Anda di halaman 1dari 23

DESAIN LINGKUNGAN KERJA

(Pengamatan Heatstress)
DISUSUN
Oleh
1.
3.
4.
5.

IRFAN ULYA
(130403003)
2.
MUNAWIR AZMI LUBIS
(130403020)
RACHMA PUTRI RETNOTANTI
(130403028)
ANDHIKA PATRIO PURBA
(130403045)
AKBAR AL-AYUBI ARIF
(130403011)

D E PAR T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S

T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


M E DAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Faktor faktor yang perlu diperhatikan dalam menganalisis kondisi termal
adalah tingkat pencahayaan, suhu, dan udara disekitar lingkungan kerja. Selain
itu pakaian yang digunakan pekerja juga mempengaruhi komdisi kerja. Di
dalam pembuatan tugas ini akan dibahas kondisi ruangan kamar salah satu
mahasiswa.

.
1.2.

Tujuan Pengamatan
Tujuan dari pengamatan ini adalah sebagai berikut.

1.

Mahasiswa mampu menghitung suhu di dalam dan di luar ruangan terhadap

2.

suhu tubuh individu.


Mahasiswa mampu

mengetahui

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

kenyamanan dan ketidaknyamanan ruang kerja.


1.3.

Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah yang dibuat adalah sebagai berikut.
1. Pengamatan dilakukan pada ruangan kamar.
2. Pengukuran temperature dilakukan selama tiga hari.
3. Replikasi dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada pagi (08:30-09:30), siang
(13:00-14:00), dan malam (20:30-21:30).

1.4.

Asumsi yang Digunakan


Asumsi yang digunakan dalam pengamatan ini adalah sebagai berikut.
1. Pengukuran kelembaban udara adalah 70 %.
2. kecepatan angin yaitu 0,02 m/s.
3. Data rata-rata pengukuran suhu basah, suhu kering, dan suhu bola yaitu 30.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.

Kuantitas Panas
Energi termal adalah energi kinetik acak dari partikel-partikel (biasanya

electron, ion, atom, dan molekul) yang menyusun suatu sistem. Panas (Q)
merupakan energy termal yang berpindah dari suatu sistem pada suatu temperatur
ke suatu sistem lain yang mengalami kontak dengannya, tetapi berada pada

temperatur yang lebih rendah. Panas spesifik atau kapasitas panas spesifik suatu
zat merupakan kuantitas panas yang dibutuhkan untuk mengubah temperatur dari
satu satuan massa zat sebesar satu derajat Celcius atau ekuivalen dengan satu
Kelvin. Jika kuantitas panas Q dibutuhkan untuk menghasilkan perubahan
temperatur T bagi satu massa zat m, rumus yang biasa digunakan adalah.

Q = cmT
2.2.

Temperatur
Pada kehidupan sehari-hari, temperatur merupakan ukuran mengenai panas

atau dinginnya benda. Oven yang panas dikatakan bertemperatur tinggi, sementara
es di danau yang beku dikatakan memiliki temperatur rendah. Banyak sifat zat
yang berubah terhadap temperatur. Sebagai contoh, sebagian besar zat memuai
ketika dipanaskan. Sebatang besi lebih panjang ketika panas daripada waktu
dingin. Jalan dan trotoar beton memuai dan menyusut sedikit terhadap temperatur,
yang menjadi alasan ditempatkannya pemisah yang bisa ditekan titiktitik yang
bisa memuai pada jarak tertentu. Hambatan listrik materi zat juga berubah
terhadap temperatur. Demikian juga warna yang dipancarkan benda, paling tidak
pada temperatur tinggi mungkin diperhatikan bahwa elemen pemanas kompor
listrik memancarkan warna merah ketika panas. Pada temperatur yang lebih
tinggi, zat padat pada besi bersinar jingga atau bahkan putih. Cahaya putih dari
bola lampu pijar berasal dari kawat tungsten yang sangat panas. Temperatur
permukaan matahari dan bintangbintang lainnya dapat diukur terutama dari
warna (lebih tepatnya, panjang gelombang) dari cahaya yang mereka pancarkan.
Alatalat yang dirancang untuk mengukur temperatur disebut termometer. Ada
banyak jenis termometer, tetapi cara kerjanya selalu bergantung pada beberapa
sifat materi yang berubah terhadap temperatur. Sebagian besar termometer umum
bergantung pada pemuaian materi terhadap naiknya temperatur.
Mengukur temperatur secara kuantitatif, perlu didefinisikan semacam
skala numerik, skala yang paling banyak dipakai sekarang adalah skala Celcius,
kadangkadang disebut skala centigrade. Di Amerika Serikat, skala Fahrenheit
juga umum. Skala yang paling penting dalam sains adalah skala absolut atau

