(Pengamatan Heatstress)
DISUSUN
Oleh
1.
3.
4.
5.
IRFAN ULYA
(130403003)
2.
MUNAWIR AZMI LUBIS
(130403020)
RACHMA PUTRI RETNOTANTI
(130403028)
ANDHIKA PATRIO PURBA
(130403045)
AKBAR AL-AYUBI ARIF
(130403011)
D E PAR T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S
T E K N I K
1.1.
Latar Belakang
Faktor faktor yang perlu diperhatikan dalam menganalisis kondisi termal
adalah tingkat pencahayaan, suhu, dan udara disekitar lingkungan kerja. Selain
itu pakaian yang digunakan pekerja juga mempengaruhi komdisi kerja. Di
dalam pembuatan tugas ini akan dibahas kondisi ruangan kamar salah satu
mahasiswa.
.
1.2.
Tujuan Pengamatan
Tujuan dari pengamatan ini adalah sebagai berikut.
1.
2.
mengetahui
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah yang dibuat adalah sebagai berikut.
1. Pengamatan dilakukan pada ruangan kamar.
2. Pengukuran temperature dilakukan selama tiga hari.
3. Replikasi dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada pagi (08:30-09:30), siang
(13:00-14:00), dan malam (20:30-21:30).
1.4.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.
Kuantitas Panas
Energi termal adalah energi kinetik acak dari partikel-partikel (biasanya
electron, ion, atom, dan molekul) yang menyusun suatu sistem. Panas (Q)
merupakan energy termal yang berpindah dari suatu sistem pada suatu temperatur
ke suatu sistem lain yang mengalami kontak dengannya, tetapi berada pada
temperatur yang lebih rendah. Panas spesifik atau kapasitas panas spesifik suatu
zat merupakan kuantitas panas yang dibutuhkan untuk mengubah temperatur dari
satu satuan massa zat sebesar satu derajat Celcius atau ekuivalen dengan satu
Kelvin. Jika kuantitas panas Q dibutuhkan untuk menghasilkan perubahan
temperatur T bagi satu massa zat m, rumus yang biasa digunakan adalah.
Q = cmT
2.2.
Temperatur
Pada kehidupan sehari-hari, temperatur merupakan ukuran mengenai panas
atau dinginnya benda. Oven yang panas dikatakan bertemperatur tinggi, sementara
es di danau yang beku dikatakan memiliki temperatur rendah. Banyak sifat zat
yang berubah terhadap temperatur. Sebagai contoh, sebagian besar zat memuai
ketika dipanaskan. Sebatang besi lebih panjang ketika panas daripada waktu
dingin. Jalan dan trotoar beton memuai dan menyusut sedikit terhadap temperatur,
yang menjadi alasan ditempatkannya pemisah yang bisa ditekan titiktitik yang
bisa memuai pada jarak tertentu. Hambatan listrik materi zat juga berubah
terhadap temperatur. Demikian juga warna yang dipancarkan benda, paling tidak
pada temperatur tinggi mungkin diperhatikan bahwa elemen pemanas kompor
listrik memancarkan warna merah ketika panas. Pada temperatur yang lebih
tinggi, zat padat pada besi bersinar jingga atau bahkan putih. Cahaya putih dari
bola lampu pijar berasal dari kawat tungsten yang sangat panas. Temperatur
permukaan matahari dan bintangbintang lainnya dapat diukur terutama dari
warna (lebih tepatnya, panjang gelombang) dari cahaya yang mereka pancarkan.
Alatalat yang dirancang untuk mengukur temperatur disebut termometer. Ada
banyak jenis termometer, tetapi cara kerjanya selalu bergantung pada beberapa
sifat materi yang berubah terhadap temperatur. Sebagian besar termometer umum
bergantung pada pemuaian materi terhadap naiknya temperatur.
Mengukur temperatur secara kuantitatif, perlu didefinisikan semacam
skala numerik, skala yang paling banyak dipakai sekarang adalah skala Celcius,
kadangkadang disebut skala centigrade. Di Amerika Serikat, skala Fahrenheit
juga umum. Skala yang paling penting dalam sains adalah skala absolut atau
mekanisme konduksi, konveksi, dan radiasi. Ingat bahwa panas adalah energi
yang dipindahkan dari suatu sistem dengan temperatur yang lebih tinggi ke suatu
sistem dengan temperatur yang lebih rendah (dimana keduanya mengalami
kontak) melalui tumbukan partikel-partikel penyusunnya.
2.3.
Temperatur
Tubuh manusia akan selalu berusaha mempertahankan keadaan normal
dengan suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan yang terjadi di luar tubuh tersebut. Tetapi
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan temperatur luar adalah jika
perubahan temperatur luar tubuh tersebut tidak melebihi 20% untuk kondisi
panas dan 35% untuk kondisi dingin. Semua ini dari keadaan normal tubuh.
Dalam keadaan normal anggota tubuh manusia mempunyai temperatur
berbeda-beda, seperti bagian mulut sekitar 37C, dada sekitar 35C, dan kaki
sekitar 28C. Tubuh manusia dapat menyesuaikan diri karena memiliki
kemampuannya untuk melakukan proses konveksi, radiasi, dan penguapan
jika terjadi kekurangan atau kelebihan panas yang membebaninya.
Menurut penyelidikan untuk berbagai tingkat temperatur akan memberikan
pengaruh yang berbeda-beda seperti berikut:
a. 49C : Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh di atas
tingkat kemampuan fisik dan mental.
b. 30C : Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung
untuk dalam pekerjaan, serta menimbulkan kelelahan fisik.
c. 24C : Kondisi optimum.
d. 10C : Kelakuan fisik yang ekstrim mulai muncul.
Dari suatu penyelidikan pula dapat diperoleh hasil bahwa produktivitas kerja
manusia akan mencapai tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar
24C - 27C.
Prosentase Jam
Istirahat
Bekerja terus-
26,7
25,0
30,6
31,4
32,3
28,0
29,4
31,1
25,9
27,9
30,0
menerus
8 jam /hari
5% bekerja/hari
50% bekerja/hari
25% bekerja/hari
2.
Kelembaban (Humidity)
Yang dimaksud kelembaban di sini adalah banyaknya air yang terkandung
dalam udara (dinyatakan dalam persen). Kelembaban ini sangat berhubungan
atau
panas
dari
tubuh
secara
besar-besaran
(karena sistem
4.
Pencahayaan (Lighting)
Pencahayaan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat
objek-objek secara jelas, cepat tanpa melakukan kesalahan. Pencahayaan
yang kurang mengakibatkan pekerja menjadi cepat lelah karena mata akan
berusaha melihat dengan cara membuka lebar-lebar. Lelahnya mata akan
mengakibatkan pula kelelahan mental dan lebih jauh bisa menimbulkan
rusaknya mata. Kemampuan mata untuk melihat objek dengan jelas akan
ditentukan oleh ukuran objek, derajat kontras antara objek dengan
sekelilingnya, lumnisi (brightness) serta lamanya waktu untuk melihat objek
tersebut. Untuk menghindari silau (glare) karena letak dari sumber cahaya
yang kurang tepat, maka sebaiknya mata tidak secara langsung menerima
cahaya dari sumbernya akan tetapi cahaya tersebut harus mengenai objek
yang akan dilihat yang kemudian dipantulkan oleh objek tersebut ke mata.
Berdasarkan KEPMENKES RI. No. 1405/MENKES/SK/XI/02, berikut
adalah tingkat pencahayaan pada lingkungan kerja.
Tabel 2.2. Tingkat Pencahayaan pada Lingkungan Kerja
Jenis Kegiatan
Tingkat Pencahayaan
Keterangan
Minimal (Lux)
100
200
terus menerus
Pekerjaan rutin
300
kasar
Ruang administrasi, ruang kontrol,
pekerjaan mesin & perakitan/penyusun
Tingkat Pencahayaan
Keterangan
Pekerjaan agak
Minimal (Lux)
500
halus
Pekerjaan halus
1000
dengan mesin
Pemilihan warna, pemrosesan
teksti, pekerjaan mesin halus &
Pekerjaan amat
1500
perakitan halus
Mengukir dengan tangan,
halus
Tidak menimbulkan
Pekerjaan
bayangan
3000
terinci
Tidak menimbulkan
bayangan
5.
