Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di banyak perusahaan di Indonesia masih dilihat

sebelah mata. Banyak perusahaan yang menganggap masalah-masalah ringan yang tidak memerlukan

fokus penerapan manajemen K3 secara khusus. Padahal K3 merupakan hak setiap pekerja dan orang

lain yang berada dalam tempat kerja supaya proses produksi dapat berjalan dengan aman, efektif,

dan efisien.

Jika terjadi kecelakaan kerja, perusahaan akan terganggu karena proses produksi akan

berhenti, belum lagi jika pekerja tidak dapat bekerja sehingga perusahaan harus melatih tenaga kerja

baru di posisi yang ditinggalkan tersebut. Belum lagi menyangkut nama baik perusahaan. Jika

terjadi kecelakaan kerja dan masuk pemberitaan, masyarakat akan mengetahuinya dan tentunya hal ini

akan menurunkan citra perusahaan.Karena alasan-alasan tersebut, pemerintah membuat regulasi

mengenai K3 dan setiap perusahaan wajib mentaatinya.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan diadakannya Praktek Kerja Lapangan, antara lain:

1. Mengetahui persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja.

2. Mengetahui persyaratan dan pemenuhan terhadap peraturan perundangan di tempat kerja.

3. Mengidentifikasi pengelolaan dan penerapan organisasi P2K3 di perusahaan.

4. Mengetahui tugas, wewenang, dan tanggung jawab sebagai ahli K3 umum.

5. Melakukan identifikasi, evaluasi dan audit proses yang berkaitan dengan penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja secara umum.

1
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam laporan PKL ini antara lain:

1. Tempat PKL adalah PT Umbul Rejeki.


2. Pembahasan hanya mengenai penerapan K3 Kelembagaan, Keahlian dan SMK3.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Ahli K3
2.1.1 Pengertian Ahli K3

Ahli K3 adalah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga
Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi untuk mengawasi
ditaatinya Undangundang No.1 Tahun 1970. Ketentuan ahli K3 antara lain:

1. Pendidikan Sarjana dengan pengalaman kerja sesuai bidang keahliannya


sekurangkurangnya 2 tahun, atau

2. Pendidikan Sarjana Muda/sederajat dengan pengalaman kerja sesuai bidang


keahliannya sekurang-kurangnya 4 tahun.

3. Berbadan sehat & berkelakuan baik.

4. Bekerja penuh di instansi/perusahaan yang bersangkutan.


5. Penunjukan Ahli K3 ditetapkan berdasarkan permohonan tertulis dari pengurus
atau pimpinan instansi kepada Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk.

2.1.2 Kewajiban dan Wewenang Ahli K3

2.1.2.1 Kewajiban ahli K3 yaitu:


1. Membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan K3 sesuai
dengan bidang yang ditentukan.
2. Memberikan laporan kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
3. Memberikan laporan kpd menteri tenaga kerja dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Ahli K3 di tempat kerja satu kali dalam 3 (tiga) bulan, kecuali ditentukan
lain.
b. Ahli K3 di perusahaan yang memberikan jasa di bidang K3 setiap saat
setelah selesai melakukan kegiatan.
4. Merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan / instansi yang
didapat berhubungan dengan jabatannya.

3
2.1.2.2 Wewenang ahli K3 yaitu:
1. Memasuki tempat kerja sesuai dengan penunjukan.
2. Meminta keterangan dan atau informasi mengenai pelaksanaan syarat-syarat
K3 di tempat kerja sesuai dengan penunjukan.
3. Memonitor, memeriksa, menguji, menganalisa, mengevaluasi dan memberikan
persyaratan serta pembinaan K3 yang meliputi :

a. Keadaan dan fasilitas tenaga kerja.


b. Keadaan mesin, pesawat, alat-alat kerja, instalasi serta peralatan lainnya.
c. Penanganan bahan-bahan.
d. Proses produksi.
e. Sifat pekerjaan.
f. Cara kerja.
g. Lingkungan kerja.

2.2 Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)


2.2.1 Pengertian P2K3

P2K3 adalah badan pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah kerja sama
pengusaha dan pekerja dalam mengembangkan kerja sama, saling pengertian, dan
partisipasi efektif dalam penerapan K3. P2K3 ditetapkan oleh Menteri atau Pejabat
yang ditunjuk atas usul dari pengusaha atau pengurus yang bersangkutan. Latar
belakang pembentukan P2K3 adalah mencegah terjadinya gangguan keselamatan dan
kesehatan kerja, karena itulah diterapkannya K3. P2K3 juga membantu pimpinan
perusahaan dalam penerapan K3.

Setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu, pengusaha/pengurus wajib


membentuk P2K3, syarat tersebut yaitu:

1. Jumlah tenaga kerja > 100 orang.


2. Jumlah tenaga kerja < 100 orang, namun mempunyai resiko bahaya besar.

2.2.2 Manfaat adanya P2K3


Manfat P2K3 antara lain:
1. Mengembangkan kerjasama bidang K3.
2. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi tenaga kerja terhadap K3.
3. Forum komunikasi dalam bidang K3.

4
4. Menciptakan tempat kerja yang nihil kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

2.2.3 Persyaratan Keanggotaan P2K3

Persyaratan keanggotaan P2K3 yaitu:


1. Keanggotaan P2K3 bersifat Bipartit terdiri dari unsur pengusaha & pekerja yang
susunannya terdiri dari Ketua, Sekretaris dan anggota.
2. Ketua P2K3 adalah Pemimpin Perusahaan.
3. Sekretaris P2K3 adalah Ahli K3 Umum dari perusahaan yang bersangkutan.
4. Anggota : wakil dari unit kerja.

