Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM HYGIENE INDUSTRI

IKLIM KERJA

Disusun oleh:

NAMA ACHMAD MUHAMMAD BILKHAQI


NRP 0523040001
KELAS K3-2A
KELOMPOK 1

Dosen pengampu:
AULIA NADIA RACHMAD, S.ST, M.T
Dr. INDRI SANTIASIH, S.KM., M.T

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2024

1
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Iklim kerja merupakan salah satu unsur dari pekerjaan yang mempunyai peran
penting dan tidak boleh kita acuhkan. Pekerjaan dengan suhu tinggi memerlukan
penerapan teknologi baik dalam proses produksi maupun proses distribusinya. Dengan
lingkungan kerja yang nyaman maka semangat kerja akan meningkat, begitu juga
produktivitas.
Negara Indonesia merupakan negara tropis, dengan ciri utamanya adalah suhu dan
kelembaban yang tinggi, kondisi awal seperti ini seharusnya sudah menjadi perhatian
karena iklim kerja yang panas dapat mempengaruhi kondisi pekerja. Panas merupakan
sumber penting dalam proses produksi, maka tidak menutup kemungkinan pekerja dapat
terpapar langsung. Jika pekerja terpapar dalam jangka waktu yang lama, maka pekerja
yang terpapar panas dapat mengalami penyakit akibat kerja yaitu menurunnya daya
tahan tubuh dan berpengaruh terhadap timbulnya gangguan kesehatan, sehingga
berpengaruh terhadap produktivtas dan efisiensi kerja. Iklim kerja yang panas
merupakan beban bagi tubuh, ditambah lagi apabila pekerja harus mengerjakan
pekerjaan-pekerjaan fisik yang berat, dapat memperburuk kondisi kesehatan dan
stamina pekerja.
Keluhan banyak muncul pada para pekerja maupun mahasiswa di kampus PPNS,
dikarenakan iklim kerja di daerah bengkel kurang mendapat perhatian dan
penanggulangan secara khusus. Padahal seperti yang diketahui, bahwa dengan adanya
banyak bengkel, namun tidak diimbangi dengan ketersediaan siklus sirkulasi udara yang
baik, dapat mengakibatkan iklim kerja yang ekstrim. Oleh karena itu, saya terdorong
untuk mlakukan praktikum lingkungan kerja untuk mengukur NAB iklim kerja di
bengkel PPNS.
Dan cara untuk mengetahui berapa besar NAB untuk iklim kerja digunakanlah
ISBB (Indeks Suhu Bola Basah) yang diadopsi dari WBGT (Wet Bulb Globe
Temperature Index) yang dikeluarkan oleh ACGIH (American Conference of
Governmental Industrial Hygienists). Karena hal itulah maka pada percobaan kali ini
kami akan mencoba sebuah alat ukur yang mampu mengetahui WBGT suatu tempat
kerja.

2
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum kali ini adalah :
1. Bagaimanakah kondisi iklim kerja di Bengkel konstruksi Politeknik Perkapalan
Negeri Surabaya?
2. Bagaimanakah rekomendasi untuk memperbaiki kondisi iklim kerja di Bengkel
Konstruksi Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya?

1.3. Tujuan
Tujuan pada praktikum kali ini adalah :
1. Mahasiswa mampu mengevaluasi kondisi iklim kerja di Bengkel Konstruksi
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
2. Mahasiswa mampu membuat rekomendasi untuk memperbaiki kondisi iklim kerja
di Bengkel Konstruksi Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.

1.4. Ruang Lingkup Permasalahan


Ruang lingkup permasalahan pada praktikum ini adalah :
1. Lokasi Pengukuran : Bengkel Konstruksi
2. Waktu Pengukuran : 2 April 2024, pukul 08.00 – selesai.
3. Alat yang digunakan : Wet Bulb Globe Temperature dan meteran
4. Parameter yang diukur : Iklim Kerja /Heat Stress, Rh (Relative Humidity)
5. Tim pengukur :
1. Achmad muhammad bilkhaqi (0523040001)
2. Akmaludin daffa(0523040004)
3. Alfina ramadhani(0523040014)
4. Hanum salsabillah(0523040018)
5. Muhammad rosyidan azmi(0523040030)

3
BAB 2 DASAR TEORI

2.1. Iklim Kerja


Iklim kerja adalah faktor-faktor termis dalam lingkungan kerja yang dapat
mempengaruhi kesehatan manusia. Manusia mempertahankan suhu tubuhnya antara 36
-37°C dengan berbagai cara pertukaran panas baik melalui konduksi, konveksi, dan
radiasi. Walaupun banyak faktor yang dapat menaikan sushu tubuh, tapi mekanisme
dalam tubuh, membuat suhu tetap stabil .
Faktor lingkungan yang mempengaruhi keseimbangan suhu tubuh adalah suhu
panas atau dingin yang berlebihan. Suhu lingkungan dipengaruhi oleh adanya angin,
kelembaban, tekanan udara ruangan dan suhu udara luar ruangan. Apabila tubuh tidak
dapat beberadaptasi dengan suhu ekstrim, maka akan timbul gangguan kesehatan .
Beberapa istilah yang harus dipahami:
1. Temperatur suhu kering, t (ºC)
Temperatur yang dibaca oleh sensor suhu kering dan terbuka, namun hasil
pembacaan tidak terlalu tepat karena adanya pengaruh radiasi panas, kecuali
sensornya mendapat ventilasi baik.
2. Temperatur suhu basah, T (ºC)
Temperatur yang dibaca oleh sensor yang telah dibalut dengan kain / kapas basah
untuk menghilangakan pegaruh radiasi, yang harus diperhatikan adalah aliran udara
yang mel;ewati sensor minimal 5 m/s.
3. Kelembaban relatif, Q (%)
Merupakan perbandingan antara tekanan parsial uap air yang da didalam udara dan
tekanan jenih uap air pada temperatur yang sama.

2.2. Mekanisme Pertukaran Panas


Iklim kerja adalah suatu kombinasi dari suhu kerja, kelembaban udara, kecepatan
gerakan udara, dan suhu radiasi pada suatu tempat kerja. Cuaca keraja yang tidak aman,
tidak sesuai dengan yang disyaratkan dapat menurunkan kapasitas kerja yang berakibat
menurunkan efisiensi dan produktivitas kerja. Suhu udara yang dianggap nikmat bagi
orang indonesia sekitar 24˚C sampai 36˚C dan selisih didalam dan diluar tidak boleh
lebih dari 5˚C. Batas kecepatan angin yaitu 0,25 sampai 0,5 m/dt.
Di daerah tropis masalah pemaparan panas menjadi faktor penting yang harus
diperhatikan. Disamping cuaca kerja, sebetulnya tubuh sendiri ketika beraktivitas juga
mengeluarkan panas. Keseimbangan antara tubuh dan lingkungan diperlukan supaya
4
metabolisme tubuh dapat berjalan lancar. Pertama-tama panas dipindahkan dari organ
yang memproduksi panas ke kulit, melalui sirkulasi darah. Kemudian panas mengalami
pertukaran dari tubuh ke lingkungan.
Proses pertukaran panas antara tubuh dan lingkungan terjadi melalui mekanisme
konveksi, radiasi, vaporasi, dan konduksi. Bila seseorang sedang bekerja, tubuh pekreja
tersebut akan mengalami interaksi dengan lingkungan yang terdiri dari suhu udara,
kelembaban dan gerakan atau aliran udara. Proses metabolisme tubuh yang
berintereaksi dengan panas dilingkungan akan menyebabkan pekerja pekerja mengalami
tekanan panas. Tekanan panas ini dapat disebabkan karena adanya sumber panas
maupun adanya ventilasi yang kurang baik. Contoh tekanan panas yang disebabkan oleh
adanya sumber panas terjadi pada pabrik pengecoran logam, pabrik baja, pabrik gelas,
pabrik panel, dan sejenisnya. Pada pabrik-pabrik tersebut biasanya suhu udara ruang
tanur pembakaran berkisar 1.500-30.000°C, sedangkan tekanan panas yang dikarenakan
oleh ventilasi yang kurang baik biasanya terjadi pada pabrik tekstil, garmen, pemintalan
maupun sejenisnya.
Adapun uraian mengenai masing-masing mekanisme adalah sebagai berikut :
1. Konveksi
Konveksi adalah mekanisme pertukaran panas antara permukaan tubuh (kulit dan
pakaian) dengan udara sekitar.
2. Radiasi
Radiasi adalah transmisi energy electromagnetic melalui ruang.
3. Evaporasi
Evaporasi adalah proses penguapan air dari kulit sebagai akibat perbedaan tekanan
uap air antara kulit dan udara sekitar.
4. Konduksi
Konduksi adalah pertukaran panas melalui kontak langsung antara kulit dengan zat
padat, tetapi biasanya jarang terjadi sehingga sering diabaikan. (Sumber : Heru dan
Haryon 2007)

2.3. Pekerjaan-Pekerjaan yang Berpotensi Menjadi Sumber Pemaparan Panas


Pekerjaan-pekerjaan yang berpotensi menjadi sumber pemaparan panas (Budiono,
1990) adalah :
1. Jenis pekerjaan di luar ruangan/udara terbuka
a. Pertanian, perkebunan, kehutanan
b. Kontruksi terutama jalan raya, jembatan, lapangan golf, renovasi rel kereta api
5
c. Pengeboran, pertambangan terbuka
d. Memancing, rekreasi
e. Aktivitas latihan militer
2. Jenis pekerjaan di dalam ruangan
a. Pabrik pengolahan makanan
b. Proses pencelupan batik
c. Laundry
d. Dapur dirumah sakit
e. Ruang mesin, proses pengecoran logam
f. Ventilasi ruang kerja sangat kurang unutk ruang di daerah tropis.

2.4 Kepmenaker No.51 Tahun 1999 Tentang NAB Faktor Fisika di Tempat Kerja
Pemerintah Indonesia dalam hal ini adalah Departemen Tenaga Kerja
mengeluarkan KepMen/Kep-51.Men/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di
Tempat Kerja yang di dalamnya mengatur tentang Nilai Ambang Batas untuk iklim
kerja panas.

Beberapa definisi yang terdapat dalam peraturan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Iklim kerja : hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara,
dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubih tenaga kerja sebagai
akibat pekerjaannya.
2. Nilai Ambang Batas (NAB) : standar faktor tempat kerja yang dapat diterima
tenaga kerja tanpa menakbatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam
pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam
seminggu.
3. Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) : parameter untuk menilai tingkat iklim kerja yang
merupakan hasil perhitungan antara suhu udara kering, suhu basah alami, dan suhu
bola.
4. Suhu udara kering : suhu yang ditunjukkan oleh termometer suhu kering.
5. Suhu basah alami : suhu yang ditunjukkan oleh termometer bola basah alami.
6. Suhu bola : suhu yang ditunjukkan oleh termometer bola.

6
Tabel 2.4.1 Lampiran Kep-51/1999 tentang NAB iklim kerja ISSB yang
diperkenankan
ISBB (oC)
Pengaturan waktu kerja setiap
jam Beban Kerja

Waktu
Waktu kerja Ringan Sedang Berat
Istirahat
Kerja terus menerus - 30.0 26.7 25.0
(8 jam sehari )
75% 25% 30.6 28.0 25.9

Tabel 2.4.2 Lampiran Kep-51/1999 tentang NAB iklim kerja ISSB yang diperkenankan
ISBB (oC)
Pengaturan waktu kerja setiap jam
Beban Kerja
Waktu
Waktu kerja Ringan Sedang Berat
Istirahat
50 % 50 % 31,4 29,4 27,9

25 % 75 % 32,2 31,1 30

(Sumber : Kepmen 51/1999)

ISBB untuk pekerjaan diluar ruangan dengan panas radiasi


ISBB = 0,7 x suhu basah alami + 0,2 x suhu bola + 0,1 x suhu kering ..
ISBB untuk pekerjaan didalam ruangan tanpa panas radiasi
ISBB = 0,7 x suhu basah alami + 0,3 x suhu bola…………………......
Catatan :
 Beban kerja ringan membutuhkan kalori 100-200 Kkal/jam
 Beban kerja sedang membutuhkan kalori > 200-350 Kkal/jam
 Beban kerja berat membutuhkan kalori > 350-500 Kkal/jam

