Anda di halaman 1dari 6

AK3

Dasar hukum kewajiban dan kewenangan Ahli K3 Umum sesuai Peraturan Menaker Nomor PER-
02/MEN/1992 tentang Tata Cara Petunjukan Kewajiban Dan Wewenang Ahli Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja.

Kewajiban Ahli K3 Umum


Ahli K3 yang sudah mendapatkan Surat Keputusan Penunjukan ( SKP ) berkewajiban :
a. Membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundangan keselamatan dan kesehatan kerja sesuai
dengan bidang yang ditentukan dalam keputusan penunjukannya;
b. Merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan/instans yang didapat berhubungan sesuai
dengan jabatannya.
c. Memberikan laporan kepada Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk mengenai hasil
pelaksanaan tugas dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Untuk ahli keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja satu kali dalam 3 (tiga) bulan, kecuali
ditentukan lain
2. Untuk ahli keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan yang memberikan jasa dibidang
keselamatan dan kesehatan kerja setiap saat setelah selesai melakukan kegiatannya;
Tembusan laporan ditujukan kepada:

o Dinas Tenaga Kerja Kabupaten / Kota


o Dinas Tenaga Kerja Propinsi
o Direktur Pengawasan Norma K3
Kewenangan Ahli K3 Umum

Ahli Keselamatan Kesehatan Kerja juga mempunyai kewenangan untuk :


a. Memasuki tempat kerja sesuai dengan keputusan penunjukan
b. Meminta keterangan dan atau informasi mengenai pelaksanaan syarat-syarat keselamatan dan
kesehatan kerja ditempat kerja sesuai dengan keputusan penunjukannya
c. Memonitor, memeriksa, menguji, menganalisa, mengevaluasi dan memberikan persyaratan serta
pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja yang meliputi:

1. Keadaan dan fasilitas tenaga kerja


2. Keadaan mesin-mesin pesawat, alat-alat kerja, instalasi serta peralatan lainnya
3. Penanganan bahan-bahan
4. Proses produksi
5. Sifat pekerjaan.
6. Cara kerja
7. Lingkungan kerja

PJK3

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2019 TENTANG


PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 2015 TtrNTANG
PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN
KEMATIAN

Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 ini ditetapkan dengan pertimbangan


a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33, Pasal 34 ayat (4), Pasal 45 ayat (3), dan Pasal 46
ayat (4) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, perlu
menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan
Jaminan Kematian;

P2K3

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PER.04/MEN/1987

Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disebut P2K3 ialah badan pembantu
di tempat kerja yang merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan
kerjasama saling pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.

Setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu pengusaha atau pengurus wajib membentuk P2K3.

Tempat kerja dimaksud ialah:

a. tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan 100 orang atau lebih;
b. tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan kurang dari 100 orang, akan tetapi
menggunakan bahan, proses dan instalasi yang mempunyai risiko yang besar akan terjadinya
peledakan, kebakaran, keracunan dan penyinaran radioaktif.

Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan pekerja yang susunannya terdiri dari Ketua,
Sekretaris dan Anggota.

Sekretaris P2K3 ialah ahli Keselamatan Kerja dari perusahaan yang bersangkutan.

P2K3 ditetapkan oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuknya atas usul dari pengusaha atau pengurus yang
bersangkutan.

Tugas Dan Fungsi P2K3

1. P2K3 mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak kepada
pengusaha atau pengurus mengenai masalah keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Untuk melaksanakan tugas, P2K3 mempunyai fungsi:
a. Menghimpun dan mengolah data tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat
kerja;
b. Membantu menunjukan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja:
1. Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan gangguan
keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk bahaya kebakaran dan peledakan
serta cara penanggulangannya.
2. Faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja;
3. Alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
4. Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan pekerjaannya;
c. Membantu pengusaha atau pengurus dalam:
1. Mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja;
2. Menentukan tindakan koreksi dengan alternatif terbaik;
3. Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja;
4. Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat kerja serta
mengambil langkah-langkah yang diperlukan;
5. Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang keselamatan kerja,
hygiene perusahaan, kesehatan kerja dan ergonomi;
6. Melaksanakan pemantauan terhadap gizi kerja dan menyelenggarakan makanan
di perusahaan;
7. Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja;
8. Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja;
9. Mengembangkan laboratorium kesehatan dan keselamatan kerja, melakukan
pemeriksaan laboratorium dan melaksanakan interpretasi hasil pemeriksaan;
10. Menyelenggarakan administrasi keselamatan kerja, higene perusahaan dan
kesehatan kerja.
d. Membantu pimpinan perusahaan menyusun kebijaksanaan manajemen dan pedoman
kerja dalam rangka upaya meningkatkan keselamatan kerja, higene perusahaan,
kesehatan kerja, ergonomi dan gizi tenaga kerja.

