PT GUNA ERA
MANUFAKTURA
1.1 Pengertian :
K3 Lingker Ker adalah : segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi Keselamatan dan Kesehatan Tenaga Kerja melalui
upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
Higiene : Usaha kesehatan preventif yang menitik beratkan
kegiatannya kepada usaha kesehatan induvidu maupun usaha
pribadi hidup manusia
Sanitasi : Usaha kesehatan preventif yang menitikberatkan
kegiatan kepada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia
Tempat kerja :
Tiap ruangan atau lapangan terbuka, bergerak atau tetap,
dimana tenaga kerja atau yang sering di masuki tenaga kerja
untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau
sumber sumber bahaya termasuk semua ruangan, lapangan,
halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian bagian
atau yang berhubungan dengan tempat kerja tsb
Lingkungan kerja :
Aspek higiene ditempat kerja yang didalamnya mencakup
faktor fisika, kimia, biologi, ergonomi dan psikologi yang
keberadaannya ditempat kerja dapat mempengaruhi
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
Faktor fisika
Adalah faktor yang dapat mempengaruhi aktifitas tenaga kerja yang bersifat
fisika, disebabkan oleh penggunaan mesin, peralatan, bahan dan kondisi
lingkungan disekitar tempat kerja yang dapat menyebabkan gangguan dan
penyakit akibat kerja pada tenaga kerja, meliputi iklim kerja, kebisingan,
getaran, radiasi gelombang mikro, radiasi ultra violet, radiasi medan magnet
statis, tekanan udara dan pencahayaan
Faktor Kimia
Adalah faktor yang dapat mempengaruhi aktifitas tenaga kerja yang
bersifat kimiawi, disebabkan oleh pengguanaan bahan kimia dan
turunannya ditempat kerja yang dapat menyebabkan penyakit pada
tenaga kerja , meliputi kontaminan kimia diudara seperti gas, uap dan
partikulat
Faktor Biologi
Adalah fator yang dapat mempengaruhi aktifitas tenaga kerja yang
bersifat biologi, disebabkan oleh makluk hidup meliputi hewan,
tumbuhan dan produknya serta mikroorganisme yang dapat
menyebabkan penyakit akibat kerja
Faktor Ergonomi
Adalah faktor yang dapat mempengaruhi aktifitas tenaga kerja,
disebabkan ketidaksesuaian antara pasilitas kerja yang meliputi cara
kerja, posisi kerja, alat kerja, dan beban angkat terhadap tenaga kerja
Faktor Psikologi
Adalah faktor yang mempengaruhi aktifitas tenaga
kerja, disebabkan oleh hubungan antar personal
ditempat kerja, peran dan tanggung jawab terhadap
pekerjaan
1.2 Ruang Lingkup
Peraturan perundang undangan lingkungsn kerja
terkait dengan pembinaan AK3 Lingkungan Kerja
1.3 Referensi
a. Undang undang No 3 th 1969 tentang persetujuan
Konvensi ILO No 120 mengenai higiene dalam
perniagaan dan kantor kantor
b. Undang undang No 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja
c. Undang Undang No 13 tahun 2003 tentang ketenaga
kerjaan
d. PP No 50 tahun 2012 tentang SMK3
e. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No 5 tahun 2018
tentang K3 Lingkungan Kerja
PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN K3 LINGKUNGAN KERJA
• Pasal 3
Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat K3 untuk :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
c. Memberikan alat apat perlindungan diri pada para pekerja
d. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, gas, hembusan
e. Mencegah dan mengendalikan timbulnya PAK baik pisik maupun
psikis, keracunan, inspeksi dan penularan
f. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
g. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik
h. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
i. Memelihara kebersihan dan ketertiban
j. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya.
Pasal 9
1.Pengurus wajib menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga
kerja baru tentang :
- Kondisi dan bahaya yang dapat timbul ditempat kerja
- Semua pengamanan dan alat perlindungan yang diharuskan
- Alat Pelindung Diri
- Cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya
2.Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang
bersangkutan setelah ia yakin tenaga kerja tsb telah memahami
syarat syarat K3
•Pengurus wajib menyelenggarakan pembinaan K3
• Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat yang
berlaku.