Ada beberapa koreksian terhadap penentuan nilai WBGT. Ada beberapa panduan
yang perlu diperhatikan untuk mengkoreksi nilai WBGT, antara lain :
1. Suplemen berupa air dan garam
7
Penyediaan air putih dan garam harus dilakukan agar pekerja dapat memperoleh
masukan cairan sebagai pengganti cairan yang hilang, dengan ketentuan minum air
putih setiap 15-20 menit sekali (@ 150 ml). Temperatur air minum harus dijaga
pada 10-150C, dan ditempatkan di tempat yang mudah dijangkau oleh pekerja tanpa
perlu meninggalkan pekerjaannya. Disarankan untuk para pekerja supaya lebih
banyam mengkonsumsi garam pada makanan mereka (pada pekerja dengan diet
rendah garam, harus berkonsultasi dengan ahlinya), dan pada tempat kerja mereka
disediakan air minum bergaram dengan konsetrasi 0,1% (1 gr NaCl dalam 1 L air,
atau 1 sendok makan garam setiap 15 quarts air minum)
2. Pakaian kerja
Untuk penentuan WBGT pada pakain pekerja dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.3 Koreksi Faktor Pakaian Terhadap WBGT (°C)
Koreksi
Tipe Pakaian
WBGT
Summer work uniform 0
Cotton coveralls -2
Winter work uniform -4
Water barrier, permeable -6
(Sumber : ACGIH 2005)

3. Aklimatisasi dan kebugaran


Aklimatisasi adalah serangkaian pengaturan fisiologis dan psikologis yang
dilakukan seorang individu pada minggu pertama dirinya terpapar lingkungan yang
panas, untuk beradaptasi terhadap tekanan panas. NAB ini berlaku terhadap pekerja
yang sehat secara fisik. Perhatian ekstra harus diberikan apabila tenaga yang
terpapar panas belum beraklimatisasi dan tidak dalam kondisi fisik yang sehat.
4. Efek terhadap kesehatan
Efek terburuk akibat tekanan panas adalah heat stroke, heat exhaustion, heat
cramps, heat disorders, dan lain - lain.
5. Pemakaian Alat Pelindung Diri
Apabila diperlukan dalam pekerjaannya pemakaian APD, dan peralatan atau
perlengkapan lain yang ditujukan unruk melindungi pekerja dari bahaya lain, maka
nilai WBGT tersebut harus di koreksi. Nilai WBGT pada table di atas merupakan
penaksiran dan tidak dimaksudkan untuk peniadaan monitoring fisiologis.

8
2.5 Nilai Ambang Batas iklim kerja (ACGIH Tahun 2005)
Pada ACGIH tahun 2005 terdapat beberapa hal yang telah dikaji secara
berkelanjutan untuk mendapatkan kesempurnaan standar yang mereka keluarkan.
Sebagaimana tertera pada Tabel 2.5.1 , 2.5.2 , 2.5.3 , 2.5.4 dibawah ini.

Tabel 2.5.1 Penambahan Nilai WBGT Terhadap Setelan Pakaian Kerja


Penambahan
Tipe Pakaian
WBGT (°C)
Summer work uniform 0

Cloth (woven material) overalls +3,5


Double – cloth overalls +5

(Sumber : ACGIH 2005)


*these values must not be used for encapsulating suits or garments that are
impermeable or highly resistan to water vapor or air movement through fabrics

Tabel 2.5.2 Tabel Paparan Panas WBGT yang diperkenankan sebagai NAB (WBGT dalam
˚C)
Acclimatized Unacclimatized
Work
Heavy Very Very
Demands Light Moderate Light Moderate Heavy
Heavy Heavy
100% 29.5 27.5 26 - 27.5 25 22.5 -
work
75% work 30.5 28.5 27.5 - 29 26.5 24.5 -
25% rest
50% work 31.5 29.5 28.5 27.5 30 28 26.5 25
50% rest
25% rest 32.5 31 30 29.5 31 29 28 26.5
75% work
(Sumber : ACGIH 2005 )

9
Catatan :
1. Nilai pada tabel di atas berlaku untuk waktu kerja 8 jam sehari, 5 hari seminggu
dengan waktu istirahat pada umumnya.
2. Nilai kriteria untuk pekerjaan terus menerus dan 25% istirahat untuk kerja sangat
berat tidak diberikan, mengingat efek biologis (tanpa melihat WBGT) pekerjaan
tersebut pada tenaga kerja yang memiliki kondisi kesehatan kurang baik.

Catatan:
1. Untuk demand category lihat tabel
2. Jika lingkungan kerja dan istirahat berbeda, perhitungan rata-rata waktu per jam
harus dilakukan. Dan jika pekerjaan bervariasi dalam setiap jamnya, perhitungan
TWA juga harus dilakukan.
3. Nilai pada tabel di atas berlaku untuk waktu kerja 8 jam sehari, 5 hari seminggu
dengan waktu istirahat pada umumnya. Bila waktu kerja bertambah, konsultasikan
dengan ahli hygiene industri.
4. Nilai kriteria untuk pekerjaan terus menerus dan 25% istirahat untuk kerja sangat
berat tidak diberikan, mengingat efek fisiologis (tanpa melihat WBGT) pekerjaan
tersebut pada tenaga kerja yang memiliki kondisi kesehatan kurang baik.

Tabel 2.5.3 Beberapa Contoh Aktivitas Dalam Kategori Kecepatan Metabolisme


Kategori Jenis Aktivitas
Resting Duduk dengan tenang
Duduk dengan sedikit gerakan
Light Duduk dengan sedikit gerakan tangan dan kaki
Berdiri dengan pekerjaan yang ringan pada mesin atau
meja serta banyak gerakan lengan
Menggunakan gergaji meja (table saw)
Berdiri dengan pekerjaan yang ringan/sedang pada mesin
atau meja serta sedikit berjalan
Moderate Menggosok atau menyikat dengan posisi berdiri
Berjalan dengan mengangkat atau menekan dengan
beban sedang
Berjalan pada 6 km/jam dengan membawa beban 3 kg
Heavy Mengergaji dengan tangan

10
Menyekop pasir kering
Pekerjaan perakitan yang berat pada basis yang tidak
terus-menerus
Sebentar-sebentar mengangkat dengan mendorong atau
menekan beban yang berat
Very Heavy Menyekop pasir basah
(Sumber: ACGIH, 2005)

Tabel 2.5.4 Pedoman Batasan Heat Strain


Parameter Pengukuran
Denyut Selama beberpa menit, denyut nadi melebihi 180 detik
nadi permenit (DPM) setelah dikurangkan umur pekerja dalam
tahun (180-umur)
Suhu Suhu tubuh inti lebih dari 38,5°C untuk pekerja terseleksi
tubuh inti dan terklimatisasi, dan suhu tubuh inti lebih dari 38°C untuk
pekrja tidak terseleksi dan tidak aklimatisasi
Denyut Proses normalnya kembali denyut nadi setelah pekerjaan
nadi puncak lebih dari 110 DPM
Gejala Kelelahan, pusing, mual, kemerahan pada wajah
sakit
(Sumber : ACGIH, 2005)

Pekerja berada pada resiko tinggi jika:


1. Berkeringat dalam jumlah besar selama berjam-jam
2. Kehilangan berat badan setelah satu shift lebih besar dari 1,5% dari berat badan
total
3. Ekskresi sodium dalam urin selama 24 jam kurang dari 50 mmoles

2.6 Standart Tekanan Panas dan Beban Kerja


Tekanan panas yang berlebihan akan menyebabkan pekerja cepat lelah. Makin
berat beban kerja makin cepat pengeluaran panas dari dalam tubuh. Menurut American
Conference of Governmental Industrial Hygiene (ACGIH) standar tekanan panas
terhadap tingkat beban kerja tertera pada tabel di bawah ini:

11
Tabel 2.6.1 Standart Tekanan Panas dan Beban Kerja
Beban kerja
Cara kerja Ringan<200 Sedang<350 Berat<500
Continuous 30.0/86 26.7/80 25.0/77
75 % 30.6/87 28.0/82 25.9/77
50 % 31.4/89 29.4/85 27.9/82
25 % 32.2/90 31.1/88 30.0/86
(Sumber : ACGIH, 2005)
Keterangan : maksimum suhu untuk bekerja 38˚C

2.7. Penilaian Tekanan Panas


Tekanan panas dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang selanjutnya dapat
digolongkan dalam :
1. Climatic factor : suhu udara, humidity, radiasi, kecepatan gerakan udara.
2. Non climatic faktor : panas metabolisme, pakaian kerja, dan tingkat aklimatisasi.
Untuk menyederhanakan pengertian maka beberapa ahli menciptakan suatu indeks
menurut urgensinya, sebagai berikut :
1. Suhu efektif, yaitu indeks sensoris dari tingkat panas yang dialami oleh seseorang
tanpa baju dan bekerja enteng dalam berbagai kombinasi suhu, kelembaban, dan
kecepatan aliran udara. Skala suhu efektif. Kelemahan penggunaan suhu efektif
ialah tidak memperhitungkan panas radiasi dan panas metabolisme tubuh sendiri.
2. Indeks Suhu Basah dan Bola (Wet Bult Globe Temperatur Indeks) ISBB/WBGT.
a. Untuk yang bekerja dengan sinar matahari :
ISBB=0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu radiasi + 0,1 x suhu kering
b. Untuk yang bekerja tanpa penyinaran matahari
ISBB=0,7 x suhu basah + 0,3 x suhu radiasi
Indeks ini dihubungkan dengan tingkat pekerjaan yang dilakuakan oleh tenaga
kerja. Standarnya sebagai berikut :
- Jenis pekerjaan ringan,WBGTI 30,0˚C
- Jenis pekerjaan sedang,WBGTI 26,7˚C
- Jenis pekerjaan berat,WBGTI 25,0˚C

12
Catatan :
 Beban kerja ringan membutuhkan kalori 100-200 Kkal/jam
 Beban kerja sedang membutuhkan kalori > 200-350 Kkal/jam
 Beban kerja berat membutuhkan kalori > 350-500 Kkal/jam

Indeks Kecepatan Keluar Keringat selama 4 jam/predicted 4-hour sweet rate


(P4SR) yaitu banyaknya keringat keluar selama 4 jam sebagai akibat kombinasi
suhu, kelembaban, dan kecepatan gerakan udara, serta panas radiasi. Dapat pula
dikoreksi dengan pakaian dan tingkat kegiatan kerja.
3. Indeks Belding-Hacth/Heat Stres Indeks of Belding-Harth (HIS) dihubungkan
dengan kemampuan berkeringat dari orang standart yaitu orang muda dengan tinggi
170 cm dan berat badan 154 pound, dalam keadaan sehat dan memiliki kesegaran
jasmani serta beraklimatisasi terhadap panas. Indeks ini mendasarkan atas
perbandingan banyaknya keringat yang diperlukan untuk mengimbangi panas dan
kapas maksimal tubuh untuk berkeringat. Pengukuran yang diperlukan adalah suhu
kering dan basah, suhu globe, kecepatan aliran udara, produksi panas akibat
kegiatan dan pekerjaan.

Special condition :
1. Bila ISBB di ukur di ruang istirahat sama atau mendekati sama dengan ruang kerja
Bila ruang istirahat memakai AC atau dipertahankan kurang lebih 24 oC, maka lama
istirahat dapat dikurangi 25%, demikian pula bila lama istirahat ditambah, waktu
paparan dapat di perpanjang.
2. Bila irama kerja diatur oleh pekerja, sebesar 30-50% kapasitas kerja maksimal,
beban kerja rata per hari tidak lebih dari 330 Kkal/jam
3. Bila pakaian pekerja adalah dari bahan katun.

2.8. Efek Dari Iklim Kerja Yang Tidak Sesuai


Efek dari iklim kerja yang tidak sesuai dengan kapasitas manusia juga dapat
menyebabkan gangguan-gangguan kesehatan antara lain:
 Diakibatkan suhu panas :
- Heat Cramps : dialami dalm lingkungan yang suhunya tinggi sebagai akibat dari
bertambahnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium dari tubuh.
Gejala-gejala dari heat cramps adalah kejang-kejang oto tubuh, perut yang sakit,
pinsan, lemas dan muntah-muntah. Sedangkan cara mengatasinya adalah dengan
13
sering meminum susu dan jika terjadi kejang-kejang diobati dengan larutan
garam isotonis.
- Heat Exhaustion : terjadi karena cuaca yang sangat panas terutama bagi mereka
yang belum beraklimatisasi terhadap udara panas. Gejala-gejalanya adalah
berkeringat sangat banyak, suhu badan panas, tekanan darah menjadi rendah,
nadi berdetak cepat dan kondisi tubuh lemah. Sedangkan cara mengatasinya
adalah dengan istirahat dan makan yang cukup serta memakai pakaian yang
longgar.
- Heat Stroke : jarang terjadi pada industri tetapi sangat berbahaya. Biasanya yang
terkena adalah lelaki yang pekerjaannya berta dan belum teraklimatisasi.
Gejalanya adalah suhu badan naik, kulit kering dan panas. Cara mengatasinya
adalah dengan menurunkan suhu tubuh dengan cara mengompres.
 Diakibatkan suhu dingin :
- Chilblains : disebabkan karena bekerja di tempat dingin dalm waktu yang cukup
lama. Gejalanya adalah otot membengkak, kulit memerah dan panas disertai
gatal.
- Trench Foot : kerusakan anggota badan terutama kaki oleh kelembaban atau
dingin. Gejalanya adalah kaki kesemutan, kaku dan terasa berat.
- Frostbite : dikarenakan bekerja di tempat yang bertenperatur di bawah titik beku.
Gejalanya adalah otot membengkak dan kaku dan bisa menyebabkan cacat
permanen.

