Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada dunia konstruksi khususnya tentu sekarang ini banyak sekali
perkembangan pembangunan seperti bangunan pabrik, apartemen, pabrik,
perumahan dan lain nya yang ada di sekitar kita, tentunya kita pasti
merasakan dampak baik dan buruk nya dari pembangunan tersebut.
Mengingat besarnya kerugian yang disebabkan oleh kebakaran serta
terbatasnya kemampuan peralatan pencegahan dan penanggulangan
kebakaran yang dimiliki oleh Dinas Pemadam Kebakaran (DPK) atau
Pemerintah Daerah.
Berdasarkan KEPMEN PU Nomor 10/KPTS/2000 tentang
ketentuan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan
gedung dan lingkungan. Maka diperlukan perencanaan dan perancangan
instalasi pemadam kebakaran yang dirancang mengacu pada Standar
Nasional Indonesia (SNI) dan diharapkan dapat memberikan keamanan,
keselamatan dan kenyamanan bagi pengguna bangunan.
Salah satu dari keadaan bahaya tersebut adalah kebakaran.
Kebakaaran adalah suatu bencana yang waktu kejadiannya tidak dapat
diduga (unpredictable). Sumber penyebab kebakaran kebanyakan berawal
dari kelalaian manusia, namun faktor alampun juga dapat menyebabkan
terjadinya bencana kebakaran. Sebagai suatu bencana yang tidak dapat
diduga, kita sebagai manusia hanya bisa mencegahnya apabila usaha
pencegahan telah dilakukan, akan tetapi kebakaran masih saja terjadi tidak
ada yang bisa kita lakukan kecuali memadamkannya. Upaya memadamkan
api ini dapat dilakukan dengan bantuan alat atau sistem pemadam api
modern yaitu hydrant salah satunya.
Hydrant adalah sebuah alat atau sistem pemadam api yang terdiri
dari selang nozzle, coupling, dan sistem perpipaan yang terhubung
menjadi satu dan berfungsi untuk memadamkan kebakarn dalam skala
besar. Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam
kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang
dialirkan melalui pipa-pipa dan slang kebakaran. Hydrant biasanya
digunakan untuk memadamkan kebakaran untuk Kelas A (bahan terbakar
seperti : Kertas, Kayu, dan sebagainya).
Cara mengoperasikan hydranyt terdapat beberapa langkah. Oleh
karena itu sebagai ahli keselamatan dan kesehatan kerja, kita diharapkan
mampu memahami bagaimana prosedur pemakaian hydrant system.
Sehingga sistem tersebut dapat digunakan dengan baik dan benar agar saat
terjadi keadaan darurat dapat memberikan pertolongan semaksimal
mungkin.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapakan mampu menaplikasikan teori pemadam
kebakaran
1.2.2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu memahami tentang prosedur pemakaian
Hydrant system dan dapat memadamkan kebakaran dengan
Hydrant System.