2.2.4 Fungsi P2K3

Fungsi P2K3 antara lain:


1. Menghimpun dan mengolah data K3.
2. Membantu, menunjukan dan menjelaskan kepada TK :
a. Faktor bahaya
b. Faktor yang mempengaruhi efisiensi dan produktifitas kerja
c. APD
d. Cara dan sikap kerja yang benar dan aman
3. Membantu pengusaha atau pengurus:
a. Mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja.
b. Tindakan koreksi dan alternatif.
c. Mengembangkan sistem pengendalian bahaya.
d. Mengevaluasi penyebab kecelakaan dan PAK.
e. Mengembangkan penyuluhan dan penelitian.
f. Pemantauan gizi kerja dan makanan.
g. Memeriksa kelengkapan peralatan K3.
h. Pelayanan kesehatan tenaga kerja.
i. Mengembangkan lab. dan interpretasi hasil penelitian.
j. Menyelenggarakan administrasi K3.

4. Membantu menyusun kebijakan manajemen K3 dan pedoman kerja Program


kerja P2K3 yaitu:
a) Safety Meeting

5
b) Inventarisasi permasalahan K3
c) Indentifikasi dan inventarisasi sumber bahaya
d) Penerapan norma K3
e) Inspeksi secara rutin dan teratur
f) Penyelidikan dan analisa kecelakaan
g) Pendidikan dan latihan
h) Prosedur dan tata cara evakuasi
i) Catatan dan data K3
j) Laporan pertanggungjawaban
k) Penelitian

2.2.5 Peran, Tanggungjawab dan Wewenang P2K3


(Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) :

Peran Wewenang

1. Memimpin semua rapat pleno P2K3 ataupun menunjuk anggota untuk


memimpin rapat pleno.
2. Menentukan langkah dan kebijakan demi tercapainya pelaksanaan
program-program P2K3.
3. Mempertanggung-jawabkan pelaksanaan K3 di Perusahaan ke
Ketua
Disnakertrans Kabupaten/Kota setempat melalui Pimpinan Perusahaan.
4. Mempertanggung-jawabkan program-program P2K3 dan pelaksanaannya
kepada Direksi.
5. Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaannya program-program K3 di
Perusahaan

1. Membuat undangan rapat dan notulen.


2. Mengelola administrasi surat-surat P2K3.
3. Mencatat data-data yang berhubungan dengan K3.
Sekretaris 4. Memberikan bantuan/saran-saran yang diperlukan oleh seksi-seksi demi
suksesnya program-program K3.
5. Membuat laporan ke Disnakertrans setempat maupun instansi lain yang
bersangkutan dengan kondisi dan tindakan bahaya di tempat kerja.

1. Melaksanakan program-program yang telah ditetapkan sesuai dengan seksi


Anggota
masing-masing.

6
2. Melaporkan kepada Ketua atas kegiatan yang telah dilaksanakan.

Jumlah dan susunan P2K3 antara lain sebagai berikut :


1. Perusahaan yang memiliki tenaga kerja 100 (seratus) orang atau lebih, maka jumlah
anggota sekurang-kurangnya ialah 12 (dua belas) orang yang terdiri dari 6 (enam)
orang mewakili pengusaha/pimpinan Perusahaan dan 6 (enam) orang mewakili tenaga
kerja.
2. Perusahaan yang memiliki tenaga kerja 50 (lima puluh) orang sampai dengan 100
(seratus) orang, maka jumlah anggota sekurang-kurangnya ialah 6 (enam) orang yang
terdiri dari 3 (tiga) orang mewakili pengusaha/pimpinan Perusahaan dan 3 (tiga)
orang mewakili tenaga kerja.
3. Perusahaan yang memiliki tenaga kerja kurang dari 50 (lima puluh) orang dengan
tingkat resiko bahaya sangat besar, maka jumlah anggota sesuai dengan ketentuan
nomor 2 (dua) di atas.
4. Kelompok Perusahaan yang memiliki tenaga kerja kurang dari 50 (lima puluh) orang
untuk anggota kelompok, maka jumlah anggota sesuai dengan ketentuan nomor 2
(dua) di atas dimana masing-masing anggota mewakili Perusahaannya.

Langkah-langkah pembentukan P2K3 di Perusahaan ialah pertama-tama Perusahaan wajib


menyatakan Kebijakan K3 dan dituangkan secara tertulis. Kemudian Pimpinan Perusahaan
menginventarisasi daftar anggota P2K3 serta memberikan pengarahan singkat terhadap daftar
anggota mengenai Kebijakan K3 Perusahaan. Setelah itu Perusahaan mengonsultasikan
mengenai pembentukan P2K3 kepada Disnakertrans setempat untuk dikaji dan disahkan
melalui surat keputusan pengesahan P2K3. Kepala Disnakertrans setempat melaksanakan
pelantikan anggota P2K3 secara resmi. Selanjutnya Perusahaan melaporkan mengenai
pelaksanaan program-program P2K3 ke Disnakertrans setempat secara rutin.

2.3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

2.3.1 Pengertian SMK3

SMK3 adalah bagian dari system manajemen secara keseluruhan yang meliputi
struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan

7
sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian
dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja.

Setiap perusahaan yang memperkerjakan seratus tenaga kerja atau lebih dan
atau yang mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses
atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan,
kebakaran, pencemaran lingkungan dan penyakit akibat kerja.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem


Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja disebutkan bahwa Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah bagian dari system manajemen perusahaan
secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan
kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

2.3.2 Tujuan penerapan SMK3

Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja bertujuan untuk:


1. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang
terencana, terukur, terstruktur dan terintegrasi.

2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan atau serikat pekerja.

3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien untuk mendorong
produktivitas.

