Anda di halaman 1dari 28

PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

( P2K3 )

Disusun oleh : Sri Budi


Wahyuningsih, SH,MH

1
I. LATAR BELAKANG

Industrialisasi, akan diikuti oleh penerapan teknologi tinggi,


penggunaan bahan dan peralatan makin komplek dan rumit,
tenaga kerja yang makin ahli dan terampil. Namun tidak
selamanya penerapan teknologi tinggi dan penggunaan bahan yang
beraneka macam dan ragam dalam suatu industri diikuti dengan
selaras oleh keahlian dan keterampilan tenaga kerjanya yang
mengoperasikan peralatan dan mempergunakan bahan dalam
proses produksi industri tersebut.

Kesalahan dalam penggunaan peralatan dan pemakaian


dan kemampuan serta keterampilan tenaga kerja yang kurang
memadai ternyata dapat menimbulkan suatu kemungkinan bahaya
besar berupa kecelakaan, kebakaran-kebakaran, peledakan,
pencemaran lingkungan dan penyakit akibat kerja.

2
Hal-hal tersebut diatas ternyata menimbulkan kerugian jiwa dan material baik pe -
ngusaha, tenaga kerja, pemerintah dan masyarakat luas. Untuk mengurangi faktor tsb
perlu diambil langkah-langkah dan tindakan yang mendasar dan prinsip sebagai teknik
pengendalian pencegahan, dan penanggulangannya.

Teknik pengendalian tersebut harus bertitik tolak dari 2 (dua) faktor penyebabnya,
yaitu MANUSIA yang berbahaya ( Unsafe action ) dan kondisi-kondisi yang berbahaya
( Unsafe condition ) dan dukungan manajemen.

Manusia melakukan tindakan-tindakan berbahaya disebabkan oleh beberapa hal


antara lain :
a. Pengetahuan dan keterampilan yang tidak sesuai dengan pekerjaannya.
b. Keadaan fisik dan mental yang belum siap untuk tugasnya.
c. Tingkah laku dan kebiasaan yang ceroboh, sembrono, terlalu berani tanpa memper-
dulikan petunjuk, instruksi dan lain-lain.
d. Kurangnya perhatian dan pengawasan dari manajemen.
e. Kondisi yang berbahaya meliputi kondisi-kondisi sbb :
- mesin, pesawat, alat, instalasi bahan, dll
- lingkungan kerja
- sifat pekerjaan Yang tidak memenuhi syarat
- cara kerja
- proses produksi

3
Guna mengatasi permasalahandiatas diperlukan usaha K3 yg ada pd hakekatnya
merupakan tanggung jawab dan kepentingan bersama baik pihak pengusaha, tenaga
kerja maupun pemerintah. Namun disadari atau tidak bahwa pada saat ini kita masih
mempunyai hambatan antara lain disebabkan oleh masih kurangnya kesadaran
masyarakat perusahaan baik pengusaha maupun tenaga kerja akan arti pentingnta K3.

Ciri dan alasan tersebut adalah :


 Berpendidikan rendah
 Berusia muda
 Tingkat keterampilan dan pengalaman dalam melaksanakan tugas masih rendah

Usaha K3 pada dasarnya mempunyai sasaran umum sbb :


a. Perlindungan tenaga kerja yang berada ditempat kerja agar selalu terjamin keselamatan
dan kesehatannya sehingga dapat diwujudkan peningkatan dan produksi kerja.
b. Perlindungan setiap orang lain yang berada ditempat kerja.
c. Perlindungan thdp bahan dan peralatan produksi agar dpt dipakai dan digunakan secara
aman dan efisiensi.

Sedangkan secara khusus usaha K3 mempunyai sasaran antara lain :


a. Mencegah atau mengurangi kecelakaan kebakaran, peledakan dan penyakit akibat kerja.
b. Mengamankan mesin, instalasi, pesawat alat kerja bahan baku dan bahan hasil produksi.
c. Menciptakan lingkungan dan tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan penyesuaian
antara pekerja dengan manusia atau manusia dengan pekerjaan.

4
Agar masalah K3 dapat dilaksanakan dengan baik diperlukan pembinaan dan
pengawasan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Peran fungsi dan partisipasi aktif
lembaga dan organisasi K3 dan pemerintah khususnya Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (P2K3) amat diharapkan dlm melaksanakan dan meningkatkan usaha K3.

