Disusun Oleh :
2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan iklim kerja?
2. Apa saja jenis iklim Kerja, sumbernya, dan pengaruhnya ?
3. Apa saja yang mempengaruhi faktor iklim kerja?
4. Apa saja teknik pengendalian panas ?
5. Alat apa saja yang digunakan untuk mengukur iklim kerja?
6. Metode apa saja yang digunakan untuk menetapkan besarnya iklim kerja ?
7. Apa pencegahan yang dilakukan untuk iklim kerja?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Teori
1. Pengertian Iklim Kerja
Iklim kerja adalah suatu kombinasi dari suhu kerja, kelembaban udara kecepatan
gerakan udara dan suhu radiasi pada suatu tempat kerja. Cuaca kerja yang tidak nyaman,
tidak sesuai dengan syarat yang ditentukan dapat menurunkan kapasitas kerja yang
berakibat menurunnya efisiensi dan produktivitas kerja. Suhu udara dianggap nikmat bagi
orang Indonesia ialah sekitar 24oC sampai 26oC dan selisih suhu di dalam dan di luar tidak
boleh lebih dari 5oC. Batar kecepatan angin secara kasar yaitu 0,25 sampai 0,5 m/dt. Iklim
(cuaca) kerja adalah kombinasi dari: a. suhu udara, b. kelembaban udara, c. kecepatan
gerakan udara, dan d. panas radiasi. Kombinasi keempat faktor tersebut yang dipadankan
dengan produksi panas oleh tubuh sendiri disebut tekanan panas (heat stress), (Heru
Subaris dan Haryono, 2007)
Definisi iklim kerja adalah iklim kerja (panas) hasil perpaduan antara suhu,
kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi (SNI 16-7061-2004). Adapun
menuru Peraturan Menteri tenaga kerja dan transmigrasi Nomor per.13/Men/X/2011 tahun
2011 Tentang Nilai ambang batas faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja, Iklim
kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas
radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat
pekerjaannya, yang dimaksudkan dalam peraturan ini adalah iklim kerja panas.
Suhu tubuh manusia dipertahankan hampir menetap (homoeotermis) oleh suatu sistem
pengatur suhu (thermotegulatory system). Suhu menetap ini adalah akibat keseimbangan
antara panas yang dihasilkan dalam tubuh sebagai akibat metabolisme dengan pertukaran
panas antara tubuh dengan lingkungan sekitar. Produksi panas dalam tubuh tergantung
dari kegiatan fisik tubuh, makanan yang telah atau sedang dikonsumsi, pengaruh panas
tubuh sendiri, misalnya pada keadaan demam. Faktor-faktor yang menyebabkan
pertukaran panas antara tubuh dengan lingkungan sekitarnya adalah konduksi, konveksi,
radiasi, dan evaporasi (penguapan keringat). Konduksi ialah pertukaran panas antara tubuh
dengan benda-benda sekitar melalui mekanisme sentuhan atau kontak langsung. Konduksi
dapat menghilangkan panas dari tubuh, apabila benda-benda sekitar lebih rendah suhunya,
dan dapat menambah panas kepada badan apabila suhunya lebih tinggi dari tubuh.
Konveksi adalah pertukaran panas dari badan dengan lingkungan melalui kontak udara
dengan tubuh. Udara adalah penghantar panas yang kurang begitu baik, tetapi melalui
kontak dengan tubuh dapat terjadi pertukaran panas antara udara dengan tubuh.
Tergantung dari suhu udara dan kecepatan angin, konveksi memainkan besarnya peran
dalam pertukaran panas antara tubuh dengan lingkungan. Konveksi dapat mengurangi atau
menambah panas kepada tubuh. Setiap benda termasuk tubuh manusia selalu
memancarkan gelombang panas. Tergantung dari suhu benda sekitar, tubuh menerima atau
kehilangan panas lewat mekanisme radiasi panas. Selain itu dan penting sekali manusia
dapat berkeringat yang dengan penguapan di permukaan kulit atau melalui peparu dan
rongga mulut tubuh kehilangan panas untuk penguapan (Suma’mur, 2009)
2. Cairan Pemberian minuman (dingin, tapi bukan air es) secara berkala,
misalnya satu gelas per 20 menit.
Dorong pekerja untuk terus menerus melakukan kebiasaan ini.
Minuman cukup berupa air, tanpa harus mengandung elektrolit
tambahan
3. Engineering ● Ventilasi yang cukup, untuk membawa udara segar dari luar
ruangan
● Penggunaan system pemuangan udara local
● Penggunaan AC
● Penggunaan kipas angin. Bermanfaat saat DBT tidak lebih dari
35oC
● Insulasi objek (mesin dan proses) penghasil panas
● Lapisan penangkal antara pekerja dan sumber panas
Gambar Thermocouple
2. Suhu Basah Alami dan Bola (Natural Wet Bulb Temperature) – Tnwb
Pengukuran suhu basah alami dilakukan dengan menggunakan thermometer
yang dilengkapi dengan kain katun basah. Untuk
mendapatkan pengukuran yang akurat
maka sebaiknya, menggunakan kain yang
bersih serta air yang sudah disuling (distilasi).
Gambar Heat Stress Monitor
Gambar Anenometer
Dari tiga alasan di atas adanya pekerja yang melaksanakan pekerjaan dan
berpotensi mengalami tekanan panas merupakan alasan yang penting untuk layak
atau tidaknya suatu area dijadikan sebagai titik pengukuran. Suatu lingkungan kerja
yang mempunyai sumber panas dan/atau terpajan panas bukan prioritas untuk
diukut apabila di area tersebut tidak ada pekerja yang bekerja dan berpotensi untuk
mengalami tekanan panas.
