Anda di halaman 1dari 9

Nama : Arlan Aripu

1. Jelaskantugas,kewajibandankewenanganahliK3Umum.sebutkanla
ndasanhukumnya
2. 5langkahpenerapanSMK3besertalandasanhukumnya
3. JelaskanhakdankewajibantenagakerjaUUNo.1Tahun1970
4. Jelaskankewajibanpengurusperusahaanuntukmencegah,
mnegurangidanmemadamkankebakaranditempatkerjase
butkanlandasanhukumnya
5. JelaskanpenyelenggargaraanpelayananKesehatankerjaditem
patkerjasebutkanlandasanhukumnya
6. JelaskankewajibanpengurusdalampenerapanprogramP3Kditem
patkerjasebutkanlandasanhukumnya
7. SebutkanruanglingkupK3konstruksisebutkanlandasanhukumnya
8. BerapakebutuhanahliK3konstruksiberdasarkanjumlahpekerjad
anlamapekerjaanproyeknya?sebutkanlandasanhukumnya
9. Jelaskanpengertiankeselamatankerja
10. SebutkantugasdanfungsiP2K3dansebutkanlandasanhukumnya
11. Sebutkan5prinsipdasarSMK3dancantumkandasarhukumnya
12. ApaperansaudarasebagaiahliK3dalamprogrampencegahandan
penanggulanganHIV/AIDS
13. Sebutkandanjelaskankewajibanpengurus/pengusahaditem
patkerjadalammengurangikebakaran.Sebutkandasar
hukumnya
14. Sebutkanbahayayangditimbulkanolehlistrik.Sebutkandasarhukum
nya
15. JelaskanruanglingkuppengawwasanK3dibidangkonstruksibang
unandansebutkanperaturandanperundanganyangterkait
16. Jelaskankewajibanpengusahadalampengendalianbahankimiabe
rbahayaditempatkerjadansebutkandasarhukumyangterkait
JAWABAN

