Anda di halaman 1dari 233

EMERGENCY

RESPONSE PLANNING
( ERP )
ProdiAKAMIGAS
FS - Akamigas Balongan
BALONGAN
PRODI FIRE SAFETY

H. Amiroel Pribadi Madoeretno


Bsc, DiplSM, SKM, MBA, MM, HSEsp, MK3
Tujuan Modul
• Memahami prinsip dasar dari emergency
planning.
• Mampu membuat dan mengevaluasi
emergency planning secara komprehensif dan
aplikatif.
• Meningkatkan kesadaran akan pentingnya
perencanaan menghadapi kondisi emergency.
• Mampu merancang dan mengevaluasi
emergency drill yang efektif dan efisien.
MATERI PEMBAHASAN
I. Konsep Dasar Emergency Planning
II. Peraturan dan Perundangan Tentang
Emergency
III. Elemen Emergency Planning
IV. Langkah Penyusunan Emergency Planning
V. Evaluasi Emergency Planning
VI. Mendesain Latihan Emergency
VII. APELL (Awareness & Preparedness of
Emergency at Local Level)
VIII. Pre-Fire Planning
KONSEP DASAR
EMERGENCY PLANNIG

MATERI I
PENGERTIAN

EMERGENCY
Adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan di dalam
Daerah atau Unit itu sendiri yang disebabkan oleh sesuatu
dari dalam atau luar, dimana sumber daya manusia dan
sarana dari Unit tersebut mampu untuk menanggulangi
akibat dari kondisi yang tidak normal itu dengan prosedur
yang ada.
Contoh kejadian:
- 7 dan 3 tanki di Kilang Cilacap terbakar, 1996,
- Kebakaran tangki di Plumpang
-Kebakaran Petrowidada Surabaya
PENGERTIAN….
DISASTER
Adalah suatu kejadian besar atau bencana yang bisa
disebabkan dari dalam atau luar Unit tersebut yang
mengancam nyawa, harta, benda , operasional dimana
sumber daya manusia dan sarana serta prosedur yang
ada tidak cukup atau mampu untuk menanggulanginya

Contoh kejadian:
- Blowuot / Banjir lumpur di Sidoarjo, kasus Lapindo
Brantas, 2006
PENGERTIAN…

Emergency Planning
(Perencanaan Keadaan Darurat)
Adalah sebuah proses perencanaan yang
komprehensif yang digunakan sebagai
pedoman yang melibatkan seluruh sumber daya
perusahaan baik selama pencegahan, kesiap-
siagaan, penanggulangan keadaan bahaya
maupun setelah keadaan bahaya berlalu di area
yang menjadi tanggung jawabnya.
EMERGENCY RESPONSE PLANNING
• PENANGGULANGAN EMERGENCY
ADALAH:
– TANGGUNG JAWAB FUNDAMENTAL DARI
MANAJEMEN dan
– DIMULAI DARI SUATU PROSES
PERENCANAAN YANG KOMPREHENSIF
Tingkatan Eskalasi
Emergency Planning

POINTED: FIRE COMMAND SYSTEM

TARGETED: PRE FIRE PLANNING

SEGMENTED: EMERGENCY PLANNING

POPULATED: DISASTER PREPAREDNESS


Kenapa Dilakukan Perencanaan
Penanggulangan Emergency ?

• Emergency mungkin terjadi.


• Bila terjadi, diusahakan agar kerugian sekecil
mungkin (manusia, peralatan dan produksi/bisnis )
• Perencanaan Tugas dan Tanggung Jawab dan
Training.
• Mencegah jangan sampai menjadi disaster atau
bencana.
Faktor Eksternal
EMPLOYEE HEALTH AND SAFETY

PUBLIC PRESSURE
MEDIA

EMERGENCY/
DISASTER
PREPAREDNESS
SYSTEM

LIABILITY
INSURANCE

GOVERNMENT REGULATIONS
Typical layers of Protection in A Modern Chemical
Plant (Source: CCPS)
Community Emergency Response

Plant Emergency Response

Passive Physical Protection (Dikes)

Active Physical Protection (release Devices)

Automatic action (ESD)

Operator Supervision, Critical Alarm

Basic Control Process Alarm

Process Design
TUJUAN
EMERGENCY PLANNING

• Aspek Kemanusiaan
– Melindungi pegawai dan penduduk sekitarnya
– Menolong penyelamatan dan pengobatan pada yang terluka
– Membantu pihak lain bila diperlukan

• Aspek Pencegahan Kerugian


– Memperkecil kerugian pada barang perusahaan, Produksi serta
Lingkungan
– Mengindentifikasikan bahaya-bahaya yang berpotensi menjadi
disaster dan pengendalian / pengontrolannya
– Mempersiapkan sarana, prosedure dan pengontrolan bahaya dan
sebagainya
TUJUAN
EMERGENCY PLANNING

• Aspek-aspek Komersial
– Memperkecil akibat dari suatu kejadian pada manusia maupun
fasilitas Perusahaan.
– Pertimbangan terhenti / berkurangnya produksi
– Memperkecil dampak Bisnis interuption

• Legal
– Memperkecil kerugian, kerusakan harta benda perorangan yang
mungkin mengakibatkan klaim pada perusahaan
– Untuk memenuhi Target tentang produksi atau bisnis di Indonesia
– Berkaitan dengan peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku
GOAL
EMERGENCY PLANNING

• Mengindentifikasikan tindakan yang diperlukan untuk


memperkecil kemungkinan terjadinya suatu emergency

• Memastikan adanya suatu organisasi yang lengkap


dengan semua sarana untuk menanggulanginya

• Mengidentifikasikan tindakan-tindakan yang perlu untuk


memperkecil akibatnya

• Sebagai masukan untuk pembuat keputusan / Komandan


Cukupkah Hanya Dengan Asuransi?
ASURANSI TIDAK DAPAT MENGGANTIKAN:
• Berhentinya Proses Produksi/Kegiatan Usaha.
Masalahnya adalah bukan pada kemampuan asuransi membayar semua kerugian
yang diderita suatu perusahaan, melainkan berhentinya proses kegiatan usaha
atau produksi.
• Kekosongan Supply bagi Konsumen
Terhentinya kegiatan produksi ini berarti tidak adanya produk yang dihasilkan dan
praktis menyebabkan perusahaan tidak dapat mensuplai konsumennya untuk
sementara waktu.
• Kehilangan Pasar
Kekosongan waktu untuk sekian lama tersebut sangat merugikan bagi perusahaan
yang mengalami insiden. Kondisi ini dapat dimanfaatkan oleh perusahaan
penyedia barang atau jasa lain untuk mengisi kekosongan supply.
• Kelanjutan Pelayanan Pada Saat Recovery
Salah satu aspek penting dari sebuah bisnis yang dapat bertahan dari keadaan
darurat adalah kemampuan perusahaan tersebut melanjutkan pelayanan kepada
pelanggannya selama masa pemulihan (recovery). Kehilangan pelanggan berarti
kehilangan bisnis.
Cukupkah Hanya Dengan Asuransi?
• Aspek Biaya Tidak Langsung
Aspek biaya tidak langsung seperti biaya penggunaan fasilitas sementara
dengan cara sewa atau membeli, kehilangan pegawai karena pegawai
yang lama telah mendapat pekerjaan baru sehingga ketika perusahaan
kembali normal, pihak manajemen harus merekrut pegawai baru yang
membutuhkan biaya tambahan seperti biaya training dan lainnya.
• Hilangnya Harapan Keuntungan
Kerugian lainnya adalah perusahaan tetap membayar pegawai sementara
produksi terhenti dan praktis harapan keuntungan yang telah diestimasi
akan sirna.
• Rusaknya Citra (Image) Perusahaan
Usaha keras membangun bsinis yang kuat dan citra perusahaan yang
baik akan menjadi sirna karena kondisi emergency dan jelas Asuransi
tidak dapat menggantikan biaya kerusakan citra perusahaan.
MACAM-MACAM EMERGENCY

• Kebakaran
• Peledakan (Bleve, UVCE)
• Kebocoran
– Bahan yang beracun / berbahaya
– Bahan yang mudah terbakar
• Pencemaran
• Banjir, Gempa
• dan lain-lain
EMERGENCY PLANNING
BUATLAH RENCANA YANG REALISTIS

Simple Prosedur harus mudah diperoleh, dipahami


dan dilaksanakan.

Parallel Struktur organisasi emergency, peran dan


tanggung jawab harus mirip dengan
aktivitas operasi.
People Rencana harus sesuai dengan orang dan
bukan sebaliknya, orang menyesuaikan
rencana.
HAMBATAN KEBERHASILAN
EMERGENCY PLANNING

• OVER CONFIDENCE (“a plan has already


been prepared”)

• APATHY (“it can’t happen here”)

• COST CONCERNS (“we cannot afford it”)


PERATURAN &
PERUNDANGAN

MATERI II
PERATURAN/PERUNDANGAN & STANDARD
INTERNASIONAL TENTANG EMERGENCY PLANNING

• Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep-186/MEN/1999 tentang


Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja
• Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep-187/MEN/1999 tentang
Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya
• Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
• Instruksi Menteri Tenaga Kerja RI No. Ins.11/M/BW/1997 tentang
Pengawasan Khusus K3 Penanggulangan Kebakaran
• UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
• NFPA 1600
• OSHAS 18001
• PSM
UU No. 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana

• Peran serta industri dalam persoalan penangulangan bencana ini


dijelaskan dalam pasal 28 dan 29 UU No. 24 Tahun 2007.
• Pada pasal 28 UU No.24 Tahun 2007 dijelaskan bahwa lembaga usaha
mendapatkan kesempatan dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana, baik secara tersendiri maupun secara bersama dengan pihak
lain.
• Sedangkan pada pasal 29 yang terdiri dari 3 ayat menyebutkan bahwa:
1. Lembaga usaha menyesuaikan kegiatannya dengan kebijakan
penyelenggaraan penanggulangan bencana.
2. Lembaga usaha berkewajiban menyampaikan laporan kepada pemerintah
dan/atau badan yang diberi tugas melakukan penanggulangan bencana serta
menginformasikannya kepada publik secara transparan.
3. Lembaga usaha berkewajiban mengindahkan prinsip kemanusiaan dalam
melaksanakan fungsi ekonominya dalam penanggulangan bencana.
UU No. 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana

• Manajemen perusahaan harus aware terhadap kemungkinan


kondisi emergency atau disaster yang mungkin muncul akibat
insiden dalam kegiatan bisnis perusahaan.
• Salah satu skenario bencana yang mungkin saja terjadi
adalah berasal dari industri.
• Sudah seharusnya pihak industri memiliki emergency/disaster
planning yang terintegrasi dengan perencanaan
penanggulangan bencana yang dimiliki oleh daerah dimana
industri tersebut berdomisili.
UU No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja

• Dalam undang-undang ini disebutkan syarat-syarat


keselamatan kerja yang salah satunya untuk mencegah,
mengurangi dan memadamkan kebakaran dan mencegah
serta mengurangi bahaya peledakan, juga disebutkan untuk
memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada
waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
• Untuk dapat menerjemahkan syarat-syarat keselamatan kerja
dalam UU No. 1 tahun 1970 maka perusahaan harus
membuat emergency planning yang lengkap dan dapat
diaplikasikan pada saat terjadi emergency.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep-186/MEN/1999
tentang Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja

• Dalam pasal 2 ayat 1 disebutkan bahwa pengurus atau pengusaha wajib


mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, mengadakan
latihan penanggulangan kebakaran di tempat kerja.
• Begitu pula yang disebutkan dalam pasal 2 ayat 2 dimana dijelaskan
bahwa kewajiban mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
di tempat kerja meliputi:
– Pengendalian setiap bentuk energi
– Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan sarana evakuasi.
– Pengendalian penyebaran asap, panas, gas
– Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja.
– Penyelengaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara berkala.
– Memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran, bagi
tempat kerja yang mempekerjakan lebih dari 50 (lima puluh) orang tenaga
kerja dan atau tempat kerja yang berpotensi bahaya kebakaran sedang dan
berat.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep-187/MEN/1999
tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya

• Dalam keputusan menteri ini menyebutkan salah satu kewajiban


perusahaan untuk membuat rencana dan prosedur penanggulangan
keadaan darurat yang berkaitan dengan bahan kimia berbahaya.
• Dengan adanya keputusan menteri ini setiap pelaku usaha yang
melibatkan bahan kima berbahaya ini harus membuat suatu emergency
planning dimana didalamnya terdapat skenario penanggulangan
emergency bahan kimia berbahaya.
Peraturan Pemerintah RI No. 50 Tahun 2012 tentang
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja

• Pasal 11 ayat 2 g,h adanya upaya untuk menghadapi


keadaan darurat , kecelakaan dan bencana industri serta
rencana pemulihan keadaan darurat.
• Dalam penerapan lampiran II – 6.7 Kesiapan industri untuk
menangani keadaan darurat

Tinggal bagaimana padigma pelaku usaha tentang


Emergency atau Disaster yang perlu diterapkan dalam
aktivitas bisnisnya serta perlu adanya penegakan hukumnya
SE No. 140 / DPKK/III/2004
PEMENUHAN KEWAJIBAN SYARAT-SYARAT KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA DI INDUSTRI KIMIA DENGAN
POTENSI BAHAYA BESAR
( MAJOR HAZARD INSTALLATION )

Latar belakang
• bencana industri ( major accident) telah menimbulkan kerugian
yang tidak sedikit baik tenaga kerja, moril dan material.
• Guna mengantisipasi terulangnya kembali bencana industri
tersebut dipandang perlu mengambil langkah-langkah segera dan
sistimatis untuk mengendalikan potensi bahaya industri kimia
baik potensi bahaya berskala kecil, sedang maupun potensi
bahaya besar ( major hazard installation ).
SE No. 140 / DPKK/III/2004
1. Melaksanakan secara utuh ketentuan dalam Kepmenaker
No. Kep. 186/Men/1999 tentang Unit Penanggulangan
Kebakaran di Tempat Kerja meliputi :
– Pengendalian setiap bentuk energi;
– Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan
sarana evakuasi;
– Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas;
– Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja;
– Menyelenggarakan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran
secara berkala.;
– Memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat
kebakaran;
– Memiliki Ahli K3 Kebakaran, koordinator unit penanggulangan
kebakaran dan petugas peran kebakaran;
SE No. 140 / DPKK/III/2004

2. Melaksanakan secara utuh ketentuan dalam


Kepmenaker No. Kep. 187/Men/1999 tentang
Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja,
meliputi :
• Penyediaan Lembar Data Keselamatan Bahan dan label;
• Memiliki Ahli K3 Kimia dan Petugas K3 Kimia;
• Menyampaikan daftar nama dan sifat kimia serta kuantitas bahan kimia
berbahaya (Formulir Lampiran II Kep. 187/Men/1999)
• Membuat Dokumen Pengendalian Instalasi Potensi Bahaya Besar /
Menengah .
• Melakukan riksauji faktor kimia sekurang-kurangnya /6 bln
• Melakukan riksauji instalasi sekurang-kurangnya 2 tahun sekali;
• Melakukan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
SE No. 140 / DPKK/III/2004

3. Review sistem tanggap darurat ( emergency response )


bagi perusahaan yang sudah memiliki sistem tersebut.

4. Bagi perusahaan yang belum memiliki sistim tanggap


darurat ( emergency response ) untuk segera membuat
sistem tersebut.
ELEMEN
EMERGENCY PLANNING

MATERI III
Bagan Filosofis Emergency
Planning
Emergency Planning

Sebelum Saat Setelah


Kejadian Kejadian Kejadian

Baseline Emergency Emergency


Assessment Response Recovery
Emergency
Prevention Pre-Fire Planning Damage
Assessment
Emergency Fire Command
Preparedness

EMERGENCY PROSEDUR
ELEMEN EMERGENCY PLANNING

BASELINE
ASSESSMENT

RECOVERY PREVENTION

RESPONSE PREPAREDNESS
ELEMEN ERP
• BASELINE ASSESSMENT
Assessment dilaksanakan untuk mengkaji kondisi kekinian dari fasilitas
yang ada, kemampuan personil, sistem yang dijalankan dan bahaya yang
mungkin belum terinventarisir secara baik.
• PREVENTION
Fase Prevention meliputi pengkajian dan identifikasi bahaya dalam fasilitas
kritis yang ada serta analisa dampak yang mungkin terjadi terhadap aset,
personil/karyawan dan lingkungan.
• PREPAREDNESS
Fase Preparedness berarti menyiapkan aktivitas, program dan sistem yang
disiapkan sebelum terjadi emergency.
• RESPONSE
Fase Penanggulangan bertujuan menstabilkan dan mengendalikan
emergency.
• RECOVERY
Fase ini dirancang untuk mengembalikan fasilitas pada status
fungsionalnya.
LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN
EMERGENCY RESPONSE MANAGEMENT

Kajian awal yang dilakukan untuk mengeliminasi atau


Mitigation menurunkan Derajat Resiko jangka panjang terhadap Manusia
Mitigasi atau harta Benda yang diakibatkan oleh Bencana

Preparedness Kegiatan yang dilakukan lebih lanjut berdasarkan Hasil Mitigasi,


Kesiapsiagaan yang mencakup Pengembangan Kemampuan Personil,
Penyiapan Prasarana, Fasilitas dan Sistem bila terjadi keadaan
Emergency.

Response Kemampuan penanggulangan saat terjadi keadaan


Kesigapan krisis/bencana yang terencana, cepat, tepat dan selamat
(termasuk tanda bahaya, evakuasi, SAR, pemadaman kebakaran. dll).

Recovery Kegiatan jangka pendek untuk meulihkan kebutuhan pokok


Pemulihan minimum kehidupan masrarakat yang terkena bencana, dan
jangka panjang mengembalikan kehidupan secara normal.
BASELINE ASSESSMENT
• Baseline Assessment adalah sebuah
rangkaian penilaian terhadap aspek-aspek
kesiapan menghadapi emergency atau
disaster yang meliputi aspek sumber daya
manusia, peralatan dan system procedure
• Tujuan dari baseline assessment adalah untuk
memberikan gambaran kepada manajemen
atas kondisi terakhir aspek-aspek tersebut
dari perusahaan.
BASELINE ASSESSMENT &
MANAGEMENT

• Baseline Assessment merupakan tugas


manajemen yang penting dimana dapat
memberikan kontribusi secara langsung untuk
efektifitas pengambilan keputusan,
perencanaan dan fungsi kontrol bagi sistem
penanggulangan emergency atau disaster
yang terorganisir dengan baik dan lengkap
LANGKAH PENYUSUNAN
BASELINE ASSESSMENT
• Mengidentifikasi kebutuhan informasi dan sumber-sumber data yang kemungkinan
berpotensi menyebabkan emergency.
– Mengidentifikasi Critical Products, Services dan Operation
– Mengidentifikasi Sumber Daya dan Kemampuan Internal perusahaan
– Mengidentifikasi sumber daya eksternal
– Melakukan analisa vulnerability (kerentanan) dari fasilitas pabrik.

• Mengumpulkan data dari system yang ada.


Data yang perlu diperhatikan antara lain:
– Kebijakan HSE
– Prosedur HSE
– Program-Program HSE
– Prosedur Emergency
– Prosedur Security
– Prosedur Keuangan dan Purchasing
– Risk Management Plan
– Program-Program Asuransi
– Process Safety Assessment
– Fire Protection Plan
– Mutual Aid Agreement
– Regulasi Pemerintah dan Pemerintah Daerah
– Dan data penting lainnya yang perlu dikaji
LANGKAH PENYUSUNAN
BASELINE ASSESSMENT
• Menganalisa data dan mengintepretasi data.
Data yang terkumpul dianalisa dan lakukan
intepretasi data secara akurat. Aktivitas ini dilakukan
oleh team atau komite emergency yang diberikan
otoritas secara penuh untuk melakukan kajian
baseline assessment dalam rangka pembuatan
emergency planning yang komprehensif, lenkap dan
dapat diaplikasikan secara efektif.
• Laporan baseline assessment yang berisi
kesimpulan dan rekomendasi dari hasil temuan
untuk para perencana dan pengambil keputusan.
PREVENTION
• Prevention terkonsentrasi pada formulasi dan
implementasi dari suatu kebijakan jangka
panjang dan program-program untuk
mencegah atau mengeliminir kondisi
emergency atau disaster.
• Prosedur pencegahan merupakan aspek
penting dalam sebuah emergency planning
yang komprehensif.
PREVENTION
• Pada fase prevention ini, pengenalan
terhadap bahaya juga harus dilakukan.
Metode untuk mengidentifikasi bahaya sangat
beragam dan mempunyai karakter serta
tujuan masing-masing. Beberapa metode
yang biasa dilakukan seperti Hazops, What If,
PHA, Fault Tree Analysis, FMEA dan masih
banyak lagi.
ASPEK PREVENTION
Beberapa aspek perlu diperhatikan dalam
prosedur prevention ini. Aspek-aspek tersebut
antara lain adalah:
– Prosedur Inspeksi
– Prosedur Maintenance
– Prosedur HSE
– Prosedur Operasi dan prosedur prevention
lainnya.
Elemen Fire Prevention
– Fire Audit Program
– Layout and Spacing
– Control of Ignition Sources
– Employee Training
– Housekeeping
– Incident Investigation
– Inherently Safer Design
– Plant Maintenance
– Management of Change
– Material Hazards
– Alarm and Surveillance
– dll
PREPAREDNESS
• Elemen Preparedness menitik beratkan pada
kesiapan menghadapi emergency atau disaster dari
sisi kesiapan personil, peralatan dan sistem.
• Hal-hal yang perlu ada dalam preparedness meliputi:
– Prosedur training dan kemampuan mengevaluasi training
yang telah dilakukan,
– Drill dan exercise untuk para key personnel dalam struktur
emergency,
– Peralatan dan material yang dibutuhkan dalam emergency,
– Record karyawan, pelanggan, vendor, informasi keuangan
dan record penting lainnya merupakan catatan yang perlu
dilindungi jika terjadi emergency.
MINIMUM TRAINING & DRILL
• First Aid & Medical Evacuation
• Fire Fighting
• Emergency Response Drill
• On-Scene Commander
• Spill Response
• Evacuation Drill
• Pre-Fire Planning
• Fire & Safety Audit
• Emergency Reporting Procedure
• Hazardous Materials Spill & Response
• Mutual Aid Coordination
Emergency Response Training
Tujuan dilakukannya training atau drill adalah
menciptakan kemampuan:
• Bertindak Efisien
• Bertindak Efektif
• Bertindak Kreatif
Elemen-Elemen
Program Emergency Preparedness

Review
Review Hazard
Hazard

Conduct
Conduct Drills
Drills Evaluate
Evaluate Resources
Resources
And
And Exercise
Exercise

Elements of
Emergency
Preparedness Develop
Develop Emergency/
Emergency/
Educate
Educate the
the Public
Public Disaster
Disaster Preparedness
Preparedness
And
And Procedures
Procedures

Integrate
Integrate with
with
Conduct
Conduct Training
Training Community
Community Plan
Plan
RESPONSE
• Metode penanggulangan setiap kondisi
keadaan darurat atau bencana akan berbeda.
Tergantung dari skala kejadiannya maupun
jenis bencana yang terjadi.
• Kualitas penanggulangan akan sangat
tergantung dari kualitas persiapan yang
dilakukan.
ELEMEN ESENSIAL
• komunikasi dan koordinasi
• evakuasi
• shutdown
• pencarian korban dan penyelamatan (search
& rescue)
• first aid , Medivac
• damage control
• security dan sebagainya.
RECOVERY
• Fase ini direncanakan untuk mengembalikan
fasilitas, lingkungan dan perangkat lainnya pada
status fungsionalnya.
• Pada fase inilah analisa dampak dan minimalisasi
dampak emergency atau bencana harus dituangkan
dalam perencanaan recovery yang efektif dan
dilaksanakan secara konsisten.
• Beberapa subyek penting yang patut direncanakan
dalam fase recovery ini seperti Incident Investigation,
Damage Assessment, Clean Up and Restoration,
Business Interruption, Claim Procedures dan
lainnya.
TINDAKAN PERSIAPAN RECOVERY
• Menugaskan personil untuk mengawasi tindakan
pembersihan dan perbaikan.
• Menyiapkan prosedur penilaian kerusakan.
• Membuat daftar prioritas peralatan yang perlu diganti atau
diperbaiki.
• Menyiapkan prosedur khusus untuk mengajukan work order,
purchase order dan sebagainya.
• Menentukan areal tertentu untuk menempatkan peralatan
maupun perlengkapan yang rusak sampai dengan investigasi
selesai dilakukan.
• Menyiapkan prosedur penghitungan untuk menjamin akurasi
perhitungan kerugian.
• Tindakan review terhadap emergency planning yang dimiliki
perusahaan.
LANGKAH
PENYUSUNAN
EMERGENCY PLANNING
MATERI IV
LANGKAH PENYUSUNAN
EMERGENCY PLANNING
Langkah 1
Membuat Komitmen Tertulis

Secara garis besar pernyataan tertulis komitmen dari


pimpinan organisasi berkaitan dengan emergency
planning paling tidak terdiri dari empat bagian yaitu,
– Adanya purpose statement.
– Adanya policy statement.
– Adanya tanda tangan pimpinan tertinggi organisasi yang
bertanggung jawab untuk emergency planning.
– Terteranya tanggal efektif komitmen tersebut berlaku.
Langkah 1
Membuat Komitmen Tertulis

Bentuk nyata berjalannya komitmen adalah:


• Manajemen memberikan otorisasi bagi komite
emergency untuk mengambil langkah-langkah
yang diperlukan guna tercapainya efektifitas
dalam penyusunan emergency planning
perusahaan.
• Alokasi budget yang memadai dan dukungan
sumber daya manusia.
Langkah 1
Membuat Komitmen Tertulis

• Kebijakan atau komitmen harus tertulis dan


ditandatangani oleh pimpinan tertinggi dalam
organisasi.
• Di samping pernyataan komitmen, manajemen juga
harus menciptakan atmosfir yang kondusif dalam
rangka membuat emergency planning.
• Komitmen ini juga sekaligus menekankan bahwa
emergency planning ini memiliki kekuatan yang
harus diikuti oleh setiap departemen dalam
organisasi.
Langkah 2
Menentukan Team dan Koordinator

• Pada langkah ini perlu batasan yang jelas


tugas, wewenang dan tanggung jawab antara
Koordinator tim dengan anggota tim.
• Beberapa kriteria seorang koordinator
tersebut adalah:
– Seorang organizer yang baik
– Memahami aspek operasional dengan baik
– Berpengalaman dalam perencanaan tugas-tugas
– Memiliki keterampilan komunikasi
Langkah 2
Menentukan Team dan Koordinator

• Dalam penyusunan Emergency planning ini


biasanya digunakan dua pendekatan dalam aktivitas
penyusunannya:
– Pendekatan pertama adalah seorang koordinator
perencanaan membuat atau memodifikasi emergency
planning yang ada dilakukan oleh dirinya sendiri, kemudian
mengkaji produk final oleh personil kunci dari departemen
lainnya.
– Sementara pendekatan yang kedua adalah dengan
dibentuknya komite perencanaan dan menentukan
koordinator dalam aktivitas pembuatan emergency
planning baru atau emergency planning yang dimodifikasi.
Langkah 2
Menentukan Team dan Koordinator

• Pendekatan yang pertama lebih menuntut


kemampuan seorang koordinator yang sangat dalam
terhadap subyek emergency planning atau disaster
preparedness maupun kemampuan sumber daya
manusia dalam organisasi emergency.
• Pendekatan kedua menekankan pada
pemberdayaan kemampuan dari anggota komite lain
untuk berkontribusi pada penyusunan emergency
planning pada bidang dimana mereka memiliki
pemahaman dan pengetahuan lebih di bidangnya
masing-masing.
Langkah 2
Menentukan Team dan Koordinator

• Ukuran dari sebuah tim perencana tergantung dari


fasilitas operasi yang ada, sumber daya yang
dimiliki, juga kebutuhan lainnya yang diinginkan.
• Dengan dibentuknya sebuah tim perencana
emergency akan diperoleh beberapa keuntungan
diantaranya:
– Meningkatkan partisipasi dan lebih melibatkan banyak
pihak dalam proses penyusunan emergency planning.
– Menambah luasnya perspektif dalam penyusunan
emergency planning.
– Jaminan emergency planning akan diikuti dengan baik
menjadi lebih pasti karena disusun bersama dengan
melibatkan seluruh departemen terkait.
Langkah 2
Menentukan Team dan Koordinator

• Penyusunan Emergency Planning akan melibatkan


beberapa Departemen namun tidak terbatas pada:
– Operations
– Maintenance
– Engineering
– HSE
– HRD
– Medical
– Fire Protection
– Security
– Government/Community Relations
– General Services
Langkah 3
Menentukan Tujuan dan Lingkup Perencanaan

