Anda di halaman 1dari 11

Perundangan K3 di perusahaan

1. Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 :


“Tiap-tiap warna negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
2. UU no. 14 tahun 1969 pasal 9 tentang ketentuan-
ketentuan pokok mengenai tenaga kerja
3. UU NO.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan :
Pasal 9, Pasal 10, Pasal 76,77,79, Pasal 80, Pasal
87
4. Undang-undang RI No. 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja
5. Peaturan Pemerintah No. 31 Tahun 2006 tentang
sistem pelatihan kerja.
6. UU NNo. 1 Thun 1970 tentang keselamatan kerja
7. Undang-undang RI No. 23 Tahun 1992 Tentang
Kesehatan.
8. Undang-undang RI No. 25 Tahun 1991 Tentang
Ketenagakerjaan.

Dari masalah-masalah terkait pelanggaran yang


terjadi, perusahaan sudah membuat bagaimana tata
cara/prosedur yang dilakukan untuk menyelesaikan
masalah tersebut.Berikut ini adalah cara yang dilakukan
untuk menyelesaikan masalah pelanggaran terkait K3 :

1) Pembuatan jadwal sosialisasi K3.


2) Pengawasan terhadap setiap unit kerja.
3) Secepatnya melakukan perbaikan mesin yang rusak.
4) Pendokumentasian kejadian atau kecelakaan terjadi.

1
Adapun APD yang harus selalu dipakai saat bekerja :

Penutup/ikat kepala

Helm/topi

Baju Seragam

Sarung Tangan

Sepatu

Sanksi Pelanggaran K3
1) Teguran
2) Surat Peringatan 1
3) Surat Peringatan 2 dan Denda
4) Pemecatan Karyawan

Pemantauan agar tidak ada pekerja yang melanggar


peraturan dilaksanakan dengan mengawasi setiap unit
kerja dengan hati-hati
hati serta mengikuti prosedur K3 dan
petunjuk kerja yang telah h ditentukan.Setiap personil
diawasi dengan tingkat kemampuan masing- masing dan
tingkat resiko tugas. sewaktu-waktu dilakukan
pengecekan kepada personil agar selalu menerapkan
peraturan perundangan K3.

2
Pemangku Kepentingan :

1. Para manager
2. Para Penyelia
3. P2K3
4. Komite K3
5. Pekerja
6. Kontraktor
7. Regulator
8. Pemasok
9. Masyarakat sekitar

Pihak- pihak yang terkait dalam Masalah K3 :

1) Pemimpin.
2) Pengawas.
3) Supervisor.
4) Ahli K3.
5) Pekerja.

Menerapkan peraturan perundangan, K3 dan


peraturan khusus yang dibuat oleh perusahaan yang
kemudian ditulis dan dijadikan pedoman untuk setiap
pihak yang ada pada perusahaan tersebut.

Kebutuhan pelatihan yang dijalankan untuk pekerja


baru / lama yaitu, sefety induction (pengenalan
pengenalan tentang risiko dan bahaya yang mungkin
akan timbul dan pengenalan peralatan pelindung diri),
pelatihan pengendalian kebakaran, dan pelatihan tentang
prosedur pembuatan kayu lapis dengan benar.

3
Pengembangan sistem SMK3 dilakukan dengan
melakukan rapat pada setiap bulannnya yang dihadiri
oleh semua pihak-pihak yang berada di perusahaan dan
juga wakil dari setiap unit kerja.

Sumber informasi K3 diperoleh dari :

1) Pekerja
2) Ahli K3
3) Pengawas

Perangkat dan Teknik yang digunakan untuk


mendapatkan informasi mengenai isu-isu K3 adalah
pihak maintenance yang memeriksa bagian mesin pada
perusahaan. Perwakilan K3 yaitu Tim P2K3 yang akan
diminta keterangan mengenai isu-isu K3 yang terjadi
pada perusahaan.

Peningkatan pengawasan diperlukan untuk mengatasi


kurangnya kesadaran pekerja terhadap resiko yang akan
teradi.