Tercapainya sasaran tsb sejalan dengan tujuan pembangunan untuk memanusiakan


manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya.

II. TUJUAN INTRUKSIONAL

A. UMUM
Memberikan petunjuk teknis dalam pembentukan dan operasionalisasi
P2K3.

B. KHUSUS
Melatih dan mencetak kader-kader K3 guna mendorong dan meningkatkan
aktivitas P2K3.

5
III. DASAR HUKUM

1. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja


Pasal 10 ayat W dan (2) dengan peraturan pelaksanaannya.

2. Keptusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP.125/MEN/82 tentang


Dewan Nasional K3 Wilayah dan P2K3 yang disempurnakan
dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-155/MEN/84.

3. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP.04/MEN/87 tentang


P2K3 serta Tata Cara Penunjukkan Ahli Keselamatan Kerja.

6
IV. PENGERTIAN

1. Kecelakaan:
Suatu kejadian yang tidak terduga semula dan tidak dikehendaki yang
dapat mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat
menimbulkan kerugian harta benda dan korban manusia serta lingkungan.

2. P2K3 :
Suatu badan yang dibentuk disuatu perusahaan untuk membantu
melaksanakan dan menangani masalah- masalah K3 yang keanggotaan
-nya terdiri dari unsur pengusaha dan tenaga kerja.

3. Tingkat resiko bahaya sangat besar :


Suatu klasifikasi resiko bahaya tempat kerja dengan nilai 69 ‑ 90 yang
merupakan jumlah bobot dan nilai dari unsur proses, bahan peralatan,
lingkungan dan produk.

7
V. TATA CARA PEMBENTUKAN P2K3

1. SYARAT PEMBENTUKAN
a. Setiap tenaga kerja dengan kriteria tertentu pengusaha atau pengurus wajib
membentuk P2K3, kriteria tsb adalah sbb :
‑ Tempat kerja dimana dikerjakan 50 (lima puluh) orang atau lebih.
‑ Tempat kerja / perusahaan dimana dipekerjakan kurang dari 50 (lima puluh)
orang tenaga kerja untuk anggota kelompok tempat kerja / perusahaan.
‑ Tempat kerja / perusahaan dimana dipekerjakan kurang 50 (lima puluh) orang
dengan tingkat bahaya sangat besar.
b. P2K3 dibentuk oleh Pengusaha atau pengurus dan disyahkan oleh Menteri
Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuknya.

2. SURAT KEANGGOTAAN
a. Keanggotaan P2K3 teidiri atas unsur pengusaha dan tenaga kerja yang
susunannya terdiri atas Ketua, Sekretaris dan Anggota.
b. Sekretaris P2K3 ialah Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Ahli K3) atau
petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja di perusahaan.

8
c. Ketua P2K3 ialah Pimpinan Perusahaan atau salah satu Pimpinan
Perusahaan yang ditunjuk (Khusus untuk kelompok perusahaan/ centra
industri)

d. Jumlah dan susunan P2K3 adalah sbb :


‑ Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 100 (seratus) orang / lebih,
jumlah anggota sekurang‑kurangnya 12 (dua belas) orang terdiri dari 6
(enam) orang mewakili pengusaha/pimpinan perusahaan dan 6 (enam)
orang mewakili tenaga kerja.
‑ Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 50 (lima puluh) orang s/d 100
(seratus) orang, jumlah anggota sekurang‑kurangnya 6 (enam) orang
yang terdiri dari 3 (tiga) orang mewakili pengusaha/pimpinan perusaha-
an dan 3 (tiga) orang mewakili tenaga kerja.
‑ Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja kurang dari 50 (lima puluh)
orang untuk anggota kelompok, jumlah anggota sesuai dengan butir di
atas yang masing‑masing anggota mewakili perusahaannya.
‑ Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja kurang dari 50 (lima puluh)
orang dengan tingkat resiko bahaya sangat besar jumlah anggota
sesuai dengan butir diatas.

