PENDAHULUAN
sebelah mata. Banyak perusahaan yang menganggap masalah-masalah ringan yang tidak memerlukan
fokus penerapan manajemen K3 secara khusus. Padahal K3 merupakan hak setiap pekerja dan orang
lain yang berada dalam tempat kerja supaya proses produksi dapat berjalan dengan aman, efektif,
dan efisien.
Jika terjadi kecelakaan kerja, perusahaan akan terganggu karena proses produksi akan
berhenti, belum lagi jika pekerja tidak dapat bekerja sehingga perusahaan harus melatih tenaga kerja
baru di posisi yang ditinggalkan tersebut. Belum lagi menyangkut nama baik perusahaan. Jika
terjadi kecelakaan kerja dan masuk pemberitaan, masyarakat akan mengetahuinya dan tentunya hal ini
5. Melakukan identifikasi, evaluasi dan audit proses yang berkaitan dengan penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja secara umum.
1
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam laporan PKL ini antara lain:
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Ahli K3
2.1.1 Pengertian Ahli K3
Ahli K3 adalah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga
Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi untuk mengawasi
ditaatinya Undangundang No.1 Tahun 1970. Ketentuan ahli K3 antara lain:
3
2.1.2.2 Wewenang ahli K3 yaitu:
1. Memasuki tempat kerja sesuai dengan penunjukan.
2. Meminta keterangan dan atau informasi mengenai pelaksanaan syarat-syarat
K3 di tempat kerja sesuai dengan penunjukan.
3. Memonitor, memeriksa, menguji, menganalisa, mengevaluasi dan memberikan
persyaratan serta pembinaan K3 yang meliputi :
P2K3 adalah badan pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah kerja sama
pengusaha dan pekerja dalam mengembangkan kerja sama, saling pengertian, dan
partisipasi efektif dalam penerapan K3. P2K3 ditetapkan oleh Menteri atau Pejabat
yang ditunjuk atas usul dari pengusaha atau pengurus yang bersangkutan. Latar
belakang pembentukan P2K3 adalah mencegah terjadinya gangguan keselamatan dan
kesehatan kerja, karena itulah diterapkannya K3. P2K3 juga membantu pimpinan
perusahaan dalam penerapan K3.
4
4. Menciptakan tempat kerja yang nihil kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
5
b) Inventarisasi permasalahan K3
c) Indentifikasi dan inventarisasi sumber bahaya
d) Penerapan norma K3
e) Inspeksi secara rutin dan teratur
f) Penyelidikan dan analisa kecelakaan
g) Pendidikan dan latihan
h) Prosedur dan tata cara evakuasi
i) Catatan dan data K3
j) Laporan pertanggungjawaban
k) Penelitian
Peran Wewenang
6
2. Melaporkan kepada Ketua atas kegiatan yang telah dilaksanakan.
SMK3 adalah bagian dari system manajemen secara keseluruhan yang meliputi
struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan
7
sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian
dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja.
Setiap perusahaan yang memperkerjakan seratus tenaga kerja atau lebih dan
atau yang mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses
atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan,
kebakaran, pencemaran lingkungan dan penyakit akibat kerja.
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan atau serikat pekerja.
3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien untuk mendorong
produktivitas.
8
di kegiatan operasi perusahaan meliputi :
Tenaga manusia yang meliputi kemampuan dan sikapnya dalam kaitannya
dengan k3
Perangkat keras yang meliputi sarana / peralatan proses produksi dan operasi,
sarana pemadam kebakaran, kebersihan dan tata lingkungan
Perangkat lunak (manajemen) yang meliputi sikap manajemen, organisasi,
prosedur, standar dan hal lain yang terkait dengan pengaturan manusia serta
perangkat keras unit operasi
2. Memastikan bahwa pengelolaan K3 di perusahaan telah dilaksanakan sesuai
ketentuan pemerintah, standar teknis ditentukan, standar K3 yang berlaku dan
kebijakan yang ditentukan oleh manajemen perusahaan.
3. Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensial sebelum timbul
gangguan dan kerugian terhadap tenaga kerja, harta, lingkungan maupun
gangguan operasi serta rencana respon terhadap keadaan darurat, sehingga mutu
pelaksanaan K3 dapat meningkat.