2.3.3 AUDIT SMK3


Sejak diberlakukannya Peraturan Mentri No. PER. 05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen K3 tersebut terlihat beberapa kemajuan dimana jumlah perusahaan yang di
audit dari tahun ke tahun semakin meningkat, dan perusahaan yang di audit bukan saja
datang dari Rencana Tahunan Audit (RTA) yang telah ditetapkan setiap tahunnya tetapi
semakin banyaknya perusahaan yang datang dan meminta ke Depnaker untuk diaudit
segera di luar RTA yang ada, dimana hal seperti ini terjadi dikarenakan antara lain
tekanan dari pasar terhadap perusahaan tersebut atau semakin meningkatnya kesadaran
perngusaha terhadap pentingnya pelaksanaan sistem manajemen K3 di perusahaannya.
Berdasarkan uraian di atas audit SMK3 bertujuan untuk:
1. Menilai secara kritis dan sistematis semua potensi bahaya potensial dalam sistem

8
di kegiatan operasi perusahaan meliputi :
Tenaga manusia yang meliputi kemampuan dan sikapnya dalam kaitannya
dengan k3
Perangkat keras yang meliputi sarana / peralatan proses produksi dan operasi,
sarana pemadam kebakaran, kebersihan dan tata lingkungan
Perangkat lunak (manajemen) yang meliputi sikap manajemen, organisasi,
prosedur, standar dan hal lain yang terkait dengan pengaturan manusia serta
perangkat keras unit operasi
2. Memastikan bahwa pengelolaan K3 di perusahaan telah dilaksanakan sesuai
ketentuan pemerintah, standar teknis ditentukan, standar K3 yang berlaku dan
kebijakan yang ditentukan oleh manajemen perusahaan.
3. Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensial sebelum timbul
gangguan dan kerugian terhadap tenaga kerja, harta, lingkungan maupun
gangguan operasi serta rencana respon terhadap keadaan darurat, sehingga mutu
pelaksanaan K3 dapat meningkat.

PENGERTIAN:
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari
sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko
yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien dan produktif.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Audit SMK3 adalah pemeriksaan secara sistematis dan independen terhadap
pemenuhan kriteria yang telah ditetapkan untuk mengukur suatu hasil kegiatan yang
telah direncanakan dan dilaksanakan dalam penerapan SMK3 di perusahaan.

TUJUAN PENERAPAN SMK3:


meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang
terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi;

9
mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh;
serta
menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong
produktivitas

PENERAPAN SMK3:
Penerapan SMK3 dilakukan berdasarkan kebijakan nasional tentang SMK3.
Kebijakan nasional tentang SMK3 sebagai pedoman perusahaan dalam menerapkan
SMK3.
Instansi pembina sektor usaha dapat mengembangkan pedoman penerapan SMK3
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

KEWAJIBAN PENERAPAN SMK3:


Perusahaan yang mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang;
atau
Perusahaan yang mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi. (Ketentuan mengenai
tingkat potensi bahaya tinggi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan).
Penerapan SMK3 memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan serta
konvensi atau standar internasional.

2.3.4 PENERAPAN SMK3 DI PERUSAHAAN


Penerapan SMK3 meliputi:
1. Penetapan kebijakan K3;
Pengusaha dalam menyusun kebijakan K3 paling sedikit harus:
a. melakukan tinjauan awal kondisi K3, meliputi:
identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko;
perbandingan penerapan K3 dengan perusahaan dan sektor lain yang lebih baik;
peninjauan sebab akibat kejadian yang membahayakan;
kompensasi dan gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang berkaitan dengan
keselamatan; dan
penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan.
b. memperhatikan peningkatan kinerja manajemen K3 secara terus-menerus; dan

10
c. memperhatikan masukan dari pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat buruh.
Muatan Kebijakan K3 paling sedikit memuat visi; tujuan perusahaan; komitmen dan tekad
melaksanakan kebijakan; dan kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan
perusahaan secara menyeluruh yang bersifat umum dan/atau operasional.

2. Perencanaan K3;
Yang harus dipertimbangkan dalam menyusun rencana K3:
1. hasil penelaahan awal;
2. identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko;
3. peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya; dan
4. sumber daya yang dimiliki.

3. Pelaksanaan rencana K3;


Dalam melaksanakan rencana K3 didukung oleh sumber daya manusia di bidang K3,
prasarana, dan sarana
Sumber daya manusia harus memiliki:
1. kompetensi kerja yang dibuktikan dengan sertifikat; dan
2. kewenangan di bidang K3 yang dibuktikan dengan surat izin kerja/operasi
dan/atau surat penunjukkan dari instansi yang berwenang.
Prasarana dan sarana paling sedikit terdiri dari:
1. organisasi/unit yang bertanggung jawab di bidang K3;
2. anggaran yang memadai;
3. prosedur operasi/kerja, informasi, dan pelaporan serta pendokumentasian;
dan
4. instruksi kerja.
Dalam melaksanakan rencana K3 harus melakukan kegiatan dalam pemenuhan
persyaratan K3.
Kegiatan tersebut:
a. Tindakan pengendalian
b. perancangan (design) dan rekayasa;
c. prosedur dan instruksi kerja;
d. penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan;
e. pembelian/pengadaan barang dan jasa;
f. produk akhir;

