Anda di halaman 1dari 46

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Cedera Panas


2.1.1 Pengertian Cedera Panas
Cedera Panas adalah Gangguan kesehatan baik fisik dan atau mental

yang disebabkan oleh kegagalan pengaturan suhu tubuh akibat suhu

lingkungan dan kelembaban udara yang tinggi serta pembentukan suhu

tubuh yang meningkat. (Susbawat keslap, 2013)

Cedera panas adalah gangguan akibat kegiatan jasmani di

lingkungan udara panas dan kelembaban udara yang jenuh sehingga

mengakibatkan gangguan yang hebat pada fungsi pengaturan suhu tubuh,

serta kegagalan termoregulator di hipotalamus (pusat pengatur suhu tubuh)

untuk mengatur produksi dan regulasi panas yang mengakibatkan kerusakan

dan kematian sel.(Halim Mubin, 2009).

2.1.2 Mekanisme Panas Tubuh.

1. Panas yang diperoleh tubuh dari lingkungan dan pengeluaran sistem

panas tubuh, Panas lingkungan yang memperoleh panas tubuh manusia

terdiri atas :

9
10

a. Temperatur Udara

Apabila suhu tubuh lebih rendah dari suhu lingkungan sekitarnya,

maka akan mendapatkan tambahan panas dari luar secara konveksi

atau permukaan benda yang lebih panas dari suhu tubuh secara

radiasi.

b. Kelembaban Udara

Kelembaban mempunyai pengaruh terhadap pengeluaran keringat

pada kelembaban udara sekitarnya tinggi, maka penguapan

pengeluaran keringat akan terganggu sehingga suhu tubuh menjadi

naik.

c. Kecepatan Angin

Akan mempengaruhi pengeluaran panas dan akan terjadi

penambahan panas dari luar secara konveksi, radiasi dan evaporasi

2. Pengeluaran panas tubuh diatur oleh beberapa sistem yang ada dalam

tubuh diantaranya :

1. Sistem Otak.

Akan mengatur pengeluaran panas melalui susunan saraf pusat dari

jaringan saraf yang menyebar ke seluruh tubuh. Sebagai pusat

pengatur suhu tubuh ini adalah medula oblongata yang terdapat pada

otak.
11

2. Sistem Kelenjar Keringat.

Pada udara panas atau pekerjaan fisik yang berat maka akan banyak

keluar dan akan membawa panas ke luar penguapan dari keringat itu.

Sistem ini adalah yang terpenting yang melalui kulit manusia.

3. Sistem Pembuangan Urine.

Sewaktu urine dikeluarkan, maka ia akan membawa panas tubuh.

4. Sistem Pernafasan.

Udara yang dikeluarkan dari paru akan membawa panas tubuh ke luar.

5. Sistem Peredaran Darah

Darah yang mengalir ke seluruh tubuh akan membawa panas tubuh,

dan dengan cara menyempit dan melebarnya pembulu darah (vaso

kontriksi dan vaso dilatasi) akan mempengaruhi perpindahan suhu

tubuh di tempat tertentu, Misalnya :

1. Pada suhu di luar sangat dingin, maka pembulu darah akan

menyempit sehingga panas sedikit sekali dibawa ke permukaan

kulit, maka panasnya tidak dikeluarkan.

2. Pada suhu luar tubuh manusia panas, maka pembulu darah akan

melebar sehingga lebih banyak di bawah ke permukaan kulit, yang

selanjutnya akan dikeluarkan.

(vedemikum modul I dikmaba, 2010)

3. Pengeluaran Panas Melalui Kulit.

a. Pengeluaran panas melalui kulit pada sistem pengaturan suhu tubuh

manusia adalah pengeluaran panas terpenting, terutama dengan cara


12

penguapan keringat, pemancar dan pengantar yang meliputi 75% dari

pengeluaran panas tubuh manusia.

(vedemikum modul I dikmaba, 2010)

Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas

sebagai hasil metaboisme makanan yang memproduksi energi. Panas

ini akan hilang terutama lewat kulit tiga proses fisik yang penting

terlibat dalam kehilangan panas dari tubuh ke lingkungan yaitu radiasi,

konveksi dan konduksi. (brunner dkk, 1997)

b. Cara penguapan panas melalui kulit.

1. Radiasi.

Disebut juga pancaran panas, melalui pancaran langsung dari

tubuh manusia ke lingkungan sekitarnya.

2. Konveksi.

Disebut juga hantaran panas adalah penyaluran panas tubuh

manusia ke benda dilingkungan sekitarnya yang lebih dingin seperti

angin, udara, air dan sebagainya.

3. Konduksi.

Disebut juga pemindahan panas adalah pemindahan panas

tubuh manusia ke benda yang lebih dingin yang menempel pada

tubuhnya misalnya kompres es batu atau sedang berendam dalam

air dingin.
13

4. Evaporasi.

Disebut juga penguapan air adalah penguapan zat cair menjadi

uap yang membutuhkan panas tubuh misalnya penguapan air

secara melalui pernapasan paru.

(vedemikum modul I dikmaba, 2010)

Normalnya, ketiga mekanisme kehilangan panas ini akan

digunakan semuanya. Namun demikian kalau suhu sekeliling

sangat tinggi maka radisi dan konveksi tidak akan efektif sehingga

evaporasi merupakan satu-satunya cara untuk menghilangkan

panas.

Dalam kondisi yang normal produk panas dari metabolisme

akan diimbangi oleh kehilangan panas dan suhu internal tubuh akan

dipertaruhkan agar tetap konstan pada suhu kurang lebih 37 0C

kecepatan hilangnya panas tergantung terutama pada suhu

permukaan kulit yang ditentukan oleh aliran darah kulit. Dalam

kondisi yang normal, jumlah total darah yang beredar lewat kulit

kurang-lebih sebanyak 450 ml/menit, atau antara 10-20 kali jumlah

darah yang diperlukan untuk memberikan metabolisme serta

oksigen yang dibutuhkan. (scheuplein,1991). Aliran darah yang

lewat pembuluh darah kulit ini akan menyebabkan lebih banyak

panas yang dialirkan ke kulit dan meningkatkan laju kehilangan

panas tubuh. Dilain pihak penurunan suhu tubuh dan membantu

menyimpan panas untuk tubuh. Kalau suhu tubuh mulai menurun


14

seperti yang terjadi pada hawa dingin, pembulu darah kulit akan

mengalami kontriksi sehingga kehilangan panas dari tubuh

berkurang.

Pengeluara keringat merupakan proses lainya yang digunakan

tubuh untuk mengatur laju kehilangan panas. Pengeluaran keringat

atau perspirasi tidak akan terjadi sebelum suhu internal tubuh

melampui 37 0C tanpa tergantung suhu kulit (scheuplein,1991).

Pada hawa lingkungan yang sangat panas laju produksi keringat

dapat setinggi 1 L/ jam. Dalam keadaan tertentu mialnya stress

emosional, perspirasi dapat terjadi secara reflex dan tidak ada

hubungannya dengan keharusan untuk menghilangkan panas dari

tubuh. (brunner dkk, 1997).