• Tujuan
– Pengembangan Tingkat Kesiapsiagaan (Preparedness)
– Mampu mengendalikan Major Accidents
– Sejalan dengan tujuan Keselamatan Perusahaan
• Lingkup Perencanaan
– Penyusunan Perencanaan Emergency Tertulis
– Perencanaan yang dibuat harus didasarkan atas
kemampuan mengendalikan skenario kondisi emergency
terburuk di pabrik (plant).
– Perencanaan ini juga meliputi training dan simulasi untuk
mengembangkan kesadaran pada perencanaan yang telah
ditentukan.
Langkah 4
Menentukan Skenario

• Hasil dari langkah ketiga ini adalah adanya sebuah daftar skenario
potensi bahaya yang mungkin terjadi.
• Dengan menggunakan skenario keadaan darurat yang mungkin muncul
maka akan dapat diukur seberapa besar organisasi yang harus disiapkan,
peralatan yang dibutuhkan, berapa banyak personil yang diperlukan,
material apa saja yang dibutuhkan serta kebutuhan-kebutuhan lainnya.
• Dalam penyusunan Emergency Planning harus ditentukan skenario
potensi emergency yang paling besar dan dampak yang paling buruk.
• Sementara skenario lain dapat dikaji kemudian karena kebanyakan
emergency atau disaster membutuhkan prosedur pengendalian dan
organisasi penanggulangan yang mirip walaupun tidak identik.
• Seorang koordinator perencanaan emergency harus memahami fasilitas
operasi dan area sekitarnya untuk dapat mengidentifikasi potensi situasi
emergency atau disaster.
Langkah 4
Menentukan Skenario
• Metode untuk menentukan skenario ini
tentunya harus melalui penilaian resiko (risk
assessment) untuk masing-masing fasilitas.
• Risk assessment secara ringkas merupakan
proses penilaian akibat yang disebabkan oleh
penggunaan teknologi atau dari aktivitas-
aktivitas tertentu lainnya.
Langkah 4
Menentukan Skenario
• Adapun penilaian resiko meliputi identifikasi
beberapa dimensi yang dapat berinteraksi,
yaitu:
1. Jenis Industri (Industry)
• Dimensi ini mengidentifikasi karakteristik proses dan
operasi dari suatu industri yang akan dianalisa.
Tentunya semakin industri tersebut memiliki proses
dan operasi yang kompleks maka tingkat bahaya
juga akan tinggi.
Langkah 4
Menentukan Skenario
2. Dampak (Impact)
• Dalam penilaian resiko ini harus diidentifikasi
diantaranya meliputi dampak terhadap:
– Ganguan bisnis perusahaan
– Pekerja yang tidak dapat bekerja
– Dampak terhadap pelanggan
– Ganguan terhadap supply
– Gangguan terhadap distribusi produk
– Tim penanggulangan
– Masyarakat sekitar dan lingkungan.
Langkah 4
Menentukan Skenario
3. Waktu (Time)
• Dimensi waktu dalam kerangka penilaian resiko
merupakan faktor penting. Dari segi waktu suatu
dampak harus dapat diidentifikasi. Pertanyaan
sebagai berikut perlu dipertimbangkan:
» Berapa lama operasi penanggulangan dapat dilakukan,
» Kapan tindakan warning harus dilakukan,
» Berapa lama proses pengiriman sumber daya ke lokasi
emergency.
» Berapa lama team penanggulangan dapat sampai di
lokasi kejadian.
» Berapa lama proses recovery dapat dilakukan.
Langkah 4
Menentukan Skenario
4. Pengendalian (Control)
• Dimensi ini dapat dilakukan oleh manajemen dengan
dua cara yaitu secara formal maupun non formal.
Namun demikian sering kali terjadi bahwa fungsi
pengendalian ini menjadi semakin lemah. Biasanya
kelemahan pengendalian ini disebabkan oleh
komunikasi yang tidak efektif.
Langkah 4
Menentukan Skenario
• Untuk dapat menilai resiko digunakan metode
identifikasi dan analisa bahaya atau resiko
yang biasa digunakan dalam industri seperti:
– metode “What If”,
– hazard checklist,
– Hazops (Hazard Operability Study),
– FMEA (Failure Mode and Effects Analysis)
– dan metode lainnya.
Langkah 4
Menentukan Skenario

Dalam menentukan scenario, perlu dipertimbangkan


juga kondisi emergency yang dapat berkembang
menjadi disaster. Kondisi emergency tersebut seperti:
– Fire (Kebakaran)
• Scenario umum dari kebakaran biasanya multi Unit atau multi tank
fire sebagai contoh, di bawah ini merupakan lokasi scenario yang
berpotensi sebagai sumber disaster :
» Congested process unit areas
» Flammable liquid tank storage areas
» Wharf loading and unloading areas
Langkah 4
Menentukan Skenario
– Peledakan
• Umumnya petroleum produk berpotensi besar terhadap
peledakan, kebocoran uap /gas mudah terbakar
merupakan yang paling potensial menjadi sumber
peledakan. Contoh potensi peledakan adalah sebagai
berikut :
– Boiling Liquid Expanding Vapor Explosion (BLEVE) dari tanki
penimbun maupun pressured vessel
– Peledakan dalam rumah kompresor atau ruang tertutup lain
dalam daerah proses
Langkah 4
Menentukan Skenario
– Kebocoran gas mudah terbakar
• Kejadian ini paling mungkin terjadi di kilang minyak dan perlu
perhatian khusus :
– Sambungan pipa bocor yang menuju tanki bertekanan
– Tank overfilled
– Kebocoran LPG tanker dan tankinya pecah
– Pipa gas bertekanan bocor
– Kebocoran gas beracun
• Gas beracun mungkin saja tidak flammable namun konsentrasi
tinggi dapat berbahaya bagai kesehatan :
– Rupture H2S pipeline
– Rupture HF shelter dan peralatan lain dalam HF alkylation unit
– Failure of seal compressor handling H2S
Langkah 4
Menentukan Skenario
– Tumpahan bahan kimia beracun
• Bahan kimia beracun yang digunakan seperti solvent, reagent dan katalis
berpotensi menjadi berbahaya apabila tumpah pada saat pengangkutan
– Natural disaster (Bencana Alam)
• Setiap pabrik bergantung kepada lokasinya berpotensi terhadap bencana
alam. Potensi di setiap lokasi perlu diperhatikan.
– Civil disturbances
• Demonstrasi dan pemogokan perlu diantisipasi. Security procedure
tentang hal ini perlu dimasukan dalam rencana / prosedur penanggulangan
bencana.
– Sabotase dan terorisme
• Setiap instalasi pabrik harus mempunyai prosedur dalam menghadapi
krisis. Kecenderungan dan kemungkinan yang mungkin dilakukan teroris
perlu diperhitungkan.
Langkah 5
Mengukur Dampak atau Akibat
faktor-faktor yang mempengaruhi sebuah emergency/disaster
adalah sebagai berikut:
– Ukuran, meliputi potensi bahaya peledakan, ukuran maksimum
kebakaran, volume dan area maksimum paparan tumpahan bahan
berbahaya maupun gas dan material berbahaya lainnya.
– Dampak, meliputi tingkat potensi kerusakan, jumlah korban, efek pada
populasi sekitar, efek domino dari insiden yang terjadi dan durasi
emergency/disaster.
– Kecepatan perubahan atmosfir emergency di lokasi kejadian.
– Frekuensi peringatan dini.
– Pengendalian insiden yang didasarkan atas peralatan dan
perlengkapan yang tersedia, juga frekuensi training/drill yang
dilakukan.
– Reaksi atau durasi penanggulangan dan kefektifan penanggulangan.
Langkah 5
Mengukur Dampak atau Akibat

Terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan


penilaian dampak dari suatu emergency/disaster yaitu meliputi:
– Menilai dampak emergency/disaster terhadap manusia
• Penilaian terhadap dampak dari suatu emergency/disaster terhadap manusia
menyangkut jumlah korban yang meninggal yang mungkin muncul maupun jumlah
korban luka-luka.
– Menilai dampak emergency/disaster terhadap property
• Dalam penilaian dampak yang berakibat pada rusaknya property maka harus
dipertimbangkan biaya-biaya yang mungkin dikeluarkan untuk melakukan
pergantian alat, biaya perbaikan fasilitas, biaya penempatan sementara untuk
material maupun produk jadi, dan biaya lainnya.
– Menilai dampak emergency/disaster terhadap bisnis
• Berkaitan dengan dampak emergency/disaster terhadap bisnis perusahaan maka
harus dipertimbangkan biaya dari gangguan bisnis yang mungkin muncul,
pertimbangan kontrak dengan pelanggan, gangguan terhadap suplai barang atau
material penting, gangguan distribusi produk jadi, belum lagi biaya-biaya yang
dikenakan kepada perusahaan berupa penalty dan masih banyak lagi dampak yang
harus dipertimbangkan.
Langkah 5
Mengukur Dampak atau Akibat
Dampak utama (major consequences) dari emergency adalah sebagai
berikut:
• Fire
Terdapat dua tipe kebakaran di dalam pabrik :
• Pressure Fire/Jet Fire terjadi akibat cairan atau gas hydrocarbon yang
keluar terus menerus. Biasanya cukup besar namun terlokalisir
• Pool Fire dapat menyebabkan kebakaran, besarnya bergantung
kepada jumlah bahan bakar, saluran buangan dan kemiringan lantai.
Dalam emergency/disaster plan kita merencanakan sedikitnya satu
scenario dengan api merambat ke unit sebelahnya
Dampak utama dari kebakaran adalah radiasi terhadap pekerja, peralatan
dan bangunan.
Radiasi yang tinggi dapat menghancurkan peralatan maupun tanki yang
dapat menambah potensi kebakaran dan perambatan demikian pula apabila
saluran buangan (drainage) tidak cukup terutama apabila air pemadam
kebakaran tidak tersalurkan dengan baik ke tempat yang aman.
Langkah 5
Mengukur Dampak atau Akibat
• Peledakan
Dua jenis peledakan yang sering terjadi di dalam
pabrik pada umumnya :
• Internal Explosion yang disebabkan akselerasi gas dan terbakar di
dalam bejana atau tanki, dampak detonasi dan missile effect.
• External explosion yan disebabkan oleh peledakan gas yang bocor
ke udara sehingga berdampak seperti radiasi, deflagrasi dan
tekanan.
Untuk tujuan penyusunan emergency/disaster planning
harus diupamakan bahwa uap yang mudah menyala akan
menyala dengan penghancuran total (worst case scenario).
Langkah 5
Mengukur Dampak atau Akibat
• Hazardous material release
– Hazardous material release dapat menimbulkan masalah
kepada emergency response team karena konsekuensinya
berbeda-beda bergantung kepada material yang bocor,
tingkat toksisitasnya, kuantitas bocornya, arah angin dan
faktor-faktor lainnya.
– Bocornya hazardous material umumnya tidak diduga baik
jenis, frekuensi, potential of area of impact sulit ditentukan
dan sangat bergantung kepada jenis operasi dan
fasilitasnya.
Langkah 5
Mengukur Dampak atau Akibat
• Natural disasters (Bencana alam)
– Tornadoes dan hurricanes
Angin yang berhembus kuat bersamaan dengan tornadoes dapat mengancam peralatan
dan personil. Indikasi awal mungkin ada nanum waktunya sangat pendek.
– Floods (Banjir)
Apabila banjir telah diperkirakan maka pre-incident planning perlu mempertimbangkan
masalah banjir karena kebakaran dapat terjadi karena hubungan pendek atau kebocoran
gas. Kegagalan utilities merupakan hal yang perlu mendapat perhatian.
– Gempa (Earth quakes)
Pencegahan terhadap gempa yang bisa dilakukan hanya membangun instalasi tahan
gempa. Selain itu tidak banyak yang dapat kita lakukan. Penanggulangan bergantung
kepada dampak yang terjadi.
– Civil disturbance
Security dan damage control merupakan fungsi utama saat terjadinya eskalasi
gangguan seperti civil disturbances, keputusan lokal perlu dipertimbangkan apakah
pabrik terus beroperasi atau ditinggalkan. Beberapa regu mungkin perlu di pertahankan
untuk mencegah kecurian atau kebakaran yang mungkin disengaja.
Langkah 6
Mengidentifikasi Tugas
• Memberi Peringatan
• Persiapan Penanggulangan
• Evakuasi
• Mobilisasi/Penggunaan Sumber Daya
• Pengendalian Insiden (kebakaran, oil spill, dan lainnya)
• Pencarian dan Penyelamatan
• Perawatan Korban
• Komunikasi
• Koordinasi
• Penilaian Situasi
• Security
• Bahaya Lanjutan (Secondary Hazard)
• Pengembalian pada Operasi Normal
• Tim Emergency dan Recovery Peralatan
Langkah 6
Mengidentifikasi Tugas

• Memberi Peringatan
– Jika terjadi emergency maka seluruh karyawan
bahkan masyarakat sekitar industri harus
mengetahui.
– Untuk melakukan tugas memberi peringatan ini,
tentunya harus ditunjuk siapa yang bertanggung
jawab untuk memberi peringatan emergency ini.
Langkah 6
Mengidentifikasi Tugas

• Persiapan Penanggulangan
– Memberitahukan personil emergency team.
– Mengatur pengiriman sumber daya (personil, peralatan,
material, makanan dan minuman) yang dibutuhkan pada
saat operasi penanggulangan.
– Mengatur areal evakuasi.
– Menghubungi pihak terkait dengan industri bersangkutan,
seperti Pemda setempat, kepolisian, Depnakertrans, Dep
LH, BP Migas dan institusi lainnya.
Langkah 6
Mengidentifikasi Tugas
• Evakuasi
– Untuk kepentingan evakuasi ini perusahaan harus
menentukan area yang digunakan untuk pengumpulan
orang dari tiap-tiap area kerja. Area ini sering disebut
Assembly Point dan Muster Point.
– Biasanya perusahaan yang sudah memiliki system
manajemen keselamatan yang baik, di dalam emergency
planning yang dimilikinya telah menetapkan beberapa
assembly point dan muster point untuk evakuasi
karyawannya.
Langkah 6
Mengidentifikasi Tugas
• Mobilisasi/Penggunaan Sumber Daya
– Hal ini tidak saja melibatkan sumber daya internal perusahaan atau lokal tetapi
juga sumber daya berasal dari perjanjian mutual aid.
– Tugas mobilisasi ini meliputi tindakan seperti:
• Menentukan departemen mana yang bertanggung jawab untuk barang-barang
seperti makanan, air, shelter, transportasi, peralatan emergency, personil tambahan,
mutual aid dan medical.
• Departemen yang telah diberikan tanggung jawab tersebut harus memastikan
kepada pemilik sumber daya tersebut untuk dapat segera mengirim bantuan jika
diminta.
• Mempersiapkan daftar no telpon pihak-pihak terkait dengan emergency yang dapat
dihubungi 24 jam.
• Terus memutakhirkan data no telepon penting tersebut untuk setiap periode
tertentu.
– Area dimana diperuntukan untuk persiapan mobilisasi sumber daya ini disebut
dengan staging area. Staging Area ini memegang peran penting dalam
menjamin keefektifan operasi penanggulangan.
Langkah 6
Mengidentifikasi Tugas
• Pengendalian Insiden (kebakaran, oil spill, dan
lainnya)
– Pada kondisi emergency yang disebabkan oleh kebakaran,
tindakan pengendalian sangat dibutuhkan. Kerusakan dari
peralatan pemadam kebakaran, sumber tenaga peralatan,
atau kehilangan personil harus menjadi pertimbangan di
dalam emergency planning.
– Keberhasilan dalam menekan dan mengendalikan insiden
sangat tergantung pada kualitas training yang dilakukan
dan pengalaman dari emergency team dan Kompetensi
Incident Commander.
Langkah 6
Mengidentifikasi Tugas

• Pencarian dan Penyelamatan


– Tindakan search and rescue ini harus dipertimbangkan
sesuai dengan scenario emergency/disaster yang telah
diidentifikasi pada tahap awal dari emergency planning.
– Dalam hal penyelamatan juga perlu diperhatikan untuk
menyelamatkan dokumen-dokumen penting perusahaan
dan asset penting lainnya.
– Basis tindakan search & rescue ini adalah lokasi korban
dan transportasi penyelamatan korban ke tempat yang
aman. Tugas ini secara langsung berhubungan dengan
peralatan dan personil terlatih dalam usaha penyelamatan.
Langkah 6
Mengidentifikasi Tugas

• Perawatan Korban
– Faktor-faktor perawatan korban yang harus
terliput dalam emergency planning adalah:
• Ketersediaan personil yang terlatih dalam hal P3K untuk
dapat memberikan perawatan awal sebelum tim medis
tiba di lokasi kejadian.
• Jumlah alat pemindah korban.
• Fasilitas rumah sakit temporer, termasuk klinik local.
Peralatan penunjang perawatan di lokasi outdoor,
seperti lampu.
Langkah 6
Mengidentifikasi Tugas

• Komunikasi
– Komunikasi yang cepat dan akurat adalah faktor kunci
untuk menjamin penanggulangan berjalan efektif.
Informasi penting adalah salah satu permintaan terbesar
selama terjadi emergency/disaster.
– Berikut ini adalah beberapa factor yang harus diperhatikan
pada komunikasi dalam emergency:
• Ketersediaan alat komunikasi untuk digunakan selama terjadi
emergency/disaster.
• Harus tersedia alat komunikasi cadangan.
Langkah 6
Mengidentifikasi Tugas

• Koordinasi
– Bentuk koordinasi yang patut diperhatikan yaitu
dalam hal:
• Peralatan emergency yang berasal dari mutual aid dan
suplai peralatan, perlengkapan, material dan personil
bantuan.
• Transportasi alat berat dan peralatan lainya.
• Makanan, air, dan tempat peristirahatan.
• Hubungan dengan vendor, agen, lembaga pemerintah
dan industri lainnya.
Langkah 6
Mengidentifikasi Tugas

• Penilaian Situasi
– Penilaian situasi menjadi suatu tindakan yang
penting dalam kondisi emergency/disaster karena
memberikan dampak langsung pada tindakan
yang terorganisir.
– Incident Commander dan staf bantuan lainnya
pada tempat kejadian bertanggung jawab untuk
memberikan informasi kepada Emergency
Manager untuk dapat memberikan penilaian
status emergency/disaster.
Langkah 6
Mengidentifikasi Tugas

• Security
– Security juga harus menyiapkan prosedur seperti:
• Identifikasi secara khusus untuk personil penanggulangan
emergency (termasuk medis), seperti pengecekan badge, warna
topi, warna rompi dan atribut lainnya, sehingga mereka dapat
dibiarkan masuk tanpa harus terlambat.
• Personil HSE untuk mengambil foto selama kejadian berlangsung
dan pasca kejadian emergency/disaster.
• Akses dan pengawasan terhadap pihak luar dan mutual aid.
• Kemungkinan kebutuhan untuk melakukan realokasi personil
security untuk membuka dan menjaga pintu emergency yang
mungkin dibutuhkan sebagai akses yang aman menuju tempat
kejadian atau untuk evakuasi.
Langkah 6
Mengidentifikasi Tugas

• Bahaya Lanjutan (Secondary Hazard)


– Bahaya lanjutan ini termasuk kerusakan bangunan yang
berpotensi runtuh, adanya kebakaran yang masih terisolasi
akibat dari ledakan, atau turunnya aliran listrik, dan bahaya
lainnya.
– Bahaya-bahaya tersebut harus didentifikasi dan
diantisiapasi serta harus ditentukan sumber daya yang
dibutuhkan untuk mengendalikan bahaya-bahaya lanjutan
yang mungkin muncul.
Langkah 6
Mengidentifikasi Tugas

• Pengembalian pada Operasi Normal


– Fasilitas steam, elektrikal, telepon, air, transportasi dan sebagainya
yang mungkin mengalami kerusakan akibat dari emergency/disaster
harus dikembalikan pada kondisi normal secepat mungkin setelah
emergency dapat ditanggulangi.
– Pada kondisi ini dapat menugaskan personil maintenance untuk
mendata fasilitas apa saja yang tidak bekerja, apa yang telah
dilakukannya dan kebutuhan apa saja yang diperlukan.
– Informasi ini sangat penting dalam mengatur kondisi emergency, juga
estimasi waktu yang dibutuhkan untuk pengembalian pada kondisi
normal. Bantuan enjineering juga dibutuhkan jika tingkat kerusakan
sangat besar.
Langkah 6
Mengidentifikasi Tugas

• Tim Emergency dan Recovery Peralatan


– Setelah emergency mampu ditanggulangi, tim
emergency dan peralatan mereka harus
dikembalikan pada kapasitas semula secepat
mungkin agar selalu siap jika terjadi emergency
kembali.
Langkah 7
Menentukan Sumber Daya yang Dibutuhkan

Beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam evaluasi


kebutuhan sumber daya:
• Ketersediaan
• Jumlah Personil, Peralatan & Material
• Kemampuan & Keterampilan
• Jarak dan Waktu Tempuh
• Tanggung Jawab dan Otoritas
• Kebutuhan dan Kesesuaian dengan Sumber Daya Eksternal
• Pusat Komando
Ketersediaan
• Sering kali terjadi dalam emergency, tipe peralatan dan
jumlah personil tidak atau kurang tersedia ketika dibutuhkan.
Cara-cara yang dilakukan untuk dapat mengirimkan peralatan
dari suatu lokasi atau perusahaan terlalu banyak memakan
waktu.
• Anda harus melakukan:
– Membuat daftar peralatan/suplai/personil yang anda
butuhkan dan dimana anda dapat mengambilnya.
– Tuliskan secara spesifik dari sumber daya yang dibutuhkan
dalam emergency planning.
– Membuat prosedur untuk secara periodik memeriksa
keakuratan informasi mengenai sumber daya tersebut.
Jumlah Personil, Peralatan &
Material
• Dalam hal jumlah personil yang dibutuhkan dan lokasi
penempatan personil untuk operasi penanggulangan
emergency/disaster harus diidentifikasi.
• Begitu pula jumlah personil bantuan perlu diperhitungkan.
Jumlah peralatan yang dibutuhkan agar operasi
penanggulangan emergency/disaster berjalan efektif juga
harus diperhitungkan sesuai dengan scenario yang
ditentukan.
• Perhitungan ataupun identifikasi kebutuhan ini harus
didokumentasikan dalam emergency/disater planning.
termasuk dalam scope Pre Fire Planning
Kemampuan & Keterampilan
• Kemampuan dan keterampilan personil yang akan dilibatkan
dalam operasi penanggulangan harus dievaluasi selama
perencanaan dibuat.
• Sebagai contoh, jika terdapat prosedur penyelamatan yang
kompleks maka akan dibutuhkan peningkatan keterampilan
dalam hal pemenuhan prosedur penyelamatan tersebut.
• Persoalan yang sering terjadi dan sangat fatal adalah justru
pada On-Scene Commander (Komandan di tempat kejadian)
dimana tidak dapat memperlihatkan keefektifan tugasnya
dalam operasi penanggulangan.
Jarak dan Waktu Tempuh
• Sebagai bagian dari pembuatan scenario, estimasi waktu
yang dibutuhkan untuk memperoleh sumber daya agar dapat
mengendalikan kondisi emergency/disaster harus ditentukan
sebelum emergency berkembang menjadi disaster.
• Dalam emergency/disaster planning juga harus
diperhitungkan semua hambatan yang mungkin terjadi dalam
perjalanan, seperti jalan yang terlalu sempit untuk dilalui
peralatan dengan ukuran tertentu, ketersediaan kendaraan
transportasi atau operator untuk mengirimkan peralatan, dan
hambatan lainnya.
Tanggung Jawab dan Otoritas
• Penentuan tanggungjawab dan otoritas wewenang antara
perusahaan dan pemerintah lokal harus secara hati-hati
ditentukan agar tidak terjadi kontraproduktif dalam operasi
penangulangan.
• Jika porsi tanggung jawab dan otoritas ini belum ditentukan
maka akan sangat mempengaruhi efektifitas operasi
penanggulangan emergency/disaster karena bagaimanapun
tindakan pengendalian emergency/disaster harus dilakukan
secara cepat dan tidak boleh ditunda.
Kebutuhan dan Kesesuaian dengan
Sumber Daya Eksternal
• Contoh kesesuaian tersebut seperti, kesesuaian dalam ukuran selang,
jenis foam konsentrat, jalur komunikasi, termasuk istilah atau terminologi
yang harus disesuaikan sehingga tidak menimbulkan salah persepsi yang
berakibat tidak efektifnya operasi penanggulangan.
• Perencanaan emergency/disaster harus menentukan pada bidang apa
saja kesesuaian tersebut harus dibangun. Usaha ini harus dilakukan
untuk memastikan bahwa sumber daya yang dibutuhkan dari seluruh
sumber yang ada dapat diperoleh pada saat terjadi emergency/disaster.
• Sumber daya personil yang berasal dari seluruh departemen juga harus
dinilai untuk menentukan tingkat tanggung jawab yang realistis yang
dapat ditugaskan kepada mereka pada kondisi emergency/disaster.
Pusat Komando
• Pada emergency dalam industri biasanya terdapat tiga pos komando.
• Pos komando yang pertama adalah yang dekat dengan tempat kejadian,
sering disebut Command Post. Pos ini ditempati oleh On-Scene
Commander. Pos ini harus berada pada posisi aman dan dapat
mengamati kondisi emergency secara jelas.
• Pos komando ini harus dilengkapi dengan beberapa peralatan
emergency/disaster seperti:
– Senter dan batere cadangan beserta bola lampu cadangan.
– Radio berikut batere cadangannya.
– Megaphone dan batere cadangannya.
– Breathing Apparatus.
– Perlengkapan fire fighting atau emergency lainnya.
Pusat Komando
• Pos kedua adalah Emergency Center. Pos ini berada di dalam wilayah pabrik yang
dipimpin oleh Emergency Commander. Emergency Center ini berkomunikasi dua
arah yaitu kepada On-Scene Commander di command post dan kepada Crisis
Commander yang berada di kantor pusat.
• Untuk Emergency Center ini perlu disiapkan satu ruangan dengan peralatan dan
perlengkapan emergency yang standard. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan
dalam membuat ruangan emergency center ini sebagai berikut:
– Emergency Center ini merupakan titik menentukan (focal point) dalam
keseluruhan komunikasi emergency/disaster. Sehingga seluruh peralatan
komunikasi harus disediakan seperti telepon, fax, radio, komputer (laptop), dan
alat komunikasi lain yang menunjang dalam operasi penanggulangan
emergency/disaster.
– Sumber energi yang handal untuk kondisi emergency dan cahaya yang
memadai.
Pusat Komando
– Beberapa perlengkapan lain seperti: – Peralatan emergency meliputi:
• Prosedur penanggulangan • Senter/batere cadangan dan
emergency bola lampu
• Gambar PFD (Process Flow • Radio dan batere cadangan
Diagram), P&ID (Piping & berikut charger.
Instrumentation Diagrams, Fire • Lampu emergency.
Protection Drawing • Camera, televisi, screen dan
• Peta pabrik, peta area digital projector.
• Daftar material berbahaya – Peralatan kantor, seperti:
berikut MSDS-nya. • Meja konferensi
• Data tanki (isi, temperatur, flash • Alat Tulis Kantor (pena, pensil,
point, jenis tanki) kertas, dll)
• Daftar inventori sumber daya • Telepon, telepon recorder dan
yang dimiliki. direktori telepon
• Daftar telepon penting. • Mesin Fotocopy
• Peta jalan area. • Flipchart dan spidol.
Pusat Komando
• Pos ketiga adalah Crisis Center yang berposisi di kantor
pusat perusahaan. Pos ini dipimpin oleh seorang Crisis
Commander dimana dari tempat inilah crisis commander
memberikan perintah kepada emergency commander.
• Crisis Commander juga harus melakukan komunikasi ke luar
artinya memberikan informasi tentang emergency kepada
institusi pemerintahan terkait dan kepada perusahaan lain
dalam kerangka aktivasi mutual aid.
• Pos ketiga ini juga harus dilengkapi dengan peralatan dan
perlengkapan emergency yang standard seperti yang berada
di emergency center.
LAYOUT EMERGENCY CENTER LAYOUT CRISIS CENTER

