Mata Kuliah
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Materi Praktek
PENGUKURAN IKLIM KERJA (ISBB)
Dosen
YULIANTO, BE., S.Pd., M.Kes.
Nama Mahasiswa
...........................................................
NIM
..............................................
A. ACARA
Pengukuran iklim kerja terhadap tekanan panas dengan parameter ISBB
(Indeks Suhu Basah dan Bola).
B. TUJUAN
C. DASAR TEORI
Manuaba (1992) mengatakan bahwa lingkungan kerja yang nyaman sangat
dibutuhkan oleh setiap pekerja untuk dapat bekerja secara optimal dan
produktif, untuk itu sangat perlu penanganan dan perencanaan lingkungan kerja
dengan baik agar terwujud kondisi yang kondusif terhadap pekerja untuk bias
melaksanakan kegiatan dalam suasanan yang aman, nyaman dan sehat
(Djamaludin Ramlan, 2006, h.59).
Suhu tubuh manusia yang dapat kita raba atau rasakan tidak hanya
didapat dari metabolisme tetapi juga dipengaruhi semakin besar pula lingkungan.
Semakin tinggi panas lingkungan semakin besar pula pengaruhnya terhadap
suhu tubuh.
Tekanan panas yang berlabihan akan menjadi beban tambahan bagi
pekerja yang perlu untuk diperhatikan, sebab beban tambahan seperti panas
dilingkungan kerja dapat menyebabkan timbulnya beban fisiologi misalnya
kerja jantung bertambah.
Untuk mengetahui besarnya pengaruh panas lingkungan pada tubuh, maka
para ahli berusaha mencari metode pengukuran sederhana yang dapat mencakup
pengaruh dari faktor suhu udara, kelembaban dan gerakan atau aliran udara,
yang dinyatakan dalam bentuk skala atau indeks.
Iklim kerja (panas) merupakan salah satu faktor yang pengaruhnya
cukup dominan terhadap kinerja sumber daya manusia bahkan pengaruhnya tidak
terbatas pada kinerja saja melainkan dapat lebih jauh lagi, yaitu pada
kesehatan dan keselamatan tenaga kerja. Untuk itu diperlukan standar mengenai
pengukuran iklim kerja (panas) dengan parameter indeks suhu basah dan bola.
Indeks Suhu Basah dan Bola (wet bulb globe temperature index) parameter
untuk menilai tingkat iklim kerja yang merupakan hasil perhitungan antara suhu
kering, suhu basah alami dan suhu bola Standar pengukuran iklim kerja (panas)
dengan parameter indeks suhu basah dan bola mencakup prinsip pengukuran,
peralatan, prosedur kerja, penentuan titik pengukuran dan perhitungan. Teknisi
yang menggunakan metoda ini harus seorang yang berkompetensi dalam
melakukan pengukuran iklim kerja (panas). Iklim kerja (panas) hasil perpaduan
antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi. Suhu
basah alami (natural wet bulb temperature) adalah suhu penguapan air yang
pada suhu yang sama menyebabkan terjadinya keseimbangan uap air di udara,
suhu ini diukur dengan termometer basah alami dan suhu tersebut lebih rendah
dari suhu kering. Suhu kering (dry bulb temperature) adalah suhu udara yang
diukur dengan termometer suhu kering. Suhu bola (globe temperature) adalah suhu
yang diukur dengan menggunakan termometer suhu bola yang sensornya
dimasukkan dalam bola tembaga yang dicat hitam, sebagai indikator tingkat
radiasi.
Standar pengukuran ini merupakan cara pemantauan tempat kerja yang
mempunyai potensi bahaya bagi tenaga kerja yang bersumber dari iklim kerja
(panas). Dalam penerapannya di lapangan, pengukuran indeks suhu basah dan
bola dilaksanakan bersamaan dengan perhitungan beban kerja yang di
dibandingkan pada pembatasan waktu kerja sebagaimana diatur Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2016 Tentang Standar dan
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri.
