Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIKUM PENGUKURAN LINGKUNGAN KERJA


ISBB

Disusun oleh:
Siti Uswatun Hasanah
0516140121

LJ-TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


POLITENIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara tropis, dengan ciri utamanya
adalah suhu dan kelembaban yang tinggi, kondisi awal seperti ini seharusnya
sudah menjadi perhatian karena iklim kerja yang panas dapat mempengaruhi
kondisi pekerja. Panas merupakan sumber penting dalam proses produksi,
maka tidak menutup kemungkinan pekerja dapat terpapar langsung. Jika
pekerja terpapar dalam jangka waktu yang lama, maka pekerja yang terpapar
panas dapat mengalami penyakit akibat kerja yaitu menurunnya daya tahan
tubuh dan berpengaruh terhadap timbulnya gangguan kesehatan, sehingga
berpengaruh terhadap produktivtas dan efisiensi kerja. Iklim kerja yang panas
merupakan beban bagi tubuh, ditambah lagi apabila pekerja harus
mengerjakan pekerjaan-pekerjaan fisik yang berat, dapat memperburuk
kondisi kesehatan dan stamina pekerja.
Keluhan banyak muncul pada para pekerja maupun mahasiswa di
kampus PPNS, dikarenakan iklim kerja di daerah PPNS kurang mendapat
perhatian dan penanggulangan secara khusus. Oleh karena itu, saya terdorong
untuk mlakukan praktikum lingkungan kerja untuk mengukur NAB iklim
kerja di PPNS.
Dan cara untuk mengetahui berapa besar NAB untuk iklim kerja
digunakanlah ISBB (Indeks Suhu Bola Basah) yang diadopsi dari WBGT
(Wet Bulb Globe Temperature Index) yang dikeluarkan oleh ACGIH
(American Conference of Governmental Industrial Hygienists). Karena hal
itulah maka pada percobaan kali ini kami akan mencoba sebuah alat ukur
yang mampu mengetahui WBGT suatu tempat kerja.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum kali ini adalah :
1. Bagaimanakah kondisi iklim kerja di Politeknik Perkapalan Negeri
Surabaya?
2. Bagaimanakah rekomendasi untuk memperbaiki kondisi iklim kerja di
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya?
1.3. Tujuan
Tujuan pada praktikum kali ini adalah :
1. Mahasiswa mampu mengevaluasi kondisi iklim kerja Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya.
2. Mahasiswa mampu membuat rekomendasi untuk memperbaiki kondisi
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
1.4. Manfaat
Mahasiswa dapat mengukur iklim kerja pada suatu ruangan tertentu
dengan menggunakan WBGT (Wet Bulb Globe Temperature) dan
mengidentifikasi kelayakan dan kesesuaian terhadap NAB iklim kerja
ruangan tersebut terhadap temperatur yang ada.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Iklim Kerja


Iklim kerja adalah faktor-faktor termis dalam lingkungan kerja yang
dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Manusia mempertahankan suhu
tubuhnya antara 36 -37°C dengan berbagai cara pertukaran panas baik melalui
konduksi, konveksi, dan radiasi. Walaupun banyak faktor yang dapat
menaikan sushu tubuh, tapi mekanisme dalam tubuh, membuat suhu tetap
stabil .
Faktor lingkungan yang mempengaruhi keseimbangan suhu tubuh
adalah suhu panas atau dingin yang berlebihan. Suhu lingkungan dipengaruhi
oleh adanya angin, kelembaban, tekanan udara ruangan dan suhu udara luar
ruangan. Apabila tubuh tidak dapat beberadaptasi dengan suhu ekstrim, maka
akan timbul gangguan kesehatan .
Beberapa istilah yang harus dipahami:
1. Temperatur suhu kering, t (ºC)
Temperatur yang dibaca oleh sensor suhu kering dan terbuka, namun
hasil pembacaan tidak terlalu tepat karena adanya pengaruh radiasi
panas, kecuali sensornya mendapat ventilasi baik.
2. Temperatur suhu basah, T (ºC)
Temperatur yang dibaca oleh sensor yang telah dibalut dengan kain /
kapas basah untuk menghilangakan pegaruh radiasi, yang harus
diperhatikan adalah aliran udara yang mel;ewati sensor minimal 5 m/s.
3. Kelembaban relatif, Q (%)
Merupakan perbandingan antara tekanan parsial uap air yang da didalam
udara dan tekanan jenih uap air pada temperatur yang sama.