PC PRINTER FAX
PC PRINTER FAX
CLOCK
CLOCK

Operation Senior Opr


Manager Manager
Finance General
Manager

TM Safety & Technical


Fire Advisor

Maps & Display Boards

Maps & Display Boards


Maps & Display Boards

PHONES HSE Human

Maps & Display Boards


Resources

PHONES

TM Whet TM Opr FMT


Supply Chain
Log Zamrud External
Affairs

TM Field Exploration &


TM Gov & PR Development Corp Planning
HR
& Service

Finance IT Record
Record Keeper
Keeper

Cupboard Cupboard
& &
White Board Screen Television White Board Screen Television
Langkah 8
Membentuk Organisasi Emergency
Terdapat paling tidak dua situasi yang perlu
dipertimbangkan ketika membuat suatu organisasi
penanggulangan emergency/disaster:
– Suatu insiden yang terjadi pada fasilitas perusahaan
dimana organisasi ini didukung oleh kemampuan dan
peralatan dari perusahaan maupun dari pihak lain.
– Suatu insiden yang terjadi di masyarakat atau fasilitas dari
industri lain yang berdampak pada property perusahaan
dan atau personil perusahaan dimana perusahaan
membantu masyarakat.
Langkah 8
Membentuk Organisasi Emergency
• Organisasi penanggulangan emergency/disaster ini disusun berdasarkan ukuran perusahaan
dan jumlah sumber daya yang dimiliki yang dapat diorganisir.
• Organisasi emergency meliputi beberapa divisi seperti di bawah ini, namun tidak terbatas
pada:
– Incident Commander & Deputy
– Technical
– Engineering
– Fire & Rescue/Evacuation
– Security
– Logistic & Finance
– Services
– External Relation / Public Relation
– Operation
– Maintenance
– Communication
– Environment
– Administrative
Emergency Control Duty

Dengan adanya diagram control duty ini setiap personil akan lebih cepat memahami
tugasnya dan harus berada di posisi mana ketika emergency terjadi.
Langkah 9
Menyusun Prosedur Emergency
• Fokus dalam penyusunan prosedur yang harus disiapkan meliputi seluruh elemen
emergency planning yaitu:
– Baseline Assessment Procedure (Prosedur Penilaian Awal)
– Prevention Procedure (Prosedur Pencegahan)
– Preparedness Procedure (Prosedur Kesiapan)
– Response Procedure (Prosedur Penanggulangan)
– Recovery Procedure (Prosedur Pemulihan)
• Dengan seluruh elemen emergency/disaster planning ini diprosedurkan maka
suatu kesisteman dalam menghadapi emergency telah disiapkan.
• Penentuan tugas dan tanggung jawab dalam situasi emergency juga berlaku untuk
setiap karyawan dalam setiap departemen.
• Prosedur emergency departemen ini berisikan tugas dan tanggung jawab setiap
anak buahnya selama proses operasi penanggulangan emergency.
Langkah 10
Penulisan Draft Emergency Planning
• Rancangan (draft) Emergency Planning harus ditulis secara jelas dan
sistematis untuk kemudian diberikan kepada manajemen agar dikaji
kembali.
• Penulisan rancangan emergency planning ini sebaiknya dibatasi kepada
satu atau dua orang saja dalam proses penulisannya. Hal ini untuk
menjaga konsistensi bahasa, gaya bahasa dan format emergency
planning.
• Dari segi bahasa, emergency prosedur harus bersifat action oriented.
Artinya bahasa yang digunakan harus jelas, tegas dan langsung
mendeskripsikan tindakan apa yang harus dilakukan.
• Pada rancangan (draft) emergency planning juga harus dilengkapi dengan
data-data pendukung yang tidak termasuk dalam prosedur sebagai
lampiran. Sebagai contoh, bermacam checklist yang perlu dilampirkan,
peraturan atau undang-undang yang dianggap penting. Dalam penulisan
draft emergency planning ini harus ditentukan batas waktu penyelesaian.
Langkah 11
Pengkajian Ulang Manajemen
• Langkah ini perlu dilakukan untuk memastikan bahwa sudah
tidak ada hal-hal yang terlewat dalam emergency planning,
karena menyangkut dengan departemen yang dipimpinnya.
• Langkah ini menjadi penting agar tetap menjaga keterlibatan
dan kepedulian manajemen terhadap emergency/disaster
planning yang telah tersusun.
• Bagaimanapun pihak manajemen juga akan terus terlibat
dalam setiap aplikasi pada setiap elemen emergency
planning yang ada. Sebagai contoh, manajemen juga akan
terlibat dalam emergency drill atau table top untuk menguji
apakah emergency planning dapat diaplikasikan di lapangan.
Langkah 12
Pengesahan Manajemen
• Setelah pengkajian rancangan (draft) emergency planning
selesai dan telah dilakukan finalisasi, langkah berikutnya
adalah emergency planning harus ditandatangani oleh
manajemen, dalam hal ini pimpinan tertinggi pada suatu
pabrik (General Manager atau Direktur) sebagai bukti bahwa
emergency planning perusahaan telah disahkan.
• Pengesahan/persetujuan oleh pimpinan tertinggi ini sangat
penting sebagai sebuah kebijakan yang harus diiukuti oleh
seluruh departemen. Sehingga tidak ada stigma bahwa
emergency planning adalah urusan departemen HSE/K3 saja.
Langkah 13
Sosialisasi Internal Perusahaan dan
Masyarakat Sekitar
• Emergency planning yang telah resmi disahkan kemudian
harus disosialisasikan kepada seluruh pegawai dan kontraktor
yang bekerja di lingkungan perusahaan serta masyarakat
sekitar pabrik.
• Disosialisasikan artinya berikut didistribusikan kepada tiap
departemen, key personnel dalam emergency team,
manajemen dan pihak pemangku kepentingan lainnya.
• Keberhasilan sosialisasi akan sangat tergantung pada
keterlibatan manajemen. Artinya manajemen harus membuat
semacam surat edaran yang harus diketahui oleh seluruh
departemen untuk mengikuti sosialisasi emergency/disaster
planning.
Langkah 14
Melakukan Training / Drill / Simulasi
• Salah satu cara personil tim emergency memahami tugas dan tanggung
jawabnya dalam kondisi emergency/disaster adalah dengan melakukan
training atau drill yang baik secara periodik.
• satu hal yang penting adalah bahwa seluruh anggota tim emergency
harus mengikuti training atau drill termasuk manajemen.
• Sebuah program training berkaitan dengan emergency planning meliputi:
• Pengetahuan dasar
– Peran dan tanggung jawab dalam perencanaan yang ditetapkan
– Famililiarisasi dengan kebijakan dan prosedur
– Keterampilan menggunakan peralatan emergency
Langkah 14
Melakukan Training / Drill / Simulasi

• Bisa dikatakan bahwa untuk masalah emergency


kesiapan bukan hanya menjadi beban tim
penanggulangan di tempat kejadian. Tetapi
emergency/disaster yang terjadi juga harus menjadi
tanggung jawab manajemen.
• Latihan ini untuk menguji apakah manajemen
mampu dalam mengkoordinasikan tim emergency
secara efektif dan mampu melaksakanan prosedur
emergency/disaster.
Langkah 15
Pengkajian Ulang, Evaluasi & Memutakhirkan
Emergency Planning
• Langkah evaluasi ini bertujuan untuk melihat apakah emergency planning
yang ada telah dapat diaplikasikan secara efektif, apakah setiap anggota
tim emergency telah memahami prosedur emergency yang ditetapkan
dan apakah peralatan yang digunakan sudah cukup memadai jika
menghadapi kejadian emergency/disaster yang sesungguhnya.
• Emergency/Disaster Planning merupakan aktivitas yang dinamis.
• Emergency/disaster planning harus dimutakhirkan secara periodik jika
dirasa perlu untuk diperbaharui. Beberapa informasi dalam emergency
planning mungkin memerlukan perubahan seperti nomor telepon, dan
posisi karyawan atau personil emergency yang mungkin telah berubah,
atau adanya perubahan yang signifikan pada instalasi maupun adanya
penambahan unit dalan perusahaan.
Kesimpulan Langkah Penyusunan

• Perlu digarisbawahi dalam emergency planning ini


bahwa sebuah emergency planning yang baik belum
tentu menjamin keberhasilan dalam penanggulangan
emergency.
• Keefektifan pengembangan emergency planning
yang membawa pada keberhasilan penanggulangan
emergency/disaster akan sangat bergantung pada
peran serta elemen emergency planning lainnya,
terutama Komitmen dari manajemen.
EVALUASI
EMERGENCY PLANNING

MATERI V
Dasar Evaluasi
• Mengimplementasikan suatu emergency planning harus
diartikan lebih dari sekedar menggunakannya di saat terjadi
situasi emergency.
• implementasi emergency planning harus dilakukan dalam
kerangka aktivitas seperti risk assessment atau hazard
analysis, mengintegrasikan emergency planning ke dalam
operasi perusahaan, pelatihan terhadap karyawan dan
tentunya evaluasi terhadap emergency planning itu sendiri.
• Dengan demikian emergency planning harus menjadi bagian
penting dalam budaya perusahaan. Hal ini ditunjukan oleh
peran serta aktif dari seluruh level manajemen, seluruh
departemen dan masyarakat sekitar.
Waktu Evaluasi
• Pada prinsipnya Evaluasi terhadap emergency planning harus dilakukan
pada saat:
– Setiap kali terjadi emergency
– Adanya perubahan pola produksi
– Perubahan organisasi dan pergantian posisi karyawan
– Setiap kali training dan emergency drill dilakukan
– Adanya perubahan layout atau desain dari fasilitas pabrik
– Perubahan kebijakan dan prosedur
• Hal tersebut di atas membuat emergency planning harus bersifat dinamis
menyesuaikan dengan kondisi perusahaan terakhir. Hal ini dilakukan
untuk menjamin agar tidak membingungkan personil tim
emergency/disaster ketika menghadapi kondisi emergency/disaster.
Keuntungan Evaluasi
• Keuntungan dari melakukan evaluasi terhadap emergency
planning yang telah dimiliki oleh perusahaan adalah:
• Mengidentifikasi potensi resiko yang mungkin terjadi.
• Meningkatkan efektifitas penanggulangan emergency.
• Memberikan ketenangan atau keamanan bagai manajemen.
• Memperbaiki hubungan dengan masyarakat.
Metode Evaluasi
• Untuk melakukan evaluasi terhadap emergency/disaster
planning digunakan metode checklist. Checklist ini berisikan
daftar pertanyaan berkaitan dengan seluruh elemen
emergency/disaster planning sehingga tidak ada yang
terlewat dalam evaluasi terhadap emergency/disaster
planning.
• Checklist untuk evaluasi emergency planning yang telah
dimiliki oleh suatu perusahaan dapat dibuat atau disusun
sendiri. Tentunya dengan melibatkan kembali emergency
committee yang ada. Checklist evaluasi ini juga dapat
dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan
perusahaan dalam menghadapi emergency.
MENDESAIN LATIHAN
EMERGENCY

MATERI VI
Tujuan Emergency Drill
Fungsi utama dari dilakukannya drill (latihan)
emergency adalah:
– Menguji kelengkapan dan kehandalan dari perencanaan
emergency dan prosedur emergency.
– Menguji kefektifan dari emergency training dan kecakapan
personnel menghadapi emergency.
– Menguji ketersediaan (kualitas dan kuantitas) dari fasilitas
emergency yang ada, supply dan peralatan.
– Menggambarkan tipe dan frekuensi drill atau exercise.
– Meningkatkan koordinasi dengan pihak penanggulangan
emergency dari luar perusahaan.
– Mengidentifikasi dan mengoreksi setiap ketidakefektifan
dalam emergency planning atau prosedur melalui evaluasi.
Beberapa Pertanyaan Mendasar
Sebelum dilaksanakan emergency drill, terdapat beberapa pertanyaan yang patut
dikedepankan. Pertanyaan tersebut diantaranya seperti:
– Apakah seluruh peserta emergency drill telah memahami dan mengerti
tugasnya masing-masing seperti yang telah ditetapkan dalam prosedur
emergency perusahaan?
– Jika belum semua memahami, maka harus dilakukan training tentang
emergency dan sosialisasi emergency prosedur perusahaan kepada seluruh
karyawan perusahaan termasuk kontraktor. Sudahkah training emergency dan
sosialisasi ini dilakukan?
– Siapa yang melaksanakan drill, exercise atau simulasi? Apakah perlu dibentuk
team pelaksana?
– Siapa yang akan mengobservasi dan memberikan evaluasi? Apakah dari
internal perusahaan atau dengan menggunakan jasa konsultan yang
kompeten di bidang emergency/disaster?
– Bagaimana bentuk atau model emergency drill yang akan dilakukan? Apakah
sekedar operasi penanggulangan di tempat kejadian (on-scene) atau
kombinasi dengan menyambungkan antara tempat kejadian dengan control
center di pabrik/plant? Atau lebih besar lagi yaitu antara tempat kejadian,
control center di pabrik dan emergency center di kantor pusat?
– Apakah peralatan, perlengkapan dan material untuk kebutuhan emergency drill
telah diperiksa kecukupannya dan kehandalannya?
Persiapan Emergency Drill
Beberapa persiapan teknis yang perlu
dipertimbangkan seperti:
– Penentuan tujuan.
– Penentuan skenario yang akan digunakan.
– Pengecekan ketersediaan peralatan, material dan
perlengkapan pendukung lainya.
– Penugasan personil yang terlibat.
– Penyiapan beberapa form (form kronologis kejadian atau
form tindakan yang dilakukan oleh setiap peserta drill, form
untuk evaluasi atau penilaian terhadap drill yang akan
dilakukan)
Pelaksanaan Emergency Drill
• Emergency Drill dilaksanakan dengan menggunakan
skenario yang telah ditetapkan.
• Pelaksanaan emergency drill ini harus
mempertimbangkan bahwa setiap anggota
emergency response team harus mendapatkan
kesempatan yang sama dalam mengikuti emergency
drill.
• Dalam pelaksanaan emergency drill ini harus
didokumentasikan, dan akan lebih baik lagi jika
menggunakan video untuk kebutuhan kemudahan
dalam evaluasi.
Observasi Emergency Drill
• Tugas observasi ini biasanya diberikan kepada team.
Team observasi ini terdiri dari orang-orang yang
tidak termasuk dalam key personnel emergency
response.
• Jika team observasi ini tidak memiliki kemampuan
untuk mengobservasi maka team observasi ini perlu
diberikan training tentang emergency response
terlebih dahulu.
Observasi Emergency Drill
• Hasil observasi yang dikumpulkan oleh team
observasi menjadi bahan evaluasi dari keseluruhan
pelaksanaan emergency drill.
• Data observasi ini akan dikombinasikan dalam
evaluasinya dengan apa yang diperoleh baik oleh
controler, simulator dan evaluator. Dengan cara
demikian maka evaluasi yang dilakukan terhadap
emergency drill yang dilakukan dan rekomendasi
yang diberikan akan lebih tajam dan dalam
pembenahannya akan lebih baik.
Evaluasi Emergency Drill
• Perbaikan dalam kinerja penanggulangan
emergency tidak hanya berasal dari pelaksanaan
drill itu sendiri.
• Diperlukan evaluasi dari peserta drill juga untuk
mengetahui apa yang telah berjalan dengan baik
dan hambatan apa yang masih terjadi.
• Berapa kalipun suatu perusahaan melaksanakan
emergency drill akan menjadi tidak konstruktif jika
tidak diikuti evaluasi yang terstruktur atau sistematis.
Keuntungan Evaluasi
• Evaluasi yang dilakukan akan memberikan keuntungan bagi
emergency management team untuk mengidentifikasi hal-hal
berkaitan dengan kesiapan emergency, diantaranya adalah:
– Kebutuhan untuk perbaikan emergency response procedure maupun
pedoman operasional penanggulangan emergency lainnya.
– Kebutuhan perbaikan terhadap emergency management system.
– Ketidakefektifan training, drill maupun staffing yang dilakukan.
– Apakah training, exercise atau drill telah mencapai tujuan yang
diinginkan.
– Kebutuhan peralatan dan perlengkapan emergency yang lebih
memadai dan handal.
– Kebutuhan tindak lanjut rencana program training, drill maupun
exercise dan fungsinya.
Bentuk Evaluasi Emergency
Drill
Review yang dilakukan oleh evaluator