D. ALAT
Alat-alat yang dipakai harus telah dikalibrasi oleh laboratorium yang
terakreditasi untuk melakukan kalibrasi, minimal 1 tahun sekali.
Alat-alat yang digunakan terdiri dari:
1. Termometer suhu basah alami mempunyai kisaran – 5O C sampai dengan 50O
C dan bergraduasi maksimal 0,5O C.
E. BAHAN
2. Air
3. Kapas / kain
F. PROSEDUR KERJA
1. Siapkan tiga buah termometer yang masih berfungsi dengan baik sebagai
termometer kering, termometer basah, dan termometer bola.
2. Rendam kain kasa putih pada termometer suhu basah alami dengan air
suling, jarak antara dasar lambung termometer dan permukaan tempat air
1 inci.
6. Waktu pengukuran dilakukan 3 kali dalam 8 jam kerja yaitu pada awal shift
kerja, pertengahan shift kerja dan akhir shift kerja.
4. Menentukan alokasi waktu kerja dan istirahat dalam satu siklus kerja
(work-rest regimen) Penentuan kategori alokasi waktu kerja dan istirahat
dalam satu
sikluskerja dilakukan dengan menghitung proporsi antara waktu kerja yang
terpajan panas dengan waktu istirahat dalam satu siklus kerja, yang dinyatakan
dalam persen.
I. HASIL PENGUKURAN
O
Cuaca : C Kelembaban : %
Mengetahui, Pelaksana,
.............................................. ..............................................
J. INTERPRETASI
K. KESIMPULAN
Purwokerto, ……………,20......
Pembimbing Praktikan,
Praktikum
……….…………………….
………………………….
NIP.: NIM.:
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM
Mata Kuliah
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Materi Praktek
PENGUKURAN TEMPERATUR EFEKTIF
Dosen
YULIANTO, BE., S.Pd., M.Kes.
Nama Mahasiswa
...........................................................
NIM
..............................................
A. Acara
Pengukuran temperatur effektif.
B. Tujuan
Setelah melakukan praktikum ini, praktikan diharapkan dapat melakukan
pengukuran temperatur effektif pada suatu tempat kerja.
C. Tinjauan Teori
Temperatur tubuh manusia dipertahankan hampir menetap oleh suatu
sistim pengatur temperatur. Temperatur menetap tersebut akibat
keseimbangan antara panas yang dihasilkan dalam tubuh sebagai akibat
metabolisme dan pertukaran panas antara tubuh dengan lingkungan sekitar.
E. Prosedur Kerja
1. Ukurlah temperatur basah dengan menggunakan termometer basah yang
tersedia, catat hasilnya pada lembar kerja.
2. Ukurlah temperatur kering dengan menggunakan termometer kering yang
tersedia, catat hasilnya pada lembar kerja.
3. Ukurlah kecepatan aliran udara yang ada di tempat kerja dengan
menggunakan anemometer, catat hasilnya pada lembar kerja.
4. Hitunglah temperatr effektif dengan menggunakan grafik yang tersedia.
G. Hasil.
1. Temperatur Basah :
2. Temperatur Kering :
3. Kecepatan Angin :
4. Temperatur Effektif :
H. Interpretasi
I. Kesimpulan.
Purwokerto, ……………,20......
Pembimbing Praktikan,
Praktikum
……….…………………….
………………………….
NIP.: NIM.:
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM
Mata Kuliah
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Materi Praktek
PENGUKURAN INTENSITAS CAHAYA
Dosen
YULIANTO, BE., S.Pd., M.Kes.
Nama Mahasiswa
...........................................................
NIM
..............................................