2.2. Mekanisme Pertukaran Panas


Iklim kerja adalah suatu kombinasi dari suhu kerja, kelembaban udara,
kecepatan gerakan udara, dan suhu radiasi pada suatu tempat kerja. Cuaca
keraja yang tidak aman, tidak sesuai dengan yang disyaratkan dapat
menurunkan kapasitas kerja yang berakibat menurunkan efisiensi dan
produktivitas kerja. Suhu udara yang dianggap nikmat bagi orang indonesia
sekitar 24˚C sampai 36˚C dan selisih didalam dan diluar tidak boleh lebih dari
5˚C. Batas kecepatan angin yaitu 0,25 sampai 0,5 m/dt.
Di daerah tropis masalah pemaparan panas menjadi faktor penting yang
harus diperhatikan. Disamping cuaca kerja, sebetulnya tubuh sendiri ketika
beraktivitas juga mengeluarkan panas. Keseimbangan antara tubuh dan
lingkungan diperlukan supaya metabolisme tubuh dapat berjalan lancar.
Pertama-tama panas dipindahkan dari organ yang memproduksi panas ke
kulit, melalui sirkulasi darah. Kemudian panas mengalami pertukaran dari
tubuh ke lingkungan.
Proses pertukaran panas antara tubuh dan lingkungan terjadi melalui
mekanisme konveksi, radiasi, vaporasi, dan konduksi. Bila seseorang sedang
bekerja, tubuh pekreja tersebut akan mengalami interaksi dengan lingkungan
yang terdiri dari suhu udara, kelembaban dan gerakan atau aliran udara.
Proses metabolisme tubuh yang berintereaksi dengan panas dilingkungan
akan menyebabkan pekerja pekerja mengalami tekanan panas. Tekanan panas
ini dapat disebabkan karena adanya sumber panas maupun adanya ventilasi
yang kurang baik. Contoh tekanan panas yang disebabkan oleh adanya
sumber panas terjadi pada pabrik pengecoran logam, pabrik baja, pabrik
gelas, pabrik panel, dan sejenisnya. Pada pabrik-pabrik tersebut biasanya
suhu udara ruang tanur pembakaran berkisar 1.500-30.000°C, sedangkan
tekanan panas yang dikarenakan oleh ventilasi yang kurang baik biasanya
terjadi pada pabrik tekstil, garmen, pemintalan maupun sejenisnya.
Adapun uraian mengenai masing-masing mekanisme adalah sebagai
berikut :
1. Konveksi
Konveksi adalah mekanisme pertukaran panas antara permukaan tubuh
(kulit dan pakaian) dengan udara sekitar.
2. Radiasi
Radiasi adalah transmisi energy electromagnetic melalui ruang.
3. Evaporasi
Evaporasi adalah proses penguapan air dari kulit sebagai akibat
perbedaan tekanan uap air antara kulit dan udara sekitar.
4. Konduksi
Konduksi adalah pertukaran panas melalui kontak langsung antara kulit
dengan zat padat, tetapi biasanya jarang terjadi sehingga sering
diabaikan. (Sumber : Heru dan Haryon 2007)