PENGERTIAN:
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari
sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko
yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien dan produktif.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Audit SMK3 adalah pemeriksaan secara sistematis dan independen terhadap
pemenuhan kriteria yang telah ditetapkan untuk mengukur suatu hasil kegiatan yang
telah direncanakan dan dilaksanakan dalam penerapan SMK3 di perusahaan.
9
mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh;
serta
menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong
produktivitas
PENERAPAN SMK3:
Penerapan SMK3 dilakukan berdasarkan kebijakan nasional tentang SMK3.
Kebijakan nasional tentang SMK3 sebagai pedoman perusahaan dalam menerapkan
SMK3.
Instansi pembina sektor usaha dapat mengembangkan pedoman penerapan SMK3
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
10
c. memperhatikan masukan dari pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat buruh.
Muatan Kebijakan K3 paling sedikit memuat visi; tujuan perusahaan; komitmen dan tekad
melaksanakan kebijakan; dan kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan
perusahaan secara menyeluruh yang bersifat umum dan/atau operasional.
2. Perencanaan K3;
Yang harus dipertimbangkan dalam menyusun rencana K3:
1. hasil penelaahan awal;
2. identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko;
3. peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya; dan
4. sumber daya yang dimiliki.
11
g. upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan bencana industri; dan
h. rencana dan pemulihan keadaan darurat
Kegiatan a f dilaksanakan berdasarkan identifikasi bahaya, penilaian dan
pengendalian risiko.
Kegiatan g dan h dilaksanakan berdasarkan potensi bahaya, investigasi dan analisa
kecelakaan
Agar seluruh kegiatan tersebut bisa berjalan, maka harus:
1. Menunjuk SDM yang kompeten dan berwenang dibidang K3
2. Melibatkan seluruh pekerka/buruh
3. Membuat petunjuk K3
4. Membuat prosedur informasi
5. Membuat prosedur pelaporan
6. Mendokumentasikan seluruh kegiatan
Pelaksanaan kegiatan diintegrasikan dengan kegiatan manajemen perusahaan
4. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3;
Melalui pemeriksaan, pengujian, pengukuran dan audit internal SMK3 dilakukan
oleh sumber daya manusia yang kompeten
Dalam hal perusahaan tidak mempunyai SDM dapat menggunakan pihak lain
Hasil pemantauan dilaporkan kepada pengusaha
Hasil tersebut digunakan untuk untuk melakukan tindakan pengendalian
Pelaksanaan pemantauan & Evaluasi dilakukan berdasarkan peraturan Perundang-
undangan
12
5. adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk
epidemiologi;
6. adanya hasil kajian kecelakaan di tempat kerja;
7. adanya pelaporan; dan/atau
8. adanya masukan dari pekerja/buruh.
PELAPORAN AUDIT
Hasil audit dilaporkan kepada Menteri dengan tembusan disampaikan kepada menteri
pembina sektor usaha, gubernur, dan bupati/walikota.
PENGAWASAN SMK3
Pengawasan SMK3 dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan pusat, provinsi
dan/atau kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.
13
Pengawasan SMK3 meliputi:
1. pembangunan dan terjaminnya pelaksanaan komitmen;
2. organisasi;
3. sumber daya manusia;
4. pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang K3;
5. keamanan bekerja;
6. pemeriksaan, pengujian dan pengukuran penerapan SMK3;
7. pengendalian keadaan darurat dan bahaya industri;
8. pelaporan dan perbaikan kekurangan; dan
9. tindak lanjut audit.
Instansi pembina sektor usaha dapat melakukan pengawasan SMK3 terhadap
pelaksanaan penerapan SMK3 yang dikembangkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Pelaksanaan pengawasan dilakukan secara terkoordinasi dengan pengawas
ketenagakerjaan
Hasil pengawasan digunakan sebagai dasar dalam pembinaan
Perusahaan yang telah menerapkan SMK3, wajib menyesuaikan dengan ketentuan PP
ini paling lama 1 (satu) tahun
PP ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan (12 April 2013)
SANKSI ADMINISTRATIF
Sesuai Pasal 190 UU No. 13/03, Pelanggaran Pasal 87 dikenakan sanksi administratif,
berupa:
a. teguran;
b. peringatan tertulis;
c. pembatasan kegiatan usaha;
d. pembekuan kegiatan usaha;
e. pembatalan persetujuan;
f. pembatalan pendaftaran;
g. penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi;
h. pencabutan ijin.
