50 KG PERJAM
Disusun Oleh :
Riki Wijaya (18050754032)
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Percancangan sebuah mesin dapat dimulai dari suatu yang sederhana. Misalnya
pengirisan bawang. Semula bawang diiris dengan tangan. Apabila jumlah bawang yang
diiris sedikit maka tidak masalah mengiris secara manual. Namun, apabila jumlah bawang
yang hendak diiris banyak, maka diperlukan tenaga mekanik supaya pengerjaan menjadi
cepat dan efisien, seperti mesin pengiris bawang.
Berdasarkan petunjuk dari dosen pengampu mata kuliah, tahapan yang perlu dilakukan
untuk membuat mesin pengiris bawang yakni sebagai berikut.
1
B. Tujuan
Adapun tujuan dalam perancangan mesin pengiris bawang yakni sebagai beikut.
1. Menghitung daya motor dan memilih motor berdasarkan katalog yang dipilih.
2. Memilih komponen transmisi dan spesifikasinya.
3. Menghitug diameter poros.
4. Menentukan bearing.
5. Membuat gambar detail mesin.
2
BAB II
DATA AWAL PERENCANAAN
2) Mekanisme pengirisan yakni bawang yang berada di dalam silinder wadah ditekan, ke
bawah. Kemudian bawang akan teriris oleh pisau yang berada dalam piringan (disk)
yang berotasi. Piringan pisau ini digerakkan oleh motor. Penggerak utama dalam mesin
ini yakni motor listrik AC. Daya motor listrik yang keluar ditransmisikan oleh sistem
transmisi sehingga outputya yakni putaran piringan pisau.
6) Transmisi mesin direncanakan menggunakan V-Belt dan Pulley jika rasio kurang dari
1:20 serta menggunakan gear dan rantai jika perbandingan transmisi ≥ 1:20.
3
B. Simulasi Pengirisan Bawang
Simulasi pengrisan bawang ini bertujuan untuk mendapatkan berat yang dibutuhkan
dalam mengiris bawang. Caranya dengan menali mati tali pada pulley, kemudian
menggulung tali pada pulley, serta menarik ujung tali yang bebas dengan menggunakan
timbangan digital removeable sehingga didapatkan data berupa gaya tarik (gram force atau
kilogram force).
Dari proses simulasi di atas, dari 17 kali uji simulasi didapatkan nilai gaya tarik terbesar
sebagai berikut:
No. Gaya tarik Jari-jari Sudut(°) Lengan (mm) lebar bawang
(kgf) (mm) (mm)
1 1,25 245 45 245 × 𝑐𝑜𝑠45° 18
= 174
Tabel 1. Nilai gaya iris bawang terbesar hasil pengukuran simulasi
Dari data yang ditulis di atas nilai gaya tarik yang diambil adalah nilai yang terbesar yaitu
1250 gram force.
C. Batasan Dalam Perancangan
Batasan dalam perancagan mesin Si Risna sebagai berikut.
1) Tidak menghitung kekuatan rangka yang digunakan.
2) Rangka menyesuaikan dengan hasil perhitungan perancangan dan diasumsikan mampu
menompang seluruh komponen yang terpasang.
4
BAB III
PERHITUNGAN DAYA DAN PEMILIHAN MOTOR PENGGERAK
A. Menghitung Torsi
Gaya merupakan komponen data yang digunakan dalam menentukan torsi. Pada data awal didapat
nilai gaya tarik (massa) kemudian dikonfersikan ke satuan SI, harus menjadi satuan newton (N).
Persamaan :
𝐹=𝑚×𝑔 (Robert L.Mott, 2009:26)
Keterangan:
F = gaya pengirisan dalam newton (N)
m = massa untuk mengiris dalam (kgf)
g = percepatan gravitasi Bumi (9,81 m/s2)
1. Menghitung nilai tekanan pengirisan
𝐹
𝑝=
𝐴
2,25 𝑁
𝑃𝑝𝑒𝑛𝑔𝑖𝑟𝑖𝑠𝑎𝑛 =
2 𝑚𝑚 × 18 𝑚𝑚
Pada perencanaan ini, lebar permukaan yang diiris adalah 54 mm (diameter silinder hoper).
Dengan memperhatikan tekanan pengirisan sama terhadapa semua bawang, dan asumsi silinder terisi
penuh oleh bawang, maka gaya yang diperlukan untuk mengiris bawang di dalam siliner adalah
sebagai berikut.
𝐹
𝑃𝑝𝑒𝑛𝑔𝑖𝑟𝑖𝑠𝑎𝑛 =
𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 × 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑖𝑙𝑖𝑛𝑑𝑒𝑟
5
Setelah didapatkan nilai Gaya pengirisan bawang (F), selanjutnya bisa didapatkan nilai
Torsi dengan persamaan di bawah ini:
𝑇 =𝐹×𝑟
1𝑚
𝑇𝑝𝑒𝑛𝑔𝑖𝑟𝑖𝑠𝑎𝑛 = 6,75 × 174 𝑚𝑚 ×
1000 𝑚𝑚
𝑇𝑝𝑒𝑛𝑔𝑖𝑟𝑖𝑠𝑎𝑛 = 1,1745 𝑁. 𝑚 ≈ 1,2 𝑁. 𝑚
Asumsi:
1. Tidak ada jeda karena pengirisan berlangsung kontiyu. Sehingga dalam waktu yang
dibutuhkan untuk mengiris 50 kg bawang tidak berubah dan nilainya tetap, yakni 1 jam =
60 menit.
2. Berdasarkan hasil observasi di pasar, data spesifikasi silinder yang direncanakan sebagai
berikut.
