Anda di halaman 1dari 47

UU NO.

1 TAHUN 1970
TENTANG KESELAMATAN KERJA

TIRANDA, ST
Pengawas Ketenagakerjaan K3 /PPNS
LATAR BELAKANG

• Yuridis – VR, 1910 Stbl. No. 406


(Represift).
• Industrialisasi, elektrifikasi,
modernisasi
• Peningkatan Intensitas Kerja
• Upaya preventif mulai dari
perencanaan
DASAR HUKUM

• Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 :


“ Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak “.

Beberapa kriteria pekerjaan yang layak antara lain :


1. Dapat menjamin Tenaga Kerja bekerja dengan
selamat.
2. Berkesinambungan (Terus menerus).
3. Dapat memenuhi kebutuhan hidup sebagai
tenaga kerja.
4. Terdapat fasilitas yang membantu kelancaran
pelaksanaan pekerjaan.
5. Dan lain-lain.
UU No. 1 Tahun 1970
Tentang Keselamatan Kerja

TUJUAN
• Memberikan perlindungan atas
bagi : keselamatan
- Tenaga Kerja
- Orang Lain di tempat kerja
• Sumber-sumber produksi dapat dipakai
secara aman dan efisien
• Upaya pembinaan norma perlindungan kerja.
PENGERTIAN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

• Filosofi : Pemikiran dan upaya untuk menjamin


keutuhan dan kesempurnaan tenaga
kerja dan manusia pada umumnya, baik
jasmani maupun rohani serta hasil
karya dan budaya menuju masyarakat
adil, makmur dan sejahtera.

• Keilmuan : Ilmu pengetahuan dan penerapannya


dalam upaya penanggulangan kecelaka
an termasuk kebakaran, peledakan,
pencemaran dan penyakit akibat kerja.

• Hukum/Praktis : Upaya perlindungan yang ditujukan pada


TK & orang lain ditempat kerja
dalam keadaan selamat dan sehat serta
semua sumber maupunproses produksi
agar dipergunakan secara aman dan
efisien.
PERATURAN PELAKSANAAN
UU No. 1 Tahun 1970
A. Mekanik dan Konstruksi Bangunan
• Permenaker No. 38 Tahun 2016 ttg PTP
• Permenaker No. 8 Tahun 2020 tentang PAPA
• Permen No. 01 / 1979 tentang K3 dalam Penebangan
dan Pengangkutan
• Permen No. 01 / 1980 tentang K3 pada
Konstruksi
Bangunan
• SKB Menaker & Men. PU No. 174/Men/1986 dan No.
104/Kpts/1986 tentang K3 pada Tempat Kegiatan
Konstruksi
B. Listrik dan Penanggulangan Kebakaran

• Permen No. 75 / 2000 tentang PUIL 2000


• Permen No. 02 / 1989 tentang Pengawasan Instalasi Penyalur
Petir
• Permen No. 03 / 1989 tentang K3 Pesawat Lift
• Permen No. 04 / 1979 tentang Syarat-syarat
Pemasangan & Pemeliharaan APAR
• Permen No. 02 / 1983 tentang Instalasi Alarm
Kebakaran
Automatik
• Kepmen No. Kep. 186/1999 tentang Unit
Kebakaran di Tempat Kerja
Penanggulangan
• Persyaratan
Keputusan Penunjukkan Hak danNo.
Dirjen Binawas Kewajiban Teknisi Lift
Kep. 407/BW/1999
tentang
C. Uap dan Bejana Tekan
• UU Uap 1930 dan Peraturan Uap 1930
• Permen No.02/1973 ttg Klasifikasi Juru Las
• Permen No. 01 / 1988 tentang Klasifikasi dan
Syarat-syarat Operator Pesawat Uap
• Permen No. 37 tahun 2016 tentang Bejana
Tekan dan Tanki Timbun.
PERATURAN PELAKSANAAN
UU No. 1 Tahun 1970
D. Kesehatan dan Lingkungan Kerja

• PP No. 7 / 1973 tentang Pengawasan dan Peredaran, Penyimpangan


dan Penggunaan Pestisida
• Permen No.1/1976 ttg wajib Latihan Hyperkes bagi dokter Perusahaan
• Permen No. 01 / 1979 tentang Kewajiban Latihan Hyperkes Bagi
Paramedis Perusahaan
• Permen No. 02 / 1980 tentang Pemeriksaan Tenaga Kerja
dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja
• Permen No. 01 / 1981 tentang Kewajiban Melaporkan PAK
• Permen No. 03 / 1982 tentang Pelayanan Keselamatan Tenaga Kerja
• Permenaker No. 5 Tahun 2016 tentang Lingkungan Kerja.
PERATURAN PELAKSANAAN
UU No. 1 Tahun 1970