kelvin. Satu cara untuk mendefinisikan skala temperatur adalah dengan


memberikan nilai sembarang untuk dua temperatur yang bisa langsung dihasilkan.
Untuk skala Celcius dan Fahrenheit, kedua titik tetap ini dipilih sebagai titik beku
dan didih dari air, keduanya diambil pada tekanan atmosfir. Pada skala Celcius,
titik beku dipilih 0oC (nol derajat Celcius) dan tititk didih 100 oC. Pada skala
Fahrenheit, titik beku didefinisikan 32oC dan titik didih 212oF. Termometer praktis
dikalibrasi dengan menempatkannya di lingkungan yang telah diatur dengan teliti
untuk masingmasing dari kedua temperatur tersebut dan menandai posisi air
raksa atau penunjuk skala. Untuk skala Celcius, jarak antara kedua tanda tersebut
kemudian dibagi menjadi seratus selang yang sama yang dipisahkan oleh tanda
tanda kecil yang menyatakan setiap derajat antara 0 oC dan 100oC (itulah sebabnya
diberi nama skala centigrade yang berarti seratus langkah). Untuk skala
Fahrenheit, kedua titik diberi angka 32oF dan 212oF dan jarak antaranya dibagi
menjadi 180 selang yang sama. Untuk temperatur di bawah titik beku air dan di
atas titik didih air, skala dapat dilanjutkan dengan menggunakan selang yang
berjarak sama. Bagaimanapun, termometer biasanya hanya dapat digunakan pada
jangkauan temperatur yang terbatas karena keterbatasannya sendiri, sebagai
contoh, air raksa di termometer, air raksa di dalam gelas menjadi padat pada suatu
titik tertentu, dimana di bawah titik tersebut tidak akan ada gunanya. Termometer
tersebut juga menjadi tidak berguna di atas temperatur dimana cairan menguap.
Untuk temperatur yang sangat rendah atau sangat tinggi, dibutuhkan termometer
khusus.
2.2.

Perpindahan Energi Termal


Energi termal dapat dipindahkan kea tau dari suatu sistem melalui

mekanisme konduksi, konveksi, dan radiasi. Ingat bahwa panas adalah energi
yang dipindahkan dari suatu sistem dengan temperatur yang lebih tinggi ke suatu
sistem dengan temperatur yang lebih rendah (dimana keduanya mengalami
kontak) melalui tumbukan partikel-partikel penyusunnya.
2.3.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktifitas dan Hasil Kerja


