Anda di halaman 1dari 13

P2K3

(PANITIA PEMBINA
KESELAMATAN & KESEHATAN
KERJA)
Pengertian Panitia Pembina Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (P2K3)

Menurut Permenaker No. PER-04/MEN/1987


tentang P2K3 . . .
Dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
selanjutnya disebut P2K3 adalah badan
pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah
kerjasama antara pengusaha dan pekerja untuk
mengembangkan kerjasama saling pengertian
dan partisipasi efektif dalam penerapan K3.
Dasar Hukum Panitia Pembina Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (P2K3)
1. Keputusan Menteri Tenaga kerja No. KEP-
125/MEN/82 tentang Dewan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Nasional, Dewan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Wilayah dan Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, yang
disempurnakan dengan Keputusan Menteri Tenaga
Kerja No. KEP-155/MEN/84.
2. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-
04/MEN/87 tentang Panitia Pembina Keselamatan
dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan
Ahli Keselamatan Kerja.
Tujuan Pembentukan dan Pelaksanaan Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)

Seperti apa yang tertuang di dalam UU Keselamatan


Kerja, Pasal 10 (1) dinyatakan bahwa “Menteri
Tenaga Kerja berwenang membentuk P2K3 guna
mengembangkan kerja sama, saling pengertian dan
partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus
dan tenaga kerja dalam tempat kerja untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban bersama
dibidang K3, dalam rangka melancarkan usaha
produksi.
Pembentukan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (P2K3)

1. Syarat Pembentukan
 Tempat kerja dimana pengusaha wajib membentuk P2K3
atau pengurus mempekerjakan 100 orang atau lebih;
 Setiap tempat kerja dengan criteria tertentu, pengusaha
atau pengurus wajib membentuk P2K3. Kriteria yang
dimaksud adalah :
• Tempat kerja dengan ≥ 50 orang pekerja
• Tempat kerja dengan < 50 orang (tingkat bahaya
sangat besar)
• Kelompok tempat kerja (centra industri kecil) dimana
dipekerjakan < 50 orang
 Panitia Pembina keselamatan dan Kesehatan Kerja
dibentuk oleh pengusaha atau pengurus dan disahkan oleh
Menteri tenaga kerja atau pejabat yang ditunjukkan.
2. Syarat Keanggotaan

 Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 100


(seratus) orang atau lebih, jumlah anggota sekurang-
kurangnya 12 (dua belas) orang terdiri dari 6 (enam)
orang mewakili pengusaha/pimpinan perusahaan
dan 6 (enam) orang mewakili tenaga kerja.
 Pengusaha yang mempunyai tenaga kerja 50 (lima
puluh) orang sampai 100 (seratus) orang, jumlah
anggota sekurang-kurangnya 6 (enam) orang terdiri
dari 3 (tiga) orang mewakili pengusaha/pimpinan
perusahaan dan 3 (tiga) orang mewakili tenaga kerja.
Lanjutan…

 Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 50 (lima


puluh), dengan tingkat risiko bahaya sangat berat
jumlah anggota sekurang – kurangnya 6 (enam) orang
terdiri dari 3 (tiga) orang mewakili
pengusaha/pimpinan perusahaan dan 3 (tiga) orang
mewakili tenaga kerja.
 Kelompok perusahaan yang mempunyai tenaga kerja
kurang 50 (lima puluh) untuk setiap anggota
kelompok, jumlah anggota sekurang-kurangnya 6
(enam) orang terdiri dari 3 (tiga) orang mewakili
pengusaha/pimpinan perusahaan dan 3 (tiga) orang
mewakili tenaga kerja.
3. Langkah-Langkah Pembentukan

a. Tahap Persiapan
 Membuat Kebijakan K3. Pengurus harus
terlebih dulu menggariskan dan menjalankan
pokok-pokok kebijakan K3 secara umum dan
menetapkan maksud tujuan untuk membentuk
P2K3
 Perlu dilakukan pembinaan dan latihan secara
terus menerus untuk peningkatan kinerja K3.
 Pengawasan dan pelaksanaan semua ketentuan
K3 yang telah digariskan.
 Perlu penyediaan anggaran operasional yang
cukup.
b. Tahap Pelaksanaan/Pembentukan :
 Membentuk P2K3
Setelah pengurus berhasil mendapatkan dan
menyusun calon anggota P2K3, maka langkah
berikutnya adalah melakukan pembentukan P2K3
secara resmi.
 Melaporkan ke Disnakertrans setempat
Selanjutnya pimpinan perusahaan atau pengurus
menyampaikan usulan pembentukan P2K3 kepada
Menteri Tenaga Kerja melalui Dinas atau Kantor
yang membidangi ketenagakerjaan setempat untuk
mendapatkan pengesahan dari Menteri atau
pejabat yang ditunjuk sesuai peraturan yang
berlaku.
Struktur organisasi Panitia Pembina Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (P2K3)

1. Bentuk Organisasi dan Kepengurusan


 Ketua mempunyai kewenangan dalam
menetapkan kebijaksanaan di perusahaan.
 Sekretaris dijabat oleh ahli K3/Petugas K3
(Safety Officer) atau calon yang dipersiapkan
untuk menjadi Petugas K3.
 Para anggota terdiri dari wakil unit-unit kerja
yang ada dalam perusahaan dan telah
memahami permasalahan K3 (akan mendapat
pelatihan khusus dari Depnaker).
Program kerja Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (P2K3)

1. Safety Meeting /pertemuan berkala


2. Inventarisasi permasalahan K3
3. Identifikasi dan inventarisasi sumber bahaya
4. Penerapan norma K3
5. Inspeksi/safety patrol /pemeriksaan
6. Penyelidikan dan analisa kecelakaan
7. Pendidikan dan latihan
8. Prosedur dan tata cara evakuasi
9. Catatan dan data K3
10. Laporan pertanggungjawaban
Laporan kegiatan Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)

Atas operasional kegiatan P2K3, maka


ketua P2K3 harus membuat dan
menyampaikan laporan secara reguler baik
kepada pemerintah maupun kepada
pimpinan perusahaan yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai