Anda di halaman 1dari 37

PER.

04/MEN/1987

PERATURAN
MENTERI TENAGA KERJA
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : PER.04/MEN/1987

TENTANG
PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SERTA
TATA CARA PENUNJUKAN AHLI KESELAMATAN KERJA

MENTERI TENAGA KERJA


REPUBLIK INDONESIA

Menimbang: a. bahwa untuk mencegah terjadinya gangguan keselamatan dan keseha-


tan tenaga kerja dalam rangka peningkatan efisiensi dan produktivitas
kerja, perlu penerapan keselamatan kerja, higene perusahaan dan
kesehatan kerja di perusahaan-perusahaan;
b. bahwa bertalian dengan hal tersebut diatas, perusahan perlu memiliki
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk membantu
pimpinan perusahaan dalam penerapan keselamatan kerja, higene
perusahaan dan Kesehatan Kerja;
c. bahwa untuk maksud itu perlu ditetapkan dengan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.

Mengingat: 1. Undang-undang No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan Pokok


mengenai Tenaga Kerja;
2. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No.
PER.03/MEN/1978 tentang Persyaratan Penunjukan dan Wewenang
serta Kewajiban Pegawai Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dan Ahli Keselamatan Kerja;
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER.03/MEN/1984 tentang
Pengawasn Ketenagakerjaan Terpadu.

697
PER.04/MEN/1987

MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA
TENTANG PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN KESEHA-
TAN KERJA SERTA TATA CARA PENUNJUKAN AHLI KESELA-
MATAN KERJA.

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
a. Tempat kerja ialah setiap ruangan atau lapangan, terbuka atau tertutup, bergerak atau
tetap dimana tenaga kerja melakukan pekerjaan atau sering dimasuki tenaga kerja
untuk keperluan suatu usaha, dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber
bahaya.
b. Pengurus adalah orang yang ditunjuk untuk memimpin langsung suatu kegiatan kerja
atau bagiannya yang berdiri sendiri.
c. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah tenaga teknis berkeahlian khusus dari
luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja dan
berfungsi membantu pimpinan perusahaan atau pengurus untuk menyelenggarakan
dan meningkatkan usaha keselamatan kerja, higene perusahaan dan kesehatan kerja,
membantu pengawasan ditaatinya ketentuan-ketentuan peraturan perundangan bidang
keselamatan dan kesehatan kerja;
d. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disebut P2K3
ialah badan pembantu di tempat kerja yang meruakan wadah kerjasama antara
pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan kerjasama saling pengertian dan
partisipasi efektif dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.

Pasal 2
(1) Setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu pengusaha atau pengurus wajib
membentuk P2K3.
(2) Tempat kerja dimaksud ayat (1) ialah:
a. tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan 100 orang atau
lebih;
b. tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan kurang dari 100
orang, akan tetapi menggunakan bahan, proses dan instalasi yang mempunyai
risiko yang besar akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan
penyinaran radioaktif.

698
PER.04/MEN/1987

Pasal 3
(1) Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan pekerja yang susunannya terdiri
dari Ketua, Sekretaris dan Anggota.
(2) Sekretaris P2K3 ialah ahli Keselamatan Kerja dari perusahaan yang bersangkutan.
(3) P2K3 ditetapkan oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuknya atas usul dari pengusaha
atau pengurus yang bersangkutan.

Pasal 4
(1) P2K3 mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun
tidak kepada pengusaha atau pengurus mengenai masalah keselamatan dan kesehatan
kerja.
(2) Untuk melaksanakan tugas tersebut ayat (1), P2K3 mempunyai fungsi:
a. Menghimpun dan mengolah data tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
tempat kerja;
b. Membantu menunjukan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja:
1) Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan gangguan
keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk bahaya kebakaran dan peledakan
serta cara penanggulangannya.
2) Faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja;
3) Alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
4) Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan pekerjaannya;
c. Membantu pengusaha atau pengurus dalam:
1) Mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja;
2) Menentukan tindakan koreksi dengan alternatif terbaik;
3) Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja;
4) Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat kerja serta
mengambil langkah-langkah yang diperlukan;
5) Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang keselamatan kerja,
hygiene perusahaan, kesehatan kerja dan ergonomi;
6) Melaksanakan pemantauan terhadap gizi kerja dan menyelenggarakan
makanan di perusahaan;
7) Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja;
8) Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja;

699
PER.04/MEN/1987

9) Mengembangkan laboratorium kesehatan dan keselamatan kerja, melakukan


pemeriksaan laboratorium dan melaksanakan interpretasi hasil pemeriksaan;
10) Menyelenggarakan administrasi keselamatan kerja, higene perusahaan dan
kesehatan kerja.
d. Membantu pimpinan perusahaan menyusun kebijaksanaan manajemen dan
pedoman kerja dalam rangka upaya meningkatkan keselamatan kerja, higene
perusahaan, kesehatan kerja, ergonomi dan gizi tenaga kerja.

Pasal 5
(1) Setiap pengusaha atau pengurus yang akan mengangkat Ahli Keselamatan Kerja
harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Menteri.
(2) Permohonan penunjukan Ahli Keselamatan Kerja sebagaimana dimaksud ayat (1)
harus bermaterai cukup dan dilampirkan:
a. Daftar riwayat hidup calon Ahli Keselamatan Kerja;
b. Surat keterangan pengalaman kerja;
c. Surat keterangan berbadan sehat dari dokter;
d. Surat pernyataan bekerja penuh di perusahaan yang bersangkutan;
e. Foto copy ijasah atau STTB terakhir;
f. Sertifikat pendidikan khusus yang diselenggarakan oleh Departemen Tenaga
Kerja atau Badan atau Lembaga Pendidikan yang diakui Departemen Tenaga
Kerja.

Pasal 6
Permohonan dimaksud pasal 5 disampaikan kepada Menteri dengan tembusan
disampaikan kepada:
a. Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat;
b. Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja di mana perusahaan yang bersangkutan
melakukan kegiatan usahanya.

Pasal 7
Untuk menunjuk Ahli Keselamatan Kerja, Menteri membentuk Tim Penilai yang secara
fungsional diketuai oleh Direktur Jenderal Bina Hubungan Ketenagakerjaan dan
Pengawasan Norma Kerja dan anggotanya terdiri dari pejabat Departemen Tenaga Kerja

700
PER.04/MEN/1987

dan Instansi atau Badan atau Lembaga di Luar Departemen Tenaga Kerja yang dipandang
perlu.

Pasal 8
Tim Penilai sebagaimana dimaksud pasal 7 mempunyai fungsi:
a. Memeriksa kelengkapan persyaratan calon Ahli Keselamatan Kerja yang diajukan
pengusaha atau pengurus;
b. Melakukan pengujian kemapuan teknis di bidang keselamatan kerja, higene
perusahaan, kesehatan kerja dan ergonomi;
c. Menyampaikan kepada Menteri:
1) Untuk dikeluarkan keputusan penunjukan sebagai Ahli Keselamatan Kerja apabila
calon Ahli Keselamatan Kerja yang bersangkutan dinilai telah meemnuhi
persyaratan oleh Tim Penilai;
2) Untuk dikeluarkan keputusan penolakan permohonan pengusaha atau pengurus
apabila calon Ahli Keselamatan Kerja yang bersangkutan dinilai tidak memenuhi
persyaratan oleh Tim Penilai.

