Anda di halaman 1dari 39

M.

R SUWANDI
S,KM

PERATURAN PERUNDANGAN K3

TRAINING, CERTIFICATION &


CONSULTING
• Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan
M atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan
Peraturan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan
Perundangan E produksi serta produktivitas Nasional;
K3 Wajib •
Diketahui N Setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja
perlu terjamin pula keselamatannya;

G • Setiap sumber produksi perlu dipakai dan


dipergunakan secara aman dan effisien;

A • Perlu diadakan segala daya-upaya untuk membina


norma-norma perlindungan kerja;
P • Pembinaan norma-norma itu perlu diwujudkan dalam
UU yang memuat ketentuan-ketentuan umum tentang
A keselamatan kerja yang sesuai dengan
perkembangan masyarakat, industrialisasi, teknik dan
? teknologi
TRAINING, CERTIFICATION &
• Memahami Peraturan Perundangan K3 yang berlaku
di Indonesia
• Mengetahui hak dan kewajiban sebagai Pekerja
TUJUAN
• Mengaplikasikan Peraturan Perundangan K3 dalam PEMBELAJARAN
setiap pekerjaan

• Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja


1

• Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada


2 Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi

3
1 UNDANG-UNDANG NOMOR 1
TAHUN 1970

TRAINING, CERTIFICATION &


TRAINING, CERTIFICATION &
CONSULTING
• BAB I
TENTANG ISTILAH-ISTILAH
Pasal 1

Dalam Undang-undang ini yang dimaksudkan dengan :

(1) "tempat kerja" ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering
dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan di mana terdapat
sumber atau sumber-sumber bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal 2;
termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan
sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan
dengan tempat kerja tersebut;

(2) "pengurus" ialah orang yang mempunyai tugas memimpin


langsung sesuatu tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri;

5
(3) "pengusaha" ialah :
a. orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha milik sendiri dan untuk keperluan
itu mempergunakan tempat kerja;
b. orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan sesuatu usaha bukan
miliknya dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja;
c. orang atau badan hukum, yang di Indonesia mewakili orang atau badan hukum termaksud
pada (a) dan (b), jikalau yang diwakili berkedudukan di luar Indonesia.

(4) "direktur" ialah pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk melaksanakan
Undang-undang ini;

(5) "pegawai pengawas" ialah pegawai teknis berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja;

(6) "ahli keselamatan kerja" ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga
Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya Undang-undang ini.

TRAINING, CERTIFICATION &


• BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2

(1) Yang diatur oleh Undang-undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik
di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di
dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.

(2) Ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam tempat kerja di mana :
a. dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas, peralatan atau
instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan;
b. dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau disimpan bahan atau
barang yang : dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi,
bersuhu tinggi;
c. dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran rumah,
gedung atau bangunan lainnya, termasuk bangunan pengairan, saluran atau terowongan di
bawah tanah dan sebagainya atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan;

TRAINING, CERTIFICATION & 7


d. dilakukan usaha : pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan
hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan
lapangan kesehatan;
e. dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan : emas, perak, logam atau
bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau mineral lainnya, baik di
permukaan atau di dalam bumi, maupun di dasar perairan;
f. dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di daratan,
melalui terowongan, di permukaan air, dalam air maupun di udara;
g. dikerjakan bongkar-muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok,
stasiun atau gudang;
h. dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air;
i. dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah atau
perairan;
j. dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau
rendah;
k. dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan,
terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau
terpelanting;
l. dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lobang;
m. terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, uap, gas, hembusan angin,
cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran;
n. dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah;
o. dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan radio, radar, televisi atau telepon;
p. dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset (penelitian) yang
menggunakan alat teknis;
q. dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan listrik, gas, minyak
atau air;
r. diputar film, dipertunjukkan sandiwara atau diselenggarakan rekreasi lainnya yang memakai
peralatan, instalasi listrik atau mekanik.

(3) Dengan peraturan perundangan dapat ditunjuk sebagai tempat kerja, ruangan-ruangan atau
lapangan-lapangan lainnya yang dapat membahayakan keselamatan atau kesehatan yang
bekerja dan atau yang berada di ruangan atau lapangan itu dan dapat dirubah perincian tersebut
dalam ayat (2).
• BAB III
SYARAT-SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3

(1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat


keselamatan kerja untuk :
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
e. memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar atau radiasi, suara dan getaran;
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
fisik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan;
10
Pasal 4

(1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja dalam perencanaan,
pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan,
pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang, produk teknik dan aparat produksi yang
mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.

(2) Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknik ilmiah menjadi suatu kumpulan ketentuan
yang disusun secara teratur,jelas dan praktis yang mencakup bidang konstruksi, bahan,
pengolahan dan pembuatan, perlengkapan alat-alat perlindungan, pengujian dan pengesyahan,
pengepakan atau pembungkusan, pemberian tanda-tanda pengenal atas bahan, barang, produk
teknis dan apparat produksi guna menjamin keselamatan barang-barang itu sendiri, keselamatan
tenaga kerja yang melakukannya dan keselamatan umum.

(3) Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut dalam ayat (1) dan (2) :
dengan peraturan perundangan ditetapkan siapa yang berkewajiban memenuhi dan mentaati
syarat-syarat keselamatan tersebut.
• BAB IV
PENGAWASAN
Pasal 5

(1) Direktur melakukan pelaksanaan umum


terhadap Undang-undangini,
sedangkan para pegawai pengawas
dan ahli keselamatan kerja ditugaskan
menjalankan pengawasan langsung
terhadap ditaatinya Undang-undang ini Pasal 6
dan membantu pelaksanaannya. (1) Barangsiapa tidak dapat menerima keputusan
(2) Wewenang dan kewajiban direktur, direktur dapat mengajukan permohonan banding
pegawai pengawas dan ahli kepada Panitia Banding.
keselamatan kerja dalam (2) Tata-cara permohonan banding, susunan Panitia
melaksanakan Undang-undang ini Banding, tugas Panitia Banding dan lain-lainnya
diatur dengan peraturan perundangan. ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.
(3) Keputusan Panitia Banding tidak dapat dibanding
lagi
13
Pasal 7
Untuk pengawasan berdasarkan Undang-undang ini pengusaha harus
membayar retribusi menurut ketentuan-ketentuan yang akan diaturdengan
peraturan perundangan.

Pasal 8

(1) Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan


badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari
tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan
dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan
yang diberikan padanya.
(2) Pengurus diwajibkan memeriksakan semua tenaga
kerja yang berada di bawah pimpinannya, secara
berkala pada dokter yang ditunjuk oleh pengusaha
dan dibenarkan oleh direktur.
(3) Norma-norma mengenai pengujian keselamatan
ditetapkan dengan peraturan perundangan.
• BAB V
PEMBINAAN
Pasal 9

(1) Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang :
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerjanya;
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerjanya;
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
(2) Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin
bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut di atas.
(3) Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada di
bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta
peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama
pada kecelakaan.
(4) Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan
yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankannya.
14
• BAB VI
PANITIA PEMBINA K3

Pasal 10

(1) Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja guna memperkembangkan kerjasama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari
pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk melaksanakan
tugas dan kewajiban bersama di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, dalam rangka
melancarkan usaha berproduksi.
(2) Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas dan lain-lainnya
ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja. 15
• BAB VII
KECELAKAAN

Pasal 11

(1) Pengurus diwajibkan melaporkan tiap


kecelakaan yang terjadi dalam tempat
kerja yang dipimpinnya, pada pejabat
yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

(2) Tata-cara pelaporan dan pemeriksaan


kecelakaan oleh pegawai termaksud
dalam ayat (1) diatur dengan peraturan
perundangan.

16
• BAB VIII
KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA
Pasal 12

Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga


kerja untuk :
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai
pengawas dan atau ahli keselamatan kerja;
b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan;
d. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat
keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan;
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat
keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri
yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus
ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang
masih dapat dipertanggung-jawabkan.
17
• BAB IX
KEWAJIBAN BILA MEMASUKI TEMPAT KERJA

Pasal 13

Barangsiapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk
keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.

bridgingyoursuccess 18
• BAB X
KEWAJIBAN PENGURUS
Pasal 14

Pengurus diwajibkan :

a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat keselamatan
kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-Undang ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang
berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan
terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja;

b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang
diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan
terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli Keselamatan Kerja;

c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga
kerja yang berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang
memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut
petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
19
• BAB XI
KETENTUAN-KETENTUAN PENUTUP

Pasal 15 Pasal 16
(1) Pelaksanaan ketentuan tersebut pada
pasal-pasal di atas diatur lebih lanjut Pengusaha yang mempergunakan tempat-tempat
dengan peraturan perundangan. kerja yang sudah ada pada waktu Undang-undang
(2) Peraturan perundangan tersebut pada ini mulai berlaku wajib mengusahakan didalam
ayat (1) dapat memberikan ancaman satu tahun sesudah Undang-undang ini mulai
pidana atas pelanggaran peraturannya berlaku, untuk memenuhi ketentuan-ketentuan
dengan hukuman kurungan selama- menurut atau berdasarkan Undang-undang ini.
lamanya 3 (tiga) bulan atau denda
setinggitingginya Rp. 100.000,- (seratus
ribu rupiah).
(3) Tindak pidana tersebut adalah
pelanggaran.
20
Pasal 17

Selama peraturan perundangan untuk melaksanakan ketentuan dalam Undang-undang ini


belum dikeluarkan, maka peraturan dalam bidang keselamatan kerja yang ada pada waktu
Undang-undang ini mulai berlaku, tetapi berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
Undang-undang ini.

Pasal 18

Undang-undang ini disebut "UNDANG-UNDANG


KESELAMATAN KERJA" dan mulai berlaku pada hari
diundangkan.
Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Undang-undang ini
dengan penempatan dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia.

(12 Januari 1970)


PPSDM MIGAS

2 PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 11 TAHUN 1979

bridgingyoursuccess
• BAB I PPSDM MIGAS

KETENTUAN UMUM
• Pemurnian dan Pengolahan
Pemurnian dan Pengolahan adalah usaha memproses minyak dan gas bumi di daratan
atau di daerah lepas pantai dengan cara mempergunakan proses fisika dan kimia guna
memperoleh dan mempertinggi mutu hasil-hasil minyak dan gas bumi yang dapat
digunakan;
• Tempat Pemurnian dan Pengolahan
Tempat penyelengaraan pemurnian dan pengolahan minyak dan gas bumi, termasuk di
dalamnya peralatan, bangunan dan instalasi yang secara langsung dan tidak langsung
(penunjang) berhubungan dengan proses pemurnian dan pengolahan;
• Perusahaan
Perusahaan yang melakukan usaha pemurnian dan pengolahan minyak dan gas bumi; .
• Pengusaha
Pimpinan Perusahaan;
bridgingyoursuccess
• Kepala Teknik Pemurnian dan Pengolahan
Penanggung jawab dari suatu pemurnian dan pengolahan minyak dan gas bumi;

• Menteri
Menteri yang bertanggungjawab dalam bidang pertambangan minyak dan gas bumi;
• BAB II
BANGUNAN

Dalam masa Semua bangunan dan Tanda warna peralatan


pembangunan tempat instalasi dalam tempat pada tempat pemurnian
pemurnian dan pemurnian dan dan pengolahan seperti
pengolahan, pengolahan harus kolom, pipa, pesawat,
pembuatan, pendirian, memenuhi syarat- rambu tanda bahaya,
penyusunan dan syarat teknis dan alat pelindung, dan lain-
pemasangan semua keselamatan kerja yang lainnya harus
peralatan, bangunan sesuai dengan sifat- memenuhi
dan instalasi pemurnian sifat khusus dari proses keseragaman warna
dan pengolahan berada dan lokasi yang yang disetujui oleh
dibawah pengawasan bersangkutan. Kepala Inspeksi.
Kepala Inspeksi.
• BAB III
JALAN DAN TEMPAT KERJA

Jalan dalam tempat pemurnian dan pengolahan harus baik dan cukup lebar,
sehingga setiap tempat dapat dicapai dengan mudah dan cepat oleh orang
maupun kendaraan serta harus dipelihara dengan baik, diberi penerangan
yang cukup dan dimana perlu dilengkapi dengan rambu-rambu lalu-lintas.

Tempat kerja harus dilengkapi dengan penerangan yang baik, ventilasi


yang baik, dan kebisingan di bawah nilai ambang batas sesuai dengan
syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja

Ruangan kerja harus dapat dicapai dan ditinggalkan dengan mudah dan
aman melalui pintu-pintu tertentu dan harus terpelihara dengan baik.
Di tempat-tempat tertentu untuk keadaan darurat harus tersedia alat-alat
penyelamat yang sesuai dengan kebutuhan.
• BAB IV PESAWAT DAN PERKAKAS
• BAB V POMPA
• BAB VI KOMPRESOR, POMPA, VAKUM, BEJANA TEKAN DAN
BEJANA VAKUM
• BAB VII INSTALASI UAP AIR
• BAB VIII TUNGKU PEMANAS
• BAB IX KONDENSOR DAN HEAT EXCHANGER
• BAB X PIPA PENYALUR