C. DASAR TEORI
Cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang
memiliki panjang gelombang antara 4.10-7 s/d 8.10-7
meter. Cahaya atau sinar putih dikenal dengan nama
cahaya polikhromatik (banyak warna). Untuk
keperluan teknis, cahaya dapat dipecah menjadi
spectrum warna tunggal dengan sebuah instrument
yang disebut monochromator. Kita dapat melihat
misalnya pada specthrophotometer. Untuk keperluan
penerangan, kuat cahaya dapat diukur dengan sebuah
tranduser peka cahaya. Satuan yang lazim digunakan
adalah lux atau cd (candela).
Intensitas penerangan di tempat kerja
dimaksudkan untuk menberikan penerangan kepada
benda-benda yang merupakan obyek kerja, peralatan
atau mesin dan proses produksi serta lingkungan kerja.
Untuk itu diperlukan intensitas penerangan yang
optimal. Selain menerangi obyek kerja, penerangan
juga diharapkan cukup memadai menerangi keadaan
sekelilingnya.
Intensitas penerangan merupakan aspek penting
di tempat kerja, karena berbagai masalah akan timbul
ketika kualitas intensitas penerangan di tempat kerja
tidak memenuhi standar yang ditetapkan. Kualitas
penerangan yang tidak memadai berefek buruk bagi
fungsi penglihatan, juga untuk lingkungan sekeliling
tempat kerja, maupun aspek psikologis, yang dapat
dirasakan sebagai kelelahan,
rasa kurang nyaman, kurang kewaspadaan sampai
kepada pengaruh yang terberat seperti kecelakaan.
D. ALAT
Luxmeter
E. BAHAN
Cahaya di tempat kerja yang akan diukur
6.
INTENSITAS
NO KETERANGAN
(Lux)
1. Penerangan darurat 5
2. Halaman dan jalan 20
Pekerjaan membedakan barang
3. 50
besar.
Pekerjaan membedakan barang
4. 100
barang kecil secara sepintas lalu
Pekerjaan membeda-bedakan
5. barang- barang kecil yang agak 200
teliti
Pekerjaan pembedaan yang
6. teliti daripada barang barang 300
kecil dan
halus
Pekerjaan membeda-bedakan
barang barang halus dengan
7. 500 – 1000
kontras yang sedang dan
dalam
waktu yang lama
Pekerjaan membeda-bedakan
barang barang yang sangat halus
8. 1000
dengan kontras yang sangat
kurang untuk waktu yang lama
Catatan : contoh masing masing jenis pekerjaan
dapat dilihat pada Perenaker Nomor 5
Tahun 2018.
H. HASIL PENGUKURAN
Lampiran A
Denah Pengukuran Intensitas Penerangan
pada Penerangan Setempat
1. Nama perusahaan : ..................................................
2. Alamat : ..................................................
..................................................
3. Jenis perusahaan : ..................................................
4. Jumlah tenaga kerja : ..................................................
5. Unit kerja/ruang kerja: ..................................................
6. Jenis lampu : Pijar/Gas halogen/ Germicidal /
Fluorescent / Natrium/Infrared
7. Jenis penerangan : ..................................................
8. Tanggal pengukuran : ..................................................
Denah penerangan setempat
J. KESIMPULAN
Purwokerto, ……………,20......
Pembimbing Praktikan,
Praktikum
……….…………………….
………………………. NIM.:
NIP.:
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM
Mata Kuliah
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Materi Praktek
PENGUKURAN INTENSITAS SUARA
Dosen
YULIANTO, BE., S.Pd., M.Kes.
Nama Mahasiswa
...........................................................
NIM
..............................................
C. DASAR TEORI
Bising dalam Kesehatan Kerja diartikan sebagai suara yang dapat
menurunkan pendengaran baik secara kuantitatif (peningkatan ambang
pendengaran) maupun secara kualitatif (penyempitan spektrum pendengaran),
berkaitan dengan faktor intensitas, frekuensi, durasi dan pola waktu.
Kebisingan didefinisikan sebagai suara yang tidak dikehendaki oleh yang
mendengarnya, misalnya yang merintangi terdengarnya suara-suara musik
dan sebagainya, atau yang menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya
hidup. Oleh karena kebisingan dapat membahayakan kesehatan maka diperlukan
suatu pengukuran intensitas suara agar keberadaan suara disuatu tempat dapat
terkontrol sehingga keberadaannya tidak membahayakan kesehatan.
