Anda di halaman 1dari 91

Permenaker No 5 Tahun 2018

PT GUNA ERA
MANUFAKTURA
1.1 Pengertian :
K3 Lingker Ker adalah : segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi Keselamatan dan Kesehatan Tenaga Kerja melalui
upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
Higiene : Usaha kesehatan preventif yang menitik beratkan
kegiatannya kepada usaha kesehatan induvidu maupun usaha
pribadi hidup manusia
Sanitasi : Usaha kesehatan preventif yang menitikberatkan
kegiatan kepada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia
Tempat kerja :
Tiap ruangan atau lapangan terbuka, bergerak atau tetap,
dimana tenaga kerja atau yang sering di masuki tenaga kerja
untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau
sumber sumber bahaya termasuk semua ruangan, lapangan,
halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian bagian
atau yang berhubungan dengan tempat kerja tsb

Lingkungan kerja :
Aspek higiene ditempat kerja yang didalamnya mencakup
faktor fisika, kimia, biologi, ergonomi dan psikologi yang
keberadaannya ditempat kerja dapat mempengaruhi
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja

K3 Lingkungan Kerja : segala kegiatan untuk menjamin


dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
melalui pengendalian lingkungan kerja dan penerapan higiene
Nilai Ambang Batas yang selanjutnya disingkat NAB
Standar faktor bahaya ditempat kerja sebagai kadar / intensitas
rata rata tertimbang waktu yang dapat diterima tenaga kerja
tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam
pekerjaan sehari hari untuk waktu tidak melebihi dari 8 jam
sehari atau 40 jam seminggu

Pajanan singkat diperkenankan yang selanjutnya disingkat PSD


Kadar bahan kimia diudara tempat kerja yang tidak boleh
dilampaui agar tenaga kerja yang terpajan pada pereode singkat
yaitu tidak boleh lebih dari 15 menit masih dapat menerimanya
tanpa mengakibatkan iritasi, kerusakan jaringan tubuh maupun
terbius yang tidak boleh dilakukan lebih dari 4 kali dalam satu
hari kerja
Kadar tertinggi diperkenankan yang selanjutnya disingkat KTD
Kadar bahan kimia di udara tempat kerja yang tidak boleh dilampaui
meskipun dalam waktu sekejap selama tenaga kerja melakukan pekerjaan

Indek pajanan biologi yang selanjutnya disebut IPB


Kadar konsentrasi bahan kimia yang didapatkan dalam spisemen tubuh
tenaga kerja dan digunakan untuk menentukan tingkat pajanan terhadap
tenaga kerja sehat yang terpajan bahan kimia

Faktor fisika
Adalah faktor yang dapat mempengaruhi aktifitas tenaga kerja yang bersifat
fisika, disebabkan oleh penggunaan mesin, peralatan, bahan dan kondisi
lingkungan disekitar tempat kerja yang dapat menyebabkan gangguan dan
penyakit akibat kerja pada tenaga kerja, meliputi iklim kerja, kebisingan,
getaran, radiasi gelombang mikro, radiasi ultra violet, radiasi medan magnet
statis, tekanan udara dan pencahayaan
Faktor Kimia
Adalah faktor yang dapat mempengaruhi aktifitas tenaga kerja yang
bersifat kimiawi, disebabkan oleh pengguanaan bahan kimia dan
turunannya ditempat kerja yang dapat menyebabkan penyakit pada
tenaga kerja , meliputi kontaminan kimia diudara seperti gas, uap dan
partikulat
Faktor Biologi
Adalah fator yang dapat mempengaruhi aktifitas tenaga kerja yang
bersifat biologi, disebabkan oleh makluk hidup meliputi hewan,
tumbuhan dan produknya serta mikroorganisme yang dapat
menyebabkan penyakit akibat kerja
Faktor Ergonomi
Adalah faktor yang dapat mempengaruhi aktifitas tenaga kerja,
disebabkan ketidaksesuaian antara pasilitas kerja yang meliputi cara
kerja, posisi kerja, alat kerja, dan beban angkat terhadap tenaga kerja
Faktor Psikologi
Adalah faktor yang mempengaruhi aktifitas tenaga
kerja, disebabkan oleh hubungan antar personal
ditempat kerja, peran dan tanggung jawab terhadap
pekerjaan
1.2 Ruang Lingkup
Peraturan perundang undangan lingkungsn kerja
terkait dengan pembinaan AK3 Lingkungan Kerja
1.3 Referensi
a. Undang undang No 3 th 1969 tentang persetujuan
Konvensi ILO No 120 mengenai higiene dalam
perniagaan dan kantor kantor
b. Undang undang No 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja
c. Undang Undang No 13 tahun 2003 tentang ketenaga
kerjaan
d. PP No 50 tahun 2012 tentang SMK3
e. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No 5 tahun 2018
tentang K3 Lingkungan Kerja
PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN K3 LINGKUNGAN KERJA

2.1 Undang Undang No 3 tahun 1969


Indonesia semenjak 12 Juli 1950 masuk menjadi
anggota dari Organisasi Perburuhan Internasional,
maka Indonesia telah menyetujui ratifikasi konvensi
ILO No 120 tentang Hygiene dalam perniagaan dan
kantor kantor melalui Undang Undang No 3 tahun
1969

Dalam konvensi ILO No 120 tahun 1964 pasal 5


menyatakan bahwa Undang Undang atau peraturan
peraturan yang melaksanakan ketentuan ketentuan
konvensi ini rekomendasi hygiene
Peraturan Perundang Undangan K3 LK
2.1 U U No 3 Tahun 1969
Indonesia sejak 12 Juli 1950 adalah anggota Organisasi
Perburuhan Internasional
ILO No 120 tentang Higiene dalam perniagaan dan kantor kantor
Indonesia menyetujui rativikasi konvensi ILO No 120 melalui
Undang Undang No 3 Tahun 1969
Dalam konvensi ILO No 120 tahun 1964 pasal 5 menyatakan
bahwa Undang Undang atau Peraturan Peraturan yang
melaksanakan ketentuan ketentuan rekomendasi higiene
(Perniagaan dan kantor kantor) 1964 atau ketentuan ketentuan
yang sama dan dikehendaki oleh kondisi nasional harus
direncanakan setelah konsultasi dengan wakil wakil organisasi
organisasi majikan dan buruh bila ada
Untuk menjamin pelaksanaan Undang Undang atau peraturan
tsb dalam pasal 5 konvensi ILO No120, jika sesuai dng cara
pelaksanaan konvensi ini, tindakan yang perlu dalam bentuk
hukuman harus diambil untuk menjamin pelaksanaan Undang
Undang atau peraturan peraturan itu
Azas azas umum dalam konvensi ILO No 120 tahun 1964 yang
mengatur tentang penerapan :
1.Semua bangunan yang digunakan oleh para pekerja dan
perlengkapannya harus selalu dipelihara dng baik dan
dijaga kebersihannya
2. Semua bangunan yang digunakan oleh para pekerja harus
mempunyai ventilasi yang cukup dan bersifat alami atau
buatan, yang memberi udara segar atau yang dibersihkan.
3. Semua bangunan yang digunakan oleh para pekerja harus
mempunyai penerangan yang cukup dan sesuai, tempat kerja
sedapat mungkin harus mendapat penerangan alam

4. Suhu keadaan nyaman memungkinnya dipertahankan


dalam bangunan yang digunakan oleh para pekerja

5. Semua tempat kerja harus disusun serta semua tempat


duduk harus diatur sedemikian sehingga tidak ada pengaruh
yang berbahaya bagi kesehatan pekerja

6. Persediaan yang cukup dari air minum yang sehat atau


minuman lain yang sehat harus ada bagi keperluan para
pekerja

7. Perlengkapan untuk mencuci atau saniter yang cukup dan


sesuai harus tersedia dan terpelihara
8.Tempat tempat duduk yang cukup dan sesuai harus
tersedia untuk para pekerja dan para pekerja diberi
kesempatan yang cukup untuk menggunakannya
9. Pasilitas yang sesuai untuk mengganti, menyimpan dan
mengeringkan pakaian yang tidak terpakai pada waktu
kerja harus disediakan dan dipelihara dengan baik.
10. Bangunan dibawah tanah atau tidak berjendela dimana
biasanya pekerjaan harus memenuhi standar higiene yang
layak
11. Para pekerja yang dilindungi dengan tindakan yang tepat
dan dapat dilaksanakan terhadap bahan, proses dan teknik
yang berbahaya, tidak sehat atau beracun,
atau untuk suatu alasan membahayakan apabila sifat
pekerjaan menghendakinya, pengusaha yang
berwenang harus memerintahkan penggunaan alat
pelindung diri.
12. Kegaduhan dan getaran getaran yang mungkin
mempunya pengaruh yang berbahaya terhadap pekerja
harus dikurangi sebanyak mungkin dengan tindakan
yang tepat dan dapat dilaksanakan
13. Setiap badan, lembaga atau dinas pemberi jasa, atau
bagiannya, yang tunduk pada konvensi ini, dengan
memperhatikan besarnya dan kemungkinan bahaya
Harus :
a.Memelihara apotek atau pos P3K sendiri ; atau.
b.Memelihara apotek atau pos P3K bersama sama dengan
badan, lembaga atau kantor pemberi jasa atau bagiannya;
c.Mempunyai satu atau lebih lemari, kotak atau
perlengkapan P3

Undang Undang No 1 tahun 1970

Pada dasarnya setiap tenaga kerja maupun


perusahaan tidak ada yang menghendaki terjadinya
kecelakaan kerja. Hal tsb merupakan naluri yang
wajar dan bersifat universal bagi setiap makluk hidup
didunia.
namun karena adanya perbedaan status sosial antara

tenaga kerja dengan pengusaha sebagai pemberi kerja

dalam melakukan hubungan kerja, terutama pada saat

melakukan kontrak perikatan dan hal hal lain selama

berlangsungnya hubungan kerja, maka diperlukan

intervensi pemerintah untuk meberi batas minimal yang

harus dipenuhi dalam persyaratan K3. batas

persyaratan minimal tsb dituangkan dalam Undang

Undang K3 No 1 tahun 1970


• Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan
atas K3 dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta
produktivitas nasional, sebagaimana tertuang dalam
pokok pokok pertimbangan dikeluarkannya U U No 1
tahun 1970 tentang K3 bertujuan :
a. Agar tenaga kerja dan setiap orang yang berada
ditempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan
sehat
b. Agar sumber sumber produksi dapat dipakai dan
digunakan secara efisien
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar
tanpa adanya hambatan
Untuk tujuan tersebut diatas perlu diadakan segala daya
upaya untuk membina norma perlindungan kerja khususnya
dalam K3 secara nasional

U U No 1 tahun 1970 memberlakukan U U K3 kepada


setiap warga negara yang berada diwilayah hukum
Indonesia termasuk warga negara asing yang berada
diwilayah Indonesia (kecuali yang mendapatkan kekebalan
hukum)

Ruang lingkup pemberlakuan U U K3 dibatasi dengan


adanya 3 unsur yang harus dipenuhi secara kumulatif
terhadap tempat kerja yaitu tempat kerja dimana
dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha, adanya tenaga
kerja yang bekerja disana dan terdapat bahaya kerja
ditempat tersebut.
• Pasal 2
Ketentuan dalam U U ini berlaku ditempat kerja, dimana dilakukan
pekerjaan didalam tangki, sumur atau lubang.