9
3. LANGKAH PEMBENTUKAN
3.1. TAHAP PERSIAPAN
a. PERUSAHAAN

a.1. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Pengusaha lebih dahulu menggariskan dan menjalankan pokok -
pokok kebijaksanaan tentang K3 secara umum serta maksudnya
untuk membentuk P2K, P2K3, kebijakan ini biasa disebut SAFETY
AND HEALTH POLICY yang isinya antara lain menegaskan :
- K3 merupakan salah satu faktor yang tidak dapat diabaikan dalam
kelancaran produksi.
- Pimpinan perusahaan bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan
usaha K3.
- Semua karyawan dari eselon atas sampai bawah harus memahami
dan ikut aktif dalam segala kegiatan K3.
- Perlu dilakukan pembinaan/pendidikan terus menerus tentang K3.
- Pengawasan atas terlaksananya semua ketentuan tentang K3.
- Penyediaan Anggaran.
- P2K3 sebagai Koordinator pelaksanaan kegiatan K3.

a.2. Kebijakan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini harus di -


tuangkan dan secara tertulis karena sangat penting bagi manajemen
dan pihak‑pihak lain yang terkait.
Alasan dari pada penuangan kebijaksanaan secara tertulis adalah
sbb :

10
- Kebijakan K3 yang ditetapkan lebih memudahkan penegakan pelaksanaan dan keadaan
yang aman.
- Mempermudah para pengawas pabrik melaksanakan kebijakan perusahaan.
- Juga mempermudah para pekerja untuk mengikuti peraturan K3 dan Instruksinya.
- Untuk mempermudah perawatan peralatan yang baik.

a.3. Inventarisasi Calon Anggota


- Pimpinan perusahaan menyusun daftar calon anggota P2K3 yang digariskan
oleh unit kerjanya masing‑masing dan memutuskan di antara para calon
tsb yang akan menjadi calon anggota P2K3.
- Setelah pemimpin perusahaan menyusun keanggotaan P2K3 masing ‑masing,
maka calon anggota tersebut dikumpulkan dan diberikan pengarahan singkat
tentang kebijakan pimpinan perusahaan dalam hal K3.

a.4. Konsultasi ke Kantor Disnaker/Depnaker setempat


Selama dalam tahap penyusun kebijaksanaan tentang K3 dan petugas calon
anggota P2K3, pimpinan perusahaan dapat melakukan konsultasi dengan Kantor
Disnaker / Depnaker setempat untuk mendapatkan petunjuk ‑petunjuk teknis yang
diperlukan dan menanyakan hal‑hal yang terkait dengan proses pembentukan
P2K3 yang dianggap masih belum jelas.

b. PEMERINTAH
b.1. Inventarisasi Perusahaan
Kantor Disnaker / Depnaker setempat mengadakan inventarisasi terhadap
perusahaan‑perusahaan yang menurut ketentuan sudah harus membentuk P2K3.

11
b.2. Pengarahan kepada perusahaan
‑ Terhadap perusahaan yangg bersangkutan diberi pemberitahuan dan penjelasan tentang latar belakang
dibentuknya P2K3 di Perusahaan masing masing.
‑ Pemberitahuan/ penjelasan/ penyluhan dapat dilakukan melalui surat menyurat maupun melalui Pegawai
Pengawas/petugas yang mempunyai program di perusahaan yang bersangkutan.
‑ Hal ini juga dapat dilakukan melalui penyuluhan serentak terhadap beberapa perusahaan secara klasikal.

3.2. PELAKSANAAN
a. PERUSAHAAN
a.1. Membentuk P2K3
Setelah perusahaan berhasil menyusun calon anggota P2K3 maka dilanjutkan dengan
Pembentukan P2K3 secara resmi oleh Pimpinan Perusahaan
a.2. Melaporkan ke ke Kantor Disnaker Kabupaten/Kota setempat.
Pimpinan perusahaan setempat resmi membentuk P2K3 kemudian melaporkannya
kepada Kantor Disnaker Propinsi.
Pada waktu melaporkan telah dibentuk P2K3 di perusahaan masing-masing Pimpinan
Perusahaan dapat sekaligus mengajukan permohonan secara tertulis untuk mendapatkan
pengesahan.

b. PEMERINTAH
a.1. Penerbitan SK Pengesahan P2K3 Kantor Disnaker setempat (Disnaker Wilayah) setelah
menerima permohonan pengesahan meneruskan kepada Kepala Disnaker Propinsi utk
dapat menerbitkan SK Pengesahan Pembentukan P2K3 atas nama Menteri Tenaga Kerja.
a.2. Pelantikan/Pengukuhan
Kepala Disnaker setempat setelah menerbitkan Pengesahan P2K3 dilanjutkan dengan
melantik anggota P2K3 secara resmi, pelantikan/pengukuhan dapat dilakukan oleh Kepala
Dinas Tenaga Kerja Propinsi atau Gubernur setempat atas nama Menteri Tenaga Kerja
Pelantikan dapat dilakukan secara bersama ‑sama di antara beberapa P2K3/ perusahaan
dan juga kepada anggota P2K3 yang baru menggantikan anggota yang lama.