Pembentukan proses perencanaan strategi dalam bidang


k3, selain merncang strategi juga perlu melakukan
pembekalan seperti :

1. Kebutuhan pelatihan pada sektor kerja


2. Mesin yang layak pakai dan aman
3. keluasan area kerja
4. Skill dan mental yang tinggi

4
Faktor penghambat implementasi
1. Kurangnya kesadaran.
2. Pekerja belum terlalu mengeti dengan pelatihan
yang diberikan.
3. Kekurangan dana.
Maka dari itu perusahaan harus membuat faktor
pendorong implementasi seperti :
1. Pengawasan dan pemberian sanksi.
2. Sosilisasi rutin.
3. Pelatihan pemasaran agar masukan dana
meningkat.
Suatu rencana k3 di kembangakan berkunsultasi
dengan pemangku kepentingan tempat kerja berdasarkan
kesepakatan.
1. Aspek Manajerial
2. Aspek Pemodalan
3. Pengembangan progam kemmitraan
Kemudian melakukan evaluasi dan control terkait
program-program yang dijalankan, dan di presentasikan
dalam rapat internal.
Melakukan pendataan program-program yang tercapai
maupun tidak ke dalam buku laporan, yang kemudian di
input ke dalam aplikasi sistem pencatatan data
perusahaan.
Sebelum dijalankan, dikonsultasikan terlebih dahulu
kepada para pemangku kepentingan, seperti komite K3
dan P2K3.

5
Informasi data di tempat kerja sebagai perencanaan
kegiatan rutin di akses bisa di lakukan dengan cara
media atau tertulis seperti;
• Melakukan sosialisasi hasil evaluasi pemantaun
• Penimpelkan hasil evaluasi pemantauan di papan
pengegumuman
• Mengeinformasikan lewat group media kerja
Dalam membantu mengidentifikasi bahaya,
perusahaan melakukan beberapa cara untuk
mengantisipasi resiko kerja yang di akibatkan dari
beberapa lini area kerja yang menimbulkan resiko kerja
maka perusahaan melakukan sosialisasi dan audit secara
rutin guna mencari informasi dan mengetahui kondisi
para pekerja saat melakukan pekerjaan.
Informasi/data dari tempat kerja diakses untuk
membantu identifikasi bahaya seperti :
1. Hasil audit/soialisasi di tempat kerja
2. Hasil laporan daripihak yang berwenang
3. Catatan laporan kecelakaan kerja
Adapun cara yang digunakan untuk melakukan
pengendalian risiko dengan metode hirarki
pengendalian risiko yaitu :
1. Eliminasi
2. Substitusi
3. Perancangan
4. Administrasi
5. APD

6
Mengidentifikasi masalah K3 kemudian melakukan
pencatatan risiko yang akan dikembangkan dan
dipelihara, para pemangku kepentingan perusahaan
melakukan audit dan sosialisasi pada area kerja lalu
membuat dokumentasi untuk bahan pembahasan pada
rapat rutin.
Penyelidikan tempat kerja untu mencegah terjadinya
cidera/penyakit yang disebabkan oleh tempat kerja yang
kurang ergonomis, pihak petugas lingkungan
dilingkungan kerja harus rutin melakukan pengecekan
kerja untuk mengurangi timbulnya cidera/penyakit yang
disebabkan oleh tempat kerja.
Hal-hal yang perlu diperhatikan terkait lingkungan
kerja ialah seperti :
1. Pencahayaan/penerangan
2. Temperatur ruangan
3. Lantai licin
4. Posisi kerja
5. Kebisigan
6. adapunn penyebab penyakit atau menurunnya
mental dn kualitas kerja yaitu suasana yang kurng
harmonis pada area kerja.
Untuk menanggulangi kejadian tersebut perusahaan
harus mengevaluasi dan mencari solusi untuk semua
masalah tersebut pada saat rapat rutin.
Situasi-situasi di identifikasi dimana Ahli K3 mungkin
diperlukan :
1. Adanya bahaya atau kecelakaan pada area kerja.

