Anda di halaman 1dari 20

PT.

PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Peraturan dan Perundangan K3

2. PERATURAN PERUNDANGAN KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA (K3)

2.1. PENDAHULUAN

Orang akan merasa sangat berbahagia apabila mengetahui dirinya sehat,


baik secara fisik maupun mental serta mampu bekerja dengan
segenap kemampuannya.

Bekerja adalah untuk mengembangkan perilaku kehidupan di masyarakat


sesuai dengan keterampilan yang dimiliki dengan bersemangat untuk
berproduksi.

Produksi adalah satu jenis pekerjaan dimana bahan diolah dengan mesin
atau peralatan lainnya membuat sesuatu yang baru dengan nilai tambah
yang lebih tinggi. Proses produksi seperti itu memerlukan pengetahuan dan
keterampilan agar dalam berproduksi selalu dicapai kondisi kerja yang
aman selamat dan sehat.

Ditempat kerja bagi semua pekerja keselamatan dan kesehatan harus


menjadi prioritas utama. Dari sudut pandang pekerja keselamatan dan
kesehatan kerja berarti wajib mematuhi segala prosedur kerja yang telah
ditetapkan. Hal tersebut seringkali diabaikan karena lalai, ketidak pedulian
atau kurang memahami prosedur kerja yang ditetapkan.

Dalam pada itu bagi pengusaha, K3 harus diartikan wajib menunjukkan


dan menjelaskan kepada setiap pekerja tentang :
- kondisi dan bahaya yang dapat timbul ditempat kerja
- menyediakan pengamanan dan pelindung diri dengan alat-alat
ditempat kerja, dan alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 12


PT. PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Peraturan dan Perundangan K3

bersangkutan.
- memberitahukan cara dan sikap kerja yang aman dalam
melaksanakan pekerjaannya.

Karena itu K3 adalah upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga


kerja dan orang lain ditempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan
sehat serta agar setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan
efisien.

2.2. UNDANG-UNDANG KESELAMATAN KERJA NO. 1/1970

Agar semua pihak mematuhi K3 telah diterbitkan peraturan perundang-


undangan dibidang K3, yaitu :

 Undang-undang tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja


(UU No. 14 th. 1969), yang mengamanatkan bahwa setiap tenaga
kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan,
kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moral kerja, serta perlakuan
yang sesuai dengan manfaat manusia dan moral agama (pasal 9).
Dan bahwa, Pemerintah membina perlindaungan kerja yang
mencakup norma keselamatan kerja, norma kesehatan kerja dan
higiene perusahaan, norma kerja serta memberi ganti kerugian,
perawatan dan rehabilitasi dalam hal kecelakaan kerja (pasal 10)

 Undang-undang tentang Keselamatan Kerja ( Undang-undang No.


1 th. 1970) yang merupakan penjabaran dari UU No. 14 th 1969,
khususnya pasal 9 dan 10.
Undang-undang Keselamatan Kerja mengatur lingkup K3 disemua
tempat kerja, syarat keselamatan kerja, pengawasan K3, kewajiban
dan hak tenaga kerja, kewajiban pengurus dan tentang kecelakaan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 13


PT. PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Peraturan dan Perundangan K3

serta perlu adanya pembinaan K3 dan pembentukan Panitia Pembina


K3 (P2K3).

Syarat Keselamatan Kerja, Pasal 3 UU No. 1 th. 1970 :


a) Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b) Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
c) Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
d) Memberi kesempatan atau jalan menyeiarnatkan diri dari pada
waktu kebakaran ataut kejadian lain yang berbahaya
e) Memberi pertolongan pada kecelakaan
f) Memberi alat perlindungan bagi pekerja
g) Mencegah dan mengendalikan timbul dan menyebarluasnya
suhu kelembaban, debu, kotoran, asap, gas hembusan.
h) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja
baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan.
i) Memperoleh penerapan yang sesuai dan cukup
j) Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik
k) Menyelenggarakan penyelenggaraan yang cukup
l) Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
m) Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, lingkungan, cara
dan proses kerja
n) Mengamankan dan pemperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan dan penyimpanan barang
o) Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
p) Mencegah terkena aliran listrik
q) Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada
pekerjaan yang berbahaya.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 14


PT. PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Peraturan dan Perundangan K3

 Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja


a) Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh
pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja
b) Memakai alat pelindung diri yang diwajibkan
c) Memenuhi dan mentaati syarat keselamatan kerja dan kesehatan
kerja yang diwajibkan
d) Meminta pengurus melaksanakan semua syarat K3 yang
diwajibkan
e) Mengatur keberatan bekerja dimana syarat K3 dan alat
perlindungan yang wajib digunakan diragukan kemampuannya.