2.3. Pekerjaan-Pekerjaan yang Berpotensi Menjadi Sumber Pemaparan


Panas
Pekerjaan-pekerjaan yang berpotensi menjadi sumber pemaparan panas
(Budiono, 1990) adalah :
1. Jenis pekerjaan di luar ruangan/udara terbuka
a. Pertanian, perkebunan, kehutanan
b. Kontruksi terutama jalan raya, jembatan, lapangan golf, renovasi rel
kereta api
c. Pengeboran, pertambangan terbuka
d. Memancing, rekreasi
e. Aktivitas latihan militer
2. Jenis pekerjaan di dalam ruangan
a. Pabrik pengolahan makanan
b. Proses pencelupan batik
c. Laundry
d. Dapur dirumah sakit
e. Ruang mesin, proses pengecoran logam
f. Ventilasi ruang kerja sangat kurang unutk ruang di daerah tropis.
2.4. Kepmenaker No.51 Tahun 1999 Tentang NAB Faktor Fisika di Tempat
Kerja
Pemerintah Indonesia dalam hal ini adalah Departemen Tenaga Kerja
mengeluarkan KepMen/Kep-51.Men/1999 tentang Nilai Ambang Batas
Faktor Fisika di Tempat Kerja yang di dalamnya mengatur tentang Nilai
Ambang Batas untuk iklim kerja panas.

Beberapa definisi yang terdapat dalam peraturan tersebut adalah


sebagai berikut :
1. Iklim kerja : hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan
gerakan udara, dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari
tubih tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya.
2. Nilai Ambang Batas (NAB) : standar faktor tempat kerja yang dapat
diterima tenaga kerja tanpa menakbatkan penyakit atau gangguan
kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam
sehari atau 40 jam seminggu.
3. Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) : parameter untuk menilai tingkat iklim
kerja yang merupakan hasil perhitungan antara suhu udara kering, suhu
basah alami, dan suhu bola.
4. Suhu udara kering : suhu yang ditunjukkan oleh termometer suhu kering.
5. Suhu basah alami : suhu yang ditunjukkan oleh termometer bola basah
alami.
6. Suhu bola : suhu yang ditunjukkan oleh termometer bola.

Tabel 2.1 Lampiran Kep-51/1999 tentang NAB iklim kerja ISSB yang
diperkenankan
ISBB (oC)
Pengaturan waktu kerja setiap
jam Beban Kerja
Waktu
Waktu kerja Ringan Sedang Berat
Istirahat
Kerja terus menerus - 30.0 26.7 25.0
(8 jam sehari )
75% 25% 30.6 28.0 25.9
Tabel 2.2 Lampiran Kep-51/1999 tentang NAB iklim kerja ISSB yang
diperkenankan
ISBB (oC)
Pengaturan waktu kerja setiap
jam Beban Kerja
Waktu
Waktu kerja Ringan Sedang Berat
Istirahat
50 % 50 % 31,4 29,4 27,9

25 % 75 % 32,2 31,1 30

(Sumber : Kepmen 51/1999)

ISBB untuk pekerjaan diluar ruangan dengan panas radiasi


ISBB = 0,7 x suhu basah alami + 0,2 x suhu bola + 0,1 x suhu kering ..(2.1)
ISBB untuk pekerjaan didalam ruangan tanpa panas radiasi
ISBB = 0,7 x suhu basah alami + 0,3 x suhu bola…………………......(2.2)
Catatan :
 Beban kerja ringan membutuhkan kalori 100-200 Kkal/jam
 Beban kerja sedang membutuhkan kalori > 200-350 Kkal/jam
 Beban kerja berat membutuhkan kalori > 350-500 Kkal/jam

Ada beberapa koreksian terhadap penentuan nilai WBGT. Ada


beberapa panduan yang perlu diperhatikan untuk mengkoreksi nilai WBGT,
antara lain :
1. Suplemen berupa air dan garam
Penyediaan air putih dan garam harus dilakukan agar pekerja dapat
memperoleh masukan cairan sebagai pengganti cairan yang hilang,
dengan ketentuan minum air putih setiap 15-20 menit sekali (@ 150 ml).
Temperatur air minum harus dijaga pada 10-150C, dan ditempatkan di
tempat yang mudah dijangkau oleh pekerja tanpa perlu meninggalkan
pekerjaannya. Disarankan untuk para pekerja supaya lebih banyam
mengkonsumsi garam pada makanan mereka (pada pekerja dengan diet
rendah garam, harus berkonsultasi dengan ahlinya), dan pada tempat
kerja mereka disediakan air minum bergaram dengan konsetrasi 0,1% (1
gr NaCl dalam 1 L air, atau 1 sendok makan garam setiap 15 quarts air
minum)
2. Pakaian kerja
Untuk penentuan WBGT pada pakain pekerja dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 2.3 Koreksi Faktor Pakaian Terhadap WBGT (°C)