Pasal 9
Bila pengusaha atau pngurus yang ditolak permohonannya sebagaimana dimaksud pasal 8
huruf c butir 2 dapat mengajukan kembali permohonan penunjukan ahli Keselamatan
Kerja sesuai prosedur sebagaimana dimaksud pasal 5.

Pasal 10
Keputusan penunjukan Ahli Keselamatan Kerja dapat dicabut apabila:
a. Tidak memenuhi peraturan perundang-undangan keselamatan kerja;
b. Pindah ke Perusahaan lain;
c. Melakukan kesalahan atau kecerobohan sehingga menimbulkan kecelakaan;
d. Mengundurkan diri;
e. Meninggal dunia.

Pasal 11
(1) Keputusan penunjukan Ahli Keselamatan Kerja sebagaimana dimaksud pasal 8 huruf
c butir 1 berlaku untuk jangka waktu 3 tahun.

701
PER.04/MEN/1987

(2) Setelah tenggang waktu sebagaimana dimaksud ayat (1) berakhir, dapat dimintakan
perpanjangan kepada Menteri.
(3) Permohonan perpanjangan sebagaimana dimaksud ayat (2) diajukan menurut
prosedur pasal 6 dengan melampirkan:
a. Foto copy keputusan penunjukan Ahli Keselamatan Kerja yang bersangkutan;
b. Surat pernyataan pengurus yang menyatakan bahwa Ahli Keselamatan Kerja yang
bersangkutan mempunyai prestasi baik.

Pasal 12
Sekurang-kurangnya 3 bulan sekali pengurus wajib menyampaikan laporan tentang
kegiatan P2K3 kepada Menteri melalui Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat.

Pasal 13
(1) Ahli Keselamatan Kerja yang telah ditunjuk sebelum Peraturan Menteri ini berlaku,
tetap berlaku sampai paling lama 1 (satu) tahun sejak Peraturan Menteri ini
dinyatakan berlaku.
(2) Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja dimaksud ayat (1) dapat diperpanjang dengan
melalui prosedur sebagaimana dimaksud pasal 11 ayat (2) dan (3).

Pasal 14
Pengusaha atau pengurus yang tidak memenuhi ketentuan pasal 2 diancam dengan
hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp.
100.000,- (seratus ribu rupiah) sesuai ketentuan pasal 13 ayat (2) dan (3) Undang-undang
No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Pasal 15
Pegawai Pengawas Keselamatan Kerja dimaksud Undang-undang No. 1 Tahun 1970,
melakukan pengawasan terhadap ditaatinya pelaksanaan Peraturan Menteri ini.

702
PER.04/MEN/1987

Pasal 16
Paraturan menteri ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 03 Agustus 1997
MENTERI TENAGA KERJA
REPUBLIK INDONESIA

ttd.

SUDOMO

703
PER-02/MEN/1992

PERATURAN
MENTERI TENAGA KERJA
NOMOR : PER-02/MEN/1992

TENTANG
TATA CARA PENUNJUKAN KEWAJIBAN DAN WEWENANG
AHLI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

MENTERI TENAGA KERJA


REPUBLIK INDONESIA

Menimbang: a. bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan pasal 1 ayat (6) dan pasal 5 ayat
(2) Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja, perlu
menetapkan tata cara penunjukan, kewajiban dan wewenang ahli
keselamatan dan kesehatan kerja;
b. bahwa tata cara penunjukan, kewajiban dan wewenang ahli
keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. PER-
03/Men/1978 dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-
04/Men/1987 sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan sehingga perlu
disempurnakan;
c. bahwa untuk itu perlu ditetapkan dengan Peraturan Menteri;

Mengingat: 1. Undang-undang Uap tahun 1930 (Stb 1930 No. 225);


2. Undang-undang No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan Pokok
mengenai Tenaga Kerja;
3. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
4. Peraturan Uap tahun 1930 (Stb 1930 No. 339);
5. Keputusan Presiden RI No. 15 tahun 1984 yo. Keputusan Presiden No.
30 tahun 1987 tentang Susunan Organisasi Departemen;
6. keputusan Presiden RI No. 64/M tahun 1988 tentang pembentukan
Kabinet Pembangunan V;
7. peraturan menteri tenaga kerja No. Per-04/Men/1987 tentang Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara
Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.

744
PER-02/MEN/1992

MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA
TENTANG TATA CARA PENUNJUKAN, KEWAJIBAN DAN
WEWENANG AHLI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:
a. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah tenaga teknik berkeahlian khusus dari
luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
mengawasi ditaatinya Undang-undang Keselamatan Kerja.
b. Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung suatu tempat
kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.
c. Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap dimana tenaga kerja melakukan pekerjaan atau yang sering dimasuki tenaga
kerja untuk keperluan suatu usaha, dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber
bahaya.
d. Direktur ialah Direktur sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No. 1 tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja.

Pasal 2
(1) Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk berwenang menunjuk ahli
keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kerja dengan kriteria tertentu dan pada
perusahaan yang memberikan jasa dibidang keselamatan dan kesehatan kerja.
(2) Kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah:
a. Suatu tempat kerja dimana pengurus mempekerjakan tenaga kerja lebih dari 100
orang;
b. Suatu tempat kerja dimana pengurus mempekerjakan tenaga kerja kurang dari 100
orang akan tetapi menggunakan bahan, proses, alat dan atau instalasi yang besar
risiko bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja;

745
PER-02/MEN/1992

BAB II
TATA CARA PENUNJUKAN
AHLI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Pasal 3
Untuk dapat ditunjuk sebagai ahli keselamatan dan kesehatan kerja harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
Berpendidikan Sarjana, Sarjana Muda atau Sederajat dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Sarjana dengan pengalaman kerja sesuai dengan bidang keahliannya sekurang-
kurangnya 2 tahun;
2. Sarjana Muda atau Sederajat dengan pengalaman kerja sesuai dengan bidang
keahliannya sekurang-kurangnya 4 tahun:
a. Berbadan sehat;
b. Berkelakuan baik;
c. Bekerja penuh di instansi yang bersangkutan;
d. Lulus seleksi dari Tim Penilai.

Pasal 4
(1) Penunjukan ahli keselamatan dan kesehatan kerja ditetapkan berdasarkan
permohonan tertulis dari pengurus atau pimpinan instansi kepada Menteri Tenaga
Kerja atau Pejabat yang ditunjuk.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus melampirkan:
a. Daftar riwayat hidup;
b. Surat keterangan pengalaman kerja dibidang keselamatan dan kesehatan kerja;
c. Surat keterangan berbadan sehat dari dokter;
d. Surat keterangan pemeriksaan psikologi yang menyatakan sesuai untuk
melaksanakan tugas sebagai ahli keselamatan dan kesehatan kerja;
e. Surat berkelakuan baik dari Polisi;
f. Surat keterangan pernyataan bekerja penuh dari perusahaan/instansi yang
bersangkutan;
g. Foto copy ijazah atau Surat Tanda Tamat Belajar terakhir;
h. Sertifikat pendidikan khusus keselamatan dan kesehatan kerja, apabila yang
bersangkutan memilikinya.