2.3 Peraturan terkait
PP No 50 Tahun 2012
A.Penerapan SMK3
Sebagaimana diamanatkan dalam UU No 13 tahun
2003 tentang ketenaga kerjaan pasal 87, bahwa
setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3, pada
pasal tersebut menjelaskan bahwa setiap
perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen
K3 yang terintegrasi dengan sistem manajemen
perusahaan lainnya
Kebijakan nasional tentang SMK3 tertuang dalam lampiran : I,
lampiran II dan lampiran III sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari PP tsb
Penerapan SMK3 bertujuan untuk :
a.Meningkatkan efektifitas perlindungan K3 yang
terencana, terukur, terstrutur, dan terintegrasi
b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan PAK
dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja / buruh
dan / atau serikat pekerja / serikat buruh ; serta
c. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan
efisien untuk mendorong produktifitas.
Sebagaimana tercantum dalam PP instansi pembina sektor usaha
dapat mengembangkan pedoman penerapan SMK3 sesuai
dengan kebutuhan berdasarkan ketentuan peraturan
perundangan undangan
Meskipun dalam U U No 13 tahun 2003 setiap perusahaan wajib
menerapkan SMK3 namun kewajiban ditetapkan dalam PP No
50 berlaku bagi perusahaan :
1.Mempekerjakan pekerja / buruh paling sedikit 100 orang atau
2.Mempunya tingkat bahaya tinggi sesuai dng ketentuan
peraturan perundang undangan
Pengusaha dlm menerapkan SMK3 wajib berpedoman pada
peraturan pemerintah dan ketentuan peraturan perundang
undangan serta memperhatikan konvensi atau standar
internasional.
Penerapan SMK3 dilaksanakan meliputi :
1.Penetapan
- Kebijakan SMK3
-
2.Perencaan K3
3.Pelaksanaan rencana K3
4.Pemantauan dan evaluasi kinerja K3
5.Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3
Penjelasan secara rinci dari ke 5 tahapan tsb dijelaskan dalam
lampiran I PP No 50 tahun 2012 sbb :
A.PENETAPAN KEBIJAKAN K3
1. Penyusunan kebijakan K3 dilakukan melalui :
a. Tinjauan awal kondisi K3 ; dan
b. Proses konsultasi antara pengurus dan wakil pekerka
2. Penetapan kebijakan K3 harus :
a. Disyahkan oleh pucuk pimpinan perusahaan
b. Tertulis, tertanggal dan ditanda tangani
c. Secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3
d. Dijelaskan dan disebarluaskan kepada seluruh pekerja ,
tamu, kontraktor, pemasok dan pelanggan
e. Terdokumentasi dan terpelihara dengan baik
f. Bersifat dinamik dan
g. Ditinjau ulang secara berkala sesuai dng kondisi
3. Untuk melaksanakan ketentuan angka 2 hurif c sampai
dengan huruf g pengusaha dan / atau pengurus harus :
a. Menempatkan organisasi K3 pada posisi yang dapat
menentukan keputusan perusahaan
b. Menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas
dan sarana sarana lain yang diperlukan dibidang K3
c. Menetapkan personil yang mempunyai tanggung
jawab, wewenang dan kewajiban yang jelas dalam
penanganan K3
d. Membuat perencanaan yang terkoordinasi
e. Melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut
pelaksanaan K3
4.Ketentuan tersebut pada angka 3 huruf a s/d
huruf e diadakan peninjauan ulang secara
teratur
b. Skala prioritas
Skala prioritas merupakan urutan pekerjaan
berdasarkan tingkat risiko, dimana pekerjaan yang
mempunyai tingkat risiko tinggi diprioritaskan dalam
perencanaan
C. PELAKSANAAN RENCANA K3
1. Menyediakan sumber daya manusia yang mempunyai
kualifikasi; dan
2. Menyediakan sarana dan prasarana yang memadai
Keterangan lebih rinci adalah sbb :
1.Penyediaan SDM
a. Prosedur pengadaan sumber daya manusia
Dalam penyediaan sumber daya manusia, perusahaan harus
membuat prosedur pengadaan secara efektif, meliputi :
1. Pengadaan sumber daya manusia sesuai kebutuhan dan
memiliki kompetensi kerja serta kewenagan dibidang
K3 yang dibuktikan melalui :
b. Anggaran
Perusahaan harus mengalokasikan anggaran untuk
pelaksanaan K3 secara menyeluruh antara lain untuk :
1. Keberlangsungan organisasi K3
2. Pelatihan SDM dalam mewujudkan kompetensi
kerja
3. Pengadaan sarana dan prasarana K3 termasuk alat
evakuasi, peralatan pengendalian, peralatan
perlindungan diri
c. Prosedur operasi / kerja, informasi dan pelaporan serta
pendokumentasian :
1. Prosedur operasi / kerja harus disediakan pada setiap
jenis pekerjaan dan dibuat melalui analisa pekerjaan
berwawasan K3 (Job Safety Analisis) oleh personil
yang kompeten
2. Prosedur informasi K3 harus menjamin pemenuhan
kebutuhan untuk :
a. Mengkomunikasikan hasil dari sistem manajemen,
temuan audit dan tinjauan ulang manajemen
dikomunikasikan pada semua pihak dalam
perusahaan yang bertanggung jawab dan memiliki andil
dalam kinerja perusahaan.
b. Melakukan identifikasi dan menerima informasi K3 dari
luar perusahaan
c. Menjamin bahwa informasi K3 yang terkait
dikomunikasikan kepada orang” diluar perusahaan yang
membutuhkan.
Informasi yang perlu dikomunikasikan meliputi :
a. Persyaratan eksternal / Peraturan Perungang
undangan dsn internal / indikator K3
b. ijin kerja
c. Hasil identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko
serta sumber bahaya yang meliputi keadaan mesin
mesin, pesawat pesawat, alat kerja, peralatan
lainnya,
bahan bahan lingkungan kerja, sifat pekerjaan, cara
kerja dan proses produksi.
d. Kegiatan pelatihan K3
e. Kegiatan inspeksi, kalibrasi dan pemeliharaan
f. Pemantauan data
g. hasil pengkajian kecelakaan , insiden, keluhan dan
tindaklanjut
i. Informasi mengenai pemasok dan kontraktor
j. Audit dan peninjauan ulang SMK3
3. Prosedur pelaporan informasi yang terkait harus
ditetapkan untuk menjamin bahwa pelaporan yang tepat
waktu dan memantau pelaksanaan SMK3 sehingga
kinerjanya dapat ditingkatkan
Prosedur pelaporan terdiri atas :
a. Prosedur pelaporan internal yang harus ditetapkan
untuk menangani :
1. Pelaporan terjadinya insiden
2. Pelaporan ketidaksesuaian
3. Pelaporan kinerja K3
4. Pelaporan identifikasi sumber bahaya
b. Prosedur pelaporan eksternal yang harus
ditetapkan untuk menangani :
1. Pelaporan yang dipersyaratkan peraturan
perundang perundangan
2. Pelaporan kepada pemegang saham atau pihak
lain yang terkait.
Laporan harus disampaikan kepada pihak
manjemen dan / atau pemerintah
4. Pendokumentasian kegiatan K3 digunakan untuk :
a. Menyatukan secara sistematik kebijakan, tujuan
sasaran K3
b. Menguraikan sarana pencapaian tujuan dan sasaran
K3
c. Mendokumentasikan peranan tanggung jawab dan
prosedur
d. Memberikan arahan mengenai dokumen yang terkait
dan menguaraikan unsur ” lain dari sistem manajemen
perusahaan
e. Menunjuk bahwa unsur unsur SMK3 yang sesuai untuk
perusahaan telah diterapkan
a. Dokumen dapat diidentifikasi sesuai dengan uraian
tugas dan tanggung jawab di perusahaan
b. Dokumen ditinjau ulang secara berkala dan jika di
perlukan dapat direvisi
c. Dokumen sebelum diterbitkan harus terlebih dulu
disetujui oleh personil yang berwenag
d. Dokumen versi baru harus tersedia ditempat kerja
e. Semua dokumen yang telah usang harus segera
disingkirkan
f. Dokumen mudah ditemukan, bermanfaat dan mudah
dimengerti.