 Kewajiban Pengusaha (Pengurus)


a) Secara tertulis menempatkan semua syarat keselamatan kerja
yang diwajibkan ditempat kerja
b) Memasang gambar-gambar keselamatan kerja
c) Menyediakan alat pelindung diri secara cuma-cuma yang
diwajibkan

2.3. PERATURAN PEMERINTAH

1) Peraturan Pemerintah R.I nomor 7 Tahun 1973 tentang


Pengawasan atas Peredaran, penyimpanan dan Penggunaan
Pestisida. Peraturan ini melarang pestisida yang tidak terdaftar/tidak
memperoleh ijin dari Menteri Pertanian. Ijin yang diberikan dapat
berupa ijin tetap, ijin sementara atau ijin percobaan. Ijin sementara dan
ijin percobaan berlaku selama satu tahun dan ijin tetap lima tahun. Ijin
diberikan apabila pestisida efektif dan cukup aman dipakai dan
memenuhi syarat-syarat teknis lain serta digunakan sesuai petunjuk

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 15


PT. PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Peraturan dan Perundangan K3

yang tercantum dalam label. Ijin dapat ditinjau atau dicabut apabila
ditemukan pengaruh samping yang tidak diinginkan.

2) Peraturan Pemerintah R.I nomor 19 Tahun 1973 tentang


Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang
Pertambangan, mengatur pengaturan keselamatan kerja di bidang
pertambangan dilakukan oleh Menteri Pertambangan setelah
mendengar pertimbangan Menteri Tenaga Kerja. Menteri
Pertambangan melakukan pengawasan keselamatan kerja
berpedoman kepadan Undang-undang nomor 1 Tahun 1970 serta
Peraturan pelaksanaannya. Pengangkatan pejabat pegawasan
keselamatan kerja setelah mendengar pertimbangan Menteri Tenaga
Kerja. Pejabat tersebut mengadakan kerjasama dengan pejabat
pengawasan keselamatan kerja dari departemen Tenaga Kerja baik di
Pusat dan di Daerah. Juga diatur pelaporan pelaksanaan pengawasan
serta pengecualian pengaturan dan pengawasan ketel uap dari
Peraturan Pemerintah ini.

3) Peraturan Pemerintah R.I nomor 11 Tahun 1975 tentang


Keselamatan Kerja terhadap Radiasi, terdiri dari 9 Bab dan 25 pasal.
Peraturan ini mewajibkan setiap instalasi atom mempunyai petugas
proteksi radiasi. Untuk mengawasi ditaatinya peraturan keselamatan
kerja terhadap radiasi periu ditunjuk ahli proteksi radiasi oleh instansi
yang berwenang.

4) Peraturan Pemerintah R.I nomor 11 Tahun 1979 tentang


Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan
Gas Bumi, yang terdiri dan 31 Bab dan 58 pasal mengatur tata
usaha dan pengawasan keselamatan kerja pada pemurnian dan
pengolahan minyak dan gas bumi, wewenang dan tanggung jawab
menteri pertambangan, dan dalam pelaksanaan pengawasan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 16


PT. PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Peraturan dan Perundangan K3

menyerahkan kepada Dirjen dengan hak substitusi sedang tugas dan


pekerjaan pengawasan tersebut dilaksanakan oleh kepala inspeksi
dan pelaksana inspeksi tambang.

2.4. PERATURAN MENTERI

5) Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi


nomor Per-01/Men/1976 tentang Kewajiban Latihan Hiperkes
bagi Dokter Perusahaan. Peraturan Menteri ini terdiri dari
tujuh pasal, yang mewajibkan perusahaan untuk me.ngirimkan
setiap dokter perusahaannya untuk mendapat latihan dalam bidang
higiene perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja. Pelaksana
latihan adalah Lembaga Nasional Hiperkes.

6) Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi


nomor Per-01/Men/1978 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Dalam Penebangan dan Pengangkutan Kayu, terdiiri atas
tujuh Bab dan 17 pasal, mengatur tentang norma keselamatan da
kesehatan pada berbagai pekerjaan dalam penebangan dan
pengangkutan kayu, mulai dari penjelajahan hutan, penebangan
kayu, penyeretan dengan traktor (yarding), pemuatan kayu
dengan loader, pengangkutan kayu dengan truk, pengangkutan
kayu dengan lori, pemuatan kayu kekapal. Juga diatur sikap kerja
yang aman dalam mengangkat barang, tersedianya peralatan dan
obat-obatan untuk P3K dan penerangan yang cukup apabila bekerja
pada malam hari.

7) Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi


nomor Per-Q3/Men/1878 tentang Persyaratan penunjukan dan
wewenang serta kewajiban Pegawai pengawas keselamatan kerja

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 17


PT. PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Peraturan dan Perundangan K3

dan ahli keselamatan kerja, terdiri atas tujuh pasai. Peraturan


menteri ini mengatur persyaratan untuk ditunjuk sebagai pengawas
keselamatan kerja dan sebagai ahli keselamatan kerja,
kewenangan dan kewajiban pegawai pengawas serta kewenangan
dan kewajiban ahli keselamatan. kerja. Salah satu kewajiban pegawai
pengawas dan ahli keselamatan kerja adalah menjaga
kerahasiaan keterangan yang didapat karena jabatannya.
Kesengajaan membuka rahasia ini diancam hukuman sesuai
ketentuan Undang-undang Pengawasan Perburuhan.

8) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor


Per 01/Men/1979 tentang kewajiban latihan Hygiene Perusahaan
kesehatan dan keselamatan Kerja bagi Paramedis Perusahaan,
terdiri atas delapan pasal. Peraturan menteri ini mengatur
setiap perusahaan yang mempekerjakan para medis diwajibkan
mengirimkan setiap tenaga para medis untuk mendapat latihan
bidang higiene perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja.
Penyelenggara latihan adalah Pusat dan Balai Higiene Perusahaan,
Keselamatan dan kesehatan kerja.

9) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor


Per 01/Men/1980 tentang Keselamatan dan kesehatan kerja pada
konstruksi bangunan, terdiri atas 19 Bab dan 106 pasal. Peraturan
menteri ini mengatur pada setiap pekerjaan konstruksi bangunan
harus diusahakan pencegahan kecelakaan dan sakit .akibat kerja
pada tenaga kerja. Waktu pekerjaan dimulai harus segera
disusun suatu unit organisasi keselamatan dan kesehatan kerja.
Setiap kecelakaan dan kejadian berbahaya harus dilaporkan.

Selanjutnya peraturan Menteri ini mengatur persyaratan keselamatan


dan kesehatan kerja antara lain tempat kerja dan alat kerja,

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 18


PT. PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Peraturan dan Perundangan K3

perancah, tangga, alat angkat, kabel baja, tambang, rantai, dan


peralatan bantu, mesin-mesin, peralatan konstruksi bangunan,
konstruksi di bawah tanah, penggalian, pekerjaan memancang,
pekerjaan beton, pembongkaran, periengkapan penyelamatan dan
pelindung diri dan ketentuan hukuman.

10)Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor Per


02/Men/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Kerja dalam
Penyelenggaraan Keselamatan kerja, terdiri atas sebelas pasal.
Semua perusahaan yang termasuk dalam ruang lingkup Undang-
undang Keselamatan kerja harus mengadakan pemeriksaan
kesehatan sebelum bekerja dan pemeriksaan kesehatan berkala.
Pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan terhadap tenaga
kerja/golongan tenaga kerja tertentu. Direktur Jenderal dapat
menunjuk Badan sebagai penyelenggara pemeriksaan kesehatan
tenaga kerja.