E. Umum

• Permen No. 03 / 1978 tentang Persyaratan Penunjukkan


dan Wewenang serta Kewajiban Pegawai Pengawas atau Ahli
K3
• Permen No. 04 / 1987 tentang Tata Cara
Penunjukkan, Kewajiban dan Wewenang Ahli K3 dan P2K3
Penunjukkan,
• Permen No. 02 / 1992 tentang Tata
Cara Kewajiban dan Wewenang Ahli K3
• Permen No. 04 / 1995 tentang Perusahaan Jasa
K3
• Permen No. 05 / 1996 tentang SMK3
• Permen No.03/1998 ttg Tata Cara Pelaporan
Kecelakaan Kerja
PERATURAN PELAKSANAAN
UU No. 1 Tahun 1970

F. Sektor Pertambangan
• PP No. 19 Tahun 1973 tentang Pengaturan
dan Pengawasan Keselamatan Kerja di
Bidang Pertambangan
• PP No. 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan
dan pengelolaan Minyak dan Gas Bumi
Paragraf 5
Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pasal 86

• Setiap Pekerja/buruh hak untuk


perlindungan
mempunyai atas : memperoleh
a. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
b. Moral dan Kesusilaan ; dan
c. Perlakuan yang sesuai harkat dan martabat
dengan manusia serta nilai-nilai
• agama
Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh
mewujudkan
guna produktivitas kerja yang
diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan
optimalkerja
• Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) dilaksanakan sesuai dengan perundang-undangan
yang berlaku
Pasal 87

• Setiap Perusahaan wajib menerapkan


sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja yang terintegrasi sengan
sistem manajemen perusahaan

• Ketentuan mengenai penerapan sistem


manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Pemerintah
UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1970
TENTANG
KESELAMATAN KERJA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
BAB I
TENTANG ISTILAH-ISTILAH
PASAL 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksudkan dengan :
• ,,Tempat kerja” ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau
terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau
yang sering dimasuki pekerja untuk keperluan suatu usaha dan
dimana terdapat sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah
semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang
merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan
tempat kerja tersebut;

• ,Maka unsur tempat kerja terdiri dari :


1. Ada orang bekerja
2. Ada keperluan usaha.
3. Ada Sumber bahaya.
BAB I
TENTANG ISTILAH-ISTILAH
PASAL 1

Dalam Undang-undang ini yang dimaksudkan dengan :

• Pengurus ialah
orang yang mempunyai tugas memimpin langsung sesuatu
tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri;
1. Pengawas (Mandor)
2. Supervisi
3. Kepala bagian/Kepala Unit.
4. Dan lain-lain.
(3) Pengusaha :
a. Orang atau Badan Hukum yang menjalankan
sesuatu usaha milik sendiri dan untuk
keperluan itu mempergunakan tempat kerja;
b. Orang atau Badan Hukum yang
sendiri berdiri
secara menjalankan sesuatu usaha bukan
miliknya dan untuk keperluan itu
mempergunakan tempat kerja;
c. Orang atau Badan Hukum yang di Indonesia
mewakili orang atau badan hukum termaksud
pada (a) dan (b), jika kalau yang diwakili
berkedudukan diluar indonesia;
(4) Direktur ialah pejabat yang ditunjuk
oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
melaksanakan Undang-undang ini.

(5) Pegawai pengawas ialah pegawai


tehnis berkeahlian khusus dari Depnaker
yang ditunjuk oleh Menaker.

(6) Ahli K3 ialah tenaga tehnis berkeahlian


khusus dari luar Depnaker yang ditunjuk
oleh Menaker untuk mengawasi ditaatinya
Undang-undang ini.
BAB II
RUANG LINGKUP

PASAL 2

(1) Yang diaturoleh undang-undang ini ialah


keselamatan kerja dalam segala
tempat
kerja, baik didarat, didalam tanah,
dipermukaan air, didalam air maupun
diudara, yang berada didalam
wilayah kekuasaan hukum Republik
Indonesia;
(2) Ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku
dalam tempat kerja dimana :

• Dibuat, dicoba, dipakai atau dipegunakan mesin, pesawat, alat


perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat
menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan;

• Dibuat, diolah, dipakai dipergunakan, diperdagangkan, diangkut


atau disimpan bahan atau barang yang dapat meledak, mudah
terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu
tinggi;

• Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan


atau pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya
termasuk bangunan pengairan, saluran, atau terowongan
dibawah tanah dan sebagainya atau dimana dilakukan
pekerjaan persiapan;
d. Dilakukan usaha : pertanian, perkebunan,
pembukaan hutan, pengerjaan hutan, pengolahan
kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan
dan lapangan kesehatan;

e. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan :


emas, perak atau bijih logam lainnya, batu-batuan,
gas, minyak atau mineral lainnya, baik dipermukaan
atau didalam bumi, maupun didasar perairan;

f. Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau


manusia, baik didaratan, melalui terowongan,
dipermukaan air, dalam air maupun diudara;
g. Dikerjakan bongkar muat barang muatan
dikapal, perahu, dermaga, dok, stasiun dan gudang;
h. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda
dan pekerjaan lain didalam air;
i. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian
diatas permukaan tanah atau perairan;
j. Dilakukan pekerjaan dibawah tekanan udara
atau suhu yang tinggi atau rendah;
k. Dilakukan pekerjaan yang mengandung
bahaya tertimbun tanah, kejatuhan,
terkena pelantingan
benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau
terpelanting;
l. Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau
lubang;
m. Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban,
debu, kotoran, api, asap, gas, hembusan
angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau
getaran;
n. Dilakukan pembuangan atau pemusnahan
sampah atau timah;
o. Dilakukan pemancaran, penyiaran atau
penerimaan radio,radar, televisi, atau
telepon;
p. Dilakukan pendidikan, pembinaan,
percobaan, penyelidikan atau
riset (penelitian) yang menggunakan alat
tehnis;
q. Dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan,
dibagi-bagikan atau disalurkan listrik, gas,
minyak atau air;
r. Diputar film, dipertunjukkan sandiwara atau
diselenggarakan rekreasi lainnya yang memakai
peralatan, instalasi listrik atau mekanik;

(3) Dengan peraturan perundangan dapat ditunjuk


sebagai tempat kerja ruangan-ruangan atau
lapangan-lapangan lainnya yang dapat
membahayakan keselamatan atau kesehatan yang
bekerja dan atau yang berada diruangan atau
lapangan itu dan dapat dirubah perincian tersebut
dalam ayat (2)
BAB III
SYARAT-SYARAT KERJA (18 SYARAT)

Pasal 3
(1) Dengan peraturan perundangan
ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja
untuk :

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;


b. Mencegah, mengurangi dan memadam
kan kebakaran;
c. Mencegah dan mengurangi
bahaya peledakan.
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri
pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain
yang berbahaya;
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para
pekerja;
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar
luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap,
gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi,
suara dan getaran;
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit
akibat kerja baik phsyik maupun psychis, peracunan,
infeksi dan penularan;
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan
sesuai;
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara
yang baik;
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang
cukup;
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan
ketertiban;
m. Memperoleh keserasian antara tenaga
kerja, alat kerja, lingkungan cara dan
proses kerjanya;
n. Mengamankan dan memperlancar
orang, binatang, tanaman
pengangkutan
atau barang;
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis
bangunan;
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan
bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan
barang;
q. Mencegah terkena aliran listrik yang
berbahaya;
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan
pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi;
(2) Dengan pengaturan perundangan
dapat dirubah perincian seperti
tersebut dalam ayat
dengan (1)perkembangan ilmu
sesuai
pengetahuan, tehnik dan tehnologi
serta pendapatan-pendapatan baru
dikemudian hari.
(3) Dengan peraturan perundangan
dapat dirubah perincian seperti
tersebut dalam ayat (1) dan (2);
dengan peraturan perundangan
ditetapkan siapa yang berkewajiban
memenuhi dan mentaati syarat-syarat
keselamatan tersebut.
BAB IV
PENGAWASAN
Pasal 5

• Direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap


Undang-undang ini, sedangkan para pegawai
pengawas dan ahli Keselamatan kerja ditugaskan
menjalankan pengawasan langsung terhadap
ditaatinya Undang-undang ini dan membantu
pelaksanaannya.

• Wewenang dan kewajiban direktur, pegawai


pengawas dan ahli Keselamatan kerja dalam
melaksanakan Undang-undang ini diatur dengan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 6

(1) Barang siapa tidak dapat menerima keputusan


direktur dapat mengajukan permohonan banding
kepada Panitia Banding.

(2) Tata cara permohonan banding menerima, susunan


Panitia Banding, tugas Panitia Banding dan lain-
lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.

(3) Keputusan Panitia Banding Tidak dapat Dibanding


lagi.
Pasal 7

Untuk pengawasan berdasarkan undang-


undang ini pengusaha harus membayar
retribusi menurut ketentuan-ketentuan
yang akan diatur dengan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 8

(1) Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan


badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari
tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan
dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan
yang diberikan padanya.

