Disusun Oleh:
Riki Wijaya
2
PENDAHULUAN
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam sistem
ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. K3 tidak saja sangat penting dalam meningkatkan
jaminan sosial dan kesejahteraan para pekerjanya akan tetapi jauh dari itu K3 mempunyai dampak
positif atas keberlanjutan produktivitas kerja. Oleh sebab itu, isu K3 pada saat ini bukan sekedar
kewajiban yang harus diperhatikan oleh para pekerja, akan tetapi juga harus dipenuhi oleh sebuah
sistem pekerjaan. Dengan kata lain, pada saat ini K3 bukan semata sebagai kewajiban, akan tetapi
sudah menjadi kebutuhan bagi setiap pekerja dan bagi setiap bentuk kegiatan pekerjaan.
Menerapkan program K3 dalam lingkungan kerja dengan tujuan agar setiap tenaga kerja
berhak untuk mendapatkan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja. Perlindungan tenaga kerja
dari bahaya dan penyakit akibat kerja atau lingkungan kerja sangat dibutuhkan sehingga pekerja
merasa aman dan nyaman dalam menyelesaikan pekerjaannya, sehingga diharapkan dapat
meningkatkan kepuasan kerja bagi pekerja, untuk dapat bekerja sebaik mungkin dan juga dapat
mendukung keberhasilan serta target dalam pekerjaan dapat tercapai. Salah satu faktor yang
dapat membentuk kepuasan kerja adalah adanya jaminan dan kondisi kerja yang nyaman bagi
anggota organisasi. Dan K3 merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan
kerja.
3
BAB I
UNDANG-UNDANG NO 1 TAHUN 1970
Mereka berkerja untuk keperluan suatu usaha, dan dimana terdapat sumber atau sumber-
sumber bahaya sebagaimana diperinci sebagai berikut ini :
1. Tempat kerja baik yang berada di darat, berada di permukaan air, berada di dalam
tanah, berada di dalam air maupun berada di udara yang berada di wilayah
kekuasaan hukum Republik Indonesia.
2. Tempat kerja dimana dibuat, dicoba, dipakai ataupun yang menggunakan mesin,
pesawat, alat, perkakas, peralatan ataupun instalasi berbahaya atau dapat
menimbulkan atau menyebabkan kecelakaan, kebakaran ataupun peledakan.
3. Dibuat, diolah, digunakan, dijual, diangkut ataupun disimpan bahan atau barang
yang dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi,
ataupun bersuhu tinggi.
4. Dikerjakan pembangunan (konstruksi), perbaikan, perawatan, pembersihan
ataupun pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk
bangunan pengairan, saluran atau terowongan bawah tanah, dsb atau dimana
dilakukan pekerjaan persiapan.
5. Dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan,
pengolahan kayu ataupun hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan
lapangan kesehatan.
6. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam ataupun bijih
logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak ataupun mineral lainnya baik di
permukaan maupun di dalam bumi ataupun di dasar perairan.
4
7. Dilakukan pengangkutan barang, binatang ataupun manusia baik di darat, melalui
terowongan, di permukaan air, di dalam air maupun di udara.
8. Dikerjakan bongkar muat barang muatan pada kapal, perahu, dermaga, dok,
stasiun, ataupun gudang.
9. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda ataupun pekerjaan lain di dalam air.
10. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah ataupun perairan.
11. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan.
12. Dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara ataupun suhu udara yang tinggi
ataupun rendah.
13. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan benda,
terkena lemparan benda, terjatuh ataupun terperosok, hanyut ataupun terlempar.
14. Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur ataupun lubang.
15. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan
sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian (yang berhubungan) dengan tempat
kerja tersebut.