• Pasal 3
Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat K3 untuk :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
c. Memberikan alat apat perlindungan diri pada para pekerja
d. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, gas, hembusan
e. Mencegah dan mengendalikan timbulnya PAK baik pisik maupun
psikis, keracunan, inspeksi dan penularan
f. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
g. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik
h. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
i. Memelihara kebersihan dan ketertiban
j. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya.
Pasal 9
1.Pengurus wajib menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga
kerja baru tentang :
- Kondisi dan bahaya yang dapat timbul ditempat kerja
- Semua pengamanan dan alat perlindungan yang diharuskan
- Alat Pelindung Diri
- Cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya
2.Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang
bersangkutan setelah ia yakin tenaga kerja tsb telah memahami
syarat syarat K3
•Pengurus wajib menyelenggarakan pembinaan K3
• Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat yang
berlaku.
2.3 Peraturan terkait
PP No 50 Tahun 2012
A.Penerapan SMK3
Sebagaimana diamanatkan dalam UU No 13 tahun
2003 tentang ketenaga kerjaan pasal 87, bahwa
setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3, pada
pasal tersebut menjelaskan bahwa setiap
perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen
K3 yang terintegrasi dengan sistem manajemen
perusahaan lainnya
Kebijakan nasional tentang SMK3 tertuang dalam lampiran : I,
lampiran II dan lampiran III sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari PP tsb
Penerapan SMK3 bertujuan untuk :
a.Meningkatkan efektifitas perlindungan K3 yang
terencana, terukur, terstrutur, dan terintegrasi
b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan PAK
dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja / buruh
dan / atau serikat pekerja / serikat buruh ; serta
c. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan
efisien untuk mendorong produktifitas.
Sebagaimana tercantum dalam PP instansi pembina sektor usaha
dapat mengembangkan pedoman penerapan SMK3 sesuai
dengan kebutuhan berdasarkan ketentuan peraturan
perundangan undangan
Meskipun dalam U U No 13 tahun 2003 setiap perusahaan wajib
menerapkan SMK3 namun kewajiban ditetapkan dalam PP No
50 berlaku bagi perusahaan :
1.Mempekerjakan pekerja / buruh paling sedikit 100 orang atau
2.Mempunya tingkat bahaya tinggi sesuai dng ketentuan
peraturan perundang undangan
Pengusaha dlm menerapkan SMK3 wajib berpedoman pada
peraturan pemerintah dan ketentuan peraturan perundang
undangan serta memperhatikan konvensi atau standar
internasional.
Penerapan SMK3 dilaksanakan meliputi :
1.Penetapan
- Kebijakan SMK3
-
2.Perencaan K3
3.Pelaksanaan rencana K3
4.Pemantauan dan evaluasi kinerja K3
5.Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3
Penjelasan secara rinci dari ke 5 tahapan tsb dijelaskan dalam
lampiran I PP No 50 tahun 2012 sbb :
A.PENETAPAN KEBIJAKAN K3
1. Penyusunan kebijakan K3 dilakukan melalui :
a. Tinjauan awal kondisi K3 ; dan
b. Proses konsultasi antara pengurus dan wakil pekerka
2. Penetapan kebijakan K3 harus :
a. Disyahkan oleh pucuk pimpinan perusahaan
b. Tertulis, tertanggal dan ditanda tangani
c. Secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3
d. Dijelaskan dan disebarluaskan kepada seluruh pekerja ,
tamu, kontraktor, pemasok dan pelanggan
e. Terdokumentasi dan terpelihara dengan baik
f. Bersifat dinamik dan
g. Ditinjau ulang secara berkala sesuai dng kondisi
3. Untuk melaksanakan ketentuan angka 2 hurif c sampai
dengan huruf g pengusaha dan / atau pengurus harus :
a. Menempatkan organisasi K3 pada posisi yang dapat
menentukan keputusan perusahaan
b. Menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas
dan sarana sarana lain yang diperlukan dibidang K3
c. Menetapkan personil yang mempunyai tanggung
jawab, wewenang dan kewajiban yang jelas dalam
penanganan K3
d. Membuat perencanaan yang terkoordinasi
e. Melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut
pelaksanaan K3
4.Ketentuan tersebut pada angka 3 huruf a s/d
huruf e diadakan peninjauan ulang secara
teratur

5.Setiap pimpinan dalam perusahaan harus


menunjukkan komitmen terhadap K3 sehingga
SMK3 berhasil diterapkan dan dikembangkan.

6. Setiap pekerja dan orang lain yang berada


ditempat kerja harus berperan serta dalam
menjaga dan mengendalikan pelaksanaan K3
B. PERENCANAAN K3
1. Pengusaha menyusun rencana K3 berdasarkan :
a. Hasil penelaahan awal, yg merupakan tinjauan awal
kondisi K3 perusahaan yg telah dilakukan pada
penyusunan kebijakan.

b. Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan


pengendalian risiko yang harus dipertimbangkan
pada saat merumuskan rencana

c. Peraturan perundang undangan dan persyaratan


lainnya yang harus :
1. Ditetapkan, dipelihara, diinventarisasi dan di
identifikasi oleh perusahaan ; dan
2. Disosialisasikan kepada seluruh pekerja
d. Sumber daya yang dimiliki
dalam menyusun perencanaan harus
mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki
meliputi tersedianya sumber daya manusia
yang kompeten, sarana dan prasarana serta
dana

2. Rencana K3 yang disusun oleh pengusaha paling sedikit


memuat :
a. Tujuan dan sasaran , Tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan ditinjau kembali secara teratur sesuai
dengan perkembangan. Tujuan dan sasaran K3 paling
sedikit memenuhi kualifikasi : 1. Dapat diukur
2. satuan / indikator pengukuran ; dan
3. sasaran pencapaian
Dalam menetapkan tujuan dan sasaran K3, pengusaha
harus berkonsultasi dengan :
1.Wakil pekerja
2.Ahli K3
3.P2K3
4.Pihak pihak lain terkait

b. Skala prioritas
Skala prioritas merupakan urutan pekerjaan
berdasarkan tingkat risiko, dimana pekerjaan yang
mempunyai tingkat risiko tinggi diprioritaskan dalam
perencanaan

c. Upaya pengendalian bahaya, upaya pengendalian bahaya,


berdasarkan hasil penilaian risiko melalui pengendalian
teknis, administratif, dan penggunaan APD
d. Penetapan sumber daya
Penetapan sumber daya dilaksanakan untuk menjamin
tersedianya sumber daya manusia yang kompeten, sarana
dan prasarana serta dana yang memadai agar pelaksanaan
K3 dapat berjalan
e. Jangka waktu pelaksanaan
Dalam merencanakan setiap kegiatan harus mencakup
jangka waktu pelaksanaan
f. Indikator pencapaian
Dalam menetapkan indikator pencapaian harus
ditentukan dengan parameter yang dapat diukur sebagai
dasar penilaian kinerja K3 yang sekaligus merupakan
informasi mengenai keberhasilan pencapaian tujuan
penerapan SMK3
g. Sistem pertanggung jawaban
Sistem pertanggung jawaban harus ditetapkan dalam
pencapaian tujuan dan sasaran sesuai dengan fungsi dan
tingkat manajemen perusahaan ybs untuk menjamin
pencapaiannya

Dalam pningkatan dan pengembangan SMK3 perusahaan


harus memiliki budaya yang mendukung dan memberikan
konstribusi untuk SMK3. berdasarkan hal tsb pengusaha
harus :

1. Menetukan, menunjuk, mendokumentasikan dan


mengkomunikasikan tanggung jawab dan wewenang
dibidang K3 untuk bertidak dan menjelaskan hubungan
pelaporan untuk semua tingkatan manajemen, pekerja,
kontraktor, subkontraktor dan pengunjung.
2. Mempunyai prosedur untuk memantau dan
mengkomunikasikan setiap perubahan
tanggung jawab yang berpengaruh
terhadap perubahan sistem dan program K3

3. Memberikan reaksi secara cepat dan


tepat terhadap kondisi yang menyimpang
atau kejadian kejadian lainnya.

C. PELAKSANAAN RENCANA K3
1. Menyediakan sumber daya manusia yang mempunyai
kualifikasi; dan
2. Menyediakan sarana dan prasarana yang memadai
Keterangan lebih rinci adalah sbb :
1.Penyediaan SDM
a. Prosedur pengadaan sumber daya manusia
Dalam penyediaan sumber daya manusia, perusahaan harus
membuat prosedur pengadaan secara efektif, meliputi :
1. Pengadaan sumber daya manusia sesuai kebutuhan dan
memiliki kompetensi kerja serta kewenagan dibidang
K3 yang dibuktikan melalui :

a. Sertifikat yang diterbitkan oleh instansi yang


berwenang ; dan
b. Surat ijin kerja / operasi dan / atau surat
penunjukan dari instansi yang berwenang

2. Pengidentifikasian kompetensi kerja yang diperlukan


pada setiap tingkatan manajemen perusahaan dan
menyelenggarakan setiap pelatihan yang dibutuhkan

3. Pembuatan ketentuan untuk mengkomunikasikan


4. Pembuatan peraturan untuk memperoleh pendapat dan

saran dari para ahli ; dan


5. Pembuatan peraturan untuk pelaksanaan konsultasi
dan keterlibatan pekerja / buruh secara aktif

b. Konsultasi, motivasi dan kesadaran


Dalam menunjukkan komitmennya terhadap K3,
pengusaha dan / atau pengurus harus melakukan
konsultasi, motivasi dan kesadaran dengan
melibatkan pekerja / buruh maupun pihak lain yang
terkait didalam penerapan, pengembangan dan
pemeliharaan SMK3, sehingga semua pihak merasa
ikut memiliki dan merasakan hasilnya.

Dalam konsultasi, motivasi dan kesadaran SMK3 dan


/ atau pengurus harus memberi pemahaman kepada tenaga
kerja atau buruh tentang bahaya fisik, kimia, ergonomi,
radasi, biologi dan psikologi yang mungkin dapat
mencederai dan melukai pada saat bekerja, serta
pemahaman sumber bahaya tersebut. Pemahaman
tersebut bertujuan untuk mengenal dan mencegah
tindakan yang mengarah ke terjadinya insiden.

D. Tanggung jawab dan tanggung gugat


bentuk tanggung jawab dan tanggung gugat dalam
pelaksanaan K3, harus dilakukan oleh perusahaan
dengan cara :
1. Menunjuk, mendokumentasikan dan mengkomunikasi
kan tanggung jawab dan tanggung gugat dibidang K3.
2. Menunjuk sumber daya manusia yang berwenang untuk
bertindak dan menjelaskan kepada semua tingkatan
manajemen, pekerja / buruh, kontraktor,
subkontraktor dan pengunjung meliputi :
a. Pimpinan yang ditunjuk untuk bertanggung jawab harus
memastikan bahwa SMK3 telah diterapkan dan
hasilnya sesuai dengan yang diharapkan

b. Pengurus harus mengenali kemampuan tenaga kerja


sebagai sumber daya yang berharga dan dapat ditunjuk
untuk menerima pendelegasian wewenang dan tanggung
jawab dalam menerapkan dan mengembangkan SMK3

3. Mempunyai prosedur untuk memantau dan mengkomunika


sikan setiap perubahan tanggung jawab dan tanggung
gugat yang berpengaruh terhadap sistem dan program K3

4. Memberikan reaksi secara cepat dan tepat terhadap


kondisi yang menyimpang atau kejadian “ lainnya.
d. Pelatihan dan kompensi kerja
Pelatihan dan kompetensi kerja dilakukan dengan
pengidentifikasian dan pendokumentasian standar
kompetensi K3.

Standar kompetensi kerja K3 dapat diidentifikasi dan


dikembangkan sesuai kebutuhan :
1. Menggunakan standar kompetensi kerja yang ada
2. Memeriksa uraian tugas dan jabatan
3. Menganalisis tugas kerja
4. Menganalisis hasil inspeksi dan audit
5. Meninjau ulang laporang insiden
Hasil identifikasi kompetensi kerja digunakan sebagai
dasar penentuan program pelatihan yang harus
dilakukan, dan menjadi dasar pertimbangan dalam
penerimaan seleksi dan penilaian kinerja
2. Menyediakan sarana dan prasarana yang memadai
Meliputi :
a. Organisasi / unit yang bertanggung jawab dibidang K3.
Perusahaan wajib membentuk P2K3 yang bertanggung
jawab dibidang K3.
P2K3 adalah badan pembantu ditempat kerja yang
merupakan wadahkerja sama antara pengusaha
dengan tenaga kerja untuk mengembangkan
kerjasama saling pengertian dan partisipasi efektif
dalam menerapkan K3.

Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan


tenaga kerja atau pekerja / buruh yang susunanannya
dari Ketua, Sekretaris dan anggota.
P2K3 mempunya tugas memberikan saran dan
pertimbangan baik diminta maupun tidak kepada
pengusaha atau pengurus mengenai masalak K3

b. Anggaran
Perusahaan harus mengalokasikan anggaran untuk
pelaksanaan K3 secara menyeluruh antara lain untuk :

1. Keberlangsungan organisasi K3
2. Pelatihan SDM dalam mewujudkan kompetensi
kerja
3. Pengadaan sarana dan prasarana K3 termasuk alat
evakuasi, peralatan pengendalian, peralatan
perlindungan diri
c. Prosedur operasi / kerja, informasi dan pelaporan serta
pendokumentasian :
1. Prosedur operasi / kerja harus disediakan pada setiap
jenis pekerjaan dan dibuat melalui analisa pekerjaan
berwawasan K3 (Job Safety Analisis) oleh personil
yang kompeten
2. Prosedur informasi K3 harus menjamin pemenuhan
kebutuhan untuk :
a. Mengkomunikasikan hasil dari sistem manajemen,
temuan audit dan tinjauan ulang manajemen
dikomunikasikan pada semua pihak dalam
perusahaan yang bertanggung jawab dan memiliki andil
dalam kinerja perusahaan.
b. Melakukan identifikasi dan menerima informasi K3 dari
luar perusahaan
c. Menjamin bahwa informasi K3 yang terkait
dikomunikasikan kepada orang” diluar perusahaan yang
membutuhkan.
Informasi yang perlu dikomunikasikan meliputi :
a. Persyaratan eksternal / Peraturan Perungang
undangan dsn internal / indikator K3
b. ijin kerja
c. Hasil identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko
serta sumber bahaya yang meliputi keadaan mesin
mesin, pesawat pesawat, alat kerja, peralatan
lainnya,
bahan bahan lingkungan kerja, sifat pekerjaan, cara
kerja dan proses produksi.
d. Kegiatan pelatihan K3
e. Kegiatan inspeksi, kalibrasi dan pemeliharaan
f. Pemantauan data
g. hasil pengkajian kecelakaan , insiden, keluhan dan
tindaklanjut
i. Informasi mengenai pemasok dan kontraktor
j. Audit dan peninjauan ulang SMK3
3. Prosedur pelaporan informasi yang terkait harus
ditetapkan untuk menjamin bahwa pelaporan yang tepat
waktu dan memantau pelaksanaan SMK3 sehingga
kinerjanya dapat ditingkatkan
Prosedur pelaporan terdiri atas :
a. Prosedur pelaporan internal yang harus ditetapkan
untuk menangani :
1. Pelaporan terjadinya insiden
2. Pelaporan ketidaksesuaian
3. Pelaporan kinerja K3
4. Pelaporan identifikasi sumber bahaya
b. Prosedur pelaporan eksternal yang harus
ditetapkan untuk menangani :
1. Pelaporan yang dipersyaratkan peraturan
perundang perundangan
2. Pelaporan kepada pemegang saham atau pihak
lain yang terkait.
Laporan harus disampaikan kepada pihak
manjemen dan / atau pemerintah
4. Pendokumentasian kegiatan K3 digunakan untuk :
a. Menyatukan secara sistematik kebijakan, tujuan
sasaran K3
b. Menguraikan sarana pencapaian tujuan dan sasaran
K3
c. Mendokumentasikan peranan tanggung jawab dan
prosedur
d. Memberikan arahan mengenai dokumen yang terkait
dan menguaraikan unsur ” lain dari sistem manajemen
perusahaan
e. Menunjuk bahwa unsur unsur SMK3 yang sesuai untuk
perusahaan telah diterapkan
a. Dokumen dapat diidentifikasi sesuai dengan uraian
tugas dan tanggung jawab di perusahaan
b. Dokumen ditinjau ulang secara berkala dan jika di
perlukan dapat direvisi
c. Dokumen sebelum diterbitkan harus terlebih dulu
disetujui oleh personil yang berwenag
d. Dokumen versi baru harus tersedia ditempat kerja
e. Semua dokumen yang telah usang harus segera
disingkirkan
f. Dokumen mudah ditemukan, bermanfaat dan mudah
dimengerti.
d. Instruksi Kerja
Instruksi kerja merupan perintah tertulis maupun tidak
tertulis untuk melaksanakan pekerjaan dengan tujuan
untuk memastikan bahwa setiap pekerjaan dilakukan
sesuai persyaratan K3 yang telah ditetapkan
Kegiatan dalam pelaksanaan rencana K3 paling sedikit
meliputi :
1. Tindakan pengendalian
Tindakan pengendalian harus disenggarakan oleh setiap
perusahaan terhadap kegiatan kegiatan, produk barang dan
jasa yang dapat menimbulkan risiko kecelakaan dan PAK
Tindakan pengendalian dilakukan dengan
mendokumentasikan dan melaksanakan kebijakan :
a.Standar bagi tempat kerja
b.Perancangan pabrik dan bahan
c.Prosedur dan instruksi kerja untuk mengatur dan
mengendalikan kegiatan produk dan barang jasa

Pengendalian risiko kecelakaan dan PAK :


a.Identifikasi potensi bahaya dengan mempertimbangkan :
1. Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi
bahaya
2. Jenis kecelakaan dan PAK yang mungkin terjadi
b. Penilaian risiko untuk menetapkan besar kecilnya suatu
risiko yang telah diidentifikasi sehingga digunakan untuk
menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat
risiko kecelakaan atau PAK.
c. Tindakan pengendalian :
1. Pengendalian teknis / rekayasa yang meliputi eliminasi,
Substitusi, isolasi, ventilasi, higienitas dan sanitasi.
2. Pendidikan dan pelatihan
3. Insentif, penghargaan dan motivasi diri
4. Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan insiden
5. Penegakan hukum
2. Perancangan dan rekayasa
Tahap perancangan dan rekayasa meliputi :
a. Pengembangan
b. Verifikasi
c. Tinjauan ulang
d. Validasi
e. Penyesuaian
Dalam pelaksanaan perancangan dan rekayasa harus
memperhatikan unsur unsur sbb :
a. Identifikasi bahaya
b. Prosedur penilaian dan pengendalian risiko kecelakaan
c. Personil yang memiliki kompetensi kerja harus
ditentukan dan diberi wewenang dan tanggung jawab
yg jelas untuk melakukan verifikasi persyaratan SMK3

3. Prosedur dan instruksi kerja


Prosedur dan instruksi kerja harus dilaksanakan dan
ditinjau ulang secara berkala jika terjadi perubahan
peralatan, proses atau bahan baku yang digunakan oleh
personal yang memiliki kompetensi kerja dalam
menggunakan prosedur.
4. Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan
Perusahaan yang akan menyerahkan sebagian
pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain harus
menjamin bahwa perusahaan lain tersebut memenuhi
persyaratan K3. verifikasi terhadap persyaratan K3
tersebut dilakukan oleh personal yang kompeten dan
berwenang serta mempunyai tanggung jawab yang jelas
5. Pembelian / pengadaan barang dan jasa
Sistem pembelian / pengadaan barang dan jasa harus :
a. Terintegrasi dalam strategi penanganan pencegahan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja
b. Menjamin agar produk barang dan jasa serta mitra
kerja perusahaan memenuhi persyaratan K3
c. Pada saat barang dan jasa diterima di tempat kerja,
perusahaan harus menjelaskan kepada semua pihak
yang akan menggunakan barang dan jasa tersebut
mengenai identifikasi, penilaian dan pengendalian risiko
kecelakaan dan penyakit akibat kerja
6. Produk akhir
Produk akhir berupa barang atau jasa harus dapat dijamin
keselamatannya dalam pengemasan, penyimpanan,
pendistribusian, penggunaan serta pemusnahannya
7. Upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan
bencana industri, perusahaan harus memiliki prosedur
sebagai upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan
dan bencana industri yang meliputi :
a. Penyediaan personil dan pasilitas P3K dengan jumlah
yang cukup dan sesuai sampai mendapatkan
pertolongan medik
b. Proses perawatan lanjutan
Prosedur menghadapi keadaan darurat harus di uji
secara berkala oleh personil yang memiliki potensi
kerja,
harus dikoordinasikan dengan instansi terkait yang
berwenang untuk mengetahui kehandalan pada saat
kejadian yang sebenarnya.

