Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PRAKTIKUM K3

“Pengukuran Iklim Kerja”


Digunakan untuk memenuhi komponen tugas
Mata Kuliah Praktikum K3

Disusun Oleh :

Ferina Agustina 181000121


Trifena Anglina 181000133

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Iklim kerja adalah faktor-faktor termis dalam lingkungan kerja yang dapat
mempengaruhi kesehatan manusia. Manusia mempertahankan suhu tubuhnya antara 36-
37oC dengan berbagai cara pertukaran panas baik melalui konduksi, konveksi, dan radiasi.
Kondisi temperature lingkungan kerja yang ekstrim meliputi panas dan dingin yang berada
diluar batas standar kesehatan dapat menyebabkan meningkatnya pengeluaran cairan
tubuh melalui keringat sehingga bisa terjadi dehidrasi dan gangguan kesehatan lainnya
yang lebih berat. Persoalan tentang bagaimana menentukan bahwa kondisi temperature
lingkungan adalah ektrim menjadi penting, mengingat kemampuan manusia untuk
beradaptasi bervariasi dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Namun demikian secara umum
kita dapat menentukan batas kemampuan manusia untuk beradaptasi dengan temperature
lingkungan pada kondisi yang ekstrim dengan menentukan rentang toleransi terhadap
temperature lingkungan (Suma’mur, 2009).
Suhu panas dapat mempengaruhi daya kerja produktivitas, efisien, dan efektifitas
kerja sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim kerja. Iklim kerja yang termonetral (suhu
netral), jadi tidak dingin sehingga tidak menyebabkan tenaga kerja kedinginan atau tidak
panas sehingga tenaga kerja tidak gerah kepanasan biasanya tidak kondusif tidak hanya
untuk melaksanakan pekerjaan tetapi juga memperoleh hasil karya yang baik. Pada kisaran
suhu termonetral untuk pekerja, terdapat suhu yang nyaman atau mendukung untuk
bekerja, (Suma’mur, 2009).

2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan iklim kerja?
2. Apa saja jenis iklim Kerja, sumbernya, dan pengaruhnya ?
3. Apa saja yang mempengaruhi faktor iklim kerja?
4. Apa saja teknik pengendalian panas ?
5. Alat apa saja yang digunakan untuk mengukur iklim kerja?
6. Metode apa saja yang digunakan untuk menetapkan besarnya iklim kerja ?
7. Apa pencegahan yang dilakukan untuk iklim kerja?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Teori
1. Pengertian Iklim Kerja
Iklim kerja adalah suatu kombinasi dari suhu kerja, kelembaban udara kecepatan
gerakan udara dan suhu radiasi pada suatu tempat kerja. Cuaca kerja yang tidak nyaman,
tidak sesuai dengan syarat yang ditentukan dapat menurunkan kapasitas kerja yang
berakibat menurunnya efisiensi dan produktivitas kerja. Suhu udara dianggap nikmat bagi
orang Indonesia ialah sekitar 24oC sampai 26oC dan selisih suhu di dalam dan di luar tidak
boleh lebih dari 5oC. Batar kecepatan angin secara kasar yaitu 0,25 sampai 0,5 m/dt. Iklim
(cuaca) kerja adalah kombinasi dari: a. suhu udara, b. kelembaban udara, c. kecepatan
gerakan udara, dan d. panas radiasi. Kombinasi keempat faktor tersebut yang dipadankan
dengan produksi panas oleh tubuh sendiri disebut tekanan panas (heat stress), (Heru
Subaris dan Haryono, 2007)
Definisi iklim kerja adalah iklim kerja (panas) hasil perpaduan antara suhu,
kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi (SNI 16-7061-2004). Adapun
menuru Peraturan Menteri tenaga kerja dan transmigrasi Nomor per.13/Men/X/2011 tahun
2011 Tentang Nilai ambang batas faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja, Iklim
kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas
radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat
pekerjaannya, yang dimaksudkan dalam peraturan ini adalah iklim kerja panas.
Suhu tubuh manusia dipertahankan hampir menetap (homoeotermis) oleh suatu sistem
pengatur suhu (thermotegulatory system). Suhu menetap ini adalah akibat keseimbangan
antara panas yang dihasilkan dalam tubuh sebagai akibat metabolisme dengan pertukaran
panas antara tubuh dengan lingkungan sekitar. Produksi panas dalam tubuh tergantung
dari kegiatan fisik tubuh, makanan yang telah atau sedang dikonsumsi, pengaruh panas
tubuh sendiri, misalnya pada keadaan demam. Faktor-faktor yang menyebabkan
pertukaran panas antara tubuh dengan lingkungan sekitarnya adalah konduksi, konveksi,
radiasi, dan evaporasi (penguapan keringat). Konduksi ialah pertukaran panas antara tubuh
dengan benda-benda sekitar melalui mekanisme sentuhan atau kontak langsung. Konduksi
dapat menghilangkan panas dari tubuh, apabila benda-benda sekitar lebih rendah suhunya,
dan dapat menambah panas kepada badan apabila suhunya lebih tinggi dari tubuh.
Konveksi adalah pertukaran panas dari badan dengan lingkungan melalui kontak udara
dengan tubuh. Udara adalah penghantar panas yang kurang begitu baik, tetapi melalui
kontak dengan tubuh dapat terjadi pertukaran panas antara udara dengan tubuh.
Tergantung dari suhu udara dan kecepatan angin, konveksi memainkan besarnya peran
dalam pertukaran panas antara tubuh dengan lingkungan. Konveksi dapat mengurangi atau
menambah panas kepada tubuh. Setiap benda termasuk tubuh manusia selalu
memancarkan gelombang panas. Tergantung dari suhu benda sekitar, tubuh menerima atau
kehilangan panas lewat mekanisme radiasi panas. Selain itu dan penting sekali manusia
dapat berkeringat yang dengan penguapan di permukaan kulit atau melalui peparu dan
rongga mulut tubuh kehilangan panas untuk penguapan (Suma’mur, 2009)

2. Jenis Iklim Kerja, sumbernya, dan pengaruhnya.


i. Iklim Kerja Panas
merupakan mikro meteorology dari lingkungan kerja, iklim kerja ini sangat erat
kaitannya dengan suhu udara, kelembaban, kecepatan, gerakan udara dan panas
radiasi.

Pekerjaan-pekerjaan yang berpotensi menjadi sumber pemaparan panas


● Jenis pekerjaan di luar ruangan/udara terbuka (outdoor)
a. Pertanian, perkebunan, kehutanan
b. Konstruksi terutama jalan raya, jembatan, lapangan golf, renovasi rel kereta api
c. Pengeboran, pertambangan terbuka
d. Memancing, rekreasi dengan perahu boat
e. Aktivitas Latihan militer
● Jenis pekerjaan di dalam ruangan/udara (indoor)
a. Pabrik pengolahan makanan
b. Proses pencelupan batik
c. Laundry
d. Dapur di rumah sakit
e. Ruang mesin, proses pengecoran logam
f. Ventilasi ruangan kerja sangat kurang untuk ruang di daerah tropis.

Pengaruh pemaparan panas terhadap kesehatan


1. Dehidrasi: tubuh letih, lesu, lemah, kantuk, muntah.
2. Heat Cramps: Kejang otot karena kehilangan cairan dan garam akibat keringat
berlebihan yang menyebabkan kecenderungan sirkulasi jantung kurang adequate.
3. Heat exhaustion (Heat perforation):
Perubahan aliran darah kulit menjadi lebih rendah dari suhu tubuh sehingga
membutuhkan volume darah lebih banyak. Kejadian ini biasanya terjadi bersamaan
dengan kehilangan cairan akibat keringat berlebihan dan cenderung menyebabkan
kolapsnya sirkulasi darah. Korban merasa fatigue (Lelah berlebihan) dan lemah
sebelum kolaps dan akhirnya pingsan.
Penanganan awal: rebahkan kepala pada posisi rendah, berikan cairan garam sedikit
demi sedikit.
4. Heat Stroke:
Temperatur tubuh 40-41oC yang mengakibatkan kerusakan jaringan-jaringan, seperti
liver, ginjal, dan otak. Korban merasa; sakit kepala, fatigue, pening, denyut nadi
cepat, disorientasi, dan cepat tidak sadarkan diri.
Penanganan awal: basahi kulit dan upayakan masuknya aliran udara segar, selebihnya
bawa ke dokter untuk mendapatkan perawatan medis.
Sumber : ( Heru Subaris dan Haryono, 2007 )