11)Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor


04/Men/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan
Alat Pemadam Api ringan, terdiri atas enam bab dan 27 pasal.
Dalam peraturan ini kebakaran digolongkan menjadi golongan A, B,
C dan D. Sedang alat pemadam api ringan dibagi menjadi jenis
cairan, jenis busa, jenis tepung kering dan jenis gas.
Alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada posisi yang
mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil dan
dilengkapi tanda pemasangan. Dalam peraturan menteri ini juga
diatur tatacara pemeriksaan dan pemeliharaan alat pemadam api
ringan.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 19


PT. PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Peraturan dan Perundangan K3

12)P e r a t u r a n M e n t e r i T e n a g a K e r j a d a n T r a n s m i g r a s i
n o m o r 01/Men/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat
Kerja terdiri atas 9 pasal, mengatur kewajiban pengurus dan
Badan yang menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan untuk
melaporkan penyakit akibat kerja yang ditemukan dalam
pemeriksaan kesehatan berkala dan pemeriksaan kesehatan
khusus. Laporan disampaikan dalam dua kali 24 jam setelah
penyakit akibat kerja didiagnosa. Dilampirkan daftar penyakit, akibat
kerja yang harus dilaporkan.

13)P e r a t u r a n M e n t e r i T e n a g a K e r j a d a n T r a n s m i g r a s i
n o m o r 01/Men/1982 tentang Bejana Tekan, terdiri atas sepuluh
bab dan 48 pasal. Peraturan menteri ini mencabut peraturan khusus
FF dan peraturan khusus DD. Mengatur bejana tekan selain pesawat
uap, termasuk botol-botol baja, bejana transport, pesawat pendingin,
bejana penyimpanan gas yang dikempa menjadi cair teriarut atau
terbeku. Peraturan ini mengatur tentang kode warna, cara
pengisian, pengangkutan, pembuatan dan pemakaian, dan
pemasangan, perbaikan dan perubahan teknis.

14)Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor


02/Men/1982 tentang Kualifikasi Juru Las di Tempat Kerja, terdiri
dari enam bab, dan 36 pasal. Menurut peraturan ini, juru las
digolongkan menjadi juru las kelas I, kelas II, dan kelas III. Juru las
dianggap terampil apabila telah menempuh ujian las dengan hasil
memuaskan, dan mempunyai sertifikat juru las. Pengujian juru las
terdiri dari ujian teori dan ujian praktek. Ujian praktek harus dapat
menunjukkan keterampilan mengelas seperti yang ditentukan
peraturan ini.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 20


PT. PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Peraturan dan Perundangan K3

15)P e r a t u r a n Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi


n o m o r 03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja, terdiri
atas 12 pasal, mengatur hak setiap tenaga kerja untuk mendapat
pelayanan kesehatan kerja. Pengurus wajib memberikan pelayanan
kesehatan kerja. Pelayanan kesehatan kerja meliputi pemeriksaan
kesehatan, pencegahan, pengobatan, rehabilitasi, dan konsultasi
serta pembinaan tenaga kerja. Juga diatur bebarapa cara
penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja.

16)Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor 02 Tahun 1983


tentang Instalasi Alarm Kebakaran Otomatik, terdiri dari delapan bab
dan 87 pasal, mengatur perencanaan, pemasangan, penneliharaan
dan pengujian instalasi alarm kebakaran otomatik di tempat kerja.
Diatur ruangan dan bagiannya yang memerlukan detektor
kebakaran. Instalasi harus dipelihara dan diuji secara berkala,
mingguan, bulanan atau tahunan, yang diatur tatavcaranya dalam
peraturan ini. Juga diatur berbagai sistem detektor alarm kebakaran,
antara lain sistem deteksi panas, asap dan api.

17)Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor 03 Tahun 1985


tentang Keselamatan dan Kesehatan kera Pemakaian Asbes, terdiri
atas sepuluh bab dan 25 pasal, melarang pemakaian asbes biru dan
cara penggunaan asbes dengan menyemprotkan. Selain itu diatur
kewajiban pengurus untuk menyediakan alat pelindung diri,
penerangan pekerja, melaporkan proses dan jenis asbes yang
digunakan, memasang tanda/rambu, pengendalian debu asbes,
analisa debu asbes, buku petunjuk mengenai bahaya debu asbes
dan cara pencegahannya. Kewajiban tenaga kerja untuk memakai
alat pelindung diri, memakai dan melepas alat pelidung diri di tempat

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 21


PT. PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Peraturan dan Perundangan K3

yang ditentukan, dan melaporkan kerusakan alat pelindung diri, alat


kerja dan/atau ventilasi.
Selain itu diatur kebersihan lingkungan kerja, dan pemeriksaan
kesehatan tenaga kerja.

