Panitia Pembina K3
2
Kriteria Perusahaan Wajib Membentuk
Panitia Pembina K3
• Perusahaan yang mempekerjakan 100 orang pekerja/buruh atau lebih;
• Perusahaan yang mempekerjakan pekerja/buruh kurang dari 100
orang, tetapi menggunakan bahan, proses dan instalasi yang
mempunyai risiko yang besar akan terjadinya peledakan, kebakaran,
keracunan dan penyinaran radioaktif di lingkungan kerja.
• Untuk mencegah terjadinya gangguan keselamatan dan kesehatan
terhadap pekerja/buruh, maka diperlukan penerapan keselamatan
kerja, higienis perusahaan dan kesehatan kerja di perusahaan dalam
rangka peningkatan efisiensi dan produktivitas kerja.
• Perusahaan yang memiliki salah satu kriteria tersebut diatas, maka
pengusaha wajib untuk membentuk Panitia Pembina Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (P2K3).
3
Dasar Hukum
1. Bab VI pasal 10 UU No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja
2. Paragraf 5 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja UU
No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
3. Permen No. 03 Tahun 1978 tentang Persyaratan
Penunjukan dan Wewenang serta Kewajiban Pegawai
Pengawas K3 dan Ahli Keselamatan Kerja
4. Permen No. 03 Tahun 1984 Pengawasan
Ketenagakerjaan Terpadu
5. Permen No. 04 Tahun 1987 tentang Panitia Pembina K3
serta Tatacara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja
4
Keanggotaan Panitia Pembina K3
• Keanggotaan Panitia Pembina K3 terdiri dari unsur pengusaha
dan pekerja yang susunannya terdiri dari Ketua, Sekretaris dan
Anggota. Sekretaris P2K3 adalah ahli Keselamatan Kerja dari
perusahaan yang bersangkutan. Panitia Pembina Keselamatan
dan Kesehatan Kerja ditetapkan oleh Menteri atau Pejabat dan
penetapannya berdasarkan usul dari pengusaha atau pengurus
yang bersangkutan.
• Jadi, untuk mendapatkan penetapan Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dari Menteri atau Pejabat,
pengusaha atau pengurus wajib mengurus penetapannya ke
kantor Dinas Tenaga Kerja setempat. Namun, sebelum
mengajukan, tentu pengusaha atau pengurus harus telah
membuat struktur P2K3 terlebih dahulu dan telah memiliki
sekretaris yang merupakan ahli Keselamatan Kerja (dibuktikan
dengan sertifikat keahlian).
5
Contoh struktur P2K3
6
Jumlah dan Susunan P2K3:
1. Perusahaan yang memiliki tenaga kerja 100 (seratus) orang atau
lebih, maka jumlah anggota sekurang-kurangnya ialah 12 (dua belas)
8
Fungsi P2K3:
• Menghimpun dan mengolah data mengenai Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja.
• Membantu menunjukkan dan menjelaskan kepada setiap
pekerja/buruh mengenai :
– Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat
menimbulkan gangguan K3 termasuk bahaya kebakaran dan
peledakan serta cara menanggulanginya.
– Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan
produktivitas kerja.
– Alat Pelindung Diri (APD) bagi pekerja/buruh yang
bersangkutan.
– Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan
pekerjaannya.
9
Lanjutan:
• Membantu Pengusaha/Pengurus dalam :
– Mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja.
– Menentukan tindakan koreksi dengan alternatif terbaik.
– Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.
– Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat kerja
(PAK) serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan.
– Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang keselamatan
kerja, higiene perusahaan, kesehatan kerja dan ergonomi.
– Melaksanakan pemantauan terhadap gizi kerja dan menyelenggarakan
makanan di perusahaan
– Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja.
– Mengembangkan pelayanan kesehatan bagi pekerja/buruh.
– Mengembangkan laboratorium kesehatan dan keselamatan kerja,
melakukan pemeriksaan laboratorium dan melaksanakan interpretasi
hasil pemeriksaan.
– Menyelenggarakan administrasi keselamatan kerja, higiene perusahaan
dan kesehatan kerja.
10
• Membantu perusahaan menyusun kebijakan
manajemen dan pedoman kerja dalam rangka upaya
meningkatkan keselamatan kerja, higiene perusahaan,
kesehatan kerja, ergonomi dan gizi kerja.
11
Contoh laporan P2K3:
12
Tatacara Pengajuan & Penetapan P2K3:
13
TERIMA
KASIH
14