Kebisingan (Noise)
Kemajuan teknologi ternyata banyak menimbulkan masalah-masalah seperti
diantarnya yang dikatakan sebagai polusi. Salah satu bentuk dari polusi di sini
ialah kebisingan (noise) bunyi-bunyian yang tidak dikehendaki oleh telinga
kita. Tidak dikehendaki karena terutama dalam jangka panjang bunyi-bunyian
tersebut dapat menggangu ketenangan kerja. Kebisingan adalah bunyibunyian yang tidak dikehendaki oleh telinga kita, karena dalam waktu
panjang bunyi-bunyian tersebut dapat mengganggu ketenangan kerja,
merusak pendengaran dan dapat menimbulkan kesalahan komunikasi. Ada
tiga aspek yang menentukan kualitas bunyi yang bisa menentukan kualitas
bunyi yang bisa menentukan tingkat gangguan pada manusia yaitu:
a. Lama waktu bunyi tersebut terdengar. Semakin lama telinga kita
mendengar kebisingan akan semakin buruk akibatnya bagi pendengaran
atau tuli.
b. Intentitas biasanya diukur dalam satuan desibel (dB) yang menunjukan
besarnya arus energi per satuan luas.
c. Frekuensi suara yang menunjukan jumlah dari gelombang-gelombang
suara yang sampai ke telinga kita setiap detik dinyatakan dalam jumlah
getaran per detik (Hz).
Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja, yaitu nomor KEP. 51/MEN/1999,
Nilai Ambang Batas (NAB) adalah standar faktor tempat kerja yang dapat
diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan
kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam
sehari atau 40 jam seminggu. Dalam kepmen tersebut, khususnya pada Pasal
3 dinyatakan bahwa NAB kebisingan ditetapkan sebesar 85 desi Bell A
(dBA). Dan tingkat kebisingan yang melebihi NAB, waktu pemajanannya
ditetapkan sebagai berikut.
Bau-bauan
Adanya bau-bauan yang dalam hal ini juga dipertimbangkan sebagai polusi
akan dapat mengganggu konsentrasi orang bekerja. Temperatur dan
kelembaban merupakan dua faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
kepekaan penciuman. Oleh karena itu pemakaian air conditioning yang tepat
merupakan salah satu cara yang bisa digunakan untuk menghilangkan baubauan yang mengganggu sekitar tempat kerja.
7.
Gram (m/det2)
4
0,40
jam
2 jam dan kurang dari 4
0,61
jam
1 jam dan kurang dari 2
0,81
jam
Kurang dari 1 jam
12
1,22
8.
Warna
Yang dimaksud disini adalah warna tembok ruangan dan interior yang ada
disekitar tempat kerja. Warna ini selain berpengaruh terhadap kemampuan
mata untuk melihat objek, juga memberikan pengaruh yang lain seperti:
a. Warna merah bersifat merangsang.
b. Warna kuning memberikan kesan luas terang dan leluasa.
c. Warna hijau atau biru memberikan kesan sejuk, aman dan menyegarkan.
d. Warna gelap memberikan kesan leluasa dan lain-lain.
Dengan adanya sifat-sifat itu maka pengaturan warna ruangan tempat kerja
perlu diperhatikan dalam arti harus disesuaikan dengan kegiatan kerjanya.
Dalam keadaan dimana ruangan terasa sempit maka pemilihan warna yang
sesuai dapat menghilangkan kesan tersebut. Hal ini secara psikologis akan
menguntungkan (dengan memberikan warna terang akan memberikan kesan
leluasa) karena kesan sempit cenderung menimbulkan ketegangan (stress).
Kondisi lingkungan fisik seperti yang telah dijelaskan secara umum di atas
pada hakikatnya diharapkan mampu meningkatkan aspek kenyamanan kerja. Hal
tersebut akan sangat penting dalam rangka meningkatkan aspek-aspek yang
berkaitan dengan sosial, psikologis dan motivasi manusia dalam rangka
peningkatan produktivitas kerja.
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
3. Lokasi Pengamatan
Pengamatan ligkungan kerja dilakukan di empat ruangan yaitu ruangan
kamar Ulya.
a.
2.
Ukuran kamar 3 x 4 m2
3.
3.1.
kamar Ulya mulai. Pengukuran kondisi termal dilakukan pada saat pagi pukul
7.30-8.30 WIB , siang pukul 12.00-13.00WIB dan malam pukul 20.30-21.30
WIB.
3.1.1. Gardien Temperatur
Pengukuran temperatur dilakukan selama tiga hari dan dilakukan replikasi
sebanyak tiga kali yaitu pada pagi pukul 7.30-8.30 WIB , siang pukul 12.00-13.00
WIB dan malam pukul 19.30-20.30 WIB dengan ketinggian pengukuran 1,1 m.
Tabel 1.1. Data Gradien Temperatur Rata-Rata
No.
Ruangan
Pagi
Siang
Malam
1.