Jenis kebisingan berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyi, dapat
dibagi
atas :
1. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas. Bising ini relatif
tetap dalam batas kurang lebih 5 dB untuk periode 0,5 detik berturut-turut.
Misalnya mesin, kipas angin, dapur pijar.
2. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit. Bising ini
juga relatif tetap akan tetapi hanya mempunyai frekuensi tertentu saja
(pada frekuensi 500, 1000 dan 4000 Hz. Misalnya gergaji sirkuler, katup
gas.
3. Bising terputus-putus (intermitten). Bising ini tidak terjadi secara terus
menerus, melainkan ada periode relatif tenang. Misalnya suara lalu lintas,
kebisingan di lapangan terbang.
4. Bising impulsif. Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40
dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya.
Misalnya suara tembakan, suara ledakan mercon, suara meriam.
5. Bising impulsif berulang. Sama dengan bising impulsif, hanya saja terjadi
secara berulang-ulang. Misalnya mesin tempa.
Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, bising dapat dibagi atas :
1. Bising yang mengganggu (irritating noise), intensitas tidak terlalu keras,
misalnya mendengkur.
2. Bising yang menutupi (masking noise). Merupakan bunyi yang menutupi
pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan
membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena teriakan
atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain.
3. Bising yang merusak (damaging / injurious noise), adalah bunyi yang
intensitasnya melampaui NAB. Bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan
fungsi pendengaran.
Bising menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja, seperti
gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian,
atau ada yang menggolongkan gangguan berupa gangguan auditory misalnya
gangguan terhadap pendengaran dan gangguan non auditory seperti komunikasi
terganggu, ancaman bahaya keselamatan, menurunnya performance kerja,
kelelahan dan stress. Lebih rinci dapat digambarkan dampak bising terhadap
kesehatan pekerja sebagai berikut :
1. Gangguan Fisiologis, gangguan dapat berupa peningkatan tekanan
darah, peningkatan nadi, basal metabolisme, konstruksi pembuluh darah kecil
terutama pada bagian kaki, dapat menyebabkan pucat dan gangguan
sensoris.
2. Gangguan Psikologis, gangguan ini dapat berupa rasa tidak nyaman,
kurang konsentrasi, susah tidur, emosi dan lain-lain. Paparan jangka waktu
lama dapat menimbulkan penyakit psikosomatik seperti gastritis, penyakit
jantung koroner dan lain-lain.
3. Gangguan Komunikasi, gangguan komunikasi akibat bising dapat
menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan mungkin terjadi
kesalahan, terutama bagi pekerja baru yang belum berpengalaman.
Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung akan mengakibatkan bahaya
terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, karena tidak
mendengar teriakan atau isyarat tanda bahaya dan tentunya dapat
menurunkan mutu pekerjaan dan produktivitas kerja.
4. Gangguan Keseimbangan, yang mengakibatkan gangguan fisiologis seperti
kepala pusing, mual dan lain-lain.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah bunyi atau suara yang
tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan, kenyamanan serta
dapat menimbulkan gangguan pendengaran dan bahkan ketulian.
Gangguan pendengaran adalah perubahan pada tingkat pendengaran yang
berakibat kesulitan dalam melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalam
hal memahami pembicaraan. Secara kasar gradasi gangguan pendengaran karena
bising itu sendiri dapat ditentukan menggunakan parameter percakapan sehari-
hari sebagai berikut :
No Gradasi Parameter
1. Normal Tidak mengalami kesulitan dalam percakapan biasa (6
m)
2. Sedang Kesulitan dalam percakan sehari-hari mulai jarak >
1,5 m
3. Menengah Kesulitan dalam percakapan keras sehari-hari mulai
jarak
> 1,5 m
4. Berat Kesulitan dalam percakapan keras / berteriak pada jarak
>
1,5 m
5. Sangat Berat Kesulitan dalam percakapan keras / berterial pada jarak
<
1,5 m
6. Tuli Total Kehilangan kemampuan pendengaran dalam
berkomunikasi
Tingkat cacat pendengaran juga dapat ditentukan dengan mengukur nilai
ambang dengar (Hearing Threshold Level = HTL), yaitu angka rata-rata
penurunan ambang dengan dengan dB pada frekuensi 500, 1000, 2000, 4000
Hz.