Operator

Setelah seseorang berada dalam dunia pekerjaan, terdapat berbagai faktor


yang mempengaruhi jalannya pekerjaan. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
bukan hanya bersifat wajar secara duniawi tetapi juga akan menimbulkan
serangkaian kerugian bila tidak diperhatikan dan dapat mendatangkan keuntungan
bagi perusahaan bila sebaliknya. Jika seseorang bekerja sangat banyak faktorfaktor yang terlibat dan mempengaruhi keberhasilan kerja. Secara garis besar
faktor-faktor tersebut termasuk kedalam dua kelompok yaitu kelompok faktorfaktor diri (individual) dan faktor-faktor situasional. Sesuai dengan namnya,
kelompok pertama terdiri dari faktor-faktor yang datang dari diri si pekerja itu
sendiri dan seringkali sudah ada sebelum si pekerja yang bersangkutan datang
dipekerjaannya. Kecuali hal-hal seperti pendidikan dan pengalaman semuanya
adalah faktor-faktor yang tidak mudah bahkan tidak dapat berubah. Artinya
faktor-faktor yang sudah tetap ini adalah hal-hal yang sudah ada (given) dan harus
dapat diterima seadanya.
Berbeda dengan yang pertama, kelompok kedua terdiri dari faktor-faktor
yang hampir sepenuhnya berada diluar diri pekerja dan umumnya dalam
penguasaannya pemimpin perusahaan untuk merubah-ubahnya. Memang hampir
semua faktor-faktor ini dapat diubah dan diatur-atur. Pemimpin perusahaanlah
yang berwenang merubahnya karena faktor-faktor ini juga disebut sebagai faktorfaktor management. Kelompok faktor-faktor situasional terbagi kedalam dua
subkelompok yaitu yang terdiri dari faktor-faktor sosial dan keorganisasiannya,
dan yang terdiri dari faktor-faktor fisik pekerjaan yang bersangkutan. Besarnya
pengaruh faktor-faktor ini semua terhadap keberhasilan kerja tidaklah sekedar
hasil jumlah atau rata-rata dari pengaruh setiap faktor tetapi merupakan interaksi
faktor-faktor tersebut, kadang-kadang dalam cara yang rumit. Adapun faktorfaktor fisik yang mempengaruhinya dalah sebagai berikut:
1.

Temperatur
Tubuh manusia akan selalu berusaha mempertahankan keadaan normal
dengan suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan yang terjadi di luar tubuh tersebut. Tetapi
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan temperatur luar adalah jika

perubahan temperatur luar tubuh tersebut tidak melebihi 20% untuk kondisi
panas dan 35% untuk kondisi dingin. Semua ini dari keadaan normal tubuh.
Dalam keadaan normal anggota tubuh manusia mempunyai temperatur
berbeda-beda, seperti bagian mulut sekitar 37C, dada sekitar 35C, dan kaki
sekitar 28C. Tubuh manusia dapat menyesuaikan diri karena memiliki
kemampuannya untuk melakukan proses konveksi, radiasi, dan penguapan
jika terjadi kekurangan atau kelebihan panas yang membebaninya.
Menurut penyelidikan untuk berbagai tingkat temperatur akan memberikan
pengaruh yang berbeda-beda seperti berikut:
a. 49C : Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh di atas
tingkat kemampuan fisik dan mental.
b. 30C : Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung
untuk dalam pekerjaan, serta menimbulkan kelelahan fisik.
c. 24C : Kondisi optimum.
d. 10C : Kelakuan fisik yang ekstrim mulai muncul.
Dari suatu penyelidikan pula dapat diperoleh hasil bahwa produktivitas kerja
manusia akan mencapai tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar
24C - 27C.

Tabel 2.1. Nilai Ambang Batas Temperatur pada Lingkungan Kerja


Prosentase Jam Kerja

Prosentase Jam
Istirahat

Bekerja terus-

ISBB (C) Beban Kerja


Ringan
Sedang
Berat
30,0

26,7

25,0

30,6
31,4
32,3

28,0
29,4
31,1

25,9
27,9
30,0

menerus
8 jam /hari
5% bekerja/hari
50% bekerja/hari
25% bekerja/hari

25% setiap jam kerja


50% setiap jam kerja
75% setiap jam kerja

2.