12
4. STRUKTUR ORGANISASI

4.1. BENTUK ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN

Suatu organisasi P2K3 dapat mempunyai banyak variasi tergantung pada


besar, jenis, bidang dan bentuk kegiatan dari perusahaandan sebagainya.
Kepengurusan dari pada Organisasi P2K3 terdiri dari seorang Ketua, Wakil
Ketua, seorang atau lebih Sekretaris dan beberapa anggota yang terdiri dari
unsur pengusaha dan pekerja.
a. Ketua dijabat oleh salah seorang Pimpinan Perusahaan yang mempunyai
Kewenangan dalam menetapkan kebijakan di perusahaan.
b. Sekretaris dapat dijabat oleh ahli K3 / Petugas K3 (Safety Officer) atau
calon yang dipersiapkan untuk menjadi Petugas K3.
c. Para anggota terdiri dari wakil unit‑unit kerja yang ada dalam perusahaan
dan telah memahami permasalahan K3.

4.2 TUGAS-TUGAS PENGURUS P2K3


Tugas‑tugas ketua, Wakil ketua, Sekretaris dan Anggota-anggota harus
diuraikan secara jelas dalam pembinaan tugas atau Job discription sebagai
berikut :

13
a. KETUA
‑ Memimpin semua rapat pleno P2K3 atau menunjuk anggota untuk memimpin rapat pleno.
‑ Menentukan langkah, policy demi tercapainya pelaksanaan program ‑prog ram P2K3.
‑ Mempertanggungjwbkan pelaksanaan K3 di perusahaan kpd Disnaker/Depnaker cq pimp. Prshn.
‑ Mempertanggungjawabkan program ‑program P2K3 dan pelaksanaannya kepada Direksi.
‑ Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program ‑ program K3 di perasahaan.

b. WAKIL KETUA
Sebagai wakil dari ketua dalam melaksanakan tugasnya dalam hal ketua berhalangan.

c. SEKRETARIS.
- Membuat undangan rapat dan membuat notulennya.
- Mengelola administrasi surat‑surat P2K3.
- Mencatat data‑data yang berhubngan dengan K3.
- Memberikan bantuan/saran‑saran yang diperlukan oleh seksi ‑seksi, demi
suksesnya program‑program K3.
- Membuat laporan ke Departemen‑departemen yang bersangkutan mengenai adanya
UNSAFE ACT DAN CONDITION di tempat kerja.

d. ANGGOTA.
‑ Melaksanakan program‑program yang telah ditetapkan sesuai dengan seksi
masing‑masing.
‑ Melaporkan kepada Ketua atas kegiatan yang telah dilaksanakan.

14
5. TUGAS DAN FUNGSI P2K3
Tugasnya sbg badan pertimbangan di tempat kerja ialah memberikan saran & per -
timbangan,baik diminta maupun tdk kpd pengusaha/pengurus tempat kerja bersang-
kutan mengenai masalah‑masalah K3. Fungsi P2K3 ialah menghimpun dan mengelola
data & atau permasalahan K3 di tempat kerja bersangkutan, serta mendorong diting-
katkannya penyuluhan, pengawasan, latihan dan penelitian K3.