Secara umum maka prosentase pengeluaran panas tubuh

manusia dengan panas lingkungan sekitarnya sebagai berikut :

1. Kulit, dengan cara penguapan keringat pemancaran dan

pengantaran panas sebanyak 75 %.

2. Paru, dengan cara penguapan air pada waktu pernafasan 20 %.

3. Ekskreta, dengan melalui urine dan tinja 5 %.

(vedemikum modul I dikmaba, 2010)

2.1.3 Macam Gangguan Cedera Panas.

Ada beberapa macam bentuk gangguan cuaca panas tubuh manusia,

sehingga disebut sebagai cedera panas mulai dari bentuk yang paling
15

ringan sampai bentuk yang paling berat, yang bias menimbulkan kematian

jika tidak segera mendapatkan pertolongan yang tepat.

Semua bentuk gangguan udara panas ini berkaitan satu dengan yang

lainya sehingga gangguan yang ringan apabila berkembang dapat berubah

menjadi bentuk yang berat. Klasifikasi gangguan panas. Ada 4 macam

bentuk gangguan udara panas pada manusia yaitu :

1) Sinkope Panas (Heat syncope).

Merupakan bentuk gangguan udara panas yang paling ringan dan dapat

terjadi pada orang yang kepanasan pada suatu upacara. Karena ada

pengaruh panas dari luar, maka tubuh ikut panas, dan usaha badan

untuk menurunkan panas ini dengan cara melebarkan pembuluh darah

tepi terutama pada tubuh bagian bawah. Karena orangnya dalam posisi

berdiri, maka darah akan banyak mengalir bagian tubuh yang di bawah,

sehingga otak akan kekurangan darah, kemudian dapat pingsan

dilapangan.

(Petunjuk Teknik penggunaan perangkat penanggulangan cedera panas

dilapangan,1989)

2) Kejang Panas (Heat Cramp).

Heat cramps adalah kram karena suhu yang sangat tinggi. Resiko

terjadinya kram karena kelainan panas meningkat pada :

a. Kelembaban yang tinggi (yang menyebabkan berkurangnya efek

pendingin oleh keringat).


16

b. Pemakaian tenaga yang kuat dalam waktu lama yang menyebabkan

panas yang dihasilkan oleh otot. (junaidi,dr.iskandar, 2011)

Heat Cramp adalah suatu gangguan akibat latihan fisik yang

berat di lingkungan fisik yang berat di lingkungan udara yang panas

tinggi, dengan gejala khasnya timbul kejang-kejang otot perut dan

otot badan yang lain, yang datang secara mendadak dan berulang-

ulang.

(vedemikum modul I dikmaba, 2010).

3) Kelelahan Panas (Heat Exhaustion).

Kelelahan panas (Heat Exhaustion) merupakan suatu gangguan

akibat terlalu lama berada di tempat yang udara atau cuacanya panas,

dengan gejala yang khas timbul pengeluaran keringat yang banyak dan

terjadi kelumpuhan peredaran darah tepi (circulatory collaps).

(vedemikum modul I dikmaba, 2010).

Kegagalan penyesuaian tubuh terhadap pelebaran pembulu darah

yang terjadi akibat lingkungan bersuhu tinggi. Keadaan ini lebih mudah

timbul pada peminum alkohol, dehidrasi, banyak keringat, muntah dan

diare.(Purwadianto,2000)

4) Sengatan Panas (Heat Stroke).

Serangan Panas (Heat Stroke) adalah Suatu gangguan/ penyakit

akibat latihan fisik yang berat dan lama di lingkungan udara yang sangat

panas dan kelembaban yang tinggi sehingga menyebabkan gangguan

yang hebat pada pusat pengetahuan panas di otak.


17

(vedemikum modul I dikmaba, 2010)

Heat stroke terjadi ketika mekanisme pengaturan suhu terlampaui

karena heat stress eksogen. Suhu inti akan meningkat hingga 104,9 oF

atau lebih tinggi. Disfungsi SSP dan anhidrosis adalah tanda utama heat

stroke. (Sean O. Henderson, 2013)

2.1.4 Penyebab Cedera Panas

Secara umum ada beberapa faktor yang menempatkan seseorang pada

keadaan cedera panas sesuai macam cedera panas diantaranya :

1) Sinkop Panas (Heat Syncope)

Disebabkan oleh vasodilatasi sering disertai dengan dehidrasi sebagai

factor penyerta. (Michael jay bresler, 2000)

Kegagalan penyesuaian tubuh terhadap pelebaran pembuluh darah

yang terjadi akibat lingkungan bersuhu tubuh tinggi. Keadaan ini lebih

mudah timbul pada peminum alkohol, banyak keringat, muntah, diare dan

dehidrasi.(agus purwdianto, 2000)

2) Kejang Panas (Heat Cramp)

Disebabkan oleh spasme otot-otot volunteer karena deplesi elektrolit.

Baik garam maupun air hilang bersama keringat. Pasien kram panas

biasanya menggantikan kehilangan air dengan minum. Tetapi itu belum

menggantikan kehilangan garam. (micheal jay bresler,2000)

Hilangnya sejumlah besar NaCl tubuh melalui keringat akibat kerja otot

yang berat, terutama di lingkungan bersuhu tinggi.

(agus purwadianto,2000)
18

Kejang panas (Heat Cramps) disebabkan oleh karena kerja otot yang

berat dalam udara panas yang melebihi 37,9 0C disertai dengan

pengeluaran keringat terlalu banyak, serta kekurangan garam.

(vedemikum modul I dikmaba, 2010).

3) Kelelahan Panas (Heat Exhaustion).

Terjadinya pengeluaran keringat yang banyak sekali, sehingga tubuh

banyak kekurangan cairan, serta melebarnya pembulu darah tepi

sehingga sebagian besar darah tertimbun pada pembulu darah tepi,

untuk menurunkan suhu tubuh. Akibatnya darah ke otak akan berkurang.

(vedemikum modul I dikmaba, 2010).

Terjadi ketika ada penurunan kadar garam dan air karena berkeringat.

Aliran balik vena tergantung oleh kombinasi aktivitas berat dan

vasodilatasi kutaneus maksimal.(Sean O. Henderson,2013)

4) Sengatan Panas (Heat Stroke)

Secara umum ada beberapa faktor yang menempatkan seseorang

pada keadaan heat stroke, diantaranya adalah :

1. Aktifitas fisik di lingkungan yang panas

2. Dehidrasi

3. Sakit demam

4. Penggunaan obat tertentu yang dilarang (kokain dan amphetamine)

5. Obat obatan (antipsikotik dan anti kolinergik)

6. Obesitas dan kebugaran yang buruk

7. Penyakit kardiovaskular
19

8. Hipertiroid

9. Usia ekstrem (balita dan lansia) dan Keadaan psikis

(Sean O. Henderson, 2009)

Heat stroke juga dibagi menjadi tiga tipe menurut faktor penyebabnya,

diantaranya adalah :

1. Heat stroke klasik terjadi beberapa hari setelah berada dalam ruangan

yang bersuhu tinggi dan sering dalam kelembapan yang tinggi pula.

