R SUWANDI
S,KM
PERATURAN PERUNDANGAN K3
3
1 UNDANG-UNDANG NOMOR 1
TAHUN 1970
(1) "tempat kerja" ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering
dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan di mana terdapat
sumber atau sumber-sumber bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal 2;
termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan
sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan
dengan tempat kerja tersebut;
5
(3) "pengusaha" ialah :
a. orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha milik sendiri dan untuk keperluan
itu mempergunakan tempat kerja;
b. orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan sesuatu usaha bukan
miliknya dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja;
c. orang atau badan hukum, yang di Indonesia mewakili orang atau badan hukum termaksud
pada (a) dan (b), jikalau yang diwakili berkedudukan di luar Indonesia.
(4) "direktur" ialah pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk melaksanakan
Undang-undang ini;
(5) "pegawai pengawas" ialah pegawai teknis berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja;
(6) "ahli keselamatan kerja" ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga
Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya Undang-undang ini.
(1) Yang diatur oleh Undang-undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik
di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di
dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
(2) Ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam tempat kerja di mana :
a. dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas, peralatan atau
instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan;
b. dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau disimpan bahan atau
barang yang : dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi,
bersuhu tinggi;
c. dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran rumah,
gedung atau bangunan lainnya, termasuk bangunan pengairan, saluran atau terowongan di
bawah tanah dan sebagainya atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan;
(3) Dengan peraturan perundangan dapat ditunjuk sebagai tempat kerja, ruangan-ruangan atau
lapangan-lapangan lainnya yang dapat membahayakan keselamatan atau kesehatan yang
bekerja dan atau yang berada di ruangan atau lapangan itu dan dapat dirubah perincian tersebut
dalam ayat (2).
• BAB III
SYARAT-SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3
(1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja dalam perencanaan,
pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan,
pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang, produk teknik dan aparat produksi yang
mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
(2) Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknik ilmiah menjadi suatu kumpulan ketentuan
yang disusun secara teratur,jelas dan praktis yang mencakup bidang konstruksi, bahan,
pengolahan dan pembuatan, perlengkapan alat-alat perlindungan, pengujian dan pengesyahan,
pengepakan atau pembungkusan, pemberian tanda-tanda pengenal atas bahan, barang, produk
teknis dan apparat produksi guna menjamin keselamatan barang-barang itu sendiri, keselamatan
tenaga kerja yang melakukannya dan keselamatan umum.
(3) Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut dalam ayat (1) dan (2) :
dengan peraturan perundangan ditetapkan siapa yang berkewajiban memenuhi dan mentaati
syarat-syarat keselamatan tersebut.
• BAB IV
PENGAWASAN
Pasal 5
Pasal 8
(1) Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang :
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerjanya;
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerjanya;
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
(2) Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin
bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut di atas.
(3) Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada di
bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta
peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama
pada kecelakaan.
(4) Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan
yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankannya.
14
• BAB VI
PANITIA PEMBINA K3
Pasal 10
(1) Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja guna memperkembangkan kerjasama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari
pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk melaksanakan
tugas dan kewajiban bersama di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, dalam rangka
melancarkan usaha berproduksi.
(2) Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas dan lain-lainnya
ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja. 15
• BAB VII
KECELAKAAN
Pasal 11
16
• BAB VIII
KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA
Pasal 12
Pasal 13
Barangsiapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk
keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.
bridgingyoursuccess 18
• BAB X
KEWAJIBAN PENGURUS
Pasal 14
Pengurus diwajibkan :
a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat keselamatan
kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-Undang ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang
berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan
terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja;
b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang
diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan
terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli Keselamatan Kerja;
c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga
kerja yang berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang
memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut
petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
19
• BAB XI
KETENTUAN-KETENTUAN PENUTUP
Pasal 15 Pasal 16
(1) Pelaksanaan ketentuan tersebut pada
pasal-pasal di atas diatur lebih lanjut Pengusaha yang mempergunakan tempat-tempat
dengan peraturan perundangan. kerja yang sudah ada pada waktu Undang-undang
(2) Peraturan perundangan tersebut pada ini mulai berlaku wajib mengusahakan didalam
ayat (1) dapat memberikan ancaman satu tahun sesudah Undang-undang ini mulai
pidana atas pelanggaran peraturannya berlaku, untuk memenuhi ketentuan-ketentuan
dengan hukuman kurungan selama- menurut atau berdasarkan Undang-undang ini.
lamanya 3 (tiga) bulan atau denda
setinggitingginya Rp. 100.000,- (seratus
ribu rupiah).