18)Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor 04 Tahun 1985


tentang Pesawat Tenaga dan Produksi, terdiri atas dua belas bab
dan 147 pasal, mengatur ketentuan umum teknis keselamatan
kerja pada pesawat tenaga dan pesawat produksi, ketentuan
mengenai alat periindungan, pengujian bagi bejana tekan sebagai
penggerak mula motor diesel, keselamatan perlengkapan
transmisi mekanik, keselamatan mesin, perkakas, dll. Juga diatur
mengenai pemeriksaan, pengujian dan pengesahan pesawat tenaga
dan pesawat produksi.

19)Menteri Tenaga Kerja nomor 05 Tahun 1985 tentang Pesawat


angkat dan Angkut, terdiri atas dua belas bab dan 146 pasal,
mengatur perencanaan, pembuatan, pemasangan, peredaran,
pemakaian, perubahan dan atau perbaikan teknis serta pemeliharaan
pesawat angkat dan angkut. Syarat keselamatan mencakup bahan
konstruksi, serta perlengkapan pesawat angkat dan angkut, harus
cukup kuat, tidak cacat dan memenuhi syarat. Beban maksimum
yang diijinkan harus ditulis pada bagian yang mudah dilihat dan
dibaca dengan jelas. Setiap pesawat angkat dan angkut tidak boleh
dibebani melebihi beban maksimum yang diijinkan. Peraturan ini
mengatur syarat-syarat teknis berbagai pesawat angkat dan angkut,
termasuk komponen-komponennya. Demikian pula pesawat angkutan
di atas landasan. dan diatas permukaan, alat angkutan jalan riil,
pengesahan, pemeriksaan dan pengujian.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 22


PT. PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Peraturan dan Perundangan K3

20)Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri


Pekerjaan Umum nomor Kep 174/Men/86 - nomor
104/KPTS/86 tentang Keselamatan dan Kesehatan kerja pada
tempat kegiatan konstruksi, terdiri atas delapan pasal, menyatakan
berlaku pedoman pelaksanaan tentang keselamatan dan kesehatan
kerja pada tempat kegiatan konstruksi bangunan sebagai pedoman
pelaksanaan Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor 01/Men/1980.
Menteri tenaga kerja dapat menunjuk ahli keselamatan kerja bidang
konstruksi di lingkungan Departemen Pekerjaan umum,atas usul
Menteri Pekerjaan Umum.

21)Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor 04 Tahun 1987 tentang


Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Tata-cara
Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja, terdiri dari 16 pasal.
Peraturan Menteri ini mewajibkan pengusaha atau pengurus tempat
kerja yang mempekerjakan 100 orang pekerja atau lebih atau
menggunakan bahan, proses dan instalasi yang mempunyai risiko
besar terjadi peledakan, kebakaran, keracunan dan penyinaran
radioaktif membentuk P2K3. Keanggotaan P2K3 adalah unsur
pengusaha dan unsur pekerja. Sekretaris P2K3 adalah ahli K3 dari
perusahaan yang bersangkutan. Selain mengatur tugas dan fungsi
P2K3, juga mengatur tentang tatacara penunjukan ahli K3.

22)Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor 01 Tahun 1988


tentang Kualifikas dan Syarat-syarat Operator Pesawat Uap, terdiri
atas delapan bab dan 13 pasal. Kualifikasi operator pesawat uap
terdiri dari operator, kelas I dan operator kelas II. Peraturan ini
mengatur persyaratan pendidikan, pengalaman, umur, kesehatan,
administrasi, mengikuti kursus operator dan lulus ujian sesuai
kualifikasinya. Operator diberi kewenangan sesuai dengan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 23


PT. PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Peraturan dan Perundangan K3

kualifikasinya. Jumlah dan kualifikasi operator untuk kete! uap serta


kurikulum operator sesuai kualifikasinya dicantumkan dalam lampiran
peraturan ini.

23)Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor 04 Tahun 1988


tentang Berlakunya Standard Nasional Indonesia (SNI) No: SNI-
225-1987 Mengenai Peraturan Umum Instalasi Listrik Indonesia 1987
(PUIL 1987) di Tempat Kerja, terdiri atas sepuluh pasal,
memberlakukan PUIL 1987 di tempat kerja. Pengurus wajib
menyesuaikan instalasi listrik yang digunakan di tempat kerjanya
dengan ketentuan SNI 225-1987.