 Pembuatan, pemasangan dan pemeliharaan sesuai dengan peraturan yang berlaku serta
syarat-syarat teknis yang baik dan aman;
 Bagian-bagian yang bergerak harus terlindung dengan baik dan aman.
 Pemasangan alat pengaman sesuai ketentuan agar peralatan dapat bekerja dengan baik.
 Penempatan sesuai standar posisi, luas ruangan/space, dan jarak aman
 Adanya inspeksi dan pengujian secara berkala.
• BAB XI TEMPAT PENIMBUNAN
Tempat penimbunan minyak dan gas bumi beserta hasil pemurnian dan pengolahannya,
termasuk gas bumi yang dicairkan, bahan cair dan gas lainnya yang mudah terbakar dan atau
mudah meledak dan zat yang berbahaya lainnya, harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana
tercantum dalam standar yang diakui oleh Menteri, kecuali apabila ditentukan lain dalam
Peraturan Pemerintah ini atau oleh Kepala Inspeksi.
Kompleks tempat penimbunan harus dilengkapi dengan sistim pemadam kebakaran permanen.

• BAB XII PEMBONGKARAN DAN PEMUATAN MINYAK DAN GAS BUMI, HASIL
PEMURNIAN DAN PENGOLAHANNYA SERTA BAHAN BERBAHAYA LAINNYA

Membongkar dan memuat minyak dan gas bumi beserta hasil permurnian dan pengolahannya,
termasuk gas bumi yang dicairkan, harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana tercantum
dalam standar yang diakui oleh Menteri, kecuali apabila ditentukan lain dalam Peraturan
Pemerintah ini atau oleh Kepala Inspeksi.
Pelaksanaannya harus diawasi oleh ahli dalam bidang tersebut. Ahli termaksud harus dicatat
oleh Kepala Teknik dalam Buku Pemurnian dan Pengolahan..

28
• BAB XIII PENGOLAHAN BAHAN BERBAHAYA DAN ATAU
MUDAH TERBAKAR DAN ATAU MUDAH MELEDAK
DI DALAM RUANGAN KERJA

Pengolahan dan penggunaan bahan-bahan tertentu yang bersifat khusus yang berbahaya dan
atau mudah terbakar dan atau mudah meledak di dalam ruangan kerja, harus dilakukan
dengan cara dan usaha sedemikian rupa sehingga kebakaran, ledakan dan kecelakaan lainnya
tidak akan terjadi.
Para pekerja dilarang mengenakan pakaian yang menimbulkan bahaya muatan listrik statis.

• BAB XIV PROSES DAN PERALATAN KHUSUS


Untuk proses-proses dan peralatan-peralatan khusus yang sekaligus menggunakan tekanan
yang sangat tinggi atau sangat rendah disertai dengan suhu yang sangat tinggi atau sangat
rendah, termasuk proses petrokimia, gas bumi yang dicairkan dan proses-proses lainnya serta
untuk permurnian dan pengolahan di daerah lepas pantai termasuk proses, peralatan,
bangunan dan instalasi, sepanjang belum diatur atau belum cukup diatur dalam ketentuan-
ketentuan Peraturan Pemerintah ini ditentukan lebih lanjut oleh Kepala Inspeksi.

29
• BAB XV LISTRIK

 Pesawat pembangkit tenaga listrik, pesawat yang menyalurkan tenaga listrik atau
menggunakan tenaga listrik peralatan listrik, pemasangan dan penggunaan tenaga listrik, harus
memenuhi syarat-syarat sebagaimana tercantum dalam standar yang diakui oleh Menteri,
kecuali apabila ditentukan lain dalam Peraturan Pemerintah ini atau oleh Kepala Inspeksi.
 Untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang disebabkan oleh terputusnya aliran listrik, Kepala
Teknik wajib menjamin kelangsungan aliran listrik tersebut di lokasi-lokasi tertentu atau
instalasi-instalasi tertentu di tempat pemurnian dan pengolahan.

• BAB XVI PENERANGAN LAMPU

 Dalam tempat pemurnian dan pengolahan serta unit-unitnya tidak boleh digunakan penerangan
lampu selain daripada lampu listrik yang dilindungi dengan tutup gelas yang kuat dan kedap
gas. Di tempat-tempat yang dianggap perlu sebelah luar tutup lampu tersebut harus dilindungi
dengan keranjang pelindung yang baik dan cukup kuat.
• BAB XVII PENGELASAN

 Pekerjaan pengelasan hanya boleh dilakukan oleh ahli las yang ditunjuk oleh Kepala Teknik
dan disahkan oleh Kepala Inspeksi.
 Sebelum dilakukan pekerjaan pengelasan harus diambil tindakan pengamanan yang sesuai
dengan jenis pekerjaan dan keadaan setempat untuk mencegah terjadinya kecelakaan,
kebakaran atau ledakan.