(3) Tindak pidana tersebut adalah
pelanggaran.
20
Pasal 17
Pasal 18
2 PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 11 TAHUN 1979
bridgingyoursuccess
• BAB I PPSDM MIGAS
KETENTUAN UMUM
• Pemurnian dan Pengolahan
Pemurnian dan Pengolahan adalah usaha memproses minyak dan gas bumi di daratan
atau di daerah lepas pantai dengan cara mempergunakan proses fisika dan kimia guna
memperoleh dan mempertinggi mutu hasil-hasil minyak dan gas bumi yang dapat
digunakan;
• Tempat Pemurnian dan Pengolahan
Tempat penyelengaraan pemurnian dan pengolahan minyak dan gas bumi, termasuk di
dalamnya peralatan, bangunan dan instalasi yang secara langsung dan tidak langsung
(penunjang) berhubungan dengan proses pemurnian dan pengolahan;
• Perusahaan
Perusahaan yang melakukan usaha pemurnian dan pengolahan minyak dan gas bumi; .
• Pengusaha
Pimpinan Perusahaan;
bridgingyoursuccess
• Kepala Teknik Pemurnian dan Pengolahan
Penanggung jawab dari suatu pemurnian dan pengolahan minyak dan gas bumi;
• Menteri
Menteri yang bertanggungjawab dalam bidang pertambangan minyak dan gas bumi;
• BAB II
BANGUNAN
Jalan dalam tempat pemurnian dan pengolahan harus baik dan cukup lebar,
sehingga setiap tempat dapat dicapai dengan mudah dan cepat oleh orang
maupun kendaraan serta harus dipelihara dengan baik, diberi penerangan
yang cukup dan dimana perlu dilengkapi dengan rambu-rambu lalu-lintas.
Ruangan kerja harus dapat dicapai dan ditinggalkan dengan mudah dan
aman melalui pintu-pintu tertentu dan harus terpelihara dengan baik.
Di tempat-tempat tertentu untuk keadaan darurat harus tersedia alat-alat
penyelamat yang sesuai dengan kebutuhan.
• BAB IV PESAWAT DAN PERKAKAS
• BAB V POMPA
• BAB VI KOMPRESOR, POMPA, VAKUM, BEJANA TEKAN DAN
BEJANA VAKUM
• BAB VII INSTALASI UAP AIR
• BAB VIII TUNGKU PEMANAS
• BAB IX KONDENSOR DAN HEAT EXCHANGER
• BAB X PIPA PENYALUR
Pembuatan, pemasangan dan pemeliharaan sesuai dengan peraturan yang berlaku serta
syarat-syarat teknis yang baik dan aman;
Bagian-bagian yang bergerak harus terlindung dengan baik dan aman.
Pemasangan alat pengaman sesuai ketentuan agar peralatan dapat bekerja dengan baik.
Penempatan sesuai standar posisi, luas ruangan/space, dan jarak aman
Adanya inspeksi dan pengujian secara berkala.
• BAB XI TEMPAT PENIMBUNAN
Tempat penimbunan minyak dan gas bumi beserta hasil pemurnian dan pengolahannya,
termasuk gas bumi yang dicairkan, bahan cair dan gas lainnya yang mudah terbakar dan atau
mudah meledak dan zat yang berbahaya lainnya, harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana
tercantum dalam standar yang diakui oleh Menteri, kecuali apabila ditentukan lain dalam
Peraturan Pemerintah ini atau oleh Kepala Inspeksi.
Kompleks tempat penimbunan harus dilengkapi dengan sistim pemadam kebakaran permanen.
• BAB XII PEMBONGKARAN DAN PEMUATAN MINYAK DAN GAS BUMI, HASIL
PEMURNIAN DAN PENGOLAHANNYA SERTA BAHAN BERBAHAYA LAINNYA
Membongkar dan memuat minyak dan gas bumi beserta hasil permurnian dan pengolahannya,
termasuk gas bumi yang dicairkan, harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana tercantum
dalam standar yang diakui oleh Menteri, kecuali apabila ditentukan lain dalam Peraturan
Pemerintah ini atau oleh Kepala Inspeksi.
Pelaksanaannya harus diawasi oleh ahli dalam bidang tersebut. Ahli termaksud harus dicatat
oleh Kepala Teknik dalam Buku Pemurnian dan Pengolahan..