Kegiatan audit sendiri banyak bentuknya, diantaranya dapat kita kenal istilah audit
internal dan audit eksternal, dimana kegiatan pada prinsipnya sama tetapi
14
pelaksanaanya berbeda. Hal ini dapat kita jelaskan lebih lanjut mengenai bentuk audit
tersebut.
1. Audit internal
Penilaian ini merupakan penilaian yang dilakukan oleh perusahaan sendiri, yang
bertujuan menilai efektifitas penerapan sistem manajemn K3 di perusahaan serta
memberi masukan kepada pihak manajemen dalam rangka pengembangan secara
terus menerus.
Pelaksanaan internal audit idealnya dilaksanakan 2 kali setahun dengan
melibatkan seluruh bagian dari perusahaan, artinya setiap unit operasi, lokasi dan
departemen harus diikutsertakan dalam audit dengan metode uji silang.
Audit internal dilakasanakan oleh personil yang independen terhadap bagian yang
diaudit, bukan personil yang mempunyai hubungan langsung terhadap bagian
yang diaudit, bukan personil yang mempunyai hubungan terhadap bagian
tersebut, sehingga hasil yang didapat merupakan hasil yang obyektif. Disini
personil yang melakukan audit juga harus terlatih dan berpengalaman.
Pelaksanaan audit dilakukan oleh suatu tim sendiri atas berbagai unsur disiplin
dan fingsi dengan jumlah anggota tim tetap harus ganjil dan tidak melebihi 7
orang, karena semakin banyak anggota tim akan mengakibatkan kurang
efektifnya kerja tim. Komposisi anggota tim tetap ditentukan sebagai berikut :
1 orang tim manajemen senior
2 orang anggota P2K3
2 orang ahli dalam bidang operasi
2 orang ahli K3 atau ahli lain yang ditunjuk khusus
Audit digunakan untuk meninjau dan menilai kinerja serta efektivitas Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perusahaan. Audit internal
dilaksanakan oleh Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk
mengetahui dimana Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja telah
diterapkan dan dipelihara secara tepat.
Pelaksanaan audit didasarkan pada hasil penilaian resiko dari aktivitas operasional
perusahaan dan hasil audit (audit-audit) sebelumnnya. Hasil penilaian resiko juga
menjadi dasar dalam menentukan frekuensi pelaksanaan audit internal pada sebagian
aktivitas operasional perusahaan, area ataupun suatu fungsi atau bagian mana saja
15
yang memerlukan perhatian manajemen Perusahaan terkait resiko K3 dan Kebijakan
K3 Perusahaan.
Pelaksanaan audit internal mencakup seluruh area dan aktivitas dalam ruang lingkup
penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perusahaan.
Frekuensi dan cakupan audit internal juga berkaitan dengan kegagalan penerapan
beberapa elemen dalam Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
ketersedian data kinerja penerapan sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, hasil tinjauan manajemen dan perubahan-perubahan dalam manajemen
Perusahaan. Pelaksanaan audit internal secara umum ialah minimal satu kali dalam
kurun waktu satu tahun dari audit internal sebelumnya.
16
o Auditor harus mengerti mengenai peraturan perundang-undangan dan
persyaratan lainnya yang berkaitan dengan penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan Kerja di tempat kerja.
o Auditor harus memiliki pengetahuan mengenai kriteria audit beserta aktivitas-
aktivitas di dalamnya untuk dapat menilai kinerja K3 dan menentukan
kekurangan-kekurangan di dalamnya.
4. Pelaksanaan audit.
o Tata cara berkomunikasi dalam audit internal.
o Pengumpulan dan verifikasi informasi.
o Menyusun temuan audit dan kesimpulannya.
o Mengomunikasikan kepada peserta audit mengenai :
Rencana pelaksanaan audit.
17
Perkembangan pelaksanaan audit.
Permasalahan-permasalahan dalam audit.
Kesimpulan pelaksanaan audit.
2. Audit eksternal
Audit eksternal merupakan kegiatan pemeriksaan//penilaian yang dilakukan oleh
badan audit yang independen, bertujuan untuk menunjukan penilaian terhadap
sistem manajemen K3 di perusahaan secara obyektif dan menyeluruh sehingga
diperoleh pengakuan dari pemerintah atas penerapan SMK3 di perusahaan.