2.9 Pengendalian Iklim Kerja Tinggi (Tekanan Panas)


Pengendalian heat stress dan heat strain dipusatkan disekitar penyebab dari heat
stress dan ketegangan physiologi yang dihasilkan. Hal ini memerlukan :
1. Pengendalian secara umum
a. Training (pendidikan/latihan)
Yang dimaksud disini adalah pendidikan atau pelatihan bagi calon tenaga kerja
sebelum ditempatkan yang dilaksanakan secara berkala (periodik).
b. Pengendalian tekanan panas melalui penerapan hygiene.
Yang dikasud adalah tindakan-tindakan yang diamnil oleh perorangan untuk
mengurangi resiko penyakit yang disebabkan oleh panas. Termasuk
pengendalian tekanan panas melalui penerapan hygiene adalah :

14
1. Pengandalian cairan
2. Aklimatisasi
3. Self determination
Diartikan sebagai pembatasan terhadap pajanan panas dimana tenaga kerja
menghindari terhadap cuaca panas apabila ia sudah merasakan terpapar suhu
panas secara berlebihan.
4. Diet
Makanan yang terlalu manis atau mengandung karbohidrat berlebihan tidak
dianjurkan karena akan menahan cairan melalui ginjal atau keringat.
5. Gaya hidup dan status kesehatan
6. Pakaian kerja
Pakaian kerja untuk lingkungan tempat kerja panas sebaiknya dari bahan
yang mudah menyerap keringat seperti : bahan yang terbuat dari katun,
sehingga penguapan mudah terjadi.
2. Pengendalian secara khusus
Pengendalian secara khusus dapat dilaksanakan dengan 3 cara :
a. Pengendalian secara teknis
Cara ini mencakup :
1. Mengurangi beban kerja
2. Menurunkan suhu udara
Bila suhu udara di atas 104˚F (40˚C), tenaga kerja mendapat tambahan pans
secara nyata dari udara. Bila suhu udara dibawah 90˚F (32˚C), maka ada
pelepasan panas dari tubuh secara nyata. Suhu udara dapat diturunkan
dengan memasang ventilasi dengan cara pengenceran dan pendinginan
secara aktif.
3. Menurunkan kelembaban udara.
Dengan menggunakan ruangan yang dingin akan menurunkan tekanan
panas, hal ini disebabkan oleh karena suhu udara dan kelembaban udara
yang lebih rendah, sehingga meningkatkan kecepatan penguapan dengan
pendinginan.
4. Menurunkan panas radiasi.
Bila suhu globe lebih dari 109˚F (43˚C) panas radiasi merupakan sumber
tekanan panas secara nyata. Sesunggunhnya lembaran logam atau
permuakaan benda yangdapat digunakan sebagai perisai sangat banyak,

15
dibawah ini adalah daftar logam atau permuakaan benda yang padat
digunakan sebagai perisai.

Tabel 2.9.1 Macam-Macam Bahan Yang Dapat Digunakan Sebagai Tabir Terhadap
Panas Radiasi
Relative efficiencies of common shielding material
Sarface of Relation of radiont heat Emission of radiant heat
shielding incident upon sarface(%) from surface
Aluminium,bright 95 % 5%
Zinc,bright 90 % 10 %
Al, oxidized 84 % 16 %
Zn, oxidized 73 % 27 %
Al,paint,newclean 65 % 35 %
Iron,clea,oxidized 35 % 65 %
Brick 20 % 80 %
Laquer, black 10 % 90 %
Asbestos, board 6% 94 %
Lawuer, flat black 3% 97 %
(Sumber: industrial ventilation, A manual of recomended practice 11th Edition 2001)

b. Pengendalian secara administratif


Adalah perubahan cara kerja yang dilakukan dalam upaya untuk membatasi
resiko pemajanan.
c. Perlindungan perorangan
Adalah suatu cara pengendalian yang dilaksanakan perorangan (setiap
pekerja). Untuk tekanan panas, perlindungan perorangan terutama berupa suatu
pakaian pendingin, namun juga dapat termasuk pakaian yang dapat
memantulkan panas radiasi yang tinggi dalam lingkungan tempat kerja panas.
(Soeripto 2008)

16
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 ALAT DAN BAHAN


1. Wet Bulb Globe Temperature Instrument
2. Meteran
3. Spidol
4. Baterai AAA
5. Aquadest
3.2 PERLENGKAPAN
1. Safety helmet
2. Safety shoes
3. Ear plug
4. Wearpack
3.3 TATA CARA PENGOPERASIAN ALAT
1. Tekan tombol I/O enter untuk menyalakan, maka akan muncul menu sebagai berikut:
Tanda panah menunjukkan opsi menu yang dipilih.
2. Tekan I/O enter untuk memilih opsi lain.
3. Tekan I/O enter untuk melihat hasil pengukuran
4. Tekan tombol naik/turun untuk melihat hasil pengukuran sebelumnya/ sesudahnya
5. Untuk menampilkan bahasa yang berbeda, maka diarahkan pada menu utama setup,
kemudian tekan tombol naik/turun untuk memilih bahasa yang diinginkan.
6. Untuk kembali pada menu utama, tekan tombol run/stop.

17
3.4. DIAGRAM ALIR

Mulai

Melakukan data pengukuran di bengkel konstruksi lakukan praktek


sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan

Menentukan apa saja bahaya yang ada dibengkel konstruksi PPNS


Kemudian mencatat lalu menghitung apakah sesuai atau tidak
dengan kapasitas manusia

Metodologi Penelitian

Data Sekunder
Data Primer 1. Waktu kerja
1. ISBB 2. Beban kerja
2. Rh 3. Kalori pekerja

Analisa Pembahasan
1. ACGIH 1992
2. Kepmenaker 1999
3. Permennaker 2011
4. SNI
5. SNI
6.
Kesimpulan