8. Rencana dan pemulihan keadaan darurat


dalam melaksanakan rencana dan pemulihan keadaan
darurat setiap perusahaan harus memiliki prosedur
rencana pemulihan keadaan darurat secara cepat untuk
mengembalikan pada kondisi yang normal dan membantu
pemulihan tenaga kerja yang mengalami trauma.
D. PEMANTAUAN DAN EVALUASI KINERJA
Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 meliputi :
1. Pemeriksaan, Pengujian dan Pengukuran
Pemeriksaan, Pengujian dan Pengukuran harus
ditetapkan dan dipelihara prosedurnya sesuai dengan
tujuan dan sasaran K3 serta frekuensinya disesuaikan
dengan obyek mengacu pada peraturan dan standar
yang berlaku.
Prosedur pemeriksaan, pengujian dan pengukuran
meliputi:
a. Personil yang terlibat harus mempunyai pengalaman dan
b. Catatan pemeriksaan, pengujian dan pengukuran yang
sedang berlangsung harus dipelihara dan tersedia bagi
manajemen, tenaga kerja dan kontraktor
c. Peralatan dan metode pengujian yang memadai harus
digunakan untuk menjamin telah dipenuhinya standar K3
d. Tindakan perbaikan harus dilakukan ketika ditemukan
ketidaksesuaian terhadap persyaratan K3 dari hasil
pemeriksaan, pengujian dan pengukuran
e. Penyelidikan yang memadai harus dilakukan untuk
menemukan penyebab permasalahan dari suatu insiden
f. Hasil temuan harus dianalisis dan ditinjau ulang.
Penjelasan untuk penerapan SMK3 pada elemen 7.2
pemantauan / pengukuran lingkungan kerja adalah :
7.2.1 Pemantauan / pengukuran lingkungan kerja
dilaksanakan secara teratur dan hasilnya
didokumentasikan, dipelihara dan digunakan untuk
penilaian dan pengendalian risiko
7.2.2 Pemantauan / pengukuran lingkungan kerja meliputi
faktor fisika, kimia, biologi, ergonomi, dan psikologi
7.2.3 Pemantauan / pengukuran lingkungan kerja dilakukan
oleh petugas atau pihak yang berkompeten dan
berwenang dari dalam dan / luar perusahaan.
2. Audit internal SMK3
Audit internal SMK3 harus dilakukan secara berkala untuk
mengetahui keefektipan penerapan SMK3
Audit SMK3 dilakukan secara sistematik dan independen
oleh personil yang memiliki kompetensi kerja dengan
menggunakan metodologi yang telah ditetapkan
Pelaksanaan audit internal dapat menggunakan kriteria
audit eksternal sebagaimana tercantum pada lampiran II
PP 50, dan pelaporannya dapat menggunakan format
laporan yang tercantum pada lampiran III dari peraturan
tersebut
Frekuensi audit harus ditentukan berdasarkan tinjauan ulang
hasil audit sebelumnya dan bukti sumber bahaya yang
didapatkan ditempat kerja. Hasil audit harus digunakan oleh
pengurus dalam proses tinjauan ulang manajemen
Hasil temuan dari pelaksanaan pemantauan dan evaluasi
kinerja serta audit SMK3 harus didokumentasikan dan
digunakan untuk tindakan perbaikan dan pencegahan.
Pemantauan dan evaluasi kinerja serta audit SMK3 dijamin
pelaksanaannya secara sistematik dan efektif oleh pihak
Manajemen.
E. PENINJAUAN DAN PENINGKATAN KINERJA SMK3
Untuk menjamin kesesuaian dan kefektifan yang berkesi
nambungan guna pencapaian tujuan SMK3, pengusaha
dan / atau pengurus perusahaan harus :
1. Melakukan tinjauan ulang terhadap penerapan SMK3
secara berkala
2. Tinjauan ulang SMK3 harus dapat mengatasi implikasi
K3 terhadap seluruh kegiatan produk, barang dan jasa
termasuk dampaknya terhadap kinerja perusahaan
Tinjauan ulang penerapan SMK3, paling sedikit meliputi :
1.Evaluasi terhadap kebijakan K3
2. Tujuan, sasaran dan kinerja K3
3. Hasil temuan audit SMK3
4. Evaluasi efektifitas penerapan SMK3 dan kebutuhan
untuk pengembangan SMK3
Perbaikan dan peningkatan kinerja dilakukan berdasarkan
pertimbangan :
1. Perubahan peraturan perundang undangan
2. Tuntutan dari pihak terkait dan pasar
3. Perubahan produk dan kegiatan perusahaan
4. Perubahan strutur organisasi perusahaan
5. Perubahan iptek, termasuk epidemologi
6. Hasil kajian kecelakaan dan penyakit akibat kerja
7. Adanya pelaporan; dan / atau
8. Adanya saran dari pekerja / buruh
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No 5 tahun
2018 tentang K3 Lingkungan Kerja
Dengan perkembangan teknologi dan pemenuhan syarat K3
Lingkungan kerja serta perkembangan peraturan perundang
– undangan maka pelaksanaan terhadap persyaratan K3
yang mengatur tentang pelaksanaan K3 Lingkungan kerja
telah dituangkan pada peraturan menteri No 05 / MEN / IV
/ 2018 tentang K3 Lingkungan Kerja
Peraturan menteri ini mengatur kewajiban pengurus dalam
melaksanakan syarat K3 Lingkungan Kerja

2.4 SYARAT K3 LINGKUNGAN KERJA


Syarat K3 Lingkungan Kerja yang dimaksud adalah :
1. Pengendalian faktor fisika dan faktor kimia agar
dibawah Nialai Ambang Batas (NAB)
2. Pengendalian faktor Biologi, faktor Ergonomi, dan
faktor Psikologi kerja agar memenuhi standar
3. Penyediaan fasilitas kebersihan dan sarana higiene di
tempat kerja yang bersih dan sehat
4. Penyediaan personil K3 yang memiliki kompetensi dan
kewenangan K3 dibidang Lingkungan Kerja
Pelaksanaan syarat - syarat K3 Lingkungan Kerja bertujuan
untuk mewujudkan lingkungan kerja yang aman, sehat dan
nyaman dalam rangka mencegah kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja.

Pelaksanaan syarat – syarat K3 Lingkungan Kerja dilakukan


melalui kegiatan :
1.Pengukuran dan pengendalian lingkungan kerja
2.Penerapan higiene dan sanitasi
Untuk penerapan pengukuran dan pengendalian
Lingkungan Kerja meliputi faktor :
a. Fisika
b. Kimia
c. Biologi
d. Ergonomi
e. Psikologi
Penerapan Higiene dan Sanitasi meliputi :
a. Bangunan tempat kerja
b. Fasilitas kebersihan
c. Kebutuhan udara
2.5 PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN KERJA
Pengukuran Lingkungan Kerja dilakukan untuk
mengetahui tingkat pajanan faktor fisika, faktor kimia,
faktor biologi, faktor ergonomi dan faktor psikologi
terhadap tenaga kerja. Dan faktor pengukuran dilakukan
sesuai dengan metode uji yang ditetapkan Standar
Nasional Indonesia.
Jika metode uji belum ditetapkan dalam SNI, pengukuran
dilakukan dengan metode uji lainnya sesuai standar yang
telah divalidasi oleh lembaga yang berwenang.
Pengendalian lingkungan kerja dilakukan agar penerapan
faktor fisika, kimia, biologi, ergonmi dan psikologi memenuhi
standar dan dilakukan sesuai dengan hirarki pengendalian
Hirarki pengendalian meliputi upaya :
1. Eliminasi : Upaya untuk menghilangkan sumber potensi
bahaya yang berasal dari bahan, proses,
operasi, atau peralatan
2. Suptitusi : Upaya untuk mengganti bahan, proses,
operasi, atau peralatan dari yang berbahaya
menjadi tidak berbahaya
3. Rekayasa teknis : Upaya memisahkan / isolasi sumber
bahaya dari tenaga kerja dengan memasang
sistem pengamanan pada alat, mesin dan area kerja.
4. Administratif : Upaya pengendalian dari sisi tenaga kerja
agar dapat melakukan pekerjaan secara
aman
5. Penggunaan APD : Upaya penggunaan alat yang
berfungsi untuk mengisolasi sebagian atau
seluruh tubuh dari sumber bahaya.

PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN FAKTOR FISIKA


1.Iklim kerja
Pengukuran dan pengendalian iklim kerja harus
dilakukan pada tempat kerja yang memiliki sumber bahaya
tekanan panas dan tekanan dingin
a.Iklim kerja panas
Tempat kerja yang memiliki sumber bahaya tekanan
panas merupakan tempat kerja yang terdapat sumber
panas atau memiliki ventilasi yang tidak memadai.
Contoh :
Tempat kerja dengan iklim panas adalah tempat kerja
peleburan baja, peleburan logam, pabrikasi, dll.
b.Iklim kerja dingin
Tempat kerja yang memiliki sumber bahaya tekanan
dingin merupakan tempat kerja yang terdapat sumber
Contoh :
Tempat kerja penyimpanan pendingin ikan, gaging,
buah, proses pembuatan es, dll.
Tempat kerja iklim panas dan iklim dingin apabila hasil
pengukuran melebihi NAB, maka harus dilakukan
pengendalian.
Pengendalian dilakukan melalui :
1. Menghilangkan sumber panas atau sumber dingin
2. Mengganti alat, bahan dan proses kerja yang
menimbulkan panas atau dingin
3. Mengisolasi atau membatasi pajanan
4. Menyediakan sistem ventilasi
5. Menyediakan air minum
6. Membatasi waktu pajanan
7. Penggunaan baju kerja yang sesuai
8. Penggunaan APD yang sesuai
2. Kebisingan
Jika hasil pengukuran melebihi NAB, maka harus
dilakukan pengendalian melalui :
1. Menghilangkan sumber kebisingan
2. mengganti alat, bahan, proses kerja yang menghasil
kan kebisingan
3. Memaang pembatas, peredam suara atau penutupan
4. Mengatur / membatasi waktu pajanan kebisingan
5. Memakai APD

3. Getaran
Tempat kerja yang memiliki sumber bagaya getaran pada
lengan dan getaran pada seluruh tubuh yang melebihi
NAB harus dilakukan pengendalian melalui :
1. Menghilangkan sumber getaran dari tempat kerja
2. Mengganti alat, bahan dan proses kerja yang
menimbulkan getaran
3. Mengurangi pajanan getaran dengan menambah /
menyisipkan peredam atau bantalan diantara alat dan
bagian tubuh yang kontak dengan alat kerja
4. Membatasi pajanan getaran melalui pengaturan waktu
kerja
5. Menggunakan APD
4. Gelombang radio atau gelombang mikro
Pekerja yang bekerja pada tempat kerja yang terdapat
radiasi gelombang elektromagnetik sampai dengan
frekuensi 300 MHz, jika hasil pengukurannya melebihi
NAB, maka harus dilakukan pengendalian melalui :
1. Menghilangkan sumber radiasi gelombang radio atau
gelombang mikro dari tempat kerja
2. Mengisolasi / membatasi pajanan sumber radiasi
3. Membatasi waktu pajanan terhadap sumber radiasi
4. Penggunaan APD
5. Melakukan pengendalian lainnya yang sesuai
5. Sinar ultra ungu (Ultra violet)
Tempat kerja yang memiliki sumber bahaya sinar UV
dengan panjang gelombang 180 nano meter sd 400 nm
maka dilakukan pengendalian melalui :
1. Menghilangkan sumber radiasi UV dari tempat kerja
2. Mengisolasi atau membatasi pajanan sumber radiasi
3. Merancang tempat kerja dengan menggunakan
peralatan proteksi radiasi
4. Mengatur jarak aman sesuai dengan standar antara
sumber pajanan dengan pekerja
5. Membatasi pajanan radiasi sinar UV melalui penga
turan waktu kerja
6. Penggunaan APD yang sesuai
7. Melakukan pengendalian lainnya yang sesuai
6. Medan Magnet statis
Pengukuran medan magnet statis dilakukan pada tempat
kerja yang terdapat medan atau area yang ditimbulkan
oleh pergerakan arus listrik, jika NAB nya melebihi nailai
standar, maka harus dilakukan pengendalian melalui :
1. Menghilangkan sumber medan magnet statis dari
tempat kerja
2. Mengganti alat, bahan, proses kerja yang menimbul
kan sumber medan magnet statis
3. Mengisolasi atau membatasi waktu pajanan terhadap
sumber medan magnet statis
4. Mengatur jarak aman sesuai dengan standar naional
Indonesia antara sumber pajanan dengan pekaerja
5. Menggunakan APD
6. Melakukan pengendalian lainnya yang sesuai
7. Tekanan udara ditempat kerja
Tempat kerja yang memiliki sumber bahaya tekanan
udara ekstrim merupakan tempat kerja yang kedap air,
diperairan yang dalam, pekerjaan dibawah tanah atau
dibawah air harus dilakukan pengendalian melalui :
1. Menghindari pekerjaan pada tempat kerja yang
memiliki sumber bahaya tekanan udara ekstrim
2. Mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap
tekanan udara ekstrim
3. Menggunakan baju kerja yang sesuai
4. Menggunakan APD yang sesuai
5. Menggunakan pengendalian lain yang sesuai dng Iptek

8. Pencahayaan
Pengukuran pencahayaan meliputi :
1. Pencahayaan alami
2. Pencahayaan buatan
Sarana pencahayaan
sarana pencahayaan darurat harus disediakan untuk
penyelamatan dan evakuasi dalam keadaan darurat
Sarana pencahayaan harus memenuhi syarat berikut :
a. bekerja secara otomatis
b. Mempunyai intensitas pencahayaan yang cukup untuk
melakukan evakuasi atau penyelamatan
c. Dipasang pada jalur evakuasi atau akses jalan keluar.
Akses jalan keluar harus dilengkapi garis penunjuk jalan
keluar yang terbuat dari bahan reflektif atau dapat
memancarkan cahaya jika malam hari
Persyaratan sumber penerangan gedung :
Penerangan darurat : 5 lux
Halaman dan jalan jalan : 20 lux
Membedakan barang besar : 50 lux
Membedakan barang kecil secara sepintas : 100 lux
Membedakan barang kecil agak teliti dan halus : 200 lux
Membedakan barang kecil secara teliti dan halus : 300 lux
Membedakan barang halus dengan kontras yang sedang
dan lama : 500 – 1000 lux
Membedakan barang kalus dengan kontras yang sangat
kurang dan lama : 2000 lux

PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN FAKTOR KIMIA


Pengukuran terhadap pajanan faktor kimia dilakukan :
1. Hasilnya untuk dibandingkan dengan NAB harus di
lakukan paling singkat selama 6 jam
2. Hasilnya untuk dibandingkan dengan PSD harus
dilakukan paling singkat selama 15 menit sebanyak 4
kali dalam durasi 8 jam kerja
3. Hasilnya untuk dibandingkan dengan KTD harus
dilakukan dengan menggunakan alat pembacaan
langsung untuk memastikan tidak terlampaui
Apabila hasil pengukurannya melebihi dari NAB, maka
harus dilakukan pengendalian
Pengendalian untuk pajanan faktor kimia adalah sbb :
1. Menghilangkan sumber potensi bahaya kimia dari
tempat kerja
2. Menggantikan bahan kimia dengan bahan kimia lain
yang tidak mempunyai potensi bahaya atau potensi
bahaya yang lebih rendah
3. Memodifikasi proses kerja yang menimbulkan sumber
potensi bahaya kimia
4. Mengisolasi atau membatasi pajanan sumber potensi
bahaya kimia
5. Menyediakan sistem ventilasi
6. Membatasi pajanan sumber potensi bahaya kimia
melalui pengaturan waktu kerja
7. Merotasi tenaga kerja kedalam proses pekerjaan yang
tidak terdapat potensi bahaya bahan kimia
8. Penyediaan lembar data keselamatan bahan dan lebel
bahan kimia
9. Pengendalian lainnya sesuai dengan tingkat risiko

PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN FAKTOR BIOLOGI


Potensi bahaya faktor biologi meliputi : bila ada,
a. Mikro organisme dan / atau toksinnya
b. Anthropoda dan / atau toksinnya
c. Hewan invertebrata dan / atau toksinnya
d. Alergen dan toksin dari tumbuhan
e. Binatang berbisa dan binatang buas
f. Produk binatang dan tumbuhan berbahaya lainnya

PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN FAKTOR ERGONOMI


a. Cara kerja, posisi kerja dan postur tubuh yang tidak
sesuai saat melakukan pekerjaan
b. Desain alat kerja dan tempat kerja yg tdk sesuai dng
antropometri tenaga kerja
Cara pengendalian potensi bahaya faktor Ergonomi :
a.Menghindari posisi kerja yang janggal
b.Memperbaiki cara kaerja dan posisi kerja
c.Mendesain kembali atau mengganti tempat kerja, objek
kerja, bahan, desain tempat dan peralatan kerja
d.Memodifikasi tempat kerja, objek kerja, bahan, desain
tempat dan peralatan kerja
e.Mengatur waktu kerja dan waktu istirahat
f.Melakukan pekerjaan dengan sikap tubuh dalam posisi
netral
g.Menggunakan alat bantu
PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN FAKTOR PSIKOLOGI
Potensi bahaya meliputi :
a.Konplik peran
b.Beban kerja kualitatif / kuantitatif yang berlebihan
c.Pengembangan karier
d.Tanggung jawab terhadap orang lain.
Pengendalian :
a.Melakukan pemilihan, penempatan dan pendidikan
pelatihan bagi tenaga kerja
b. Mengadakan program konseling
c. Mengadakan komunikasi organisasi dng teratur
d. Memberikan kebebasan kepada tenaga kerja untuk suatu
masukan dalam proses pengambilan keputusan
e. Mengubah struktur organisasi, fungsi dan atau merancang
kembali pekerjaan yang ada
f. Mengadakan program kebugaran bagi tenaga kerja
g. Menggunakan sistem pemberian imbalan tertentu
h. Pengendalian lainnya sesuai dengan kebutuhan
1
1

Anda mungkin juga menyukai