1.3. Manfaat
1.3.1. Manfaat Subjektif
Sebagai salah satu syarat untuk dapat melakukan praktikum
sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran dengan judul
“Hydrant System” di Politekik Perkapalan Negeri Surabaya
1.3.2. Manfaat Objektif
1. Sebagai penambah pengetahuan dan wawasan mengenai
Hydrant System
2. Dapat mengaplikasikan teori penggunan Hydrant System
3. Dapat menggunakan Hydrant System secara baik dan benar
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Kebakaran
2.1.1 Klasifikasi kebakaran
Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian
kebakaran yang didasarkan pada jenis bahan bakarnya.
Pengklasifikasian kebakaran ini bertujuan untuk memudahkan usaha
pencegahan dan pemadaman kebakaran (Soehatman Ramli,2010).
Menurut NFPA (National Fire Protection Association),
kebakaran dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yaitu:
1. Kelas A
Kebakaran pada kelas A adalah kebakaranpada benda padat yang
mudah terbakar dan menimbulkan arang/karbon.
Misalnya : kertas, kayu, tekstil, plastik, karet, busa, dan lain-lain
yang sejenis dengan itu. Aplikasi media pemadam yang cocok
adalah bahan jenis basah yaitu air. Karena prinsip kerja air dalam
memadamkan api adalah menyerap kalor atau panas dan menembus
sampai bagian yang dalam
2. Kelas B
Kelas ini adalah kebakaran yang terjadi pada benda cair dan gas
yang mudah terbakar.
Misalnya: bensin, aspal, minyak, alkohol, gas LPG, dan lain-lain
yang sejenis dengan itu. Aplikasi media pemadam yang cocok
untuk bahan cair adalah jenis busa. Prinsip kerja busa dalam
memadamkan api adalah menutup permukaan cairan yang
mengapung pada permukaan. Aplikasi media pemadam yang cocok
untuk bahan gas adalah jenis bahan pemadam yang bekerja atas
dasar substitusi oksigen dan atau memutuskan reaksi berantai yaitu
jenis tepung kimia kering atau CO2.
3. Kelas C
Kebakaran kelas C ini, terjadi pada benda yang menghasilkan
listrik atau yang mengandung unsur listrik.
Misalnya : peralatan rumah tangga, trafo, komputer, televisi, radio,
panel listrik, transmisi listrik dan lain-lain. Aplikasi media
pemadam yang cocok untuk kelas C adalah jenis bahan kering yaitu
tepung kimia atau CO2.
4. Kelas D
Pada prinsipnya semua bahan dapat terbakar tak terkecuali benda
dari jenis logam, tergantung pada nilai titik nyalanya, hanya saja.
Misalnya: potassium, sodium, aluminum, magnesium, calcium,
zinc, dan lain-lain.

Bahan pemadam untuk kebakaran logam tidak dapat


menggunakan air dan bahan pemadam seperti pada umumnya. Karena
hal tersebut justru dapat menimbulkan bahaya. Maka harus dirancang
secara khusus media pemadam yang prinsip kerjanya adalah menutup
permukaan bahan yang terbakar dengan cara menimbun. Diperlukan
pemadam kebakaran khusus (misal, Metal-X, foam) untuk
memadamkan kebakaran jenis ini.

2.1.2 Teknik Pemdaman Kebakaran


Memadamkan kebakaran adalah suatu teknik menghentikan
reaksi pembakaran/nyala api. Memadamkan kebakaran dapat
dilakukan dengan prinsip menghilangkan salah satu atau beberapa
unsur dalam proses nyala api. Pembakaran yang menghasilkan nyala
api bisa dipadamkan dengan menurunkan temperatur (cooling),
membatasi oksigen (dilution), menghilangkan atau memindahkan
bahan bakar (starvation), dan memutuskan reaksi rantai api
(Soehatman Ramli, 2010). Teknik pemadaman dilakukan dengan
media yang sesuai dengan prinsip-prinsip pemadaman tersebut.
2.2. Hydrant System
Menurut KEPMEN PU Nomor 10/KPTS/2000 Hidran adalah alat yang
dilengkapi dengan slang dan mulut pancar (nozzle) untuk mengalirkan air
bertekanan, yang digunakan bagi keperluan pemadaman kebakaran.

2.3. Klasifikasi Hydrant System


2.3.1. Berdasarkan letaknya dan jenisnya, hydrant system dibedakan menjadi
dua, yaitu:
a. Hydrant Gedung
Hydrant gedung atau biasa disebut dengan hydrant box adalah
suatu sistem pencegah kebakaran yang menggunakan pasokan air
dan dipasang di dalam bangunan atau gedung. Hydrant box
biasanya dipasang menempel di dinding dan menggunakan pipa
tegak (stand pipe) untuk menghubungkan dengan pipa dalam tanah
khusus kebakaran.

Gambar 2.1 Hydrant Gedung


Sumber :
www.bromindo.comportfoliofire-hydrant-box

b. Hydrant Halaman
Hydrant halaman atau biasa disebut dengan hydrant pilar, adalah
suatu sistem pencegah kebakaran yang membutuhkan pasokan air
dan dipasang di luar bangunan. Hydrant ini biasanya digunakan
oleh mobil PMK untuk mengambil air jika kekurangan dalam
tangka mobil. Jadi hydrant pilar ini diletakkan di sepanjang jalan
akses mobil PMK.