ii. Iklim kerja dingin


Di sektor industry, pekerja yang bekerja di lingkungan kerja yang bersuhu dingin
misalnya di pabrik es, kamar pendingin, ruang kantor dan sebagainya. Pengaruh suhu
dingin dapat mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi
otot. Sedangkan pengaruh suhu ruangan yang sangat rendah terhadap kesehatan dapat
mengakibatkan penyakit yang terkenal yang disebut dengan penyakit chilblains,
trench foot, dan frostbite. Penderita chilblains, pada bagian tubuh yang terkena,
menunjukkan tanda yang khas, yaitu membengkak, merah, panas, dan sakit dengan
diselingi gatal. Chilblains diderita oleh seorang pekerja sebagai akibat bekerja di
tempat yang cukup dingin dengan waktu yang lama. Disamping itu faktor makanan
(defisiensi gizi) juga akan berpengaruh terhadap terjadinya penyakit tersebut. Trench
foot adalah kerusakan anggota-anggota badan terutama kaki, akibat kelembaban atau
dingin walaupun suhu masih di atas titik beku. Awalnya kaki kelihatan pucat, nadi
tidak teraba dan nampak pucat. Pada saat itu kaki sakit merasa kesemutan, kaku dan
kaki berat. Stadium ini diikuti hypeermis, yaitu kaki membengkak, merah dan sakit.
Frosbite adalah akibat suhu yang sangat rendah dibawah titik beku. Kondisi penderita
sama seperti yang mengalami trench foot, namun stadium akhir akhir penyakit
frostbite adalah gangrene. Perbedaan antara ketiga penyakit di atas adalah cacat
menetap pada frostbite serta cacat sementara pada penyakit chilblains dan trenchfoot.
Sumber paparan dingin di tempat kerja, yaitu:
a. Kondisi lingkungan di luar ruangan kerja yang dingin, terutama melakukan pekerjaan
di luar ruangan (outdoor operation), seperti: penyelam, pendaki gunung (es),
kandasnya kapal laut, terdamparnya pesawat terbang, lokasi pekerjaan disuatu
ketinggian.
b. Musim dingin pada waktu melakukan pekerjaan di luar ruangan
c. Industri yang melakukan pekerjaan di dalam ruangan (indoor operation)
menimbulkan paparan dingin, seperti: pada industri es kering, industri pembuatan es
balok, industri pengalengan ikan (cold storage), pekerjaan pencairan gas.
Sumber : ( Heru Subaris dan Haryono, UU2007)

3. Faktor yang mempengaruhi iklim kerja


Untuk menilai hubungan cuaca kerja dan efeknya terhadap perorangan atau kelompok
tenaga kerja, perlu diperhatikan seluruh faktor yang meliputi lingkungan, faktor
manusiawi, dan pekerja itu sendiri.

Faktor Lingkungan Faktor Manusiawi Pekerjaan

Suhu Usia Kompleksnya tugas


Kelembaban Jenis kelamin Lamanya tugas
Angin Kesegaran jasmani Beban fisik
Radiasi panas Ukuran tubuh Beban mental
Sinar matahari Kesehatan Beban indera
Debu Aklimatisasi Beban pribadi
Erosol Gizi Keterampilan yang
Gas Motivasi diisyartkan
Uap logam (fume) Pendidikan
Tekanan barometer Kemampuan fisik
Pakaian Kemampuan mental
Kemantapan emosi
Karakteristika genetis

Sumber : (Suma’mur, 2009 : 151 – 152 )


4. Teknik Pengendalian Panas
Teknik Pengendalian Penjelasan

1. Aklimatisasi Adaptasi secara bertahap di tempat kerja yang panas selama


beberapa hari

2. Cairan Pemberian minuman (dingin, tapi bukan air es) secara berkala,
misalnya satu gelas per 20 menit.
Dorong pekerja untuk terus menerus melakukan kebiasaan ini.
Minuman cukup berupa air, tanpa harus mengandung elektrolit
tambahan

3. Engineering ● Ventilasi yang cukup, untuk membawa udara segar dari luar
ruangan
● Penggunaan system pemuangan udara local
● Penggunaan AC
● Penggunaan kipas angin. Bermanfaat saat DBT tidak lebih dari
35oC
● Insulasi objek (mesin dan proses) penghasil panas
● Lapisan penangkal antara pekerja dan sumber panas