Tinggi 220 mm
6
Jumlah putaran yang dibutuhkan untuk mengiris bawang setinggi 220 mm adalah
220 𝑚𝑚
= = 55 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛
4 𝑚𝑚/𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛
Kapasitas mesin yang direncanakan 50 kg per jam, maka jumlah total putaran dengan
massa 50 kg adalah
50 𝑘𝑔 1000 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 55 × ×
325 𝑔𝑟𝑎𝑚 1 𝑘𝑔
= 8462 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 1 𝑗𝑎𝑚
Keterangan:
𝑇 = torsi (Nm)
P = daya (watt)
n = kecepatan rotasi (kecepatan putar disk/cakram, rad/s)
Karena satuan putaran (n) dalam rpm dan daya (P) dalam kW, sehingga:
2𝜋×𝑛×𝑇𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎
𝑃= (Robert L.Mott, 2009: 94 dan Sularso, 2002: 7)
60×1000
Keterangan:
P = daya yang mekanis tanpa efisiensi (kW)
n = putaran disk / pisau pengirisan (rpm)
7
1. Perhitungan daya rencana
2𝜋 × 𝑛 × 𝑇𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎
𝑃𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 =
60
2𝜋 × 142 × 1,2
𝑃𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 =( ) 𝑤𝑎𝑡𝑡
60
𝑃𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 = 17,83 𝑤𝑎𝑡𝑡
𝑃𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎
𝑃 = 𝑓𝑐 ×
𝑒𝑓𝑓 (%)
17,83 𝑤𝑎𝑡𝑡
𝑃 =2×
91,4 % × 75 %
8
D. Pemilihan motor
Pada katalog motor merk HITACHI tersebut, penulis menentuan motor listrik yang
digunakan dalam perencanaan ini adalah motor listrik dengan daya output 0,1 kW karena 0,1 Kw
> 0,052 kW (baik).
Jadi spesifikasi motor yang digunakan menurut table diatas adalah :
𝑛𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 = 1.450 rpm
𝑃𝑜𝑢t𝑝𝑢𝑡 𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 = 0,1 𝑘𝑊 > 𝑃𝑚𝑒𝑘𝑎𝑛𝑖𝑠 0,052 𝑘𝑊 (Baik untuk digunakan).
9
BAB IV
PEHITUNGAN DAN PENENTUAN KOMPONEN TRANSMISI
Dari spesifikasi yang dimiliki motor listrik yang ada dipasaran, kita dapat mengetahui bahwa
kecepatan putaran yang dimiliki motor listrik sebesar 1.450 rpm dengan daya output 𝑃𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟
= 100 𝑤𝑎𝑡𝑡, dan dari perhitungan kecepatan putaran rencana yang dibutuhkan untuk mengiris 50 kg
bawang dengan waktu 1 jam adalah 142 rpm dengan daya rencana 𝑃𝑚𝑒𝑘𝑎𝑛𝑖𝑠 0,052 𝑘𝑊.
Setelah memilih motor dan daya output motor, maka langkah selanjutnya menghitung kebutuhan
transmisi dan menentukan komponen-kompnennya.
1
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 = 10; karena nilai rasio ini penulis memilih transmisi menggunakan pulley dan V-
belt. Karena jumlah perbandingan yang besar untuk sistem transmisi pulley dan v- belt,
maka jumlah tranmisi yang digunakan berubah dari perencanaan awal. Penulis memilih
menggunakan dua transmisi, yakni transmisi 1 dengan 𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 1 dan transmisi 2
dengan 𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 2. Penentuan nilai rasio masing-masing transmisi yakni,
1 1 3
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 = = ×
10 3 10
1
→ 𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 1 =
3
3
→ 𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 2 =
10
10
2. Menentukan ukuran pulley
Berdasarkan dengan rasio transmisi didapatkan perbandingan rpm masing-masing
transmisi dan motor adalah
𝑛𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 = 1450 𝑟𝑝𝑚
1
𝑛𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 1 = × 1450 𝑟𝑝𝑚 = 483,333 𝑟𝑝𝑚
3
𝑛𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 2 = 145 𝑟𝑝𝑚
Menentukan jenis sabuk-V yang digunakan berdasarkan Daya rencana (dalam hal
ini adalah daya motor 𝑃𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟) 0,18 kW dan putaran tertinggi pada motor 1.350 rpm.
Menurut grafik halaman 274 pada buku Robert L. Mott 2004 menganjurkan untuk
menggunakan sabuk-V tipe V-3V.
11
Berdasarkan data diameter pulley yang ada pada merk CPT, maka diameter pulley yang dipilih
sesuai dengan perbandingan yakni, 𝑑11 = 2 𝑖𝑛; 𝑑12 = 6 𝑖𝑛; 𝑑21 = 2,1 𝑖𝑛; dan 𝑑22 = 7 𝑖𝑛
12
B. Menentukan spesifikasi transmisi 1
Setelah menentukan jenis dan ukuran pulley, lalu menentukan sabuk bisa ditentukan dengan
perhitungan sebagai berikut.