746
PER-02/MEN/1992

Pasal 5
(1) Penunjukan ahli keselamatan dan kesehatan kerja diberikan setelah memperhatikan
pertimbangan Tim Penilai;
(2) Tim Penilai sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditunjuk Menteri Tenaga Kerja,
dan diketuai oleh Direktur Jenderal yang membidangi keselamatan dan kesehatan
kerja yang anggotanya terdiri dari Pejabat Departemen Tenaga Kerja, Badan dan
Instansi lain yang dipandang perlu.

Pasal 6
(1) Tim Penilai sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 mempunyai tugas melakukan
penilaian tentang syarat-syarat administrasi dan kemampuan pengetahuan teknis
keselamatan dan kesehatan kerja.
(2) Kemampuan pengetahuan teknis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ialah
kemampuan melakukan identifikasi, evaluasi dan pengendalian masalah-masalah
keselamatan dan kesehatan kerja ditempat kerja sesuai dengan bidang tugasnya.

Pasal 7
(1) Keputusan penunjukan ahli keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud
dalam pasal 4 ayat (1) berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun.
(2) Keputusan penunjukan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dimintakan
perpanjangan kepada Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk.
(3) Permohonan perpanjangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diajukan menurut
prosedur dalam pasal 4 ayat (1) dengan melampirkan:
a. Semua lampiran sebagaimana disebut dalam pasal 4 ayat (2);
b. Salinan keputusan penunjukan ahli keselamatan dan kesehatan kerja yang lama;
c. Surat pernyataan dari pengurus atau pimpinan instansi mengenai prestasi ahli
keselamatan dan kesehatan kerja yang bersangkutan;
d. Rekapitulasi laporan kegiatan selama menjalankan tugas.
(4) Dalam keputusan penunjukan perpanjangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
Tim Penilai dapat melakukan pengujian kembali tentang kemampuan pengetahuan
teknis keselamatan dan kesehatan kerja.

747
PER-02/MEN/1992

Pasal 8
(1) Keputusan penunjukan ahli keselamatan dan kesehatan kerja tidak berlaku apabila
yang bersangkutan:
a. Pindah tugas ke perusahaan atau instansi lain;
b. Mengundurkan diri;
c. Meninggal dunia.
(2) Keputusan penunjukan ahli keselamatan dan kesehatan kerja dicabut apabila yang
bersangkutan terbukti:
a. Tidak memenuhi peraturan perundang-undangan keselamatan dan kesehatan
kerja;
b. Melakukan kesalahan dan kecerobohan sehingga menimbulkan keadaan
berbahaya;
c. Dengan sengaja dan atau karena kehilafannya menyebabkan terbukanya suatu
rahasia perusahaan/instansi yang karena jabatannya wajib untuk dirahasiakan.

BAB III
KEWAJIBAN DAN WEWENANG
AHLI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Pasal 9
(1) Ahli keselamatan dan kesehatan kerja berkewajiban:
a. Membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundangan keselamatan dan
kesehatan kerja sesuai dengan bidang yang ditentukan dalam keputusan
penunjukannya;
b. Memberikan laporan kepada Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk
mengenai hasil pelaksanaan tugas dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Untuk ahli keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja satu kali dalam 3
(tiga) bulan, kecuali ditentukan lain;
2. Untuk ahli keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan yang memberikan
jasa dibidang keselamatan dan kesehatan kerja setiap saat setelah selesai
melakukan kegiatannya;
c. Merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan/instansi yang didapat
berhubungan dengan jabatannya.
(2) Tembusan laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b ditujukan kepada:
1. Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat;

748
PER-02/MEN/1992

2. Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja setempat;


3. Direktur Bina Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Pasal 10
(1) Ahli keselamatan dan kesehatan kerja berwenang untuk:
a. Memasuki tempat kerja sesuai dengan keputusan penunjukan;
b. Meninta keterangan dan atau informasi mengenai pelaksanaan syarat-syarat
keselamatan dan kesehatan kerja ditempat kerja sesuai dengan keputusan
penunjukannya;
c. Memonitor, memeriksa, menguji, menganalisa, mengevaluasi dan memberikan
persyaratan serta pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja yang meliputi:
1. Keadaan dan fasilitas tenaga kerja.
2. Keadaan mesin-mesin, pesawat, alat-alat kerja, instalasi serta peralatan
lainnya.
3. Penanganan bahan-bahan.
4. Proses produksi.
5. Sifat pekerjaan.
6. Cara kerja.
7. Lingkungan kerja.
(2) Perincian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c dapat dirubah sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
(3) Ahli keselamatan dan kesehatan kerja yang ditunjuk berdasrkan Undang-undang uap
tahun 1930 dan ahli keselamatan dan kesehatan kerja yang bekerja pada perusahaan
yang memberikan jasa dibidang keselamatan dan kesehatan kerja dalam memberikan
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c harus mendapat
persetujuan Menteri atau Pejabat yang ditunjuk.

BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 11
(1) Ahli keselamatan dan kesehatan kerja yang telah ditunjuk sebelum Peraturan Menteri
ini berlaku, tetap berlaku sampai berakhirnya jangka waktu dalam keputusan
penunjukannya.

749
PER-02/MEN/1992

(2) Setelah berakhir jangka waktu penunjukannya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
dapat dimintakan perpanjangan sesuai prosedur sebagaimana dimaksud dalam pasal 7
ayat (2), ayat (3) dan ayat (4).

BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 12
Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan melaksanakan pengawasan terhadap ditaatinya
Peraturan Menteri ini.

Pasal 13
Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini, maka Peraturan Menteri Tenaga Kerja,
Transmigrasi dan Koperasi No. Per. 03/Men/1978 dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
No. Per-04/Men/1987 pasal 1, huruf a, b dan c, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 dan 13, khususnya
yang mengatur Ahli Keselamatan Kerja dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 14
Peraturan menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 30 Desember 1992
MENTERI TENAGA KERJA
REPUBLIK INDONESIA

ttd.