11
g. upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan bencana industri; dan
h. rencana dan pemulihan keadaan darurat
Kegiatan a f dilaksanakan berdasarkan identifikasi bahaya, penilaian dan
pengendalian risiko.
Kegiatan g dan h dilaksanakan berdasarkan potensi bahaya, investigasi dan analisa
kecelakaan
Agar seluruh kegiatan tersebut bisa berjalan, maka harus:
1. Menunjuk SDM yang kompeten dan berwenang dibidang K3
2. Melibatkan seluruh pekerka/buruh
3. Membuat petunjuk K3
4. Membuat prosedur informasi
5. Membuat prosedur pelaporan
6. Mendokumentasikan seluruh kegiatan
Pelaksanaan kegiatan diintegrasikan dengan kegiatan manajemen perusahaan
4. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3;
Melalui pemeriksaan, pengujian, pengukuran dan audit internal SMK3 dilakukan
oleh sumber daya manusia yang kompeten
Dalam hal perusahaan tidak mempunyai SDM dapat menggunakan pihak lain
Hasil pemantauan dilaporkan kepada pengusaha
Hasil tersebut digunakan untuk untuk melakukan tindakan pengendalian
Pelaksanaan pemantauan & Evaluasi dilakukan berdasarkan peraturan Perundang-
undangan

5. Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3.


Untuk menjamin kesesuaian dan efektifitas penerapan SMK3, dilakukan
peninjauan terhadap kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi
Hasil peninjauan digunakan untuk perbaikan dan peningkatan kinerja
Perbaikan dan peningkatan kinerja dilaksanakan dalam hal :
1. terjadi perubahan peraturan perundang-undangan;
2. adanya tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar;
3. adanya perubahan produk dan kegiatan perusahaan;
4. terjadi perubahan struktur organisasi perusahaan;

12
5. adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk
epidemiologi;
6. adanya hasil kajian kecelakaan di tempat kerja;
7. adanya pelaporan; dan/atau
8. adanya masukan dari pekerja/buruh.

PENILAIAN PENERAPAN SMK3


Penilaian penerapan SMK3 dilakukan oleh lembaga audit independen yang ditunjuk
oleh Menteri atas permohonan perusahaan
Untuk perusahaan yang memiliki potensi bahaya tinggi wajib melakukan penilaian
penerapan SMK3 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Hasil audit sebagai bahan pertimbangan dalam upaya peningkatan SMK3

AUDIT SMK3 meliputi:


1. pembangunan dan terjaminnya pelaksanaan komitmen;
2. pembuatan dan pendokumentasian rencana K3;
3. pengendalian perancangan dan peninjauan kontrak;
4. pengendalian dokumen;
5. pembelian dan pengendalian produk;
6. keamanan bekerja berdasarkan SMK3;
7. standar pemantauan;
8. pelaporan dan perbaikan kekurangan;
9. pengelolaan material dan perpindahannya;
10. pengumpulan dan penggunaan data;
11. pemeriksaan SMK3; dan
12. pengembangan keterampilan dan kemampuan

PELAPORAN AUDIT
Hasil audit dilaporkan kepada Menteri dengan tembusan disampaikan kepada menteri
pembina sektor usaha, gubernur, dan bupati/walikota.

PENGAWASAN SMK3
Pengawasan SMK3 dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan pusat, provinsi
dan/atau kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.

13
Pengawasan SMK3 meliputi:
1. pembangunan dan terjaminnya pelaksanaan komitmen;
2. organisasi;
3. sumber daya manusia;
4. pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang K3;
5. keamanan bekerja;
6. pemeriksaan, pengujian dan pengukuran penerapan SMK3;
7. pengendalian keadaan darurat dan bahaya industri;
8. pelaporan dan perbaikan kekurangan; dan
9. tindak lanjut audit.
Instansi pembina sektor usaha dapat melakukan pengawasan SMK3 terhadap
pelaksanaan penerapan SMK3 yang dikembangkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Pelaksanaan pengawasan dilakukan secara terkoordinasi dengan pengawas
ketenagakerjaan
Hasil pengawasan digunakan sebagai dasar dalam pembinaan
Perusahaan yang telah menerapkan SMK3, wajib menyesuaikan dengan ketentuan PP
ini paling lama 1 (satu) tahun
PP ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan (12 April 2013)

SANKSI ADMINISTRATIF
Sesuai Pasal 190 UU No. 13/03, Pelanggaran Pasal 87 dikenakan sanksi administratif,
berupa:
a. teguran;
b. peringatan tertulis;
c. pembatasan kegiatan usaha;
d. pembekuan kegiatan usaha;
e. pembatalan persetujuan;
f. pembatalan pendaftaran;
g. penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi;
h. pencabutan ijin.

Kegiatan audit sendiri banyak bentuknya, diantaranya dapat kita kenal istilah audit
internal dan audit eksternal, dimana kegiatan pada prinsipnya sama tetapi

14
pelaksanaanya berbeda. Hal ini dapat kita jelaskan lebih lanjut mengenai bentuk audit
tersebut.
1. Audit internal
Penilaian ini merupakan penilaian yang dilakukan oleh perusahaan sendiri, yang
bertujuan menilai efektifitas penerapan sistem manajemn K3 di perusahaan serta
memberi masukan kepada pihak manajemen dalam rangka pengembangan secara
terus menerus.
Pelaksanaan internal audit idealnya dilaksanakan 2 kali setahun dengan
melibatkan seluruh bagian dari perusahaan, artinya setiap unit operasi, lokasi dan
departemen harus diikutsertakan dalam audit dengan metode uji silang.
Audit internal dilakasanakan oleh personil yang independen terhadap bagian yang
diaudit, bukan personil yang mempunyai hubungan langsung terhadap bagian
yang diaudit, bukan personil yang mempunyai hubungan terhadap bagian
tersebut, sehingga hasil yang didapat merupakan hasil yang obyektif. Disini
personil yang melakukan audit juga harus terlatih dan berpengalaman.
Pelaksanaan audit dilakukan oleh suatu tim sendiri atas berbagai unsur disiplin
dan fingsi dengan jumlah anggota tim tetap harus ganjil dan tidak melebihi 7
orang, karena semakin banyak anggota tim akan mengakibatkan kurang
efektifnya kerja tim. Komposisi anggota tim tetap ditentukan sebagai berikut :
1 orang tim manajemen senior
2 orang anggota P2K3
2 orang ahli dalam bidang operasi
2 orang ahli K3 atau ahli lain yang ditunjuk khusus