Penurunan nilai ambang dengar dilakukan pada kedua telinga.
No Tingkat Cacat Parameter
Pada pemeriksaan audiometri ambang dengar
1. Telinga Normal tidak melebihi 25 dB dan di dalam pembicaraan
biasa tidak
ada kesukaran mendengar suara perlahan.
Pada pemeriksaan audiometri ambang dengar 25 -
2. Tuli Ringan 40
dB dan terdapat kesukaran mendengar.
Pada pemeriksaan audiometri terdapat ambang
3. Tuli Sedang dengar antara 40 – 55 dB Seringkali terdapat
kesukaran untuk
mendengar pembicaraan biasa.
Tuli Sedang Pada pemeriksaan audiometri terdapat ambang dengar
4.
Berat rata-rata antara 55 - 70 dB. Kesukaran mendengar
suara
pembicaraan kalau tidak dengan suara keras.
Ambang dengar rata-rata antara 70 - 90 dB. Hanya
5. Tuli Berat
dapat mendengar suara yang sangat keras.
Tuli Sangat Ambang dengar 90 dB atau lebih. Sama sekali tidak
6.
Berat mendengar pembicaraan.
D. ALAT
Sound Level Meter (SLM).
Alat tulis
E. BAHAN
Suara pada tempat kerja.
F. PROSEDUR KERJA
1. Tentukan titik sampling yang jauh dari medan magnet / faktor lain yang
mengganggu.
2. Kalibrasi SLM dengan menggeser saklar function dan range ke cal sampai
pada display muncul 94 dB.
3. Pegang SLM dengan jarak 0,5 meter dari badan dan ketinggian 1,2 - 1,5
m dari permukaan lantai.
4. Pengukuran intensitas bising di tempat kerja yang bertujuan untuk melakukan
pemantauan dilakukan pagi, siang dan sore.
5. Pengukuran intensitas bising di tempat kerja yang bertujuan untuk
mengatahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja dilakukan sesuai dengan
tempat dan jam kerja (8 jam).
6. Pengukuran intensitas bising di lingkungan permukiman, dilakukan selama 24
jam.
7. Pembacaan intensitas bising dilakukan setiap 5 detik, kemudian dicatat
pada lembar kerja
8. Hitung bising sinambung setara dengan rumus :
Leq = 10 log [(Ti/Tn) x ∑ 10(Li/10) ]
a. Leq : tingkat kebisingan sinambung setara.
b. Leq(1) : kebisingan sinambung setara 1 menit.
c. Leq(10): kebisingan sinambung setara 10 menit.
d. Ti : waktu pembacaan ( 5 detik ) dan,
e. Tn : total waktu (60 detik) dan,
f. Li : intensitas bising hasil pengukuran, dan
g. Leq(10) : Ti= 1 menit, Tn = 10 menit, Li = Leq(1).
G. NAB KEBISINGAN
NILAI AMBANG BATAS KEBISINGAN BERDASAR PERMENAKER NO 0 TAHUN 2018
TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LINGKUNGAN KERJA
Leq(1)
Leq(10)
I. INTERPRETASI
J. KESIMPULAN
Purwokerto, ……………,20......
….…………………….
………………………….
NIM.:
NIP.:
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM
Mata Kuliah
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Materi Praktek
PENGENALAN ALAT PEMADAM API
RINGAN
Dosen
YULIANTO, BE., S.Pd., M.Kes.