Gambar 2.2 Hydrant

Sumber
:https://logamceper.com/hydrant-pemadam-kebakaran/

2.3.2. Berdasarkan besar ukuran pipa hydrant yang dipakai, hydrant system
dibedakan menjadi:
a. Hydrant kelas I adalah suatu hydrant yang menggunakan ukuran
slang 6,25 cm (2,5 inch).

Gambar 2.3 Selang 2.5 inch

Sumber :
https://patigeni.com/selang-pemadam-kebakaran/
b. Hydrant kelas II adalah suatu hydrant yang menggunakan ukuran
slang 3,75 cm (1,5inch)

Gambar 2.4 Selang 2.5 inch

Sumber :
https://www.bromindo.com/portfolio/selang-pemadam-kebakaran-hooseki/

c. Hydrant kelas III adalah suatu hydrant yang menggunakan ukuran


sistem gabungan kelas I dan kelas II.

2.3.3. Berdasarkan kondisi pipa, sistem instalasi hydrant dibagi menjadi dua
macam, yaitu :
a. Sistem instalasi hydrant kering adalah suatu sistem hydrant yang
pipa- pipanya tidakberisi air, dan akan berisi air jika hydrant
tersebut digunakan.
b. Sistem instalasi hydrant basah ialah suatu sistem hydrant yang
pipa- pipanya selalu berisi air.

2.4. Koponen pada System Hydrant


2.4.1. Hydrant Box
Bagian peralatan dari sitem hydrant yang berisi keran, selang dan
nozzle. Hydrant box ini dapat dibagi menjadi 2 yaitu berupa Indoor
Hydrant (terletak didalam gedung) dan Outdoor Hydrant (terletak
diluar gedung). Pemasangan Hydrant Box biasanya disesuaikan
dengan kebutuhan dan luas ukuran ruangan serta luas gedung. Tetapi
untuk ukuran minimalnya diharuskan pada tiap lantai terdapat
minimal 1 buah dan begitu pula untuk yan diluar gedung. Untuk
pemasangan Hydrant Box di dalam ruangan pada bagian atasnya
(menempel pada dinding) harus disertai pemasangan alarm bel. Pada
Hydrant Box terdapat gulungan selang atau lebih dikenal dengan Hose
Reel.

Gambar 2.5 Hydrant Box

Sumber :
https://firehydrant.id/hydrant-box-indoor/
2.4.2. Pilar Hyrant
Bagian peralatan dari instalasi pipa hydrant yang terletak diluar
bangunan yang dapat dihubungkan dengan selang kebakaran.

Gambar 2.6 Pilar Hydrant

Sumber
:https://logamceper.com/hydrant-pemadam-kebakaran/

2.4.3. Siamese Connection


Bagian peralatan dari instalasi pipa hydrant yang terletak diluar
bangunan dan digunakan untuk mensuplai air dari mobil kebakaran
untuk disalurkan ke dalam system instalasi pipa pencegahan dan
penanggulangan kebakaran yang terpasang didalam gedung yang
selanjutnya dipancarkan melalui sprinkler-sprinkler dan hydrant box
di dalam gedung. Alat ini diletakkan pada bagian luar gedung yang
jumlahnya serta peletakannya disesauikan dengan luas dan kebutuhan
gedung itu sendiri.

Gambar 2.7 Siamese


Connection
Sumber : http://www.fppi.com/categories/standpipe-equipment/fire-
department-connections/

2.4.4. Nozzle
Suatu alat penyemprot yang terletak pada bagian ujung dari selang
yang digunakan untuk pengaturan pengeluaran air. Nozzle memiliki 2
tipe yaitu jet (fix nozzle) dan nozzle kombinasi. Jenis jet dapat
digunakan untuk semprotan jarak jauh, sedangkan nozzle kombinasi
dapat diatur dengan bentuk jenis pancaran lurus atau spray.
Gambar 2.8 Nozzle
Sumber : https://www.bromindo.com/portfolio/hydrant-nozzle-variable/
2.4.5. Selang Hydrant
Alat yang digunakan untuk mengalirkan air yang bersifat flexible.
Selang pemadam kebakaran dibuat secara khusus sesuai dengan
fungsi yang diperlukan yaitu dari kanvas, polyster dan karet. Sifat
slang umumnya yaitu: harus kuat menahan tekanan air yang tinggi,
tahan gesekan, tahan pengaruh zat kimia, mempunyai sifat yang kuat,
ringan dan elastis, panjang selang air 30 m dengan ukuran 1,5 inch s/d
2,5 inch.