1. Jarak antara dua sumbu poros (C) Transmisi 1
Dengan acuan berikut: 𝐷𝑝 < 𝐶 < 3(𝐷𝑝 + 𝑑𝑝) (Robert L. Mott 2004, 273)
25,4 𝑚𝑚
𝑑𝑝 = 2 𝑖𝑛 × = 50,8 𝑚𝑚
1 𝑖𝑛
25,4 𝑚𝑚
𝑑𝑝 = 6 𝑖𝑛 × = 152,4 𝑚𝑚
1 𝑖𝑛
(152,4 − 50,8)2
𝐿1 = 2(265) + 1,75(152,4 + 50,8) +
4(265)
10322,6
𝐿1 = 530 + 355,6 +
1060
𝐿1 = 895,34 𝑚𝑚 ≈ 35,25 𝑖𝑛
Pada tabel katalog v-belt MITSUBOSHI tersedia ukuran paling mendekati 35,25 𝑖𝑛
adalah 36 𝑖𝑛 = 914,4 𝑚𝑚, sehingga nilai B adalah
𝐵 = 4𝐿 − 6,28(𝐷𝑝 + 𝑑𝑝 ) (Robert L. Mott 2004:270 dan Sularso 2002:170)
𝐵1 = 4(914,4) − 6,28(152,4 + 50,8)
𝐵1 = 3657,6 − 1276,096
𝐵1 = 2.381,5 𝑚𝑚 ≈ 2382 𝑚𝑚
13
2382 + √5.673.924 − 330.323,2
𝐶1 =
16
2382 + √5.343.600.8
𝐶1 =
16
2328 + 2311,62
𝐶1 =
16
𝐶1 = 289,98 𝑚𝑚 ≈ 290 𝑚𝑚
25,4 𝑚𝑚
𝑑𝑝 = 7 𝑖𝑛 × = 177,8 𝑚𝑚
1 𝑖𝑛
(177,8 − 53,34)2
𝐿2 = 2(280) + 1,75(177,8 + 53,34) +
4(280)
15490,29
𝐿2 = 560 + 404,5 +
1120
𝐿2 = 978,33 𝑚𝑚 ≈ 38,52 𝑖𝑛
Pada tabel katalog v-belt MITSUBOSHI tersedia ukuran paling mendekati 38,52 𝑖𝑛
adalah 39 𝑖𝑛 = 990,6 𝑚𝑚, sehingga nilai B adalah
𝐵 = 4𝐿 − 6,28(𝐷𝑝 + 𝑑𝑝 ) (Robert L. Mott 2004:270 dan Sularso 2002:170)
𝐵2 = 4(990,6) − 6,28(177,8 + 53,34)
𝐵2 = 3962,4 − 1450.56
𝐵2 = 2.510,84 𝑚𝑚 ≈ 2511 𝑚𝑚
14
Menghitung nilai C yang sesungguhnya
15
Faktor batas kelelahan punter 𝑆𝑓1 = 6
Faktor pengaruh konsentrasi tegangan dan kekasaran permukaan 𝑆𝑓2 = 2 (dengan alur
pasak)
Faktor koreksi momen punter Kt = 1,5 (untuk beban kejutan dan tumbukan)
Faktor lenturan Cb = 2 (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997:8)
Maka tegangan geser yang direncanakan 𝜏𝑎 adalah
𝜎𝐵
𝜏𝑎 = (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997:7)
𝑠𝑓1 × 𝑠𝑓2
63,271 𝑘𝑔⁄𝑚𝑚2
𝜏𝑎 =
6×2
𝜏𝑎 = 5,2726 𝑘𝑔⁄𝑚𝑚2
16
Keterangan:
vb = kecepatan sabuk yang diijinkan < 4000 ft/mnt (= 20 m/s)
dp = diameter puli penggerak di motor(m)
n1 = putaran motor (rpm)
Didapatkan nilai sebagai berikut:
𝑑𝑝 × 𝜋 × 𝑛𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟
𝑣𝑏 =
60
50,8 𝑚𝑚 × 𝜋 × 1450 𝑟𝑝𝑚
𝑣𝑏 =
60
𝑚𝑚 1𝑚
𝑣𝑏 = 3.854.873 × ≈ 3,855 𝑚⁄𝑠
𝑠 1000 𝑚𝑚
Ternyata vb < 20 m/s, baik.
6. Menghitung n (terpasang)
1
𝑛22 = 1450 𝑟𝑝𝑚 × 𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 1450 𝑟𝑝𝑚 ×
10
19
𝑛22 = 145 𝑟𝑝𝑚
Hasil perhitungan n sudah memenuhi target kebutuhan putaran 145 𝑟𝑝𝑚 >
142 𝑟𝑝𝑚.
D. Spesifikasi transmisi
Sehingga didapatkan spesifikasi transmisi yaitu
Transmisi 1:
Diameter pulley : 2 in dan 6 in
Belt : Merk Mitsuboshi A-36
Keliling belt : 36 in
Jarak antar poros : 290 mm
20
Transmisi 2:
Diameter pulley : 2,1 in dan 7 in
Belt : Merk Mitsuboshi A-39
Keliling belt : 39 in
Jarak antar poros : 308 mm
21
BAB V
PERHITUNGAN DIAMETER POROS DAN PEMILIHAN JENIS BEARING
Size factors C𝑆 = 0,75 (𝑒𝑠𝑡𝑖𝑚𝑎𝑠𝑖) (Robert L. Moot, 2004:548 & Figure 5-9)
Aprocimate reliabilitty factors C𝑅, 𝑑𝑖𝑠𝑒𝑟𝑒𝑑 𝑟𝑒𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 = 0,99 → C𝑅 = 0,81
(Robert L. Moot, 2004:548 & Figure 5-8)
For preliminary, we will apply K𝑡 = 3,0 to the bending stress at a retaining ring groove
to account fo the rather sharp fillet radii (Robert L. Moot, 2004:543).
Design factors 𝑁 = 2,0 (Robert L. Moot, 2004:546)
Yield ponts strenght 𝑠𝑦, 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐴𝐼𝑆𝐼 1040 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑒𝑟 𝐹 = 1000 𝑚𝑒𝑚𝑝𝑢𝑛𝑦𝑎𝑖 𝑠𝑦 =
82.000 𝑝𝑠𝑖 (Robert L. Moot, 2004:Figure A4-1).
