Anda di halaman 1dari 16

RESUME PERATURAN DAN TATA KELOLA K3

UNDANG-UNDANG NO 1 TAHUN 1970


UU RI NO 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN
PP NOMOR 50 TAHUN 2012
ISO 45001:2018

Disusun Oleh:
Riki Wijaya

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
2021
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN..................................................................................................................................3
BAB I. UNDANG-UNDANG NO 1 TAHUN 1970.................................................................................4
1.1 Pengertian Tempat Kerja.....................................................................................................4
1.1 Tujuan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970....................................................................5
1.2 Dasar Hukum Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970.........................................................6
1.3 Ruang Lingkup Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970.......................................................7
1.4 Syarat-syarat K3..................................................................................................................7
1.5 Pengawasan K3...................................................................................................................8
1.6 Pembinaan K3.....................................................................................................................9
1.7 Ketentuan Pelanggaran.......................................................................................................9
BAB II. DASAR-DASAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN (K3).................................................10
2.1 Tujuan K3..........................................................................................................................10
2.3 Prinsip Dasar Pencegahan Kecelakaan............................................................................11
2.4 Metode Pencegahan Kecelakaan.....................................................................................11
2.5 Analisis Kecelakaan Kerja.................................................................................................12
BAB III. KELEMBAGAAN K3.............................................................................................................14
3.1 Kelembagaan K3...............................................................................................................14
3.2 Ruang Lingkup...................................................................................................................14
3.3 Tugas Pokok dan Fungsi P2K3 DK3N dan PJK3.............................................................14
BAB IV. PENUTUP............................................................................................................................16

2
PENDAHULUAN

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam sistem
ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. K3 tidak saja sangat penting dalam meningkatkan
jaminan sosial dan kesejahteraan para pekerjanya akan tetapi jauh dari itu K3 mempunyai dampak
positif atas keberlanjutan produktivitas kerja. Oleh sebab itu, isu K3 pada saat ini bukan sekedar
kewajiban yang harus diperhatikan oleh para pekerja, akan tetapi juga harus dipenuhi oleh sebuah
sistem pekerjaan. Dengan kata lain, pada saat ini K3 bukan semata sebagai kewajiban, akan tetapi
sudah menjadi kebutuhan bagi setiap pekerja dan bagi setiap bentuk kegiatan pekerjaan.

Menerapkan program K3 dalam lingkungan kerja dengan tujuan agar setiap tenaga kerja
berhak untuk mendapatkan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja. Perlindungan tenaga kerja
dari bahaya dan penyakit akibat kerja atau lingkungan kerja sangat dibutuhkan sehingga pekerja
merasa aman dan nyaman dalam menyelesaikan pekerjaannya, sehingga diharapkan dapat
meningkatkan kepuasan kerja bagi pekerja, untuk dapat bekerja sebaik mungkin dan juga dapat
mendukung keberhasilan serta target dalam pekerjaan dapat tercapai. Salah satu faktor yang
dapat membentuk kepuasan kerja adalah adanya jaminan dan kondisi kerja yang nyaman bagi
anggota organisasi. Dan K3 merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan
kerja.

3
BAB I
UNDANG-UNDANG NO 1 TAHUN 1970

1.1 Pengertian Tempat Kerja


Menurut Undang-undang No 1 Tahun 1970 Tempat kerja adalah setiap ruangan ataupun
lapangan baik terbuka maupun tertutup, baik bergerak maupun menetap, dimana di dalamnya
terdapat tenaga kerja yang bekerja atau sering dimasuki oleh orang untuk bekerja.