7
2. Pembuatan buku pedoman kerja
3. Pemasangan rambu-rambu K3
4. Pebuatan prosedur stadar kebisingan dsb.
Faktor-Faktor di tempat kerja yang dapat mempengaruhi
perancaangan dan pengembangan penanganan K3 :
1. Sertifikasi diperlukan untuk bukti bahwa
perusahaan telah mencapai target yang
diinginkan.
2. Struktur oraganisasi, Jika struktur organisasi
tidak jelas atau bahkan tidak ada, itu akan sangat
mempengaruhi pengembangan perencanaan K3.
3. Proses konsultasi dan komunikasi padaa
perusahaan adalah cara yang paling awal untuk
perencanaan dan pengembangan penanganan K3.
Adapun standar terkait, norma K3 dan pandua sebagai
dasar pendekatan sistem dalam mengelola K3.
Standar terkait adalah standar industri, standar
tersebut adalah menjamin hasil triplek atau kayu lapis
sempurna tidak ada yang terkelupas atau rompal,
bermutu, dan tahan lama.
Standar industri dikonsultasikan dengan semua
manajer perusahaan dan pihak terkait seperti pekerja
perusahaan dan lainnya. Hasil konsultasi adalah
produktifitas dan semangat karyawan perusahaan
diharapkan dapat ditingkatkan khususnya dalam bidang
K3 agar standar industri dapat lebih baik.

8
Elemen dari pendekatan SMK3 ditentukan sesuai
dengan tempat kerja yang dikonsultasikan denggan pihak
yang terkait seperti :
1. Sosialisasi, kompetensi dan konsultasi diperlukan
apabila terjadi pengadaan alat kerja, peralatan
kerja dan mesin kerja baru di konsultasikan
kepada manajer produksi.
2. Pelatihan atau training kepada karyawan tentang
manajemen K3 dionsultasikan kepada
manajemen training dan Ahi K3.
3. Manajemen bahaya dikonsultasikan dengan Ahli
K3 P2K3.
Perundang-undangan yang terkait dengan manajemen
bahaya adalah perundangan pasal 86 dan 87 yang isinya
adalah terjaminnya keselamatan dan kesehatan kerja
karyawan pada perusahaan jadi ini adalah tanggung
jawab perusahaan atas keselamatan kerja karyawan.

• Kebijakan dan prosedur K3


Merupakan upaya preventif agar tidak terjadi
kecelakan atau paling tidak untuk menekan timbulnya
kecelakan menjadi seminimal mungkin serta
menyediakan tempat kerja dan fasilitas kerja yang aman,
nyaman dan terjamin sehingga etos kerja tinggi ,
produktifitas kerja meningkat dan mewujudkan tempat
kerja yang aman, nyaman dan terjamin kelangsungannya.

• Prosedur operasi baku


Dalam rangka untuk melindungi informasi,
perusahaan menerapkan aturan dan kontrol di sekitar

9
perlindungan informasi dan sistem yang menyimpan dan
memprosesinformasi ini. Hal ini dicapai melalui
pelaksanaan kebijakan keamanan informasi, standar,
pedoman dan prosedur.
Kebutuhan sumber daya juga dibutuhkan dalam
menerapkan SMK3 pada perusahaah yaitu :
1. Finansial.
2. Personil termasuk alokasi wakktu.
3. Peralatan dan pengaman kerja.
4. Sumber daya spesialis.

Kriteria utuk evaluasi yaitu apabila masalah yang


terjadi terlibat dengan permasalahan K3 perusahaan,
memberikan dampak bagi unit kerja yang lainnya,
kemudian evaluasi dikonsultasikan kepada ahli K3.
Kriteria diukur dari audit dan survey pekerja tentang
evaluasi tersebut.
Kemudian hasil evaluasi diangkat dan dibahas dalam
rapat rutin perusahaan.

10

Anda mungkin juga menyukai