28
• BAB XIII PENGOLAHAN BAHAN BERBAHAYA DAN ATAU
MUDAH TERBAKAR DAN ATAU MUDAH MELEDAK
DI DALAM RUANGAN KERJA
Pengolahan dan penggunaan bahan-bahan tertentu yang bersifat khusus yang berbahaya dan
atau mudah terbakar dan atau mudah meledak di dalam ruangan kerja, harus dilakukan
dengan cara dan usaha sedemikian rupa sehingga kebakaran, ledakan dan kecelakaan lainnya
tidak akan terjadi.
Para pekerja dilarang mengenakan pakaian yang menimbulkan bahaya muatan listrik statis.
29
• BAB XV LISTRIK
Pesawat pembangkit tenaga listrik, pesawat yang menyalurkan tenaga listrik atau
menggunakan tenaga listrik peralatan listrik, pemasangan dan penggunaan tenaga listrik, harus
memenuhi syarat-syarat sebagaimana tercantum dalam standar yang diakui oleh Menteri,
kecuali apabila ditentukan lain dalam Peraturan Pemerintah ini atau oleh Kepala Inspeksi.
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang disebabkan oleh terputusnya aliran listrik, Kepala
Teknik wajib menjamin kelangsungan aliran listrik tersebut di lokasi-lokasi tertentu atau
instalasi-instalasi tertentu di tempat pemurnian dan pengolahan.
Dalam tempat pemurnian dan pengolahan serta unit-unitnya tidak boleh digunakan penerangan
lampu selain daripada lampu listrik yang dilindungi dengan tutup gelas yang kuat dan kedap
gas. Di tempat-tempat yang dianggap perlu sebelah luar tutup lampu tersebut harus dilindungi
dengan keranjang pelindung yang baik dan cukup kuat.
• BAB XVII PENGELASAN
Pekerjaan pengelasan hanya boleh dilakukan oleh ahli las yang ditunjuk oleh Kepala Teknik
dan disahkan oleh Kepala Inspeksi.
Sebelum dilakukan pekerjaan pengelasan harus diambil tindakan pengamanan yang sesuai
dengan jenis pekerjaan dan keadaan setempat untuk mencegah terjadinya kecelakaan,
kebakaran atau ledakan.
• Pengusaha harus mengambil tindakan pengamanan terhadap tempat pemurnian dan pengolahan
termasuk pemagaran sekelilingnya.
• Orang-orang yang tidak berkepentingan dilarang memasuki tempat pemurnian dan pengolahan,
kecuali dengan izin Kepala Teknik.
• Dilarang membawa atau menyalakan api terbuka, membawa barang pijar atau sumber yang dapat
menimbulkan percikan api di dalam tempat pemurnian dan pengolahan, kecuali di tempat-tempat
yang ditentukan atau dengan izin Kepala Teknik.
• Pengusaha wajib menentukan pembagian daerah dalam tempat pemurnian dan pengolahan
sesuai dengan tingkat bahayanya dengan cara memasang rambu-rambu peringatan di tempat-
tempat yang mudah terlihat.
• Pada tempat-tempat tertentu dimana terdapat atau diperkirakan terdapat akumulasi bahan-bahan
yang mudah meledak dan atau mudah terbakar harus diambil tindakan-tindakan pencegahan
khusus untuk mencegah timbulnya kecelakaan, ledakan atau kekabaran.
• Pada tempat-tempat tertentu yang dianggap perlu dan dimana dapat timbul bahaya harus
dipasang papan peringatan atau larangan yang jelas dan mudah terlihat.
• BAB XXI PENCEMARAN LINGKUNGAN
Pengusaha wajib menyediakan alat-alat pencegahan dan penanggulangan pencemaran
lingkungan.
Pembuangan air buangan industri ke saluran air, sungai dan laut tidak boleh mengandung :
a. kadar minyak bumi beserta hasil pemurnian dan pengolahannya melebihi jumlah kadar
yang ditentukan;
b. kadar bahan kimia lainnya melebihi jumlah kadar yang ditentukan.
Pengusaha wajib menyediakan dalam jumlah yang cukup yang jenisnya disesuaikan dengan
sifat pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing pekerja.
Alat-alat setiap waktu harus memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja yang telah ditentukan.
Kepala Teknik wajib mengawasi bahwa alat-alat tersebut benar-benar digunakan sesuai
dengan kegunaannya oleh setiap pekerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja.
Para pekerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja diwajibkan menggunakan alat-alat.
48
• BAB XXIII PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN
-Sarah Corbett-
THANK YOU
53