control
mengidentifikasi perubahan massa kendaraan dan pusat gravitasi di
sepanjang sumbu longitudinal kendaraan dan menyesuaikan intervensi
sistem keselamatan ABS, TCS, dan ESP terhadap beban kendaraan.
Dengan cara tersebut, Load Adaptive Control akan mengoptimalkan
efektivitas, traksi, dan stabilitas pengereman.
- Roll Over Mitigation
Pemuatan dan pusat gravitasi yang lebih tinggi dari kendaraan
komersial ringan membuat mereka mencapai percepatan lateral kritis
lebih cepat daripada mobil penumpang. Dengan demikian, risiko
terguling jauh lebih tinggi. Fungsi Rollover Mitigation secara konstan
memonitor perilaku kendaraan dengan bantuan sensor ESP dan
melakukan intervensi ketika kendaraan terancam akan terguling.
Cara kerja ESP seperti jaring pengaman tak terlihat yang terus-menerus
memantau Anda selama mengemudi. Komputer mikro merekam sinyal dari
berbagai sensor untuk hal-hal seperti kecepatan roda dan sudut yaw 25 kali per
detik untuk memastikan bahwa input kemudi sudah sesuai dengan arah
sebenarnya mobil melaju. Jika keduanya tidak sejajar, ESP bertindak secara
otomatis menekan rem yang sesuai untuk melawan luncuran secara paksa dan
mengembalikan mobil di bawah kendali Anda. Hal itu akan dapat mengurangi
torsi mesin untuk melawan slide yang disebabkan oleh daya. Semua ini terjadi
begitu cepat dan halus sehingga Anda akan kesulitan melihatnya bekerja.
5
2.2.4 Four Wheel Steering (4WS)
4WS atau Four Wheel Steering adalah teknologi mobil dimana setiap roda
bisa bergerak sesuai kemudi. Pada saat belok, roda depan dan roda belakang akan
berlawanan arah. 4WS adalah sistem yang berguna memperbaiki respon stir,
menambah kestabilan kendaraan pada kecepatan tinggi, atau untuk mengurangi
radius putar saat kecepatan rendah. Dalam sistem kemudi empat roda, roda
belakang dapat merubah kekiri dan kekanan. Komputer digunakan untuk
mengontrol roda belakang guna menjaga pengendalian kemudi semudah mungkin.
4WS berfungsi untuk membantu pengemudi menentukan sudut kemudi
pada kendaraan roda empat sesuai dengan kecepatan kendaraan. Sudut kemudi
yang dapat dikontrol pengemudi membuat pengemudi lebih mudah mengontrol
kestabilan dan respon kendaraan dengan baik pada kecepatan tinggi. Selain itu
juga membantu mengurangi beban pada kecepatan rendah. Akibat gaya
sentrifugal yang lebih besar dan tidak sesuai dengan keinginan, dapat
menimbulkan respon understeer dan respon oversteer. Untuk mengurangi efek
akibat gaya sentrifugal diatas, dibuatlah sistem Four Wheel Steering (4WS) yaitu
dengan membelokkan keempat roda sesuai yang dikehendaki.
Pada kecepatan rendah 10 km/jam bisa tidak menggunakan 4WS, tetapi
cukup menggunakan 2WS. Menggunakan 2WS menyebabkan pembelokan stir
pembelokan stir menjadi lebih mudah karena roda kemudi yang digerakan sedikit,
tetapi lebih sulit karena sudut kemudi terbatas. Pada kecepatan 40-60 km/jam,
kendaraan lebih stabil saat belok dan arah belokan menjadi lebih halus karena
roda belakang ikut berbelok. Gerakan roda kemudi lebih ringan pada kecepatan
seperti ini. Pada kecepatan tinggi 80 km/jam sudut kemudi antara depan dan
belakang sama yaitu mempunyai sudut yang kecil tetapi gaya yang ditimbulkan
besar yang biasanya digunakan untuk menyalip. Meskipun sudut kemudi kecil
tetapi tetap stabil dan responsif.
6
2.2.5 AWD (All Wheel Drive)
AWD (all wheel drive) yang merupakan salah satu bagian dari 4WD.