6. TATA KERJA DAN PELAPORAN


6.1. Program kerja
Pada tahap awal pelaksanaan kegiatan P2K3 maka terlebih dahulu harus di
tentukan sasaran yang ingin dicapai dengan membuat rencana dan program
kerja yang terarah dan bersifat kontinue.
a. Identifikasi masalah K3
‑ Mengindentifikasi dan mengiventarisasi sumber bahaya, dan penyakit
akibat kerja dalam rangka perlindungan tenaga kerja.
‑ Masalah yg berkaitan dengan upaya untuk mengendalikan dan mencegah
timbulnya kecelakaan kerja,penyakit akibat kerja untuk meningkatkan
efisiensi dan produktivitas kerja.
‑ Masalah yg berkaitan dg upaya utk membenahi peraturan perundangan.
‑ Masalah yang berkaitan dengan upaya untak memberikan jaminan akan ke
selamatan dan rasa aman terhadap masyarakat umum khususnya yang
berkaitan disekitar tempat kerja/perusahaan.

b. Pendidikan dan Pelatihan


Program pendidikan dan pelatihan K3 bagi tenaga kerja perlu diusahakan
agar tenaga kerja mendengar,memahami & menghayati K3 dlm usaha
menanamkan kesadaran dan mengetrapan cara, kerja yang selamat sehat
dan produktif. Pendidikan ini dpt berupa kursus,ceramah,diskusi,pemutaran
film,slide,bulletin atau majalah & dpt dilakukan baik di dlm maupun di luar
perusahaan bekerja sama dengan lembaga dan instansi terkait lainnya.

15
c. Sidang‑sidang
P2K3 secara berkala harus mengadakan pertemuan/sidang untuk membicarakan
masalah‑masalah yg berhubungan dengan K3 termasuk masalah organisasi P2K3.
Acara untuk sidang rutin ini dapat ditentukan terlebih dahulu disesuaikan dengan
program kerja dan kegiatan yang telah disusun. Dalam menghadapi hal mendadak
dapat diadakan sidang khusus, misalnya dalam hal terjadinya kasus kecelakaan.

Materi permasalahan dalam sidang


‑ Membahas masalah hasil evaluasi yang telah dilaksanakan.
‑ Menyusun rekomendasi cara mengatasi bahaya potensial yang ditemui.
‑ Membahas hasil analisa kecelakaan dan membuat rekomendasi ttg penanganannya.
‑ Menyusun acara pendidikan/latihan/ceramah dsb.
‑ Mengadakan perbaikan program pengesahan kecelakaan yang telah dijalankan.
‑ Masalah lain yang dianggap perlu misalnya merencanakan memperingati hari jadi
P2K3 dsb

Dalam sidang‑sidang P2K3 ini dapat diundang para Supervisor atau Pimpinan Unit
lainnya yang berkaitan dengan masalah yang sedang dibicarakan. Hal ini
dimaksudkan juga agar sebanyak mungkin tenaga kerja dapat mengetahui dan
memberikan pandangan yang merupakan tambahan pengetahuan bagi anggota
tentang masalah yang sedang dibicarakan. Setiap akhir sidang dibuatkan
laporan‑laporan dan kesimpulan. Untuk memudahkan pembuatan laporan hendaknya
dibuatkan kerangka bentuk laporan tertentu misalnya seperti terlampir.

d. Rekomendasi
Dalam menyusun suatu rekomendasi perlu diperhatikan hal ‑hal sbb :

16
‑ Bahaya potensial yang ada baik berupa kondisi yang tak aman maupun perbuatan -
perbuatan yang tak aman. Akibat yang mungkin timbul oleh perbuatan dan
atau kondisi tak aman terjadi baik tenaga kerja, kelancaran proses produksi,
kerusakan peralatan / harta benda maupun bagi lingkungan hidup.

‑ Cara-cara pencegahan yg tepat ditinjau dari segi praktis ekonomis &


efektivitasnya.

Rekomendasi ini ditujukan kepada pimpinan perusahaan dan jika perlu Panitia
dapat menanyakan tentang Rekomendasi yang telah diberikan kepada pimpinan
perusahaan.
Jika disetujui maka pimpinan perusahaan akan mengeluarkan keputusan tanggungjwb
pelaksanaannya akan diserahkan kepada Kepala Bagian yang ada kaitannya
dengan masalah tersebut misalnya :
- Kepada bagian Produksi
- Kepala Bagian Keselamatan Kerja
- Kepala Bagian Kesehatan Kerja

Jika ditolak maka panitia harus mengadakan penelitian lebih lanjut dg memperhatikan
alasan‑alasannya. Setiap Rekomendasi yang dikeluarkan dibukukan secara baik dgn
segala perkembangannya.