4. Administratif ● Pelatihan kepada pekerja, dengan harapan meningkatkan


kesadaran akan bahaya yang ditimbulkan karena paparan panas
; pekerja diminta mengenali bahaya ini
● Pelatihan kepada pekerja, focus pada kebiasaan yang perlu
dilakukan
● Menurunkan beban kerja melalui modifikasi cara kerja
● Rotasi kerja, penambahan pekerja, dll
● Pemberian tempat istirahat yang nyaman dan teduh
● Pemberian istirahat yang berkala dan terjadwal
● Pekerjaan berat dilakukan saat pagi hari atau setalah sore hari

5. Monitor Lakukan kegiatan monitoring terhadap para pekerja, seperti


pekerja menimbang bobot badan, mengukur suhu tubuh, mengukur denyut
jantung, konsumsi obat-obatan, dan lain-lain.
Sumber : ( Hardiyanto Iridiastadi dan Yassierli, 2014)

B. Jenis Alat Ukur Iklim Kerja


Pada umumnya alat yang digunakan untuk pengukuran temperatur lingkungan kerja dan
pajanan panas personal bersifat langsung baca (direct reading instrument).

a. Pengukuran temperatur lingkungan


Pengukuran untuk setiap komponen temperatur lingkungan dilakukan dengan
menggunakan alat sebagai berikut:
1. Suhu kering (dry bulb/air temperature) – Ta
Pengukuran suhu kering dilakukan dengan menggunakan termometer yang
terdiri dari termometer yang berisi cairan (liquid-in-glass thermometer),
thermocouples, termometer resisten
(resistance thermometer).

Gambar Thermocouple

2. Suhu Basah Alami dan Bola (Natural Wet Bulb Temperature) – Tnwb
Pengukuran suhu basah alami dilakukan dengan menggunakan thermometer
yang dilengkapi dengan kain katun basah. Untuk
mendapatkan pengukuran yang akurat
maka sebaiknya, menggunakan kain yang
bersih serta air yang sudah disuling (distilasi).
Gambar Heat Stress Monitor

3. Suhu Radian (Radiant/globe temperature)


Suhu radian diukur dengan menggunakan black globe thermometer.
Termometer dilengkapi dengan bola tembaga diameter 15 cm yang di cat berwarna
hitam untuk menyerap radiasi infra merah. Jenis termometer untuk mengukur suhu
radian yang paling sering digunakan adalah Vernon Globe Thermometer yang
mendapat rekomendasi dari NIOSH.
Dalam pengukuran diperlukan waktu untuk adaptasi bergantung pada ukuran
bola tembaga yang digunakan. Untuk
termometer yang menggunakan bola
tembaga dengan ukuran 15 cm diperlukan
waktu adaptasi selama 15-20 menit. Sedangkan
untuk alat ukur yang banyak menggunakan
ukuran bola tembaga sebesar 4,2 cm diperlukan
waktu adaptasi selama 5 menit.

Gambar Vernon Globe Thermometer

4. Kelembaban relatif (Relative humidity)


Pengukuran kelembaban udara penting dilakukan karena merupakan salah satu
faktor kunci dari iklim yang memengaruhi proses perpindahan panas dari tubuh
dengan lingkungan melalui evaporasi. Kelembaban yang tinggi akan menyebabkan
evaporasi menjadi rendah.
Alat yang umum digunakan untuk mengukur kelembaban udara adalah
hygrometer atau psychrometer yang bersifat direct reading. Alat ini mempunyai
sensitivitas yang rendah khususnya pada suhu diatas 500C dan kelembaban relatid
di bawah 20%.

5. Kecepatan angin Gambar hygrometer


Kecepatan angin sangat penting
perannya dalam proses pertukatan panas
antara tubuh dan lingkungan khususnya
melalui proses konveksi dan evaporasi.
Kecepatan angin umumnya dinyatakan dalam
feet per minute (fpm) atau meter per second
(m/sec).
Kecepatan angin diukur dengan menggunakan anemometer. Terdapat dua jenis
anemomenter yaitu :
a. Vane anemometer
b. termoanemometer.

Gambar Anenometer

Prinsip kerja anemoneter adalah alat


diletakkan pada titik pengukuran dengan waktu
yang ditentukan yang menjadi sumber arah angin.
Sumber : ( Heru Subaris dan Haryono, 2007)

b. Pengukuran pajanan panas personal


Pengukuran pajanan panas personal penting dilakukan untuk mengetahui
tingkat pajanan panas pada individu. Pengukuran pajanan personal perlu dilakukan
apabila pekerja yang beresiko terpajan panas bekerja berpindah-pindah atau pola
pajanan yang bersifat terputus-putus atau intermitten. Pengukuran pajanan panas
personal lebih memperlihatkan apakah perubahan suhu tubuh dan denyut nadi pekerja
yang terpajan panas, alat ukut pajanan panas personal biasanya dilengkapi dengan
sensor untuk mendeteksi perubahan suhu tubuh dan denyut nadi yang dipasang di
tubuh pekerja seperti di telinga atau di badan.

C. Metode Pengukuran Iklim Kerja


Dalam melakukan pengukuran temperatur lingkungan dan pajanan panas personal di
tempat kerja beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :
● Penentuan sampel
● Langkah pengukuran
● Kalkulasi hasil pengukuran

a. Pengukuran temperatur lingkungan


i. Penentuan titik pengukuran
Alat diletakkan pada titik pengukuran sesuai dengan waktu yang ditentukan,
suhu basah alami, suhu kering dan suhu bola dibaca pada alat ukur, dan indeks suhu
basah dan bola (ISBB) atau Wet Bulb Globe Temperature (WBGT) diperhitungkan
dengan rumus.
Untuk menentukan apakah suatu area atau lokasi kerja merupakan titik
pengukuran temperatur lingkungan, maka beberapa hal yang harus diperhatikan
adalah:
a) Pada area yang dijadikan titik sampling diduga secara kualitatif atau penilaian
secara profesional (professional judgment) mengindikasikan adanya
kemungkinan terjadinya tekanan panas karena adanya sumber panas atau
terpajan panas.
b) Adanya keluhan subyektif yang terkait dengan kondisi panas di tempat kerja.
c) Pada area tersebut terdapat pekerja yang melaksanakan pekerjaan dan berpotensi
mengalami tekanan panas.

Dari tiga alasan di atas adanya pekerja yang melaksanakan pekerjaan dan
berpotensi mengalami tekanan panas merupakan alasan yang penting untuk layak
atau tidaknya suatu area dijadikan sebagai titik pengukuran. Suatu lingkungan kerja
yang mempunyai sumber panas dan/atau terpajan panas bukan prioritas untuk
diukut apabila di area tersebut tidak ada pekerja yang bekerja dan berpotensi untuk
mengalami tekanan panas.

Aspek lain yang harus diperhatikan adalah jumlah titik pengukuran. Tidak ada
formula yang baku untuk menentukan berapa jumlah titik pengukuran pada suatu
area yang mempunyai panas yang tinggi. Secara umum jumlah titik pengukuran
dipengaruhi oleh jumlah sumber panas dan luas area yang terpajan panas yang mana
terdapat aktivitas pekerja di area tersebut. Secara professional judgement kita boleh
saja menetapkan setiap area dengan luas 5 x 5 meter diwakili oleh satu titik
pengukuran. Namun pendekatan yang umum digunakan untuk menentukan suatu
titik pengukuran adalah area yang panas yang merupakan zona aktivitas dan
pergerakan pekerja selama bekerja diarea tersebut. Selama kita yakin bahwa semua
area kerja yang mempunyai indikasi menyebabkan tekanan panas pada pekerja
sudah diukur, maka jumlah titik pengukuran yang diperoleh dianggap cukup.

ii. Lama pengukuran


Berdasarkan SNI- 16-7061-2004 tentang pengukuran iklim kerja (panas)
dengan parameter indeks suhu basah dan bola tidak dijelaskan berapa pengukuran
dilakukan pada setiap titik pengukuran. SNI- 16-7061-2004 hanya menyatakan
bahwa pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali selama 8 jam kerja, yaitu pada awal
shift, tengah shift, dan di akhir shift.
Menurut OSHA Technical Manual lama pengukutan indeks WBGT dapat
dilakukan secara kontinyu (selama 8 jam kerja) atau hanya pada waktu-waktu
paparan tertentu. Pengukutan seharusnya dilakukan dengan periode waktu minimal
60 menit. Sedangkan untuk pajanan yang terputus-putus minimal selama 120 menit.