Koreksi
Tipe Pakaian
WBGT
Summer work uniform 0
Cotton coveralls -2
Winter work uniform -4
Water barrier, permeable -6
(Sumber : ACGIH 2005)

3. Aklimatisasi dan kebugaran


Aklimatisasi adalah serangkaian pengaturan fisiologis dan psikologis
yang dilakukan seorang individu pada minggu pertama dirinya terpapar
lingkungan yang panas, untuk beradaptasi terhadap tekanan panas. NAB
ini berlaku terhadap pekerja yang sehat secara fisik. Perhatian ekstra
harus diberikan apabila tenaga yang terpapar panas belum
beraklimatisasi dan tidak dalam kondisi fisik yang sehat.
4. Efek terhadap kesehatan
Efek terburuk akibat tekanan panas adalah heat stroke, heat exhaustion,
heat cramps, heat disorders, dan lain - lain.
5. Pemakaian Alat Pelindung Diri
Apabila diperlukan dalam pekerjaannya pemakaian APD, dan peralatan
atau perlengkapan lain yang ditujukan unruk melindungi pekerja dari
bahaya lain, maka nilai WBGT tersebut harus di koreksi. Nilai WBGT
pada table di atas merupakan penaksiran dan tidak dimaksudkan untuk
peniadaan monitoring fisiologis.
2.5. Nilai Ambang Batas iklim kerja (ACGIH Tahun 2005)
Pada ACGIH tahun 2005 terdapat beberapa hal yang telah dikaji secara
berkelanjutan untuk mendapatkan kesempurnaan standar yang mereka
keluarkan. Sebagaimana tertera pada Tabel 2.3, 2.4, 2.5, 2.6 dibawah ini.

Tabel 2.4 Penambahan Nilai WBGT Terhadap Setelan Pakaian Kerja


Penambahan
Tipe Pakaian
WBGT (°C)
Summer work uniform 0

Cloth (woven material) overalls +3,5


Double – cloth overalls +5

(Sumber : ACGIH 2005)


*these values must not be used for encapsulating suits or garments that are
impermeable or highly resistan to water vapor or air movement through
fabrics

Tabel 2.5 Tabel Paparan Panas WBGT yang diperkenankan sebagai NAB (WBGT
dalam ˚C)
Acclimatized Unacclimatized
Work
Heavy Very Very
Demands Light Moderate Light Moderate Heavy
Heavy Heavy
100% 29.5 27.5 26 - 27.5 25 22.5 -
work
75% work 30.5 28.5 27.5 - 29 26.5 24.5 -
25% rest
50% work 31.5 29.5 28.5 27.5 30 28 26.5 25
50% rest
25% rest 32.5 31 30 29.5 31 29 28 26.5
75% work
(Sumber : ACGIH 2005 )

Catatan :
1. Nilai pada tabel di atas berlaku untuk waktu kerja 8 jam sehari, 5 hari
seminggu dengan waktu istirahat pada umumnya.
2. Nilai kriteria untuk pekerjaan terus menerus dan 25% istirahat untuk
kerja sangat berat tidak diberikan, mengingat efek biologis (tanpa melihat
WBGT) pekerjaan tersebut pada tenaga kerja yang memiliki kondisi
kesehatan kurang baik.

Catatan:
1. Untuk demand category lihat tabel
2. Jika lingkungan kerja dan istirahat berbeda, perhitungan rata-rata waktu
per jam harus dilakukan. Dan jika pekerjaan bervariasi dalam setiap
jamnya, perhitungan TWA juga harus dilakukan.
3. Nilai pada tabel di atas berlaku untuk waktu kerja 8 jam sehari, 5 hari
seminggu dengan waktu istirahat pada umumnya. Bila waktu kerja
bertambah, konsultasikan dengan ahli hygiene industri.
4. Nilai kriteria untuk pekerjaan terus menerus dan 25% istirahat untuk
kerja sangat berat tidak diberikan, mengingat efek fisiologis (tanpa
melihat WBGT) pekerjaan tersebut pada tenaga kerja yang memiliki
kondisi kesehatan kurang baik.

Tabel 2.6 Beberapa Contoh Aktivitas Dalam Kategori Kecepatan


Metabolisme
Kategori Jenis Aktivitas
Resting Duduk dengan tenang
Duduk dengan sedikit gerakan
Light Duduk dengan sedikit gerakan tangan dan kaki
Berdiri dengan pekerjaan yang ringan pada mesin atau
meja serta banyak gerakan lengan
Menggunakan gergaji meja (table saw)
Berdiri dengan pekerjaan yang ringan/sedang pada
mesin atau meja serta sedikit berjalan
Moderate Menggosok atau menyikat dengan posisi berdiri
Berjalan dengan mengangkat atau menekan dengan
beban sedang
Berjalan pada 6 km/jam dengan membawa beban 3 kg
Heavy Mengergaji dengan tangan
Menyekop pasir kering
Pekerjaan perakitan yang berat pada basis yang tidak
terus-menerus
Sebentar-sebentar mengangkat dengan mendorong atau
menekan beban yang berat
Very Heavy Menyekop pasir basah
(Sumber: ACGIH, 2005)

Tabel 2.7 Pedoman Batasan Heat Strain


Parameter Pengukuran
Denyut Selama beberpa menit, denyut nadi melebihi 180 detik
nadi permenit (DPM) setelah dikurangkan umur pekerja dalam
tahun (180-umur)
Suhu Suhu tubuh inti lebih dari 38,5°C untuk pekerja terseleksi
tubuh inti dan terklimatisasi, dan suhu tubuh inti lebih dari 38°C untuk
pekrja tidak terseleksi dan tidak aklimatisasi
Denyut Proses normalnya kembali denyut nadi setelah pekerjaan
nadi puncak lebih dari 110 DPM
Gejala Kelelahan, pusing, mual, kemerahan pada wajah
sakit
(Sumber : ACGIH, 2005)

Pekerja berada pada resiko tinggi jika:


1. Berkeringat dalam jumlah besar selama berjam-jam
2. Kehilangan berat badan setelah satu shift lebih besar dari 1,5% dari berat
badan total
3. Ekskresi sodium dalam urin selama 24 jam kurang dari 50 mmoles

2.6. Standart Tekanan Panas dan Beban Kerja


Tekanan panas yang berlebihan akan menyebabkan pekerja cepat lelah.
Makin berat beban kerja makin cepat pengeluaran panas dari dalam tubuh.
Menurut American Conference of Governmental Industrial Hygiene
(ACGIH) standar tekanan panas terhadap tingkat beban kerja tertera pada
tabel di bawah ini:

Tabel 2.8 Standart Tekanan Panas dan Beban Kerja


Beban kerja
Cara kerja Ringan<200 Sedang<350 Berat<500
Continuous 30.0/86 26.7/80 25.0/77
75 % 30.6/87 28.0/82 25.9/77
50 % 31.4/89 29.4/85 27.9/82
25 % 32.2/90 31.1/88 30.0/86
(Sumber : ACGIH, 2005)
Keterangan : maksimum suhu untuk bekerja 38˚C

2.7. Penilaian Tekanan Panas


Tekanan panas dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang selanjutnya
dapat digolongkan dalam :
1. Climatic factor : suhu udara, humidity, radiasi, kecepatan gerakan udara.
2. Non climatic faktor : panas metabolisme, pakaian kerja, dan tingkat
aklimatisasi.
Untuk menyederhanakan pengertian maka beberapa ahli menciptakan
suatu indeks menurut urgensinya, sebagai berikut :
1. Suhu efektif, yaitu indeks sensoris dari tingkat panas yang dialami oleh
seseorang tanpa baju dan bekerja enteng dalam berbagai kombinasi suhu,
kelembaban, dan kecepatan aliran udara. Skala suhu efektif. Kelemahan
penggunaan suhu efektif ialah tidak memperhitungkan panas radiasi dan
panas metabolisme tubuh sendiri.
2. Indeks Suhu Basah dan Bola (Wet Bult Globe Temperatur Indeks)
ISBB/WBGT.
a. Untuk yang bekerja dengan sinar matahari :
ISBB=0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu radiasi + 0,1 x suhu kering
b. Untuk yang bekerja tanpa penyinaran matahari
ISBB=0,7 x suhu basah + 0,3 x suhu radiasi
Indeks ini dihubungkan dengan tingkat pekerjaan yang dilakuakan oleh
tenaga kerja. Standarnya sebagai berikut :
- Jenis pekerjaan ringan,WBGTI 30,0˚C
- Jenis pekerjaan sedang,WBGTI 26,7˚C
- Jenis pekerjaan berat,WBGTI 25,0˚C
Catatan :
 Beban kerja ringan membutuhkan kalori 100-200 Kkal/jam
 Beban kerja sedang membutuhkan kalori > 200-350 Kkal/jam
 Beban kerja berat membutuhkan kalori > 350-500 Kkal/jam

Indeks Kecepatan Keluar Keringat selama 4 jam/predicted 4-hour sweet


rate (P4SR) yaitu banyaknya keringat keluar selama 4 jam sebagai akibat
kombinasi suhu, kelembaban, dan kecepatan gerakan udara, serta panas
radiasi. Dapat pula dikoreksi dengan pakaian dan tingkat kegiatan kerja.
3. Indeks Belding-Hacth/Heat Stres Indeks of Belding-Harth (HIS)
dihubungkan dengan kemampuan berkeringat dari orang standart yaitu
orang muda dengan tinggi 170 cm dan berat badan 154 pound, dalam
keadaan sehat dan memiliki kesegaran jasmani serta beraklimatisasi
terhadap panas. Indeks ini mendasarkan atas perbandingan banyaknya
keringat yang diperlukan untuk mengimbangi panas dan kapas maksimal
tubuh untuk berkeringat. Pengukuran yang diperlukan adalah suhu kering
dan basah, suhu globe, kecepatan aliran udara, produksi panas akibat
kegiatan dan pekerjaan.
Special condition :
1. Bila ISBB di ukur di ruang istirahat sama atau mendekati sama dengan
ruang kerja
Bila ruang istirahat memakai AC atau dipertahankan kurang lebih 24oC,
maka lama istirahat dapat dikurangi 25%, demikian pula bila lama
istirahat ditambah, waktu paparan dapat di perpanjang.
2. Bila irama kerja diatur oleh pekerja, sebesar 30-50% kapasitas kerja
maksimal, beban kerja rata per hari tidak lebih dari 330 Kkal/jam
3. Bila pakaian pekerja adalah dari bahan katun.

2.8. Efek Dari Iklim Kerja Yang Tidak Sesuai


Efek dari iklim kerja yang tidak sesuai dengan kapasitas manusia juga
dapat menyebabkan gangguan-gangguan kesehatan antara lain:
 Diakibatkan suhu panas :
- Heat Cramps : dialami dalm lingkungan yang suhunya tinggi sebagai
akibat dari bertambahnya keringat yang menyebabkan hilangnya
garam natrium dari tubuh. Gejala-gejala dari heat cramps adalah
kejang-kejang oto tubuh, perut yang sakit, pinsan, lemas dan muntah-
muntah. Sedangkan cara mengatasinya adalah dengan sering
meminum susu dan jika terjadi kejang-kejang diobati dengan larutan
garam isotonis.
- Heat Exhaustion : terjadi karena cuaca yang sangat panas terutama
bagi mereka yang belum beraklimatisasi terhadap udara panas.
Gejala-gejalanya adalah berkeringat sangat banyak, suhu badan panas,
tekanan darah menjadi rendah, nadi berdetak cepat dan kondisi tubuh
lemah. Sedangkan cara mengatasinya adalah dengan istirahat dan
makan yang cukup serta memakai pakaian yang longgar.
- Heat Stroke : jarang terjadi pada industri tetapi sangat berbahaya.
Biasanya yang terkena adalah lelaki yang pekerjaannya berta dan
belum teraklimatisasi. Gejalanya adalah suhu badan naik, kulit kering
dan panas. Cara mengatasinya adalah dengan menurunkan suhu tubuh
dengan cara mengompres.
 Diakibatkan suhu dingin :
- Chilblains : disebabkan karena bekerja di tempat dingin dalm waktu
yang cukup lama. Gejalanya adalah otot membengkak, kulit memerah
dan panas disertai gatal.
- Trench Foot : kerusakan anggota badan terutama kaki oleh
kelembaban atau dingin. Gejalanya adalah kaki kesemutan, kaku dan
terasa berat.
- Frostbite : dikarenakan bekerja di tempat yang bertenperatur di bawah
titik beku. Gejalanya adalah otot membengkak dan kaku dan bisa
menyebabkan cacat permanen.

2.9. Pelaksanaan Pengukuran Iklim kerja


 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum pengukuran iklim kerja ini
disebut dengan weather instrument /thermocouple. Kalibrasi diperlukan
untuk menyakinkan bahwa alat dalam keadaan baik dan dapat
menghasilkan pengukuran yang akurat.
 Bagian-bagiannya yakni
1. Display
2. Tombol on/off untuk mengaktifkan
3. Tombol light untuk membuat display menyala bila diperlukan
4. Tombol hold untuk menahan hasil pembacaan
5. Thermocouple dipakai sebagai sensor untuk mengukur suhu kering
maupun suhu basah.

2.10. Pengendalian Iklim Kerja Tinggi (Tekanan Panas)


Pengendalian heat stress dan heat strain dipusatkan disekitar penyebab
dari heat stress dan ketegangan physiologi yang dihasilkan. Hal ini
memerlukan :
1. Pengendalian secara umum
a. Training (pendidikan/latihan)
Yang dimaksud disini adalah pendidikan atau pelatihan bagi calon
tenaga kerja sebelum ditempatkan yang dilaksanakan secara berkala
(periodik).
b. Pengendalian tekanan panas melalui penerapan hygiene.
Yang dikasud adalah tindakan-tindakan yang diamnil oleh perorangan
untuk mengurangi resiko penyakit yang disebabkan oleh panas.
Termasuk pengendalian tekanan panas melalui penerapan hygiene
adalah :
1. Pengandalian cairan
2. Aklimatisasi
3. Self determination
Diartikan sebagai pembatasan terhadap pajanan panas dimana
tenaga kerja menghindari terhadap cuaca panas apabila ia sudah
merasakan terpapar suhu panas secara berlebihan.
4. Diet
Makanan yang terlalu manis atau mengandung karbohidrat
berlebihan tidak dianjurkan karena akan menahan cairan melalui
ginjal atau keringat.
5. Gaya hidup dan status kesehatan
6. Pakaian kerja
Pakaian kerja untuk lingkungan tempat kerja panas sebaiknya dari
bahan yang mudah menyerap keringat seperti : bahan yang terbuat
dari katun, sehingga penguapan mudah terjadi.
2. Pengendalian secara khusus
Pengendalian secara khusus dapat dilaksanakan dengan 3 cara :
a. Pengendalian secara teknis
Cara ini mencakup :
1. Mengurangi beban kerja
2. Menurunkan suhu udara
Bila suhu udara di atas 104˚F (40˚C), tenaga kerja mendapat
tambahan pans secara nyata dari udara. Bila suhu udara dibawah
90˚F (32˚C), maka ada pelepasan panas dari tubuh secara nyata.
Suhu udara dapat diturunkan dengan memasang ventilasi dengan
cara pengenceran dan pendinginan secara aktif.
3. Menurunkan kelembaban udara.
Dengan menggunakan ruangan yang dingin akan menurunkan
tekanan panas, hal ini disebabkan oleh karena suhu udara dan
kelembaban udara yang lebih rendah, sehingga meningkatkan
kecepatan penguapan dengan pendinginan.
4. Menurunkan panas radiasi.
Bila suhu globe lebih dari 109˚F (43˚C) panas radiasi merupakan
sumber tekanan panas secara nyata. Sesunggunhnya lembaran
logam atau permuakaan benda yangdapat digunakan sebagai
perisai sangat banyak, dibawah ini adalah daftar logam atau
permuakaan benda yang padat digunakan sebagai perisai.

Tabel 2.9 Macam-Macam Bahan Yang Dapat Digunakan Sebagai Tabir


Terhadap Panas Radiasi
Relative efficiencies of common shielding material
Sarface of Relation of radiont heat Emission of radiant
shielding incident upon heat from surface
sarface(%)
Aluminium,bright 95 % 5%
Zinc,bright 90 % 10 %
Al, oxidized 84 % 16 %
Zn, oxidized 73 % 27 %
Al,paint,newclean 65 % 35 %
Iron,clea,oxidized 35 % 65 %
Brick 20 % 80 %
Laquer, black 10 % 90 %
Asbestos, board 6% 94 %
Lawuer, flat black 3 % 97 %
(Sumber: industrial ventilation, A manual of recomended practice 11th Edition 2001)

b. Pengendalian secara administratif


Adalah perubahan cara kerja yang dilakukan dalam upaya untuk
membatasi resiko pemajanan.
c. Perlindungan perorangan
Adalah suatu cara pengendalian yang dilaksanakan perorangan
(setiap pekerja). Untuk tekanan panas, perlindungan perorangan
terutama berupa suatu pakaian pendingin, namun juga dapat
termasuk pakaian yang dapat memantulkan panas radiasi yang tinggi
dalam lingkungan tempat kerja panas. (Soeripto 2008)

2.11. Perhitungan Beban Kerja dan Rh


Untuk menentukan kebutuhan kalori per jam menurut aktivitasnya
dapat dilihat pada tabel 2.9. dengan menghitung kenutuhan kalori maka
hasilnya akan dihubungkan dengan kondisi beban kerja pekerja dan akan
digunakan untuk mengatur pembagian waktu antara kerja dan istirahat
pekerja. Dan untuk menentukan Rh melalui perhitungan dapat dilihat pada
tabel 2.10.

Tabel 2.9. Kebutuhan Kalori Per Jam Menurut Jenis Aktivitas


Sumber : Suma’mur (1982) dikutip dari Sherman, H.C. Chemistry of Food and
Nutrition
Tabel 2.10 Perbandingan Rh dengan Temperatur
(Sumber : Novalynk, 2010)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum pengukuran iklim kerja ini
disebut dengan weather instrument/thermocouple. Kalibrasi diperlukan untuk
meyakinkan bahwa alat dalam keadaan baik dan dapat menghasilkan
pengukuran yang valid.

Gambar 3.1 weather instrument / thermocouple

3.2 Prosedur Kerja


Prosedur penggunaan weather instrument/thermocouple adalah
sebagai berikut :
1. Ubahlah power on/off pada posisi “ON”
2. Pilih satuan suhu yang akan dipakai sebagai acuan (bisa dalam bentuk
°C/°F)
3. Lakukan pengukuran pada sasaran ukur
 Suhu kering
Letakkan thermocouple pada tempat yang akan di ukur, biarkan
beberapa saat sampai suhu kering terbaca oleh thermometer.
Kemudian catat hasil pengkuran.
 Suhu basah
Letakkan thermocouple yang ujungnya telah ditutup dengan
kapas/kain basah pada tempat yang akan di ukur, biarkan beberapa
saat sampai suhu basah terbaca oleh thermometer. Kemudian cacat
hasil pengukuran.
3.5. Safety Precaution
Pada praktikum ini diperlukan adanya penggunaan alat pelindung diri
(APD) yaitu safety helmet, safety google, respirator, dan safety shoes.
Penggunaan safety helmet dimaksudkan untuk mencegah terjadinya cidera
pada kepala yang diakibatkan oleh kejatuhan benda maupun hal lain yang
dapat mencederai kepala. Selanjutnya safety google digunakan untuk
melindungi mata untuk mencegah masuknya gram-gram yang dihasilkan dari
proses bubut dan sebagainya. Sedangkan respirator digunakan untuk
membantu pernafasan pada saat bernafas di tempat yang mengandung bahan
kimia contohnya di tempat bengkel las. Untuk melindungi kaki kita
khususnya jari-jari dan telapak kaki perlu menggunakan safety shoes untuk
mencegah terjadinya cidera pada jari-jari kaki.

Anda mungkin juga menyukai