18
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengukuran
Berdasarkan hasil pengukuran iklim kerja pada Selasa, 02 April 2024
pada pukul 08.00 WIB hingga 11.00 WIB didapatkan data sebagai berikut:
 Karakteristik Kegiatan Kerja
1. Identifikasi Mahasiswa/Pekerja
a) Nama: Radit
Jenis Kelamin: Laki-laki
Umur: 19 tahun
Berat badan: 58 kg
b) Nama: Diki
Jenis Kelamin: Laki-laki
Umur: 18 tahun
Berat badan: 63 kg
c) Nama: Rangga
Jenis Kelamin: Laki-laki
Umur: 19 tahun
Berat badan: 65 kg
2. Gambaran Kegiatan Kerja
Kegiatan Peralatan yang digunakan Durasi Kerja (menit)
Jobsheet transisi Meja press 40 menit
Gerinda Gerinda stand 20 menit
Pemotongan plat Mesin pemotong plat 30 menit

3. Data Hasil Pengukuran


RH (%) (ISBB) (℃)
Titik Suhu Suhu Suhu % Eror
Psycho Psycho
Penguku Basah Kerin Bola Alat
Alat metry metry
ran (℃) g (℃) (℃) Alat RH ISBB
chart chart
1 26,7 31,0 30,9 72,4 28,0
2 26,9 31,8 31,5 73,9 29,7
a
3 26,5 30,6 30,7 72,8 28,7
Rata 26,7 31,1 31,0 73,0 84 28,8 28,02 13,09 2,78

19
-rata
1 26,8 31,8 31,9 68,8 28,5
b 2 27,1 32,4 32,3 70,3 27,9
3 26,7 31,9 31,7 68,4 29,6
Rata
26,8 32,0 31,9 69,2 65 28,6 28,34 6,46 0,92
-rata
1 26,9 31,9 31,9 70,4 28,5
2 27,4 32,6 32,4 71,7 28,7
c 3 26,5 32,1 31,3 68,9 29,9
Rata
26,9 32,2 31,8 70,3 81 29,0 28,37 13,21 2,22
-rata

4.2 Analisis Data


 Mahasiswa 1 (Radit)
1. Perhitungan RH berdasarkan tabel
ΔT = suhu kering – suhu basah
ΔT = 31,1°C – 26,7°C
ΔT = 4,4°C ≈ 4°C
Berdasarkan tabel RH dengan suhu kering 31,1 °C dan ΔT = 4°C, maka % RH
sebesar 84%
2. Perhitungan % eror RH
Alat = 73%
Psychometry chart = 84%
𝑅𝐻𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛−𝑅𝐻𝑎𝑙𝑎𝑡
% eror = | | × 100%
𝑅𝐻𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛

84− 73
=| | × 100%
84
11
=|84| × 100%

= 13,09%
3. Perhitungan ISBB tanpa radiasi
ISBB = 0.7 suhu basah alami + 0.3 suhu bola
ISBB = 0.7 (26,7°C) + 0.3 (31,1°C)
ISBB = 28,02°C
4. Perhitungan % eror ISBB
Alat = 28,8°C

20
Psychometry chart = 28,02°C
𝐼𝑆𝐵𝐵𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 − 𝐼𝑆𝐵𝐵𝑎𝑙𝑎𝑡
% eror = | | × 100%
𝐼𝑆𝐵𝐵𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛

28,02°C−28,8°C
=| | × 100%
28,02°C

−0,78
=|28,02°C | × 100%

= 2,78%
5. Perhitungan Waktu Kerja
waktu kerja
𝑊𝐾 = × 100%
waktu kerja + waktu istirahat
40
𝑊𝐾 = × 100%
60
𝑊𝐾 = 66,67% (Pengaturan waktu kerja termasuk dalam kategori 50% - 75%)
6. Beban Kerja
Pekerja bekerja dalam 40 menit dan istirahat dalam 20 menit, melakukan
kegiatan jobsheet transisi pada posisi berdiri (Diasumsikan termasuk pekerjaan
dengan tangan kategori 1) dengan waktu kerja sebesar 66,67%
 Rerata
(𝐵𝐾1 × 𝑇1) + (𝐵𝐾2 × 𝑇2)
𝑅𝐵𝐾 = × 60 𝐾𝑘𝑎𝑙/𝑗𝑎𝑚
𝑇1 + 𝑇2
(0,9 × 40) + (0,6 × 20)
𝑅𝐵𝐾 = × 60 𝐾𝑘𝑎𝑙/𝑗𝑎𝑚
60
𝑅𝐵𝐾 = 0,8 × 60 𝐾𝑘𝑎𝑙/𝑗𝑎𝑚
𝑅𝐵𝐾 = 48 𝐾𝑘𝑎𝑙/𝑗𝑎𝑚
 Metabolisme Basal (MB)
𝑀𝐵𝑙𝑎𝑘𝑖−𝑙𝑎𝑘𝑖 = 58 × 1 𝐾𝑘𝑎𝑙/𝑗𝑎𝑚
𝑀𝐵𝑙𝑎𝑘𝑖−𝑙𝑎𝑘𝑖 = 58 × 1 𝐾𝑘𝑎𝑙/𝑗𝑎𝑚
𝑀𝐵𝑙𝑎𝑘𝑖−𝑙𝑎𝑘𝑖 = 58 𝐾𝑘𝑎𝑙/𝑗𝑎𝑚
 Total Beban Kerja (TBK)
TBK = RBK + MB
TBK = 48 + 58
TBK = 106 𝐾𝑘𝑎𝑙/𝑗𝑎𝑚
Jadi, Mahasiswa 1 memiliki beban kerja total sebesar 106 Kkal/jam dengan
waktu kerja 66,67% yang berada di rentang 50% - 75%. Pekerjaan ini
dikategorikan sedang dengan batas ISBB 29°C.

21
 Mahasiswa 2 (Diki)
1. Perhitungan RH berdasarkan tabel
ΔT = suhu kering – suhu basah
ΔT = 32°C –26,8°C
ΔT = 5,2°C ≈ 5°C
Berdasarkan tabel RH dengan suhu kering 32°C dan ΔT = 5°C, maka % RH
sebesar 65%
2. Perhitungan % eror RH
Alat = 69,2%
Psychometry chart = 65%
𝑅𝐻𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛−𝑅𝐻𝑎𝑙𝑎𝑡
% eror = | | × 100%
𝑅𝐻𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛

65−69,2
=| | × 100%
65
−4,2
=| | × 100%
65

= 6,46%
3. Perhitungan ISBB dengan radiasi
ISBB = 0,7 suhu basah alami + 0,2 suhu bola + 0,1 suhu kering
ISBB = 0.7 (26,8°C) + 0,2 (31,9°C ) + 0.1 (32°C)
ISBB = 28,34 °C
4. Perhitungan % eror ISBB
Alat = 28,6°C
Psychometry chart = 28,34 °C
𝐼𝑆𝐵𝐵𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 − 𝐼𝑆𝐵𝐵𝑎𝑙𝑎𝑡
% eror = | | × 100%
𝐼𝑆𝐵𝐵𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛

28,34 −28,6
=| | × 100%
28,34

− 0,26
=| 28,34 | × 100%

= 0,92%
5. Perhitungan Waktu Kerja
waktu kerja
𝑊𝐾 = × 100%
waktu kerja + waktu istirahat
20
𝑊𝐾 = × 100%
60
𝑊𝐾 = 33,33% (Pengaturan waktu kerja termasuk dalam kategori 25% - 50%)
22
6. Beban Kerja
Pekerja bekerja dalam 20 menit dan istirahat dalam 40 menit, melakukan
kegiatan menggerinda pada posisi berdiri (Diasumsikan termasuk pekerjaan
dengan dua lengan kategori 1) dengan waktu kerja sebesar 33,33%
 Rerata
(𝐵𝐾1 × 𝑇1) + (𝐵𝐾2 × 𝑇2)
𝑅𝐵𝐾 = × 60 𝐾𝑘𝑎𝑙/𝑗𝑎𝑚
𝑇1 + 𝑇2
(1,85 × 20) + (1,55 × 40)
𝑅𝐵𝐾 = × 60 𝐾𝑘𝑎𝑙/𝑗𝑎𝑚
60
𝑅𝐵𝐾 = 1,65 × 60 𝐾𝑘𝑎𝑙/𝑗𝑎𝑚
𝑅𝐵𝐾 = 99 𝐾𝑘𝑎𝑙/𝑗𝑎𝑚
 Metabolisme Basal (MB)
𝑀𝐵𝑙𝑎𝑘𝑖−𝑙𝑎𝑘𝑖 = 63 × 1 𝐾𝑘𝑎𝑙/𝑗𝑎𝑚
𝑀𝐵𝑙𝑎𝑘𝑖−𝑙𝑎𝑘𝑖 = 63 × 1 𝐾𝑘𝑎𝑙/𝑗𝑎𝑚
𝑀𝐵𝑙𝑎𝑘𝑖−𝑙𝑎𝑘𝑖 = 63 𝐾𝑘𝑎𝑙/𝑗𝑎𝑚
 Total Beban Kerja (TBK)
TBK = RBK + MB
TBK = 99 + 63
TBK = 162 𝐾𝑘𝑎𝑙/𝑗𝑎𝑚
Jadi, Mahasiswa 2 memiliki beban kerja total sebesar 162 Kkal/jam dengan
waktu kerja 33,33% yang berada di rentang 25% - 50%. Pekerjaan ini
dikategorikan berat dengan batas ISBB 29°C.

 Mahasiswa 3 (Rangga)
1. Perhitungan RH berdasarkan tabel
ΔT = suhu kering – suhu basah
ΔT = 32,2°C – 26,9°C
ΔT = 5,3°C ≈ 5°C
Berdasarkan tabel RH dengan suhu kering 32,2°C dan ΔT = 5°C, maka % RH
sebesar 81%
2. Perhitungan % eror RH
Alat = 70,3%
Psychometry chart = 81%

23
𝑅𝐻𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛−𝑅𝐻𝑎𝑙𝑎𝑡
% eror = | | × 100%
𝑅𝐻𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛

81−70,3
=| | × 100%
81
10,7
=| 81 | × 100%

= 13,21%
3. Perhitungan ISBB tanpa radiasi
ISBB = 0.7 suhu basah alami + 0.3 suhu bola
ISBB = 0.7 (26,9°C) + 0.3 (31,8°C)
ISBB = 28,37°C
4. Perhitungan % eror ISBB
Alat = 29°C
Psychometry chart = 28,37°C
𝐼𝑆𝐵𝐵𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 − 𝐼𝑆𝐵𝐵𝑎𝑙𝑎𝑡
% eror = | | × 100%
𝐼𝑆𝐵𝐵𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛

28,37°C−29°C
=| | × 100%
28,37°C

−0,63°C
=| 28,37°C | × 100%

= 2,22%
5. Perhitungan Waktu Kerja
waktu kerja
𝑊𝐾 = × 100%
waktu kerja + waktu istirahat
30
𝑊𝐾 = × 100%
60
𝑊𝐾 = 50% (Pengaturan waktu kerja termasuk dalam kategori 50% - 75%)
6. Beban Kerja
Pekerja bekerja dalam 30 menit dan istirahat dalam 30 menit, melakukan
kegiatan pemotongan plat pada posisi berdiri (Diasumsikan termasuk pekerjaan
dengan satu lengan kategori 2) dengan waktu kerja sebesar 50%
 Rerata
(𝐵𝐾1 × 𝑇1) + (𝐵𝐾2 × 𝑇2)
𝑅𝐵𝐾 = × 60 𝐾𝑘𝑎𝑙/𝑗𝑎𝑚
𝑇1 + 𝑇2
(2,2 × 30) + (1,9 × 30)
𝑅𝐵𝐾 = × 60 𝐾𝑘𝑎𝑙/𝑗𝑎𝑚
60
𝑅𝐵𝐾 = 2,05 × 60 𝐾𝑘𝑎𝑙/𝑗𝑎𝑚
𝑅𝐵𝐾 = 123 𝐾𝑘𝑎𝑙/𝑗𝑎𝑚
 Metabolisme Basal (MB)

24
𝑀𝐵𝑙𝑎𝑘𝑖−𝑙𝑎𝑘𝑖 = 65 × 1 𝐾𝑘𝑎𝑙/𝑗𝑎𝑚
𝑀𝐵𝑙𝑎𝑘𝑖−𝑙𝑎𝑘𝑖 = 65 × 1 𝐾𝑘𝑎𝑙/𝑗𝑎𝑚
𝑀𝐵𝑙𝑎𝑘𝑖−𝑙𝑎𝑘𝑖 = 65
 Total Beban Kerja (TBK)
TBK = RBK + MB
TBK = 123+ 65
TBK = 188 𝐾𝑘𝑎𝑙/𝑗𝑎𝑚
Jadi, Mahasiswa 3 memiliki beban kerja total sebesar 188 Kkal/jam dengan
waktu kerja 50% yang berada di rentang 50% - 75%. Pekerjaan ini dikategorikan
sedang dengan batas ISBB 29°C.