Fungsi audit eksternal ini sebagai umpan balik yang mendukung dalam
perkembangan pertumbuhan serta peningkatan kualitas SMK3 yang ada di
perusahaan.
18
Pada audit eksternal ini, pemerintah akan memberikan sertifikat penerapan bagi
perusahaan yang telah memenuhi standar pemenuhan yang diterapkan (Per.
05/MEN/1996, lampiran 1). Untuk audit eksternal SMK3 dilakukan oleh badan
independen yang ditunjuk oleh pemerintah, yang dilaksanakan teknis auditnya
mengacu pada peraturan Mentri Tenga kerja No. Per. 05/MEN/1996.
Kegiatan audit SMK3 ini sangat kompleks dan membutuhkan waktu yang tidak
sedikit. Tapi bagaimanapun juga kegiatan tersebut sangat bermanfaat bagi
perusahaan tersebut.
Menurut Peraturan Mentri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 definisi audit adalah
pemeriksaan secara sistematik dan independen, untuk menentukan suatu kegiatan
dan hasil-hasil yang berkaitan sesuai dengan pengaturan yang direncanakan, dan
dilaksanakan secara efektif dan cocok untuk mencapai kebijakan dan tujuan
perusahaan.
Adapun tujuan audit SMK3 adalah untuk membuktikan dan mengukur besarnya
keberhasilan pelaksanaan dan penerapan SMK3 di tempat kerja. Sistem
manajemen K3 di tempat kerja dilaksanakan sekurang-kurangnya sekali setiap
tiga tahun.
19
disampaikan kepada Direktur Jenderal Binwasnaker guna mendapatkan persetujuan.
Usulan rencana tahunan audit dapat disetujui bilamana sesuai dengan kriteria
penilaian, susulan yang ditolak dikembalikan kepada Badan audit untuk penyusunan
ulang rencana tahunan audit dan segera disampaikan kembali kepada Direktur
Jenderal Binwasnaker untuk mendapatkan persetujuan.
Direktur Jenderal Binwasnaker mengirimkan keputusan rencana tahunan audit yang
telah disetujui kepada Badan audit dan salinannya disampaikan kepada Kepala
Instansi yang membidangi ketenagakerjaan tingkat propinsi/kab/kota serta perusahaan
yang akan diaudit oleh Badan audit.
Badan audit mengkonfirmasikan rencana audit kepada setiap perusahaan yang
terdaftar dalam rencana tahunan audit apabila perusahaan setuju atas rencana tersebut
segera mengkonfirmasikan kembali kepada Badan audit guna persiapan pelaksanaan
audit.
Badan audit yang akan melaksanakan audit terlebih dahulu harus memberitahukan
rencana pelaksanaan audit kepada Kepala Instansi yang membidangi Ketenagakerjaan
tingkat propinsi/kab/kota yang harus dipantau oleh pegawai pengawas setempat.
Setelah selesai melaksanakan audit, Badan audit segera menyusun laporan audit
sesuai dengan formulir laporan audit (Lampiran III Permen No. Per 05/MEN/1996
untuk disampaikan kepada Direktur Jenderal Binwasnaker dengan tembusan kepada
perusahaan yang bersangkutan.
Direktur Jenderal Binwasnaker melakukan evaluasi dan penilaian hasil audit,
berdasarkan hasil evaluasi dan penilaian berupa bendera sesuai dengan tingkat
pemenuhan terhadap kriteria audit dan disampaikan kepada perusahaan yang
bersangkutan.
Bagi perusahaan yang berdasarkan hasil evaluasi ditemukan adanya pelanggaran atas
peraturan perundangan, Dirjen Binwasnaker dapat mengambil tindakan baik
berbentuk pembinaan atau tindakan hukum.
20
Perusahaan besar dengan tingkat resiko tinggi harus menerapkan sebanyak 166
(seratur enam puluh enam) kriteria.
21
Menimbulkan rasa kagum masyarakat
Sebagai penambah spirit kompetitif
Mendapatkan nama dari pemerintah
Sertifikasi SMK3
Sertifikat SMK3 akan dikeluarkan oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi setelah tim
evaluasi melakukan penilaian terhadap hasil audit eksternal yang dilakukan secara
independen oleh Badan Audit SMK3. Sertifikat merupakan aspek legalitas sebagai bukti
perusahaan telah berhasil menerapkan SMK3.