Nama Mahasiswa
...........................................................
NIM
..............................................
C. DASAR TEOR
Kebakaran adalah suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat
dari suatu bahan bakar yang disertai dengan timbulnya api/penyalaan.
1. Bahan bakar dalam jumlah yang cukup,Bahan bakar dengan bahan padat , cair atau uap
/gas
2. Zat pengoksidasi/oksigen dalam jumlah yang cukup
3. Sumber nyala yang cukup untuk menyebabkan kebakaran
APAR (Alat Pemadam Api Ringan) ialah alat yang ringan serta mudah dilayani
untuk satu orang guna memadamkan api/kebakaran pada mula terjadi kebakaran (definisi
berdasarkan Permenakertrans RI No 4/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan).
Ketika kebakaran terjadi kuasailah pada saat api tersebut masih kecil, semakin besar
api semakin sulit memadamkannya. Tindakan yang cepat diperlukan agan pemadaman api
dapat efektif dilakukan. Pengetahuan mengenai jenis alat pemadam api yang sesuai dengan
material yang terbakar sangat diperlukan. Ketahuilah tempat pemadam api, perlengkapan
pemadam api seperti selang air, selimut api, mencuci muka / mandi didalam daerah bekerja
dimana anda bekerja, jangan pindahkan alat pencegahan/pemadam kebakaran dari daerah
yang ditentukan tanpa persetujuan dari bagian Safety Personil kecuali untuk penanggulangan
terhadap bahaya kebakaran. Jangan meletakan benda yang menghalangi alat pemadam
kebakaran.Pemadam api harus selalu tersedia jika diperlukan untuk pekerjaan panas.
Laporkan segera ke petugas Safety jika terdapat kerusakan pada alat pemadam api.
PenyebabKebakaran
Kebakaran dapat terjadi bila terdapat 3 hal sebagai berikut :
1. Terdapat bahan yang mudah terbakar baik berupa bahan padat cair atau gas ( kayu,
kertas,textil,bensin,minyak,acetelindll)
2. Terdapat suhu yang tinggi yang disebabkan oleh sumber panas seperti Sinar Matahari,
Listrik (kortsluiting, panas energy mekanik (gesekan), Reaksi Kimia, Kompresi Udara
3. Terdapat Oksigen (02) yang cukup kandungannya. Makin besar kandungan oksigen
dalam udara maka nyal api akan semakin besar. Pada kandungan oksigen kurang dari
12% tidak akan terjadi kebakaran. Dalam keadaan normal kandungan oksigen di udara
21%, cukup efektif untuk terjadinya kebakaran
Bila tiga unsur tersebut cukup tersedia maka kebakaran terjadi. Apabila salah satu dari 3
unsur tersebut tidak tersedia dalam jumlah yang cukup maka tidak mungkin terjadi
kebakaran. Jadi api dapat dipadamkan dengan tiga cara yaitu :
1. Dengan menurunkan suhunya dibawah suhu kebakaran,
2. Menghilangkan zat asam
3. Menjauhkan barang-barang yang mudah terbakar
Pengelompokan Kebakaran
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 04/MEN/1980 Bab I Pasal 2, ayat 1
mengkalisikasikan kebakaran menjadi 4 yaitu katagori A,B,C,D. Sedangkan National Fire
Protection Association (NFPA) menetapkan 5 katagori jenis penyebab kebakaran, yaitu
kelas A, B, C, D dan K. Bahkan beberapa Negara menetapkan tambahan klasikasi dengan
kelas E.
Klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kebakaran Kelas A
Adalah kebakaran yang menyangkut benda-benda padat kecuali logam. Contoh :
Kebakarankayu, kertas, kain, plastik, dsb.
Alat/media pemadam yang tepat untuk memadamkan kebakaran klas ini adalah dengan :
pasir, tanah/lumpur, tepung pemadam, foam (busa) dan air .