iii. Langkah pengukuran


a) Peralatan
Alat-alat yang dipakai harus telah dikalibrasi oleh laboratorium yang terakreditasi
untuk melakukan kalibrasi, minimal 1 tahun sekali.
Alat-alat yang digunakan terdiri dari:
● Termometer suhu basah alami yang mempunyai kisaran –5o C sampai dengan 50o C
dan bergraduasi maksimal 0,5o C.
● Termometer suhu kering yang mempunyai kisaran –5o C sampai dengan 50o C dan
bergraduasi maksimal 0,5o C.
● Termometer suhu bola yang mempunyai kisaran –5o C sampai dengan 100o C dan
bergraduasi maksimal 0,5o C.
CATATAN : Peralatan ini merupakan peralatan minimal dan tidak membatasi penggunaan
alat pengukur ISBB lainnya, tetapi hasil pengukuran yang diperoleh sama dengan hasil dari
peralatan ini.
b) Prosedur kerja
Langkah-langkah prosedur kerja adalah sebagai berikut:
● Rendam kain kasa putih pada termometer suhu basah alami dengan air suling, jarak
antara dasar lambung termometer dan permukaan tempat air 1 inci. Rangkaikan alat
pada statif dan paparkan selama 30 menit - 60 menit.
● Rangkaikan termometer suhu kering pada statif dan paparkan selama 30 menit - 60
menit. − Pasangkan termometer suhu bola pada bola tembaga warna hitam (diameter
15 cm, kecuali alat yang sudah dirakit dalam satu unit), lambung termometer tepat
pada titik pusat bola tembaga. Rangkaikan alat pada statif dan paparkan selama 20
menit - 30 menit.
● Letakkan alat-alat tersebut di atas pada titik pengukuran dengan lambung
termometer setinggi 1 meter – 1,25 meter dari lantai.
● Waktu pengukuran dilakukan 3 kali dalam 8 jam kerja yaitu pada awal shift kerja,
pertengahan shift kerja dan akhir shift kerja.

c) Tahap Setelah Pengukuran


Setelah melakukan pengukuran maka data hasil pengukuran dapt dihitung dengan
menggunakan rumus ssebagai berikut:
● Untuk lingkungan kerja yang terpajan oleh cahaya matahari (outdoor)
WBGT = 0,7 Tnwb + 0,2 Tg +0,1 Ta
● Untuk lingkungan kerja yang tidak terpajan cahaya matahari (indoor)
WBGT = 0,7 Tnwb + 0,3 Tg
● Untuk pengukuran yang dilakukan secara intermitten, maka dihitung rata-rata
WBGT dengan menggunakan rumus:

WBGT 1 t 1+WBGT 2 t 2+ …+WBGT n t n


WBGT rata−rata =
t 1+t 2 +…+t n

Dan, atau
Rumus dasar ISBB sebagai berikut

ISSB = 0,7 x suhu


b. Pengukuran basahpanas
pajanan + 0,2personal
x suhu radiasi + 0,1 suhu kering (untuk bekerja pada
pekerjaan denganpekerja
i. Penentuan adanyayang
paparan sinar
menjadi matahari).
sampel
Pekerja yang menjadi sampel adalah pekerja yang berisiko yaitu yang dalam
ISSB = 0,7 x suhu basah + 0,3 x suhu radiasi (untuk bekerja pada pekerjaan tanpa disertai
proses kerjanya terpajan oleh panas yang tinggi. Bila terdapat beberapa pekerja yang
penyinaran sinar matahari).
b. Pengukuran pajanan panas personal
i. Penentuan pekerja yang menjadi sampel

Pekerja yang menjadi sampel adalah pekerja yang berisiko yaitu yang dalam
proses kerjanya terpajan oleh panas yang tinggi. Bila terdapat beberapa pekerja yang
terpajan oleh panas yang tinggi di lingkungan kerja, maka sebaiknya terdapat
pekerja yang diukur pajanan panas personalnya untuk setiap jenis pekerjaan. Tidak
ada formula yang baku dalam menentukan jumlah sampel yang harus diukur.
Berdasarkan professional judgement pengukuran pajanan panas personal dilakukan
pada pekerja yang berisiko, bekerja berpindah-pindah, dan mewakili setiap jenis
pekerjaan yang berisiko.

