1
Adapun APD yang harus selalu dipakai saat bekerja :
Penutup/ikat kepala
Helm/topi
Baju Seragam
Sarung Tangan
Sepatu
Sanksi Pelanggaran K3
1) Teguran
2) Surat Peringatan 1
3) Surat Peringatan 2 dan Denda
4) Pemecatan Karyawan
2
Pemangku Kepentingan :
1. Para manager
2. Para Penyelia
3. P2K3
4. Komite K3
5. Pekerja
6. Kontraktor
7. Regulator
8. Pemasok
9. Masyarakat sekitar
1) Pemimpin.
2) Pengawas.
3) Supervisor.
4) Ahli K3.
5) Pekerja.
3
Pengembangan sistem SMK3 dilakukan dengan
melakukan rapat pada setiap bulannnya yang dihadiri
oleh semua pihak-pihak yang berada di perusahaan dan
juga wakil dari setiap unit kerja.
1) Pekerja
2) Ahli K3
3) Pengawas
4
Faktor penghambat implementasi
1. Kurangnya kesadaran.
2. Pekerja belum terlalu mengeti dengan pelatihan
yang diberikan.
3. Kekurangan dana.
Maka dari itu perusahaan harus membuat faktor
pendorong implementasi seperti :
1. Pengawasan dan pemberian sanksi.
2. Sosilisasi rutin.
3. Pelatihan pemasaran agar masukan dana
meningkat.
Suatu rencana k3 di kembangakan berkunsultasi
dengan pemangku kepentingan tempat kerja berdasarkan
kesepakatan.
1. Aspek Manajerial
2. Aspek Pemodalan
3. Pengembangan progam kemmitraan
Kemudian melakukan evaluasi dan control terkait
program-program yang dijalankan, dan di presentasikan
dalam rapat internal.
Melakukan pendataan program-program yang tercapai
maupun tidak ke dalam buku laporan, yang kemudian di
input ke dalam aplikasi sistem pencatatan data
perusahaan.
Sebelum dijalankan, dikonsultasikan terlebih dahulu
kepada para pemangku kepentingan, seperti komite K3
dan P2K3.
5
Informasi data di tempat kerja sebagai perencanaan
kegiatan rutin di akses bisa di lakukan dengan cara
media atau tertulis seperti;
• Melakukan sosialisasi hasil evaluasi pemantaun
• Penimpelkan hasil evaluasi pemantauan di papan
pengegumuman
• Mengeinformasikan lewat group media kerja
Dalam membantu mengidentifikasi bahaya,
perusahaan melakukan beberapa cara untuk
mengantisipasi resiko kerja yang di akibatkan dari
beberapa lini area kerja yang menimbulkan resiko kerja
maka perusahaan melakukan sosialisasi dan audit secara
rutin guna mencari informasi dan mengetahui kondisi
para pekerja saat melakukan pekerjaan.
Informasi/data dari tempat kerja diakses untuk
membantu identifikasi bahaya seperti :
1. Hasil audit/soialisasi di tempat kerja
2. Hasil laporan daripihak yang berwenang
3. Catatan laporan kecelakaan kerja
Adapun cara yang digunakan untuk melakukan
pengendalian risiko dengan metode hirarki
pengendalian risiko yaitu :
1. Eliminasi
2. Substitusi
3. Perancangan
4. Administrasi
5. APD
6
Mengidentifikasi masalah K3 kemudian melakukan
pencatatan risiko yang akan dikembangkan dan
dipelihara, para pemangku kepentingan perusahaan
melakukan audit dan sosialisasi pada area kerja lalu
membuat dokumentasi untuk bahan pembahasan pada
rapat rutin.
Penyelidikan tempat kerja untu mencegah terjadinya
cidera/penyakit yang disebabkan oleh tempat kerja yang
kurang ergonomis, pihak petugas lingkungan
dilingkungan kerja harus rutin melakukan pengecekan
kerja untuk mengurangi timbulnya cidera/penyakit yang
disebabkan oleh tempat kerja.
Hal-hal yang perlu diperhatikan terkait lingkungan
kerja ialah seperti :
1. Pencahayaan/penerangan
2. Temperatur ruangan
3. Lantai licin
4. Posisi kerja
5. Kebisigan
6. adapunn penyebab penyakit atau menurunnya
mental dn kualitas kerja yaitu suasana yang kurng
harmonis pada area kerja.
Untuk menanggulangi kejadian tersebut perusahaan
harus mengevaluasi dan mencari solusi untuk semua
masalah tersebut pada saat rapat rutin.
Situasi-situasi di identifikasi dimana Ahli K3 mungkin
diperlukan :
1. Adanya bahaya atau kecelakaan pada area kerja.
7
2. Pembuatan buku pedoman kerja
3. Pemasangan rambu-rambu K3
4. Pebuatan prosedur stadar kebisingan dsb.
Faktor-Faktor di tempat kerja yang dapat mempengaruhi
perancaangan dan pengembangan penanganan K3 :
1. Sertifikasi diperlukan untuk bukti bahwa
perusahaan telah mencapai target yang
diinginkan.
2. Struktur oraganisasi, Jika struktur organisasi
tidak jelas atau bahkan tidak ada, itu akan sangat
mempengaruhi pengembangan perencanaan K3.
3. Proses konsultasi dan komunikasi padaa
perusahaan adalah cara yang paling awal untuk
perencanaan dan pengembangan penanganan K3.
Adapun standar terkait, norma K3 dan pandua sebagai
dasar pendekatan sistem dalam mengelola K3.
Standar terkait adalah standar industri, standar
tersebut adalah menjamin hasil triplek atau kayu lapis
sempurna tidak ada yang terkelupas atau rompal,
bermutu, dan tahan lama.
Standar industri dikonsultasikan dengan semua
manajer perusahaan dan pihak terkait seperti pekerja
perusahaan dan lainnya. Hasil konsultasi adalah
produktifitas dan semangat karyawan perusahaan
diharapkan dapat ditingkatkan khususnya dalam bidang
K3 agar standar industri dapat lebih baik.
8
Elemen dari pendekatan SMK3 ditentukan sesuai
dengan tempat kerja yang dikonsultasikan denggan pihak
yang terkait seperti :
1. Sosialisasi, kompetensi dan konsultasi diperlukan
apabila terjadi pengadaan alat kerja, peralatan
kerja dan mesin kerja baru di konsultasikan
kepada manajer produksi.
2. Pelatihan atau training kepada karyawan tentang
manajemen K3 dionsultasikan kepada
manajemen training dan Ahi K3.
3. Manajemen bahaya dikonsultasikan dengan Ahli
K3 P2K3.
Perundang-undangan yang terkait dengan manajemen
bahaya adalah perundangan pasal 86 dan 87 yang isinya
adalah terjaminnya keselamatan dan kesehatan kerja
karyawan pada perusahaan jadi ini adalah tanggung
jawab perusahaan atas keselamatan kerja karyawan.
9
perlindungan informasi dan sistem yang menyimpan dan
memprosesinformasi ini. Hal ini dicapai melalui
pelaksanaan kebijakan keamanan informasi, standar,
pedoman dan prosedur.
Kebutuhan sumber daya juga dibutuhkan dalam
menerapkan SMK3 pada perusahaah yaitu :
1. Finansial.
2. Personil termasuk alokasi wakktu.
3. Peralatan dan pengaman kerja.
4. Sumber daya spesialis.
10