2. Kebakaran Kelas B
Kebakaran bahan bakar cair atau gas yang mudah terbakar.
Contoh : Kerosine, solar, premium (bensin), LPG/LNG, minyak goreng.
Alat pemadam yang dapat dipergunakan pada kebakaran tersebut adalah Tepung
pemadam (dry powder), busa (foam), air dalam bentuk spray/kabut yang halus.
3. Kebakaranm Kelas C
Kebakaran instalasi listrik bertegangan. Seperti : Breaker listrik dan alat rumah tangga
lainnya yang menggunakan listrik. Alat Pemadam yang dipergunakan adalah :
Carbondioxyda (CO2), tepung kering (dry chemical). Dalam pemadaman ini dilarang
menggunakan media air.
4. Kebakaran Kelas D
Kebakaran pada benda-benda logam padat seperti : magnesum, alumunium, natrium,
kalium, dsb. Alat pemadam yang dipergunakan adalah : pasir halus dan kering, dry
powder khusus.
5. Kebakaran Kelas K
Kebakaran yang disebabkan oleh bahan akibat konsentrasi lemak yang tinggi. Kebakaran
jenis ini banyak terjadi di dapur. Api yang timbul didapur dapat dikategorikan pada api
Klas B.
6. Kebakaran Kelas E
Kebakaran yang disebabkan oleh adanya hubungan arus pendek pada peralatan
elektronik. Alat pemadam yang bisa digunakan untuk memadamkan kebakaran jenis ini
dapat juga menggunakan tepung kimia kering (dry powder), akan tetapi memiliki resiko
kerusakan peralatan elektronik, karena dry powder mempunyai sifat lengket. Lebih cocok
menggunakan pemadam api berbahan clean agent.
Tata cara (Prosedur) penggunaan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) / Tabung
Pemadam Kebakaran :
1. Perhatikan arah angin (usahakan badan/muka menghadap searah dengan arah angin)
supaya media pemadam benar-benar efektif menuju ke pusat api dan jilatan api tidak
mengenai tubuh petugas pemadam.
2. Perhatikan sumber kebakaran dan gunakan jenis APAR yang sesuai dengan klasifikasi
sumber kebakaran
D. PENGENALAN APAR
1. Bacalah informasi terkait dengan Kartu Service
2. Perhatikan petunjuk penggunaan APAR yang tertulis pada tabung.
3. Perhatikan klasifikasi kebakaran yang dapat dipadamkan dengan APAR yang diamati.
4. Perhatikan informasi lain yang tertulis pada petunjuk penggunaan APAR
E. HASIL PENGENALAN APAR
1. Hasil Pembacan Kartu Service
a. Nama Pemilik : ...................................................................
b. Merk APAR : ...................................................................
c. Media : ...................................................................
d. Kapasitas Tabung : ...................................................................
e. Tanggal Pengisian : ...................................................................
f. Tanggal Pengisian Kembali : ...................................................................
Purwokerto, ……………,20......
Pembimbing Praktikum Praktikan,
……….…………………….
………………………….
NIM.:
NIP.:
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM
Mata Kuliah
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Materi Praktek
PENGUKURAN PAPARAN
DEBU
Dosen
YULIANTO, BE., S.Pd., M.Kes.
Nama Mahasiswa
...........................................................
NIM
..............................................
C. DASAR TEORI
Debu merupakan partikel padat yang terbentuk karena adanya kekuatan
alami atau mekanik seperti penghalusan (grinding), penghancuran (crushing),
peledakan (blasting), pengayakan (shaking) atau pengeboran (drilling). Adanya
partikel debu di tempat kerja dapat memberikan efek ketidaknyamanan dalam
bekerja dan debu-debu jenis tertentu dapat memberikan pengaruh negatif
terhadap kesehatan tenaga kerja. Debu total terdiri dari bermacam-macam
elemen atau senyawa dan berbagai ukuran partikel mulai dari ukuran yang
paling kecil hingga 100 micron.
