Di dalam suatu lingkungan kerja, pekerja akan menghadapi tekanan lingkungan yang berasal
dari faktor kimiawi, fisika, biologis, dan psikis. Dari berbagai faktor yang ada, temperatur
dan tekanan Ekstrem merupakan salah satu tekanan lingkungan dari golongan faktor fisika.
Temperatur Ekstrem terbagi atas dua kategori yaitu Ekstrem panas dan Ekstrem
dingin. Masalah temepratur ini tentunya akan mempengaruhi efisiensi kerja.
Temperature yang terlalu panas mengakibatkan perasaan cepat lelah dan mengantuk.
Sebaliknya, temperature yang terlalu dingin mengurangi daya atensi dan
ketidaktenangan yang berpengaruh negative, terutama kerja mental. Suhu kerja yang
sesaui dengan orang Indonesia adalah 24 – 26oC.
Decompression sickness (DCS) adalah kondisi ketika terdapat gejala – gejala yang
diakibatkan oleh paparan pada tekanan barometric yang menjadi lebih rendah,
misalhnya pada saat:
Bilamana tubuh dipaparkan pada tekanan barometric yang rendah, nitrogen terlarut
yang tersimpan di dalam cairan tubuh akan terlepas dari larutan. Jika lepas terlalu
cepat, gelembung akan terbentuk di dalam tubuh menyebabkan bermacam macam
tanda dan gelaja. Gejala paling umum ialah sakit pada persendian yang dikenal
dengan nama “bend”.
8.2.1 Pengertian tentang Temperatur Ekstrem
Tekanan panas di suatu lingkungan kerja merupakan perpaduan antara suhu udara,
kelembapan, radiasi, kecepatan gerakan udara, dan panas metabolisme sebagai
aktivitas dari seseorang serta pakaian yang digunakan saat bekerja.
Adaptasi terhadap tekanan dingin biasanya termasuk penurunan aliran darah ke kulit.
Penyebab utama tekanan dingin ialah paparan terhadap paparan temperatur dingin dan
getaran.
Tubuh manusia selalu memproduksi panas. Proses menghasilkan panas ini disebut
metabolisme. Proses metabolisme dalam tubuh merupakan proses kimiawi dan pada
dasarnya merupakan proses oksidasi dari bahan bahan seperti karbohidrat, lemak,
protein yang diatur oleh enzim. Hasil metabolisme ini antara lain energi dan panas.
Temperatur tubuh pada bagian dalam berada pada kisaran 37 ± 5oC, sedangkan pada
permukaan kulit 29-36oC.
Kelainan atau gangguan yang tampak secara klinis akibat gangguan tekanan panas
ekstrem dibagi atas lima kategori dasar yaitu:
Kondisi temperatur dingin terjadi pada lingkungan yang sangat dingin seperti instalasi
pendinginan dan di luar ruangan pada saat musim dingin.
a. Chiblains
Kondisi ini terjadi akibat perlindungan pakaian yang kurang selama paparan
temperatur dingin dan kelembapan relatif tinggi. Kulit menjadi kemerahan
disertai rasa gatal dan timbulnya warna putih pada kulit.
b. Frostnip
Kondisi ini diakibatkan oleh paparan lama dan tanpa perlindungan pada
temperatur dingin diatas 32oF. gejala mencakup timbulnya daerah pada kulit
dan/atau rasa gatal dan timbulnya warna putih pada kulit.
c. Frostbite
Merupakan kerusakan tubuh diakibatkan temperatur dingin ekstrem.
Gejalanya mencakup pada area terpapar, kulit terlihat berminyak, kulit terasa
dingin ketika disentuh, kekauan, dan kulit menjadi berwarna merah, putih,
kuning, abu abu, biru, atau hitam.
d. Hypothermia
Kondisi ini terjadi jika temperatur tubuh turun drastis sampai dibawah 95 oF.
Hypothermia dapat menyebabkan kerusakan permanen pada ginjal, hati, dan
pankreas bahkan menyebabkan kematian.
8.2.5 Faktor yang Memengaruhi Efek Temperatur Esktrem
1. Aklimatisasi
2. Umur
3. Jenis Kelamin
4. Perbedaan suku dan bangsa
5. Ukuran tubuh
6. Gizi (Nutrisi)
DCS yang berulang akan membawa kepada kematian sel pada struktur tulang.
Beberapa kasus dapat menyebabkan kematian.
1. Ketinggian
2. Paparan Berulang
3. Kecepatan Naik
4. Lama Paparan
5. Umur
6. Jejas Terdahulu
7. Temperatur Ambien
8. Jenis Tubuh
9. Aktivitas
10. Konsumsi Alkohol
8.3 Evaluasi
Suhu Efektif
Suhu efektif adalah indeks sensoris dari tingkat panas yang dialami oleh
seseorang tanpa baju. Temperatur ini bisa diketahui melalui pendekatan grafis.
Indeks kecepatan keluar keringat selama 4 jam
Didasarkan pada penentuan jumlah keringat yang keluar selama 4 jam sebagai
akibat kombinasi suhu kelembapan dan kecepatan udara serta radiasi.
ISBB (Indeks Suhu Bola Basah)
Merupakan cara paling sederhana, persamaannya sebagai berikut:
ISBB outdoor = (0,7 suhu basah) + (0,2 suhu radiasi) + (0,1 Suhu Kering)
ISBB indoor = (0,7 suhu basah alami) + (0,3 suhu radiasi)
Nilai ambang batas tekanan panas lingkungan kerja yang diperkanankan
tergantung pada pengaturan waktu kerja dan beban kerja.
Indeks Belding-Hatch
Berhubungan dengan kemampuan berkeringat dari orang standaryaitu orang
muda dengan tinggi 170 cm dan berat 154 pon dalam keadaan sehat dan
memiliki kesegaran jasmani serta beraklimatisasi terhadap panas.
Penentuannya dengan penarikan garis pada kurva hubungan antar parameter
temperatur, metabolsme, tekanan uap, dan kecepatan angin.
Gelembung udara dapat terbentuk di mana saja pada bagian tubuh, tetapi sering
terdapat di pundak, sikut lutut, dan pergelangan. Tanda gejala DCS dapat berupa
kemerahan pada kulit, kelelahan ekstrem, sakit persendian, gangguan pengelihatan
dan kesetimbangan. Bahkan kematian.
1. Air Minum
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi akibat berkeringat.
2. Garam
Pada keluaran keringat yang banyak, perlu ditambah pemberian garam.
3. Makanan
4. Istrirahat
Efektif untuk menghindari terjadinya efek kelelahan kumulatif.
5. Tidur
6. Pakaian
Pakaian melindungi permukaan tubuh dari radiasi sinar matahari, penghambat
terjadinya konveksi antara kulit dengan aliran udara.
8.4.4 Pengobatan
10.1 Pendahuluan
Kecelakaan dahulu dianggap sebagai suatu peristiwa atau event yang tidak sengaja,
tidak direncanakan, terjadi secara kebetulan. Karena hal tersebut, kecelakaan
dianggap sebagai suatu kejadian tanpa penyebab dan seakan akan kejadian tersebut
tidak dapat dicegah. Namun, dalam suatu aktivitas industri, kejadian kecelakaan ini
mempunyai kemungkinan terjadi dan dampak yang lebih besar kepada kecelakaan di
tempat umum lain dengan adanya pemakaian bahan dalam jumlah besar, peralatan
khusus, ataupun pergerakan bahan.
Jenis kecelakaan kerja sangat tergantung pada jenis kegiatan kerja. Beberapa
lingkungan kerja mempunyai risiko kecelakaan yang jauh lebih tinggi daripada
lingkungan kerja lainnya.
Kejadian kecelakaan kerja pada awalnya merupaka risiko bagi pekerja dan tidak
mendapat perhatian ataupun bantuan seperti santuanan kecelakaan kerja. Namun,
seiring dengan tuntunan kesejahteraan dari asosiasi pekerja, hal ini tidak berlaku lagi.
Saat ini, yang berlaku ialah bahwa setiap pekerja harus mendapat jaminan
keselamatan kerja dari perusahaan. Di Indoesia mulai diberlakukan UU Kecelakaan
1947 – 1951 yang mengatur kompensasi.
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dalam kegiatan industri sangat diperlakukan
karena:
Teori Domino dikembangkan oleh H.W. Heinrich (1931) yang menyatakan bahwa
kecelakaan kerja disebabkan oleh perilaku tidak aman 88%, kondisi tidak aman 10%,
dan act of God 2% atau tidak dapat dihindari.
Lima faktor urutan kecelakaan yang diajukan Heinrich di mana setiap faktor secara
berurutan akan menentukan kejadian tahap berikutnya.
1. Lingkungan Sosial
2. Kesalahan Pekerja
3. Perilaku tidak aman dan kondisi tidak aman
4. Kecelakaan
5. Cedera/jejas dan kerusakan
Teori teori lain dikembangkan untuk mengetahui penyebab kecelakaan kerja yakni
sebagai berikut:
Menyatakan bahwa setiap pekerja mempunyai kemungkinan yang sama untuk terlibat
dalam suatu kecelakaan.
Menyatakan bahwa suatu kelompok pekerja, terdapat sebagain pekerja yang lebih
mungkin terlibat dalam suatu kecelakaan. Teori ini harus didukung dengan data
empiris.
10.3.1.5 The Energy Transfer Theory
Menyatakan bahwa pekerja yang cedera atau peralatan yang rusak terjadi karena
adanya perubahan energy yang untuk setiap perubahan energy terdapat sumber, jalur,
serta penerima.
Teori ini bukan suatu eori untuk mengerti penyebab kecelakaan. Unsafe act dan
unsafe condition merupakan gejala yang terlihat dan bukan akar penyebab
kecelakaan.
Investigasi ini berfungsi untuk memperbaiki kondisi yang ada sehingga pencegahan
dapat dilakukan.
Suatu investigasi kecelakaan yang baik harus dapat mencakup bahaya fisik,
lingkungan, administrasi, ataupun proses. Hal ini biasanya diperlukan suatu training
keselamatan yang ekstensif dan baru. Fokus utamanya adalah menenutukan dan
menilai fakta fakta yang ada saat kecelakaan dan menangkap pembelajaran yang
diperoleh untuk upaya pencegahan berulangnya kejadian yang sama.
Dalam rangka pencegahan kecelakaan di masa dating dan sebagai upaya penilaian
kerja keselamatan, pelaporan kecelakaan perlu dilakukan dengan baik, lengkap, dan
sistematis, tetapi mudah dilakukan. Laporan kecelakaan harus dapat menjelaskan
kondisi dan ringkasan kejadian kecelakaan. Hal ini termasuk untuk mengenali faktor
bahaya dari kecelakaan yang sudah terjadi.
Secara umum, diharapkan suatu laporan kecelakaan dapat mencantumkan pula hal
berikut:
Upaya pencegahan diprioritaskan untuk unit unti kegiatan yang mempunyai risiko
kecelakaan yang terbesar dan disesuaikan dengan risiko kecelakaan yang dapat
diterima oleh perusahaan/industri.
Risiko dapat diperkirakan memalui penentuan risk score yang dapat dimanfaatkan
untuk pencegahan kecelakaan. Risk score dapat digunakan dengan baik untuk
mengevaluasi kecelakaan yang sudah lalu ataupun untuk pencegahan.
Kesuksesan dalam mencapai suatu tingkat keselamatan kerja sangat dipengaruhi oleh
motivasi. Motivasi yang mungkin dipunyai oleh perusahaan untuk menerapkan sistem
manajemen K3 secara fundamental ialah:
Bagi pekerja, kesadaran akan keselamatan kerja dapat muncul dari adanya beberapa
stimulus seperti adanya reward dan punishment, pengetahuan, dan training, serta
pemenuhan kebutuhan dasar manusia.