24)Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor 01 Tahun 1989


tentang Kualifikasi dan Syarat-syarat Operator Keran Angkat, terdiri
atas delapan bab dan 13 pasal. Kualifikasi operator terdiri dari
operator kelas I, Operator kelas II dan operator kelas III.
Peraturan ini mengatur persyaratan pendidikan, pengalaman,
umur, kesehatan, administrasi, mengikuti kursus operator dan lulus
ujian sesuai kualifikasinya. Operator diberi kewenangan sesuai
dengan kualifikasinya, dan mempunyai kewajiban dan tanggung
jawab sesuai dengan kualifikasinya. Jumlah dan kualifikasi operator
untuk masing-masing keran dicantumkan dalam lampiran peraturan
ini.

25)Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor 02 Tahun 1989


tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir, terdiri atas sebelas
bab dan 60 pasal, mengatur persyaratan istalasi penyalur petir
tentang kemampuan perlindungan, ketahanan teknis dan
ketahanan terhadap korosi, persyaratan bahan dan sertifikat atau
hasil pengujian bagian-bagian instalasi. Memuat persyaratan
teknis untuk penerima, penghantar penurunan, pembumian,

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 24


PT. PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Peraturan dan Perundangan K3

menara, bangunan yang mempunyai antena, persyaratan instalasi


penyalur petir untuk cerobong asap. Selain itu diatur juga
pemeriksaan dan pengujian, pengesahan dan ketentuan pidana.

26)Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor 02 Tahun 1992 tentang


Tata cara Penunjukan Kewajiban dari Wewenang Ahli Keselamatan
dan Kesehatan Kerja, terdiri dari lima bab dan 15 pasal, mengatur
persyaratan untuk dapat ditunjuk menjadi ahli keselamatan dan
kesehatan kerja harus memenuhi persyaratan pendidikan,
pengalaman, pekerjaan, dan lulus seleksi. Ditetapkan berdasarkan
permohonan dari pimpinan instansi dan dokumen pribadi yang perlu
dilampirkan.. Kewajibannya adalah membantu mengawasi
pelaksanaan peraturan perundang-undangan K3 dan melaporkan
pelaksanaan tugasnya kepada Menteri Tenaga Kerja serta
merahasiakan keterangan yang didapat karena jabatannya. Diatur
pula kewenangan Ahli Keselamatan Kerja untuk memasuki tempat
kerja, minta keterangan, memonitor dan menetapkan syarat
keselamatan dan kesehatan kerja.

27)Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor 04 Tahun 1995


tentang Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja, terdiri
dari tujuh bab 21 pasal, mengatur jenis perusahaan jasa K3, serta
bidang kegiatannya. Peraturan ini juga mengatur persyaratan
administrasi dan persyaratan teknis untuk dapat menjadi perusahaan
jasa K3.

28)Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor 05 Tahun 1996 tentang


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, terdiri dari
sepuluh bab dan 12 pasal serta tiga lampiran, mengatur tujuan dan
sasaran Sistem Manajemen K3, kriteria perusahaan yang wajib
melaksanakannya, dan harus dilaksanakan o!eh pengurus,

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 25


PT. PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Peraturan dan Perundangan K3

pengusaha dan seluruh tenaga kerja sebagai suatu kesatuan.


Ketentuan-ketentuan yang wajib dilaksanakan perusahaan dalam
menerapkan SMK3. Selain itu ketentuan mengenai Audit SMK3 dan
Sertifikat Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Lampiran I memuat
pedoman penerapan SMK3, lampiran II memuat pedoman teknis
audit, lampiran III memuat formulir laporan audit dan lampiran IV
memuat ketentuan penilaian hasil audit.

29)Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor 03 Tahun 1998 tentang


Tatacara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan, terdiri dari enam
bab dan 15 pasal, mengatur kewajiban pengurus atau pengusaha
melaporkan kecelakaan, tatacara pelaporan dan pemeriksaan dan
pengkajian kecelakaan oleh pengawas ketenagakerjaan. Lampiran
satu adalah bentuk laporan kecelakaan, lampiran II laporan
pemeriksaan dan pengkajian kecelakaan kerja, lampiran III bentuk
laporan pemeriksaan dan pengkajian penyakit akibat kerja, lampiran
IV bentuk laporan pemeriksaan dan pengkajian peristiwa
kebakaran/peledakan/bahaya pembuangan limbah.

