Anda di halaman 1dari 8

TEMPERATUR

LATAR BELAKANG

Paparan temperatur lingkungan kerja diatas nilai ambang batas (NAB) memberikan
tekanan pada pekerja yang mana pekerja akan merasa tidak nyaman berada pada lingkungan
kerjanya sendiri, selain itu temperatur yang tidak sesuai dengan NAB juga dapat membuat
pekerja dehidrasi sehingga membuat pekerja mudah lelah, tidak fokus, sehingga dapat
mengalami stres akibat kerja. Untuk itu akan dibahas lebih lanjut mengenai lingkungan kerja
fisik (Temperatur).

A. PENGERTIAN LINGKUNGAN KERJA FISIK


 Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di
sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung
maupun secara tidak langsung.
 Lingkungan kerja fisik juga dapat dikatakan sebagai segala sesuatu yang ada di
sekitar karyawan bekerja yang mempengaruhi karyawan dalam melaksanakan
beban tugasnya.
 Banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja.
Berikut ini beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi
lingkungan kerja dikaitkan dengan kemampuan karyawan, diantaranya adalah :
1. Penerangan/cahaya di tempat kerja
2. Temperatur/suhu udara di tempat kerja
3. Kelembaban di tempat kerja
4. Sirkulasi udara di tempat kerja
5. Kebisingan di tempat kerja
6. Getaran mekanis di tempat kerja
7. Bau tidak sedap ditempat kerja
8. Tata warna ditempat kerja
9. Dekorasi di tempat kerja
10. Musik di tempat kerja
11. Keamanan di tempat kerja
B. PENGERTIAN TEMPERATUR LINGKUNGAN KERJA
 Kondisi temperatur lingkungan kerja yang ekstrim meliputi panas dan dingin yang
berada di luar batas kemampuan manusia untuk beradaptasi.
 Iklim kerja disini lebih mengacu pada faktor termis di lingkungan kerja yang
mampu mempengaruhi kesehatan para pekerja. Adapun faktor-faktor terkait
lingkungan kerja yang dimaksud adalah suhu-suhu ekstrem yang berada di
lingkungan kerja seperti angin, kelembapan, tekanan udara dalam dan luar
ruangan.
 Pengukuran temperature lingkungan dilakukan dengan mengukur beberapa
komponen temperature, terdiri atas suhu dan suhu Selain juga perlu dilakukan
pengukuran udara relatif dan kecepatan angin. Temperatur lingkungan umumnya
dinyatakan dengan indeks Wet Bulb Globe Temperature (WBGT) atau dikenal
Temperature (WBGT) atau dikenal juga dengan Indeks Suhu Basah dan Bola
(ISBB).
 Tujuan pengukuran temperatur lingkungan yakni mengetahui besaran temperature
lingkungan (Umumnya pada satuan derajat Celcius), mengetahui sumber
terjadinya panas dan area kerja yang berisiko terhadap pajanan panas tersebut,
serta mengetahui pekerja yang berisiko terhadap pajanan panas
C. NILAI AMBANG BATAS (NAB) TEMPERATUR DI TEMPAT KERJA
 Disebutkan bahwa Nilai Ambang Batas (NAB) iklim lingkungan kerja merupakan
batas pajanan iklim lingkungan kerja atau pajanan panas (heat stress) yang tidak
boleh dilampaui selama 8 jam kerja perhari. NAB Iklim Lingkungan kerja
dinyatakan dalam derajat Celcius Indeks Suhu Basah dan Bola (0C ISBB).
Rumus hitungan :

- Indeks suhu basah dan bola di luar ruangan dengan panas radiasi:
ISBB = 0,7 suhu basah alami + 0,2 suhu bola + 0,1 suhu kering
- Indeks suhu basah dan bola di dalam atau di luar ruangan tanpa panas radiasi:
ISBB = 0,7 suhu basah alami + 0,3 suhu bola

*Tambah kalo diperlukan : Iklim Indeks Suhu Basah dan Bola (Wet Bulb Globe Temperature
Index) yang selanjutnya disingkat ISBB adalah parameter untuk menilai tingkat Iklim Kerja
panas yang merupakan hasil perhitungan antara suhu udara kering, Suhu Basah Alami, dan Suhu
Bola sesuai dengan regulasi Permenaker No 5 Tahun 2018.

D. Dampak/Efek dari Temperatur Terlalu Tinggi dan Terlalu Rendah


Pada dasarnya manusia memiliki kemampuan secara aktif untuk dapat beradaptasi
dengan berbagai kondisi iklim. Misalnya saja kita dapat memakai pakaian kulit
buatan/jaket bulu untuk mengatur isolasi termal ketika kita merasa dingin, apabila kita
merasa panas kita dapat memakai penyejuk ruangan (AC). Yang terpenting adalah
mengkondisikan ruangan kerja agar setiap pekerja didalamnya dapat merasa nyaman
bekerja tanpa merasakan gangguan panas atau dingin.

Adapun berbagai Penyakit yang diakibatkan oleh terpaan panas tubuh:


a. Heat Rash merupakan gejala awal dari yang berpotensi menimbulkan penyakit akibat
tekanan panas.
b. Heat Syncope adalah ganggunan induksi panas yang lebih serius. Ciri dari gangguan ini
adalah pening dan pingsan akibat berada dalam lingkungan panas pada waktu yang cukup
lama..
c. Heat Exhaustion merupakan penyakit yang diakibatkan oleh berkurangnya cairan tubuh
atau volume darah. Kondisi ini terjadi jika jumlah air yang dikeluarkan seperti keringat
melebihi dari air yang diminum selama terkena panas.
d. Heat Stroke merupakan penyakit gangguan panas yang mengancam nyawa yang terkait
dengan pekerjaan pada kondisi sangat panas dan lembab.
e. Multiorgan-dysfunction Syndrome Continuum merupakan rangkaian
sindrom/gangguan yang terjadi pada lebih dari satu/ sebagian anggota tubuh akibat heat
stroke, trauma dan lainnya.

Berikut akan ditunjukkan kondisi-kondisi manusia dimana suhu tubuhnya terlahi tinggi dan
terlalu rendah.

Keadaan Kondisi Tubuh Saat Kondisi Panas:

 38°C (100.4°F) - berkeringat, sangat tidak nyaman, sedikit lapar.


 37°C (98.6°F) - Suhu tubuh normal (36-37.5°C /96.8-99.5°F).
 39°C (102.2°F) - Berkeringat, kulit merah dan basah, napas dan jantung bedenyut
kencang, kelelahan, merangsang kambuhnya epilepsi.
 40°C (104°F) Pingsang, dehidrasi, lemah, sakit kepala, muntah, pening dan berkeringat.
 41°C (105.8°F) Keadaan gawat. Pingsan, pening, bingung, sakit kepala, halusinasi, napas
sesak, mengantuk mata kabur, jantung berdebar. 42°C (107.6°F) Pucat kulit memerah dan
basah, koma, mata gelap, muntah dan terjadi gangguan hebat. Tekanan darah menjadi
tinggi/rendah dan detak jantung cepat.
 43°C (109.4°F) - Umumnya meninggal, kerusakan otak, gangguan dan goncangan hebat
terus menerus, fungsi pernafasan kolaps. 44°C (111.2°F) or more Hampir dipastikan
meninggal namun ada beberapa pasien yang mampu bertahan hingga diatas 46°C
(114.80F).

Keadaan Tubuh Saat Kondisi Dingin:

 37°C (98.6°F) - Suhu tubuh normal ( 36 - 37.5 degrees * C /96.8-99.5°F).


 . 36°C (96.8°F)- Menggigil ringan hingga sedang.
 35°C (95.0°F) (Hipotermia suhu kurang dari 35°C / 95.0°F) Menggigil keras, kulit
menjadi biru/keabuan. Jantung menjadi berdegup. 34°C (93.2°F)- Mengggil yang sanagat
keras, jari kaku, kebiruan dan bingung. Terjadi perubahan perilaku.
 33°C (91.4°F) - Bingung sedang hingga parah, mengantuk, depresi, berhenti menggigil,
denyut jantung lemah, napas pendek dan tidak mampu merespon rangsangan.
 32°C (89.6°F) Kondisi gawat. Halusinasi, gangguan hebat, sangat bingung, tidur yang
dalam dan menuju koma, detak jantung rendah, tidak menggigil.
 31°C (87.8°F) Comatose, tidak sadar, tidak memiliki reflex, jantung sangat lamabat.
Terjadi gangguan irama jantung yangs serius.
 280C 82.4°F) - Jantung berhenti berdetak pasien menuju kematian.
 24-26°C (75.2-78.8°F) or less Terjadi kematian namun beberapa pasien ada yang mampu
bertahan. hidup hinggan dibawah 24-26°C (75.2-78.8°F).