4.3 Pembahasan
Berdasarkan ilmu Hygiene Industry, terdapat empat tahapan AREP yakni, Antisipasi,
Rekognisi, Evaluasi, dan Pengendalian yang digunakaan untuk menuju zero accident.
1. Antisipasi
a) Tahap Antisipasi
Pada tahap antisipasi pada umumnya digunakan untuk memprediksi potensi bahaya
yang ada di tempat yang bersangkutan. Dalam melakukan pengambilan data untuk
keperluan praktikum tersebut. Kondisi cukup ramai, namun bisa juga berpotensi adanya
bahaya paparan iklim kerja dengan nilai diatas batas normal tanpa diduga yang dapat
membahayakan kesehatan. Dampak yang dapat ditimbulkan apabila terkena iklim
kerja diatas batas NAB adalah dehidrasi,heat rash,hear exhaustion, dan heat stroke.
Saat tkelompok kami melakukan pengukuran di bengkel konstruksi berjumlah 28
orang, APD yang dipakai di bengkel berupa safety shoes,safety glasses,safety
gloves,dan earmuff serta melakukan safety briefieng sebelum memulai praktikum
b) Rekognisi
Berdasarkan praktikum yang dilakukan 3 mahasiswa laki-laki di bengkel konstruksi
didapatkan nilai yang menunjukan beban kerja masing- masing mahasiswa
berdasarkan ISBB dan waktu kerja:
 Mahasiswa 1 (radit) : kategori pekerjaan sedang dengan beban kerja total 106
Kkal/jam,rentang waktu 50%-75% dan batas ISBB 29°c
 Mahasiswa 2 (diki): kategori pekerjaan berat dengan beban kerja total 162
Kkal/jam,rentang waktu 25%-50% dan batas ISBB 29°c

25
 Mahasiswa 3 (Rangga) : kategori pekerjaan sedang dengan berat beban kerja
total 188Kkal/jam, rentang waktu 50%-75% dan batas ISBB 29°c

c) Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk menilai bahaya pada pekerja dengan menggunakan standar
yang berlaku. maka dilakukan perhitungan iklim kerja dengan menggunakan
perhitungan ISBB dan hasil yang didapat dari pengukuran kami iklim kerja di bengkel
tersebut tergolong aman karena tidak melebihi batas NAB

d) Pengendalian dilakukan untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan. Pada


praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil yang tidak memerlukan
pengendalian bahaya. Hal tersebut dikarenakan nilai iklim di bengkel tersebut
masih berada atau sama dengan NAB yang artinya aman. Maka dalam kondisi
ini tidak diperlukan tahap pengendalian..

26
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, kami menyimpulkan bahwa aktifitas
yang dilakukan di bengkel konstruksi saat pemotongan plat atau yang lainnya
merupakan tergolong beban kerja sedang dan berat. ISBB yang terdapat di bengkel
konstruksi, dapat dikatakan sudah memenuhi NAB karena nilai ISBB di semua bengkel
nilainnya kurang dari nilai ISBB yang disesuaikan dengan pembagian waktu kerja
sesuai dengan standar Lampiran ACGIH 1992, Kep-51/1999, Per-13/2011 dan SNI
tentang NAB iklim kerja ISSB yang diperkenankan dan dapat dikatakan dalam kondisi
iklim kerja aman. Meskipun kondisi iklim kerja di bengkel tersebut masih tergolong
aman, perlu dilakukan beberapa pengendalian dan rekomendasi yang berfungsi agar
tetap menjaga kondisi iklim kerja agar sesuai dengan kebutuhan para pekerja.
Rekomendasi yang harus dilakukan untuk menciptakan iklim kerja yang aman
adalah sebagai berikut :
1. Penambahan exhaust fan dimana panas dari lingkungan kerja ditarik keluar
dengan suhu yang lebih rendah.
2. Penataan tempat kerja, sehingga tidak terlihat sempit yang akan menghambat
sirkulasi udara.

27
DAFTAR PUSTAKA
Budiono,A.M. Sugeng(editor). 1990. Panduan Pelayanan Hiperkes dan Keselamatan Kerja.
Tri Tunggal Tata Fajar: Semarang
Kepmenaker No.51 Tahun 1999 Tentang NAB Faktor Fisika di Tempat Kerja
Heru,S, Haryon. 2007. Hygiene Lingkungan Kerja. Jogjakarta : mitra cendekia Press
Modul praktikum,tata tertib praktikum PLK:PPNS,ITS 2007
Soeripto,M. 2008. Hygiene Industri: Jakarta : Balai Penerbit FKUI

28
LAMPIRAN

29
Tugas Pendahuluan

1. Efek yang dapat muncul dari iklim kerja yang tidak sesuai dengan kapasitas manusia
adalah :
a. Heat stroke
b. Heat exhaustion
c. Heat cramps
d. Suhu inti tubuh lebih dari 38 oC dapat mengakibatkan kemandulan bagi pria
maupun wanita.

2. Rh = 87%

3. Hasil Pengukuran
Suhu Suhu Suhu WBGT
Titik Rh
Basah Kering Bola (ISBB) Keterangan
Pengukuran (%)
(oC) (oC) (oC) (oC)
1 34 36 39 35,2 Out door
2 30 35 38 32,1 Out door
3 32 33 37 33,1 Out door
4 22 25 26 23,2 Indoor

Beban kerja Kategori


Berjalan Sedang
Berdiri Ringan
Berjalan mendaki Berat
Kerja dengan 2 lengan Sedang

a. Kebutuhan kalor/jam
 Sedang : > 200-350 Kkal/jam
 Ringan : 100-200 Kkal/jam
 Berat : > 350-500 Kkal /jam
 Ringan : 100-200 Kkal/jam

30
b. Pengaturan waktu kerja
 Sedang : waktu kerja 25%, waktu istirahat 75%
 Ringan : waktu kerja 50%, waktu istirahat 50%
 Berat : waktu kerja 25%, waktu istirahat 75%
 Ringan : waktu kerja 100%

c. Rekomendasi yang harus dilakukan


 Menyediakan instruksi yang jelas secara verbal dan tertulis, progam pelatihan
rutin, serta informasi lain tentang heat stress
 Menyarankan minum air putih dingin walaupun sedikit (sekitar 150 ml) setiap
20 menit
 Pemberian izin kepada para pekerja untuk membatasi paparan terhadap dirinya
 Menganjurkan teman sekerja mendeteksi tanda dan gejala heat strain
 Mempertimbangkan kontrol teknik untuk mengurangi kecepatan metabolisme
 Menyediakan pergerakan udara general
 Mengurangi proses panas dan pelepasan uap air
 Perlindungan/ penyekatan sumber panas
 Mempertimbangkan penggunaan Alat Pelindung Diri

31

Anda mungkin juga menyukai