22
Gambar 15. Perencanaan bagian-bagian dan arah pada poros 1
1. Mencari estimated actual endurance strength
𝑠𝑛′ = 𝐶𝑅 × 𝐶𝑆 × 𝑆𝑛
𝑠𝑛′ = 0,90 × 0,73 × (4,5 × 104 ) 𝑝𝑠𝑖
𝑠𝑛′ = 2,9565 × 104 𝑝𝑠𝑖 →= 2,9565 × 104 𝑙𝑏𝑓/𝑖𝑛2
𝑃 × 60.000
𝑇=
2𝜋 × 𝑛
Menvari Ttransmisi 1
23
0,1 𝐾𝑤 × 60.000
𝑇𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 1 =
2𝜋 × 483,33 𝑟𝑝𝑚
1 𝑙𝑏𝑓 1 𝑖𝑛
𝑇𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 1 = 1,98 𝑁. 𝑚 × ×
4,45 𝑁 0,0254 𝑚
Keterangan:
𝑇 = torsi yang ditransmisikan (lb.in)
MA = momen lengkung poros (lb.in)
r = jarak gaya dengan sumbu momen (in)
𝐷𝑝 = diameter pulley yang digunakan (in)
Sehingga gaya bending pada titik A adalah
1,5 × 𝑇𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 1
𝐹𝐵𝐴 =
𝐷𝑝12
2
1,5 × 17,52 𝑙𝑏𝑓. 𝑖𝑛
𝐹𝐵𝐴 =
6 𝑖𝑛⁄2
𝐹𝐵𝐴 = 8,76 𝑙𝑏𝑓
Kemudian kita uraikan gaya 𝐹𝐵𝐴 pada sumbu y dan x
𝐹𝐵𝐴𝑥 = 𝐹𝐵𝐴 × cos 180 °
𝐹𝐵𝐴𝑥 = 8,76 𝑙𝑏𝑓 × (−1)
𝐹𝐵𝐴𝑥 = −8,76 𝑙𝑏𝑓
dan
𝐹𝐵𝐴𝑦 = 𝐹𝐵𝐴 × sin 180 °
24
1,5 × 𝑇12
𝐹𝐵𝐷 =
𝐷𝑝21 ⁄2
1,5 × 17,52 𝑙𝑏𝑓. 𝑖𝑛
𝐹𝐵𝐷 =
2,1 𝑖𝑛⁄2
𝐹𝐵𝐷 = 25.03 𝑙𝑏𝑓
Kemudian kita uraikan gaya 𝐹BD pada sumbu y dan x
𝐹𝐵𝐷𝑥 = 𝐹𝐵𝐷 × cos 90 °
𝐹𝐵𝐷𝑥 = 25.03 𝑙𝑏𝑓 × 0
𝐹𝐵𝐷𝑥 = 0 𝑙𝑏𝑓
dan
𝐹𝐵𝐷𝑦 = 𝐹𝐵𝐷 × sin 80 °
25
Mencari gaya 𝑅𝐶𝑥
∑ 𝐹𝑥 = 0
−𝐹𝐵𝐴𝑥 + 𝑅𝐵𝑥 − 𝑅𝐶𝑥 + 𝐹𝐵𝐷𝑥 = 0
𝑅𝐶𝑥 =𝑅𝐵𝑥 + 𝐹𝐵𝐷𝑥 − 𝐹𝐵𝐴𝑥
𝑅𝐶𝑥 = 17,52 𝑙𝑏𝑓 + 0 𝑙𝑏𝑓 − 8,76 𝑙𝑏𝑓
𝑅𝐶𝑥 = 8,76 𝑙𝑏𝑓
26
Momen total di titik B adalah
2 2
𝑀𝐵 = √𝑀𝐵𝑥 + 𝑀𝐵𝑦
𝑀𝐵 = √(−26,28)2 + (0)2
𝑀𝐵 = 26,28 𝑙𝑏𝑓. 𝑖𝑛
2 + 𝑀2
𝑀𝑐 = √𝑀𝑐𝑥 𝑐𝑦
𝑀𝑐 = √(0)2 + (62,58)2
𝑀𝑐 = 62,58 𝑙𝑏𝑓. 𝑖𝑛
27
4. Menghitung diameter poros
Menghitung diameter poros dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
1⁄
3
2 2
32𝑁 𝐾𝑡 × 𝑀 3 𝑇
𝐷=[ × √( ) + ( ) ]
𝜋 𝑆𝑛′ 4 𝑠𝑦
Ketrangan:
D = diameter poros yang dihitung (Inch)
N = faktor rancangan
Kt = fakor koreksi mmen puntir
M = momen lengkung (lbf.in)
Sn’ = tegangan Tarik (psi)
T = torsi yang diteruskan (lbf.in)
Sy = tegangan luluh (psi)
a. Menghitung diameter poros pada titik A 𝑫𝟏 yang mencakup daerah dari Titik A
sampai ke ujung kiri bawah. 𝐷1 merupakan daerah ujung bebas dari poros sehingga
tidak terkena momen punter (M=0). Daerah juga dibentuk pasak supaya pulley dapat
dipasang.
1⁄
3
2 2
32𝑁 𝐾𝑡 × 𝑀 3 𝑇
𝐷1 = [ × √( ) + ( ) ]
𝜋 𝑆𝑛′ 4 𝑠𝑦
1⁄
3
2
32𝑁 3 𝑇𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 1
𝐷1 = [ ×√ ( ) ]
𝜋 4 𝑠𝑦
1⁄
3
2
32 × 2 3 17,52 𝑙𝑏𝑓. 𝑖𝑛
𝐷1 = [ ×√ ( ) ]
𝜋 4 82.000 𝑙𝑏𝑓 ⁄𝑖𝑛2
1⁄
64 3
𝐷1 = [ × √0,00000003424]
𝜋
1⁄
𝐷1 = [0,00377] 3
𝐷1 = 0,1556 𝑖𝑛
Kemudian nilai D1 pada alur dinaikan 6 % (Robert L. Mott, 2009:521) Sehingga,
28
6%
𝐷1 = 0,1556 𝑖𝑛 + (0,1556 𝑖𝑛 × )
100%
𝐷1 = 0,164936 𝑖𝑛
b. Menghitung diameter poros 𝑫𝟐 yang mencakup gari antara titik B sampai titik A, lebih
tepatnya antara pulley dan bearing serta berbentuk well-rounded fillet (Kt = 1,5),
sedangkan 𝐷3 mencakup daerah tempat duduk bearing yang berbentuk sharp fillet (𝐾𝑡
= 2,5) supaya tempat duduk bearing dapat dengan mudah didorong ke posisi
terakhirnya. 𝐷2 dapat dihitung dengan nilai Kt = 1,5.