Kelembaban (Humidity)
Yang dimaksud kelembaban di sini adalah banyaknya air yang terkandung
dalam udara (dinyatakan dalam persen). Kelembaban ini sangat berhubungan
atau

dipengaruhi oleh temperatur udaranya. Suatu keadaan dimana

temperatur udara sangat panas dan kelembabannya tinggi,akan menimbulkan


pengurangan

panas

dari

tubuh

secara

besar-besaran

(karena sistem

penguapan). Pengaruh lainnya ialah makin cepatnya denyut jantung karena


3.

makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen.


Sirkulasi Udara (Ventilation)
Sebagaimana diketahui udara di sekitar kita akan mengandung sekitar 21%
oksigen, 78% Nitrogen, 0,03% karbondioksida dan 0,97% gas lainnya
(campuran). Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh makhluk hidup
terutama untuk menjaga kelangsungan hidupnya (untuk proses metabolisme).
Udara di sekitar kita dikatakan kotor bila kadar oksigen di udara telah
berkurang dan terus bercampur dengan gas-gas atau bau-bauan yang
berbahaya bagi kesehatan tubuh. Kotornya udara di sekitar kita dapat
dirasakan dengan sesaknya pernafasan kita dan ini tidak boleh dibiarkan
berlangsung terlalu lama, karena dapat mempengarhui kesehatan tubuh dan
mempercepat proses kelelahan. Sirkulasi udara dengan memberikan ventilasi
yang cukup akan menggantikan udara yang kotor dengan udara yang bersih.
Demikian juga dengan menaruh tanaman akan mampu membantu memberi
kebutuhan akan oksigen yang cukup.

4.

Pencahayaan (Lighting)
Pencahayaan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat
objek-objek secara jelas, cepat tanpa melakukan kesalahan. Pencahayaan
yang kurang mengakibatkan pekerja menjadi cepat lelah karena mata akan
berusaha melihat dengan cara membuka lebar-lebar. Lelahnya mata akan
mengakibatkan pula kelelahan mental dan lebih jauh bisa menimbulkan
rusaknya mata. Kemampuan mata untuk melihat objek dengan jelas akan
ditentukan oleh ukuran objek, derajat kontras antara objek dengan
sekelilingnya, lumnisi (brightness) serta lamanya waktu untuk melihat objek
tersebut. Untuk menghindari silau (glare) karena letak dari sumber cahaya

yang kurang tepat, maka sebaiknya mata tidak secara langsung menerima
cahaya dari sumbernya akan tetapi cahaya tersebut harus mengenai objek
yang akan dilihat yang kemudian dipantulkan oleh objek tersebut ke mata.
Berdasarkan KEPMENKES RI. No. 1405/MENKES/SK/XI/02, berikut
adalah tingkat pencahayaan pada lingkungan kerja.
Tabel 2.2. Tingkat Pencahayaan pada Lingkungan Kerja
Jenis Kegiatan

Tingkat Pencahayaan

Keterangan

Pekerjaan kasar dan

Minimal (Lux)
100

Ruang penyimpanan & ruang

tidak terus menerus

peralatan/instalasi yang memerlukan

Pekerjaan kasar dan

200

pekerjaan yang kontinyu


Pekerjaan dengan mesin dan perakitan

terus menerus
Pekerjaan rutin

300

kasar
Ruang administrasi, ruang kontrol,
pekerjaan mesin & perakitan/penyusun

Tabel 2.2. Tingkat Pencahayaan pada Lingkungan Kerja (Lanjutan)


Jenis Kegiatan

Tingkat Pencahayaan

Keterangan

Pekerjaan agak

Minimal (Lux)
500

Pembuatan gambar atau bekerja

halus

dengan mesin kantor, pekerjaan


pemeriksaan atau pekerjaan

Pekerjaan halus

1000

dengan mesin
Pemilihan warna, pemrosesan
teksti, pekerjaan mesin halus &

Pekerjaan amat

1500

perakitan halus
Mengukir dengan tangan,

halus

Tidak menimbulkan

pemeriksaan pekerjaan mesin

Pekerjaan

bayangan
3000

dan perakitan yang sangat halus


Pemeriksaan pekerjaan,

terinci

Tidak menimbulkan

perakitan sangat halus

bayangan
5.