Waktu kerja dan istirahat

Perusahaan di bidang energi dan sumber daya mineral termasuk perusahaan jasa penunjang yang
melakukan kegiatan di daerah operasi tertentu dapat memilih dan menerapkan salah satu dan atau
beberapa waktu kerja sesuai dengan kebutuhan operasional perusahaan sebagai berikut:

3. a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk waktu
kerja 6 (enam) hari dalam 1 (satu) minggu;

4. b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk waktu
kerja 5 (lima) hari dalam 1 (satu) minggu;

5. c. 9 (sembilan) jam 1 (satu) hari dan maksimum 45 (empat puluh lima) jam dalam 5
(lima) hari kerja untuk satu periode kerja;

6. d. 10 (sepuluh) jam 1 (satu) hari dan maksimum 50 (lima puluh) jam dalam 5 (lima)
hari kerja untuk satu periode kerja;

7. e. 11 (sebelas) jam 1 (satu) hari dan maksimum 55 (lima puluh lima) jam dalam 5
(lima) hari kerja untuk satu periode kerja;

8. f. 9 (sembilan) jam 1 (satu) hari dan maksimum 63 (enam puluh tiga) jam dalam 7
(tujuh) hari kerja untuk satu periode kerja;

9. g. 10 (sepuluh) jam 1 (satu) hari dan maksimum 70 (tujuh puluh) jam dalam 7 (tujuh)
hari kerja untuk satu periode kerja;
10. h. 11 (sebelas) jam 1 (satu) hari dan maksimum 77 (tujuh puluh tujuh) jam dalam 7
(tujuh) hari kerja untuk satu periode kerja;

11. i. 9 (sembilan) jam 1 (satu) hari dan maksimum 90 (sembilan puluh) jam dalam 10
(sepuluh) hari kerja untuk satu periode kerja;

12. j. 10 (sepuluh) jam 1 (satu) hari dan maksimum 100 (seratus) jam dalam 10 (sepuluh)
hari kerja untuk satu periode kerja;

13. k. 11 (sebelas) jam 1 (satu) hari dan maksimum 110 (seratus sepuluh) jam dalam 10
(sepuluh) hari kerja untuk satu periode kerja;

14. l. 9 (sembilan) jam 1 (satu) hari dan maksimum 126 (seratus dua puluh enam) jam
dalam 14 (empat belas) hari kerja untuk satu periode kerja;

15. m. 10 (sepuluh) jam 1 (satu) hari dan maksimum 140 (seratus empat puluh) jam dalam
14 (empat belas) hari kerja untuk satu periode kerja;

16. n. 11 (sebelas) jam 1 (satu) hari dan maksimum 154 (seratus lima puluh empat) jam
dalam 14 (empat belas) hari kerja untuk satu periode kerja;

17.

18. Waktu kerja sebagaimana dimaksud huruf a sampai n tidak termasuk waktu istirahat
sekurang-kurangnya selama 1 (satu) jam, namun khusus c sampai dengan n sudah
termasuk waktu kerja lembur tetap sebagai kelebihan 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari (Pasal 2
Kepmenakertrans No.Kep-234/Men/2003).

19. Oleh karena itu, dalam peraturan kedua tersebut telah mengatur beberapa opsi atau
alternative pilihan pola waktu kerja untuk suatu perusahaan di sektornya masing-masing,
sehingga semua jenis pekerjaan atau jabatan tertentu di suatu perusahaan, baik pekerjaan
atau jabatan-jabatan di kantor (backoffice) atau pekerjaan dan jabatan operasional sudah
ditentukan dan tinggal memilih yang sesuai kebutuhan dan kemampuan

20. Terkait dengan permasalahan, ketentuan dalam Pasal 2 Permenakertrans Nomor PER-
15/MEN/VII/2005 tentang Waktu Kerja dan Istirahat pada Sektor Usaha Pertambangan
Umum pada Daerah Operasi Tertentu, perusahaan dibidang pertambangan umum
termasuk perusahaan jasa penunjang yang melakukan kegiatan di daerah operasi tertentu
dapat menerapkan:

21. a. Waktu Kerja Waktu Istirahat sebagaimana diatur dalam Kepmenakertrans Nomor:
234/MEN/2003; dan/atau

22. b. Periode kerja minimal 10 (sepuluh) minggu berturut-turut bekerja, dengan 2 (dua)
minggu berturut-turut istirahat dan setiap 2 (dua) minggu dalam periode pekerja kerja
diberikan 1 (satu) hari istirahat.

Cakupan layanan penyedia jasa K3 cukup luas. Pasal 3 Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Nomor 4 Tahun 1995 menyebutkan beberapa cakupan jasa yang disediakan badan
usaha sejenis ini:

1. Jasa Konsultan K3
Perusahaan terkadang membutuhkan jasa third party yang kompeten untuk
membantunya mengidentifikasi permasalahan-permasalahan K3 yang sebenarnya
terjadi. Isu K3 terkadang tidak terlihat secara gamblang di mata perusahaan karena
aktor-aktor di dalamnya bisa jadi menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang wajar.
Setelah proses identifikasi permasalahan dilakukan, pihak konsultan dapat melakukan
memberikan saran mengenai langkah-langkah yang dapat diambil perusahaan untuk
menyelesaikan masalah K3. Biasanya konsultan akan membantu perusahaan agar lebih
berdikari dalam menyelesaikan permasalahan serupa di masa depan.

2. Jasa Pelatihan dan Pembinaan K3


Sebuah penyedia jasa K3 bisa memberikan pelatihan dan pembinaan keselamatan dan
kesehatan kerja yang tepercaya. Jasa seperti ini terutama dimanfaatkan oleh perusahaan
yang ingin memiliki seorang ahli K3 internal. Banyak manfaat yang bisa diraih
perusahaan jika membekali karyawan pilihan dengan kompetensi K3.

PJK3 seperti Mutu Institute membantu calon ahli dari masa pelatihan hingga proses
sertifikasi ahli K3. Kurikulum yang diberikan untuk membekali calon ahli dengan ilmu K3
merupakan kurikulum yang didesain dan disetujui oleh pemerintah. Ada pelatihan K3
yang bersifat umum dan ada yang sifatnya spesifik tergantung jenis industrinya.
3. Jasa Audit K3
Ada juga jasa K3 untuk kegiatan audit. Perusahaan biasanya memerlukan auditor ketika
tiba masanya pengurusan perizinan usaha. Jasa audit menganalisis operasionalisasi
perusahaan berdasarkan dengan prinsip-prinsip K3. Kegiatan audit bisa berfokus pada
satu komponen K3 saja maupun bermacam-macam lainnya.

Karena audit merupakan sebuah hal yang harus dilaksanakan secara rutin, banyak
perusahaan yang melatih pegawainya untuk memiliki keterampilan audit K3. Dengan
begitu, perusahaan dapat melakukan proses audit dengan lebih efisien baik dari segi
waktu maupun biaya.

4. Jasa Pemeriksaan dan Pengujian Teknik


Menurut peraturan perundang-undangan, jasa ini mencakup pemeriksaan dan
pengujian terhadap mesin-mesin, peralatan kerja, material, lingkungan kerja, jenis
pekerjaan, pendekatan kerja, dan proses produksi. Tujuan dari dilakukannya analisis
semacam ini adalah memastikan bahwa operasionalisasi perusahaan berjalan secara
optimal dan aman.

Jasa ini sangat spesifik tergantung dengan bidang usaha dari perusahaan. Sebagai
contoh, terdapat kegiatan Riksa Uji khusus industri kimia. Industri kimia memiliki
karakteristik tertentu yang kemungkinan tidak akan ditemukan di bidang industri
lainnya.

5. Jasa Pemeriksaan/Uji Pelayanan Kesehatan Kerja


Perusahaan juga memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa pegawainya
berada dalam kondisi sehat saat bekerja. Setiap industri memiliki risiko kesehatan
kerjanya sendiri. Sebagian industri memiliki risiko tinggi, sedangkan industri lainnya
minimal. Tugas perusahaan adalah membuat dampak negatif tersebut seminim
mungkin.

Sebuah PJK3 dapat menawarkan jasa pemeriksaan kesehatan kerja. Hal pertama yang
dilakukan adalah pemeriksaan kondisi kesehatan pegawai secara umum. Kemudian,
penyedia jasa akan mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap
kesehatan pegawai perusahaan tersebut.

6. Jasa Pabrikasi, Pemeliharaan, Reparasi, dan Instalasi Teknik K3


Setiap perusahaan akan melakukan maintenance dan instalasi alat baruuntuk
memastikan bahwa proses operasionalisasinya akan selalu berjalan dengan lancar.
Terdapat juga penyedia jasa yang fokus pada cakupan pemeliharaan ini. Pihak pemberi
jasa K3 akan menganalisa bagaimana kepatuhan perusahaan dalam hal ini.

Anda mungkin juga menyukai