1⁄
3
2 2
32𝑁 𝐾𝑡 × 𝑀𝐵 3 𝑇𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 1
𝐷2 = [ × √( ′
) + ( ) ]
𝜋 𝑆𝑛 4 𝑠𝑦
1⁄
3
2 2
32 × 2 1,5 × 26,28 𝑙𝑏𝑓. 𝑖𝑛 3 17,52 𝑙𝑏𝑓. 𝑖𝑛
𝐷2 = [ × √( ) + ( ) ]
𝜋 29.565 𝑙𝑏𝑓 ⁄𝑖𝑛2 4 82.000 𝑙𝑏𝑓 ⁄𝑖𝑛2
1⁄
64 3
𝐷2 = [ × √0,000001777 + 0,00000003424]
𝜋
1⁄
64 3
𝐷2 = [ × √0,000001812]
𝜋
1⁄
64 3
𝐷2 = [ × 0,001346]
𝜋
1⁄
𝐷2 = [0,02743] 3
𝐷2 = 0.3016 𝑖𝑛
Sedangkan untuk 𝐷3 menggunakan Kt = 2,5
1⁄
3
2 2
32𝑁 𝐾𝑡 × 𝑀𝐵 3 𝑇𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 1
𝐷3 = [ × √( ′
) + ( ) ]
𝜋 𝑆𝑛 4 𝑠𝑦
1⁄
3
2 2
32 × 2 2,5 × 26,28 𝑙𝑏𝑓. 𝑖𝑛 3 17,52 𝑙𝑏𝑓. 𝑖𝑛
𝐷3 = [ × √( ) + ( ) ]
𝜋 29.565 𝑙𝑏𝑓 ⁄𝑖𝑛2 4 82.000 𝑙𝑏𝑓 ⁄𝑖𝑛2
1⁄
64 3
𝐷3 = [ × √0,000004938 + 0,00000003424]
𝜋
29
1⁄
64 3
𝐷3 = [ × √0,00000497224]
𝜋
1⁄
64 3
𝐷3 = [ × 0,00223]
𝜋
1⁄
𝐷3 = [0,04545] 3
𝐷3 = 0.3569 𝑖𝑛
c. Menghitung diameter poros 𝑫𝟒 yang mencakup daerah antara bearing dengan bearing
dan berbentuk well-rounded fillet (direncankan champer filet, Kt = 2,0), sedangkan 𝐷5
mencakup daerah titik C ke atas yang berbentuk sharp fillet (𝐾𝑡=2,5) supaya tempat
duduk bearing dapat dengan mudah didorong ke posisi terakhirnya. Perhitungannya
sebagai berikut.
1⁄
3
2 2
32𝑁 𝐾𝑡 × 𝑀𝐵 3 𝑇𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 1
𝐷4 = [ × √( ) + ( ) ]
𝜋 𝑆𝑛′ 4 𝑠𝑦
1⁄
3
2 2
32 × 2 2,0 × 62.58 𝑙𝑏𝑓. 𝑖𝑛 3 17,52 𝑙𝑏𝑓. 𝑖𝑛
𝐷4 = [ × √( 2
) + ( ) ]
𝜋 29.565 𝑙𝑏𝑓 ⁄𝑖𝑛 4 82.000 𝑙𝑏𝑓 ⁄𝑖𝑛2
1⁄
64 3
𝐷4 = [ × √0,00001792 + 0,00000003424]
𝜋
1⁄
64 3
𝐷4 = [ × √0,00001795]
𝜋
1⁄
64 3
𝐷4 = [ × 0,0042367]
𝜋
1⁄
𝐷4 = [0,086353] 3
𝐷4 = 0.442 𝑖𝑛
Sedangkan untuk 𝐷5
1⁄
3
2 2
32𝑁 𝐾𝑡 × 𝑀𝐵 3 𝑇𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 1
𝐷5 = [ × √( ) + ( ) ]
𝜋 𝑆𝑛′ 4 𝑠𝑦
30
1⁄
3
2 2
32 × 2 2,5 × 62.58 𝑙𝑏𝑓. 𝑖𝑛 3 17,52 𝑙𝑏𝑓. 𝑖𝑛
𝐷5 = [ × √( 2
) + ( ) ]
𝜋 29.565 𝑙𝑏𝑓 ⁄𝑖𝑛 4 82.000 𝑙𝑏𝑓 ⁄𝑖𝑛2
1⁄
64 3
𝐷5 = [ × √0,00002801 + 0,00000003424]
𝜋
1⁄
64 3
𝐷5 = [ × 0,0052957]
𝜋
1⁄
𝐷5 = [0,108] 3
𝐷5 = 0.476 𝑖𝑛
d. Menghitung diameter poros 𝑫𝟔 yang mencakup daerah dari antara bearing dan pulley
21 dan berbentuk well-rounded fillet dan momen yang diggunakan menggunakan 𝑀𝑐,
sedangkan 𝑫𝟕 merupakan daerah dudukan pulley 21 sampai ke ujung serta nilai
diameternya sama dengan 𝑫𝟏, sehingga 𝐷7 = 0,164936 𝑖𝑛.
1⁄
3
2 2
32𝑁 𝐾𝑡 × 𝑀𝐵 3 𝑇𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 1
𝐷6 = [ × √( ′
) + ( ) ]
𝜋 𝑆𝑛 4 𝑠𝑦
1⁄
3
2 2
32 × 2 1,5 × 62.58 𝑙𝑏𝑓. 𝑖𝑛 3 17,52 𝑙𝑏𝑓. 𝑖𝑛
𝐷6 = [ × √( ) + ( ) ]
𝜋 29.565 𝑙𝑏𝑓 ⁄𝑖𝑛2 4 82.000 𝑙𝑏𝑓 ⁄𝑖𝑛2
1⁄
64 3
𝐷6 = [ × √0,00001008 + 0,00000003424]
𝜋
1⁄
64 3
𝐷6 = [ × 0,0031803]
𝜋
1⁄
𝐷6 = [0,0648] 3
𝐷6 = 0.4017 𝑖𝑛
Nomor Diameter Pasangan Diameter yang
Diameter Minimal (Inch) ditetapkan (Inch)
D1 0,165 Pulley 12 3/4
D2 0,3016 Tidak ada 3/4
D3 0,3569 Bearing 0,7874 (20 mm)
D4 0,442 Tidak ada 0,7874
31
D5 0,476 Bearing 0,7874
D6 0,4017 Tidak ada 3/4
D7 0,165 Pulley 21 5/8
Size factors C𝑆 = 0,75 (𝑒𝑠𝑡𝑖𝑚𝑎𝑠𝑖) (Robert L. Moot, 2004:548 & Figure 5-9)
Aprocimate reliabilitty factors C𝑅, 𝑑𝑖𝑠𝑒𝑟𝑒𝑑 𝑟𝑒𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 = 0,99 → C𝑅 = 0,81 (Robert L.