1. Kewajiban ahli K3 umum membantu mengawasi pelaksanaan


peraturanperundangan keselamatan dan kesehatan kerja sesuai
dengan bidang yang ditentukan dalam keputusan
penunjukannya; b. Merahasiakan segala keterangan tentang
rahasia perusahaan/instans yang didapat berhubungan sesuai
dengan jabatannya, kewenangan ahli K3 umum Mengawasi
tempat kerja seperti yang ditugaskan . Memperoleh informasi
atau informasi terkait penerapan persyaratan kesehatan dan
keselamatan kerja sesuai bidangnya. Melakukan pengawasan,
pemeriksaan, pengujian, analisis, evaluasi, pemberian
persyaratan, serta pembinaan K3 di lingkup
pekerjaannya.Dasar hukum kewajiban dan wewenang Ahli
Umum Kesehatan dan Keselamatan Kerja menurut Peraturan
Menaker Nomor PER-02/MEN/1992 tentang Tata Cara
Petunjuk Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
2. Penetapan kebijakan K3, Perencanaan K3, Pelaksanaan
rencana K3, Pemantauan dan evaluasi K3, Peninjauan dan
peningkatan kinerja SMK3. Peraturan Pemerintah Nomor 50
tahun 2012
3. KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA :
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh
pegawai pengawas dan atau ahli keselamatan kerja
b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat
keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan
d. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat
keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana
syarat keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat
perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya
kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh
pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat
dipertanggung-jawabkan.
4. Kewajiban mencegah, megurangi dan memadamkan kebakaran
di tempat kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Pengendalian setiap bentuk energi
b. Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran
dan sarana evakuasi
c. Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas.
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan nomor 186 tahun 1999
tentang Unit Penanggulangan Kebakaran, seorang
pemimpin wajib mencegah, melakukan mitigasi
kebakaran dan memadamkannya, serta melakukan
latihan penanggulanggan kebakaran di tempat kerja.
5. Permenaker No 5 Tahun 1996 Tentang Sistem Manajemen K3
:
Setiap perusahaan yang memperkerjakan 100 (seratus) tenaga
kerja atau lebih dan atau yang mengandung potensi
bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau
bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan
kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran
lingkungan dan penyakit akibat kerja (PAK).
Permenaker No 4 Tahun 1987 Tentang Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) :
Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus
memperkerjakan 100 (seratus) orang atau lebih.
Tempat kerja dimana pengusaha memperkerjakan kurang dari
100 (seratus) orang tetapi menggunakan bahan, proses
dan instalasi yang memiliki resiko besar akan terjadinya
peledakan, kebakaran, keracunan dan
pencemaran radioaktif.
6. Kewajiban Pengusaha (Pengurus) Terhadap Penerapan
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di tempat
kerja tertuang dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja pasal 14 yang mana terdapat 3
(tiga) kewajiban pengusaha (pengurus) terhadap penerapan K3
antara lain :
a. Menulis dan memasang semua syarat keselamatan
kerja yang diwajibkan pada tempat-tempat yang mudah
dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas
atau Ahli K3 di tempat kerja yang dipimpinnya.
b. Memasang semua gambar keselamatan kerja yang
diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya pada
tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut
petunjuk pegawai pengawas atau Ahli K3 di tempat kerja
yang dipimpinnya.
c. Menyediakan (APD) Alat Pelindung Diri yang diwajibkan
pada tenaga kerja yang dipimpin maupun orang lain yang
memasuki tempat kerja disertai petunjuk-petunjuk yang
diperlukan menurut pegawai pengawas atau Ahli K3 di
tempat kerja yang dipimpinnya.
7. Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) memiliki
beberapa dasar hukum pelaksanaan. Di antaranya ialah
Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,
Permenaker No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Permenaker No 4 Tahun
1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (P2K3). Rangkuman dasar-dasar hukum tersebut antara
lain :UU No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja :
a. Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.
b. Adanya tenaga kerja yang bekerja di sana.
c. Adanya bahaya kerja di tempat itu.
8. Penerapan K3 di bidang Konstruksi diatur dalam UU No. 1
tahun 1970 mengenai keselamatan dan kesehatan kerja, serta
Per 01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
pada Konstruksi Bangunan dan Kep.20/DJPPK/2004 tentang
sertifikasi K3 Konstruksi. Selain itu juga ada
Kep.20/DJPPK/2004 yang menyatakan sebagaimana berikut:
a. Pelaksanaan konstruksi bangunan mengandung bahaya
yang dapat mengancam tenaga kerja atau orang lain dan
mengancam seluruh tahapan pekerjaan konstruksi
beserta isinya
b. Oleh karena itu diperlukan adanya tenaga kerja yang
berkompeten dan memiliki kewenangan sebagaimana
dimaksud dalam pedoman teknis K3 pada kegiatan
konstruksi bangunan.
Sedangkan jumlah Ahli K3 Konstruksi sendiri ditetapkan
sebagai berikut:
a) Untuk Tenaga kerja lebih dari 100 orang atau
penyelenggaraan proyek selama 6 bulan harus memiliki
sekurang kurangnya 1 (Satu) orang Ahli K3 Utama
Konstruksi, 1 (Satu) orang Ahli K3 Madya Konstruksi
dan 2 (dua) orang Ahli Muda K3 Konstruksi
b) Untuk Tenaga kurang dari 100 orang atau
penyelenggaraan proyek kurang dari 6 bulan harus
memiliki sekurang kurangnya 1 (Satu) orang Ahli K3