DRS. COSMAS BATUBARA

750
PER.04/MEN/1995

PERATURAN
MENTERI TENAGA KERJA
NOMOR : PER.04/MEN/1995

TENTANG
PERUSAHAAN JASA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

MENTERI TENAGA KERJA


REPUBLIK INDONESIA

Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional dilaksanakan disemua Sektor kegiatan


dengan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin
meningkat untuk memenuhi tingkat produksi yang tinggi dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yang dalam pelaksanaannya
dapat menimbulkan kecelakaan apabila tidak ditangani secara
professional dan berkesinambungan;
b. bahwa dalam rangka mencegah terjadinya bahaya kecelakaan, perlu
mengikutsertakan pihak-pihak lain yang berhubungan dengan masalah
pengawasan K3 mulai dari tahap konsultasi, pabrikasi, pemeliharaan,
reparasi, penelitian, pemeriksaan, pengujian, Audit K3 dan Pembinaan
K3;
c. bahwa Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 1261/Men/1988
sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan, sehingga perlu
disempurnakan;
d. bahwa untuk itu perlu ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

Mengingat: 1. Undang-undang Uap Tahun 1930 (Staatsblad tahun 1930 No. 225);
2. Undang-undang No. 3 tahun 1951 tentang Pernyataan berlakunya
Undang-undang Pengawasan Perburuhan tahun 1948 No. 23 dari
Republik Indonesia untuk Seluruh Indonesia (Lembaran Negara Tahun
1951 No. 4);
3. Undang-undang No. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok mengenai Tenaga Kerja (Lembaran Negara tahun 1969 No. 55,
Tambahan Lembaran Negara No. 2912);
4. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
(Lembaran Negara Tahun 1970 No. 1, Tambahan Lembaran Negara
No. 2918).

751
PER.04/MEN/1995

5. Keputusan Presiden RI. No. 96/M Tahun 1993 tentang Pembentukan


Kabinet Pembangunan VI.
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.02/Men/1992 tentang Tata
Cara Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.

MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA
TENTANG PERUSAHAAN JASA KESELAMATAN DAN KESE-
HATAN KERJA.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
a. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang mempekerjakan pekerja dengan tujuan
mencari untung atau tidak, baik milik swasta maupun milik Negara.
b. Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disebut PJK3
adalah perusahaan yang usahanya dibidang jasa K3 untuk membantu pelaksanaan
pemenuhan syarat-syarat K3 sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
c. Pengawasan Ketenagakerjaan adalah suatu Sistem pengawasan terhadap pelaksanaan
peraturan perundang-undangan dibidang ketenagakerjaan yang merupakan rangkaian
kegiatan pemeriksaan dan pengujian guna melakukan tindakan korektif baik secara
prefentif maupun represif.
d. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh bahan
keterangan tentang suatu keadaan disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dalam rangka tindakan korektif.
e. Pengujian adalah rangkaian kegiatan penilaian suatu objek secara tehnis atau medis
yang mempunyai suatu risiko bahaya dengan cara memberi beban uji atau dengan
teknik pengujian lainnya sesuai dengan ketentuan tehnis atau medis yang telah
ditetapkan.

752
PER.04/MEN/1995

f. Pemeriksaan dan pengujian teknik adalah pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan
pada keadaan mesin-mesin, pesawat-pesawat, alat-alat dan peralatan kerja, bahan-
bahan, lingkungan kerja, sifat pekerjaan, cara kerja dan proses produksi.
g. Pemeriksaan dan pengujian kesehatan kerja adalah pemeriksaan yang dilakukan
terhadap kesehatan tenaga kerja dan lingkungan kerja.
h. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disebut Ahli K3 adalah
tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk
oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi langsung ditaatinya Undang-undang
Keselamatan Kerja.
i. Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung suatu tempat
kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.
j. Pengusaha adalah:
1. Orang, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik
sendiri;
2. Orang, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan
perusahaan bukan miliknya;
3. Orang, persekutuan atau badan hukum yang berada di Indonesia, mewakili
perusahaan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dan angka 2 yang
berkedudukan di luar wilayah Indonesia
k. Dokter pemeriksa adalah Dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan dibenarkan oleh
Direktur sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (2) Undang-undang No. 1 Tahun
1970.
l. Direktur adalah Pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
melaksanakan Undang-undang Keselamatan Kerja.

Pasal 2
(1) PJK3 dalam melaksanakan kegiatan jasa K3 harus terlebih dahulu memperoleh
keputusan penunjukan dari Menteri Tenaga Kerja c.q. Direktur Jenderal Pembinaan
Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan.
(2) Untuk memperoleh keputusan penunjukan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Bab II.

753
PER.04/MEN/1995

Pasal 3
PJK3 sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) meliputi:
a. Jasa Konsultan K3;
b. Jasa Pabrikasi, Pemeliharaan, Reparasi dan Instalasi Teknik K3;
c. Jasa Pemeriksaan dan Pengujian Teknik;
d. Jasa Pemeriksaan/pengujian dan atau pelayanan kesehatan kerja;
e. JasaAudit K3;
f. Jasa Pembinaan K3.

Pasal 4
(1) Perusahaan Jasa Pemeriksaan dan Pengujian Teknik sebagaiman dimaksud dalam
pasal 3 huruf c meliputi bidang:
a. Pesawat uap dan bejana tekan;
b. Listrik;
c. Penyalur petir dan peralatan elektronik;
d. Lift;
e. Instalai proteksi kebakaran;
f. Konstruksi bangunan;
g. Pesawat angkat dan angkut dan pesawat tenaga dan priduksi;
h. Pengujian merusak (Destructif Test) dan tidak merusak (Non Destructif Test).
(2) Perusahaan jasa sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf d meliputi bidang:
a. Kesehatan Tenaga Kerja;
b. Lingkungan Kerja;
(3) Rincian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) dapat diubah sesuai dengan
perkembangan teknik dan tehnologi yang ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.

Pasal 5
Perusahaan jasa sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) dilarang melakukan
kegiatan PJK3 sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf a, b, e dan f.

Pasal 6
Ahli K3 atau dokter pemeriksa yang bekerja pada PJK3 mempunyai tugas melakukan
pemeriksaan dan pengujian teknik atau pemeriksaan/pengujian dan atau pelayanan
kesehatan kerja sesuai dengan Keputusan penunjukannya.

754
PER.04/MEN/1995

BAB II
SYARAT-SYARAT PENUNJUKAN
Pasal 7
Untuk menjadi PJK3 sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 huruf b harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Berbadan hukum;
b. Memiliki ijin usaha perusahaan (SIUP);
c. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
d. Memiliki bukti wajib lapor ketenagakerjaan;
e. Memiliki peralatan yang memadai sesuai usaha jasanya;
f. Memiliki Ahli K3 yang sesuai dengan usaha jasanya yang bekerja penuh pada
perusahaan yang bersangkutan;
g. Memiliki tenaga teknis sesuai usaha jasanya sebagaiman dimaksud salam pasal 3
huruf b.

Pasal 8
(1) Untuk mendapat Keputusan penunjukan sebagaiman dimaksud dalam pasal 2, PJK3
harus mengajukan permohonan kepada Menteri Tenaga Kerja c.q Direktur Jenderal
Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibuat dalam rangkap 3 (tiga) dan
diberi materai disertai lampiran:
a. Salinan akte pendirian perusahaan;
b. Salinan Surat Ijin Usaha Perusahaan (SIUP);
c. Surat keterangan domisili perusahaan;
d. Salinan Bukti NPWP perusahaan;
e. Daftar peralatan yang dimiliki sesuai usaha jasanya;
f. Struktur organisasi perusahaan;
g. Salinan wajib lapor ketenagakerjaan;
h. Salinan Keputusan Penunjukan sebagai Ahli K3 atau dokter pemeriksa kesehatan
tenaga kerja kecuali untuk perusahaan jasa sebagaimana dimaksud dalam pasal 3
huruf b dan f;
i. Riwayat hidup Ahli K3 atau Tenaga Tehnis yang bekerja pada perusahaan yang
bersangkutan.