Tipe klasik ini disebut pula sebagai bentuk endemik dan sering

mengenai orang yang berusia lanjut, orang yang sakit, tunawisma

ataupun orang yang tidak banyak bergerak.

2. Eksersional terjadi pada orang yang melakukan aktifitas fisik yang

berat (dengan menghasilkan 800 kcal / jam). Tipe ini juga dapat

ditemukan pada keadaan dengan suhu serta kelembapan yang

sedang dan mengenai orang yang sehat.

3. Karena obat yang dipicu oleh obat-obatan yang meningkatkan

hiperaktivitas muskular dengan menimbulkan keadaan

hipermetabolisme yang disertai gangguan termoregulasi, kompensasi

kardiovaskular dan kehilangan panas

(Kathleen S. Oman, 2008)

2.1.5 Tanda dan Gejala Cedera Panas

Secara umum ada beberapa tanda dan gejala yang menempatkan

seseorang pada keadaan cedera panas sesuai macam cedera panas

diantaranya :
20

1) Sinkop Panas ( Heat Syncope)

Tanda-tanda dan gejala sinkope panas :

1. Muka pucat, pandangan berkunang-kunang, pusing.

2. Nadi kecil dan cepat.

3. Kulit basah karena keringat.

(Petunjuk Teknik penggunaan perangkat penanggulangan cedera panas

dilapangan,1989)

2) Kejang Panas (Heat Cramp)

Gejala-Gejala yang timbul :

1. Gelisah, kadang-kadang berteriak karena kesakitan.

2. Suhu tubuh normal atau sedikit menigkat.

3. Denyut nadi cepat (takikardi) dan teraba kecil.

4. Tekanan darah tetap normal.

5. Kulit pucat dan basah (berkeringat)

6. Adanya kejang, terutama yang paling sering di otot perut dan otot-otot

flexor tungkai atau lengan dan bahu. Dan otot yang kejang ini

dirasakan sangat nyeri, yang datangnya secara hilang timbul, dan

diantra serangan kejang rasa nyeri berkurang. Pada perabaan otot-

otot akan serba tegang dan ada benjolan.

Gejala-gejala di atas datangnya secara tiba-tiba dan bila tidak

segera ditolong maka serangan tersebut dapat berlangsung berjam-

jam. (vedemikum modul I dikmaba, 2010)


21

3) Kelelahan Panas (Heat Exhaustion).

Geja-gejala yang timbul :

1) Gejala Pendahuluan :

a. Lemah

b. Pusing

c. Gangguan keseimbangan.

d. Sakit kepala.

e. Mual.

f. Penglihatan menjadi kabur.

g. Mudah kaget.

h. Kadang-kadang bias kejang otot ringan.

2) Gejala lanjutan

a. Kadang-kadang kesadaran menurun.

b. Rasa lemah dan lemas.

c. Mual dan muntah.

d. Suhu badan pada umumnya tidak banyak perubahan.

e. Denyut nadi cepat, tidak lebih 100x/ menit.

f. Tekanan darah turun.

g. Sakit kepala, pusing atau vertigo bertambah.

h. Penglihatan bertambah kabur, pupil mata melebar.

i. Sesak nafas, kadang bernafas dengan pundak diangkat.

j. Otok-otok terasa agak nyeri dan kadang-kadang ada kejang.


22

3) Gejala-gejala tersebut bila sementara waktu, tetapi ada kalanya

dapat menyebabkan kematian karena kegagalan jantung

memompakan darah atau panas yang tinggi terus berlanjut.

4) Sengatan Panas (Heat Stroke)

Tanda dan Gejalan Sengatan Panas (Heat Stroke).

Tanda dan gejala heat stroke diantaranya adalah suhu >40 0C,

disfungsi neurologis (halusinasi, disfungsi serebral, kejang-kejang, dan

koma), takikardi, kulit panas dan kering serta hangat tanpa keringat,

kesadaran menurun, emosi tidak sabil, bingung, delier, tidak memberikan

respon, tekanan darah mulanya naik lalu turun serta hiperventilasi karena

respirasi alkalosis. (A. Halim Mubin, 2012)

Menurut ilmu kesehatan lapangan Pusat Pendidikan Kesehatan

Angkatan Darat, ada beberpa macam gejala lanjutkan serta gejala kritis

semuanya ini berkaitan satu dengan yang lainya dari gejala yang ringan

hingga akan berkembang menjadi bentuk gejala lanjutan. Gejala tersebut

diantaranya :

1. Gejala permulaan ditandai dengan :

a. Badan terasa panas

b. Sakit kepala

c. Pusing

d. Mual dan muntah

e. Rasa nyeri di dada (daerah jantung)

f. Banyak keringat
23

2. Gejala lanjutan, apabila sudah merasakan gejala permulaan latihan

fisik yang berat di cuaca yang sangat panas tersebut tidak segera di

kurangi atau di hentikan maka akan timbul gejala lanjutan, di

antaranya adalah :

a. Acuh tak acuh terhadap suasana lingkungan

b. Jatuh, gelisah dan rasa ketakutan

c. Muntah muntah

d. Suhu badan sangat tinggi (bisa mencapai 410C atau lebih)

e. Denyut nadi sangat cepat (bisa mencapai 160x/mnt atau lebih)

f. Pernafasan cepat (bisa mencapai 20 30x/mnt)

g. Otot otot kejang.

h. Kulit kemerah merahan, panas dan kering.

i. Tekanan darah bisa naik sedikit.

3. Gejala kritis atau tingkat gawat ditandai dengan :

a. Suhu tubuh pada dubur lebih dari 410C

b. Terjadi shock

c. Penurunan kesadaran

d. Kejang kejang pada seluruh tubuh

e. Pupil sudah melebar

f. Tidak ada produksi urine (anuria)

4. Biasanya jika sudah muncul gejala gejala kritis ini sudah sulit untuk

mengatasinya di lapangan. Oleh karena itu sangat diperlukan tenaga


24

kesehatan lapangan yang terampil sehingga dapat di andalkan untuk

memberikan pertolongan darurat di lapangan, khususnya dalam :

a. Mengenal gejala dini.

b. Penanggulangan kasus sengatan panas di tempat kejadian.

c. Mengatasi keadaan gawat darurat lain dengan resolusinya.

d. Mengevakuasi dan memantau kondisi korban.

(Vademikum Pusdikkes 2010)

2.1.6 Patofisiologi Cedera Panas

Suhu tubuh bergantung pada keseimbangan antara produksi panas

dari metabolism dengan hilangnya panas.

1. Pertukaran panas di perantarai melalui radiasi, konveksi, konduksi, dan

evaporasi. Radiasi efisien untuk memindahkan panas dari tubuh ketika

suhu lingkungan kira-kira kurang dari suhu tubuh atau 950F.

2. Evaporasi adalah mekanisme paling efisien yang dimiliki tubuh manusia

untuk mengeluarkan panas pada saat suhu lingkungan meningkat di atas

950F. Energi panas dibawa oleh cairan dan diubah menjadi bentuk gas

yang memungkinkan pendinginan yang bermakna. Berkeringat

memungkinkan pendinginan yang bermakna karena 1 L keringat

memerlukan 600 kkal panas. Ketika ada kelembapan yang tinggi maka

mekanisme pendinginan ini juga akan gagal.