17
e. Audit K3
Merupakan suatu penilaian organisasi yg dilakukan secara mendalam,berkala,berdasarkan metoda tertentu &
dilaksanakan oleh satu team (orang yang sdh terlatih) dg menggunakan suatu daftar dari unsur ‑unsur yg
mencerminkan pelaksanaan K3 yg baik guna memberikan dasar bagi pengambilan keputusan manajemen yg dpt
mempengaruhi program K3 dari organisasi tsb.

Untuk mencapai tujuan audit K3 ini maka harus dibuat rencana penerapannya yang
memiliki sifat-sifat :
- Keputusan untuk menerapkan Audit K3 harus keluar dari pimpinan teras yang
memiliki wewenang membuat kebijakan perusahaan.
- Sasaran, cakupan, kekerapan metoda, yang digunakan sistim pelaporannya harus
ditentukan secara jelas dan dikomunikasikan kepada semua pihak yg
berkepentingan.
- Anggota, Team Audit K3, dipilih secara teliti berdasarkan
pengetahuan,pengalaman dan daerah pelaksanaan audit.
- Harus ditentukan tanggal penyelesaian laporan dan penyajian hasil Audit K3 tsb.
- Dalam mereview laporan Audit harus dilakukan pada saat pertemuan/diskusi P2K3
untuk mempersiapkan rekomendasi rencana tindakan perbaikan dan penilaiannya,
hasilnya.
- Harus ada sistem pemantauan untuk memastikan bahwa, pekerjaan dan perubahan
yang harus dilakukan tetap terlaksana.
- Isi laporan Audit K3 harus dilaporkan dikomunikasikan pada semua personil yang
relevan dan diharapkan disampaikan kepada Dinas Kabupaten/Kota, Dinas
Propinsi dan Direktur Keselamatan dan Kesehatan Kerja Depnaker Pusat.
Mengenai unsur‑unsur apa yang akan dinilai dalam Audit K3 ini sangat tergantung
menurut jenis perusahaan ukuran perusahaan dan keluasan dari fungsi yang
dilaksanakannya.

18
VI. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
1. PEMBINAAN
U.U.No.1/1970 Tentang Keselamatan Kerja menetapkan bhw ” Guna memperkembangkan kerjasama saling pengertian
dan partisipasi efektif dari pengusaha / pengurus dan tenaga kerja dalam tempat ‑tempat kerja utk melaksanakan tugas
dan kewajiban bersama di bidang K3 dalam rangka melaporkan usaha berproduksi maka salah satu langkah yang
diambil oleh pemerintah adalah mendorong membentuk dan meningkatkan kemampuan serta aktivitas P2K3.

Disamping itu ditegaskan pula bhw "Pengurus wajib menyelenggarakan pembinaanbagi


semua, tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dalam pencegahan kecelakaan
dan pemberantasan kebakaran serta peningkatan K3, pula dalam pemberian pertolongan
pertama pada kecelakaan.

Oleh karena itu P2K3 sebagai suatu organisasi atau wadah bagi unsur pimpinan
perusahaan dan unsur tenaga kerja yang tugas dan fungsinya melakukan pembinaan K3
ditempat kerja maka P2K3 mempunyai kedudukan yang strategis dalam pelaksanaan K3
di tempat kerja.

2. PEMBINAAN INTERN
a. Tujuan Pembinaan
Tujuan Pembinaan P2K3 ialah lebih mengerahkan & mengembangkan organisasi
personil dan operasional P2K3 agar mampu melaksanakan tugas dan fungsi
serta kewajibannya dgn penuh pengabdian dan kesadaran untuk melaksanakan
usaha‑usaha K3 dalam melancarkan dan meningkatkan usaha produksi.

b. Sasaran Pembinaan
Sasaran Pembinaan P2K3 meliputi :

19
‑ Pembinaan Personil.
Peningkatan kemampuan dan keterampilan anggota P2K3 melalui berbagai jalur pendidikan dan latihan sehingga,
diharapkan mereka mempu melaksanakan dan mengembangkan program‑ program P2K3 bagi perusahaanya.
- Pembinaan Program
Dalam menyusun dan pembuatan program P2K3 diharapkan agar lebih praktis dan realitas sehingga dapat diukur
dan dilaksanakan serta dieva­luasi kembali.