5
1.2 Dasar Hukum Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970
4. UU No. 3 Tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120 mengenai
Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor-kantor.
b. Jaminan kematian
6
1.3 Ruang Lingkup Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970
Dengan demikian, UU ini berlaku untuk setiap tempat kerja yang didalamnya terdapat 3 unsur,
yaitu:
1.4 Syarat-syarat K3
Syarat-syarat Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di tempat kerja tertuang
dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 (tiga). Pada
pasal tersebut disebutkan 18 (delapan belas) syarat penerapan keselamatan kerja di tempat
kerja di antaranya sebagai berikut :
7
5. Memberi P3K Kecelakaan Kerja.
13. Keserasian tenaga kerja, peralatan, lingkungan, cara & proses kerja.
1.5 Pengawasan K3
8
1.6 Pembinaan K3
9
BAB II
DASAR-DASAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
2.1 Tujuan K3
Seperti yang sudah dijelaskan dalam UU Keselamatan Kerja, tujuan K3 adalah untuk
mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan menjamin:
Setiap tenaga kerja dan orang lainnya yang berada di tempat kerja
mendapat perlindungan atas keselamatannya.
2.2 Pengertian
10
Pengertian K3 Menurut OHSAS 18001:2007
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua kondisi dan faktor
yang dapat berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja tenaga
kerja maupun orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu) di
tempat kerja.
Menurut International Labour Organization (ILO), langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk
menanggulangi kecelakaan kerja antara lain:
1. Peraturan Perundang-undangan
2. Standarisasi
3. Inspeksi
4. Riset teknis, medis, psikologis, statistik
11
5. Pendidikan dan Pelatihan
6. Persuasi
7. Asuransi
Dari hasil laporan kecelakaan kerja, harus dilakukan analisis yang mencakup beberapa hal di
bawah ini:
1. Tujuan
2. Apa yang dianalisis
3. Siapakah petugas analisis
4. Langkah-langkah analisis
5. Cara analisis
12
Tipe kecelakaan – peristiwa yang menyebabkan cidera
Kondisi berbahaya – kondisi fisik yang menyebabkan kecelakaan
Penyebab kecelakaan – objek, peralatan, mesin berbahaya
Sub penyebab kecelakaan – bagian khusus dari mesin, peralatan yang
berbahaya
Perbuatan tidak aman.
13
BAB III
KELEMBAGAAN K3
3.1 Kelembagaan K3
P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) adalah suatu lembaga
yang dibentuk di perusahan untuk membantu melaksanakan dan menangani usaha-
usaha keselamatan dan kesehatan kerja yang keanggotaannya terdiri dari unsure
pengusaha dan pekerja.
DK3N (Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional) adalah suatu lembaga
yang dibentuk untuk membantu memberi saran dan pertimbangan kepada Menteri
tentang usaha-usaha keselamatan dan kesehatan kerja.
PJK3 (Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatahn Kerja) adalah suatu lembaga
usaha berdasarkan surat keputusan penunjukkan dari Depnakertrans yang bergerak di
bidang jasa keselamatan dan kesehatan kerja yang mempunyai ahli K3 di bidangnya.
14
- membantu menuunjukkan dan menjelaskan K3 pada setiap tenaga
kerja
- membantu pengusaha dalam mengevaluasi K3
Persyaratan, Pembentukan dan Penunjukan diatur dalam Peraturan Menaker
No.: Per-04/MEN/1987.
15
BAB IV
PENUTUP
Dalam konteks ketenagakerjaan, keselamatan dan kesehatan kerja merupakan bagian
integral dari sistem perlindungan tenaga kerja yang dalam pelaksanaannya diatur dalam
peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban
pengusaha/pengawas tempat kerja untuk melaksanakannya dalam upaya menjamin
keselamatan dan kesehatan para pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya.
Disamping itu pelaksanaan K3 akan menekan dan mengurangi tingkat kerugian akibat
kecelakaan kerja sehingga dapat dicapai produksi dan produktivitas yang diinginkan oleh
perusahaan, apalagi saat ini K3 menjadi suatu persyaratan bisnis suatu usaha. Maju
mundurnya suatu usaha juga ditentukan dari pelaksanaan K3 di perusahaan.
16