Moot, 2004:548 & Figure 5-8)
For preliminary, we will apply K𝑡 = 3,0 to the bending stress at a retaining ring
grooveto account fo the rather sharp fillet radii (Robert L. Moot, 2004:543).
Design factors 𝑁 = 2,0 (Robert L. Moot, 2004:546)
Yield ponts strenght 𝑠𝑦, 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐴𝐼𝑆𝐼 1040 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑒𝑟 𝐹 =
1000 𝑚𝑒𝑚𝑝𝑢𝑛𝑦𝑎𝑖 𝑠𝑦 = 82.000 𝑝𝑠𝑖 (Robert L. Moot, 2004:Figure A4-1).
32
1. Mencari estimated actual endurance strength
𝑠𝑛′ = 𝐶𝑅 × 𝐶𝑆 × 𝑆𝑛
𝑠𝑛′ = 0,81 × 0,75 × (4,5 × 104 ) 𝑝𝑠𝑖
𝑠𝑛′ = 27.337,5 𝑝𝑠𝑖 →= 2,7 × 104 𝑙𝑏𝑓/𝑖𝑛2
𝑃 × 60.000
𝑇=
2𝜋 × 𝑛
Mencari Ttransmisi 2
𝑃𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 1 × 60.000
𝑇𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 2 =
2𝜋 × 𝑛𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 2
33
0,1 𝐾𝑤 × 60.000
𝑇𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 2 =
2𝜋 × 145 𝑟𝑝𝑚
1 𝑙𝑏𝑓 1 𝑖𝑛
𝑇𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 2 = 6,59 𝑁. 𝑚 × ×
4,45 𝑁 0,0254 𝑚
Keterangan:
𝑇 = torsi yang ditransmisikan (lb.in)
MA = momen lengkung poros (lb.in)
r = jarak gaya dengan sumbu momen (in)
𝐷𝑝 = diameter pulley yang digunakan (in)
Sehingga gaya bending pada titik A adalah
1,5 × 𝑇𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 1
𝐹𝐵𝐿 =
𝐷𝑝 12 ⁄2
1,5 × 58,303 𝑙𝑏𝑓. 𝑖𝑛
𝐹𝐵𝐿 =
7 𝑖𝑛⁄2
𝐹𝐵𝐿 = 24,987 𝑙𝑏𝑓
Kemudian kita uraikan gaya 𝐹𝐵L pada sumbu y dan x
𝐹𝐵𝐿𝑥 = 𝐹𝐵𝐿 × cos 90 °
𝐹𝐵𝐿𝑥 = 24,987 𝑙𝑏𝑓 × 0
𝐹𝐵𝐿𝑥 = 0 𝑙𝑏𝑓
dan
𝐹𝐵𝐿𝑦 = 𝐹𝐵𝐿 × sin 90 °
35
Momen total di titik L adalah
𝑀𝐿 = 𝑀𝐿𝑦
𝑀𝐿 = 37,4805 𝑙𝑏𝑓. 𝑖𝑛
Ketrangan:
D = diameter poros yang dihitung (Inch)
N = faktor rancangan
Kt = fakor koreksi mmen puntir
M = momen lengkung (lbf.in)
Sn’ = tegangan Tarik (psi)
T = torsi yang diteruskan (lbf.in)
Sy = tegangan luluh (psi)
a. Menghitung diameter poros pada titik K 𝑫𝟏𝟏 yang mencakup daerah dudukan bearing
sampai ke ujung bawah. 𝐷11 merupakan daerah ujung bebas dari poros sehingga tidak
terkena momen punter (M=0). Daerah juga dibentuk pasak supaya pulley dapat
dipasang.
36
1⁄
3
2 2
32𝑁 𝐾𝑡 × 𝑀 3 𝑇
𝐷11 = [ × √( ′
) + ( ) ]
𝜋 𝑆𝑛 4 𝑠𝑦
1⁄
3
2
32𝑁 3 𝑇𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 2
𝐷11 = [ ×√ ( ) ]
𝜋 4 𝑠𝑦
1⁄
3
2
32 × 2 3 58,303 𝑙𝑏𝑓. 𝑖𝑛
𝐷11 = [ ×√ ( ) ]
𝜋 4 82.000 𝑙𝑏𝑓 ⁄𝑖𝑛2
1⁄
64 3
𝐷11 = [ × √0,00000037914]
𝜋
1⁄
𝐷11 = [0,01255] 3
𝐷11 = 0,2324 𝑖𝑛
Kemudian nilai D1 pada alur dinaikan 6 % (Robert L. Mott, 2009:521) Sehingga,
6%
𝐷11 = 0,2324 𝑖𝑛 + (0,2324 𝑖𝑛 × )
100%
𝐷11 = 0,2338 𝑖𝑛
b. Menghitung diameter poros 𝑫𝟏𝟐 yang mencakup daerah dari ujung bearing menuju ke
pulley 22 dan berbentuk well-rounded fillet (𝐾𝑡=1,5), sedangkan 𝐷13 mencakup
daerah dudukan pulley yang berbentuk sharp fillet (𝐾𝑡=2,5) supaya tempat duduk
bearing dapat dengan mudah didorong ke posisi terakhirnya. Tempat duduk bearing ini
direncakan mempunyai alur. 𝐷12 dapat dihitung sebagai berikut.