Madya Konstruksi dan 1 (satu) orang Ahli Muda K3
Konstruksi
c) Untuk Tenaga kurang dari 25 orang atau
penyelenggaraan proyek kurang dari 3 bulan harus
memiliki sekurang kurangnya 1 (satu) orang Ahli
Muda K3 Konstruksi.
9. Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 ) merupakan suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan jasmani dan
rohani serta kesempurnaan tenaga kerja pada khususnya dan
manusia pada umumnya serta hasil kerja dan kebudayaan
menuju masyarakat adil dan makmur
10. Fungsi :
- menghimpun dan mengolah data mengenai
keselamatan dan kesehatan kerja
tugas :
- merencanakan dan menyelenggarakan pemilihan
Keuchik.
- menetapkn data
- mengkoordinasikan dan mengendalikan
- semua tahap
- menetapkan tangga dan tata cara pelaksanaan
kampanye
Permenaker RI Nomor PER. 04/MEN/1987 tentang Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata
Cara Penunjukan Ahli Keselamatan.
11. PP 50 tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah
kebijakan nasional sebagai pedoman perusahaan untuk
penerapan K3 yaitu Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
merupakan kegiatan untuk menjamin dan melindungi
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
a. Penyusunan Kebijakan K3 Prinsip yang pertama adalah
penetapan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) yang dimulai dengan penyusunan kebijakan K3.
b. Penelaahan Awal
Yang kedua, perencanaan K3 yang dilakukan
berdasarkan penelaahan awal, identifikasi bahaya dan
penilaian pengendalian risiko atau Hazard Identification
Risk Assessment (HIRA), peraturan-peraturan, serta
sumber daya yang dimiliki.
c. Dukungan SDM dan Sarana dan Prasarana
Ketiga, pelaksanaan rencana K3 yang didukung oleh
sumber daya manusia di bidang K3, serta sarana dan
prasarana. Di bidang SDM, perusahaan wajib memiliki
sumber daya yang kompeten dan tersertifikasi sesuai
peraturan dan perundangan.
d. Pemantauan dan Evaluasi SMK3
Prinsip yang keempat adalah pemantauan dan evaluasi
kinerja K3 yang dilakukan oleh SDM yang kompeten,
baik dari perusahaan sendiri atau dari pihak lain.
e. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3
Yang terakhir, peninjauan dan peningkatan kinerja
SMK3 dengan tujuan menjamin kesesuaian penerapan
sistem tersebut.
12. Sesuai dengan Kepmenakertrans No. 68 tahun 2004,
pengusaha wajib melaksanakan program pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja antara lain melalui
penyusunan kebijakan, penunjukan personil dan pelaksanaan
kegiatan sosialisasi, edukasi, tidak melakukan stigma dan
diskriminasi tetapi memberi dukungan terhadap pekerja dengan
HIV/AIDS. Sebagai bentuk apresiasi pemerintah terhadap para
pengusaha dan pemangku kepentingan terkait dalam
pelaksanaan program P2-HIV/AIDS di tempat kerja maka
Kemnakertrans mengeluarkan Kep. Dirjen Binwasnaker No.
Kep. 44/PPK/VIII/2012 tentang Pemberian Penghargaan
Program P2-HIV/AIDS (AIDS Award) di tempat kerja.
13. Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan nomor 186
tahun 1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran, seorang
pemimpin wajib mencegah, melakukan mitigasi kebakaran dan
memadamkannya, serta melakukan latihan penanggulanggan
kebakaran di tempat kerja.
kewajiban yang harus dilakukan oleh pemimpin perusahaan
dalam usaha mencegah, melakukan mitigasi kebakaran dan
memadamkannya di tempat kerja, meliputi:
Pengendalian setiap bentuk energi;
-Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan
sarana evakuasi;
-Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas;
-Pembentukan unit penanggulangan kebakaran kebakaran di
tempat kerja;
-Penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran
secara berkala;
-Memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat
kebakaran, bagi tempat kerja yang mempekerjakan lebih dari
50 (lima puluh) orang tenaga kerja dan atau tempat kerja yang
berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat
14. Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No 12 Tahun
2015 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Listrik di
Tempat Kerja, pengusaha dan/atau pengurus wajib
melaksanakan K3 di bidang listrik di tempat kerja.
1) Kebakaran
Energi listrik menimbulkan panas, dan apabila panas ini
berlebihan mengakibatkan isolasi dari kabel listrik
menjadi rusak yang bahkan akan timbul api yang dapat
menjadi kebakaran.
2) Peledakan
Pusat-pusat distribusi listrik seperti di SWGR & MCC
semua breaker / kontaktor sudah dirancang untuk dapat
mengatasi jika terjadinya kelebihan beban ataupun short
circuit.
3) Radiasi
Unit-unit pembangkit listrik (generator) atau distribusi
listrik tegangan tinggi sudah pasti ada radiasi yang
diakibatkan oleh arus induksi dari kawat penghantarnya.
4) Kematian
Jika seseorang terkena sengatan arus listrik, maka orang
itu hanya mampu bertahan sekitar + 3 menit dengan
besarnya arus listrik yang mengalir ditubuhnya sebesar
0.40 Ampere, kemudian tidak dapat ditolong
lagi / meninggal .
15. Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga kerja dan Menteri
Pekerjaan Umum No.Kep.174/Men/1986 dan
No.104/Kpts/1986, terdiri dari;
Ruang Lingkup K3 Konstruksi dan Sarana Bangunan
a) Bahwa ruang lingkup K3 Konstruksi meliputi; pekerjaan
penggalian, pekerjaan pondasi, pekerjaan konstruksi
beton, pekerjaan konstruksi baja dan pembongkaran.
b) Bahwa ruang lingkup K3 Sarana bangunan meliputi
perancah bangunan, plambing, penanganan bahan dan
peralatan bangunan.
16. Berdasarkan kepmenaker No. 187 tahun 1999 Pengusaha atau
pengurus yang menggunakan, menyimpan, memakai,
memproduksi dan mengangkut bahan kimia berbahaya di
tempat kerja wajib mengendalikan bahan kimia berbahaya
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja.

Anda mungkin juga menyukai