Gambar 2.9 Selang Hydrant

Sumber : https://patigeni.com/selang-pemadam-kebakaran/

2.5. Sistem Persediaan Air


Berikut ini merupakan sistem persediaan air untuk sistem hydrant
(hydrant system) adalah sebagai berikut:
1. Sumber air untuk memasok kebutuhan sistem hydrant kebakaran dapat
berasal dari PAM, sumur dalam ( artesis ) atau kedua-duanya.
2. Volume Reservoir, sesuai yang diatur dengan ketentuan yang berlaku,
harus diperkirakan berdasarkan waktu pemakaian yang disesuaikan
dengan Klasifikasi Ancaman Bahaya Kebakaran bagi bangunan yang
diproteksi.
3. Berdasarkan ancaman bahaya kebakaran, maka banyaknya dapat
digunakan untuk lama waktu seperti ditentukan sebagai berikut :
 Kelas Ancaman Bahaya Kebakaran Ringan : 45 menit
 Kelas Ancaman Bahaya Kebakaran Sedang : 60 menit
 Kelas Ancaman Bahaya Kebakaran Berat : 90 menit
4. Bak Penampungan (reservoir) untuk persediaan air pada sistem hydrant
dapat berupa reservoir bawah tanah (ground tank), tangki bertekanan
(presure tank) atau reservoir atas (gravity tank).

2.6. Pompa Hydrant


Pompa-pompa yang terpasang dalam sistem hydrant kebakaran
merupakan perangkat alat yang berfungsi untuk memindahkan air dari bak
penampungan (reservoir) ke ujung pengeluaran (pipa pemancar atau nozzle).
Pompa-pompa pada sistem hydrant ini sekurang-kurangnya terdiri atas 1 unit
Pompa Jockey, 1 unit Pompa Utama dengan sumber daya listrik dan
generator serta 1 unit Pompa Cadangan dengan sumber daya motor diesel.
Berikut ini pompa–pompa yang terdapat pada hydrant :
1. Pompa Jockey
Pompa Jockey berfungsi untuk mempertahankan tekanan statis
didalam jaringan sistem hydrant. Pada saat terjadi pengeluaran kecil
sejumlah air di dalam jaringan pompa jockey ini akan bekerja guna
mengembalikan tekanan keposisi semula. Karenanya sekaligus pompa
jockey juga akan berfungsi untuk memantau kebocoran-kebocoran pada
jaringan sistem hydrant. Operasi kerja pompa jockey didesain untuk
hidup (start) secara otomatis pada saat salah satu katup pengeluaran
dibuka atau terjadi kebocoran pada jaringan dan akan berhenti bekerja
(stop) secara otomatis pada saat katup bukaan ditutup.
2. Pompa Utama
Pompa utama ini berfungsi sebagai penggerak utama bekerjanya
sistem hydrant. Pompa utama akan bekerja setelah kapasitas maksimal
pompa jockey terlampaui. Operasi kerja pompa utama didesain untuk
hidup (start) secara otomatis dan berhenti bekerja (stop) secara manual,
melalui tombol reset pada panel pompa kebakaran.
3. Pompa Cadangan
Pompa cadangan berfungsi sebagai penggerak cadangan dari
sistem hydrant, yang titik start bekerjanya setelah pompa utama. Pompa
ini meskipun berfungsi sebagai cadangan, namun tetap dalam kondisi
“siaga operasi”. Dalam kondisi seperti ini pompa cadangan akan bekerja
secara otomatis pada saat kapasitas maksimal pompa utama terlampaui,
atau mengalami kerusakan atau pada saat sumber daya utama ( PLN )
padam. Sama halnya dengan pompa utama, operasi kerja pompa
cadangan didisain untuk hidup ( start ) secara otomatis dan berhenti
bekerja ( stop ) secara manual.

2.7. Sistem Perpipaan Hydrant


Berikut ini merupakan rangkaian jaringan pemipaan pada sistem hydrant
terdiri atas :
a. Pipa Hisap (suction)
Pipa hisap ialah hydrant yang dilengkapi dengan selang berdiameter 2,5”
yang penggunaannya diperuntukan secara khusus bagi petugas pemadam
kebakaran atau orang yang telah terlatih.
b. Pipa Penyalur
Pipa Penyalur adalah pipa yang terentang dari pipa peader sampai ke pipa
tegak atau ke hydrant halaman. Diamater pipa bervariasi antara 4, 6 dan 8
inchi sesuai dengan besar kecilnya sistem hydrant yang dipasang
c. Pipa Header
Pipa Header dapat dikatakan sebagai pipa antara yang ukuran
diameternya biasanya lebih besar dari pipa lainnya di dalam rangkaian
sistem hydrant. Pipa ini merupakan tempat bertemunya pipa pengeluaran
(discharge) dari pompa jockey, pompa utama maupun pompa cadangan
sebelum kemudian ke pipa penyalur. Diameter pipa header ini bervariasi
antara 6, 8 dan 10 inci, tergantung dari besar kecilnya sistem hydrant
yang dipasang. Dari pipa header ini, selain berhubungan dengan pipa
penyalur, biasanya dihubungkan juga dengan pipa-pipa yang menuju ke
tangki bertekanan (pressure tank), tangki pemancing (priming tank),
sirkulasi atau by pass ke reservoir (safety valve), pressure switch dan ke
manometer indikasi tekanan kerja pompa.
d. Pipa Tegak ( Riser )
Pipa Tegak adalah pipa yang dipasang vertical dari lantai terbawah
sampai dengan lantai teratas bangunan yang dihubungkan dari pipa
penyalur. Diameter pipa bervariasi antara 3, 4 dan 6 inchi sesuai dengan
besar kecilnya sistem hydrant yang dipasang
e. Pipa Cabang Pipa Cabang adalah pipa yang dihubungkan dari pipa tegak
sampai ke titik pengeluaran (outlet) hydrant pada lantai-lantai bangunan.
Diameter pipa bervariasi antara 3 dan 4 inchi.

2.8. Posisi Tim Pemadam Kebakaran


Dalam tim pemadam kebakaran pada saat mengoperasikan hydrant setiap
orang mempunyai peran dan tugas masing-masing, yaitu sebagai berikut :
Tugas
No Jabatan Persiapan Pemadaman
Pembenahan
Pemadaman Kebakaran
1 Kepala Regu Membawa  Memimpin  Membawa/
Nozzle dan regunya mengumpulkan
connecting  Mengecek nozzle dan
cabang persiapan connecting cabang
pemadaman  Membantu
 Memerintahkan membenahi
membuka dan kembali
menutup hydrant
2 Operator Membawa  Memasang selang  Melepaskan selang
pompa/hydran kunci hydrant ke hydrant/pompa dari
t dan membuka  Membuka hydrant/pompa
tutup hydrant /menutup  Mengumpulkan
kerangan hydrant kunci hydrant
 Menutup kembali
tutup hydrant
3 Nozzle man Membawa  Menggelar selang  Melepas nozzle
selang 1.5 1.5 in  Mengosongkan
inch  Memasang nozzle selang
 Melaksanakan  Menggulung
pemadaman selang
4 Helper Membawa  Menelar selan 2.5  Melepas
selan 2.5 inch inch connection cabang
 Menyambung  Mengosongkan
selang 2.5 inch selang
dan 1.5 inch  Menggulung seang
dengan 2.5 inch
connecting cabang
 Meneruskan
perintah kepala
regu
 Melaksanakan
pemadaman