(2) Pengurus diwajibkan memeriksa semua tenaga


kerja yang berada dibawah pimpinannya, secara
berkala pada dokter yang ditunjuk oleh Pengusaha
dan dibenarkan oleh Direktur.

(3) Norma-norma mengenai pengujian kesehatan


ditetapkan dengan peraturan
undangan. perundang-
BAB V
PEMBINAAN

Pasal 9

(1) Pengurus menunjukkan dan


menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang :
diwajibkan

a. Kondisi-kondisi dan bahaya serta yang dapat


timbul dalam tempat kerjanya.

b. Semuapengamanan dan alat-alat


perlindungan yang diharuskan dalam tempat
kerjanya
c. Alat-alat pelindungan diri bagi tenaga
kerja yang bersangkutan.
d. Cara-cara dan sikap yang aman
dalam melaksanakan pekerjaannya.

(2) Pengurus hanya dapat memperkerjakan


tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia
yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah
memahami syarat-syarat tersebut diatas.
(3) diwajibkan menyelenggarakan
pembinaan bagi semua tenaga kerja yang
Pengurus
berada dibawah pimpinannya, dalam
pencegahan kecelakaan dan pemberantasan
kebakaran serta peningkatan keselamatan
dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian
pertolongan pertama pada kecelakaan.

(4) Pengurus diwajibkan memenuhi dan


mentaati semua syarat-syarat dan
ketentuan-ketentuan yang berlaku
usaha dan tempat kerja yang dijalankan bagi
BAB VI
PANITIA PEMBINAAN KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

Pasal 10

(1) Tenaga Kerja membentuk


Panitia pembina
Menteri Keselamatan dam Kesehatan Kerja
berwenang
guna memperkembangkan kerja sama, saling
pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha
atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-
tempat kerja untuk melaksanakan tugas dan
kewajiban bersama dibidang keselamatan dan
kesehatan kerja, dalam rangka melancarkan usaha
produksi.

(2) Susunan Panitia Pembina Keselamatan


dan Kesehatan Kerja, tugas dan lain-lainnya
ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.
BAB VII
KECELAKAAN

Pasal 11

(1) Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan


yang terjadi dalam tempat kerja yang dipimpinnya,
pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga
Kerja.

(2) Tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan


oleh pegawai termaksud dalam ayat (1) diatur
dengan peraturan perundangan.
BAB VIII
KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA

Pasal 12

Dengan peraturan prundangan diatur kewajiban


dan atau hak tenaga kerja untuk :

a. Memberikan keterangan yang benar bila


diminta oleh pegawai pengawas atau
keselamatan kerja; ahli
b. Memakai alat- perlindungan diri
alat diwajibkan; yang
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat
keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan.
d. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua
syarat-syarat keselamatan dan kesehatan yang
diwajibkan
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana
syarat keselamatan dan kesehatan kerja serta alat
perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya
kecuali dalam hal-hal khusus ditentuan lain oleh
pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih
dapat dipertanggungjawabkan.
BAB IX
KEWAJIBAN BILA MEMASUKI TEMPAT KERJA

Pasal 13

Barang siapa akan memasuki sesuatu


tempat kerja, diwajibkan mentaati semua
petunjuk keselamatan kerja dan memakai
alat-alat perlindungan diri yang
diwajibkan.
BAB X
KEWAJIBAN PENGURUS

Pasal 14

Pengurus diwajibkan :

a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja


yang dipimpinnya, semua syarat keselamatan kerja
yang diwajibkan, sehelai undang-undang ini dan
semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi
tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-
tempat yang mudah diihat dan terbaca dan menurut
petunjuk pegawai pengawas atau ahli kesehatan
kerja;
b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya,
semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan
dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-
tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut
petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan
kerja

c. Menyediakan secara Cuma-Cuma, semua alat


perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja
yang dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi
setiap orang lain yang memasuki tempat kerja
tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang
diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas
atau ahli-ahli keselamatan kerja.
BAB XI
KETENTUAN-KETENTUAN PENUTUP

Pasal 15

(1) Pelaksanaan ketentuan tersebut pada pasal-pasal


diatas diatur lebih lanjut dengan peraturan
perundangan.
(2) Peraturan perundangan tersebut pada ayat
dapat memberikan (1) pidana atas
pelanggaran
ancaman peraturannya dengan hukuman
kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau
denda setinggi-tingginya Rp. 100.000,- (seratus
ribu rupiah).
(3) Tindak pidana tersebut adalah pelanggaran.
SEKIAN

&

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai