A. Latar Belakang
Pembangunan nasional negara Indonesia dilaksanakan dalam rangka
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat
Indonesia seluruhnya. Pembangunan nasional juga tidak lepas dari tujuan
bangsa Indonesia sendiri, yaitu meningkatkan harkat, martabat, derajat, dan
kemampuan manusia Indonesia. Keseluruhan tujuan itu bermuara pada upaya
mewujudkan masyarakat sejahtera, adil, dan makmur, baik materiil maupun
spiritual.
Perwujudan masyarakat yang sejahtera, adil, dan makmur, baik materiil
maupun spiritual,tidak dapat dilepaskan dari peranan pekerja, baik pekerja pria
maupun wanita. Peran seluruh pekerja sebagai penunjang keberhasilan
pembangunan nasional turut membawa keseimbangan dalam dunia usaha.
Dalam melaksanakan pekerjaannya, pekerja selalu dihadapkan dengan risiko
kecelakaan kerja yang mungkin dialami. Oleh sebab itu, upaya perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) harus diprioritaskan oleh para
pengusaha
karena keselamatan serta kesehatan kerja (K3) merupakan faktor pendukung
keberhasilan proses produksi. K3 atau keselamatan dan kesehatan kerja sendiri
adalah suatu program
yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan
timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam
lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dan tindakan antisipasi
bila terjadi hal demikian. Tujuan dilaksanakannya keselamatan dan kesehatan
Kerja (K3) adalah untuk mewujudkan lingkungan kerja yang aman, nyaman,
Sehat, dan selamat serta mewujudkan tenaga kerja yang sehat dan produktif.3
Pengusaha harus melaksanakan serta memenuhi segala sesuatu yang
Menjadi hak keselamatan dan kesehatan kerja (K3) para pekerjanya, terutama
Bagi pekerja wanita. Pekerja wanita yang sering didiskreditkan harus diberi
Perlindungan secara utuh dan penuh. Perlindungan secara khusus diberikan
Sesuai dengan aturan yang sudah tertulis dalam peraturan perundang-
undangan.
1945, Pasal 27 ayat (2) mengatur tentang hak setiap orang, baik pria maupun
Sini, setiap orang sebagai anggota masyarakat berhak untuk bekerja guna
Kerja Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor 1 diatur pula
Para pekerja harus diberikan di segala tempat kerja pekerja, baik di darat, di
Dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di
Dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. 5
Dalam Undang–
Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165 diatur bahwa semua hak yang
Dimiliki oleh manusia itu tidak lain karena anugerah Tuhan Yang Mahaesa,
Dijunjung tinggi, dan dijaga oleh setiap insan manusia. Salah satu hak yang
Diatur secara khusus dalam undang-undang ini adalah hak wanita. Hak wanita
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka
rumusan masalah yang diangkat adalah bagaimanakah pelaksanaan Peraturan
– Undang – Undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja?
C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan, tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana
pelaksanaan Peraturan Undang – undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
1. Permenaker No. 04/Men/1987 tentang P2K3 serta tata cara penunjukan ahli K-3
Menimbang:
a. bahwa untuk mencegah terjadinya gangguan keselamatan dan kesehatan
tenaga kerja dalam rangka peningkatan efisiensi dan produktivitas kerja, perlu
penerapan keselamatan kerja, higene perusahaan dan kesehatan kerja di
perusahaan-perusahaan;
b. bahwa bertalian dengan hal tersebut diatas, perusahan perlu memiliki Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk membantu pimpinan
perusahaan dalam penerapan keselamatan kerja, higene dan Kesehatan Kerja;
c. bahwa untuk maksud itu perlu ditetapkan dengan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Mengingat:
Pasal 2
1) Setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu pengusaha atau pengurus wajib
Membentuk P2K3.
2) Tempat kerja dimaksud ayat (1) ialah:
a. Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan
100 orang atau Lebih;
b. Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan
kurang dari 100 Orang, akan tetapi menggunakan bahan, proses
dan instalasi yang mempunyai Risiko yang besar akan terjadinya
peledakan, kebakaran, keracunan dan Penyinaran radioaktif
Pasal 3
1) Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan pekerja yang susunannya
terdiri Dari Ketua, Sekretaris dan Anggota.
2) Sekretaris P2K3 ialah ahli Keselamatan Kerja dari perusahaan yang bersangkutan.
3) P2K3 ditetapkan oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuknya atas usul dari
pengusaha Atau pengurus yang bersangkutan.
Pasal 4
1) P2K3 mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun
Tidak kepada pengusaha atau pengurus mengenai masalah keselamatan dan kesehatan
Kerja.
2) Untuk melaksanakan tugas tersebut ayat (1), P2K3 mempunyai fungsi:
a. dan mengolah data tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Tempat
kerja;
b. Membantu menunjukan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja:
1. Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan
gangguan keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk bahaya
kebakaran dan peledakan serta cara penanggulangannya.
2. Faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja;
3. Alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
4. Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan
pekerjaannya;
c. pengusaha atau pengurus dalam:
1. Mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja;
2. Menentukan tindakan koreksi dengan alternatif terbaik;
3. Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap keselamatan
dan Kesehatan kerja;
4. Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat kerja
serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan;
5. Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang keselamatan
kerja, hygiene perusahaan, kesehatan kerja dan ergonomi;
6. Melaksanakan pemantauan terhadap gizi kerja dan menyelenggarakan
Makanan di perusahaan;
7. Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja;
8. Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja;
9. Mengembangkan laboratorium kesehatan dan keselamatan kerja,
melakukan pemeriksaan laboratorium dan melaksanakan interpretasi
hasil pemeriksaan;
10. Menyelenggarakan administrasi keselamatan kerja, higene perusahaan
dan kesehatan kerja.
d. Membantu pimpinan perusahaan menyusun kebijaksanaan manajemen dan
pedoman kerja dalam rangka upaya meningkatkan keselamatan kerja, higene
perusahaan, kesehatan kerja, ergonomi dan gizi tenaga kerja.
Pasal 7
Untuk menunjuk Ahli Keselamatan Kerja, Menteri membentuk Tim Penilai yang secara
Pengawasan Norma Kerja dan anggotanya terdiri dari pejabat Departemen Tenaga Kerja
Dan Instansi atau Badan atau Lembaga di Luar Departemen Tenaga Kerja yang dipandang
Perlu.
Pasal 8
Pasal 10
Pasal 12
Alat Pelindung Diri : suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang
yang fungsinya mengisolasi sebagian atauseluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja.