Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

PENGUKURAN LINGKUNGAN KERJA


IKLIM KERJA

KELOMPOK :4
NAMA : PRASETIYO DWI N
NRP : 0518040034
KELAS : K3-4B

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN


KERJA JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam melakukan pekerjaan, iklim kerja merupakan hal yang
sangat penting untuk diperhatikan. Iklim kerja adalah kombinasi dari suhu
kerja, kelembaban udara, kecepatan udara, dan juga suhu radiasi pada
tempat kerja. Iklim kerja harus diperhatikan karena dapat mempengaruhi
kinerja pekerja pada saat melakukan pekerjaannya. Dimana apabila iklim
kerja sesuai dan tidak melebihi nilai ambang batas akan membuat pekerja
nyaman dalam melakukan pekerjaan dan membuat pekerja lebih produktif.
Sedangkan apabila melebihi nilai ambang batas maka iklim kerja dapat
menimbulkan potensi bahaya pada lingkungan kerja. Pada kondisi tersebut
iklim kerja dapat menyebabkan pekerja lebih mudah lelah dan juga
memiliki resiko tinggi terkena penyakit akibat kerja.
Sehingga pada praktikum iklim kerja ini bertujuan untuk
mengetahui nilai ambang batas pada tempat kerja supaya kita dapat
mengetahui apakah sudah sesuai dengan nilai ambang batas atau melebihi
nilai ambang batas. Jika pada tempat kerja tersebut melebihi nilai ambang
batas maka dapat dilakukan pengendalian atau diberikan rekomendasi
yang sesuai agar tidak melebihi nilai ambang batas.

1.2.Tujuan
1. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran iklim kerja pada lingkungan
kerja.
2. Mahasiswa mampu mengoperasikan alat Wet Bulb Globe Temperature
Instrument
3. Mahasiswa mampu meberikan rekomendasi yang terjadi apabila terjadi
permasalahan iklim kerja pada lingkungan kerja yang di ukur.

1.3.Ruang Lingkup
1. Tempat : Bengkel Las
2. Waktu : 28 April 2020
3. Peralatan : Wet Bulb Globe Temperature Instrument dan meteran 5
meter
4. Yang melakukan praktikum:
 Prasetiyo Dwi N (051804034)
 Gans Gegana Stedy (051804050)
 Gilang Armanda Putri (051804051)
 Praiesska Wenny M (051804055)
 Nabiilah 'Azzah (051804057)
BAB II
DASAR TEORI

2.1. Pengertian
Salah satu faktor yang penting untuk diperhatikan dalam menunjang
kinerja pekerja agar lebih optimal dan produktif adalah iklim kerja. Pengaruh
iklim kerja selain pada kinerja juga berpengaruh pada keselamatan dan
kesehatan kerja, sehingga diperlukan pengukuran iklim kerja dengan standar
indeks suhu basah dan bola (SNI, 2004). Dalam Peraturan Mentri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi RI No. Per.13/MEN/X/2011 pengertian iklim kerja
adalah gabungan antara kelembaban, suhu, kecepatan gerakan udara serta
panas radiasi dengan pengeluaran panas dari tubuh pekerja yang disebabkan
oleh pekerjaannya (Mentri, 2011). Iklim kerja merupakan kombinasi dari
suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerak udara dan suhu radiasi yang
berhubungan dengan produksi panas pada tubuh, pada lingkungan iklim kerja
panas, apabila tubuh tidak melepaskan panas maka suhu tubuh akan
meningkat 1˚C setiap jamnya (Suwondo, 2013)
Namun jika tubuh tidak mampu beradaptasi dengan suhu ekstrim,
akan timbul gangguan kesehatan. Berikut istilah dalam iklim kerja yang
harus dipahami menurut SNI 16-7063-2004 :
1. Suhu Kering (Dry Bulb Temperature)
Merupakan suhu udara di tempat kerja yang ditunjukkan oleh
termometer suhu kering.
2. Suhu Basah Alami (Natural Wet Bulb Temperature)
Merupakan suhu penguapan air yang pada suhu yang sama
menyebabkan terjadinya keseimbangan uap air di udara. Suhu ini
diukur menggunakan termometer basah alami dan suhu tersebut lebih
rendah dari suhu kering.
3. Suhu Bola (Globe Temperature)
Merupakan suhu yang diukur menggunakan termometer suhu bola yang
sensornya dimasukkan dalam bola tembaga yang dicat hitam yang
digunakan sebagai indikator tingkat radiasi
4. Indeks Suhu Basah dan Bola (Wet Bulb Globe Temperature Index)
Yaitu parameter untuk menilai tingkat iklim kerja panas yang
merupakan hasil perhitungan antara suhu udara kering, suhu basah
alami dan suhu bola