ii. Langkah pengukuran


a) Tahap persiapan
Beberapa hal yang dilakukan pada tahap persiapan adalah sebagai berikut:
● Pastikan alat ukut yang digunakan berfungsi, dalam kondisi baik, dan masih dalam
masa kalibrasi.
● Lakukan pengaturan alat sesuai dengan buku petunjuk pengoperasian dan kriteria
pengukuran yang diinginkan.
● Lakukan kalibrasi sesuai dengan buku petunjuk pengoprasian.
● Pasang alat ukur pekerja sesuai dengan posisi dan cara pemasangan yang benar
menurut buku petunjuk pengoperasian.
● Beritahu pekerja hal-hal yang harus diperhhatikan selama proses pengukuran.
b) Tahap pengukuran
Setelah alat terpasang dengan benar, maka selanjutnya adalah sebagai berikut:
● Aktifkan alat dan proses pengukuran mulai dilakukan
● Pastikan bahwa pekerja bekerja sesuai dengan aktivitas yang biasa dilakukan.
● Bila pengukuran telah selesai, matikan alat dan lepaskan alat dari tubuh pekerja.

c) Tahap setelah pengukuran


Data hasil pengukuran dapat segera diketahui dengan memindahkan alat ke
komputer, di cetak atau dibaca langsung pada alat sesuai dengan spesifikasi alat.
D. Interpretasi Hasil Pengukuran
a. Intepretasi hasil pengukuran pengukuran temperature lingkungan
Setelah diperoleh hasil pengukuran temperatur lingkungan, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan analisis dengan membandingkan hasil pengukuran
dengan standar dan peraturan yang berlaku.
Standar yang digunakan adalah Standar Pajanan temperatur di tempat kerja
mengacu pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja, Nomor KEP. 51/MEN/1999, tanggal
16 April 1999. Selain itu juga bisa mengacu pada TLV’s dan BEI dari ACGIH. Untuk
bisa melakukan analisis perbandingan dengan Kepmenaker Nomor KEP.
51/MEN/1999 maupun standar dari Acgih,
Maka selain data hasil pengukuran temperatur lingkungan, data lain juga harus
dimiliki adalah:
● Data tentang beban kerja dan metabolic rate
● Data tentang jenis pakaian kerja yang digunakan
● Data tentang work and recovery cycle

b. Intepretasi hasil pengukuran pajanan panas personal


Intepretasi hasil pengukuran umumnya adalah dengan melihat perubahan suhu
tubuh dan kadang ada alat yang juga bisa mengukur perubahan denyut nadi selama
bekerja dan terpajan panas. Berdasarkan TLVs dan BEI-ACGIH pekerja dikatakan
mengalami tekanan panas apabila:
i. secara konstan dalam beberapa menit denyut nadi melebihi 180 denyut per menit
dikurangi umur pekerja dalam tahun (180-umur) begi pekerja yang fungsi
jantungnya normal.
ii. suhu tubuh meningkat mencapai 38,50 C bagi pekerja yang sehat dan
teraklimatisasi atau melebihi 38,50 C bagi pekerja yang tidak teraklimatisasi.
iii. Denyut nadi recovery pada satu menit setelah terpapar lebih dari 120 denyut per
menit.

Standar pajanan temperatur di tempat kerja mengacu pada Keputusan Menteri Tenaga
Kerja, Nomor KEP.51/MEN/1999, tanggal 16 April 1999.

Nilai ambang batas ini dimaksudkan untuk meminimalisasi risiko terjadinya gangguan
kesehatan akibat suhu lingkungan kerja yang terlalu panas. Untuk mengetahui iklim kerja di
suatu tempat kerja dilakukan pengukuran besarnya tekanan panas (heat stress). Salah satunya
dengan mengukur indeks suhu basah dan bola (ISSB).