Mereka berkerja untuk keperluan suatu usaha, dan dimana terdapat sumber atau sumber-
sumber bahaya sebagaimana diperinci sebagai berikut ini :

1. Tempat kerja baik yang berada di darat, berada di permukaan air, berada di dalam
tanah, berada di dalam air maupun berada di udara yang berada di wilayah
kekuasaan hukum Republik Indonesia.
2. Tempat kerja dimana dibuat, dicoba, dipakai ataupun yang menggunakan mesin,
pesawat, alat, perkakas, peralatan ataupun instalasi berbahaya atau dapat
menimbulkan atau menyebabkan kecelakaan, kebakaran ataupun peledakan.
3. Dibuat, diolah, digunakan, dijual, diangkut ataupun disimpan bahan atau barang
yang dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi,
ataupun bersuhu tinggi.
4. Dikerjakan pembangunan (konstruksi), perbaikan, perawatan, pembersihan
ataupun pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk
bangunan pengairan, saluran atau terowongan bawah tanah, dsb atau dimana
dilakukan pekerjaan persiapan.
5. Dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan,
pengolahan kayu ataupun hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan
lapangan kesehatan.
6. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam ataupun bijih
logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak ataupun mineral lainnya baik di
permukaan maupun di dalam bumi ataupun di dasar perairan.

4
7. Dilakukan pengangkutan barang, binatang ataupun manusia baik di darat, melalui
terowongan, di permukaan air, di dalam air maupun di udara.
8. Dikerjakan bongkar muat barang muatan pada kapal, perahu, dermaga, dok,
stasiun, ataupun gudang.
9. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda ataupun pekerjaan lain di dalam air.
10. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah ataupun perairan.
11. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan.
12. Dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara ataupun suhu udara yang tinggi
ataupun rendah.
13. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan benda,
terkena lemparan benda, terjatuh ataupun terperosok, hanyut ataupun terlempar.
14. Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur ataupun lubang.
15. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan
sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian (yang berhubungan) dengan tempat
kerja tersebut.

1.1 Tujuan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970


Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) memiliki 3 (tiga) tujuan dalam
pelaksanaannya berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
3 (tiga) tujuan utama penerapan K3 berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tersebut
antara lain :
1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di
tempat kerja.
2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional.

Dari penjabaran tujuan penerapan K3 di tempat kerja berdasarkan Undang-Undang


nomor 1Tahun 1970 tersebut, maka terdapat harmoni mengenai penerapan K3 di tempat
kerja antara Pengusaha, Tenaga Kerja dan Pemerintah/Negara. Sehingga di masa yang akan
datang, baik dalam waktu dekat ataupun nanti, penerapan K3 di Indonesia dapat
dilaksanakan secara nasional dari Sabang sampai Meraoke.

5
1.2 Dasar Hukum Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970

Terdapat 2 dasar hukum Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 yang mambahas


mengenai Keselamatan Kerja, antara lain :
1. Pasal-pasal 5, 20, dan 27 Undang-Undang Dasar 1945;
2. Pasal-pasal 9 dan 10 Undang-Undang No. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok mengenai Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1969 No. 55, Tambahan Lembaran Negara No. 2912).

Adapun beberapa peraturan yang berkaitan dengan K3, antara lain :


1. UU No. 1 tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya UU Kerja Tahun 1948 No.
1, yang memuat aturan-aturan dasar tentang pekerjaan anak, orang muda dan
wanita, waktu kerja, istirahat dan tempat kerja.

2. UU UAP (Stoon Ordonantie, Stdl. No.225 tahun 1930), yang mengatur


keselamatan kerja secara umum dan bersifat nasional.

3. UU Rel Industri, yang mengatur tentang pemasangan, penggunaan jalan-jalan


rel guna keperluan perusahaan pertanian, kehutanan, pertambangan, kerajinan
dan perdagangan.

4. UU No. 3 Tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120 mengenai
Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor-kantor.

5. UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial:

a. Jaminan kecelakaan kerja

b. Jaminan kematian

c. Jaminan hari tua

d. Jaminan pemeliharaan kesehatan

6
1.3 Ruang Lingkup Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970

Undang-undang Keselamatan Kerja memuat aturan-aturan dasar atau ketentuan-


ketentuan umum tentang keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di darat, di
dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara yang berada di wilayah
kekuasaan hukum Republik Indonesia.

Azas-azas yang digunakan dalam UU No. 1 tahun 1970 adalah :

• Azas nationaliteit memberlakukan UU keselamatan kerja kepada setiap warga negara


yang berada di wilayah hukum Indonesia (termasuk wilayah kedutaan Indonesia di luar
negeri dan terhadap kapal-kapal yang berbendera Indonesia).

• Azas teritorial memberlakukan UU keselamatan kerja sebagaimana hukum pidana


lainnya kepada setiap orang yang berada di wilayah atau teritorial Indonesia, termasuk
warga negara asing yang tinggal di Indonesia (kecuali yang mendapat kekebalan
diplomatik).

Dengan demikian, UU ini berlaku untuk setiap tempat kerja yang didalamnya terdapat 3 unsur,
yaitu:

• Adanya tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha


• Adanya tenaga kerja yang bekerja
• Adanya bahaya kerja

1.4 Syarat-syarat K3
Syarat-syarat Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di tempat kerja tertuang
dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 (tiga). Pada
pasal tersebut disebutkan 18 (delapan belas) syarat penerapan keselamatan kerja di tempat
kerja di antaranya sebagai berikut :

1. Mencegah & mengurangi kecelakaan kerja.

2. Mencegah, mengurangi & memadamkan kebakaran.

3. Mencegah & mengurangi bahaya peledakan.

4. Memberi jalur evakuasi keadaan darurat.

7
5. Memberi P3K Kecelakaan Kerja.

6. Memberi APD (Alat Pelindung Diri) pada tenaga kerja.

7. Mencegah & mengendalikan timbulnya penyebaran suhu, kelembaban, debu,


kotoran, asap, uap, gas, radiasi, kebisingan & getaran.

8. Mencegah dan mengendalikan Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan keracunan.

9. Penerangan yang cukup dan sesuai.

10. Suhu dan kelembaban udara yang baik.

11. Menyediakan ventilasi yang cukup.

12. Memelihara kebersihan, kesehatan & ketertiban.

13. Keserasian tenaga kerja, peralatan, lingkungan, cara & proses kerja.

14. Mengamankan & memperlancar pengangkutan manusia, binatang, tanaman &


barang.

15. Mengamankan & memelihara segala jenis bangunan.

16. Mengamankan & memperlancar bongkar muat, perlakuan & penyimpanan


barang

17. Mencegah tekena aliran listrik berbahaya.

18. Menyesuaikan & menyempurnakan keselamatan pekerjaan yang resikonya


bertambah tinggi

1.5 Pengawasan K3

Pengawasan pelaksanaan K3 dilaksanakan sesuai dengan yang tercantum pada Undang-


Undang No 1 Tahun 1970 pasal 5 ayat yang pertama yang berbunyi “ Direktur melakukan
pelaksanaan umum terhadap Undang-undang ini, sedangkan para pegawai pengawas dan
ahli keselamatan kerja ditugaskan menjalankan pengawasan langsung terhadap ditaatinya
Undang-undang ini dan membantu pelaksanaannya.”

8
1.6 Pembinaan K3

Berdasarkan pada pada Undang-Undang No 1 Tahun 1970 mengenai pembinaan


dijelaskan tentang kewajiban pengurus dalam melaksanakan keselamatan dan kesehatan
kerja di tempat kerjanya. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 juga menjelaskan mengenai
kewajiban tenaga kerja. Hal ini juga berlaku pula bagi orang lain yang memasuki tempat kerja
tersebut.

1.7 Ketentuan Pelanggaran

Ancaman hukuman dari pelanggaran ketentuan UU Keselamatan Kerja adalah hukuman


kurungan selama-lamanya 3 bulan atau denda setingginya Rp. 100.000,-. Proses projustisia
dilaksanakan sesuai dengan UU No. 8 tahun 1981 tentang KUHAP.

1.8 Peraturan Pelaksanaan

Peraturan pelaksanaan dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

1. Peraturan pelaksanaan yang bersumber dari Velleigheidsreglement (VR) 1910


berupa peraturan khusus yang masih diberlakukan berdasarkan pasal 17 UU
Keselamatan Kerja.