Isi program harus mampu menjalankan dan menjelaskan berbagai hal kepada
pekerja atau orang lainnya yang meliputi antara lain :
Berbagai bentuk dan macam sumber bahaya yang bertalian dengan :
 Keadaan mesin pesawat, alat, bahan
 Lingkungan
 Cara kerja
 Proses produksi.
Pembinaan dan pelaksanaan norma dan standar K3
Inspeksi K3 yang teratur untuk mengetahui tingkat bahaya potensial
Penyelidikan dan analisa kecelakaan untuk menentukan sebab musabab­nya dan
mendapatkan langkah pengendalian
Pendidikan dan Pelatihan bagi para tenaga kerja tentang arti pentingnya K3
Alat pelindung diri dan alat pengaman lainnya sesuai dengan jenis sifat pekerjaan
Prosedur dan tata cara menyelamatkan diri peralatan dan bahan dalam keadaan
darurat
Tata laksana dan pertanggung jawaban pelaksanaan tugas
Daftar alat‑alat K3 yang diperlukan
Laporan pemeriksaan tata ruang dan instalasi utility
Laporan pemeriksaan peralatan dan mesin
Data pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
Data kecelakaan kerja
Izin kerja di daerah berbahaya

20
3. PEMBINAAN EKSTERN
a. Pengawasan pada hakekatnya adalah suatu pembinaan dengan kegiatan
memeriksa, mengukur, mengevaluasi dan menetapkan tindak lanjut dari hasil
pelaksanaan suatu fungsi dan tugas yang telah ditetapkan.

b. Dilihat dari fungsi dan tugas yang harus dilaksanakan oleh P2K3 maka pengawasan
dalam arti pembinaan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pengawasan intern oleh pimp.
perusahaan dan pengawasan ektern oleh pemerintah.
c. Pengawasan intern oleh pimp. perusahaan ditujukan kepada sejauhmana program -
program K3 yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan.
d. Pengawasan ekstern oleh pemerintah ditujukan pd sejauhmana ketentuan-ketentuan
peraturan perundang‑undangan dilaksanakan dilingkungan perusahaan ybs.
e. Adapun peraturan perundang ‑undangan yang perlu diketahui dan dilaksanakan
dibidang K3 dapat dikelompokan sbb :
- Pembinaan Operasional
Agar supaya semua program dapat dilaksanakan maka diperlukan berbagai
kegiatan yang harus diikuti antara lain :
• Jadwal waktu pelaksanaan program apakah harian/mingguan/bulanan/tahunan.
• Urutan prioritas pencapaian sasaran program.
• Urutan dan standar apakah yang digunakan untuk mengukur dan menilai
keberhasilan pelaksanaan program.
• Siapa penanggungjawab pelaksanaan program apakah program P2K3 atau unit
kerja tertentu
• Bahan, peralatan apa yang diperlukan dalam melaksanakan tugas program
• Sumber dan besar biaya yang diperlukan dan sebagainya

21
- Pembinaan Adminsitrasi
Untuk memudahkan pelaksanaan program kerja P2K3 maka perlu dilengkapi
dengan berbagai contoh bentuk blanko atau isian (formulir) antata lain :

• Jadwal pelaksanaan program tahunan yang dapat diperinci menjadi bulanan dan
mingguan
• Daftar Akte Izin dan pemeriksaan
• Data proses produksi
• Daftar alat‑alat pelindung diri
 Bidang Umum
 Bidang Mekanik
 Bidang Konstruksi Bangunan.
 Bidang Listrik
 Bidang Penanggulangan Kebakaran.
 Bidang Kesehatan Kerja.
 Bidang Uap dan Bejana Tekan (Pressure Vessel).

VII. PENUTUP
Agar pihak perusahaan dapat melaksanakan ketentuan seperti apa yang
telah di sampaikan terdahulu.

22
LAMPIRAN I
PANITIA PEMBINA KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA
PERUBAHAN : .................................
ALAMAT : .........................................................