755
PER.04/MEN/1995

(3) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus mencantumkan bidang
usaha jasa sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) dan (2) yang sesuai dengan
Ahli K3 yang dimiliki.
(4) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tembusannya disampaikan
kepada Kepala Kantor Departemen Tenaga Kerja dan Kepala Kantor Wilayah
Departemen Tenaga Kerja setempat.

Pasal 9
(1) Setelah permohonan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 diterima, Direktur
Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja memeriksa kelengkapan
syarat-syarat administrasi dan syarat-syarat teknis.
(2) Dalam melaksanakan pemeriksaan kelengkapan syarat-syarat administrasi dan syarat-
syarat teknis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Direktur Pengawasan Norma
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat membentuk Tim Penilai;
(3) Ketua, anggota, hak, kewajiban dan masa kerja Tim Penilai sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Direktur Pengawasan Norma
Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
(4) Berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Menteri
Tenaga Kerja c.q Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan
Ketenagakerjaan dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung mulai tanggal
diterimanya permohonan, menetapkan penolakan atau keputusan penunjukan.
(5) Penolakannya sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) harus disertai alasan-alasannya.

Pasal 10
(1) Keputusan Penunjukan PJK3 sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (4) berlaku
untuk jangka waktu 2 (dua) tahun, dan setelah berakhir dapat diperpanjang.
(2) Untuk mendapatkan Keputusan Penunjukan perpanjangan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), PJK3 harus mengajukan surat permohonan perpanjangan dengan
melampirkan syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (2) dan daftar
kegiatan selama berlakunya Keputusan Penunjukan.
(3) Pengajuan permohonan perpanjangan PJK3 sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
harus diajukan dalam waktu selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum berakhir
masa berlakunya keputusan penunjukan yang lama.

756
PER.04/MEN/1995

BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 11
PJK3 yang telah memdapatkan Keputusan Penunjukan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 9 ayat (4) berhak:
a. Melakukan kegiatan sesuai denga Keputusan Penunjukannya.
b. Menerima imbalan jasa sesuai dengan kontrak diluar biaya retribusi pengawasan
norma keselamatan dan kesehatan kerja, sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Pasal 12
PJK3 yang telah mendapatkan Keputusan penunjukan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 9 ayat (4) berkewajiban:
a. Mentaati semua peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. Mengutamakan pelayanan dalam rangka pelaksanaan pemenuhan syarat-syarat K3
sesuai dengan Peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. Membuat kontrak kerja dengan pemberi kerja yang isinya antara lain memuat secara
jelas hak dan kewajiban;
d. Memelihara dokumen kegiatan untuk sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun.

Pasal 13
Selain kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 PJK3 harus melaporkan dan
berkonsultasi dengan Kepala Kantor Departemen atau Kepala Kantor Wilayah
Departemen Tenaga Kerja setempat sebelum dan sesudah melakukan kegiatan dengan
menyerahkan laporan teknis sesuai ketentuan yang berlaku.

Pasal 14
PJK3 yang melakukan kegiatan dibidang jasa pemeriksaan dan pengujian teknik atau jasa
pemeriksaan/pengujian dan atau pelayanan kesehatan kerja yang mengakibatkan
kerusakan atau kerugian pihak lain karena tidak mengikuti prosedur sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, wajib bertanggung jawab atas kerusakan
atau kerugian tersebut.

757
PER.04/MEN/1995

BAB IV
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 15
Dalam hal adanya perubahan Ahli K3 atau tenaga teknis, PJK3 harus melaporkan kepada
Menteri Tenaga Kerja c.q Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan
Pengawasan Ketenagakerjaan.

Pasal 16
(1) Penunjukan PJK3 sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri ini untuk
mencapai hasil kecelakaan di tempat kerja.
(2) Untuk mencapai nihil kecelakaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), PJK3 harus
memiliki sarana dan prasarana yang diperlukan untuk pemenuhan syarat-syarat K3
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Untuk memenuhi pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2),
Menteri Tenaga Kerja dapat menunjang badan usaha tertentu untuk melaksanakan
kegiatan jasa K3.

BAB V
SANKSI
Pasal 17
PJK3 yang telah ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja c.q Direktur Jenderal Pembinaan
Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan, apabila dalam melaksanakan
kewajibannya tidak sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri ini dapat dikenakan sanksi
Pencabutan Keputusan penunjuk sebagai PJK3.

Pasal 18
PJK3 yang telah mendapatkan Keputusan Penunjukan dari Menteri Tenaga Kerja c.q
Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan
berdasarkan keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 1261/Men/1988 tetap berlaku
sampai berakhirnya Keputusan Penunjukan yang lama.

758
PER.04/MEN/1995

BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 19
Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan melakukan pengawasan terhadap ditaatinya
Peraturan Menteri ini.

Pasal 20
Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini, maka keputusan Menteri Tenaga Kerja No.
Kep. 1261-/Men/1988 tentang syarat-syarat Penunjukan Perusahaan Jasa Pemeriksaan
dan Pengujian Teknik Pesawat Uap dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 21
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 12 Oktober 1995
MENTERI TENAGA KERJA

ttd.

ABDUL LATIEF

759
KEPUTUSAN.
DIREIC"fURJENDERAL
PEMBINAA..'!>f PENGAWASANKETENAGAKERJAAN

NO.: KEP. 37/DJPPKIXIl2004

TENTANG

KELENGKAPANDANIDEI\1TITAS
AP.l..JKESELAJ\tATANDANKESEHATANKERJA

Meaimbang a. bahwa dal:.m up:1ya penertiban d:1n peningkatan citra Ahli


Ke'>eiamatan dan Kesehatan Kerja sebagai tenaga teknis
berkeahlian khusus dari luar Depai-temen Tenaga Kerja dan
Tran:;migrasi yang ditunjuk Mentcri, dalam melak.sanakan tcgas,
kewenangan dan kewajibannya, diperlukar. perler,gic'lpan khusus
(identi,as);
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dalam huruf a,
tersebut di ata.s perlu ditetapkan dengan Keputu.san Direktur
Jenderal Pembioaan Peoga,vasan Ketenagakerjaan.

Mengingat l. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselarnatan Kerja;


2. Peraturan Menteri TenagaKerja R.I No. Per-02/Men/1992 tentang
Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan Kewenangao Ahli
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

MEMUTUSKAN:
Menetapkan
PER.TAMA Kekngkapan dan identita.sAhliKeselamatan danKesehatanKerja (Ahli
IO) terdiri dari
1. Kartu Tanda Kewenangan AhliK3

2022
2. LencanaAhli KJ
3. Lencana Penegak Ketentuan K3.

KEDUA Kelengkapan dan identitas Ahli K3 sebagaimana dimak.sud pada amar


pertama wajib dipakai dan dibawa oleh setiap Ahli KJ baik umum
maupun spesialis pada saat memasuki dan ata� berada di tern pat kerj a
dalam menjalankan kewajiban, tugas dan fungsinya.