Selama heat stress hipotalamus merangsang sistem saraf otonom

sehingga menyebabkan vasodilatasi perifer dan vasokontriksi splangnik.


25

Curah jantung harus meningkat untuk memenuhi peningkatan kebutuhan.

Volume sekuncup berkurang menyebabkan peningkatan denyut jantung.

Serabut parasimpatik merangsang berkeringat. Panas meningkatkan baik

laju berkeringat maupun jumlah kelenjar keringat yang teraktifasi.

Saat suhu terus meningkat, vasokontriksi splangnik gagal dan aliran

darah meningkat menuju inti tubuh dan berkurang di perifer. Akibatnya

suhu inti meningkat dan terjadi disfungsi serebral karena edema serebral,

kongesti pembuluh darah serebral dan peningkatan tekanan intrakranial.

Penyakit demam menyebabkan peningkatan produksi panas tubuh.

Peningkatan ini karena pirogen dalam sirkulasi yang dilepaskan oleh

system imun yang teraktivasi. Pirogen ini mengatur ulang hipotalamus

untuk meningkatkan produksi panas. Konsep ini penting karena tindakan

pendinginan yang digunakan untuk penyakit akibat panas ringan hingga

sedang lainnya tidak berguna dalam menangani etiologi ini. Antipiretik

harus diberikan untuk melawan mekanisme molekuler yang

menyebabkan stimulasi hipotalamus. (Sean O. Henderson, 2009)

2.1.7 Pencegahan Cedera Panas.

Pencegahan yang baik adalah suatu hal yang sangat penting agar

korban tidak jatuh dalam pelaksanaan suatu latihan, pencegahan tersebut

dapat dilaksanakan dengan beberapa cara, diantaranya:

1. Sesuaikan derajat latihan fisik yang berat dilingkungan cuaca yang

sangat panas dan kelembababan yang tinggi.


26

2. Minum yang banyak bila perlu dicampur dengan garam dapur.

3. Pakaian yang tipis dan longgar agar memudahkan pertukaran udara

pada bagian bagian tubuh tertentu (ventilasi yang baik).

4. Melaksanakan aklimatisasi sebelum melaksanakan kegiatan latihan.

5. Bila mulai merasakan gejala permulaan atau lanjutan segera melaporkan

pada petugas kesehatan.

6. Pemantauan cuaca dengan memperhatikan index WBGT.

WBGT adalah suatu alat untuk mengukur panas dan kelembaban

lingkungan yang dipasang di lapangan tempat diselenggarakan latihan.

Alat ini dapat mengukur panas lingkungan dengan radius 15 km da

dipasang minimal 30 menit sebelum latihan dimulai. Adapun

perhitungannya :

Index WBGT = (0,7 x WB) + (0,2 x G) + (0,1 x DB)


WB = suhu yang terukur pada thermometer di tabung Erlenmeyer

G = suhu yang terukur pada thermometer di bola besi

DB = suhu yang terukur pada thermometer di kotak kayu

Dengan kriteria hasil :

a. Bendera hijau (index WBGT= 770F 840F = 250C - 28,80C)

Latihan fisik berat bagi orang yang belum terlatih harus

dilakukan hati-hati.

b. Bendera kuning (index WBGT= 850F 870F = 29,440C

30,550C)
27

Latihan fisik berat di daerah panas bagi orang yang belum

aklimatisasi dan kurang dari 3 minggu tidak boleh dilakukan.

c. Bendera merah (index WBGT= 880F 890F = 31,110C

31,660C)

Latihan fisik untuk semua orang yang melaksanakan lebih dari

12 minggu dan sudah aklimatisasi melakukan kegiatan terbatas

tidak boleh lebih dari 6 jam sehari.

d. Bendera hitam (index WBGT= > 900F= > 32,20C)

Harus mengurangi beban latihan bahkan semua latihan fisik di

udara terbuka serta harus di awasi ketat.

7. Menyiapkan tenaga kesehatan lapangan yang terampil.

Pencegahan dan penanggulangan cuaca panas merupakan

keharusan bagi prajurit, khususnya prajurit kesehatan sehingga akibat

buruk yang tidak diinginkan dapat dicegah. Bila keadaan ini terjadi perlu

segera dilakukan penanggulangan sehingga akibat fatal dapat dihindari.

Hal-hal yang perlu dihindari diantaranya :

1. Keadaan Medan.

Terutama keadaan cuaca dimana prajurit itu mengikuti latihan

atau daerah operasi yang mencakup udara panas dan kelembaban

udara yang akan mempengaruhi kesehatan dan kemampuan fisik

prajurit.
28

Berat ringanya keadaan medan akan mempengaruhi banyak

tenaga yang dikeluarkan oleh prajurit maka akan mempengaruhi

lambat atau cepatnya gangguan tersebut.

2. Keadaan dan Kemampuan fisik prajurit.

Disebut juga kesempatan jasmani prajurit akan mempengaruhi

lambat atau cepatnya seseorang prajurit mendapatkan gangguan

cuaca panas. Seseorang prajurit dengan kesempatan jasmani yang

kurang. Misalnya kurang latihan fisik secara teratur, akan mudah

terserang sengatan panas.

a) Keadaan Kesehatan Prajurit. Keadaan kesehatan seseorang

prajurit akan mempengaruhi kelelahan prajurit itu terhadap

gangguan cuaca panas. Beberapa keadaan atau penyakit dapat

mengurangi daya tahan tubuh dan mempercepat timbulnya

gangguan serangan panas seperti :

1. Penyakit mendadak atau menahun (akut atau kronis).

2. Keadaan yang baru sembuh dari suatu penyakit.

3. Demam.

4. Baru mendapatkan vaksinasi.

5. Kurang tidur atau istrahat.

6. Kelelahan.

7. Tubuh yang terlalu gemuk.

8. Minum alkohol.

9. Tubuh yang kekeringan (dehidrasi).


29

10. Sudah pernah mendapatkan serangan sengatan panas

sebelumnya.

11. Sudah pernah sakit kulit yang merata diseluruh kulit, misalnya

biang keringat atau eksim.

b) Kemampuan fisik prajurit. Disebut juga kesemaptaan jasmani

prajurit akan mempengaruhi lambat atau cepatnya seseorang

prajurit mendapatkan gangguan cedera panas. Seseorang prajurit

dengan kesemaptaan jasmani yang kurang, misalnya karena

kurang latihan fisik secara teratur, akan mudah terserang panas.

c) Penyesuaian Diri Terhadap Lingkungan Yang Baru. Hal ini disebut

juga aklimatisasi, dengan ini juga akan mempengaruhi daya tahan

tubuh seorang prajurit. Latihan fisik yang berat pada suatu daerah

yang barutanpa penyesuaian diri untuk beberapa waktu akan

memudahkan untik timbulnya sengatan panas.

3. Kemampuan Sarana Kesehatan Lapangan.

Dukungan Kesehatan yang diperlukan mencakup :

a) Personel kesehatan lapangan yang sudah terlatih.

b) Peralatan dan obat-obatan.

c) Sarana evakusi berikut dengan peralatan.

d) Penyediaan air minum yang cukup bila mungkin penyediaan es batu

yang diletakkan pada pos/ tempat tertentu yang diperkirakan akan

jatuh korban cedara panas.