Sistem penggerak mobil ini menggunakan keempat roda untuk menempuh
berbagai medan jalan. Sesuai dengan namanya, mobil dengan sistem penggerak
AWD akan mengaktifkan seluruh roda ketika berada di berbagai tipe jalan, entah
itu mulus atau bergelombang.
Pada versi lebih baru AWD (all-wheel drive) digunakan sebagai sistem
penggerak pada beberapa SUV. Sistem ini tidak dilengkapi dengan sistem part
time sehingga seluruh roda akan selalu dijadikan penggerak atau full time. Hal ini
memungkinkan mobil berjalan dengan traksi lebih baik pada jalan yang
terjal.penggunaan bahan bakar pada sistem AWD cenderung lebih boros karena
mengusung full time. Pada beberapa tipe AWD dilengkapi differential clutch.
fungsinya sama seperti transfer case. Namun pada sistem AWD pembagi daya
dilakukan secara otomatis.
Pada transmisi sistem 4WD dikengkapi dengan transfer case,fungsinya
untuk membagi power output ke gardan depan dan belakang. Pada transfer case
terdapat sistem control part time untuk mengatur mode 2WD atau 4WD. Pada
sistem AWD tidak dikengkapi part time, transaxle langsung terhubung dengan
front axle. Dari front axle dan rear axle dihubungkan oleh propeller shaft. Contoh
mobil yang sudah dilengkapi penggerak roda AWD adalah Chevrolet Captiva
AWD, dan BMW X5.
7
2.2.6 Drive by Wire (DBW)
Teknologi drive by wire (DBW) atau biasa disebut juga Electronic Throtle
Control (ETC) yang secara umum dinamakan Throtle Actuator Control. RPM
mesin dipengaruhi jumlah udara dan bahan bakar yang masuk ke dalam silinder.
Untuk mengatur jumlah udara, diperlukan alat yang bernama throtle. Alat ini akan
bekerja menutup dan membuka aliran udara ke intake. Sudut pembukaan throtle di
atur oleh pengemudi melalui pedal gas. Umumnya kabel kawat digunakan untuk
menghubungkan pedal gas dan throtle. Namun saat ini teknologi sudah
berkembang.
Cara kerja DBW memanfaatkan aliran arus listrik sebagai pengantar data
dari sensor ke komponen kontrol. Setelah itu, komponen kontrol akan
memberikan output signal berupa tegangan ke aktuator untuk pengaturan buka
tutup katup gas.
- Saat kunci kontak berada pada posisi “ON” , relay utama akan
terhubung dan akan mengaktifkan control module. ECM akan
mengirim tegangan referensi ke beberapa sensor salah satunya sensor
APP. Tegangan referensi setiap mobil berbeda. Namun pada umumnya
tegangan ini sebesar 5 V. APP sensor akan mengirimkan tegangan
balik berkisar 0,1 V – 4,9 V. Saat pedal gas dalam kondisi tak terinjak,
APP akan mengirimkan tegangan balik sebesar 0,1 V.
- Saat start, ECM akan memberi perintah ke Throtle Body untuk
membuka. Walaupun pedal gas dalam kondisi tak terinjak, ECM tetap
akan memberi perintah ke Throtle body untuk terbuka saat awal start.
Tujuannya agar proses start berlangsung ringan.
- Saat pedal gas diinjak, APP sensor akan mengirim tegangan balik lebih
besar dari 0,1 V sesuai kedalaman pedal. Tegangan balik itu di
gunakan ECM untuk menganalisa besaran RPM yang diinginkan
pengemudi. Data ini diolah bersama beberapa data dari sensor lain
untuk menghasilkan RPM yang sesuai. ECM akan mengirimkan hasil
analisa berupa besaran tegangan ke Throtle body.
- Saat deselerasi, APP akan mengirimkan tegangan balik lebih kecil
sesuai posisi pedal gas. Dan terjadilah proses seperti akselerasi. Saat
akselerasi dan deselerasi TAC tidak bisa dilakukan secara konstan.
Walaupun pedal gas diinjak secara mendadak, akselerasi akan terasa
halus. TPS menjadi komponen yang tidak kalah penting. Komponen
ini akan mengoreksi sudut pembukaan throtle dengan mengrimkan
tegangan balik ke ECM. Sehingga saat data tidak sesuai, ECM akan
melakukan cut-off dan mematikan mesin.