Audit digunakan untuk meninjau dan menilai kinerja serta efektivitas Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perusahaan. Audit internal
dilaksanakan oleh Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk
mengetahui dimana Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja telah
diterapkan dan dipelihara secara tepat.
Pelaksanaan audit didasarkan pada hasil penilaian resiko dari aktivitas operasional
perusahaan dan hasil audit (audit-audit) sebelumnnya. Hasil penilaian resiko juga
menjadi dasar dalam menentukan frekuensi pelaksanaan audit internal pada sebagian
aktivitas operasional perusahaan, area ataupun suatu fungsi atau bagian mana saja

15
yang memerlukan perhatian manajemen Perusahaan terkait resiko K3 dan Kebijakan
K3 Perusahaan.
Pelaksanaan audit internal mencakup seluruh area dan aktivitas dalam ruang lingkup
penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perusahaan.
Frekuensi dan cakupan audit internal juga berkaitan dengan kegagalan penerapan
beberapa elemen dalam Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
ketersedian data kinerja penerapan sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, hasil tinjauan manajemen dan perubahan-perubahan dalam manajemen
Perusahaan. Pelaksanaan audit internal secara umum ialah minimal satu kali dalam
kurun waktu satu tahun dari audit internal sebelumnya.

Audit tambahan dapat dilaksanakan apabila terdapat kondisi-kondisi sebagaimana hal-


hal berikut :
1. Terdapatnya perubahan pada penilaian bahaya/resiko K3 Perusahaan.
2. Terdapat indikasi penyimpangan dari hasil audit sebelumnya.
3. Adanya insiden tingkat keparahan tinggi dan peningkatan tingkat kejadian insiden.
4. Kondisi-kondisi lain yang memerlukan audit internal tambahan.

Pelaksanaan audit internal didasarkan pada kegiatan-kegiatan berikut, antara lain :


1. Pembukaan audit.
o Menentukan tujuan, ruang lingkup dan kriteria audit.
o Pemilihan auditor dan timnya untuk tujuan objektivitas dan kenetralan audit.
o Menentukan metode audit.
o Konfirmasi jadwal audit dengan peserta audit ataupun pihak lain yang menjadi
bagian dari audit.

2. Pemilihan petugas auditor.


o Auditor harus independen, objektif dan netral.
o Auditor tidak diperkenankan melaksanakan audit terhadap pekerjaan/tugas
pribadinya.
o Auditor harus mengerti benar tugasnya dan berkompeten melaksanakan audit.
o Auditor harus mengerti mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Perusahaan.

16
o Auditor harus mengerti mengenai peraturan perundang-undangan dan
persyaratan lainnya yang berkaitan dengan penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan Kerja di tempat kerja.
o Auditor harus memiliki pengetahuan mengenai kriteria audit beserta aktivitas-
aktivitas di dalamnya untuk dapat menilai kinerja K3 dan menentukan
kekurangan-kekurangan di dalamnya.

3. Meninjau dokumen dan persiapan audit.


o Dokumen yang ditinjau meliputi :
Struktur organisasi dalam Sistem Manajemen Keselamatan dan
kesehatan Kerja.
Kebijakan K3.
Tujuan dan Program-Program K3.
Prosedur audit internal Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Perusahaan.
Prosedur dan Instruksi Kerja K3.
Identifikasi bahaya, penilaian resiko dan pengendalian resiko.
Daftar peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain yang
berkaitan dengan penerapan K3 di tempat kerja.
Laporan insiden, tindakan perbaikan dan pencegahan.
o Persiapan audit internal meliputi hal-hal sebagai berikut antara lain :
Tujuan audit.
Kriteria audit.
Metodologi audit.
Cakupan maupun lokasi audit.
Jadwal audit.
Peran dan tanggung jawab peserta/anggota audit internal.

4. Pelaksanaan audit.
o Tata cara berkomunikasi dalam audit internal.
o Pengumpulan dan verifikasi informasi.
o Menyusun temuan audit dan kesimpulannya.
o Mengomunikasikan kepada peserta audit mengenai :
Rencana pelaksanaan audit.

17
Perkembangan pelaksanaan audit.
Permasalahan-permasalahan dalam audit.
Kesimpulan pelaksanaan audit.

5. Persiapan dan komunikasi laporan audit.


o Tujuan dan cakupan audit.
o Informasi mengenai perencanaan audit (anggota audit internal, jadwal audit
internal serta area-area/lokasi-lokasi audit internal).
o Identifikasi referensi dokumen dan kriteria audit lainnya yang digunakan pada
pelaksanaan audit internal.
o Detail temuan ketidaksesuaian.
o Keterangan-keterangan lain yang berkaitan dengan penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan Kerja Perusahaan :
Konfirmasi penyusunan perencanaan penerapan K3 di tempat kerja.
Penerapan dan pemeliharaan.
Pencapaian Kebijakan dan Tujuan K3 Perusahaan.
o Komunikasi kepada semua pihak mengenai hasil audit internal termasuk
kepada pihak ke tiga yang berhubungan dengan Perusahaan untuk dapat
mengetahui tindakan perbaikan yang diperlukan.

6. Penutupan audit dan tindak lanjut audit.


o Menyusun pemantauan tindak lanjut audit internal.
o Penyusunan jadwal penyelesaian tindak lanjut audit internal.