E. PENGENDALIAN TEMPERATUR
a. Pengendalian teknik 

Pengendalian teknik Merupakan usaha yang paling efektif untuk mengurangi pajanan
lingkungan panas yang berlebihan, dengan cara :
1. Mengurangi produksi panas metabolik dalam tubuh.
2. Otomatisasi dan mekanisasi beban tugas akan meminimalisasi kebutuhan kerja fisik para
tenaga kerja.
3. Mengurangi penyebaran panas radiasi dari permukaan benda-benda yang panas, dengan
cara memberikan Isolasi/penyekat dan perisai.
4. Mengurangi bertambahnya panas konveksi. Kipas angin untuk meningkatkan kecepatan
gerak udara di ruang kerja yang panas.
5. Mengurangi kelembaban. AC, peralatan penarik kelembaban, dan upaya lain untuk
mengeliminasi uap panas sehingga dapat mengurangi kelembapan di lingkungan kerja.

b. Pengendalian administratif
1. Periode aklimatisasi yang cukup sebelum melaksanakan beban kerja yang penuh. 
2. Untuk mempersingkat pajanan dibutuhkan jadwal istirahat yang pendek tetapi sering dan
rotasi tenaga kerja yang memadai. 
3. Ruangan dengan penyejuk udara (AC) perlu disediakan untuk memberikan efek
pendinginan pada para tenaga kerja waktu istirahat. 
4. Penyediaan air minum yang cukup.
5. Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala.

c. Upaya pengendalian dengan pengadaan Alat Pelindung Diri 

1. Penyediaan Helm, masker, sepatu, dan pakaian kerja yang aman dan nyaman untuk
melindungi dari panas yang berlebihan dan atau dingin yang berlebihan.

Secara umum pengendalian temperatur atau iklim kerja dapat dilakukan denga cara
sebagai berikut:
1. Kontrol Umum
 Menyediakan instruksi yang jelas secara verbal dan tertulis, program pelatihan rutin, serta
informasi lain tentang heat stress
 Menyarankan minum air putih dingin walaupun sedikit (sekitar 150 ml) setiap 20 menit
 Izin pada pekerja untuk membatasi paparan panas terhadap dirinya, dan teman sekerja
mendeteksi tanda dan gejala heat strain
 Dll
2. Kontrol Khusus Pekerjaan
 Mempertimbangkan kontrol teknik untuk mengurangi kecepatan, menyediakan
pergerakan udara secara umum, mengurangi proses panas dan uap udara, serta
perlindungan/penyekatan sumber panas
 Mempertimbangkan kontrol administratif
 Mempertimbangkan penggunaan Alat Pelindung Diri

Adapun hal-hal Yang harus diperhatikan selama menyesuaikan iklim kerja:


1. Suplemen berupa air dan garam
 Penyediaan air putih dan garam harus dilakukan agar pekerja dapat memperoleh 
masukan cairan sebagai pengganti cairan yang hilang, dengan ketentuan minum air putih
setiap 15-20 menit sekali (150 ml). 
 Temperatur air minum harus dijaga   pada 10-150C, dan ditempatkan di tempat yang
mudah dicapai oleh pekerja tanpa meninggalkan pekerjaan.
 Pekerja disarankan untuk lebih banyak mengkonsumsi garam pada makanan mereka
(untuk pekerja dengan diet rendah garam, harus bekerja dengan ahlinya), dan ditempat
kerja disediakan air minum bergaram dengan konsentrasi 0,1% (1 gram NaCl dalam 1 L
air, atau 1 sendok makan garam setiap 15 liter air minum)

2. Pakaian kerja
Pakaian kerja yang digunakan dalam ruangan yang panas seharusnya pakaian yang agak
tipis dan mengurangi keringat.
3. Aklimatisasi dan kebugaran
 Aklimatisasi adalah pengaturan fisiologis dan psikologis yang dilakukan seorang individu
pada minggu pertama dirinya terpapar lingkungan yang panas, untuk beradaptasi
terhadap tekanan panas. 
 NAB ini berlaku untuk pekerja yang sehat secara fisik. perhatian ekstra harus
diperhatikan apabila tenaga kerja yang terpapar panas belum beraklimatisasi dan tidak
dalam kondisi fisik yang sehat.
4. Efek terhadap kesehatan
 Efek kesehatan paling buruk yang dapat terjadi akibat tekanan panas adalah panas
stroke , karena dapat menimbulkan kematian. 
 Kelelahan panas , kram panas, panas gangguan  adalah efek-efek lain yang dapat terjadi.
Pekerja yang sedang hamil dan terpapar panas, apabila suhu tubuh mencapai puncak
lebih dari 390C, dapat menyebabkan kematian pada bayi. 
 Sebagai tambahan, suhu tinggi tubuh lebih dari 380C dapat mengakibatkan kemandulan
baik bagi pria maupun wanita.
5. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
Jika diperlukan dalam pemakaian pemakaian APD, dan peralatan atau perlengkapan lain
yang ditujukan untuk melindungi pekerja dari bahaya lain,

Anda mungkin juga menyukai