30)Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor 04 Tahun 1998


tentang Pengangkatan, Pemberhentian dan Tata kerja Dokter
Penasehat, terdiri atas tujuh bab dan 15 pasal, mengatur tugas dan
fungsi dokter penasehat, pengangkatan dan pemberhentian, tatacara
pemberian pertimbangan medis, serta pelaporan dan pembinaan.

31)Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor 03 Tahun 1999 tentang


Syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lift untuk
Pengangkutan Orang dan Barang, terdiri dari enam bab 34 pasal,
mengatur kapasitas angkut dan jumlah orang yang dapat diangkut,
persyartan teknis keselamatan bagian-bagian lift dan
pemasangannya, mesin dan kamar mesin, tali baja dan tromol,

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 26


PT. PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Peraturan dan Perundangan K3

ruang luncur dan lekuk dasar, dll. Demikian pula persyaratan teknis
keselamatan kerja pembuatan, pemasangan, perbaikan, dan
perubahan lift serta pemeriksaan, pengujian dan pengawasannya.

2.5. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA

32)Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 155/Men/1984 yang


merupakar. penyempurnaan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.
125/Men/1982 tentang Pembentukan Susunan dan Tata Kerja DK3N,
DK3W dan P2K3. Keputusan Menteri ini merupakan pelaksanaan
dari undang-undang keselamatan kerja pasal 10 yang antara lain
menetapkan tugas dan fungsi P2K3 sebagai berikut:

- Tugas pokok memberi saran dan pertimbangan kepada


pengusaha/menyusun tempat kerja yang bersangkutan
mengenai masalah-masalah K3.

- Fungsi : menghimpun dan mengolah segala data/ atau


permasalahan keselamatan dan kesehatan kerja ditempat
kerja yang bersangkutan serta membantu pengusaha/
manajemen mengadakan serta meningkatkan penyuluhan,
pengawasan, latihan dan penelitian K3

- Keanggotaan : P2K3 beranggotakan unsur-unsur organisasi


pekerja dan pengusaha/ manajemen.

Organisasi P2K3 terdiri dan sekurang-kurangnya Ketua, Sekretaris


dan Anggota. Ketua P2K3 memimpin dan mengkoordinasikan
kegiatan P2K3 dibantu oleh wakil ketua. Sekretaris P2K3
memimpin dan mengkoordinasikan tugas-tugas sekretariat dan
melaksanakan keputusan P2K3.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 27


PT. PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Peraturan dan Perundangan K3

Ketua P2K3 seyogyanya adalah top manajemen disuatu tempat kerja


atau sekurang-kurangnya manajemen yang terdekat dengan pimpinan
puncak, sedang Sekretaris P2K3 adalah tenaga profesional K3 yaitu
manajer K3 atau ahli K3.
(lebih lanjut tentang P2K3 diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja
No. 04 tahun 1987 tentang P2K3 dan Tata Cara Penunjukan Ahli
Keselamatan Kerja)

33)Keputusan Menteri Tenaga Kerja nomor 333 Tahun 1989


tentang Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja terdiri atas
enam pasal, mengatur mengenai tata cara diagnosis dan pelaporan
penyakit akibat: kerja. Lampiran I adalah bentuk laporan kepada
Kepala Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja, sedang
Lampiran II adalah laporan medik penyakit akibat kerja yang
merupakan rahasia medik. Keputusan Menteri ini merupakan pedoman
pelaksanaan dari Undang-undang No. 2 Tahun 1951 tentang
Pernyataan berlakunya Undang-undang Kecelakaan Tahun 1947 yang
telah diganti dengan Undang-undang No. 3 Tahun 1992 tentang
Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Pedoman ini dipakai untuk menetapkan
diagnosis dan penilaian cacat karena kecelakaan dan penyakit akibat
kerja guna memperhitungkan hal-hal tenaga kerja, yang meliputi
bidang pengobatan mata, penyakit telinga, hidung dan tenggorok
(THT), bidang orthopaedi, bidang penyakit dalam, bidang penyakit
Pam, bidang penyakit akibat radiasi mengion, bidang psikiatri, bidang
neurologi dan bidang penyakit kulit.

34)Keputusan Menteri Tenaga Kerja nomor 187 Tahun 1999 tentang


Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja, terdiri dari
enam bab dan 27 pasal, mengatur kewajiban pengusaha
mengendalikan bahan kimia berbahaya untuk mencegah kecelakaan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 28


PT. PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Peraturan dan Perundangan K3

dan penyakit akibat kerja, dengan menyediakan lembar data


keselamatan bahan dan label dan menunjuk petugas dan ahli K3
kimia. Selain itu diatur penetapanpotensi bahaya instalasi, nilai
ambang batas kuantitas bahan kimia, serta penunjukan petugas dan
ahli K3 kimia.

35)Keputusan Menteri Tenaga Kerja nomor 51 Tahun 1999 tentang


Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat kerja terdiri dari 12
pasal, menetapkan nilai ambang batas untuk iklim kerja, kebisingan,
getaran, frekuensi radio/gelombang mikro, dan radiasi sinar ultra ungu.
Keputusan Menteri ini juga menetapkan batas waktu pemajanan untuk
faktor-faktor fisik yang melampaui NAB.

Kesehatan Kerja Dan Manajemen K3

a. Undang-undang Kesehatan Kerja.


Kesehatan kerja, selain yang ditetapkan dalam UU No. 23 th.
1992 diatur pula dalam Undang-undang Kesehatan. (UU 23 Th.
1992)
Undang-undang Kesehatan mengamanatkan bahwa setiap orang
berhak memperoleh derajad kesehatan yang optimal dan setiap
orang berkewajiban untuk ikut serta dalam pemeliharaan dan
meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga dan
lingkungan. Dalam UU tersebut di atur 15 upaya kesehatan, dan
salah satunya adalah upaya kesehatan kerja.
Khusus tentang Kesehatan Kerja diatur dalam UU No. 23 th 1992,
pada pasal 23 yang mengamanatkan bahwa :

 Kesehatan Kerja diselenggarakan untuk mewujudkan


produktivitas kerja yang optimal

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 29


PT. PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Peraturan dan Perundangan K3

 Kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja,


pencegahan penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan

 Disetiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja.

b. Manajemen K3.
Untuk menjamin agar semua ketentuan dan pelaksanaan K3 di
perusahaan dapat terselenggara dengan baik sehingga terhindar
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengusaha
perlu menyelenggarakan manajemen K3 sejalan dengan
penyelenggaraan manajemen lainnya di perusahaan.

Agar dapat tercapai hasil yang optimal dan memberikan


keseragaman dalam melaksanakan manajemen K3, pemerintah
telah menerbitkan suatu sistem yang disusun secara komprehensif
yaitu Sistem Manajemen K3 (SMK3) yang ditetapkan dengan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Rl No. 05/Men/1996.
Sistem Manajemen K3 ini meliputi 5 kewajiban perusahaan
dalam melaksanakan manajemen K3. sebagai berikut:

- Menetapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen


terhadap penerapan SMK3
- Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran
penerapan K3
- Menerapkan kebijakan K3 secara efektif.
- Mengukur, memantau dan mengevaliasi kinerja K3, serta
melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.
- Menjamin secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan SMK3
secara berkesinambungan untuk meningkatkan kinerja K3.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 30


PT. PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Peraturan dan Perundangan K3

Komitmen pimpinan puncak dan manajemen perusahaan


disemua tingkatan merupakan faktor penentuan keberhasilan
penerapan SMK3.

Komitmen dan kebijakan tersebut diwujudkan dalarn bentuk :


- Menempatkan organisasi K3 dalam posisi yang dapat turut
menentukan keputusan perusahaan
- Menyediakan anggaran tenaga kerja yang berkualitas dan
sarana lainnya yang diperlukan dibidang K3.
- Menetapkan personil yang mempunyai tanggung jawab,
wewenang dan kewajiban yang jelas dalam penanganan K3
- Perencanaan K3 yang terkoordinasi
- Melakukan penilaian kinerja K3 dan tindak lanjut
pelaksanaan peningkatan K3.

Dari 5 ketentuan manajemen K3 tersebut, diukur efektivitas


penerapannya melalui audit yang terbagi dalam 12 elemen dan
166 kriteria untuk perusahaan besar, 122 kriteria untuk perusahaan
sedang, dan 64 kriteria untuk perusahaan kecil.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 31

Anda mungkin juga menyukai