2.2. Jenis Iklim Kerja


Pada umumnya iklim kerja dibagi menjadi 2 jenis, yaitu iklim kerja panas
dan iklim kerja dingin. Berikut penjelasan kedua jenis iklim kerja tersebut
2.2.1 Iklim Kerja Panas
Iklim kerja panas merupakan keadaan lingkungan kerja yang
disebabkan oleh suhu udara, suhu radiasi, sinar matahari, gerakan
angin, dan juga kelembaban. Tempat kerja yang terpapar oleh suhu
panas akan meningkatkan resiko terjadinya penyakit akibat kerja.
Panas dalam tubuh merupakan energi kinetik molekul secara terus-
menerus sebagai hasil dari metabolisme. Kemudian panas dalam tubuh
akan dikeluarkan ke lingkungan sekitar. Untuk menyeimbangkan
pengeluaran dan pembentukan panas dalam tubuh maka terjadilah
pertukaran panas melalui kulit. Penyakit akibat kerja yang dapat
ditimbulkan akibat iklim kerja panas yaitu heat stress, dehidrasi, heat
rash, heat fatigue, heat stroke, heat cramps, heat exhaustion, dan lain
sebagainya.
2.2.2 Iklim Kerja Dingin
Kurangnya efisiensi dengan keluhan kaku pada otot merupakan
pengaruh dari suhu dingin. Kemudian pada suhu ruangan yang sangat
rendah dapat berpengaruh pada kesehatan dan menyebabkan penyakit
akibat kerja seperti chilblains, trench foot, dan frostbite.
Dalam mengurangi rekiso penyakit akibat kerja yang disebabkan
oleh suhu dingin maka harus dilakukan seleksi pekerja yang fit dan juga
dengan menggunakan pakaian pelindung yang baik. Para pekerja juga
harus melakukan pemeriksaan kesehatan secara priodik. Selain
itubeberapa faktor yang mempengaruhi reaksi pekerja pada lingkungan
yang sama yaitu umur, jenis kelamin, kebiasaan, ukuran tubuh dan
masa kerja.
2.3. Nilai Ambang Batas (NAB)
Berdasarkan SNI 16-7063-2004, Nilai Ambang Batas iklim kerja (panas)
dengan Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) tidak boleh melebihi:
- Beban kerja ringan : 30,0 oC
- Beban kerja sedang : 26,7 oC
- Beban kerja berat : 25,0 oC
Kemudian untuk kalori yang dibutuhkan pada setiap beban kerja yaitu
sebagai berikut :
1. Pada beban kerja ringan membutuhkan kalori 100 – 200 kilo kalori/jam.
2. Pada beban kerja sedang membutuhkan kalori lebih besar 200 – 350 kilo
kalori/jam.
3. Pada beban kerja berat membutuhkan kalori lebih besar dari 350–500 kilo
kalori/jam.
Pengendalian iklim kerja (panas) dilakukan dengan mengatur waktu kerja
yang sehubungan dengan tingkat paparan iklim kerja (panas).
Tabel 2.1 Pengendalian iklim kerja (panas)

Kemudian berdasarkan PERMENAKER No. 5 Tahun 2018 Tentang


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja, nilai ambang batas iklim
kerja suhu basah dan bola (ISBB) yang diperkenankan yaitu:
Tabel 2.2 NAB iklim kerja ISBB

2.4. Pengukuran Iklim Kerja


2.4.1 Perhitungan ISBB
Dalam iklim kerja, terutama ISBB terdapat dua jenis rumus
perhitungan yang dapat digunakan, yaitu:
1. Rumus dasar
- Dalam melakukan perhitungan indeks suhu basah dan bola di luar
ruangan dengan panas radiasi, maka menggunakan rumus:
ISBB = 0,7 suhu basah alami + 0,2 suhu bola + 0,1 suhu kering
- Dalam melakukan perhitungan indeks suhu basah dan bola di dalam
atau di luar ruangan tanpa panas radiasi, maka menggunakan rumus:
ISBB = 0,7 suhu basah alami + 0,3 suhu bola
2. Rumus yang diikembangkan berdasarkan perpindahan lokasi kerja
Apabila pemaparan indeks suhu basah dan bola berbeda-beda
karena lokasi kerja yang berpindah-pindah menurut waktu, maka
menggunakan ISBB rata-rata dengan rumus:
𝑰𝑺𝑩𝑩𝟏𝒕𝟏+ 𝑰𝑺𝑩𝑩𝟐𝒕𝟐+⋯+ 𝑰𝑺𝑩𝑩𝒏𝒕𝒏
ISBBrata-rata = 𝒕𝟏+ 𝒕𝟐+⋯+ 𝒕𝒏
2.4.2 Perhitungan Beban Kerja
1. Rumus mencari kalori/jam
Kalori/jam = jenis kegiatan (kkal/jam) x Berat badan
2. Rumus mencari metabolisme basal
Metabolisme Basal (Pria) = Berat badan (kg) x 1 kkal/jam/kgBB
atau
Metabolisme Basal (Wanita) = Berat badan (kg) x 0,9
3. Rumus mencari total kalori
Total Kalori = Kalori/jam + Metabolisme Basal

Menurut SNI 16-7063-2004 beban kerja dapat dikategorikan


berdasarkan pekerjaan dan posisi badan pekerja seperti pada tabel
dibawah ini:
Tabel 2.3 Beban Kerja
2.4.3 Perhitungan Rh
Dalam menghitung Rh maka menggunakan perbandingan Rh
dengan temperatur sesuai tabel di bawah ini:
Tabel 2.4 Perbandingan Rh dengan Temperature
2.5 Penyakit Akibat Kerja Iklim Kerja
Jika iklim kerja pada lingkungan kerja tidak sesuai dengan nilai ambang
batas maka akan berpengaruh pada kesehatan manusia dan menyebabkan
penyakit akibat kerja. Menurut Pambudi (2019) penyakit akibat kerja yang
disebakan oleh iklim kerja panas antara lain:
 Heat Edema
Merupakan penyakit akibat kerja yang paling ringan, berupa
pembengkakan yang terjadi karena terkumpulnya darah di ekstremitas
pada saat duduk ataupun berdiri dengan waktu relatif lama di lingkungan
yang panas.
 Heat Cramps
Terjadinya kejang otot pada bagian tubuh seperti lengan, kaki, dan
perut. Hal ini merupakan pertanda terjadinya stres akibat panas.
 Heat Syncope
Terjadinya pusing yang diakibatkan oleh gerakan tubuh seperti dari
duduk ke berdiri, berdiri lama, dan juga olahraga.
 Heat Exhaustion
Pada umumnya disebabkan karena kurangnya air dalam tubuh
ketika terpapar panas dengan kelembaban yang tinggi. Gejalanya berupa
kelelahan, kecemasan, pusing, dan keringat berlebih. Dalam kondisi ini,
suhu tubuh dalam luar kisaran normal.
 Heat Stroke
Merupakan keadaan darurat yang dapat mengancam jiwa yang
terjadi karena penumpukan panas yang melebihi kapasitas tubuh sehingga
tidak dapat ditangani oleh tubuh. Pada kondisi ini, suhu inti tubuh jauh di
atas normal.

Selain iklim kerja panas, iklim kerja dingin juga dapat menyebabkan
penyakit akibat kerja, antara lain yaitu:
 Frostbite
Yaitu kondisi dimana kulit serta jaringan disekitarnya membeku dan
rusak. Kondisi tersebut umumnya terjadi karena paparan suhu yang sangat
dingin.
 Chilblains
Merupakan peradangan pada pembuluh darah kecil di kulit yang
terjadi karena paparan dingin.
 Trench Foot
Merupakan kerusakan anggota tubuh yang pada umumnya terjadi di
kaki akibat dari kelembaban.
BAB III
METODOLOGI

3.1. Alat dan Bahan


1. Wet Bulb Globe Temperature (WBGT Instrument)
2. Meteran
3. Spidol
4. Baterai AAA
5. Aquadest
6. Safety Helmet
7. Earplug
8. Safety Shoes
9. Wearpack
10. Masker

3.2. Langkah Kerja


1. Tekan tombol I/O enter untuk menyalakan, maka akan muncul menu
dan tanda panah digunakan untuk menunjukkan opsi menu yang dipilih.
2. Tekan I/O enter untuk memilih opsi lain.
3. Tekan I/O enter untuk melihat hasil pengukuran
4. Tekan tombol naik atau turun untuk melihat hasl pengukuran
sebelumnya atau sesudahnya.
5. Untuk menampilkan bahasa yang berbeda, maka diarahkan pada menu
utama set up , kemudian tekan tombol naik/turun untuk memilih bahasa
yang diinginkan.
6. Untuk kembali pada menu utama, tekan tombol run/stop.
3.3. Diagram Alir

Mulai

Membawa surat izin pengambilan data

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Memakai Alat Pelindung Diri

Mengukur panjang dan lebar ruangan

Menentukan titik pengukuran

Mengukur suhu basah alami, suhu kering, dan suhu bola

Mencatat hasil pengukuran

Menganalisis dan melakukan evaluasi serta memberikan rekomendasi

Selesai
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisa Data


Pengukuran data dilakukan di bengkel las pada tanggal 28 April 2020
dengan denah ruangan dan hasil pengukuran sebagai berikut:

Tabel 4.1 Pengukuran Iklim Kerja


Suhu Suhu Suhu Rh (%) ISBB (˚C)
Titik
Basah Kering Bola
Pengukuran Alat Tabel Rh Indoor Outdoor Rumus
(˚C) (˚C) (˚C)
a. 26 28 27 80 26 27
b. 27 29 28 80 27 28
1.
c. 28 30 29 80 28 29
Nilai Max 28 30 29 80 85,2 28 29 28,3
a. 28 30 29 79 28 29
b. 27 29 28 78 27 28
2.
c. 26 28 27 77 26 27
Nilai Max 28 30 29 79 85,2 28 29 28,3
a. 30 32 31 81 30 31
b. 31 33 32 80 31 32
3.
c. 32 34 33 79 32 33
Nilai Max 32 34 33 81 86,6 32 33 32,3

4.1.1 Perhitungan ISBB


Pada praktikum ini dilakukan pengukuran di dalam ruangan dan
juga di luar ruangan.
1. Di dalam ruangan (indoor)
ISBB = 0,7 suhu basah alami + 0,3 suhu bola
- Titik Pengukuran 1
ISBB 1= 0,7 suhu basah alami + 0,3 suhu bola
= 0,7 (28) + 0,3 (29)
= 28,3
- Titik Pengukuran 2
ISBB 2 = 0,7 suhu basah alami + 0,3 suhu bola
= 0,7 (28) + 0,3 (29)
= 28,3
- Titik Pengukuran 3
ISBB 3 = 0,7 suhu basah alami + 0,3 suhu bola
= 0,7 (32) + 0,3 (33)
= 32,3
4.1.2. Perhitungan Rh
1. Titik Pengukuran 1
Rh = t – T = 30 – 28 = 2
𝑅ℎ2−𝑅ℎ1 𝑅ℎ2−𝑅ℎ
𝑡2−𝑡1 = 𝑡2− 𝑡
86 −85
86 −𝑅ℎ
30 −27,5 = 30− 28

2 = 215 – 2,5 Rh
Rh = 85,2
Jadi nilai Rh yaitu 85,2%
2. Titik Pengukuran 2
Rh = t – T = 30 – 28 = 2
𝑅ℎ2−𝑅ℎ1 𝑅ℎ2−𝑅ℎ
𝑡2−𝑡1 = 𝑡2− 𝑡
86 −85
86 −𝑅ℎ
30 −27,5 = 30− 28

2 = 215 – 2,5 Rh
Rh = 85,2
Jadi nilai Rh yaitu 85,2%
3. Titik Pengukuran 3
Rh 3 = t – T = 34 -32 = 2
𝑅ℎ2−𝑅ℎ1 𝑅ℎ2−𝑅ℎ
𝑡2−𝑡1 = 𝑡2− 𝑡
87 −86
87 −𝑅ℎ
35 −32 = 35 − 34
,5

1 = 217,5 – 2,5 Rh
Rh = 86,6
Jadi nilai Rh yaitu 86,6%
4.1.3. Perhitungan Beban Kerja
1. Data Pekerja 1
Nama : Ali
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 19 tahun
Berat Badan : 70 kg
Kegiatan : Mengelas OAW posisi duduk
Peralatan : Las OAW
Durasi : 180 menit (44 menit/jam)
Waktu Kerja : 73 % per jam
Kondisi Alat : Baik, sudah terkalibrasi
Pekerjaan diasumsikan sebagai pekerjaan dengan dua
lengan kategori 1 sehingga nilainya yaitu 1,55 kkal/jam
(Beban kerja x Waktu)
- Kalori/jam x 60 kkal/jam
= Waktu
(1,55 x 44)
x 60
= 44

= 93 kkal/jam
- Metabolisme Basal (Pria) = Berat badan (kg) x 1 kkal/jam/kgBB
= 70 x 1 = 70 kkal/jam
- Total Kalori = Kalori/jam + Metabolisme Basal
= 93 + 70 = 163 kkal/jam
Jadi pekerjaan ini termasuk dalam beban kerja ringan karena
kebutuhan kalori kurang dari 200 kkal/jam.

2. Data Pekerja 2
Nama : Alisyah
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 19 tahun
Berat Badan : 50 kg
Kegiatan : Mengelas SMAW posisi duduk
Peralatan : Las SMAW
Durasi : 180 menit (34 menit/jam)
Waktu Kerja : 57% per jam
Kondisi Alat : Baik, sudah terkalibrasi
Pekerjaan diasumsikan sebagai pekerjaan dengan dua
lengan kategori 1 sehingga nilainya yaitu 1,55 kkal/jam
(Beban kerja x Waktu)
- Kalori/jam x 60 kkal/jam
Waktu
= (1,55 x 34)
x 60
34
=
= 93 kkal/jam
- Metabolisme Basal (Wanita) = Berat badan (kg) x 0,9 kkaljam/kg
= 50 x 0,9 = 45 kkal/jam
- Total Kalori = Kalori/jam + Metabolisme Basal
= 93 + 45 = 138 kkal/jam
Jadi pekerjaan ini termasuk dalam beban kerja ringan karena
kebutuhan kalori kurang dari 200 kkal/jam

3. Data Pekerja 3
Nama : Beno
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 20 tahun
Berat Badan : 75 kg
Kegiatan : Mengikir benda kerja posisi berdiri
Peralatan : Kikir
Durasi : 180 menit (34 menit/jam)
Waktu Kerja : 57 % per jam
Kondisi Alat : Baik, sudah terkalibrasi
Pekerjaan diasumsikan sebagai pekerjaan dengan 2 lengan
kategori 2 sehingga nilainya yaitu 2,85 kkal/jam
(Beban kerja x Waktu)
- Kalori/jam x 60 kkal/jam
Waktu
= (2,85 x 34)
x 60
34
=
= 171 kkal/jam
- Metabolisme Basal (Pria) = Berat badan (kg) x 1 kkal/jam/kgBB
= 75 x 1 = 75 kkal/jam
- Total Kalori = Kalori/jam + Metabolisme Basal
= 171 + 75 = 245 kkal/jam
Jadi pekerjaan ini termasuk dalam beban kerja sedang karena
kebutuhan kalori > 200-350 kkal/jam
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisa data yang telah dilakukan
dapat diketahui bahwa pengamatan atau pengukuran dilakukan pada 3
pekerja yang melakukan kegiatan berbeda dengan durasi yag berbeda.
Pekerja pertama melakukan kegiatan pengelasan OAW dengan posisi duduk
dengan durasi waktu 44 menit atau 73% setiap jamnya. Pekerja kedua
melakukan kegiatan pengelasan SMAW dengan posisi duduk dengan waktu
34 menit atau 53% setiap jamnya. Kemudian pekerja ketiga melakukan
kegiatan mengikir benda kerja dengan posisi berdiri dengan durasi waktu 34
menit 53% setiap jamnya.
Pengukuran ISBB pada pekerja pertama menurut perhitungan
menggunakan rumus yaitu 28,3˚C sedangkan menurut alat yang digunakan
yaitu 28˚C. Pekerja pertama menerima beban kerja sebesar 163 kkal/jam
yang sesuai dengan SNI 16-7063-2004 dikategorikan sebagai beban kerja
ringan. Durasi kerja yang dilakukan oleh pekerja pertama yaitu 73% setiap
jamnya. Sehingga dapat diketahui berdasarkan PERMENAKER No. 5
Tahun 2018 pekerja pertama tidak melebihi nilai ambang batas karena
dengan pengaturan waktu kerja 50% - 75% dan beban kerja ringan nilai
ambang batasnya yaitu 31˚C.
Pekerja kedua menurut pengukuran menggunakan alat memiliki nilai
ISBB yaitu 28˚C dan menurut perhitungan rumus yaitu 28,3˚C. Beban kerja
yang diterima oleh pekerja kedua yaitu 138 kkal/jam dimana menurut SNI
16-7063-2004 dikategorikan sebagai beban kerja ringan karena tidak lebih
dari 200 kkal/jam. Kegiatan yang dilakukan oleh pekerja kedua memiliki
durasi 57% setiap jamnya. Sehingga menurut PERMENAKER No. 5 Tahun
2018 ISBB pada pekerja kedua tidak melebihi nilai ambang batas karena
pengaturan waktu kerja 50% - 75% dan beban kerja ringan nilai ambang
batasnya yaitu 31˚C.
Pada pekerja ketiga ISBB menurut alat memiliki nilai 32˚C dan
menurut perhitungan menggunakan rumus yaitu 32,3˚C. Pekerja ketiga
memiliki beban kerja 245 kkal/jam sehinggan menurut SNI 16-7063-2004
dikategorikan sebagai beban kerja sedang karena termasuk dalam 200-350
kkal/jam. Durasi waktu kegiatan yang dilakukan oleh pekerja kedua yaitu
57% setiap jamnya. Menurut PERMENAKER N0. 5 Tahun 2018 ISBB
pada pekerja kedua melebihi nilai ambang batas, hal tersebut dikarenakan
pengaturan waktu kerja 50% - 75% dan beban kerja sedangg memiliki nilai
ambang batas 29˚C. Sehingga harus dilakukan pengendalian.
Pada bengkel las kelembaban udara titik 1 yaitu menurut alat 80%
dan menurut perhitungan rumus yaitu 85,2%. Kemudian pada titik 2
kelembaban udara menurut alat yaitu 80% sedangkan menurut perhitungan
menggunakan rumus yaitu 85,2%. Pada titik ke 3 bengkel las memiliki
kelembaban udara menurut alat yaitu 81% dan menurut perhitungan
menggunakan rumus yaitu 86,6%.

4.3. Rekomendasi
Berdasaarkan pembahasan diatas maka dapat diketahui bahwa pekerja
ketiga memiliki ISBB yang melebihi nilai ambang batas, sehingga
diperlukan adanya pengendalian. Berikut adalah pengendalian yang perlu
dilakukan untuk pekerja tersebut:
1. Mengurngi durasi waktu dalam bekerja sehingga akan mengurangi
beban kerja yang diterima
2. Memenuhi kebutuhan cairan tubuh agar tidak dehidrasi pada saat
bekerja dan juga melakukan adaptasi terhadap lingkungan kerja tersebut
serta membiasakan pola hidup sehat
3. Ikut serta dalam pelatihan tentang keselamatan dan kesehatan kerja
yang memuat materi cara untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja
baru.
4. Pemasangan kipas angin, exhaust fan serta merawat ventilasi ruangan
agar sirkulasi udara dapat bekerja dengan baik sehingga dapat
menurunkan suhu dalam ruangan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan di atas
maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Beban kerja pekerja pertama dan pekerja kedua menurut SNI 17-
7063-2004 termasuk dalam kategori ringan karena tidak melebihi 200
kkal/jam. Kemudian beban kerja pada pekerja ketiga termasuk dalam
kategori sedang yaitu antara 200-350 kkal/jam.
2. Pekerja pertama dan kedua memiliki nilai ISBB yang tidak melebihi
nilai ambang batas sesuai pada PERMENAKER No. 5 Tahun 2018.
Namun pekerja ketiga memiliki nilai ISBB yang melebihi nilai
ambang batas.
3. Dengan mengetahui beban kerja dan pengaturan waktu kerja setiap
jam maka dapat mengetahui apakah lingkungan tersebut sesuai
dengan nilai ambang batas.
DAFTAR PUSTAKA

Mentri. (2011). Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.


Per.13/MEN/X/2011 Tentang NIlai Ambang Batas Fisika dan KImia di
Tempat Kerja.

Pambudi, R., & Saftarina, F. (2019). Penyakit Terkait Paparan Panas: Tinjauan
Masalah Kesehatan pada Pekerja Pertanian Akibat Perubahan
Iklim. Jurnal Agromedicine, 6(2).

Pemerintah Indonesia. 2018. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun


2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.
Lembaran RI Tahun 2018 No. 5. Jakarta : Sekretariat Negara.

SNI. (2004). Standar Nasional Indonesia 16-7061-2004 mengenai Pengukuran


Iklim Kerja (Panas) dengan Parameter Indeks Suhu Basah dan Bola.

Suwondo, M. P. H., Adi, D. P. G. S., & Lestyanto, M. S. (2013). Hubungan antara


iklim kerja, asupan gizi sebelum bekerja, dan beban kerja terhadap tingkat
kelelahan pada pekerja shift pagi bagian packing PT. X, Kabupaten
Kendal. Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, 2(2),
18763.
TUGAS PENDAHULUAN

1. Jelaskan efek dari iklim kerja yang tidak sesuai dengan kapasitas manusia
dari segi kesehatan!
Jawab :
Apabila iklim kerja tidak sesuai dengan kapasitas manusia maka
akan mengakibatkan penyakit akibat kerja. Penyakit akibat kerja yang
terjadi apabila suhu terlalu panas yaitu heat exhaustion, heat stroke, heat
cramps. Kemudian apabila shu terlalu dingin maka akan menyebabkan
frosbite, chilblains, dan trench foot. Berikut adalah pengertian penyakit
akibat kerja tersebut:
 Heat exhaustion
Merupakan kondisi ketika tubuh merasa sangat lelah yang
diakibatkan oleh paparan suhu tinggi dengan waktu yang lama.
 Heat cramps
Yaitu salah satu indikasi awal terjadinya penyakit akibat kerja
akibat panas berupa spasme otot. Hal tersebut disebabkan karena panas
berlebih yang mengakibatkan keringat berlebih.
 Heat Edema
Merupakan penyakit akibat kerja yang paling ringan, berupa
pembengkakan yang terjadi karena terkumpulnya darah di ekstremitas
pada saat duduk ataupun berdiri dengan waktu relatif lama di
lingkungan yang panas.
 Heat Stroke
Merupakan keadaan emegensi yang ditandai dengan meningkatnya
suhu tubuh melebihi 40˚C, gangguan sistem saraf pusat.
 Frostbite
Yaitu kondisi dimana kulit serta jaringan disekitarnya membeku
dan rusak. Kondisi tersebut umumnya terjadi karena paparan suhu yang
sangat dingin.
 Chilblains
Merupakan peradangan pada pembuluh darah kecil di kulit yang
terjadi karena paparan dingin.
 Trench Foot
Merupakan kerusakan anggota tubuh yang pada umumnya terjadi
di kaki akibat dari kelembaban.
2. Apabila diketahui suhu basah = 28 oC, dan suhu kering = 29 oC. Tentukan
Kelembaban relatif!
Jawab :
Kelembaban relatif = suhu kering – suhu basah
= 29 oC - 28 oC
= 1 oC
3. Hasil pengukuran lingkungan kerja sebagai berikut :
Titik Suhu Suhu Suhu WBGT Rh Keterangan
pengukuran basah kering bola (ISBB) (%)
(oC) (oC) (oC) (oC)
1. 34 36 39 35,2 Outdoor
2. 30 35 38 32,1 Outdoor
3. 32 33 37 33,1 Outdoor
4. 22 25 26 23,2 Indoor

Beban kerja pekerja tercantum dalam tabel dibawah ini


Beban Kerja Kategori
Berjalan Sedang
Berdiri Ringan
Berjalan mendaki Berat
Kerja dengan 2 lengan Ringan

Tentukan :
a. Kebutuhan kalori/ jam
b. Pengaturan waktu kerja
c. Rekomendasi yang dilakukan
Jawab :
Diasumsikan pekerja merupakan laki-laki dengan berat yaitu 62 kg
a. Jumlah kalori setiap pekerjaan
 Pekerjaan pertama (diasumsikan menyapu lantai dengan
berjalan)

Kalori/jam = jenis kegiatan (kkal/jam) x Berat badan (kg)


= 3,9 x 62
= 241,8 kkal/jam
Metabolisme Basal (Pria) = Berat badan (kg) x 1 kkal/jam/kg
= 62 x 1 = 62 kkal/jam
Total Kalori = Kalori/jam + Metabolisme basal
= 241,8 + 62
= 303,8 kkal/jam (sedang, antara 200 - 350 kkal)
 Pekerjaan kedua (diasumsikan menulis dengan berdiri)

Kalori/jam = jenis kegiatan (kkal/jam) x Berat badan (kg)


= 0,9 x 62
= 55,8 kkal/jam
Metabolisme Basal (Pria) = Berat badan (kg) x 1 kkal/jam/kg
= 62 x 1 = 62 kkal/jam
Total Kalori = Kalori/jam + Metabolisme basal
= 55,8 + 62
= 117,8 kkal/jam (ringan, kurang dari 200 kkal)
 Pekerjaan ketiga (diasumsikan mengemas barang dalam dus
dengan berjalan mendaki)

Kalori/jam = jenis kegiatan (kkal/jam) x Berat badan (kg)


= 5,5 x 62
= 341 kkal/jam
Metabolisme Basal (Pria) = Berat badan (kg) x 1 kkal/jam/kg
= 62 x 1 = 62 kkal/jam
Total Kalori = Kalori/jam + Metabolisme basal
= 341 + 62
= 403 kkal/jam (berat, antara 350 - 500 Kkal)
 Pekerjaan keempat (menambal logam dengan duduk)

Kalori/jam = jenis kegiatan (kkal/jam) x Berat badan (kg)


= 1,55 x 62
= 96,1 kkal/jam
Metabolisme Basal (Pria) = Berat badan (kg) x 1 kkal/jam/kg
= 62 x 1 = 62 kkal/jam
Total Kalori = Kalori/jam + Metabolisme basal
= 96,1 + 62
= 158,1 kkal/jam (ringan, kurang dari 200 Kkal)

b. Pengaturan waktu
kerja
 Pekerjaan pertama
ISBB = 0.7 suhu basah alami + 0.2 suhu bola + 0.1 suhu kering
= 0,7 (34) + 0,2 (39) + 0,1 (36)
= 35,2 (pekerjaan sedang)
Pengaturan waktu setiap jam (suhu lingkungan kerja tidak
direkomendasikan)
 Pekerjaan kedua
ISBB = 0.7 suhu basah alami + 0.2 suhu bola + 0.1 suhu kering
= 0,7 (30) + 0,2 (32,1) + 0,1 (35)
= 30,92 (pekerjaan ringan)
Pengaturan waktu setiap jam 75%-100%
 Pekerjaan ketiga
ISBB = 0.7 suhu basah alami + 0.2 suhu bola + 0.1 suhu kering
= 0,7 (32) + 0,2 (33,1) + 0,1 (37)
= 32,72 (pekerjaan berat)
Pengaturan waktu setiap jam (suhu lingkungan kerja tidak
direkomendasikan)
 Pekerjaan keempat
ISBB = 0.7 suhu basah alami + 0.3 suhu bola
= 0= 0,7 (22) + 0,3(26)
= 23,2 (pekerjaan berat)
Pengaturan waktu setiap jam 75%-100%

c. Rekomendasi
Pada pekerjaan pertama dan ketiga pengaturan waktu setiap jam
tidak direkomendasikan sehingga harus dikendalikan. Pekerjaan
pertama suhu pada lingkungan terlalu panas dan tidak dianjuran
sehingga harus ditambah dengan penutup sehingga sinar matahari
tidak langsung mengenai pekerja dan intensitasnya dapat berkurang
serta diberikan kipas angin. Kemudian untuk pekerja ketiga
dianjurkan untuk diberikan penutup sehingga sinar matahari tidak
langsung mengenai pekerja dan mengurangi suhu panas dengan
diberikan kipas angin.

Anda mungkin juga menyukai