2. Audit eksternal
Audit eksternal merupakan kegiatan pemeriksaan//penilaian yang dilakukan oleh
badan audit yang independen, bertujuan untuk menunjukan penilaian terhadap
sistem manajemen K3 di perusahaan secara obyektif dan menyeluruh sehingga
diperoleh pengakuan dari pemerintah atas penerapan SMK3 di perusahaan.
Fungsi audit eksternal ini sebagai umpan balik yang mendukung dalam
perkembangan pertumbuhan serta peningkatan kualitas SMK3 yang ada di
perusahaan.

18
Pada audit eksternal ini, pemerintah akan memberikan sertifikat penerapan bagi
perusahaan yang telah memenuhi standar pemenuhan yang diterapkan (Per.
05/MEN/1996, lampiran 1). Untuk audit eksternal SMK3 dilakukan oleh badan
independen yang ditunjuk oleh pemerintah, yang dilaksanakan teknis auditnya
mengacu pada peraturan Mentri Tenga kerja No. Per. 05/MEN/1996.
Kegiatan audit SMK3 ini sangat kompleks dan membutuhkan waktu yang tidak
sedikit. Tapi bagaimanapun juga kegiatan tersebut sangat bermanfaat bagi
perusahaan tersebut.
Menurut Peraturan Mentri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 definisi audit adalah
pemeriksaan secara sistematik dan independen, untuk menentukan suatu kegiatan
dan hasil-hasil yang berkaitan sesuai dengan pengaturan yang direncanakan, dan
dilaksanakan secara efektif dan cocok untuk mencapai kebijakan dan tujuan
perusahaan.
Adapun tujuan audit SMK3 adalah untuk membuktikan dan mengukur besarnya
keberhasilan pelaksanaan dan penerapan SMK3 di tempat kerja. Sistem
manajemen K3 di tempat kerja dilaksanakan sekurang-kurangnya sekali setiap
tiga tahun.

Mekanisme Pelaksanaan Audit


Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep 19/M/BW/1997 tentang
pelaksanaan audit SMK3 mekanisme pelaksanaan audit SMK3 yang dilaksanakan
oleh Badan audit adalah sebagai berikut:
Perusahaan yang telah menerapkan SMK3 dapat mengajukan permohonan untuk
dilakukan audit kepada Direktur Jenderal Binwasnaker melalui Kepala Instansi yang
membidangi ketenagakerjaan tingkat propinsi/kab/kota setempat.
Permohonan dari perusahaan diinventarisasi dan dievaluasi, bagi perusahaan-
perusahaan yang memenuhi kriteria untuk diaudit selanjutnya disampaikan kepada
Badan audit sebagai bahan rencana tahunan audit. Selain itu Instansi yang
membidangi ketenagakerjaan tingkat propinsi/kab/kota mengajukan daftar perusahaan
yang diwajibkan menerapkan SMK3 berdasarkan pasal 3 ayat (1), Peraturan Menteri
No. 05/MEN/1996 kepada Direktur Jenderal Binwasnaker, guna penetapan
perusahaan yang dinilai wajib diaudit.
Badan audit menyusun rencana tahunan berdasarkan bahan yang telah diterima dari
Depnakertrans atau informasi dari instansi-instansi yang dapat dipercaya untuk

19
disampaikan kepada Direktur Jenderal Binwasnaker guna mendapatkan persetujuan.
Usulan rencana tahunan audit dapat disetujui bilamana sesuai dengan kriteria
penilaian, susulan yang ditolak dikembalikan kepada Badan audit untuk penyusunan
ulang rencana tahunan audit dan segera disampaikan kembali kepada Direktur
Jenderal Binwasnaker untuk mendapatkan persetujuan.
Direktur Jenderal Binwasnaker mengirimkan keputusan rencana tahunan audit yang
telah disetujui kepada Badan audit dan salinannya disampaikan kepada Kepala
Instansi yang membidangi ketenagakerjaan tingkat propinsi/kab/kota serta perusahaan
yang akan diaudit oleh Badan audit.
Badan audit mengkonfirmasikan rencana audit kepada setiap perusahaan yang
terdaftar dalam rencana tahunan audit apabila perusahaan setuju atas rencana tersebut
segera mengkonfirmasikan kembali kepada Badan audit guna persiapan pelaksanaan
audit.
Badan audit yang akan melaksanakan audit terlebih dahulu harus memberitahukan
rencana pelaksanaan audit kepada Kepala Instansi yang membidangi Ketenagakerjaan
tingkat propinsi/kab/kota yang harus dipantau oleh pegawai pengawas setempat.
Setelah selesai melaksanakan audit, Badan audit segera menyusun laporan audit
sesuai dengan formulir laporan audit (Lampiran III Permen No. Per 05/MEN/1996
untuk disampaikan kepada Direktur Jenderal Binwasnaker dengan tembusan kepada
perusahaan yang bersangkutan.
Direktur Jenderal Binwasnaker melakukan evaluasi dan penilaian hasil audit,
berdasarkan hasil evaluasi dan penilaian berupa bendera sesuai dengan tingkat
pemenuhan terhadap kriteria audit dan disampaikan kepada perusahaan yang
bersangkutan.
Bagi perusahaan yang berdasarkan hasil evaluasi ditemukan adanya pelanggaran atas
peraturan perundangan, Dirjen Binwasnaker dapat mengambil tindakan baik
berbentuk pembinaan atau tindakan hukum.

Jumlah kriteria audit SMK3


Tingkat penerapan sistem manajemen audit SMK3 dibagi menjadi tingkatan:
Perusahaan kecil dengan tingkat resiko rendah harus menerapkan sebanyak 64
kriteria.
Perusahaan sedang dengan tingkat resiko menengah harus menerapkan sebanyak 122
(seratus dua puluh dua) kriteria.

