Anda di halaman 1dari 7

TRADISI MEGENGAN di

MADIUN
KELOMPOK :
CAHYADI AQ
JOURDAN DP 2019139
LAZUARDI HA.20191040
PUTRA KALIH B 20191044
RYO FERDY S20191051
Megengan berasal dari bahasa Jawa yang
artinya menahan. Jadi megengan
mengandung makna dan filosofi untuk
menahan segala hal yang membatalkan
ibadah puasa.
Kegiatan megengan diawali pada pagi
sampai sore hari warga berziarah dan
membersihkan makam para leluhur.
Kemudian mala harinya setelah sholat
maghrib warga berkumpul di masjid untuk
doa bersama ( selamatan megengan )
dilanjutkan dengan sholat isya’ kemudian
tarawih
Selain di masjid megengan biasanya di
laksanakan di mushola,rumah, dan balai
desa atau tempat berkumpul lainnya.
Tradisi ini masih dipegang teguh oleh
sebagian masyarakat khusunya di Madiun
dan masih dianggap sakral oleh sebagian
masyarakat.
Warga yang menghadiri tradisi ini
diharuskan membawa nasi ambeng, yakni
nasi putih dan lauk pauk yang diletakkan di
atas tampah, serta apem dan pisang raja
yang nantinya akan dibagikan setelah doa
bersama
Contoh nasi ambeng
Tradisi megengan identik dengan kue apem
sebagai ungkapan rasa meminta maaf
secara tidak langsung kepada para
tetangga.
Apem berasal dari kata “AFWUM” yang
artinya meminta maaf.
Tradisi ini mengandung nilai pancasila
khususnya sila ke 3 “persatuan indonesia”
karena tradisi ini memupuk rasa
kebersamaan dengan masyarakat sekitar
dan mempercepat hubungan
persaudaraan antar warga
Selain itu tradisi ini juga mengandung nilai
pancasila sila pertama “ketuhanan yang
maha esa” karena tradisi ini dilaksanakan
juga sebagai bentuk rasa syukur atas
datangya bulan ramadhan

Anda mungkin juga menyukai