2.9. Prosedur Kerja Pemadaman Kebakaran Hydrant System


2.9.1. Langkah Persiapan
a. Setiap regu akan dipanggil oleh instruktur untuk tampil di lapangan
pada lokasi yang telah ditentukan guna melakukan persiapan
pemadaman kebakaran (beregu) dengan berbaris sesuai aba-aba.
b. Setelah selesai penghormatan kepada instruktur maka kepala regu
segera laporan sebagai berikut: “lapor, regu….(dengan
menyebutkan nama atau nomor regu), jumlah 6 orang dengan
peralatan lengkap siap melaksanakan pemadaman kebakaran.
c. Kemudian instruktur memberikan aba-aba “kerjakan”.
d. Begitu aba-aba dari instruktur selesai, semua anggota regu secara
serempak mengulangi perintah instruktur “kerjakan” dan langsung
bertindak
2.9.2. Langkah Pemadaman
a. Susunan dan tugas anggota regu tertera pada tabel pembagian regu
dan tugas.
b. Setelah api berhasil dipadamkan, setiap anggota melakukan
pembenahan peralatan.
c. Selesai pembenahan regu pemadam kebakaran segera berbaris
seperti semula dan kepala regu pasukan penanggulangan kebakaran
segera lapor sebagai berikut: “regu…(dengan menyebut nama atau
nomor regu) telah selesai memadamkan kebakaran, anggota
selamat, api padam, peralatan lengkap, laporan selesai”.
d. Instruktur memberikan aba-aba “bubarkan” dan kepala regu
menjawab “bubarkan” diteruskan memimpin penghormatan kepada
instruktur dan selesai instruktur membalas maka regu pasukan
pemadam kebakaran bisa dibubarkan.
2.9.3. Posisi Pemadaman
a. Posisi memegang selang, pada saat mulai memegang nozzle
bertekanan, kuda-kuda dan cara memegang nozzle harus mantap.
b. Membuka dan menutup nozzle, arah harus keatas dengan kuda-
kuda yang baik.
c. Sebelum merubah bentuk spray menjadi jet, perhatikan dahulu
kuda-kudanya (harus mantap).
d. Jika tidak kuat menahan tarikan selang ( jet effect ), janganlah
nozzle itu dilepaskan, tetapi rendahkan badan ( untuk mengurangi
tarikan tersebut).
e. Jika waktu memegang nozzle bertekanan, ternyata tidak kuat dan
jatuh, jatuhkan bersama-sama nozzle tersebut ( nozzle jangan
dilepaskan )
2.10. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Hydrant System
a. Perhitungan Hydraulic Calculation yaitu perhitungan untuk menentukan
kapasitas pompa yang dibutuhkan dalam mensuplai air sesuai dengan
design yang ditentukan.
b. Supply air harus mencukupi (NFPA = 30 Menit, Indonesia = 90 Menit)
c. Pompa Hydrant harus mempunyai Jokey pump untuk menjaga tekanan
selalu ada dalam pipa, dan pompa utama memakai rangkaian automatis
bila tekanan turun, pompa utama akan jalan secara automatis
d. Back up engine pump, bila terjadi kebakaran dan listrik padam

2.11. Perawatan Hydrant System


a. Kunci hydrant (wrench), nozzle, dan selang (hose) harus dirawat dan
disimpan dalam Hydrant Box.
b. Selang pemadam harus diperiksa secara visual minimal sekali dalam
sebulan.
c. Nozzle harus diperiksa untuk mengetahui apakah mudah dioperasikan,
retak atau korosi.
d. Selesai digunakan selang harus dikosongkan dan dikeringkan sebelum
disimpan dalam box.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Peralatan
Instalasi Hydrant
3.2. Diagram Alir Langkah-Langkah Kerja

Mulai

Langkah Persiapan, yaitu menyiapkan


perlengkapan dan mengatur posisi dalam satu
kelompok.

Langkah pemadaman, yaitu dengan


memperhatikan posisi memegang selang,
membuka/menutup dan mengarahkan
nozzle pada sumber kebakaran

α
Langkah penggulungan selang setelah
pemadaman dengan membuka coupling,
menutup seluruh induk pompa,
menghilangkan tekanan dalam selang

Langkah meringkas selang dengan


meluruskan selang, mengulung selang
kearah api sumber air dengan membuka
nozzleα

Selesai

Anda mungkin juga menyukai