8
Gambar 6: drive by wire (DBW)
9
Gambar 7: Sensotronic Brake Control (SBC)
10
yang sama dengan sumber noise, namun anti noise mempuyai perbedaan fasa
sekitar 180o sehingga gabungan dari kedua sumber suara tersebut akan
mengakibatkan penurunan pada sumber noise utama. Interferensi gelombang
terjadi bila dua atau lebih gelombang bertumpang tindih dalam ruang yang
sama. Gambaran sederhana dari efek interferensi: dua gelombang pada
persamaan (2) dan persamaan (3)merupakan gelombang yang mempunyai
frekuensi dan amplitudo sama yang berjalan dengan laju yang sama di dalam
arah (+ x) tetapi mempunyai perbedaan fasa φ7.
2.2.9 AVC (Active Vibration Control)
11
bereaksi terhadap getaran ini, baik dengan menyetel isolator untuk mengurangi
getaran yang masuk atau membuat sinyal yang membatalkannya.
Prinsip Kerjanya adalah sistem hibrida yang menggabungkan elemen
isolasi pasif dan aktif. Komponen pasif terdiri dari pegas logam kaku yang
menopang berat beban dan memberikan isolasi pada spektrum yang luas. Mata air
ini memberikan tingkat isolasi dasar pada frekuensi yang lebih rendah dan isolasi
yang sangat baik pada frekuensi yang lebih tinggi (di atas 200 Hz). Mereka juga
mendukung beban sambil memungkinkan perjalanan aktuator dalam komponen
aktif. Kinerja pegas ditambah dan dikoreksi oleh komponen isolasi aktif.
Komponen isolasi aktif terdiri dari sensor getaran, elektronik kontrol, dan
aktuator. Sensor getaran adalah akselerometer piezo. Setidaknya ada delapan
sensor di setiap sistem isolasi; mereka diposisikan dalam orientasi yang berbeda
untuk merasakan semua enam derajat kebebasan. Akselerometer piezo mengubah
energi getaran kinetik menjadi sinyal listrik yang ditransmisikan ke elektronik
kontrol. Elektronik mendamaikan dan memproses sinyal dari berbagai sensor
menggunakan algoritma kepemilikan. Elektronik kemudian mengirim sinyal
pembatalan ke aktuator.
Aktuator adalah aktuator piezo yang digabungkan ke sensor sehingga
muncul dalam jumlah, lokasi, dan orientasi yang sama dengan sensor. Aktuator
menghasilkan getaran yang sama dengan getaran yang masuk tetapi tidak sefase
dalam kaitannya dengan getaran yang masuk. Ini menghasilkan pembatalan
kebisingan yang masuk, sehingga beban di atas sistem tidak terganggu. Proses ini
terjadi dalam waktu 5 – 20 milidetik dari getaran yang masuk ke sistem.
2.3 Engine Control System
12
Gambar 10: Engine Control System
Prinsip kerja Engin memiliki 3 bagian penting agar Engine dapat hidup
diantaranya yaitu:
Sensor
Sensor merupakan input dari sistem ECU dimana akan berfungsi
sebagai pemberi sinyal. Sinyal sensor terdapat dua jenis, yaitu: sinyal
discrete dan sinyal analog. Discrete signal berupa skala biner dimana
hanya ada ON atau OFF (1 atau 0, Benar atau salah), contoh nya :
push button. Sedangkan sinyal analog menggunakan prinsip rentang
suatu nilai antara “ nol hingga skala penuh ”. Contohnya: MAP
(Manifold Air Pressure) dan TPS (Throttle Position sensor). Signal
analog bisa berupa tegangan atau arus listrik yang akan
diproporsionalkan oleh nilai integer mikrokontroler ECU, contohnya :
pembacaan Throttle “ 0 % hingga 100 % “ akan dikeluarkan sensor
TPS dengan nilai tegangan “ 0 V – 5 V “ dimana nilai ini akan
dikonversikan menjadi nilai integer “ 0 – 32767 ”.