20
Perusahaan besar dengan tingkat resiko tinggi harus menerapkan sebanyak 166
(seratur enam puluh enam) kriteria.

Pelaksanaan audit eksternal terhadap perusahaan


Secara garis besar adalah :
Memberitahukan kepada perusahaan yang akan diaudit;
Pertemuan pra-audit;
Kunjungan ke lapangan untuk orientasi;
Wawancara pada manajemen;
Verifikasi semua informasi hasil wawancara;
Pemeriksaan dokumen;
Wawancara pada tenaga kerja / karyawan;
Pertemuan penutup (close of meeting).

Manfaat Audit Eksternal


Manfaat audit eksternal antara lain :
a) Memberikan suatu evaluasi yang sangat kuat mengenai pelaksanaan K3 di
perusahaan.
b) Memberikan tata cara penyelenggaraan sistem pengawasan mandiri yang terus
menerus terhadap sumber bahaya potensial dan K3 di perusahaan.
c) Memberikan suatu indikator kuat bagi kinerja tenaga kerja bahwa pihak manajemen
memperhatikan keadaan mereka terutama dalam hal pemenuhan syarat K3 termasuk
pembinaan dan pelatihan K3 guna peningkatan keahlian dan keterampilan.
d) Memberikan pengetahuan dan keterampilan tentang hubungan kerja menuju efisiensi
secara menyeluruh.
e) Membangkitkan daya saing positif pada setiap perusahaan untuk menjadi yang terbaik
dalam bidang K3.
f) Menambah kemampuan untuk memprediksi dan menganalisa potensi-potensi bahaya
yang biasa menimbulkann kerugian perusahaan.
g) Menurunkan kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan, penyakit akibat kerja dan
kerugian kerugian lainnya dengan menghindarkan inefisiensi manajemen secara
menyeluruh.
h) Bagi perusahaan yang berhasil meraih penghargaan bendera emas :
Menimbulkan rasa bangga manajemen dan tenaga kerja

21
Menimbulkan rasa kagum masyarakat
Sebagai penambah spirit kompetitif
Mendapatkan nama dari pemerintah

Sertifikasi SMK3
Sertifikat SMK3 akan dikeluarkan oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi setelah tim
evaluasi melakukan penilaian terhadap hasil audit eksternal yang dilakukan secara
independen oleh Badan Audit SMK3. Sertifikat merupakan aspek legalitas sebagai bukti
perusahaan telah berhasil menerapkan SMK3.
Keberhasilan penerapan Sistem Manajemen K3 di tempat kerja diukur sebagai berikut:
1. Untuk tingkat pencapaian penerapan 0-59 % dan pelanggaran peraturan perundangan
(non-conformance) dikenai tindakan hukum.
2. Untuk tingkat pencapaian penerapan 60-84 % diberikan sertifikat dan bendera perak.
3. Untuk tingkat pencapaian penerapan 85-100% diberikan sertifikat dan bendera emas.

2.4 Dasar Hukum


2.4.1 Dasar Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja

UU Keselamatan Kerja yang digunakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja,


menjamin suatu proses produksi berjalan teratur dan sesuai rencana, dan mengatur agar
proses produksi berjalan teratur dan sesuai rencana, dan mengatur agar proses produksi
tidak merugikan semua pihak. UU Keselamatan Kerja yang berlaku di Indonesia
sekarang adalah UU Keselamatan Kerja (UUKK) No. 1 tahun 1970. Undang-undang ini
merupakan undang-undang pokok yang memuat aturan-aturan dasar atau ketentuan-
ketentuan umum tentang keselamatan kerja di segala macam tempat kerja yang berada di
wilayah kekuasaan hukum NKRI.

Dasar hukum UU No. 1 tahun 1970 adalah UUD 1945 pasal 27 (2) dan UU No. 14
tahun 1969. Pasal 27 (2) menyatakan bahwa: Tiap-tiap warganegara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Ini berarti setiap warga
negara berhak hidup layak dengan pekerjaan yang upahnya cukup dan tidak
menimbulkan kecelakaan/ penyakit. UU No. 14 tahun 1969 menyebutkan bahwa tenaga
kerj a merupakan modal utama serta pelaksana dari pembangunan.Penerapan K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) memiliki beberapa dasar hukum pelaksanaan

22
lainnya. Di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Undang undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan Pasal 86


yang menyebutkan bahwa setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas:

a. Keselamatan & kesehatan kerja


b. Moral & kesusilaan
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat & martabat manusia
d. untuk melindungi keselamatan kerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja
yang optimal diselenggarakan upaya K3.

Perlindungan sebagaimana dimaksud dilaksanakan sesuai dengan peraturan


perundangundangan yang berlaku.

2. UU Nomor.14 Tahun 1969 tentang Ketentuan Ketentuan Pokok Tenaga Kerja,


dalam Pasal 9 disebutkan bahwa tiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan
atas:

a. Keselamatan
b. Kesehatan
c. Kesusilaan
d. Pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia &
moral agama

Dalam Pasal 10 juga disebutkan bahwa pemerintah membina norma perlindungan


tenaga kerja yang meliputi :

a. Norma keselamatan kerja


b. Norma kesehatan kerja
c. Norma kerja
d. Pemberian ganti kerugian, perawatan & rehabilitasi dalam hal kecelakaan kerja

3. UU No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja disebutkan bahwa :


a. Agar pekerja & setiap orang lainnya yang berada ditempat kerja selalu berada
dalam keadaan sehat & selamat.

b. Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai & digunakan secara aman &
efisien.
c. Agar proses prod uksi berj alan secara lancar tanpa hambatan.