Kebisingan (Noise)
Kemajuan teknologi ternyata banyak menimbulkan masalah-masalah seperti
diantarnya yang dikatakan sebagai polusi. Salah satu bentuk dari polusi di sini
ialah kebisingan (noise) bunyi-bunyian yang tidak dikehendaki oleh telinga
kita. Tidak dikehendaki karena terutama dalam jangka panjang bunyi-bunyian
tersebut dapat menggangu ketenangan kerja. Kebisingan adalah bunyibunyian yang tidak dikehendaki oleh telinga kita, karena dalam waktu
panjang bunyi-bunyian tersebut dapat mengganggu ketenangan kerja,
merusak pendengaran dan dapat menimbulkan kesalahan komunikasi. Ada
tiga aspek yang menentukan kualitas bunyi yang bisa menentukan kualitas
bunyi yang bisa menentukan tingkat gangguan pada manusia yaitu:
a. Lama waktu bunyi tersebut terdengar. Semakin lama telinga kita
mendengar kebisingan akan semakin buruk akibatnya bagi pendengaran
atau tuli.
b. Intentitas biasanya diukur dalam satuan desibel (dB) yang menunjukan
besarnya arus energi per satuan luas.
c. Frekuensi suara yang menunjukan jumlah dari gelombang-gelombang
suara yang sampai ke telinga kita setiap detik dinyatakan dalam jumlah
getaran per detik (Hz).
Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja, yaitu nomor KEP. 51/MEN/1999,
Nilai Ambang Batas (NAB) adalah standar faktor tempat kerja yang dapat
diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan
kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam
sehari atau 40 jam seminggu. Dalam kepmen tersebut, khususnya pada Pasal
3 dinyatakan bahwa NAB kebisingan ditetapkan sebesar 85 desi Bell A
(dBA). Dan tingkat kebisingan yang melebihi NAB, waktu pemajanannya
ditetapkan sebagai berikut.

Tabel 2.3. Nilai Ambang Batas Kebisingan pada Lingkungan Kerja


Waktu pemaparan per Hari
8 jam
4 jam
2 jam
1 jam
30 menit
15 menit
7,5 menit
3,75 menit
1,88 menit
0,94 menit
28,12 detik
14,06 detik
7,03 detik
3,52 detik
1,76 detik
6.

Bau-bauan

Intesitas Kebisingan dalam dB (A)


85
88
91
94
97
100
103
106
109
112
115
118
121
124
127

Adanya bau-bauan yang dalam hal ini juga dipertimbangkan sebagai polusi
akan dapat mengganggu konsentrasi orang bekerja. Temperatur dan
kelembaban merupakan dua faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
kepekaan penciuman. Oleh karena itu pemakaian air conditioning yang tepat
merupakan salah satu cara yang bisa digunakan untuk menghilangkan baubauan yang mengganggu sekitar tempat kerja.
7.

Getaran Mekanis (Mechanical Vibration)


Gerakan mekanis dapat diartikan sebagai getaran-getaran yang ditimbulkan
oleh alat-alat mekanis yang sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh dan
dapat menimbulkan akibat-akibat yang tidak diinginkan pada tubuh kita.
Besarnya getaran ini ditentukan oleh intensitas, frekuensi, getaran dan
lamanya getaran itu berlangsung. Sedangkan anggota tubuh manusia juga
memiliki frekuensi alami dimana apabila frekuensi ini beresonansi dengan
frekuensi getaran akan menimbulkan gangguan-gangguan antara lain:
a. Mempengaruhi konsentrasi kerja.
b. Mempercepat datangnya kelelahan.
c. Gangguan-gangguan pada anggota tubuh seperti mata, syaraf, otot-otot dan
lain-lain.
Tabel 2.4. Nilai Ambang Batas Getaran pada Lingkungan Kerja

Jumlah Waktu Pemajanan


per hari Kerja

Nilai Percepatan pada Frekuensi Dominan


Meter per detik kuadrat
Gram

4 jam dan kurang dari 8

Gram (m/det2)
4

0,40

jam
2 jam dan kurang dari 4

0,61

jam
1 jam dan kurang dari 2

0,81

jam
Kurang dari 1 jam

12

1,22

8.

Warna

Yang dimaksud disini adalah warna tembok ruangan dan interior yang ada
disekitar tempat kerja. Warna ini selain berpengaruh terhadap kemampuan
mata untuk melihat objek, juga memberikan pengaruh yang lain seperti:
a. Warna merah bersifat merangsang.
b. Warna kuning memberikan kesan luas terang dan leluasa.
c. Warna hijau atau biru memberikan kesan sejuk, aman dan menyegarkan.
d. Warna gelap memberikan kesan leluasa dan lain-lain.
Dengan adanya sifat-sifat itu maka pengaturan warna ruangan tempat kerja
perlu diperhatikan dalam arti harus disesuaikan dengan kegiatan kerjanya.
Dalam keadaan dimana ruangan terasa sempit maka pemilihan warna yang
sesuai dapat menghilangkan kesan tersebut. Hal ini secara psikologis akan
menguntungkan (dengan memberikan warna terang akan memberikan kesan
leluasa) karena kesan sempit cenderung menimbulkan ketegangan (stress).
Kondisi lingkungan fisik seperti yang telah dijelaskan secara umum di atas
pada hakikatnya diharapkan mampu meningkatkan aspek kenyamanan kerja. Hal
tersebut akan sangat penting dalam rangka meningkatkan aspek-aspek yang
berkaitan dengan sosial, psikologis dan motivasi manusia dalam rangka
peningkatan produktivitas kerja.

BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
3. Lokasi Pengamatan
Pengamatan ligkungan kerja dilakukan di empat ruangan yaitu ruangan
kamar Ulya.
a.

Rumah dan Ruangan Kamar


Gambar 3D rumah dan ruangan kamar dapat dilihat pada gambar berikut ini.

1. Rumah dan Ruangan kamar Ulya.

Gambar 1. Rumah dan Ruangan Kamar Ulya


Keterangan:
1.

Alamat rumah : Jalan Brigjen Katamso.

2.

Ukuran kamar 3 x 4 m2

3.

Kamar menghadap ke timur

3. Pengumpulan dan pengolahan data


Kondisi Termal
Pengukuran kondisi termal dilakukan di ruangan kamar, yaitu ruangan

3.1.

kamar Ulya mulai. Pengukuran kondisi termal dilakukan pada saat pagi pukul
7.30-8.30 WIB , siang pukul 12.00-13.00WIB dan malam pukul 20.30-21.30
WIB.
3.1.1. Gardien Temperatur
Pengukuran temperatur dilakukan selama tiga hari dan dilakukan replikasi
sebanyak tiga kali yaitu pada pagi pukul 7.30-8.30 WIB , siang pukul 12.00-13.00
WIB dan malam pukul 19.30-20.30 WIB dengan ketinggian pengukuran 1,1 m.
Tabel 1.1. Data Gradien Temperatur Rata-Rata
No.

Ruangan

Pagi

Siang

Malam

1.

280C

Kamar

300C

250C

3.1.2. Kelembaban Udara


Diasumsikan pengukuran kelembaban udara adalah 70%.
3.1.3. Kelembaban Udara
Diasumsikan kecepatan angin adalah 0,02 m/s.
3.1.4. Suhu Bola Basah, Suhu Bola Kering dan Suhu Bola
Data rata-rata pengukuran suhu basah, suhu kering, dan suhu bola
diasumsikan 30C.