1⁄
3
2 2
32𝑁 𝐾𝑡 × 𝑀𝐿 3 𝑇𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 2
𝐷12 = [ × √( ) + ( ) ]
𝜋 𝑆𝑛′ 4 𝑠𝑦
1⁄
3
2 2
32 × 2 1,5 × 37,4805 𝑙𝑏𝑓. 𝑖𝑛 3 58,303 𝑙𝑏𝑓. 𝑖𝑛
𝐷12 = [ × √( 2
) + ( ) ]
𝜋 29.565 𝑙𝑏𝑓 ⁄𝑖𝑛 4 82.000 𝑙𝑏𝑓 ⁄𝑖𝑛2
1⁄
64 3
𝐷12 = [ × √0,000003618 + 0,000000505521]
𝜋
1⁄
64 3
𝐷12 = [ × √0,0000041235]
𝜋
37
1⁄
64 3
𝐷12 = [ × 0,002031]
𝜋
1⁄
𝐷12 = [0,0414] 3
𝐷12 = 0.346 𝑖𝑛
Sedangkan untuk 𝐷13 menggunakan Kt = 2,5
1⁄
3
2 2
32𝑁 𝐾𝑡 × 𝑀𝐿 3 𝑇𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 2
𝐷13 = [ × √( ′
) + ( ) ]
𝜋 𝑆𝑛 4 𝑠𝑦
1⁄
3
2 2
32 × 2 2,5 × 37,4805 𝑙𝑏𝑓. 𝑖𝑛 3 58,303 𝑙𝑏𝑓. 𝑖𝑛
𝐷13 = [ × √( ) + ( ) ]
𝜋 29.565 𝑙𝑏𝑓 ⁄𝑖𝑛2 4 82.000 𝑙𝑏𝑓 ⁄𝑖𝑛2
1⁄
64 3
𝐷13 = [ × √0,000010043 + 0,000000505521]
𝜋
1⁄
64 3
𝐷13 = [ × √0,00001055]
𝜋
1⁄
64 3
𝐷13 = [ × 0,003248]
𝜋
1⁄
𝐷13 = [0,0662] 3
𝐷13 = 0,4045 𝑖𝑛
Kemudian kita tambahkan 6% nilainya karena tempat dudukan pulley 22 ini
mempunyai alur. (Robert L. Mott, 2009:521)
6%
𝐷13 = 0,4045 𝑖𝑛 + (0,4045 𝑖𝑛 × )
100%
𝐷13 = 0,42877 𝑖𝑛
c. Menghitung diameter poros 𝑫𝟏𝟒 yang mencakup daerah dari pulley 22 sampai bearing
diatasnya dan berbentuk well-rounded fillet (direncankan champer filet, Kt = 2,0),
sedangkan 𝐷5 mencakup daerah dudukan bearing yang berbentuk sharp fillet (𝐾𝑡=2,5)
supaya tempat duduk bearing dapat dengan mudah didorong ke posisi terakhirnya.
Momen 𝑀𝑀=0. Perhitungannya sebagai berikut.
38
1⁄
3
2 2
32𝑁 𝐾𝑡 × 𝑀𝑀 3 𝑇𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 2
𝐷14 = [ × √( ′
) + ( ) ]
𝜋 𝑆𝑛 4 𝑠𝑦
1⁄
3
2 2
32 × 2 2,0 × 0 𝑙𝑏𝑓. 𝑖𝑛 3 58,303 𝑙𝑏𝑓. 𝑖𝑛
𝐷14 = [ × √( ) + ( ) ]
𝜋 29.565 𝑙𝑏𝑓 ⁄𝑖𝑛2 4 82.000 𝑙𝑏𝑓 ⁄𝑖𝑛2
1⁄
64 3
𝐷14 = [ × √0,00000037914]
𝜋
1⁄
𝐷14 = [0,01255] 3
𝐷14 = 0,2324 𝑖𝑛
Sedangkan untuk 𝐷5
1⁄
3
2 2
32𝑁 𝐾𝑡 × 𝑀𝑀 3 𝑇𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 1
𝐷15 = [ × √( ′
) + ( ) ]
𝜋 𝑆𝑛 4 𝑠𝑦
1⁄
3
2 2
32 × 2 2,5 × 62.58 𝑙𝑏𝑓. 𝑖𝑛 3 17,52 𝑙𝑏𝑓. 𝑖𝑛
𝐷15 = [ × √( ) + ( ) ]
𝜋 29.565 𝑙𝑏𝑓 ⁄𝑖𝑛2 4 82.000 𝑙𝑏𝑓 ⁄𝑖𝑛2
1⁄
64 3
𝐷14 = [ × √0,00000037914]
𝜋
1⁄
𝐷14 = [0,01255] 3
𝐷14 = 0,2324 𝑖𝑛
d. Menghitung diameter poros 𝑫𝟏𝟔 yang mencakup daerah dari bearing sampai disk saw
dan berbentuk well-rounded fillet dan momen yang diggunakan menggunakan 𝑀𝑀 = 0,
sedangkan keadaan 𝑫𝟏𝟕 sama dengan 𝑫𝟏𝟏, sehingga 𝐷7 = 0,28085 𝑖𝑛.𝐷7 =
0,164936 𝑖𝑛.
1⁄
3
2 2
32𝑁 𝐾𝑡 × 𝑀𝑀 3 𝑇𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 2
𝐷16 = [ × √( ′
) + ( ) ]
𝜋 𝑆𝑛 4 𝑠𝑦
1⁄
3
2 2
32 × 2 2,5 × 0 𝑙𝑏𝑓. 𝑖𝑛 3 17,52 𝑙𝑏𝑓. 𝑖𝑛
𝐷15 = [ × √( 2
) + ( ) ]
𝜋 29.565 𝑙𝑏𝑓 ⁄𝑖𝑛 4 82.000 𝑙𝑏𝑓 ⁄𝑖𝑛2
1⁄
64 3
𝐷14 = [ × √0,00000037914]
𝜋
39
1⁄
𝐷14 = [0,01255] 3
𝐷14 = 0,2324 𝑖𝑛
Nomor Diameter Pasangan Diameter yang
Diameter Minimal (Inch) ditetapkan (Inch)
D11 0,2338 Bearing 0,7874
D12 0.346 Tidak ada 0,7874
D13 0,42877 Pulley 22 15/16
D14 0,2324 Tidak ada 0,7874
D15 0,2324 Bearing 0,7874
D16 0,2324 Tidak ada 0,7874
D17 0,2324 Disk Pisau 0,394 (10 mm)
Diameter ditetapkan pada ukuran 0,7874 dengan alasa untuk mempermudah proses manufaktur
dan tetap diatas dari nilai diameter minimal terbesar sehingga tetap aman.