Aspek lain yang harus diperhatikan adalah jumlah titik pengukuran. Tidak ada
formula yang baku untuk menentukan berapa jumlah titik pengukuran pada suatu
area yang mempunyai panas yang tinggi. Secara umum jumlah titik pengukuran
dipengaruhi oleh jumlah sumber panas dan luas area yang terpajan panas yang mana
terdapat aktivitas pekerja di area tersebut. Secara professional judgement kita boleh
saja menetapkan setiap area dengan luas 5 x 5 meter diwakili oleh satu titik
pengukuran. Namun pendekatan yang umum digunakan untuk menentukan suatu
titik pengukuran adalah area yang panas yang merupakan zona aktivitas dan
pergerakan pekerja selama bekerja diarea tersebut. Selama kita yakin bahwa semua
area kerja yang mempunyai indikasi menyebabkan tekanan panas pada pekerja
sudah diukur, maka jumlah titik pengukuran yang diperoleh dianggap cukup.
Dan, atau
Rumus dasar ISBB sebagai berikut
Pekerja yang menjadi sampel adalah pekerja yang berisiko yaitu yang dalam
proses kerjanya terpajan oleh panas yang tinggi. Bila terdapat beberapa pekerja yang
terpajan oleh panas yang tinggi di lingkungan kerja, maka sebaiknya terdapat
pekerja yang diukur pajanan panas personalnya untuk setiap jenis pekerjaan. Tidak
ada formula yang baku dalam menentukan jumlah sampel yang harus diukur.
Berdasarkan professional judgement pengukuran pajanan panas personal dilakukan
pada pekerja yang berisiko, bekerja berpindah-pindah, dan mewakili setiap jenis
pekerjaan yang berisiko.
Standar pajanan temperatur di tempat kerja mengacu pada Keputusan Menteri Tenaga
Kerja, Nomor KEP.51/MEN/1999, tanggal 16 April 1999.
Nilai ambang batas ini dimaksudkan untuk meminimalisasi risiko terjadinya gangguan
kesehatan akibat suhu lingkungan kerja yang terlalu panas. Untuk mengetahui iklim kerja di
suatu tempat kerja dilakukan pengukuran besarnya tekanan panas (heat stress). Salah satunya
dengan mengukur indeks suhu basah dan bola (ISSB).
Tabel 1. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISSB) yang
diperkenankan
Tabel 2. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Bola Basah (ISSB) yang
diperkenankan
Beban Kerja
Catatan:
a. Beban kerja ringan membutuhkan kalori 100-200 kilo kalori per jam
b. Beban kerja sedang membutuhkan kalori lebih besar dari 200-350 kk/jam kilo kalori
per jam
c. Beban kerja berat membutuhkan kalori lebih besar dari 350-500 kilo kalori per jam
E. Tindakan Pencegahan
Pencegahan terhadap heat-related disease dilakukan dengan:
● Menurunkan kondisi panas lingkungan kerja dengan penerapan teknologi
pengendalian.
- Pendinginan setempat (spot cooling) ; adalah pendinginan setempat yang
dilakukan dengan mengalirkan udara segar berkecepatan tinggi ke arah tubuh
menggunakan kipas angin (fan).
- Ventilasi ; Penggunaan panas menggunakan ventilasi dilakukan dengan:
● Cross ventilitation: memasukkan udara segar ke dalam lingkungan
kerja melalui bukaan pada dinding di satu sisi, yang mendinginkan ruangan panas,
sekaligus mendorong udara panas keluar melalui bukaan di seberang yang lain.
● Natural draft: udara panas dikeluarkan ke atas melalui cerobong atau
bangunan terbuka di atap (bubungan atap).
- Perisai panas (metal shielding) ; antara sumber panas dan pekerja dipasang
pelat logam yang cekung ke dalam.
- Air conditioning (AC) atau pendingin udara, AC biasanya dipasang untuk
menurunkan panas yang tidak terlalu tinggi dengan maksud untuk
kenyamanan.
- Remote control (pengendalian dari jauh); pengoperasian alat/mesin/pesawat
yang mengeluarkan panas tinggi dilakukan secara terpisah dalam panel room
atau operation room yang dilengkapi AC.
- Personal protective device atau alat proteksi diri (APD); APD yang digunakan
untuk penanggulangan panas adalah:
● Sepatu pengaman tahan panas.
● Pakaian pelindung.
- Pengaturan waktu kerja; dilakukan dengan dua cara, yaitu:
● Menghitung maximum allowable exposure time dan minimum recovery
time.
● Work-rest regimen.
- Suplementasi air dan garam. Bila tenaga kerja terpapar pada panas yang
ditimbulkan sevara artifisial, air minum harus tersedia bagi tenaga kerja dengan
cara: mereka yang terstimulasi perlu untuk sering minum dalam jumlah sedikit
namun sering.
DAFTAR PUSTAKA
Suma’mur P.K. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta : CV.
Sagung Seto.
Subaris, Heru, Haryono. 2007 . Hygiene Lingkungan Kerja. Yogyakarta : Mitra Cendikia
Press.
SNI 16-7061-2004 Tentang Pengukuran Iklim Kerja ( Panas ) Dengan Parameter Indeks Suhu
Basah dan Bola
Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep- 51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang
Batas Faktor Fisik di Tempat Kerja
Permenakertrans No. PER/13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan
Faktor Kimia di Tempat Kerja