280C
Kamar
300C
250C
Umur
Berat Badan
Tinggi Badan
(Tahun)
(Kg)
(Cm)
21
68
175
Ulya
Jenis Pakaian
Pagi
Siang
Malam
Singlet
0,04
0,04
Kaos
0,09
0,09
0,09
0,03
0,03
0,03
Celana pendek
0,06
0,06
Celana normal
0,25
0,25
0,25
Total
0,47
0,37
0,44
Normal
lengan
panjang
Total Rata-Rata
0,42
Qsk
Qres
Esk
Cres
Eres
sebagai berikut.
Data termal yang didapat dari pengukuran dan perhitungan nilai rata-rata:
Suhu rata-rata ruangan (ta)
= 28,2C
= 70%
Kecepatan udara
= 0,02 m/s
Rata-Rata Iclo
= 0,31 clo
= 70 W.m-2
Re,cl
Eksternal Work
= 0 W.m-2
Pakaian
= 0,31 Clo
Rcl
Ar/AD
= 0,77
AD
= 1,3556 m2
Catatan
tcl
= 32C
penyelesaian:
Metabolisme produksi panas W.m-2
=MW
= 70 0
= 70
fcl
= 1 + 0,42 Clo = 1 +
=1+
= 1,0961
Untuk tsk37C maka tekanan suhu kulit adalah:
Psk,s = exp 18,956 -
= exp 18,956 -
mb
= 6,275 kPa
Untuk ta = 28,2C dan RH = 70% maka teknan suhu udara diberikan adalah
Psa
= exp 18,956 -
= RH x Psa
= 70% x 3,64 = 2,55 kPa
maka hc
= 16,5 xbc
= 16,5 x 3,1
= 51,15 W m-2 kPa-1
br
=4
{273,2 + (
)}3
br
br
)}3
Selanjutnya,
tc
tc
t0
= 28,36C
= h c + hr
= 3,1 + 4,67
=7,77 W m-2 K-1
C+R=
C+R=
C + R = 52,36 W m-2
Esk
=
= w x 113,44 W m-2
Untuk w = 1, Esk = Emax = 113,44 W m-2
Cres + Eres = 0,0014 M (34-ta) + 0,0173 M (5,87 Pa)
= 0,0014 x 70 (34-28,2) + 0,0173 x 70 (5,87 2,55)
= 4,58 W m-2
Maka persamaan keseimbangan termal menjadi :
M W = C + R + Esk + Cres + Eres
70 0 = 52,36 + (w x 113,44) + 4,58
w = 0,115
Jadi kebasahan kulit (w) 0,115 akan menyediakan kehilangan panas (heat
loss) yang cukup pada kulit melalui penguapan. Yaitu tubuh akan berkeringat
untuk thermoregulate dan menerima keseimbangan panas. Untuk penguapan
maksimum, Emax kebasahan adalah 1, untuk perhitungan diatas memberikan nilai
Emax = 113,44 W m-2. kebasahan yang dibutuhkan untuk keseimbangan diberikan
dengan
Wreq =
Jadi,
Ereq = Wreq x Emax
= 0,115 x 113,44
= 13,06 W m-2
Sedangkan
Heat stress index (HSI) = (Ereg / Emax) x 100%
= (13,06 / 113,44) x 100%
= 11,5%
Nilai
M-W
70-0
C+R
52,36
Esk
w x 113,44
Emax
113,44
Cres+ Eres
4,58
0,115
Ereq
13,06
HSI
11,5
Keterangan :
M-W = Metabolic rate (W m-2)
C + R = Konveksi kehilangan panas per unit area (W m-2)
Esk
Ereeq
HSI
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI
4.1.
Analisis
Dari hasil perhitungan persamaan keseimbangan termal, didapat w = 0,13
yang berarti kulit akan menyediakan kehilangan panas (heat loss) yang cukup
pada kulit melalui penguapan yang artinya tubuh akan berkeringat dengan heat
stress index 13 %. Heat stress index yang didapat hampir bernilai cukup tinggi.
4.2.
Evaluasi
Meskipun heat stress index hanya 13 %, namun angka tersebut dapat
diminimalisir. Salah satunya adalah dengan memilih pakaian yang lebih tipis dan
menyerap keringat sehingga pekerja tidak akan merasa kepanasan saat melakukan
pekerjaannya. Selain itu kondisi kamar ditambahi dengan ventilasi yang lebih
banayak atau menambahkan pendingin ruangan.