KETIGA Kartu tanda kewens.ngan Ahli KJ sebagaimana dimaksud pada amar


pertama dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
R.I.

KEEMPAT Contoh kartu tanda kewenacgan Ahli KJ sebagaimana dimaksud pada


amar pertama teicanturn pada k.mpira!l I Keputusan Direktur Je.!!deral
llll.

KELIMA Bentuk lenca.,aAhli KJ pada gambar l dan bentur.. lencana penegak


i.<etentnan K3 padR gambar 2, sebagai.mana tercantu.m pa<la Lampiran
II Keputusan Direktnr Jenderal ini.

KEENAM Malena lcncana Ahli K 3 sebagaimana dimaksud pada amar pertama


acalah:
l. Lima penjuru angin memberi arti panca karsaAhli K3.
2. Rantai memberi arti sebagai pengikat panca karsaAhli K3 sebagai
satu kesatuan yarig utuh.
3. Roda gigi dan palang tengah merupakan simbul K3.

KETUJUH Malena Jencana penegak ketentuan K3 sebagaimana dimaksud pada


amar perta�a adalah
I. Lima penjuru angin memberi arti panca karsaAhli KJ.
2. Rantai memberi arti sebagai pengilcat panca karsaAhli KJ sebagai
satu kesatuan yang utuh.
3. Roda gigi dan palang tengah merupakan simbul K3.
4. Jari-jaripada dasar lencana penegak ketentuanKJ, berjumlah 18
buah memberi arti jumlah pasal UU No. l tabun 1_970 tentang
KeselamatanKerja.

2023
Kt:.7JELAPAN Pemakaian lencanaAhli K3 sebagaimana £!£ud pa£ amar pert.
dipasang d; atas sak:u kiri.

KESEMBfLAN Kartu tanda kewenangan dan lencana penegak ketentuan K3 wajib


ditunjukkari kepada yang berwenang biiamana diperlukan k.hususnya
pada saat melaksanakan kewajiban, tugas dan fungsinya.

KESEPULUH Keputusan ini mulai terlaku pada tanggal ditetapkan, dengan ketentuan
apabila terjadi kekeliruan dalam kep�tusan ini 3kan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan Ji Ja k art a
Pada tanggal 7.5 Novernl>er 2004

Dif.:;lcur Jenderal
Pembina2n Pengawasan Kc:tt:nagak.crjaan

MSM. Simanihuruk, SH.MM


NIP. l3Q.353.033

2024
Lampiran II Keputusan Direktur Jenderal Pembinc:an
Pengawa;;an Ketenagakerjaan
No. Kep. 37 /DJPPK/XT/2004
Tanggal : 26 November 2004

Gambar I:
LencanaAhli K3

Gambar2:
Lencana PenegakKetentuan K3

Ditetapkan di J a ka rta
Pada tanggal 26 November 2004

Direktur Jenderal
Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan

MSM. Simanihuruk. SH.MM


1'TTP. 130.353.033

2025
Lampiran II Keputu san Direktur Jenderal Pembmaan
Pengawasan Ketenagakerjaan
No. Kep. 37/DJPPK/XV2004
Tanggal 26 November 2004

1. Kartu tanda kewenangan Ahli K3 Umum


OEPIWCERT!WIS Rl
l(ARTii TAH0A KEWENAHGAH
@
+ /
1.
PERHATIA N
Ka,tu Tanda Kewe,iangan liCak bertaku apzbila
.I.HU KESEWIATAH O.l� KESEHATAH KERJA,

L.___
pemagang turt\.W'lya pindat-. ke Peru�haan lain at.au
No.: Al<lUWM mengur,durbn am.
2. SK. Peru,jul<.at\Al<J dapat doaoot .:Aeh Menteriapabito
dianggap tidak mampu atau melanpgar k:?tentuan
peraturan � bertaku.

KEWENANGAN
Pemegang Kartu lt'W berwer:1ng mengawasilmemeriku
pelaksanaan r.eraturJn peruncflng-vidangan K3 se�ra

' U'11\.lm.

2. Kartu tanJa k.ewenangan Ahli K3 Spesialis

+
- OtPAAKERTPAllS Rl ----:-----,..� PER.HATIAN
KArtTU TA.�OAKEViS�AHG/Ji 1. Karh, 'randtt Kf'wetiangan 1id1k berla!c;u apabjla
A�lJ KESEUIU.:A!I DAN KESEKATAl! KERJA pe:nagang Kartunya P4ndah �e f"'erusa!"laan �m at.au
No.: WSPESIAI.� mcngunciurkan di,i.
�- SK. PcnunjukanAK.J da�dt d;cabv1 olc•, Mentcri ap..;ibib
dia11ggao lid3k. mampu alau melanggar lr.etc"ntua:-:
peraturan yang bcrlak1...

KEWENANGAN
Peme-g:m9 Kartu ini berwen.;1ng mengawasi1meme�iksa
�aksanaan pcralutan perv:"\dar'lg-undangar. KJ �ecara
Khusus.

Ditetapkan di J aka rta


Pada tanggal 26 November 2004

Direktur Jenderal
Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan

MSM. Simanihuruk, SH.l\1M


· NIP. 130.353.033

2026
KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I.
DIREKTUR JENOERAL PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN
JI. Jenderal Gatot Subroto Kav. 51 - Jakarta Selatan
Kotak Pos 4872 Jak. 12048 Telp. 5255733 Pes. 677 - Fax (021) 5264085

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL


PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN
NO. KEP. �S /OJPPKNll/2011

TENTANG

BIOANG JASA PEMBINAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

OIREKTUR JENOERAL PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

Menimbang : a. bahwa dalam rangka penertiban dan peningkatan kualitas


pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja yang
dilakukan oleh Perusahaan Jasa Keselamatan dan
kesehatan kerja, diperlukan pengaturan mengenai
pembidangan jasa pembinaan;

b. bahwa untuk itu, perlu ditetapkan dengan Keputusan


Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan.

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan


Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970
Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 1918);
2. Undang-Undany Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4279);
3. Peraturan Presiden R.I No. 21 Tahun 2010 tentang
Pengawasan Ketenagakerjaan;
4. PeratLJran Menteri Tenaga Kerja R.I No. Per. 04/Men/1995
tentang Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan
Kerja;

5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I No.


PER. 12/Men/I11/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi;
6. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I
No. SE. 02/MEN/DJPPK/1/2011 tentang Peningkatan
Pembinaan dan Pengawasan T erhadap Perusahaan Jasa
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PJK3);

2149
7. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan No. Kep. 12/DJPPK/11/2011 tentang
Pelaksanaan Pembinaan Sumber Daya Manusia (SOM)
Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

MEMUTUSKAN

Menetapkan
KESATU Perusahaan Jasa Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf (f),
Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Per. 04/Men/1995,
meliputi bidang
a. kesehatan kerja;
b. lingkungan kerja dan bahan berbahaya;
c. sistem manajemen K3 dan keahlian K3 umum;
d. keselamatan kerja mekanik;
e. keselamatan kerja pesawat uap dan bejana tekan;
f. keselamatan kerja listrik;
g. keselamatan kerja penanggulangan kebakaran;
h. keselamatan kerja konstruksi bangunan.