Pengukuran kadar debu dilakukan dengan teknik gravimetri.
Pengambilan sampel dilakukan pada zona pernapasan pekerja (breathing
zone). Media sampling yang digunakan adalah filter yang bersifat hidrofobik
dengan ukuran pori 0,5 µm (misalnya dari sejenis PVC, fiberglass).
D. ALAT
1. Personal dust sampler (PDS).
2. Pinset.
3. Desikator.
4. Timbangan analitik.
5. Termometer.
6. Hygrometer.
7. Anemometer.
E. BAHAN
1. Filter hidrofobik seperti PVC atau fiberglass.
2. Kertas label.
3. Plastik.
4. Debu di tempat kerja.
F. PROSEDUR KERJA
1. Menyiapkan filter.
a. Simpan filter yang akan digunakan untuk pengukuran dan filter blangko
pada Desicator selama 24 jam sebelum digunakan.
b. Timbang filter dengan menggunakan timbangan analitik, filter sampel
W1 dan filter blangko B1. Penimbangan dilakukan tiga kali sampai
diperoleh angka yang stabil.
c. Setiap filter diberi nomor.
d. Catat hasil penimbangan filter sesuai dengan nomor filter.
e. Masukkan filter kedalam tempat penyimpanan.
f. Siapkan semua peralatan yang akan digunakan dalam pengukuran di
lapangan (tempat kerja).
2. Cara menggunakan Personal dust sampler :
G. NAB
Hasil dari pengukuran kadar debu di tempat kerja dibandingkan dengan
Nilai Ambang Batas sesuai Permenakertrans No. 13 Tahun 2011 :
1. Debu Logam 10
1. Debu Total 10
3. Silicat total 50
No Nama W2 W1 B2 B1 V SPM
I. INTERPRETAS
J. KESIMPULAN
Purwokerto, ……………,20......
Pembimbing Praktikum Praktikan,
………………………. ……….…………………….
NIP.: NIM.:
Lampiran 1
Lampiran 2
Menghidupkan Pompa Hisap Mematikan Pompa Hisap
Lampiran 3
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM
Mata Kuliah
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Materi Praktek
PENGUKURAN WAKTU
RESPON
Dosen
YULIANTO, BE., S.Pd., M.Kes.
Nama Mahasiswa
...........................................................
NIM
..............................................
A. ACARA
Pengukuran waktu respon.
B. TUJUAN
Setelah melakukan praktikum ini, praktikan diharapkan dapat:
1. Mengetahui tingkat kelelahan tenaga kerja akibat pekerjaanya.
2. Berlatih menggunakan alat ukur reaction timer.
C. TINJAUAN TEORI
Kelelahan kerja merupakan suatu perasaan yang bersifat subyektif.
Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan
kebutuhan dalam bekerja. Kelelahan merupakan suatu mekanisme
perlindungan agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut, sehingga akan
terjadi pemulihan.
Jenis kelelahan:
1. Kelelahan otot: merupakan tremor pada otot atau perasaaan nyeri yang
terdapat pada otot.
2. Kelelahan umum: merupakan kelelahan yang ditandai dengan
berkurangnya kemampuan untuk bekerja yang disebabkan oleh aktivitas
fisik atau psikis.
Tanda-tanda kelelahan:
1. Penurunan perhatian
2. Perlambatan dan hambatan persepsi
3. Lambat dan sukar berfikir
4. Kurangnya kemauan dan dorongan untuk bekerja
5. Kurangnya efisiensi kegiatan-kegiatan fisik dan mental
Waktu reaksi
No Tingkat kelelahan kerja
(milli detik)
1 Normal 150-240
2 Ringan 240-410
3 Sedang 410-580
1
2
3
4.
5.
6
7.
8.
9.
10
G. INTERPRESTASI HASIL
H. KESIMPULAN
Purwokerto, ……………,20......
Pembimbing Praktikum Praktikan,
…………………………. ……….…………………….
NIP.: NIM.: