Anda di halaman 1dari 4

 UNDANG-UNDANG PEMERINTAH KESELAMATAN KERJA

Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah


segala kegiatan untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan
derajat kesehatan para pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan
penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi
kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi

 PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Ada. Peraturan terkait K3 dapat kita temukan antara lain, dalam:

1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.


Undang-Undang terkenal sebagai aturan pokok K3. UU ini mengatur
kewajiban perusahaan dan pekerja dalam melaksanakan keselamatan
kerja.
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 4 tahun 1987 tentang Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
3. Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. Undang-
Undang ini memberi kewajiban bagi perusahaan untuk memeriksakan
kesehatan badan, kondisi mental, dan kemampuan fisik pekerja yang
baru maupun yang akan dipindahkan ke tempat kerja baru, sesuai
dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan kepada pekerja, serta
pemeriksaan kesehatan secara berkala. Sebaliknya para pekerja juga
berkewajiban memakai alat pelindung diri (APD) dengan tepat dan benar
serta mematuhi semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang
diwajibkan.  
4. Undang-undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja yang saat ini telah diubah menjadi Sistem Jaminan Sosial
Nasional Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 yang mengatur jaminan
sosial tenaga kerja salah satunya adalah jaminan kecelakaan kerja.  
5. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang
Timbul Akibat Hubungan Kerja
6. Peraturan Menteri Nomor 5 tahun 1996 mengenai Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
7. Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam
pasal 86 menegaskan hak pekerja untuk memperoleh perlindungan atas
keselamatan dan kesehatan kerja. 

8. Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem


Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
9. Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2019 tentang Penyakit Akibat Kerja
10.Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018 tentang K3
Lingkungan Kerja 

 TUJUAN DARI PELAKSANAAN K3

Berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan


Kerja, terdapat 3 tujuan utama dari penerapan K3, yakni:
1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang
lain di tempat kerja.
2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan
efisien.
3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional.

 USAHA-USAHA YANG PERLU DILAKUKAN OLEH PERUSAHAAN


UNTUK MENCIPTAKAN KESELAMATAN KERJA
Dalam mewujudkan K3, perusahaan atau pemberi kerja perlu mengikuti
sejumlah prinsip berikut:
1. Menyediakan alat pelindung diri (APD) di tempat kerja.
2. Menyediakan buku petunjuk penggunaan alat atau isyarat bahaya.
3. Menyediakan peraturan pembagian tugas dan tanggung jawab.
4. Menyediakan tempat kerja yang aman sesuai standar syarat-syarat
lingkungan kerja (SSLK). Contohnya, tempat kerja steril dari debu
kotoran, asap rokok, uap gas, radiasi, getaran mesin dan peralatan,
kebisingan; aman dari arus listrik; memiliki penerangan yang memadai;
memiliki ventilasi dan sirkulasi udara yang seimbang; dan memiliki
peraturan kerja atau aturan perilaku di tempat kerja.
5. Menyediakan penunjang kesehatan jasmani dan rohani di tempat kerja.
6. Menyediakan sarana dan prasarana yang lengkap di tempat kerja.
7. Memiliki kesadaran dalam menjaga keselamatan dan kesehatan kerja.
8. Membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja

 KEWAJIBAN DAN HAK DARI TENAGA KERJA BERKAITAN DENGAN


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Menurut pasal 12 UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, kewajiban dan hak tenaga kerja adalah sebagai berikut :
1. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai
pengawas atau ahli keselamatan kerja
2. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
3. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan
kesehatan yang diwajibkan
4. Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan
dan kesehatan yang diwajibkan
5. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat
keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang
diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan
lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat
dipertanggung-jawabkan.

 PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (P2K3)?


Berdasarkan Permenaker RI Nomor PER.04/MEN/1987 tentang Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli
Keselamatan Kerja, Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(P2K3) adalah badan pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah
kerjasama antara pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan kerjasama
saling pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja. 

 TUGAS PENGURUS/PENGAWAS DALAM HAL KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA?
Yang perlu diketahui pertama adalah Pengurus/Pengawas merupakan
orang yang mempunyai tugas memimpin langsung sesuatu tempat kerja atau
bagiannya yang berdiri sendiri. 
Berdasarkan pasal 8, 9, 11 dan 14 Undang - Undang No. 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pengurus bertanggung jawab untuk :
1. Memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik
dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan
sesuai dengan sifat - sifat pekerjaan yang diberikan padanya.
2. Memeriksa semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya,
secara berkala pada Dokter yang ditunjuk oleh Pengusaha dan
dibenarkan oleh Direktur
3. Menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang :
4. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta apa yang dapat timbul dalam
tempat kerjanya
5. Semua pengamanan dan alat - alat perlindungan yang diharuskan dalam
semua tempat kerjanya
6. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan
7. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya
8. Bertanggung jawab dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan
kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula
dalam pemberian pertolongan pertama dalam kecelakaan.
9. Melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang
dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
10.Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya,
semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-
undang ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi
tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah
dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
kesehatan kerja

Anda mungkin juga menyukai