2. Peraturan pelaksanaan yang dikeluarkan berdasarkan UU Keselamatan Kerja


sendiri sebagai peraturan organiknya.

9
BAB II
DASAR-DASAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

2.1 Tujuan K3

Seperti yang sudah dijelaskan dalam UU Keselamatan Kerja, tujuan K3 adalah untuk
mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan menjamin:

 Setiap tenaga kerja dan orang lainnya yang berada di tempat kerja
mendapat perlindungan atas keselamatannya.

 Setiap sumber produksi dapat dipakai dan dipergunakan secara aman


dan efisien.

 Proses produksi dapat berjalan lancar.

2.2 Pengertian

Pengertian K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) umumnya terbagi menjadi 3 versi di


antaranya ialah pengertian K3 menurut Filosofi, Keilmuan serta menurut standar OHSAS
18001:2007. Berikut adalah pengertian dan definisi K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
tersebut :

 Pengertian K3 Menurut Filosofi (Mangkunegara)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan


upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani maupun
rohani tenaga kerja khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil
karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur.

 Pengertian K3 Menurut Keilmuan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua Ilmu dan


Penerapannya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit
akibat kerja (PAK), kebakaran, peledakan dan pencemaran lingkungan.

10
 Pengertian K3 Menurut OHSAS 18001:2007

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua kondisi dan faktor
yang dapat berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja tenaga
kerja maupun orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu) di
tempat kerja.

2.3 Prinsip Dasar Pencegahan Kecelakaan

Pencegahan kecelakaan dalam kaitannya dengan masalah keselamatan dan kesehatan


kerja harus mengacu dan bertitik tolak pada konsep sebab akibat kecelakaan, yaitu dengan
mengendalikan sebab dan mengurangi akibat kecelakaan. Berdasarkan prinsip pencegahan
kecelakaan tersebut, maka fungsi dasar manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
memegang peranan penting terhadap upaya pengendalian kecelakaan sesuai dengan
program yang telah ditetapkan.

2.4 Metode Pencegahan Kecelakaan


Dalam upaya pencegahan kecelakaan, ada 5 tahapan pokok yaitu:
1. Organisasi K3
2. Menemukan fakta atau masalah: survey, inspeksi, observasi,
investigasi dan reviu record kecelakaan.
3. Analisis (Dari hasil analisis dapat saja dihasilkan satu atau lebih
alternatif pemecahan).
4. Pemilihan / Penetapan alternatif / Pemecahan
5. Pelaksanaan

Menurut International Labour Organization (ILO), langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk
menanggulangi kecelakaan kerja antara lain:

1. Peraturan Perundang-undangan
2. Standarisasi
3. Inspeksi
4. Riset teknis, medis, psikologis, statistik

11
5. Pendidikan dan Pelatihan
6. Persuasi
7. Asuransi

2.5 Analisis Kecelakaan Kerja


Menurut peraturan perundangan, setiap kejadian kecelakaan kerja wajib dilaporkan
kepada Departemen Tenaga Kerja selambat-lambatnya 2 x 24 jam setelah kecelakaan
tersebut terjadi. Kecelakaan kerja yang wajib dilaporkan adalah kecelakaan kerja yang terjadi
di tempat kerja maupun kecelakaan dalam perjalanan yang terkait dengan hubungan kerja.

Tujuan dari kewajiban melaporkan kecelakaan kerja adalah :

 Agar pekerja yang bersangkutan mendapatkan haknya dalam bentuk


jaminan dan tunjangan

 Agar dapat dilakukan penyidikan dan penelitian serta analisis untuk


mencegah terulangnya kecelakaan serupa

Dari hasil laporan kecelakaan kerja, harus dilakukan analisis yang mencakup beberapa hal di
bawah ini:

1. Tujuan
2. Apa yang dianalisis
3. Siapakah petugas analisis
4. Langkah-langkah analisis
5. Cara analisis

Laporan analisis kecelakaan harus dapat menggambarkan hal-hal sbagai berikut :

 Bentuk kecelakaan – tipe cidera pada tubuh

 Anggota badan yang cidera akibat kecelakaan


 Sumber cidera

12
 Tipe kecelakaan – peristiwa yang menyebabkan cidera
 Kondisi berbahaya – kondisi fisik yang menyebabkan kecelakaan
 Penyebab kecelakaan – objek, peralatan, mesin berbahaya
 Sub penyebab kecelakaan – bagian khusus dari mesin, peralatan yang
berbahaya
 Perbuatan tidak aman.