30

4. Rencana dan Pelaksanaan kegiatan Latihan.

a) Keseluruhan faktor yang mencakup keadaan medan.

b) Sarana dukungan kesehatan lapangan.

c) Keadaan kesehatan dan kesempatan jasmani prajurit

d) Indek WBGT.

e) Persediaan air dan kebutuhan garam dapur yang cukup.

f) Penjelasan kepada seluruh anggota pasukan tentang cedera panas.

g) Kemungkinan perkiraan korban.

h) Alat komunikasi.

5. Pengetahuan Pelatih dan Pengikut Latihan tentang Sengatan Panas.

Kepada pelatih dan pengikut latihan harus diberikan pengetahuan

cedera panas yang meliputi :

a) Pengertian dari sengatan panas

b) Penyebab.

c) Gejala-gejala

d) Pencegahan

e) Penanggulangan.

Bila memungkinkan kepada para pelatih perlu diberikan kemampuan/

keterampilan untuk dapat menanggulangi cedera panas dalam latihan.

Dengan bobot serta lingkup yang sesuai dengan latar belakang

pengetahuan kemampuan ini dari waktu harus sering-sering disegarkan

dan diberikan suatu standar kualifikasi.


31

1. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan :

Untuk mencegah timbulnya korban sengatan panas pada suatu

pelaksanaan latihan, maupun suatu operasi tempur, maka haruslah

diperhatikan faktor-faktor berikut :

A. Kesehatan Jasmani Prajurit.

Mereka yang kesemaptaan jasmani rendah agar dimasukkan dalam

kelompok tersendiri dan kepada mereka dberikan latihan-latihan

penyesuaian. Setelah nilai kesemaptaan sesuai standar baru mereka

di ikutkan latihan sebenaranya.

B. Aklimatisasi.

Latihan di daerah yang baru dengan cuaca sangat panas

memerlukan waktu penyesuaian diri (aklimatisasi) sekitar 1-2 minggu,

dimana intensitas dinaikan secara berangsur-angsur.

C. Air Minum.

Fungsi air minum ini adalah :

1) Sebagai pengganti pengeluaran cairan melalui keringat.

2) Sebagai unsur pendingin bagi suhu tubuh.

Kebutuhan air minum ini harus mendapatkan perhatian dalam

pelaksanaan suatu latihan.

D. Garam Dapur

a) Garam dpur ikut keluar tubuh pada pengeluaran keringat.

b) Perlu penambahan garam dapur pada minuman prajurit.


32

c) Pemberian jangan berlebihan karena bias menimbulkan rasa

haus dan mual konentrasinya 1% (1tablet garam dalam 1

valdfes).

d) Pada prajurit yang belum aklimatisasi pengeluaran garam akan

lebih banyak.

E. Pakaian prajurit.

a) Usahakan sedapat mungkin permukaan kulit terbuka sehingga

memungkinkan untuk penguapan dan pendinginan oleh angin/

udara.

b) Hindari pakaian yang tebal dank ketat.

c) Sebaiknya pakaian yang ringan dengan warna yang muda,

jangan hitam.

d) Hindari pakaian dari bahan nilon.

F. Makanan.

Melaksanakan latihan fisik secara langsung sehabis makan

menimbulkan akibat yang kurang baik karena sewaktu makanan

mengisi perut, darah banyak yang mengalir ke usus untuk menyerap

sari makanan . kalau langsung latihan fisik, maka darah juga harus

banyak mengalir ke otot-otot sehingga fungsi peredaran darah akan

terganggu dan menimbulkan akibat yang kurang baik.

G. Istirahat/ Tidur

Untuk menghindari akibat penumpukan lelah diperlukan istrhat/ tidur

7 jam sehari. Kegunaan dari istrahat ini untuk membersihkan pengaruh


33

zat-zat yang kurang baik yang terdapat dalam otot atau alat tubuh

lainya, tertama jaringan saraf yang sangat memerlukan itrahat tidur.

H. Beban Sewaktu Latihan

1) Pada hari-hari pertama beban latihan dibatasi, kemudian dapat

ditambah sedikit demi sedikit setiap hari sampai tercapai bobot

yang dikehendaki.

2) Beban latihan terberat sebaiknya diletakkan pada jam-jam yang

tidak panas terik, misalnya pagi atau sore hari.(Vademikum

Pusdikkes 2010)

2.1.8 Penatalaksanaan Cedera Panas

Secara umum ada beberapa penangganan sesuai macam cedera panas

diantaranya :

1) Sinkop Panas ( Heat Syncope).

Pertolongan/ tindakan dalam penanganan sincope panas (Heat Syncope)

diantaranya :

1. Bawa korban ke tempat yang teduh dan aman.

2. Baringkan korban dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki.

3. Tanggalkan pakaian, beri pijatan pada kaki dan digerak-gerakkan agar

darah yang terkumpul di kaki dapat bergerak lancer.

4. Bila penderita tidak sadarkan diri, beri rangsangan bau-bauan yang

dapat merangsang.
34

5. Setelah sadar, beri minum hangat misalnya minum teh agar peredaran

darah dapat lancer.

(Petunjuk Teknik penggunaan perangkat penanggulangan cedera panas

dilapangan,1989)

2) Kejang Panas (Heat Cramp)

1) Akan lebih baik bila korban dipindahkan ke ruangan yang dingin.

Korban dibaringkan mendatar atau bahu dengan posisi kepala yang

lebih rendah.

2) Basuhi kulit korban dengan pakaian basah atau langsung dengan air

dan gunakan kipas angin untuk menurunkan suhu tubuhnya.

3) Jangan gunakan obat gosok yang mengandung alkohol.

4) Berikan kompres dingin pada leher, selangkangan dan ketiak korban.

5) Jika korban sadar berikan sedikit-sedikit minum bergaram (dibuat

dengan menambahkan 1 sedok teh garam ke dalam 1 liter air),

berikan setengah cangkir setiap 15 menit. Jika tidak ada minuman

bergaram, bias diberikan air putih saja.

6) Untuk kram otot, bias berikan minuman bergaram dan pijat-pijat otot

yang terkena secara lembut dan perlahan sampai ototnya mengendur

kembali.

(junaidi,dr,iskandar, 2011)
35

Tindakan tambahan yang dapat dilakukan pada kejang panas (Heat

Cram):

1) Bila penderita tidak dapat minum (karena tidak sadar atau penderita

muntah terus), berikan infus NaCl 0,9 % diberikan 40 tetes/menit

2) Bila penderita kejang menyeluruh, berikan diazepam intra vena 10-20

mg.

3) Segera bawa ke rumah sakit untuk perawatan lebih lnjut.

4) Selama dalam perjalanan ke rumah sakit harus selalu diawasi :

Tekanan darah, Suhu tubuh, Pernafasan, Keadaan umum dan

kesadaran.

(Petunjuk Teknik penggunaan perangkat penanggulangan cedera

panas dilapangan,1989).

3) Kelelahan Panas (Heat Exhaustion).