Keberhasilan penerapan Sistem Manajemen K3 di tempat kerja diukur sebagai berikut:
1. Untuk tingkat pencapaian penerapan 0-59 % dan pelanggaran peraturan perundangan
(non-conformance) dikenai tindakan hukum.
2. Untuk tingkat pencapaian penerapan 60-84 % diberikan sertifikat dan bendera perak.
3. Untuk tingkat pencapaian penerapan 85-100% diberikan sertifikat dan bendera emas.
Dasar hukum UU No. 1 tahun 1970 adalah UUD 1945 pasal 27 (2) dan UU No. 14
tahun 1969. Pasal 27 (2) menyatakan bahwa: Tiap-tiap warganegara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Ini berarti setiap warga
negara berhak hidup layak dengan pekerjaan yang upahnya cukup dan tidak
menimbulkan kecelakaan/ penyakit. UU No. 14 tahun 1969 menyebutkan bahwa tenaga
kerj a merupakan modal utama serta pelaksana dari pembangunan.Penerapan K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) memiliki beberapa dasar hukum pelaksanaan
22
lainnya. Di antaranya adalah sebagai berikut :
dalam Pasal 9 disebutkan bahwa tiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan
atas:
a. Keselamatan
b. Kesehatan
c. Kesusilaan
d. Pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia &
moral agama
b. Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai & digunakan secara aman &
efisien.
c. Agar proses prod uksi berj alan secara lancar tanpa hambatan.
23
Dasar Hukum Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Di Tempat Kerja
sesuai UU No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja :
Undang Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
menjelaskan bahwa kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan
dengan hubungan kerja termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja,
demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah
menuju tempat kerja & pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar
dilalui. Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima jaminan
kecelakaan kerja meliputi:
a. Biaya pengangkutan.
b. Biaya pemeriksaan pengobatan dan/atau perawatan.
c. Biaya rehabilitasi.
d. Santunan berupa uang meliputi :
1) Santunan sementara tidak mampu bekerja.
2) Santunan cacat sebagian untuk selamanya.
3) Santunan cacat total untuk selamanya baik fisik maupun mental.
4) Santunan kematian
24
2.4.3 Dasar hukum P2K3
Dasar hukum P2K3 yaitu :
1. UU No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Pasal 10.
2. Permenaker No: Per 04/Men/1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.
3. Permenaker No. Per 02/Men/1992 tentang Tata Cara Penunjukan Kewajiban dan
Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
25
BAB III
PROFIL PERUSAHAAN
26
Potensi bahaya yang ada diperusahaan tersebut antara lain :
a. Terjepit
b. Tersengat listrik
c. Tertusuk
d. Ledakan
e. Kebakaran
f. Penyakit Akibat Kerja
3.2 Obyek Pengawasan Lingkungan Kerja, Kesehatan Kerja dan Bahan Berbahaya
Pengawasan K3 lingkungan kerja, kesehatan kerja dan bahan berbahaya adalah
serangkaian kegiatan pengawasan dari semua tindakan yang harus dilakukan oleh pegawai
pengawas ketenagakerjaan atas pemenuhan pelaksanaan peraturan perundang-undangan atas
obyek pengawas lingkungan kerja, kesehatan kerja dan bahan berbahaya.
Pengawasan K3 lingkungan kerja meliputi :
a. Area kerja / instalasi / ruang
b. Personil
c. Sarana & fasilitas
d. Administrasi
Daftar Customer dari PT. Sigma Fibrindo Utama adalah sebagai berikut:
1. PP (Persero) Tbk., PT
2. Adhi Karya (Persero) Tbk., PT
3. Wijaya Karya, PT
4. Yayasan Dian Didaktika
27
5. Rumah Sakit Islam Jakarta
6. Alkonusa Teknik Inti, PT
7. Jayantara Artha Mandiri, PT
8. Totalindo Eka Persada, PT
9. Sakata Utama, PT
10. Pilar Garba Inti, PT
11. Jaya Kencana, PT
12. Greatech Artanindo, PT
13. Dwiwahana Handaya Prima, PT
14. Alfa Retailindo, PT
15. Leighton Contractor Indonesia, P
28