13
BAB III
KELEMBAGAAN K3

3.1 Kelembagaan K3

Kelembagaan K3 merupakan organisasi / badan swasta independent, non pemerintah


yang bergerak di bidang pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3), beranggotakan
perusahaan dan lembaga usaha berbadan hukum di Indonesia. Lembaga K3 yang ada di
Indonesia pada saat ini adalah : P2K3, DK3N dan PJK3.

 P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) adalah suatu lembaga
yang dibentuk di perusahan untuk membantu melaksanakan dan menangani usaha-
usaha keselamatan dan kesehatan kerja yang keanggotaannya terdiri dari unsure
pengusaha dan pekerja.

 DK3N (Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional) adalah suatu lembaga
yang dibentuk untuk membantu memberi saran dan pertimbangan kepada Menteri
tentang usaha-usaha keselamatan dan kesehatan kerja.

 PJK3 (Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatahn Kerja) adalah suatu lembaga
usaha berdasarkan surat keputusan penunjukkan dari Depnakertrans yang bergerak di
bidang jasa keselamatan dan kesehatan kerja yang mempunyai ahli K3 di bidangnya.

3.2 Ruang Lingkup


Meliputi latar belakang kebijakan, dasar hukum, tugas dan fungsi serta prosedur
pembentukan lembaga P2K3, DK3N dan PJK3.

3.3 Tugas Pokok dan Fungsi P2K3 DK3N dan PJK3


1. P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
 Tugas pokok:
Memberikan saran dan pertimbangan kepada pengusaha mengenai K3
 Fungsi:
- menghimpun dan mengolah data tentang K3 di tempat kerja

14
- membantu menuunjukkan dan menjelaskan K3 pada setiap tenaga
kerja
- membantu pengusaha dalam mengevaluasi K3
Persyaratan, Pembentukan dan Penunjukan diatur dalam Peraturan Menaker
No.: Per-04/MEN/1987.

2. DK3N (Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional)


 Tugas pokok:
Memberikan saran dan pertimbangan kepada menteri mengenai K3
 Fungsi:
Menghimpun dan mengolah data K3 di tingkat nasional dan membantu menteri
dalam memasyarakatkan K3.

Persyaratan, Pembentukan dan Penunjukan diatur dalam Peraturan Menaker


No.: Kep. 155/MEN/1994.
3. PJK3 (Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
 Tugas pokok:
Membantu pelaksanaan pemenuhan syarat-syarat K3 sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
 Fungsi:
Melakukan kegiatan yang berhubungan dengan masalah K3.

Persyaratan, Pembentukan dan Penunjukan diatur dalam Peraturan Menaker


No.: Per-04/MEN/1995.

15
BAB IV
PENUTUP
Dalam konteks ketenagakerjaan, keselamatan dan kesehatan kerja merupakan bagian
integral dari sistem perlindungan tenaga kerja yang dalam pelaksanaannya diatur dalam
peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban
pengusaha/pengawas  tempat kerja untuk melaksanakannya dalam upaya menjamin
keselamatan dan kesehatan para pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya.

Disamping itu pelaksanaan K3 akan menekan dan mengurangi tingkat kerugian akibat
kecelakaan kerja sehingga dapat dicapai produksi dan produktivitas yang diinginkan oleh
perusahaan, apalagi saat ini K3 menjadi suatu persyaratan bisnis suatu usaha. Maju
mundurnya suatu usaha juga ditentukan dari pelaksanaan K3 di perusahaan.

16

Anda mungkin juga menyukai