Review ini harus berdasarkan hasil obeservasi yang dilakukan


oleh controller, simulator dan evaluator. Dalam mengevaluasi
dapat mengacu pada hal-hal berikut ini:
– Ketersediaan prosedur akan terlihat dengan adanya efektivitas dalam
penanggulangan.
– Ketidaktersediaan staff akan terlihat ketika peserta tidak dapat
menyelesaikan tugasnya atau mendapatkan persoalan dalam
penyelesaian tugasnya dalam batas waktu yang telah ditentukan, atau
bisa juga tugas yang dilakukan dilaksanakan dengan terburu-buru.
– Kecukupan peralatan dan material akan terlihat dengan menganalisa
persoalan dalam penyelesaian tugas dengan menggunakan peralatan
atau material.
– Kurangnya training akan terlihat melalui analisa dari kesalahan dalam
menilai dan mengambil keputusan atau mengeksekusi tugas yang
diberikan.
Bentuk Evaluasi Emergency
Drill
Pembahasan langsung oleh para peserta drill,
exercise atau simulasi.
– Setelah emergency drill dilakukan alangkah baiknya jika
langsung dilakukan evaluasi dengan mengumpulkan
seluruh peserta drill untuk melakukan evaluasi secara
ringkas.
– Hal ini penting dilakukan sebagai bentuk self evaluation.
Artinya setiap peran yang dilakukan apakah telah
dilakukan secara optimal.
– Self-Evaluation secara verbal yang dilakukan oleh para
peserta drill ini lebih baik diinventarisasikan dalam
bentuk catatan dimana hal ini sangat berguna dalam
laporan evaluasi nantinya.
Bentuk Evaluasi Emergency
Drill
Tanggapan terhadap drill, exercise atau simulasi itu
sendiri.
– Obyek evaluasi ini agak berbeda. Evaluasi ini tidak
membahas bagaimana operasi penanggulangan
maupun hal-hal teknis lainnya.
– Evaluasi yang dilakukan ini lebih pada aspek
administratif pelaksanaan drill, exercise atau simulasi.
– Setiap peserta harus mengisi pendapat mereka
terhadap drill yang baru saja mereka lakukan. Hal ini
perlu dilakukan agar pelaksanaan drill, exercise atau
simulasi yang akan datang akan jauh lebih baik lagi.
Tindak Lanjut Emergency Drill
Mengapa perlu ditindaklanjuti?
• Emergency Drill dilakukan dengan biaya yang tidak sedikit.
Sehingga pelaksanaan emergency drill harus benar-benar
optimal dan mencapai tujuan yang diinginkan.
• Setiap emergency drill yang dilakukan tentunya perlu ditindak
lanjuti oleh pihak manajemen perusahaan sebagai bentuk
konsistensi dari komitmen manajemen berdasarkan laporan
yang dibuat dan rekomendasi yang diberikan.
• Emergency drill tidak dilakukan hanya sekali sepanjang
perusahaan itu berdiri melainkan perlu dilakukan secara
periodik berdasarkan emergency planing yang dimiliki
perusahaan.
Tindak Lanjut Emergency Drill
Untuk memastikan bahwa tindak lanjut dari kegiatan
drill, exercise maupun simulasi ini berjalan dengan baik
maka perlu diperhatikan beberapa langkah berikut ini:
– Berikan tugas, schedule, tanggung jawab yang jelas
kepada tim atau individual yang ditunjuk sebagai
koordinator untuk melaksanakan perbaikan berdasarkan
rekomendasi yang diberikan.
– Lakukan monitoring terhadap perkembangan pelaksanaan
dari rekomendasi yang diimplementasikan.
– Lakukan pengujian terhadap perbaikan yang dilakukan
pada drill, exercise atau simulasi yang akan datang.
Bentuk Latihan Emergency
• Orientation Exercise
– Orientation exercise dilakukan sebagai bentuk familiarisasi
personil emergency team terhadap emergency planning
dan prosedur.
– Orientation exercise ini dilakukan karena adanya
perubahan yang signifikan dalam perencanaan dan
prosedur emergency atau ketika terjadi perubahan pada
key personnel dari emergency team.
– Orientation exercise tidak terlalu membutuhkan
perencanaan dan persiapan yang lama juga teknik dan
kebutuhannya juga sederhana.
Bentuk Latihan Emergency
• Table Top Exercise
– Table Top merupakan bentuk drill yang melibatkan unsur “thinking and
acting”.
– Thinking berarti peserta dalam table top harus berpikir bagaimana
menyelesaikan atau mengendalikan emergency sesuai dengan peran
dan tugasnya masing-masing.
– Acting berarti peserta table top harus merasa bahwa mereka sedang
dalam keadaan emergency dan bukan sekedar drill. Sehingga nuansa
keseriusan dan totalitas penanganan emergency akan terasa.
– Table Top pada dasarnya dilakukan untuk beberapa tujuan
diantaranya adalah berikut ini:
• Pengembangan kemampuan pemecahan masalah.
• Koordinasi antar organisasi.
• Pengembangan kemampuan leadership.
• Pengembangan pemahaman prosedur emergency.
• Mengidentifikasi kelemahan dari prosedur emergency yang dimiliki
perusahaan.
Bentuk Latihan Emergency
• Functional Drill
– Functional drill ini dilakukan untuk meningkatkan keterampilan dari
emergency response team.
– Bisa saja sebuah functional drill dilakukan untuk tujuan meningkatkan
keterampilan dalam memberikan komando dalam kondisi kebakaran.
– Bisa juga untuk menambah keterampilan dalam menangani tumpahan
minyak atau keterampilan dalam memadamkan kebakaran.
– Contoh functional drill seperti:
• Fire Fighting Drill
• On-Scene Commander
• Pre-Fire Planning Implementation
• Breathing Apparatus
• Oil Spill Deployment
• Evacuation Drill
Bentuk Latihan Emergency
• Full Scale Exercise/Integrated Exercise
– Tujuan dari full scale exercise ini adalah untuk menguji situasi
emergency dimana dibutuhkan koordinasi dari beragam kelompok dan
organisasi.
– Skenario yang digunakan dalam latihan seperti ini juga cukup besar
dan lebih kompleks.
– Karena sifatnya yang besar dan lebih kompleks maka dalam full scale
exercise ini bisa saja melibatkan unsur masyarakat, pemerintah
daerah, kepolisian atau militer setempat, pers lokal, dan pihak terkait
lainnya.
– Durasi pelaksanaannya juga relatif lebih panjang dibandingkan bentuk
exercise yang lain.
– Derajat realitasnya juga lebih jelas dengan banyak dan kompleksnya
tekanan persoalan kepada peserta full scale exercise.
Bentuk Latihan Emergency
• Full Scale Exercise/Integrated Exercise
– Waktu yang dibutuhkan untuk persiapannya juga
lebih lama dari bentuk latihan yang lainya.
– Waktu yang demikian panjang diperlukan untuk
mempersiapkan sebaik-baiknya pelaksanaan full
scale exercise, termasuk jadwal pelaksanaan
yang harus disesuaikan dengan organsasi lainnya
yang terlibat.
APELL
Awareness & Preparedness
for Emergency at Local Level

MATERI VII
APELL
“Awarness and Preparedness For
Emergency At Local Level”

Upaya bersama antara Pemerintah, Masyarakat Indisutri dan pihak lain yang
terkait untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiagaan dalam
penanggulangan bencana alam / industri
Tujuan
Umum :
Mencegah jatuhnya korban dan / atau timbulnya bahaya terhadap kesehatan manusia
berikut tatanan sosialnya serta kerusakan fisik dalam meciptakan lingkungan yang aman
dalam masyarakat.
Khusus :
1. Memberikan informasi kepada anggota masyarakat tentang bahaya industri dan
langkah-langkah penanggulangannya dalam upaya mengurangi resiko bencana
2. Mengkaji, memperbaharui dan menyusun sistem penanggulangan bencana
didaerahnya
3. Meningkatkan keterlibatan dan kesadaran masyarakat dalam persiapan
penanggulangan bencana
4. Meingintegrasikan penanggulangan keadaan darurat industri dengan
penanggulangan bencana industri daerah menjadi suatu rencana penanggulangan
bencana dalam masyarakat untuk menanggulangi semua jenis keadaan darurat
5. Melibatkan anggota masyarakat dalam pengembangan, percobaan, latihan dan
pelaksanaan penaggulangan bencana.
Mitra Dalam Penanggulangan
Bencana
1. Pemerintah
Seluruh jajaran Pemerintah Daerah bersama tim pemadam kebakaran,
kesehatan, polisi, militer dan unsur-unsur pemerintah lainnya
2. Industri
Pemilik, penanggung jawab pabrik dimana bahan berbahaya dibuat,
digunakan dan disimpan. Demikian pula tim penanggulangan keadaan
darurat yang dibentuk industri
3. Masyarakat setempat dan kelompok peminat
Termasuk pimpinan masyarakat seperti ulama, pimpinan Kadin, pimpinan
organiasi politik, organisasi lain yang berminat.
Peran dan Tanggung Jawab
Pemerintah

1. Memberi panduan untuk mendorong dan mendukung masyarakat


setempat beserta industri (dapat melalui organisasi industri
setempat) untuk memulai menyusun program penanggulangan
bencana

2. Memberikan penyuluhan pelatihan dan seminar tentang


penanggulangan bencana daerah

3. Memberi dukungan kepada seluruh pihak terkait untuk segera


tanggap secara efektif dalam penanggulangan bencana

4. Dll
Industri
1. Menyusun panduan dan sistem komunikasi dengan
masyarakat sehingga masyarakat dapat secara efektif
berpartisipasi dalam program penanggulangan bencana tanpa
harus ketakutan terhadap bahaya yang dihadapinya.
2. Membentuk kerjasama yang baik dengan industri lain
sekitarnya serta tim koordinasi penanggulangan bencana.
3. Memelihara hubungan baik dengan pejabat pemerintah
setempat dan pimpinan masyarakat tentang hal-hal yang
bertalian dengan keselamatan kerja pabrik
4. Sebagai katalisator dalam pembentukan tim koordinasi
penanggulangan bencana daerah dll
Masyarakat
Pimpinan masyarakat mewakili kepentingan masyarakatnya dan
bertanggung jawab untuk :
1. Melakukan komunikasi dengan pejabat setempat dan pimpinan
industri dalam hal isu yang penting dalam masyarakat
2. Melakukan komunikasi dengan masyarakatnya dalam hal rencana dan
program yang disusun untuk melindungi kesehatan dan lingkungan.
3. Berperan dalam forum keagenan, organisasi masyarakat, sekolah dan
program lain untuk memberikan penyuluhan tentang program
penanggulangan bencana
4. Membantu menggerakkan masyarakat dan dukungannya dalam
menyusun program penanggulangan bencana
Kunci keberhasilan proses penyusunan program
penanggulangan bencana terletak pada Tim Koordinasi
(Coordinating Group) yang mempunyai peran untuk :

“Membentuk jembatan antara industri dan Pemerintah


setempat dengan partisipasi masyarakat serta
mengkoordinir program penggulangan bencana dalam
masyarakat”
Building Community Awareness
• Industry mempunyai tanggung jawab terhadap lingkungan tertentu dalam hal lokasi pabrik dan design,
process selection and product design, environmental pollution, harmful radiation, vibration and noise
control, waste disposal, occupational health and safety aspects and long range planning
• Melihat kompleksitas dari masalah lingkungan yang di timbulkan oleh industri memerlukan forum
konsultasi antara pemerintah dan community secara lokal, national maupun internasional untuk
mencari solusi. Konsultasi termasuk mengkaji peraturan perundangan untuk mencapai tujuan yang
sama.
• Industri mempunyai tanggung jawab untuk memberikan informasi yang benar tentang emisi, effluents,
sampah-sampah dan pencemar lingkungan lainnya termasuk yang membahayakan kesehatan dan
lingkungan.
• Ketika menentukan lokasi dan merencanakan instalasi pabrik, industri harus siap dengan informasi
untuk langkah-langkah perlindungan lingkungan dan keselamatan kerja. Hal ini mesti disetujui oleh
industri pemerintah dan community.
• Industri dan lembaga berwenang harus bekerja sama dalam hal penanggulangan bencana, kerusakan
lingkungan dan kecelakaan. Dalam hal ini industri harus memberikan informasi tentang potensi bahaya
yang di punyainya kepada lembaga berwenang sehingga dapat diambil langkah-langkah yang tepat
dan cepat.
• Industri harus memberi masukan tentang masalah lingkungan kepada masyarakat sehingga
masyarakat mempunyai pandangan yang benar dalam membedakan polusi industri dan bukan polusi
industri
• Ketika mengembangkan dan melakukan program lindungan lingkungan industri harus
mempertimbangkan pendapat masyarakat, lembaga ilmu pengetahuan dan organisasi lain yang
berminat sehingga dapat ditingkatkan kewaspadaan dan pengertian atas program yang dijalankan.
Faktor Penting Dalam Membentuk
Tim Koordinasi