No. : Kepada
Lampiran : Yth. : Kepala Kantor Departemen
HaI : Laporan triwuIan Tenaga Kerja
. ...........................................
di ‑
__________________

LAPORAN P2K3
1. Nama perusahaan :
2. AIamat :
Telp. :
3. Jumlah tenaga kerja : laki‑laki = orang
perempuan = orang
jumlah = orang
4. P2K3 dibentuk : tanggal tahun
5. Jumlah pengurus : orang
(lampiran Struktur Organisasi P2K3)
6. Jabatan dalam perusahaan :
a. Ketua :
b. Sekretaris :
7. Keanggotaan P2K3 :
Tetap :
berganti / tidak tetap :
8. Bila berganti/tidak tetap, berapa lama masa pergantian
: bulan tahun.
9. Kebijaksanaan M/Safety Policy : ada
tidak

23
10. Pelaksanaan kegiatan :
1) Program K‑3 : ada
tidak
2) Pelaksanaan evaluasi K3 : dilakukan
tidak dilakukan
meliputi : proses produksi
peralatan mesin
alat pengaman/pelindung diri
tenaga kerja
pencegahan kebakaran
lingkaran perusahaan
3) Analisa kecelakaan : dilakukan
tidak dilakukan
4) Pelaporan dan pendataan kecelakaan
: dilakukan
tidak dilakukan
5) Apakah P2K3 : melaksanakan
- latihan K3 : ya tidak­
- penyuluhan K3 : ya tidak
- ceramah K3 bagi karyawan : ya tidak
6) Apakah diadakan rapat anggota secara rutin
: Ya tidak
7) Apakah disusun jadwal persidangan secara tetap
: Ya tidak
8) Apakah hasil sidang di arsipkan/ di dokumentasikan
: ya tidak
9) Apakah hasil putusan sidang selalu dapat di follow up
: ya tidak
10) Apakah diadakan inspeksi lapangan
: ya tidak
‑ secara bcrkala (berapa kali dalam 1 tahun) kali
‑ sesudah terjadi kecelakaan ya tidak

24
11) Kerjasama antar unit kerja dalam masalah K3
12) Partisipasi anggota P2K3 : aktif tidak aktif
13) Koordinasi dalam kegiatan P2K3 dengan badan/instansi lain ............
aktif tidak aktif
14) Rekomendasi kepada pimpinan : ada tidak ada
15) Hambatan : ...................................
...................................
16) Saran : ...................................
...................................

Keterangan :

............................. 19.....
* diisi dengan tanda V pada Ketua P2K3
kolom yang dimaksud
** coret ynag tidak perlu

Tembusan kepada Yth. :


1. Ka. Kanwil .............................
2. Sekretariat DK3W.

25
PANITIA PEMBINA KESELAMATAN LAMPIRAN II
DAN KESEHATAN KERJA

PERUSAHAAN : KEPADA
ALAMAT : YTH. : PIMPINAN PERUSAHAAN
DI .........................
_______________

REKOMENDASI
NO.:

Usulan/
Kemungkinan
No. Bahaya Potensial Pemecahan/
Kecelakaan
Rekomendasi
(1) (2) (3) (4)

..............................., ........................
PANITIA PEMBINA
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KETUA,

Tembusan kepada Yth: .................................


1. Ka. Kandepnaker ...............
2. Ka. Kanwil ..........................

26
PANITIA PEMBINA KESELAMATAN LAMPIRAN : II
DAN KESEHATAN KERJA

PERUSAHAAN : KEPADA
ALAMAT : YTH. : PIMPINAN PERUSAHAAN
DI .........................
_______________

REKOMENDASI
NO. :

NO. Bahaya Potensial Kemungkinan Kecelakaan Usulan/Pemecahan/Rekomendasi


1 2 3 4

..............................., ........................
PANITIA PEMBINA
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KETUA,

Tembusan kepada Yth:


1. Ka. Kandepnaker ............... -----------------------------------------------
2. Ka. Kanwil .......................

27
LAMPIRAN III
Nama Perusahaan :
AIamat :
REKAPITULASI LAPORAN
KECELAKAAN

Data Korban Faktur Kecelakaan Perkiraan Kerugian

Waktu Akibat
Kejadian/ Kondisi Sebab
Jenis Sumber
Tanggal Umur Luka Type Mekanik Tindakan Hari Kecelakaan
Nama Kelamin Sementara Kecelakaa Material
Bulan Korban Cacat Cidera pada Kecelakaan Physis berbahaya Kerja
(L/P) Mati Tak mampu n
Tetap ringan Berbahaya
bekerja

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)

____________________________________

28

Anda mungkin juga menyukai