23
Dasar Hukum Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Di Tempat Kerja
sesuai UU No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja :

1. Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.


2. Adanya tenaga kerja yang bekerja di sana.
3. Adanya bahaya kerja di tempat itu.

Undang Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
menjelaskan bahwa kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan
dengan hubungan kerja termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja,
demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah
menuju tempat kerja & pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar
dilalui. Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima jaminan
kecelakaan kerja meliputi:

a. Biaya pengangkutan.
b. Biaya pemeriksaan pengobatan dan/atau perawatan.
c. Biaya rehabilitasi.
d. Santunan berupa uang meliputi :
1) Santunan sementara tidak mampu bekerja.
2) Santunan cacat sebagian untuk selamanya.
3) Santunan cacat total untuk selamanya baik fisik maupun mental.
4) Santunan kematian

2.4.2 Dasar hukum Ahli K3


Dasar hukum ahli K3 yaitu:
1. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 (pasal 1 ayat 6 dan pasal 5 ayat 1 dan 2)
2. Permenaker No. 03/MEN/1978 tentang Persyaratan Penunjukan dan Wewenang,
serta Kewajiban Pegawai Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Ahli
Keselamatan Kerja

3. Permenaker No. 02/Men/ 1992 tentang Tata Cara Penunjukan Ahli K3


4. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No.
Kep37/DJPPK/XI/2004 tentang Kelengkapan dan Identitas Ahli Keselamatan
dan Kesehatan Kerja

24
2.4.3 Dasar hukum P2K3
Dasar hukum P2K3 yaitu :
1. UU No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Pasal 10.
2. Permenaker No: Per 04/Men/1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.

3. Permenaker No. Per 02/Men/1992 tentang Tata Cara Penunjukan Kewajiban dan
Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

2.2.4 Dasar Hukum SMK3


Dasar hukum Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3):

1. Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan


dan Kesehatan Kerja (SMK3).

3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem


Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

25
BAB III

PROFIL PERUSAHAAN

3.1 Gambaran Umum Perusahaan


Perusahaan PT. Sigma Fibrindo Utama beralamat di Jalan WR. Supratman, Ko. Villa
Graha Hijau B-28, Cempaka Putih Ciputat Timur, Tanggerang Selatan. PT. Sigma Fibrindo
Utama mempunyai 30 tenaga kerja. Produk unggulan yang diproduksi ialahFiberglass
Reinforced Plastics (FRP) untuk storage tank, dengan merk dagang Sigma Panel Tank dari
produk FRP Panel Tank. Produk ini diproses dengan cara Cold Press Molding System
sehingga dihasilkan panel panel FRP yang rigid serta memiliki stabilitas dimensi yang baik
dengan double smooth surface.
Keunggulan dari merk dagang produk ini (Sigma Panel Tank) antara lain :
a. Sangat ringan
b. Mudah dirakit di mana saja
Adapun pada saat sistem perakitan, sigma panel tank dirakit dengan cara
menggabungkan antara panel satu dengan yang lain menggunakan baud mur M10 galvanized
sejumlah 10 pcs /m1. Dengan proses perakitan yang sederhana tersebut, tangki dengan
kapasitas 8 ton dapat dirakit tidak lebih dari 2 hari. Pada bagian dalam sambungan tangki
dilapisi dengan material fiberglass (FRP butt joint) yang berfungsi mencegah kebocoran
seperti yang sering terjadi pada tangki yang menggunakan rubber seal pada sambungannya.

Tahapan proses produksinya sebagai berikut :


a. Pencetakan setiap bagian atau panel
b. Pengecatan
c. Penjemuran

Peralatan/instalasi yang digunakan oleh perusahaan antara lain :


a. Molding Machine
b. Press Machine
c. Air Compressor
d. Paint Mixer

26
Potensi bahaya yang ada diperusahaan tersebut antara lain :
a. Terjepit
b. Tersengat listrik
c. Tertusuk
d. Ledakan
e. Kebakaran
f. Penyakit Akibat Kerja

3.2 Obyek Pengawasan Lingkungan Kerja, Kesehatan Kerja dan Bahan Berbahaya
Pengawasan K3 lingkungan kerja, kesehatan kerja dan bahan berbahaya adalah
serangkaian kegiatan pengawasan dari semua tindakan yang harus dilakukan oleh pegawai
pengawas ketenagakerjaan atas pemenuhan pelaksanaan peraturan perundang-undangan atas
obyek pengawas lingkungan kerja, kesehatan kerja dan bahan berbahaya.
Pengawasan K3 lingkungan kerja meliputi :
a. Area kerja / instalasi / ruang
b. Personil
c. Sarana & fasilitas
d. Administrasi

Pengawasan K3 kesehatan kerja meliputi :


a. Kelembagaan kesehatan kerja
b. Personil kesehatan kerja
c. Program kesehatan kerja

Pengawasan K3 bahan berbahaya meliputi :


a. Area penyimpanan
b. Administrasi

Daftar Customer dari PT. Sigma Fibrindo Utama adalah sebagai berikut:

1. PP (Persero) Tbk., PT
2. Adhi Karya (Persero) Tbk., PT
3. Wijaya Karya, PT
4. Yayasan Dian Didaktika

27
5. Rumah Sakit Islam Jakarta
6. Alkonusa Teknik Inti, PT
7. Jayantara Artha Mandiri, PT
8. Totalindo Eka Persada, PT
9. Sakata Utama, PT
10. Pilar Garba Inti, PT
11. Jaya Kencana, PT
12. Greatech Artanindo, PT
13. Dwiwahana Handaya Prima, PT
14. Alfa Retailindo, PT
15. Leighton Contractor Indonesia, P

28

Anda mungkin juga menyukai