ECU (Engine Control Unit)
ECU adalah alat control elektronik yang berfungsi untuk
mengendalikan serangkaian actuator pada mesin pembakaran dalam,
seperti: ignition dan injection. Secara singkat, ECU merupakan otak
dari suatu kendaraan yang telah di-computerize. Selain sebagai fungsi
control, ECU juga berfungsi sebagai alat protection system pada suatu
kendaraan. Jika terdapat sesuatu yang hal yang aneh, maka sensor
akan mengirimkan sinyal kepada ECU untuk mematikan seluruh
sistem yang ada pada kendaraan tersebut.
ECU memiliki tiga bagian utama, yaitu: mikrokontroler, memory
sistem dan power supply sistem. Semua aktivitas memproses data
yang diambil dari sensor akan terjadi pada mikrokontroler ECU secara
aritmatik dan logic, yaitu: operasi logika, sequential, timer, counter
dan ADC serta mengendalikan kerja sistem secara keseluruhan.
Mikrokontroler ECU akan menghitung sinyal yang masuk dari pulser
(Crankshaft position sensor) secara timer dan counter sehingga dapat
menentukan kapan waktu pengapian yang tepat dan jumlah bahan
bakar yang harus di-injeksi kan ke dalam mesin sesuai dengan RPM
kendaraan.
Aktuator
Hasil data yang diproses oleh ECU akan dikeluarkan berupa sinyal
digital untuk menjalankan actuator. Lamanya waktu Injector untuk
menginjeksikan bahan bakar akan sesuai dengan perhitungan di dalam
mikrokontroler ECU. Begitu juga dengan waktu pengapian. Secara
gampangnya aktuator ini juga bisa disebut pekerja atau alat yang
13
bekerja, jadi saat ECU mengirim perintah kepada aktuator maka
aktuator harus bekerja sesuai yang diperintahkan oleh ECU.
COM
COM berfungsi sebagai media komunikasi ECU dengan alat
interface lain, contohnya: Laptop, Komputer atau handphone. Dari
media COM inilah kita bisa melakukan perubahan nilai dari
parameter-parameter waktu pengapian dan injeksi.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. ABS adalah singkatan anti lock braking system yang merupakan
sistem pengereman pada kendaraan untuk menghindari terjadinya
penguncian roda ketika dilakukan pengereman secara mendadak.
2. TCS digunakan untuk meminimalisir terjadinya slip pada ban ketika
mobil melaju di jalan yang basah atau licin saat hujan.
3. Electronic Stability Program (ESP) adalah sistem keselamatan yang
dirancang untuk membantu pengemudi agar bisa mengontrol mobil
secara stabil saat berbelok.
4. Four Wheel Steering adalah teknologi mobil dimana setiap roda bisa
bergerak sesuai kemudi.
5. AWD (all wheel drive) yang merupakan salah satu sistem penggerak
dimana seluruh roda dapat berputar dengan RPM sama.
6. DBW bekerja dengan memanfaatkan aliran arus listrik sebagai
pengantar data dari sensor ke komponen kontrol. Setelah itu,
komponen kontrol akan memberikan output signal berupa tegangan ke
aktuator untuk pengaturan buka tutup katup gas.
7. Sensotronic Brake Control memiliki cara kerja untuk memudahkan
pengemudi menerapkan tekanan mekanis yang terhubung antara pedal
rem ke silinder rem master.
8. Prinsip dasar active noise control yaitu mempertemukan dua buah
gelombang yang berbeda fasa tetapi memiliki nilai amplitudo yang
sama.
9. Active vibration control systems adalah sistem isolasi yang secara
dinamis bereaksi terhadap getaran yang masuk.
15
10. Engine Control System memiliki 3 komponen penting untuk dapat
bekerja yaitu: Sensor sebagai penerima signal, ECU sebagai otak dan
pemberi perintah, dan Aktuator sebagai pekerja atau penerima perintah
3.2 Saran
Agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan tujuan yang
diinginkan akan tercapai maka disarankan kepada rekan-rekan mahasiswa
khususnya dapat memahami terlebih dahulu mengenai sistem sistem kendali
agar mahasiswa memiliki wawasan luas tentang sistem kendali atau sistem
kontrol. Dimana sistem ini merupakan salah satu kompetensi penting dalam
perbelajaran ini alangkah lebih baiknya apabila mahasiswa dapat
mempraktikanya secara langsung.
16
DAFTAR PUSTAKA
17
18