Tabel 1. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISSB) yang
diperkenankan

Pengaturan waktu kerja setiap jam ISSB (0C) Beban Kerja

Waktu Kerja Waktu Istirahat Ringan Sedang Berat

Bekerja terus menerus - 30,0 26,7 25,0


(8jan/hari)
25% istirahat 30,6 28,0 25,9
75% kerja
50% istirahat 31,4 29,4 27,9
50% kerja
75% istirahat 32,2 31,1 30,0
25% kerja

Sedangkan berdasarkan Permenakertrans No. PER 13/MEN/X/2011, nilai ambang


batas iklim kerja Indeks Suhu Bola Basah (ISSB) yang diperkenankan, adalah:

Tabel 2. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Bola Basah (ISSB) yang
diperkenankan

Pengaturan waktu Indeks Suhu Bola Basah (0C)


kerja setiap jam

Beban Kerja

Ringan Sedang Berat

75%-100% 31,0 28,0 -

50%-75% 31,0 29,0 27,5

25%-50% 32,0 30,0 29,0

0%-25% 32,2 31,1 30,5

Catatan:

a. Beban kerja ringan membutuhkan kalori 100-200 kilo kalori per jam
b. Beban kerja sedang membutuhkan kalori lebih besar dari 200-350 kk/jam kilo kalori
per jam
c. Beban kerja berat membutuhkan kalori lebih besar dari 350-500 kilo kalori per jam
E. Tindakan Pencegahan
Pencegahan terhadap heat-related disease dilakukan dengan:
● Menurunkan kondisi panas lingkungan kerja dengan penerapan teknologi
pengendalian.
- Pendinginan setempat (spot cooling) ; adalah pendinginan setempat yang
dilakukan dengan mengalirkan udara segar berkecepatan tinggi ke arah tubuh
menggunakan kipas angin (fan).
- Ventilasi ; Penggunaan panas menggunakan ventilasi dilakukan dengan:
● Cross ventilitation: memasukkan udara segar ke dalam lingkungan
kerja melalui bukaan pada dinding di satu sisi, yang mendinginkan ruangan panas,
sekaligus mendorong udara panas keluar melalui bukaan di seberang yang lain.
● Natural draft: udara panas dikeluarkan ke atas melalui cerobong atau
bangunan terbuka di atap (bubungan atap).
- Perisai panas (metal shielding) ; antara sumber panas dan pekerja dipasang
pelat logam yang cekung ke dalam.
- Air conditioning (AC) atau pendingin udara, AC biasanya dipasang untuk
menurunkan panas yang tidak terlalu tinggi dengan maksud untuk
kenyamanan.
- Remote control (pengendalian dari jauh); pengoperasian alat/mesin/pesawat
yang mengeluarkan panas tinggi dilakukan secara terpisah dalam panel room
atau operation room yang dilengkapi AC.
- Personal protective device atau alat proteksi diri (APD); APD yang digunakan
untuk penanggulangan panas adalah:
● Sepatu pengaman tahan panas.
● Pakaian pelindung.
- Pengaturan waktu kerja; dilakukan dengan dua cara, yaitu:
● Menghitung maximum allowable exposure time dan minimum recovery
time.
● Work-rest regimen.
- Suplementasi air dan garam. Bila tenaga kerja terpapar pada panas yang
ditimbulkan sevara artifisial, air minum harus tersedia bagi tenaga kerja dengan
cara: mereka yang terstimulasi perlu untuk sering minum dalam jumlah sedikit
namun sering.

DAFTAR PUSTAKA

Suma’mur P.K. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta : CV.
Sagung Seto.

Subaris, Heru, Haryono. 2007 . Hygiene Lingkungan Kerja. Yogyakarta : Mitra Cendikia
Press.

Iridiastadi, Hardianto, Yasserli . 2014 . Ergonomi Suatu Pengantar. Bandung : PT Remaja


Rosdakarya.

Soedirman, Suma’mur Prawirakusumah. 2014. Kesehatan Kerja dalam Perspektif Hiperkes


dan Keselamatan kerja. Magelang : Erlangga.

SNI 16-7061-2004 Tentang Pengukuran Iklim Kerja ( Panas ) Dengan Parameter Indeks Suhu
Basah dan Bola

Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep- 51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang
Batas Faktor Fisik di Tempat Kerja
Permenakertrans No. PER/13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan
Faktor Kimia di Tempat Kerja

Anda mungkin juga menyukai