Keterangan:
𝑓𝑁 = faktor kecepatan
𝑓𝐿 = faktor umur
Dengan menggunakan table pada Gambar 15.12 (Robert L. Mott, 2009: 574) untuk
bantalan bola dengan 𝑛 = 1450 𝑟𝑝𝑚 didapatkan 𝑓𝑁 = 0,29 dan 𝑓𝐿 = 2, sehingga:
542,4 𝑙𝑏 × 2
𝐶=
0,29
𝐶 = 3.740,69 𝑙𝑏
41
4. Menentukan menentukan tipe bearing:
Tipe yang mempunyai 𝐶 = 3.740,69 𝑙𝑏 atau lebih dapat kita lihat pada katalog bearing
milik Timken.
Tipe bearing yang penulis pilih adalah 204W dengan diameter luar 𝐷=47 m𝑚 ;𝑑=20𝑚𝑚
;𝐵=14 𝑚𝑚; 𝐶=4400 𝑙𝑏; 𝑑𝑎𝑛 𝐶0=2120 𝑙𝑏.
42
5. Menghitung 𝑇/𝐶0
𝑇 300
= = 0,1415
𝐶0 2120
6. Menentukan nilai e:
Table faktor radial dan aksial untuk bantalan bola alur dan baris tunggal
(Robert L. Mott, 2009: 577)
Untuk mendapatkan nilai e dari gambar di atas, kita interpolasi.
𝑇 300
= = 1,8181
𝑅 165
Karena 𝑇 > 𝑒, maka kita dapat mengunakan Gambar 24 untuk mencari nilai Y. untuk
𝑅
43
1,45 − 𝑌 0,110 − 0,1415
=
1,45 − 1,31 0,110 − 0,170
1,45 − 𝑌 −0,0315
=
0,14 −0,06
0,0315
1,45 − 𝑦 = × 0,14
0,06
𝑌 = 1,45 – 0,0735
𝑌 = 1,3765
8. Menghitung ulang nilai P dan nilai C
𝑃 = 𝑉𝑋𝑅 + 𝑌𝑇
𝑃 = (1,0 × 0,56 × 165 𝑙𝑏) + (1,3765 × 300 𝑙𝑏)
𝑃 = 92,4 𝑙𝑏 + 412,95 𝑙𝑏
𝑃 = 505,35 𝑙𝑏
Kemudian menghitung nilai C karena pembebanan
𝑃 × 𝑓𝐿
𝐶=
𝑓𝑁
505,35 𝑙𝑏 × 2
𝐶=
0,29
𝐶 = 3.485,2 𝑙𝑏
9. Menghitung umur bantalan nominal
Pertama menghitung faktor umur 𝑓ℎ dengan memasukkan nilai C dari properties
bantalan sesuai katalog.
𝐶 (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997;136)
𝑓ℎ = 𝑓𝑛
𝑃
3.485,2 𝑙𝑏
𝑓ℎ = 0,29
505,35 𝑙𝑏
𝑓ℎ = 2
Kemudian menghitung umur bearing.
44
4000 𝑗𝑎𝑚
𝐿ℎ =
8 𝑗𝑎𝑚⁄ℎ𝑎𝑟𝑖
𝐿ℎ = 500 ℎ𝑎𝑟𝑖
45
BAB VI
REKAPAN HASIL PERHITUNGAN PERANCANGAN MESIN
4. Mesin pengiris bawang ini menggunakan 4 buah pulley (sesuai katalog pulley leeson)
dengan spesifikasi sebagai berikut.
Pulley 11: diameter luar 𝑑𝑝11 = 2 𝑖𝑛
Pulley 12: diameter luar 𝐷𝑝12 = 6 𝑖𝑛
Pulley 21: diameter luar 𝑑𝑝21 = 2,1 in
Pulley 22: diameter luar 𝑑12 = 7 𝑖𝑛
46
D4 Tidak ada 0,79 ; 20 D14 Tidak ada 0,79 ; 20
D5 Bearing 0,79 ; 20 D15 Bearing 0,79 ; 20
D6 Tidak ada 0,79 ; 20 D16 Tidak ada 0,79 ; 20
D7 Pulley 21 0,63 ; 16 D17 Disk pisau 0,394 ; 10
Bersadarkan hitungan di atas, kecepatan sudut pada poros 1 adalah 𝑛1 = 483,33 𝑟𝑝𝑚,
sedangkan kecepatan sudut pada poros 2 adalah 𝑛2 = 145,2 𝑟𝑝𝑚.
6. Bantalan yang dipilih yakni bertipe single radial ball bearings dengan spesifikasi
(terdapat pada katalog NTN) sebagai berikut.
Basic loads rating dynamic 𝐶 = 4.400 𝑙𝑏𝑓
Basic loads rating static 𝐶𝑜 = 2.120 𝑙𝑏𝑓
47
BAB VII
PENGGAMBARAN DETAIL HASIL PERANCANGAN
48
DAFTAR PUSTAKA
Advanced Engineering Research Belt Technical Center. Energy Loss and Efficiency of Power
Transmission Belts. Missouri: Carlisle Power Transmission Products, Inc.
Mott, Robert L. 2004. Machine Elements Mechanical in Mechanical Design Fourth Edition.
New Jersey: Pearson Education, Inc.
Mott, Robert L. 2009. Elemen-Elemen Mesin Dalam Perancangan Mekanis Buku 1.
Yogyakarta: Andi.
Paluli, Dwi S., dkk. 2009. Fisika Jilid 2. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
Sularso dan Suga, K. 1997. Dasar Perencanaan Dan Elemen Mesin. Jakarta: Pradnya
Paramita.
Sato, G. T., dan Hartono, N. S. 1996. Menggambar Mesin Menurut Standart ISO. Jakarta:
Pradnya Paramita.
49