1. Hindari latihan fisik berat yang tidak perlu, bila udara sangat panas

2. Minum air harus cukup, agar jumlah urine dapat mencapai 1 liter

sehari.

3. Gunakan pakaian yang lebih tipis, ringan dan longgar agar aliran

udara atau angin mudah menembus dan segera menguapkan

keringat

4. Bagi orang yang belum melakukan penyusaian diri dengan daerah

tersebut harus lebih banyak minum garam dapur (2 gram perhari

dalam air minum, berikan dalam tiga kali atau lebih).


36

Tindakan pengobatan/ pertolongan pertama :

1. Penderita dibaringkan terlentang ditempat sejuk dengan kepala

lebih rendah, pakaian dilonggarkan.

2. Beri minum air dingin.

3. Bila napas terlalu sesak berikan oksigen ( bila ada fasilitas )

4. Bila keadaan berat, dapat diberikan :

a) Infus NaCl 0,9 % plasma expanders untuk mengatasi kolaps

sirkulatorik.

b) Efineprin 1/1000 0,3-1 ml subkutan.

c) Oksigen

d) Jangan berikan Na-bikarbonat.

Bila cepat diatasi, biasanya keadaan umum penderita segera

membaik, tetapi bila tidak dapat memberatkan menjadi heat

stoke.

4) Sengatan Panas (Heat Stroke)

1. Kenali gejala sengatan panas sedini mungkin, kemudian pahami

tingkat-tingkatanya, mulai dari gejala permulaan sampai ke gejala

lanjutan.

2. Amankan korban ke tempat yang teduh serta dingin, kemudian

tenangkan dari kegelishan.

3. Lepaskan perlengkapan, buka dan longgarkan pakaian.

4. Ukur suhu dubur (rektal/ Anus).


37

a) Bila suhunya terlalu tinggi, segera lakukan pendinginan tubuh

korban dengan membasahi seluruh permukaan tubuhnya dengan

alkohol sambil dikipasi dan dipijat-pijat ototnya.

b) Bila tidak ada alkohol biasa dipakai kompres dengan bongkahan

es, dan dalam keadaan darurat biasa juga dengan merendam

korban dalam air. Ini semuanya dikerjakan sampai suhu rektal

mencapai 38,5 0C.

c) Bila suhu tubuh tidak terlalu tinggi, cukup dikompres dengan es

atau air dingin sampai suhu rektal 38,5 0C.

5. Bila suhu rektal sudah mencapai 38,5 0C. tubuh korban dikeringkan

dengan handuk, diselimuti agar hangat dan pijatan dilakukan dan

pantau suhu rektal setiap 10 menit.

6. Bila disertai kejang-kejang berikan valium atau luminal.

7. Bila nafas terlalu sesak berikan oksigen.

8. Kalau terjadi henti nafas berikan pertolongan pernafasan mulut ke

mulut, dengan frekuensi 12x/ menit.

9. Oksigen tetap dilanjutkan

Segera laksanakan evakuasi sambil memantau kesadaran tensi nadi

pernafasan dan suhu rektal. (Vademikum Pusdikkes 2010)

Penata laksanaan lanjutan selain penanganan diatas dapat dilakukan

penanganan serangan panas (heat stroke) Penatalaksanaan heat stroke

dibagi menjadi tiga tahap, diantaranya adalah sebagai berikut :


38

1. Saat di lapangan pertolongan pertama yang bisa dilakukan adalah

pendinginan cepat yang terbaik diperoleh dengan evaporasi dan harus

sudah dimulai sebelum dibawa ke rumah sakit, diantaranya :

a. Pasien dipindahkan dari panas

b. Pakaian harus dilepas

c. Meletakan pasien pada tempat yang sejuk, mandi air hangat dan

menjamin sirkulasi udara sekitar akan membantu evapoasi

d. Bungkusan es ke inguinal dan aksila dapat diberikan tetapi harus

diperhatikan agar tidak menginduksi vasokontriksi dengan menimbun

pasien dalam es.

2. Tanpa memperhatikan jenisnya, penanganan heat stroke adalah sama

dan harus sudah dilakukan ketika langkah diagnostik lebih lanjut

dilakukan, diantaranya:

a. Penurunan suhu inti dengan cepat hingga 104 0F harus dilakukan

setelah memeriksa dan mempertahankan ABC.

b. Oksigen aliran tinggi, pasien yang lebih sakit dengan hipertermia

akan memerlukan intubasi.

c. Pemberian cairan dalam jumlah banyak berupa normal salin dan

cairan ringer laktat dapat dilakukan.

d. Kateter foley akan membantu menentukan respon terhadap

penggantian cairan.

e. Pemantauan vena sentral atau tekanan oklusi arteri pulmonalis

munkin dapat membantu.


39

f. Pemantauan suhu berkelanjutan juga harus dilakukan dengan sensor

termister yang dimasukan pada rectal atau bersama kateter foley.

g. Pemeriksaan laboratorium rutin meliputi kreatinin fosfokinase dan

pembekuan darah perlu dilakukan.

3. Perawatan lebih lanjutnya meliputi :

a. Benzodiazepine untuk mengobati kejang

b. Neuroleptik seperti chlorpromazine dapat digunakan untuk

menghambat menggigil yang dicetuskan oleh pendinginan cepat. Hal

ini akan meminimalkan produksi panas endogen dari mengigil

tersebut.

c. Perhatian obat golongan ini dapat bersifat aditif dengan anti kolinergik

yang menyebabkan heat stroke itu sendiri. Dan juga dapat

memperburuk hipotensi.

d. Diuretic seperti manitol meningkatkan aliran darah ginjal sehingga

mengurangi cedera ginjal. Cedera ginjal sering dijumpai pada heat

stroke yang disebabkan oleh aktifitas karena menyebabkan

rabdomiolisis disertai mioglobinuria.

(Sean O. Henderson, 2009)

2.1.9 Komplikasi

Kerusakan dan edema otak seperti kejang kejang, kerusakan

kardiovaskuler seperti IMA dan DIC, kerusakan hepar seperti nekrosis

hepatoseluler, kerusakan ginjal seperti gagal ginjal akut, aspirasi pneumoni,

gangguan keseimbangan asam basa. (A. Halim Mubin, 2012).


40

2.1.10 Pemeriksaan Penunjang.

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk melakukan diagnosa

pada heat stroke adalah sebagai berikut :

1. Leukositosis

2. Blood urea nitrogen yang meningkat akan menyebabkan gagal ginjal

akut.

3. CT scan kepala.

4. EKG dan penanda atau enzim jantung serum.

5. Fungsi hati serum.

6. Kreatinin dan BUN serum.

7. (A. Halim Mubin, 2009)

2.2 Konsep Pendidikan Kesehatan

2.2.1 Definisi Pendidikan Kesehatan

Pendidikan Kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan

dalam bidang kesehatan (Notoatmodjo,2011). Pendidikan Kesehatan adalah

suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang

kondusif untuk kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

2.2.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan

Secara umum tujuan dari pendidikan kesehatan adalah meningkatkan

kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan, baik fisik, mental dan sosialnya sehingga produktif secara

ekonomi maupun social (Notoatmodjo, 2003).


41

2.2.3 Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan.

Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai

dimensi, antara lain: dimensi aspek kesehatan, dimensi tatanan atau tempat

pelaksanaan pendidikan kesehatan, dan dimensi tingkat pelayanan

kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

A. Aspek Kesehatan

Telah menjadi kesepakatan umum bahwa kesehatan masyarakat itu

mencakup empat aspek pokok yaitu:

1. Promosi (Promotif)

2. Pencegahan (Preventif)

3. Penyembuhan (Kuratif)

4. Pemulihan (Rehabilitatif)

Dan beberapa ahli membagi menjadi dua yaitu:

a. Pendidikan kesehatan pada aspek promotif

Sasaran pada aspek promotif adalah kelompok orang sehat. Selama

ini kelompok ini kurang memperoleh perhatian dalam upaya

kesehatan masyarakat. Oleh sebab itu pendidikan kesehatan pada

kelompok ini perlu ditingkatkan atau dibina agar tetap sehat, atau

lebih meningkat lagi.

b. Pendidikan kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan.

Pada aspek ini upaya pendidikan kesehatan mencakup 3 upaya

yaitu:
42

1. Pencegahan tingkat pertama (primary prevention)

Sasaran pendidikan kesehatan pada aspek ini adalah

kelompok masyarakat yang beresiko tinggi (high risk). Tujuan

utama pada kelompok ini adalah agar mereka tidak jatuh sakit

atau terkena penyakit.

2. Pencegahan tingkat kedua (secondary preventiton)

Sasaran pendidikan kesehatan pada aspek ini adalah para

penderita penyakit kronis. Tujuan utama pada kelompok ini

adalah agar para penderita mampu mencegah penyakitnya

menjadi lebih parah.

3. Pencegahan tingkat tiga (tertiary prevention)

Sasaran pendidikan kesehatan pada aspek ini adalah

kelompok pasien yang baru sembuh (recovery) dari suatu

penyakit.Tujuannya adalah agar mereka segera pulih kembali

kesehatannya.

B. Tempat Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan

Berdasarkan tatanan pelaksanaanya, pendidikan kesehatan dapat

dikelompokkan menjadi lima yaitu:

1. Pendidikan kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)

2. Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah. Kunci pendidikan di

sekolah adalah guru, oleh sebab itu perilaku guru harus dikondisikan,

melalui pelatihan-pelatihan kesehatan, seminar, lokakarya, dan

sebagainya.
43

3. Pendidikan kesehatan di tempat kerja, dengan sasaran buruh atau

karyawan yang bersankutan.

4. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum, yang mencakup pasar,

terminal bus, bandar udara, tempat-tempat olahraga, dan sebagainya.

5. Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan, seperti

rumah sakit, puskesmas, poliklinik, rumah bersalin, dan sebagainya.

C. Tingkat Pelayanan Kesehatan.

Dimensi tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dapat

dilakukan berdasarkan 5 tingkat pencegahan (five levels of prevention)

dari Leavel and Clark, sebagai berikut:

1. Promosi kesehatan (health promotion) seperti peningkatan gizi,

kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan, kesehatan

perorangan, dan sebagainya.

2. Perlindungan khusus (specific protection), seperti adanya program

imunisasi.

3. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt

treatment), dikarenakan rendahnya pengetahuan dan kesadaran

masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, maka penyakit-

penyakit yang terjadi di dalam masyarakat sering sulit terdeteksi.

Oleh sebab itu pendidikan kesehatan sangat diperlukan pada tahap

ini.

4. Pembatasan Cacat (disability limitation), seperti kuranganya

pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan


44

penyakit seringkali mengakibatkan masyarakat tidak melanjutkan

pengobatannya sampai tuntas, sedang pengobatan yang tidak

sempurna dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan menjadi

cacat.

5. Rehabilitasi (rehabilitation), setelah sembuh dari suatu

penyakit,kadang orang menjadi cacat. Untuk memulihkan cacatnya

tersebut diperlukan latihan-latihan tertentu.

2.2.4 Metode dalam Pendidikan Kesehatan

Metode pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan

atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat,

kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan

tersebut masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh

pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Dengan kata lain, dengan

adanya pendidikan tersebut diharapkan dapat membawa akibat terhadap

perubahan sikap sasaran. Didalam suatu proses pendidikan kesehatan yang

menuju tercapainya tujuan pendidikan yakni perubahan sikap dipengaruhi

oleh banyak faktor seperti, faktor yang mempengaruhi suatu proses

pendidikan disamping masukannya sendiri juga metode materi atau

pesannya, pendidik atau petugas yang melakukannya, dan alat-alat bantu

atau alat peraga pendidikan. Agar dicapai suatu metode pembelajaran dalam

pendidikan kesehatan dapat berupa :


45

a. Metode pendidikan Individual

1. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling)

Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif.

Sehingga masalah yang dihadapi klien dapat diteliti dan dibantu

penyelesaiannya.

2. Wawancara (interview)

Merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan,berguna untuk

menggali informasi dari klien.

b. Metode Pendidikan Kelompok.

1. Ceramah, baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun

rendah.

2. Seminar, hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan

pendidikan menengah ke atas.

c. Metode Pendidikan Massa

1. Ceramah Umum (public speaking)

2. Pidato melalui media elektronik

Metode ini dipilih berdasarkan tujuan pendidikan,kemampuan

perawat sebagai tenaga pengajar, kemampuan individu/ keluarga/

kelompok/ masyarakat, besarnya kelompok, waktu pelaksanaan

pendidikan kesehatan, serta ketersediaan fasilitas pendukung

(Notoatmodjo, 2011).
46

2.2.5 Alat Bantu Pendidikan Kesehatan.

Alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik

dalam menyampaikan bahan pendidikan/ pengajaran. Alat bantu ini lebih

sering disebut alat peraga, karena berfungsi untuk membantu dan

meragakan sesuatu dalam proses pendidikan pengajaran, sehingga dapat

memperoleh pengalaman/ pengetahuan melalui berbagai macam alat

tersebut (Notoatmodjo, 2011).

Menurut (Notoatmodjo, 2011) pada garis besarnya hanya ada 3

macam alat bantu pendidikan (alat peraga), yaitu:

a. Alat bantu lihat (visual aids)

b. Alat bantu dengar (audio aids)

c. Alat bantu lihat dengar yang lebih dikenal dengan audio visual aids.

Disamping pembagiaan tersebut, alat peraga juga dibedakan menurut

pembuatannya dan penggunaannya, yaitu:

a. Alat peraga yang complicated (rumit), seperti film, film stripe,slide, dan

sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektor.

b. Alat peraga yang sederhana, mudah di buat sendiri dengan bahan-bahan

yang mudah diperoleh, misalnya:

1) Di rumah tangga, seperti: leaflet, buku bergambar, dan sebagainya.

2) Di kantor dan sekolahan, seperti: papan tulis, flipchart, poster, dan

sebagainya.