1. Setiap anggota harus mempunyai kemampuan, tanggung jawab, wewenang


dan sumber daya untuk mendukung tugasnya
2. Anggota harus mempunyai atau mampu mendapatkan secara cepat sumber
daya yang menyangkut daerah setempat seperti fasilitas industri, sistem
transportasi dan mekanisme penanggulangan bencana
3. Seluruh aggota harus setuju akan tujuan program peningkatan kewaspadaan
dalam penanggulangan bencana
4. Seluruh anggota harus bekerja sama satu dengan lainnya untuk mencapai
tujuan
5. Seluruh anggota harus setuju bekerja sama walaupun setelah program /
rencana penanggulangan bencana dibuat sehingga dapat mengikuti perubahan
proses industri berbahaya didaerahnya.
Apabila anggota dari Coordinating Group telah di tentukan dan telah disetujui
seluruh pihak maka pemimpin / koordinator 5 faktor penting yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih koordinator :
1. Tingkat keseganan (degree of respect) yang dipunyai oleh anggota kepada orang
yang terpilih
2. Ketersediaan waktu dan sumber daya yang bersangkutan
3. Pengalaman yang bersangkutan dalam memimpin group dan hubungan kerja
4. Kemampuan management dan komunikasi yang bersangkutan
5. Tanggung jawab yang bersangkutan saat ini terutama yang berkaitan dengan
emergency planning, prevention and response

Peran Koordinator yang utama adalah :


1. Berupaya agar process penyusunan prosedur / rencana keadaan darurat di
community dapat berjalan baik sesuai dengan proses yang di rencanakan
2. Pemimpin / Koordinator harus dapat bekerja sama dengan anggota dari groupnya
untuk melakukan objectives dan target yang harus di selesaikan sesuai tahapan
yang disepakati.
Jembatan Tanggung Jawab
Tanggung
Tanggung Jawab
Jawab Tanggung
Tanggung Jawab
Jawab Tanggung
Tanggung Jawab
Jawab
Industri
Industri Tim
Tim Koordinasi
Koordinasi Pemerintah
Pemerintah Setempat
Setempat
1.
1. Harus
Harus mempunyai
mempunyai program
program 1.
1. Menyusun
Menyusun mekanisme
mekanisme 1.
1. Menciptakan
Menciptakan suasana
suasana amanaman
keselamatan
keselamatan kerja.
kerja. komunikasi
komunikasi pada
pada masyarakat
masyarakat
2. 2.
2. Menyakinkan
Menyakinkan keselamatan
keselamatan
2. Harus
Harus melindungi
melindungi pekerja
pekerja 2.
2. Tukar
Tukar menukar
menukar informasi
informasi
masyarakat
masyarakat dari bahaya
dari bahaya
dan
dan tamu
tamu yang
yang berkunjung
berkunjung 3.
3. Mengkoordinir
Mengkoordinir penyusunan
penyusunan industri
industri
3.
3. Harus
Harus melindungi
melindungi asset
asset dan
dan prosedur
prosedur dan
dan pelaksanaan
pelaksanaan 3.
3. Menyusun program
Menyusun program
manusia
manusia yang
yang dipunyainya
dipunyainya penanggulangan
penanggulangan bencana
bencana keselamatan
keselamatan masyarakat
masyarakat
4.
4. Mengkoordinir
Mengkoordinir karyawan
karyawan 4.
4. Melakukan
Melakukan interaksi
interaksi dengan
dengan 4.
4. Mencegah
Mencegah korban
korban dan
dan
pabrik
pabrik dalam
dalam keadaan
keadaan darurat
darurat organisasi
organisasi lain
lain yang
yang kerusakan
kerusakan fasilitas
fasilitas
5.
5. Harus
Harus menyusun
menyusun program
program menanggulangi
menanggulangi keadaan
keadaan 5.
5. Mengkoordinir
Mengkoordinir respon
respon
penanggulangan
penanggulangan keadaan
keadaan darurat
darurat masyarakat
masyarakat dalam hal
dalam hal
darurat
darurat dan
dan bencana
bencana 5.
5. Melakukan
Melakukan pelatihan
pelatihan dan
dan penanggulangan bencana
penanggulangan bencana
6.
6. Harus
Harus menyediakan
menyediakan alat
alat penyuluhan
penyuluhan bersama
bersama 6.
6. Menyusun rencana
Menyusun rencana dandan
keselamatan prosedur
prosedur mekanisme respon
mekanisme respon
keselamatan kerja,
kerja, 6.
6. Melaksanakan
Melaksanakan pemecahan
pemecahan
yang diberikan masyarakat
yang diberikan masyarakat
pengamanan,
pengamanan, pelatihan
pelatihan dan
dan masalah
masalah bersama
bersama
7.
7. Melakukan
Melakukan penyuluhan
penyuluhan dan dan
informasi
informasi bahan
bahan kimia
kimia 7.
7. Mengkoordinir
Mengkoordinir tenaga
tenaga // tim
tim pelatihan
pelatihan bersama
bersama tim tim
berbahaya.
berbahaya. bantuan
bantuan penanggulangan
penanggulangan bencana
bencana
lainnya
lainnya di
di daerah
daerah setempat
setempat
8.
8. Memelihara
Memelihara jalur
jalur komunikasi
komunikasi
dengan
dengan pemerintah
pemerintah pusat
pusat
HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM
MENYUSUN PROGRAM
PENANGGULANGAN BENCANA
1. Tentukan potensi yang ada di daerah dalam membentuk jaringan peningkatan
kewaspadaan / kesiagaan :
- Pemadam kebakaran - Pekerjaan umum & angkutan umum
- Polisi / militer - P.M.I
- Layanan kesehatan - Sarana Komunikasi
- Pertahanan sipil - Pembangkit Tenaga Listrik
- Organisasi masa - LSM, dll
- BAPEDALDA

2. Tentukan sumber bahaya yang berpotensi penyebab keadaan darurat :


- Industri (kilang minyak, pabrik kertas, cat dll)
- Industri kecil yang menyimpan barang berbahaya
- Rumah sakit
- Sarana transportasi dan pergudangan
- Bencana alam

3. Bentuk satu satuan koordinasi dalam penanggulangan keadaan darurat dan


hindari upaya yang tumpang tindih :
- Chek apakah telah ada organisasi penaggulangan keadaan darurat / bencana. Check struktur
organisasi dan kewenangannya
- Chek apakah masyarakat telah melakukan evaluasi atas kemampuan melakukan tindakan yang
cepat dan tepat dalam organisasi
- Chek apakah mereka selalu melakukan pemutakhiran data bahan kimia berbahaya di daerahnya
- Apakah ada penyuluhan / pelatihan bersama industri atau organisasi lainnya, frekuensi latihan
dan jenis simulasi / pelatihan.
4. Susun daftar organisasi dan sarana komunikasinya yang dapat dihubungi
sehubungan dengan tanggung jawabnya dalam keadaan darurat
- Team Keadaan Darurat - Team Kesehatan
- Kantor Penerangan - Konsumsi
- Team SAR - Medivac
- Depsos - Dll

Juga didaftar tenaga ahli yang berada di industri, atau masyarakat apabila
keahliannya sewaktu-waktu diperlukan.

5. Daftar seluruh peralatan yang tersedia untuk penanggulangan keadaan darurat /


bencana
- Bagaimana alat-alat tersebut setiap saat siap digunakan dalam keadaan darurat

6. Susun struktur organisasi yang tepat untuk penanggulangan keadaan darurat /


bencana
- Peralatannya
- Rumah sakit
- Team penanggulangan dari industri

7. Chek apakah telah ada team penanggulangan penyebaran gas beracun


8. Transportasi dalam keadaan darurat
- Apakah sudah ditentukan jalur evakuasi apabila terjadi bencana? Apakah masyarakat mengerti jalur
tersebut
- Apakah sudah ditentukan jalur bagi team penanggulangan keadaan darurat / bencana ? (dalam hal
kebocoran gas beracun arah angin akan menentukan keselamatan team)

9. Susun prosedur yang dapat melindungi masyarakat dalam keadaan darurat


(misal harus tetap berada di rumah, jendela tertutup, bereaksi terhadap tanda
bahaya dan lain sebagainya)

10. Disusun mekanisme tukar menukar informasi dalam penanggulangan dalam


keadaan darurat / bencana.
PRE-FIRE PLANNING

MATERI VIII
Planning Definition
A plan is……..

A method or scheme of action that is


proposed to carry out a project or program.

Planning is the process of adapting ways and means to


coordinate techniques and to bridge the gap between
fact-finding and policy making.
Definisi umum Pre- Fire Planning
• Pre-Fire Planning adalah suatu persiapan untuk operasi penanggulangan
emergency
• Pre-Fire Planning adalah suatu perencanaan yang kontinyu dan flexible
dan bukan sekali untuk semuanya
• Pre-Fire Planning tergantung pada penelitian, pengembangan dan
pengalaman dari pada persepsi atau asumsi.
• Pre-Fire Planning iservise khusus yang tergantung pada survey , Fact
Finding , Analysa , bertahap dan fasilitas / sumber daya yang ada.
• Pre-Fire Planning imemperhatikan tentang koordinasi pada suatu aktivitas
yang khusus dalam emergency.
• Pre-Fire Planning iadalah hasil dari beberapa aktivitas untuk mencapai
obyektive dan pemecahan problem untuk mengantisipasi kondisi
emergency dalam situasi kritis
DASAR PERTIMBANGAN
- Banyak kecelakaan berasal dari hal-hal
sederhana.
- Kecelakaan serius adalah mungkin
- Waktu dan situasi yang tidak dapat
diprediksi.
PRINSIP PERENCANAAN
• Perencanaan harus dapat mengurangi hal-hal yang
tidak diketahui dalam situasi problematis.
• Perencanaan harus dapat menghasilkan tindakan
yang tepat dan cepat.
• Perencanaan adalah sebuah proses yang
berkelanjutan.
• Perencanaan harus fokus pada hal-hal yang prinsip.
• Perencanaan harus menggambarkan garis perintah
dan tanggung jawab yang jelas.
Mengapa ?
• Teknologi terakhir
- Kapasitas yang besar – single stream
- Kompleksitas
- DCS
- Material
• Karakteristik Inherent yang lain
Bentuk, cuaca, tata letak, jarak perlindungan
Mengapa ?
• Masalah Operasional
- Periode terulang kembali
- Tambahan/modifikasi/penciutan
• Masalah Dana
- Biaya Pemeliharaan
- Alat-alat Kebakaran dan Keselamatan
• Kemampuan Organisasi
- Struktur
- Sumber daya dan jadwal kerja
- Persiapan dan kesiapan
Tujuan
Memperlihatkan kemampuan, membangun dan
memelihara standard kinerja.
• Memelihara kegiatan operasional yang baik
• Memelihara Fire Protection yang memadai
• Mengembangkan sumber daya pemadam
kebakaran
• Mengembangkan kemampuan personnel
BAGAIMANA ?

Dengan membuat:
PROSEDUR PELAKSANAAN
CARA-CARA
• Semi kuantitatif
• Kuantitatif
• Table top
• Onsite
Menentukan Kriteria
• Area bahaya kebakaran/ledakan
• Ukuran bahaya
• Akses dan tata letak peralatan
• Proteksi
• Kepentingan Unit
KELOMPOK POTENSIAL PENYEBAB KEBAKARAN

Tinggi
- Pompa
Sedang
- Reaktor
- Akumulator
- Kompresor Rendah
- Feed Drums
- Gasket - P/V pada B/L
- Towers
- Flange - HE
- Fired Heater
Ukuran Bahaya
Variasi:
• Volume sumber bocor
• Tingkat Fuel born – Tingkat kebocoran dan tekanan
• Waktu pengeringan, Arah dan kapasitas
• Properti Bahan Bakar
- heat of combustion
- autoignition temperature
- density, viscosity
• Proteksi – pasif dan aktif
Ukuran Bahaya
Akses Terbatas:
• Terlalu padat
• Tidak dapat mengaktifkan sistem pemadaman
kebakaran
• Tidak dapat melakukan sistem operasional
shutdown secara aman
Contoh Tipikal Proteksi Onshore
• Pasif
- Jarak
- Layout
- Fireproofing
• Aktif
- Motorized Emergency Shut Down
- Pre-fire plan
KEPENTINGAN UNIT
Keberlangsungan bisnis:
• Gangguan bisnis
• Kesulitan Shut Down
• Kesulitan Start up
• Masalah Waktu
• dll
KATEGORISASI & PRIORITAS
• Process Plant
• Area padat
• Tanki
• Pipa
• Jetty
• Bangunan dan gudang
Apa yang harus diliputi?
• Deskripsi Scenario
• Overall Plotplan:
- Radiasi api dan panas
- Gas dan contours bising (jika dibutuhkan)
- Usaha pemadaman kebakaran (layout)
- Peralatan dan B/L Lokasi ESD
- Ukuran dan panjangnya Hose
Apa yang Harus diliputi?
• Aksi Pemegang Area
- Urutan Aksi
- Daftar Shut down
• Metode pemadaman api, urutan
• Sumber daya Pemadaman Kebakaran
• Metode komunikasi
Pembuatan Prosedur Kegiatan
• Analisis Hazard
• Membuat scenario
• Pengumpulan data
• Membuat ukuran
• Mengetes scenario
• Penilaian
• Mengkaji prosedur
• Perbaikan
• Distribusi
KUNCI
• Jenis Hazard
• Lokasi
• Tipe Fluida
• Ukuran
• Proteksi
• Waktu
Analisa Hazard
• Kegagalan peralatan dan catatan kecelakaan
• Tingkat kecelakaan
• Kategori
• Prioritas – Keberlangsungan bisnis
Contoh Tingkat Kegagalan
Peralatan Jenis Kegagalan Tingkat Rata2
Kegagalan
Gasket Leak 1 per 38 gasket years

Rupture 1 per 3,800 gasket


years
Weld Leak 1 per 38,00 weld years

Valve Small leak 1 per 38 valve years

Rupture 1 per 100,000 pipe


years
Pipe Small leak 1 per 100,000 pipe
years
Large rupture 1 per 1,000,000 pipe
years
Membuat Skenario
• Size up – extent of accident
• Membuat asumsi
• Menggunakan Rule of Thumbs
Size up – extent of accident
• Sumber dan material yang dilepaskan
• Kondisi operasi
- Ekspansi awan gas
- Potensi boilover
• Kelompok potensial yang menyebabkan kebakaran
- Ukuran api dan intensitas
- Radiasi Panas
- Paparan gas kimia
- Bising
Ekspansi:
• Water to steam = 1,600 x
• Butane or LPG to vapour = 225 – 250 x

Explosive
Original likuid Vapour mixture
volume volume = 250 x volume
= 2,500 – 12,500 x
BOILOVER
• Kebakaran Tanki
• Vaporisation and burnoff lighter constituents
• Intensitas Radiasi thermal yang sangat tinggi
• Fire Column: 300 – 1.000 m
Radiasi Panas
Flux Level Effect