• BAB XVIII PENYIMPANAN DAN PEMAKAIAN ZAT-ZAT RADIOAKTIF

 Penyimpanan, pemakaian dan pemeliharaan zat-zat radioaktip serta peralatan yang


menggunakan zat-zat tersebut harus memenuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Penyimpanan, pemakaian dan pemeliharaan zat dan peralatan harus dilakukan oleh ahli yang
ditunjuk oleh Kepala Teknik dan harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana yang tercantum
dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Kepala Teknik wajib mencegah timbulnya bahaya atau kecelakaan yang disebabkan oleh
penyinaran zat-zat radioaktip, dengan cara melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan
• BAB XIX
PEMADAMAN KEBAKARAN
Pengusaha wajib menyediakan alat pemadam kebakaran beserta
perlengkapan penyelamat yang baik yang setiap saat siap untuk digunakan,
termasuk instalasi air yang permanen dengan tekanan yang diperlukan
lengkap dengan hydrant secukupnya, mobil pemadam kebakaran dengan air
dan bahan kimia dalam jumlah yang cukup dan apabila diperlukan, instalasi
permanen untuk pemadam kebakaran dengan bahan kimia.

Kepala Teknik wajib membentuk regu pemadam kebakaran yang tetap


dan terlatih dengan baik serta selalu berada dalam keadaan siap.

Kepala Teknik wajib menunjuk seorang petugas yang bertanggungjawab


dalam hal penanggulangan kebakaran, petugas tersebut harus dicatat oleh
Kepala Teknik dalam Buku Pemurnian dan Pengolahan.
Kepala Teknik wajib memeriksa secara berkala kondisi semua alat
pemadam kebakaran
• BAB XX LARANGAN DAN PENCEGAHAN UMUM DALAM
TEMPAT PEMURNIAN DAN PENGOLAHAN

• Pengusaha harus mengambil tindakan pengamanan terhadap tempat pemurnian dan pengolahan
termasuk pemagaran sekelilingnya.
• Orang-orang yang tidak berkepentingan dilarang memasuki tempat pemurnian dan pengolahan,
kecuali dengan izin Kepala Teknik.
• Dilarang membawa atau menyalakan api terbuka, membawa barang pijar atau sumber yang dapat
menimbulkan percikan api di dalam tempat pemurnian dan pengolahan, kecuali di tempat-tempat
yang ditentukan atau dengan izin Kepala Teknik.
• Pengusaha wajib menentukan pembagian daerah dalam tempat pemurnian dan pengolahan
sesuai dengan tingkat bahayanya dengan cara memasang rambu-rambu peringatan di tempat-
tempat yang mudah terlihat.
• Pada tempat-tempat tertentu dimana terdapat atau diperkirakan terdapat akumulasi bahan-bahan
yang mudah meledak dan atau mudah terbakar harus diambil tindakan-tindakan pencegahan
khusus untuk mencegah timbulnya kecelakaan, ledakan atau kekabaran.
• Pada tempat-tempat tertentu yang dianggap perlu dan dimana dapat timbul bahaya harus
dipasang papan peringatan atau larangan yang jelas dan mudah terlihat.
• BAB XXI PENCEMARAN LINGKUNGAN
Pengusaha wajib menyediakan alat-alat pencegahan dan penanggulangan pencemaran
lingkungan.
Pembuangan air buangan industri ke saluran air, sungai dan laut tidak boleh mengandung :
a. kadar minyak bumi beserta hasil pemurnian dan pengolahannya melebihi jumlah kadar
yang ditentukan;
b. kadar bahan kimia lainnya melebihi jumlah kadar yang ditentukan.

•. BAB XXII PERLENGKAPAN PENYELAMAT DAN PELINDUNG DIRI

Pengusaha wajib menyediakan dalam jumlah yang cukup yang jenisnya disesuaikan dengan
sifat pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing pekerja.
Alat-alat setiap waktu harus memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja yang telah ditentukan.
Kepala Teknik wajib mengawasi bahwa alat-alat tersebut benar-benar digunakan sesuai
dengan kegunaannya oleh setiap pekerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja.
Para pekerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja diwajibkan menggunakan alat-alat.

48
• BAB XXIII PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

 Pada tempat yang ditentukan dalam tempat pemurnian


dan pengolahan harus tersedia petugas dan tempat yang
memenuhi syarat untuk keperluan pertolongan pertama
pada kecelakaan, dilengkapi dengan obat dan peralatan
yang cukup termasuk mobil ambulans yang berada
dalam keadaan siap digunakan.
 Pada tempat-tempat tertentu harus disediakan alat-alat
dan obat untuk memberikan pertolongan pertama pada
kecelakaan termasuk alat untuk mengangkut korban
kecelakaan.
 Pada tempat-tempat tertentu harus dipasang petunjuk-
petunjuk yang singkat dan jelas tentang tindakan
pertama yang harus dilakukan apabila terjadi
kecelakaan.
• BAB XXIV SYARAT-SYARAT PEKERJA, KESEHATAN DAN
KEBERSIHAN

 Tugas atau pekerjaan dalam tempat pemurnian dan


pengolahan yang keselamatan dan kesehatan para
pekerjanya sangat tergantung pada pelaksanaan yang
baik, hanya dapat diserahkan kepada pekerja-pekerja
yang dapat dipercaya dan memenuhi syarat-syarat
jasmani dan rokhani yang diperlukan.
 Seorang pekerja harus segera dibebaskan dari tugas
atau pekerjaannya, apabila ternyata yang bersangkutan
tidak memenuhi syarat dan kurang dapat dipercaya atau
jika oleh Pelaksana Inspeksi Tambang dianggap perlu
untuk membebaskan yang bersangkutan setelah
diadakan pemeriksaan khusus terhadapnya.
• BAB XXV KEWAJIBAN UMUM PENGUSAHA, KEPALA TEKNIK
DAN PEKERJA BAWAHANNYA
• BAB XXVI PENGAWASAN
• BAB XXVII TUGAS DAN WEWENANG PELAKSANA INSPEKSI
TAMBANG
 Setiap pekerja yang menjadi bawahan dari Pengusaha atau Kepala Teknik yang ditunjuk
menjadi pimpinan atau ditunjuk untuk melakukan pengawasan pada suatu bagian daripada
suatu pekerjaan, di dalam batas-batas lingkungan pekerjaan yang menjadi wewenangnya,
wajib menjaga ditaatinya ketentuan-ketentuan Peraturan Pemerintah ini seperti halnya seorang
Kepala Teknik.
 Kecelakaan pemurnian dan pengolahan dibagi dalam 4 (empat) golongan yaitu :
a. ringan, kecelakaan yang tidak menimbulkan kehilangan hari kerja;
b. sedang, kecelakaan yang menimbulkan kehilangan hari kerja dan diduga tidak akan
menimbulkan cacat jasmani dan atau rokhani yang akan menggangu tugas pekerjaannya;
c. berat, kecelakaan yang menimbulkan kehilangan hari kerja dan diduga akan menimbulkan
cacat jasmani dan atau rokhani yang akan menggangu tugas pekerjaannya.
d. mati, kecelakaan yang menimbulkan kematian segera atau dalam jangka waktu 24 (dua puluh
empat) jam setelah terjadinya kecelakaan.
• BAB XXVIII KEBERATAN DAN PERTIMBANGAN
• BAB XXIX KETENTUAN PIDANA
• BAB XXX KETENTUAN PERALIHAN
• BAB XXXI KETENTUAN PENUTUP

 Dipindana selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 100.000,-(seratus


ribu rupiah) Pengusaha, Kepala Teknik atau wakilnya yang dalam hal terjadinya pelanggaran
oleh bawahannya terhadap ketentuan-ketentuan Peraturan Pemerintah ini:
a. telah memberikan perintah pekerjaan, yang diketahuinya atau patut diketahuinya, bahwa
perintah-perintah tersebut bertentangan dengan ketentuan-ketentuan Peraturan Pemerintah ini;
b. karena tindakannya atau kelalaiannya, ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini
tidak dapat ditaati;
c. tidak mengambil tindakan terhadap tindakan atau kelalaian bawahannya, sedangkan
diketahuinya bahwa tindakan atau kelalaian tersebut bertentangan dengan ketentuan-ketentuan
perundang-undangan;
d. lalai dalam melakukan pengawasan terhadap bawahannya.
Work with HEAD,
HEART, and
HANDS

-Sarah Corbett-

THANK YOU
53

Anda mungkin juga menyukai