3) Di masyarakat umum: poster, spanduk, flannel graph, dan seba-

gainya.
47

2.3. Konsep Dasar Prajurit

2.3.1 Pengertian Prajurit

Prajurit memiliki dua definisi, pertama adalah prajurit secara umum dan

kedua adalah prajurit dalam TNI, yaitu:

1) Prajurit adalah anggota angkatan perang atau angkatan bersenjata suatu

negara yang tidak memandang pangkat dan jabatan. Mulai dari pangkat

terendah hingga pangkat tertinggi semuanya disebut prajurit. Prajurit

merupakan orang yang memiliki keahlian dalam berperang dan

mempertahankan keamanan suatu negara. Prajurit juga disebut Tentara

dan berstatus Militer.

Prajurit yang berjumlah banyak atau sekumpulan prajurit, baik

sebagian maupun secara menyeluruh disebut pasukan. Pasukan

beranggotakan prajurit. Misalnya, pasukan majapahit beranggotakan

prajurit majapahit, pasukan singhasari beranggotakan prajurit singhasari,

pasukan TNI beranggotakan prajurit TNI, dan sebagainya. Julukan

prajurit hanya diberikan kepada anggota angkatan perang atau angkatan

bersenjata. Walaupun beberapa dari mereka tidak bersenjata dan tidak

pernah berperang, mereka tetap disebut sebagai prajurit.

2) Prajurit adalah sebuah nama pangkat terendah di jajaran TNI angkatan

darat dan udara. Pangkat prajurit ini yang digolongkan dalam kesatuan

Tamtama. Tamtama ini berisi tiga tingkatan pangkat, yaitu Prajurit Dua

(PRADA), Prajurit Satu (PRATU) dan Prajurit Kepala (PRAKA)


48

o Prajurit Dua diberi tanda pangkat berupa satu balok lurus mendatar

warna merah di bagian lengan baju dan merupakan pangkat terendah

di Tentara Nasional Indonesia.

o Prajurit Satu diberi tanda pangkat berupa dua balok lurus mendatar

warna merah di bagian lengan baju dan merupakan pangkat yang

lebih tinggi satu tingkat di atasnya Prajurit Satu.

o Prajurit Kepala diberi tanda pangkat berupa tiga balok lurus mendatar

warna merah di bagian lengan baju dan merupakan pangkat yang

lebih tinggi satu tingkat di atasnya Prajurit Dua.

2.3.2. Kepangkatan Prajurit

Tingkatan pangkat dalam prajurit TNI ini dikelompokkan dalam tiga

kesatuan, pertama adalah Tamtama yang merupakan kesatuan pangkat

terendah. Kedua adalah Bintara yang merupakan kesatuan pangkat

menengah. Ketiga adalah Perwira yang merupakan kesatuan pangkat

tertinggi.

Kesatuan Perwira ini dibagi lagi dalam tiga tingkatan, yaitu

1. Perwira Muda (PAMA)

2. Perwira Menengah (PAMEN)

3. Perwira Tinggi (PATI).

Setiap kesatuan pangkat dalam TNI berisi macam-macam pangkat,

pangkat terendah adalah Prajurit Dua (PRADA) yang berada di kesatuan

Tamtama dan pangkat tertinggi adalah Jenderal yang berada di kesatuan

Perwira dengan tanda pangkat bintang empat warna kuning dipundaknya.


49

Semua angggota TNI baik angkatan darat, angkatan laut maupun angkatan

udara mulai dari pangkat terendah hingga pangkat tertinggi disebut Prajurit

atau Tentara.

2.3.3 Seksi Kesehatan Yon ARMED 1/105 HOW

YON ARMED

MAYON RAI MA RAI PUR

POKKO POKKURMED & BUNG SI MIN SI WAT

SI ANG TONKES POKPUS PIBAK SI MAYON

TON KOM SI HAR SI MU RU PROV


50

TABEL JABATAN DAN KEPANGKATAN

SIEKES YON ARMED

NO JABATAN PANGKAT JUMLAH

1. Dansi Pembantu letnan 1

2. Baminkes Serma 1

3. Taban/ Yanrad Kopral 1

4. Tamudi Ambulan Prajurit 1

5. Ba Obber Sersan 1

6. Ta Obber Kopral 1

7. Ba Obring Sersan 1

8. Ta Obring Kopral 1

9. Danrukes Sersan 3

10. Tajurkes Kopral 9

Jumlah 20
51

2.4 Kerangka Konsep

Belum
Faktor penyebab Spesifikasi
mendapat
internal : khusus
spesifikasi
1. Kebugaran fisik yang
buruk Penanganan Resiko kejadian
2. Usia ekstrem sesuai dengan cedera panas
3. Penyakit tertentu SPO
Penanganan Menurun
4. Keadaan psikis
cedera panas
sesuai klasifikasi

Peningkatan
Aktifitas latihan Cedera panas pengetahuan
Prajurit Penkes dan
fisik
kemampuan

Faktor penyebab
eksternal :
Evaluasi hasil
1. Keadaan lingkungan penkes
2. Suhu udara
3. Kelembaban udara
4. Kecepatan angin
52

Keterangan :
: diteliti

: tidak diteliti

: berpengaruh dan dilakukan pelatihan


: berhubungan
Dalam mendukung tugas dan perannya sebagai satuan bantuan tempur andalan

di jajaran Kodam-V / BRW, prajurit Batalyon Artillerymedan 1/105 senantiasa

memelihara dan meningkatkan kemampuannya terutama dalam hal latihan fisik dan

kesemaptaan jasmani yang rutin di laksanakan sesuai program satuan. Namun dalam

pelaksanaannya terkadang di temukan berbagai kendala salah satunya keadaan

Cedera Panas saat pelaksanaan di lapangan.

Ada berbagai penyebab terjadinya keadaan Cedera panas, diantaranya :

1. Faktor penyebab internal meliputi (Kebugaran fisik yang buruk, Usia ekstrem,

Penyakit tertentu, Keadaan psikis)

2. Faktor penyebab eksternal meliputi (Keadaan lingkungan, Suhu udara, Kelembaban

udara, Kecepatan angin)

Dari hal diatas tentunya memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk

mengurangi timbulnya beberapa faktor resiko yang lebih buruk. Dalam hal ini

penanganan dari prajurit kesehatan Seksi Kesehatan Batalyon Artillerymedan 1/105

sangat di butuhkan. Namun dalam pelaksanaan di lapangan terdapat perbedaan dalam

hal teknik dan teknis pertolongan, hal ini sebagai akibat kemampuan yang belum

merata dari anggota Seksi Kesehatan Batalyon Artillerymedan 1/105. Hal tersebut
53

disebabkan beberapa anggota belum mendapat spesifikasi khusus dalam hal

penanganan cedera panas di lapangan.

Untuk itu dalam mengatasi masalah tersebut dibutuhkan pendidikan kesehatan

yang bertujuan meningkatkan kemampuan prajurit kesehatan yang belum mendapat

spesifikasi khusus dalam hal penanganan cedera panas di lapangan. Sehingga di

harapkan ke depan semua penanganan kejadian cedera panas yang dilakukan prajurit

kesehatan Seksi Kesehatan Batalyon Artillerymedan 1/105 dapat meningkat sesuai

SPO (standar prosedur operasi) dan sesuai dengan hasil yang diharapkan.
54

Anda mungkin juga menyukai