3.1.5. Data Personal


Data personal pemilik ruangan kamar dapat dilihat pada tabel 1.3.
Tabel 1.3. Data Personal
Nama

Umur

Berat Badan

Tinggi Badan

(Tahun)

(Kg)

(Cm)

21

68

175

Ulya

3.1.6. Perhitungan Dubosis Body Surface-Area


Dari data personal dapat dihitung Dubosis Body Surface-Area (AD) dari
masing-masing pengamat yaitu Ulya.
AD = 0,202 x W0,425 x H0,725
Keterangan :
AD= Dubosis Body Surface-Area
W = berat badan (kg)
H

= tinggi badan (m)


Perhitungan Dubosis Body Surface-Area (AD) adalah sebagai berikut :

Perhitungan Dubosis Body Surface-Area (AD) Ulya :


AD= 0,202 x W0,425 x H0,725
= 0,202 x 620,425x 1,750,725
= 1,428 m2

3.1.7. Data Jenis Pakaian dan Thermal Insulation Clo ( Iclo)


Data jenis pakaian dan Thermal Insulation Clo (Iclo) adalah sebagai berikut.
Tabel 1.4. Jenis Pakaian dan Thermal Insulation Clo (Iclo) Rata-Rata
Waktu

Jenis Pakaian

Pagi

Siang

Malam

Singlet

0,04

0,04

Kaos

0,09

0,09

0,09

0,03

0,03

0,03

Celana pendek

0,06

0,06

Celana normal

0,25

0,25

0,25

Total

0,47

0,37

0,44

Celana dalam dan


Bra
Blus

Normal
lengan
panjang

Total Rata-Rata

0,42

3.1.8. Perhitungan Keseimbangan Thermal Ruang Kelas


ASHRAE (1989a) memberikan persamaan kesetinbangan panas sebagai
berikut.
M W = (C + R + Esk) + (Cres + Eres)
Dimana,
M

= tingkat produksi energy metabolism

= tingkat pekerjaan mekanik

Qsk

= total tingkat kehilangan panas dari kulit

Qres

= tingkat kehilangan panas dari pernapasan

= tingkat kehilangan panas konvektif dari kulit

= tingkat kehilangan panas radiatif dari kulit

Esk

= tingkat kehilangan panas penguapan dari kulit

Cres

= tingkat kehilangan panas konvektif dari pernapasan

Eres

= tingkat kehilangan panas penguapan dari pernapasan


Adapun perhitungan keseimbangan termal untuk ruangan kamar adalah

sebagai berikut.
Data termal yang didapat dari pengukuran dan perhitungan nilai rata-rata:
Suhu rata-rata ruangan (ta)

= 28,2C

Suhu globe (radian) rata (tr) = 30C


Kelembaban relatif

= 70%

Kecepatan udara

= 0,02 m/s

Rata-Rata Iclo

= 0,31 clo

Adapun asumsi yang digunakan adalah :


metabolic rate

= 70 W.m-2

Re,cl

= 0,015 m2 kPa W-1

Eksternal Work

= 0 W.m-2

Pakaian

= 0,31 Clo

Rcl

= 0,04805 atau (0,31 Clo x 0,155) m2 C w-1


= 0,95

Ar/AD

= 0,77

AD

= 1,3556 m2

Catatan

= 1 Clo = 0,155 m2 C w-1

tcl

= 32C

penyelesaian:
Metabolisme produksi panas W.m-2

=MW
= 70 0
= 70

fcl

= 1 + 0,42 Clo = 1 +

=1+
= 1,0961
Untuk tsk37C maka tekanan suhu kulit adalah:
Psk,s = exp 18,956 -

= exp 18,956 -

mb

= 6,275 kPa
Untuk ta = 28,2C dan RH = 70% maka teknan suhu udara diberikan adalah
Psa

= exp 18,956 -

= exp 18,956 = 3,64 kPa


Pa

= RH x Psa
= 70% x 3,64 = 2,55 kPa

Koefisien Heat Transfer


bc

= 3,1 untuk 0 < v < 0,2

maka hc

= 16,5 xbc
= 16,5 x 3,1
= 51,15 W m-2 kPa-1

Kalkulasi br dan tcl kedalam persamaan

br

=4

{273,2 + (

)}3

br

= 4 x 0,95 x (5,67x10-8) x 0,77 {273,2 + (

br

= 4,67 W m-2 K-1

)}3

Selanjutnya,

tc

tc

t0

= 28,36C

Kombinasikan koefisien heat transfer


h

= h c + hr
= 3,1 + 4,67
=7,77 W m-2 K-1

Mengkalkulasikan nilai-nilai yang telah diperoleh ke dalam persamaan,

C+R=

C+R=
C + R = 52,36 W m-2

Esk

=
= w x 113,44 W m-2
Untuk w = 1, Esk = Emax = 113,44 W m-2
Cres + Eres = 0,0014 M (34-ta) + 0,0173 M (5,87 Pa)
= 0,0014 x 70 (34-28,2) + 0,0173 x 70 (5,87 2,55)
= 4,58 W m-2
Maka persamaan keseimbangan termal menjadi :
M W = C + R + Esk + Cres + Eres
70 0 = 52,36 + (w x 113,44) + 4,58
w = 0,115
Jadi kebasahan kulit (w) 0,115 akan menyediakan kehilangan panas (heat
loss) yang cukup pada kulit melalui penguapan. Yaitu tubuh akan berkeringat
untuk thermoregulate dan menerima keseimbangan panas. Untuk penguapan
maksimum, Emax kebasahan adalah 1, untuk perhitungan diatas memberikan nilai
Emax = 113,44 W m-2. kebasahan yang dibutuhkan untuk keseimbangan diberikan
dengan
Wreq =
Jadi,
Ereq = Wreq x Emax
= 0,115 x 113,44
= 13,06 W m-2
Sedangkan
Heat stress index (HSI) = (Ereg / Emax) x 100%
= (13,06 / 113,44) x 100%
= 11,5%

Rekapitulasi perhitungan keseimbangan panas dapat dilihat pada tabel 1.5


sebagai berikut.
Tabel 1.5. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Keseimbangan Panas
Keterangan

Nilai

M-W

70-0

C+R

52,36

Esk

w x 113,44

Emax

113,44

Cres+ Eres

4,58

0,115

Ereq

13,06

HSI

11,5

Keterangan :
M-W = Metabolic rate (W m-2)
C + R = Konveksi kehilangan panas per unit area (W m-2)
Esk

= Total penguapan kehilangan panas dari kulit (W m-2)

Emax = Maksimal potensial penguapan per unit area (W m-2)


Cres+Eres = Respirasi kering kehilangan panas per unit area permukaan tubuh +
Environmental loss dari pernapasan (W m-2)
w

= skin wattednes (ND)

Ereeq

= Evaporative loss yang diperlukan per unit area untuk keseimbangan


panas (W m-2)

HSI

= heat stress index (%)

BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI
4.1.

Analisis
Dari hasil perhitungan persamaan keseimbangan termal, didapat w = 0,13

yang berarti kulit akan menyediakan kehilangan panas (heat loss) yang cukup
pada kulit melalui penguapan yang artinya tubuh akan berkeringat dengan heat
stress index 13 %. Heat stress index yang didapat hampir bernilai cukup tinggi.
4.2.

Evaluasi
Meskipun heat stress index hanya 13 %, namun angka tersebut dapat

diminimalisir. Salah satunya adalah dengan memilih pakaian yang lebih tipis dan
menyerap keringat sehingga pekerja tidak akan merasa kepanasan saat melakukan

pekerjaannya. Selain itu kondisi kamar ditambahi dengan ventilasi yang lebih
banayak atau menambahkan pendingin ruangan.

Anda mungkin juga menyukai