1.58 Permissible exposure limit for personnel

4.8 Short duration exposure

5.04 Potential hazards to personnel without protective clothing

6.4 Time for escape only

10 Potential to cause 3rd degree burn injury

13.56 Damage wooden structure

31.52 Structure failure of steel material

Sumber: PTB prefire planning & FR. Chote


Efek-efek dari Gas Minyak
Concentration Effect
(ppm)

1,000 Irritation of the eyes within an hour

2,000 Irritation of the eyes, nose and throat; dizziness and


unsteadiness within half an hour
7,000 Symptoms as drunkenness within a quarter of hour

10,000 Rapid onset of drunkenness symptoms which may lead


to unconsciousness and death if exposure continues
20,000 Paralysis and death occur very rapidly

Sumber: Refining Safety Code Part-3


Membuat Asumsi
• Volume Sumber
– Volume circuit
– Level Normal
• Durasi pelepasan
– Alarm
– ESD
– Penanggulangan pemadaman kebakaran
• Kecepatan dan arah angin
– Angin yang berhembus
– Fin-fan cooler
Kolam Api
• Bentuk : Dimensi dan kontur
permukaan
• Orientasi : Kecepatan angin
• Area : Karakteristik cairan
Area Kolam Api
Richard D. Stalker
3.8 liter cairan menutupi 1.86 m2 tingkat
permukaan

FR. Chote
Log(A) = 0.492 log (pm) + 1.617
A = pool area in ft2
Pm = pool mass in lb
Methode IOI – kolam api pada blok proses
Mass of Flammable Liquid (Tonnes) Effective Pool Fire Radius (m)
1 3
5 7
10 9
20 12
30 14
40 16
50 17
60 19
70 20
80 21
90 22
100 22
Radiasi Panas (I)

I – Io T
I = radiasi maksimum pada target (kW/m2)
Io= radiasi dari permukaan api (kW/m2)
 = konfigurasi atau view factor
T = atmospheric transmittance

Sumber: Institute of Petroleum Part-9


Rule of Thumb – flame surface flux (Io)

• Smokeless fuel (LPG):


Io = 50kW/m2

• Smoke producing fuel:


Io =140 exp (-0.12D) + 20 (1 – exp(-0.12D))
Io = kW/m2
D = pool diameter (m)
Menggunakan Rule of Thumb
• Heat of combustion:
– Flammable liquid : 46,520 kJ/Kg

• Heat release rate :


– Flammable liquid : 1,880 kW/m2

Source: Industrial Fire Hazards Handbook


Kolam Api – Ukuran Api
• Menggunakan kerangka referensi untuk fire
exposed envelope (API-228):
- 6.1 m hingga 9.1 m secara horizontal
- 9.1 m hingga 12.2 m secara vertikal

• Melalui kalkulasi
Aktivitas – Pengumpulan Data
• Plot plains overlaid with fire protection systems
• P&IDs, PFD
• Data peralatan proses, peralatan pengontrol, kondisi operasi,
kandungan cairan
• Flammable dan combustible gas sensor serta alarm
• Fixed dan portable fire protection, actuators
• Peralatan Fire dan valve isolasi
• Peralatan dan material pemadam kebakaran
• Adanya personil
• Life safety
• Mutual aid
Membuat Ukuran
Familiarisasi layout site secara umum dan
khusus:
• Visualisasi bahaya
– Fire exposed envelope potential
• Pengujian ketepatan penanggulangan
– Pasive and active fire protection
– Waktu Penanggulangan
– Integrity of containment
Early Stage Protection
• Shutting down equipment or unit
• Isolating fuel flow
• Actuating fixed suppression systems
• Activating emergency team
• Setting cooling water streams
Assess the Size of Fire Exposed Area

TIME = CONTAINMENT

• Time required to stop flow or depressurize


• Time to activate active fire protection
• Time for fire fighter arrival
• Drainage time, adequacy and flow direction
• Equipment layout and distance
Always Asks…..
• What to use?
• When to use?
• Why to be positioned there?
• How to position it?
• Who does it?
ESKALASI KERUSAKAN
Pencegahan Bahaya Kemudian
• Large vessels collapse
• Piping collapse
• Enlargement of fire area
• Damage to important equipment and vessels
Proteksi Tanki
• Jarak
• Bundwall, drainage
• Relief Valves
• Lightning protection and grounding
• Fire protection
• Earthkuake protection
• Shutdown system
Calculating Resources
• Water
• Foam
• Hose
• Pump Performance
• Personnel
• Time Rekuired
Calculating Resources
WATER
• Deluge or spray system • Number
• Hydrants • Size / Capacity
• Fixed monitor (135-550 m3/hour) • Pressure
• Portable ground monitors
• Foam water
• Fire trucks
Total Water
Calculating Resources
FOAM

• Type – AFFF or AR
• Application rate – 3% or 6%
• Application Type
• Tank, drainage, others
• Application area
Total Foam
• Application duration
• Fixed roof: 60 minutes
• Floating roof: 20 minutes
Calculating Resources
HOSE

• Size – 1.5” and 2.5”


• Connection type
• Length per join Total Hose
• Distance to cover
• Number rekuired
Calculating Resources
FIRE PUMP

• Water pressure rekuired


• Water kuantity rekuired Total Pump
• Actual pump characteristic

Pressure Booster
Calculatin Resources
PERSONNEL

• Number of nozzles
• Fire Trucks
• Rescuers Total Personnel
• Ambulance
• Errants
• Others
Calculating Resources
PERSONNEL

• Hose
– 1.5” – 2 persons
– 2.5” – 2 to 3 persons
• Fire truck – 1 person
• Rescuers – 2 persons per BA team
• Ambulance – 2 persons
Calculating Resources
TIME
• First response
– Detectors
– Active system – deluge, ESD
– Operator reaction on site
– Announcement
• Dedicated fire fighter on site
• Emergency team deployment
• Replenishment of resources
• Mutual aid
THE COMPONENTS OF RESPONSE
TIME

Unit Begins
Fire Fire is Unit is Unit Leaves Unit Arrives Fire is
Fire Fighting
Starts Reported Notified Firehouse at Scene Extinguished
Activities

Time

Dispatching Turn Out Travel Set up


Time Time Time Time

Response Time
DEFINE OPERATING STRATEGY
• Typically think about:
• Process area
– Isolate item?
– Shut down depressurize?
– Unit circulation & isolate section?
• Tanks
– Empty?
– Fill?
– Maintain level?
DEFINE OPERATING STRATEGY

What else could be done?


DEFINE OPERATING STRATEGY
• Although outside this scenario think about &
comment on:

– What could happen if the event were to escalate?


– What other operational steps to take?
– Should another scenario be done?
DEFINE FIRE FIGHTING STRATEGY
• Think about:

– Try to extinguish or control burn?

– How to protect equipment?


DEFINE FIRE FIGHTING STRATEGY
• Estimate quantity & type of equipment needed

– How many & what size of hoses?


• Identify use for foam /water/spray
– How many fire truck?
– How many people?
– How much water?
– How much foam?
DEFINE FIRE FIGHTING STRATEGY
• Compare needs with availability
• What type of nozzles should be used
– Spray, jet, foam, powder?
• What alternative supplies are available?
• Is isolation of fire main needed?
• Compare attack direction on fire scenario plan
• Locate ready use stocks equipment
• Locate reserve relevant trained personnel
DEFINE FIRE FIGHTING STRATEGY
• Define tasks at milestones
– Alarm to fire service
– Fire team arrive
– Auxiliary team arrive
– Mutual aid assistance
– Reserve fire teams
DEFINE FIRE FIGHTING STRATEGY
ALARM TO FIRE SERVICE

• Operator actions
– Isolate & depressurize?
– Circulate unit?
– Shut down & depressurize?
– Transfer contents?
– Fill tank?
DEFINE FIRE FIGHTING STRATEGY
Define tasks for the arrival of each team
• What is each team to do?
• What is the task of each team member?
• What equipment do they need?
• Define source of material & stock
• Locate fire truck
• Locate hoses & hydrants
• Define method of attack
TANK FIRE FIGHTING GUIDE

TANK NUMBER : E8
LOCATION : Jl. 7
PRODUCT : NAFTHA

TANK INFORMATION PRODUCT INFORMATION

JENIS ROOF : FIXED ROOF JENIS PRODUCT : NAFTHA


DIBUAT TAHUN : - FLASH POINT : < 0º C
DIAMETER : 21,39 M² IGN. TEMP. :
TINGGI : 9,61 M
KAPASITAS : 3452M³
AREA YANG DIPROTEKSI PROTECTION SYSTEM
SEAL AREA : - M² FOAM CHAMBER : 2 x FB 10
TOT. SURFACE : 359,162 M² CAP. FC @ 100 Gpm : 200 GPM
LINE FC : 4”
INLET CONNEC. : 2x2
SPRAY WATER : 6”

LOKASI PROTEKSI FIRE JALUR MENUJU LOKASI


Inlet FC Connect. : 2X2 UTAMA : Jl.21, Jl.7,
Cool. Line Valve : 6”- - Alternatif 1 :Jl. 10,Jl 20, Jl. 7,
Hydrant & Pump. Connect. terdekat
Di Jl 7 ,2 stand pipe Fire Hydran @ 3x2 ½
KEBUTUHAN SARANA & WAKTU PEMADAMAN (MINIMUM)

ASUMSI : Full Surface Tank Fire (FSTF)


Alat utama yang digunakan : Foam Chamber.
Application Rate : 4,1 L/m/M²
Minimum Discharge Time : 55 menit.
Jenis Foam : 3 % concentrate
Foam Concentrate yang dibutuhkan : 2429,730 Liter ≈ 2500 Liter
Kebutuhan alat : Foam chamber + 2 Ground Monitor

Selang pemadam : 18 ROLL


LAY OUT PERALATAN : GAMBAR TERLAMPIR
Tank E 8
NAFTHA

FIRE STATION

FIRE STATION

JALUR UTAMA
JALUR ALTERNATIF I
Jl.20 TANK E 8
NAPHTHA

Jl.7

Jl.8

Jl.21

Ground monitor FC Line Hose

Hydrant Fire water line


JL 8 JL 7

JL 21

Fire

Hydrant Hose FC Line


TANK FIRE FIGHTING GUIDE
TANK NUMBER : E13
LOCATION : Jl. 21
PRODUCT : DRY SLOP

TANK INFORMATION PRODUCT INFORMATION

JENIS ROOF : FIXED ROOF JENIS PRODUCT : DRY SLOP


DIBUAT TAHUN : - FLASH POINT : ºC
DIAMETER : 36,00 M² IGN. TEMP. :
TINGGI : 10, 33 M
KAPASITAS : 10.500M³
AREA YANG DIPROTEKSI PROTECTION SYSTEM
SEAL AREA : - M² FOAM CHAMBER :2x FB 30
TOT. SURFACE : 1017,36 M² CAP. FC @ 300 Gpm :600 GPM
LINE FC :2 X 2
INLET CONNEC. :2 X 4
SPRAY WATER :Fire Deluge

LOKASI PROTEKSI FIREJALUR MENUJU LOKASI


Inlet FC Connect. : 2X4 UTAMA : Jl.21
Cool. Line Valve : 6” - Alternatif 1 :Jl. 118, Jl. 8, Jl 21
Hydrant & Pump. Connect. terdekat
Di Jl 21,1 stand pipe @ 3x2 ½ “ Fire Hydrand
KEBUTUHAN SARANA & WAKTU PEMADAMAN (MINIMUM)
ASUMSI : Full Surface Tank Fire (FSTF)
Alat utama yang digunakan : Foam Chamber.
Application Rate : 4,1 L/m/M²
Minimum Discharge Time : 55 menit.
Jenis Foam : 3 % concentrate
Foam Concentrate yang dibutuhkan : 6882,440 Liter ≈ 6.900Liter
Kebutuhan alat :
Selang pemadam : 18 ROLL
LAY OUT PERALATAN : GAMBAR TERLAMPIR
FIRE STATION
Tank E 13
DRY SLOP

JL 21

FIRE STATION

JALUR UTAMA

JALUR ALTERNATIF I
Tank Fire PFP


38 T 104
 
 
38 T 101



38 T 102
.
 . ..
.

 38 T 103 

 
  
DIAGRAM ALIR
PRE-FIRE PLANNING
Test skenario original Penilaian
• desk top • Operations
• on site / drill • F&S
• EMT

Record Perbaikan
• Prosedur
• Resources
Report

Drill Distribusi
Tugas Utama Management
Adalah bagaimana mengendalikan bahaya. Oleh sebab itu management perlu
mengetahui potensi dan konsekuensi (dampak) dari terjadinya kecelakaan. Untuk
dapat menanggulangi dan mengendalikan bahaya management harus dapat
menjawab pertanyaan sebagai berikut :
a. Apakah bahan berbahaya, beracun, mudah meledak yang ada merupakan sumber bahaya
(beracun) ?.
b. Dalam hal bagaimana kegagalan datau kesalahan dapat menjadi bencana ?.
c. Apabila bencana terjadi apa dampak kebakaran, ledakan ataupun kebocoran gas terhadap
pekerja, masyarakat, pabrik maupun lingkungan ?.
d. Apa yang dapat dilakukan management untuk mencegah agar kecelakaan tersebut tidak
terjadi ?.
e. Apa yang dapat di lakukan untuk mengurangi dampak dari kecelakaan tersebut.
Management review terhadap
potensi bencana
Is my installation Have I a dangerous
No
Start Here excluded
No
substance within toxicity No Action
criteria
Yes
Yes

No Action Does the quantity exceed No


No Action
the threshold criteria ?

Yes
Actions (depending on local legislation) Action in the event of a major accident

Provide notification Provide information Prepare an on-site Inform the public Notify major accident to
to authorities on significant emergency plan about the major authority
modifications hazard

Prepare and submit Provide further Provide information to Provide information on


safety report information on local authority to enable major accident
request it to draw up an off-site
emergency plan
Contoh Hazard Identification Word
Diagram
Possible Results / Prevention / Detection /
Facility / Event Cause / Comment
Consequences Protection Required
LPG Tank
LPG Fire Failure of pipe joints If uncontrolled may lead Quality control of
Static at discharge ignites to engulfment of main maintenance, periodic
gas tank and BLEVE inspection of joints,
automatic shutoff valves,
water deluge on main
tank
Chemical Store
Pesticide Storage Rack Puncture of pesticide Collateral damage may Speed limits, automatic
Collision with Forklift container releasing produce ignition source in-rack sprinklers
flammable and toxic and store fire. If systems, bunded floor of
store to cope with fire
material uncontrolled significant water containment or
airborne hazard release, separate containment
toxic water containment area

Anda mungkin juga menyukai