d. Instruksi Kerja
Instruksi kerja merupan perintah tertulis maupun tidak
tertulis untuk melaksanakan pekerjaan dengan tujuan
untuk memastikan bahwa setiap pekerjaan dilakukan
sesuai persyaratan K3 yang telah ditetapkan
Kegiatan dalam pelaksanaan rencana K3 paling sedikit
meliputi :
1. Tindakan pengendalian
Tindakan pengendalian harus disenggarakan oleh setiap
perusahaan terhadap kegiatan kegiatan, produk barang dan
jasa yang dapat menimbulkan risiko kecelakaan dan PAK
Tindakan pengendalian dilakukan dengan
mendokumentasikan dan melaksanakan kebijakan :
a.Standar bagi tempat kerja
b.Perancangan pabrik dan bahan
c.Prosedur dan instruksi kerja untuk mengatur dan
mengendalikan kegiatan produk dan barang jasa
3. Getaran
Tempat kerja yang memiliki sumber bagaya getaran pada
lengan dan getaran pada seluruh tubuh yang melebihi
NAB harus dilakukan pengendalian melalui :
1. Menghilangkan sumber getaran dari tempat kerja
2. Mengganti alat, bahan dan proses kerja yang
menimbulkan getaran
3. Mengurangi pajanan getaran dengan menambah /
menyisipkan peredam atau bantalan diantara alat dan
bagian tubuh yang kontak dengan alat kerja
4. Membatasi pajanan getaran melalui pengaturan waktu
kerja
5. Menggunakan APD
4. Gelombang radio atau gelombang mikro
Pekerja yang bekerja pada tempat kerja yang terdapat
radiasi gelombang elektromagnetik sampai dengan
frekuensi 300 MHz, jika hasil pengukurannya melebihi
NAB, maka harus dilakukan pengendalian melalui :
1. Menghilangkan sumber radiasi gelombang radio atau
gelombang mikro dari tempat kerja
2. Mengisolasi / membatasi pajanan sumber radiasi
3. Membatasi waktu pajanan terhadap sumber radiasi
4. Penggunaan APD
5. Melakukan pengendalian lainnya yang sesuai
5. Sinar ultra ungu (Ultra violet)
Tempat kerja yang memiliki sumber bahaya sinar UV
dengan panjang gelombang 180 nano meter sd 400 nm
maka dilakukan pengendalian melalui :
1. Menghilangkan sumber radiasi UV dari tempat kerja
2. Mengisolasi atau membatasi pajanan sumber radiasi
3. Merancang tempat kerja dengan menggunakan
peralatan proteksi radiasi
4. Mengatur jarak aman sesuai dengan standar antara
sumber pajanan dengan pekerja
5. Membatasi pajanan radiasi sinar UV melalui penga
turan waktu kerja
6. Penggunaan APD yang sesuai
7. Melakukan pengendalian lainnya yang sesuai
6. Medan Magnet statis
Pengukuran medan magnet statis dilakukan pada tempat
kerja yang terdapat medan atau area yang ditimbulkan
oleh pergerakan arus listrik, jika NAB nya melebihi nailai
standar, maka harus dilakukan pengendalian melalui :
1. Menghilangkan sumber medan magnet statis dari
tempat kerja
2. Mengganti alat, bahan, proses kerja yang menimbul
kan sumber medan magnet statis
3. Mengisolasi atau membatasi waktu pajanan terhadap
sumber medan magnet statis
4. Mengatur jarak aman sesuai dengan standar naional
Indonesia antara sumber pajanan dengan pekaerja
5. Menggunakan APD
6. Melakukan pengendalian lainnya yang sesuai
7. Tekanan udara ditempat kerja
Tempat kerja yang memiliki sumber bahaya tekanan
udara ekstrim merupakan tempat kerja yang kedap air,
diperairan yang dalam, pekerjaan dibawah tanah atau
dibawah air harus dilakukan pengendalian melalui :
1. Menghindari pekerjaan pada tempat kerja yang
memiliki sumber bahaya tekanan udara ekstrim
2. Mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap
tekanan udara ekstrim
3. Menggunakan baju kerja yang sesuai
4. Menggunakan APD yang sesuai
5. Menggunakan pengendalian lain yang sesuai dng Iptek
8. Pencahayaan
Pengukuran pencahayaan meliputi :
1. Pencahayaan alami
2. Pencahayaan buatan
Sarana pencahayaan
sarana pencahayaan darurat harus disediakan untuk
penyelamatan dan evakuasi dalam keadaan darurat
Sarana pencahayaan harus memenuhi syarat berikut :
a. bekerja secara otomatis
b. Mempunyai intensitas pencahayaan yang cukup untuk
melakukan evakuasi atau penyelamatan
c. Dipasang pada jalur evakuasi atau akses jalan keluar.
Akses jalan keluar harus dilengkapi garis penunjuk jalan
keluar yang terbuat dari bahan reflektif atau dapat
memancarkan cahaya jika malam hari
Persyaratan sumber penerangan gedung :
Penerangan darurat : 5 lux
Halaman dan jalan jalan : 20 lux
Membedakan barang besar : 50 lux
Membedakan barang kecil secara sepintas : 100 lux
Membedakan barang kecil agak teliti dan halus : 200 lux
Membedakan barang kecil secara teliti dan halus : 300 lux
Membedakan barang halus dengan kontras yang sedang
dan lama : 500 – 1000 lux
Membedakan barang kalus dengan kontras yang sangat
kurang dan lama : 2000 lux