KEDUA Perusahaan Jasa Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan


Kerja dalam melaksanakan kegiatan pembinaan K3 harus
mempunyai kapasitas sesuai dengan bidang sebagaimana
dimaksud amar Kesatu.

KETIGA Kapasitas sebagaimana dimaksud amar Kedua meliputi


a. sarana dan prasarana teknis;
b. tenaga pembina / instruktur teknis yang kompeten
sesuai dengan bidangnya.

KEEMPAT Perusahaan Jasa Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan


Kerja sebagaimana dimaksud amar Kedua dapat ditunjuk
lebih dari satu bidang.

KELIMA Perusanaan Jasa Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan


Kerja yang telah ditunjuk hanya dapat melaksanakan
kegiatan sesuai dengan Surat Keputusan Penunjukannya.

KEENAM Bagi Perusahaan Jasa Pembinaan Keselamatan dan


Kesehatan Kerja yang mengajukan penunjukan baru dan
atau perpanjangan agar menyesuaikan dengan keputusan
ini.

KETUJUH Kinerja dan kepatuhan Perusahaan Jasa Pembinaan


Keselamatan dan Kesehatan Kerja akan dilakukan evaluasi
secara berkala.

2150
KEDELAPAN Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan
dengan ketentuan akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam
Keputusan ini.

Ditetapkan di
Pada tanggal 2011

udji Handaya, M.Si

2151
r

KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL
PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DAN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav. 51, Jakarta Selatan 12950, Telp. 5255733, Ext. 604, 257
Telp. 021. 5275249, 5260955, Faks. 5279365, 5213571. Home page: http://www.n3-��r.ggj_cl

KEPUTUSAN
DIREKTUR JENDERAL
PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DAN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
NO. : KEP. G0 /PPK&K3/Xll/2015

TENTANG

PEDOMAN PEMBINAAN CALON AHLI


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) UMUM

DIREKTUR JENDERAL
PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DAN K3

Menimbang a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 5 ayat (1)


Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja, perlu ditunjuk ahli keselamatan dan kesehatan
kerja (Ahli K3) di tempat kerja;
b. bahwa untuk dapat menunjuk Ahli K3 sebagaimana
dimaksud pada point pertama, perlu pembinaan calon
Ahli K3 Umum;
c. bahwa untuk itu perlu ditetapkan Pedoman tentang
Pembinaan Calon Ahli K3 Umum dengan Keputusan
Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan dan K3.

Mengingat 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang


Keselamatan Kerja;
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan;
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah;
4. Peraturan Pemerintah No 50 Tahun 2012 tentang
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja;
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I Nomor Per-
02/MEN/1992 tentang Tata Cara Penunjukan, Kewajiban
dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
6. Peraturan M.enteri Tenaga Kerja Nomor Per-
04/MEN/1995 tentang Perusahaan Jasa Keselamatan
dan Kesehatan Kerja;
7. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan R.I Nomor 13 Tahun
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Ketenagakerjaan;
8. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I
No. Kep. 239/Men/2003 tentang Pedoman Pelaksanaan
Sertifikasi Calon Ahli K3 Umum;
9. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I
No.. SE. 02/Men/DJPPK/I/2011 tentang Peningkatan
Pembinaan dan Pengawasan Terhadap Perusahaan
.l8s� K1 (P.IK1)·
2222
10. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I
No. SE. 03/Men/DJPPK/I/2011 tentang Pelaksanaan
Penunjukan Ahli K3 sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970;
11. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan No. Kep. 11/DJPPK/11/2011 tentang
Kelompok Kerja Pembinaan Calon Ahli K3;
12. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan No. Kep. 48/DJPPl<lll/2011 tentang
Bidang Jasa Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan;

Menetapkan

KESATU Pedoman tentang Pembinaan Calon Ahli K3 Umum;

KEDUA Pedoman sebagaimana dimaksud pada amar kesatu


tercantum dalam lampiran keputusan ini;

KETIGA Pembinaan Calon Ahli K3 Umum dilaksanakan dalam rangka


Penunjukan Ahli K3 sesuai ketentuan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja R.I Nomor Per-02/MEN/1992 tentang- Tata
Cara Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli
Keselamatan dan Kesehatan Kerja;

KEEMPAT Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan


ketentuan _apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan, akan
diperbaiki sebagaimana semestinya.

Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal J.. Desember 2015

2223
DIREKTUR JENDRAL PEMBINAAN
PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DAN
K3 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN
CALON AHLI KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA {K3) UMUM
No. /PPK&K3/Xll/2015
TANGGAL Desember 2015

PEDOMAN PEMBINAAN CALON AHLI


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA{K3) UMUM

A. PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri
berlomba-lomba melakukan efisiensi dan meningkatkan produktivitas dengan
menggunakan alat-alat produksi yang semakin komplek. Makin kompleknya
peralatan yang digunakan, makin besar pula potensi bahaya yang mungkin
terjadi dan makin besar pula kecelakaan kerja yang ditimbulkan apabila tidak
dilakukan penanganan dan pengendalian sebaik mungkin.
Hal ini menunjukkan bahwa masalah-masalah keselamatan dan kesehatan kerja
tidak lepas dari kegiatan dalam industri secara keseluruhan, maka pola-pola
yang harus dikembangkan di dalam penanganan K3 dan pengendalian potensi
bahaya harus senantiasa dikembangkan dan di kelola dengan baik.
Salah satu pengelolaan K3 di tempat kerja adalah dengan menunjuk personil
yang melakukan pengawasan terhadap ditaatinya peraturan perundang­
undangan K3, yang duduk sebagai sekretaris P2K3 dan mengembangkan
pelaksanaan K3 di perusahaan.
Untuk itu perlu adanya petunjuk teknis pembinaan calon ahli keselamatan dan
kesehatan kerja umum sehingga mendapatkan personil yang mampu
meningkatkan kemampuan dan pengetahuan tentang keselamatan dan
kesehatan kerja dalam rangka mengendalikan risiko di tempat kerja.

2. TUJUAN

Pembinaan calon Ahli K3 Umum, bertujuan :

a. Umum
Mendapatkan tenaga teknis berkeahlian khusus di bidang K3 yang dapat
membantu pelaksanaan pembinaan dan pengawasan K3 di tempat kerja
b. Khusus
1) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan
perundang-undangan K3;
2) Meningkatkan kemampuan dan keahlian serta keterampilan dalam
melakukan identifikasi potensi bahaya di tempat kerja;dan
3) Meningkatkan kemampuan dan keahlian serta keterampilan menerapkan
K3 sesuai peraturan perundang-undangan di tempat kerja.

B. PERSYARATAN PESERTA

Untuk dapat mengikuti pembinaan calon Ahli K3 Umum harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
1. Berpendidikan sekurang-kurangnya Sarjana Muda atau Sederajat

2224
2. Berbadan sehat dibuktikan dengan surat keterangan dari dokter;
3. Berkelakuan baik;

C. METODE PEMBINAAN

Pembinaan calon Ahli K3 Umum dilaksanakan melalui


1. ceramah;
2. diskusi;
3. praktek pemeriksaan K3;
4. penulisan laporan pemeriksaan K3;
5. seminar; dan
6. evaluasi.

D. MATERI PEMBINAAN

Pembinaan calon Ahli K3 Umum dilakukan sekurang-kurangnya selama 120 jam


pelajaran dengan 45 menit per jam pelajaran, dengan materi sebagai berikut

No. Materi Kurikulum / Pelajaran Jam Pelajaran


I. MATERI KELOMPOK DASAR
1 Kebijakan K3 5
2 Undang-undang No. 01 Tahun 1970 5

11. MATERI KELOMPOK INTI


1. Pengawasan Norma Kelembagaan dan Kehlian K3 5
2. Pengawasan Norma Keselamatan Kerja Listrik 5
3 Pengawasan Norma Penanggulangan Kebakaran 5
4 Pengawasan Norma Keselamatan Kerja Konstruksi dan 5
Bangunan
5 Pengawasan Norma Keselamatan Kerja Mekanik 5
6 Pengawasan Norma Keselamatan Kerja Pesawat Uap dan 5
Bejana Tekan
7 Pengawasan Norma Kesehatan Kerja 10
8 Pengawasan Norma Lingkungan Kerja 5
9 Pengawasan Norma Bahan Berbahaya 5
10 Pengawasan Norma SMK3 10
11 Laporan Kecelakaan Kerja 5
Ill MATERI PENUNJANG
1 Dasar-dasar K3 5
2 Analisa Kecelakaan 5
3 Manajemen Risiko 5
V PRAKTEK PEMERIKSAAN K3 10
VI EVALUASI
1 Ujian tertulis 10
,

2 Seminar 10

Jumlah total jam pelajaran 120


Adapun masing-masing kurikulum sebagaimana tersebut pada tabel diatas
secara rinci akan dijelaskan pada bahan ajar.

Kegiatan pembinaan Galon Ahli K3 Umum dilaksanakan selama 12 (dua belas)


hari, 10 (sepuluh) Jam Pelajaran per hari.
2225
E. JUMLAH PESERTA PEMBINAAN

Jumlah peserta pembinaan Calon Ahli K3 Umum setiap kelas maksimal 30 orang.

F. KELULUSAN PESERTA

Kelulusan peserta dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan yang ditunjuk oleh


Direktur Pengawasan Norma K3, meliputi
1. Kedisiplinan
2. Kehadiran
3. Hasil ujian teori, penulisan laporan pemeriksaan K3 dan seminar minimal
masing-masing 65 (enam puluh lima)

G. SERTIFIKAT, SURAT KEPUTUSAN PENUNJUKAN (SKP), KARTU


KEWENANGAN, PIN DAN LENCANA
1. Sertifikasi Pembinaan
Seluruh peserta yang dinyatakan lulus oleh Tim Evaluasi diberikan sertifikat yang
dikeluarkan oleh Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3
dengan format dan bentuk yang telah ditetapkan.
2. Surat Keputusan Penunjukan, Kartu Kewenangan, Pin Dan Lencana
Peserta yang dinyatakan lulus sebagaimana butir 1 (satu) diatas dan memenuhi
persyaratan sebagaimana Peraturan Menteri No. Per. 02/Men/1992 diberikan
Surat Keputusan Penunjukan (SKP), Kartu Kewenangan, Pin dan Lencana yang
dikeluarkan oleh Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3
dengan format dan bentuk yang telah ditetapkan.

H. PEMBINA/NARASUMBER

Pembina atau narasumber pada pembinaan bagi calon Ahli K3 Umum adalah
a. Pejabat dari Direktorat Pengawasan Norma K3
b. Pengawas ketenagakerjaan;
c. Praktisi/ahli K3 yang disetujui oleh Direktur PNK3

I. PENYELENGGARA

Penyelenggaraan pembinaan calon Ahli K3 Umum dapat dilaksanakan oleh


1. Kementerian Ketenagakerjaan atau Dinas yang membidangi ketenagakerjaan
melalui APBN/APBD;
2. Dinas yang lingkup tugasnya dibidang ketenagakerjaan provinsi dengan
pelaksanaan in house training;
3. Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja bidang Keahlian dan SMK3
yang telah mendapatkan penunjukan sebagaimana Peraturan Menteri Tenaga
Kerja No. Per.04/Men/1995 dan Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan No. Kep. 48/DJPPK/II/2011 tentang Bidang Jasa
Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan;
4. Perguruan Tinggi yang telah bekerjasama dengan Kementerian Ketenagakerjaan
dengan MOU yang masih berlaku.
5. Lembaga diklat pada perusahaan yang telah bekerjasama dengan Kementerian
Ketenagakerjaan dengan MOU yang masih berlaku.
2226
J. LAPORAN PEMBINAAN

1. 2 (dua) minggu sebelum pelaksanaan kegiatan, surat permohonan


penyelenggaraan sudah diterima oleh Direktur Pengawasan Norma K3 dengan
tembusan ke Dinas yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang
ketenagakerjaan provinsi/kab/kota setempat dengan melampirkan
a. jumlah peserta
b. jadwal dan narasumber
c. tempat penyelenggaraan

2. 2 (dua) minggu setelah pelaksanaan pembinaan selesai, laporan


penyelenggaraan sudah diterima oleh Direktur Pengawasan Norma K3 dengan
melampirkan :
a. Surat permohonan penerbitan sertifikat, Surat Keputusan Penunjukan (SKP)
dan Kartu Kewenangan Ahli K3 Umum;
b. Foto copi Surat Keputusan Penunjukan (SKP) PJK3 dari Kementerian
Ketenagakerjaan;
c. Berita Acara Pelaksanaan Pembinaan ditandatangani oleh pengf;lwas
ketenagakerjaan dan atau pejabat struktural bidang pengawasan
ketenagakerjaan Dinas setempat, penyelenggara dan narasumber evaluasi
/seminar;
d. Jadwal pembinaan lengkap nama nara sumber;
e. Daftar hadir peserta;
f. Oaftar hadir narasumber;
g. Daftar penilaian narasumber;
h. Rekap nilai evaluasi/ujian (Kementerian);
1. Rekap Biodata peserta;
j. Biodata masing masing peserta;
k. Foto copi ijazah pendidikan terakhir
I. Surat Keterangan dari perusahaan
m. Pas Foto 4x6 sebanyak 2 lembar dan 2x3 sebanyak 2 lembar

Soft copi rekap biodata peserta (format terlampir) sebagaimana pada huruf i, diemail
kepada Direktorat Pengawasan Norma K3

K. PENUTUP
Pedoman pembinaan ini dapat dipergunakan sebagai acuan dalam melakukan
pembinaan Ahli K3 Umum apabila terdapat hal-hal yang secara teknis belum diatur
akan ditetapkan lebih lanjut.

Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal 2- Oesember 2015
.--::=-=�irektur Jenderal
m.��'RG't:1�-a awasanKetenagakerjaan
,._,,,,,.. anK3
,� \I\
iC.v:77.:--�,-, 7;

2227

Anda mungkin juga menyukai