Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

PENGUKURAN LINGKUNGAN KERJA


HUMAN VIBRATION

KELOMPOK :4
NAMA : PRASETIYO DWI N.
NRP : 0518040034
KELAS : K3-4B

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari tentu kita menggunakan peralatan untuk
beraktivitas. Di dalam peralatan tersebut pasti tidak hanya mempunyai
peralatan manual saja, akan tetapi juga ada peralatan yang menggunakan mesin
motor. Aplikasi teknologi yang semakin bertambahnya penggunaan beraneka
mesin dan peralatan kerja mekanis yang digerakkan oelh motor penggerak
(waskita : 20). Mesin-mesin tersebut merupakan salah satu factor penunjang
utama pada prose produksi. Sangat banyak peralatan mekanis dan mesin yang
digunakan dalam berbagai industry antara lain industry logam, industry kayu,
pertambangan, pertanian, industry bangunan, industry angkutan dan lain-lain.
Menurut Suma’mur dalam Sumodiharjo (2016), ada dua golongan
penyebab kecelakaan kerja. Golongan pertama adalah faktor mekanis dan
lingkungan, yang meliputi segala sesuatu selain manusia. Golongan kedua
adalah manusia itu sendiri yang merupakan sebab kecelakaan. Besarnya biaya
yang dikeluarkan, maka segala upaya pencegahan kecelakaan harus dilakukan,
untuk menghindari kerugian yang lebih besar, salah satu program yang harus
ditingkatkan ialah mengupayakan peningkatan pengetahuan tentang
keselamatan, kesehatan kerja dan pencegahan kecelakaan bagi kalangan dunia
industri baik pihak pimpinan, manager, supervisor maupun tenaga kerja itu
sendiri.
Didalam peralatan dan mesin-mesin yang digunakan pasti terdapat
getaran-getaran yang ditimbulkan dan dirasakan oleh tubuh. Getaran
merupakan salah satu factor fisik yang dapat memepengaruhi pekerja bilamana
oekerja dengan alat yang digunakan (Inriyatoko:2016) dan intensitas getaran
mekanis adalah bentuk dari energi mekanis yang dihasilkan oleh mesin ata alat-
alat mekanis yang digerakkan
Getaran dapat mempengaruhi semua alat dalam badan, mulai dari
tangan, badan, kaki, kepala, mata, dan lain-lain. Dari semua alat badan, mata
yang paling banyak dipengaruhi oleh getaran makanis. Pada intensitas sampai
dengan 4 Hz, mata masih dapat mengikuti getaran-getaran antara kepala dan
sasaran, sedangkan untuk intensitas selanjutnya, tidak dapat lagi mata
mengikutinya. Amplitudo getaran juga berpengaruh terhadap kemampuan ini.
Pada intensitas tinggi, penglihatan juga terganggu, manakala amplitudo lebih
besar dari jarak dua kali dari retina (Griffin dalam Sumodiharjo 2016).
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya merupakan salah satu sarana
Pendidikan, dimana memiliki banyak peralatan atau mesin yang digunakan
sebagai media pembelajaran seperti mesin freis, mesin bubut, mesin skrup,
mesin bor dan mesin yang lainnya yang mempunyai dampak getaran bagi
pekerja. Untuk tidak mendapatkan dampak getaran dari mesin tersebut, maka
akan dilakukan pengukuran getaran pada peralatan atau mesin untuk
mengetahui nilai ambang batas.

1.2 Tujuan
1. Dapat mengaplikasikan teori keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Mampu memahami kecepatan getaran (velocity), percepatan
(acceleration), dan perubahan vector (displacement).
3. Mampu melakukan pengukuran getaran mekanis dengan menggunakan
vibration meter.
4. Mahasiswa diharapkan mampu membaca spektrum getaran dari hasil
pengukuran.
1.3 Ruang Lingkup
a. Tempat : Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
b. Waktu : -
c. Alat : Hand Arm Vibration Meter
d. Praktikan :
- Prasetiyo Dwi N (0518040034)
- Gans Gegana S. (0518040050)
- Gilang Armanda P. (0518040051)
- Praiesska Wenny M (0518040055)
- Nabiilah Azzah (0518040057)
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Pengertian Getaran
Menurut SNI 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas iklim kerja
(panas), kebisingan, getaran tangan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu di
tempat kerja, Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media
dengan arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangannya. Intensitas getaran
mekanis adalah bentuk dari energi mekanis yang dihasilkan oleh mesin atau
alat mekanis yang digerakkan oleh motor.

2.2. Jenis Getaran


Getaran mekanis dibedakan menjadi dua, yaitu getaran seluruh badan dan
getaran mekanis kepada lengan.
a) Getaran Seluruh Badan (whole body vibration)
Getaran seluruh badan (whole body vibration) disalurkan ke seluruh
tubuh dari dasar mesin atau bagian mesin yang bergetar melalui lantai
kemudian ke kaki atau pantat. Sehingga tenaga kerja yang terpapar
biasanya pada posisi atau sikap kerja berdiri atau duduk.
Sebenarnya hanya getaran dari tempat duduk dan topangan kaki
yang penting, karena diteruskan ke badan. Tergantung dari sifat
peredaman bantal duduk atau pijakan kaki, getaran-getaran yang sama
dengan getaran alami dari tempat duduk atau kaki akan diperbesar atau
tidak. Jika peredaman kurang baik terjadilah resonansi yang mungkin
beberapa kali memperbesar getaran tersebut.
b) Getaran Mekanis Kepada Lengan (Tool hand vibration).
Alat-alat yang pada waktu kerjanya bergetar dan mengakibatkan
getaran-getaran terdapat banyak dalam perusahaan. Getaran ini
dihantarkan ke dalam tubuh secara lokal melalui tangan dan lengan atau
melalui kaki. Namun yang sering dijumpai melalui tangan dan lengan,
sehingga dapat getaran tangan lengan. Frekuensi yang dihasilkan
biasanya antara 80-500 Hz.
Getaran berbahaya pada pekerjaan :
 Supir bajaj
 Operator mesin blasting
 Tukang potong rumput
 Gerinda
 Penempa palu
Efek yang timbul tergantung kepada jaringan manusia seperti (Nastiti
dalam Sucofindo : 2002)
a) 3 - 6 Hz untuk bagian thorax (dada dan perut)
b) 20 – 30 Hz utnuk bagian kepala
c) 100 – 150 Hz untuk rahang
Disamping rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh goyangan organ
seperti ini, menurut beberapa penelitian telah dilaporkan efek jangka
lama yang menimbulkan arteoartitis tulang belakang.

2.1.
2.2.
2.3 Nilai Ambang Batas (NAB) Getaran
Menurut PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LINGKUNGAN KERJA.
Nilai Ambang Batas Getaran adalah seperti pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Getaran Untuk Pemaparan Lengan Dan
Tangan
Sumber : (Permanker 5 Tahun 2018)

Tabel 2.2 Nilai Ambang Batas Getaran Untuk Pemaparan Seluruh Badan.

Sumber : (Permanker 5 Tahun 2018)

Menurut SNI 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas iklim kerja


(panas), kebisingan, getaran tangan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu di
tempat kerja,.Nilai Ambang Batas getaran untuk pemaparan tangan-lengan
dengan parameter percepatan pada sumbu yang dominan: 4 m/det2 atau
0,40 Grav. Adapun Pengendalian getaran tangan-lengan dilakukan dengan
mengatur waktu kerja sehubungan dengan tingkat paparan getaran tangan-
lengan, seperti pada Tabel dibawah ini :

Tabel 2.3 Pengendalian getaran tangan-lenga

Sumber : SNI 16-7063-2004

Menurut PERMENKES NO. 70 TAHUN 2016 STANDAR DAN


PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA INDUSTRI. Nilai
Ambang Batas Pajanan Getaran Tangan dan Lengan seperti pada tabel
dibawah ini :
Tabel 2.4 Nilai Ambang Batas Pajanan Getaran Tangan dan Lengan

Sumber : Permenkes No. 70 Tahun 2016

Nilai Ambang Batas untuk durasi pajanan getaran tangan dan lengan
selain yang tercantum pada Tabel 2.4, dapat dihitung dengan rumus:

Keterangan :
t = durasi pajanan dalam jam
a = nilai hasil pengukuran akselerasi getaran tangan dan lengan
(meter/detik2)

Adapun Nilai Ambang Batas Pajanan Getaran Seluruh Tubuh untuk Aksis x,
y, z seperti pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.5 Nilai Ambang Batas Pajanan Getaran Seluruh Tubuh untuk Aksis x,
y, z

2.4 Faktor – faktor yang mempengaruhi getaran mekanis


Faktor-faktor yang dapat di evaluasi atau di analisa dari getaran
mekanis yakni sebagai berikut :
1. Velocity adalah kecepatan, dalam hal ini yang dimaksudkan adalah nilai
kecepatan getaran (frekuensi getaran) pada suatu mesin /alat tiap satuan
jarak (meter) per detiknya (m/s).
2. Acceleration adalah percepatan. Yang dimaksud adalah percepatan
benda,mesin atau suatu alat melakukan suatu gerakan (getaran mekanis)
tiap satuan jarak (meter) per detik kuadrat (m/s2).
3. Displacement adalah pergeseran atau perpindahan letak yang dialami oleh
mesin atau alat yang diakibatkan oleh adanya getaran pada alat tersebut
tiap millimeter (mm).
2.5 Assesment diagram for vibration
Assesment diagram for vibration memiliki 3 probabilitas yang akan
mungkin terbaca yakni “Damage Probable”, “Recommended”, dan “daerah
antara”. Apabila luasan bidang atau area masuk pada daerah damage
probable maka peralatan harus diganti karena paparan getaran sudah melebihi
batas. Apabila luasan bidang masuk pada recommended maka peralatan
masih dalam batas aman dan masih bisa digunakan. Apabila luasan bidang
atau area tergolong dalam daerah antara, maka ada kemungkinan alat tersebut
bermasalah, jadi lebih baik dilakukan pengecekan lebih lanjut untuk
mengambil tindakan apakah mesin tersebut masih layak pakai atau beresiko
mengalami kerusakan.
Sebelum pengidentifikasian kemungkinan kerusakan pada peralatan
kerja yang terpapar getaran mekanis dengan menggunakanassesment diagram
for vibration, terlebih dahulu dilakukan pengambilan data oleh vibration
meter. Pengidentifikasian dilakukan dengan membaca “Assesment Diagram
for Vibration”. Pembacaan dilakukan dengan menghubungkan tiap-tiap
variabel yang didapat pada pengukuran (acceleration, displacement, velocity,
frecuency) dalam sebuah garis lurus yang saling berhubungan.
Pada Assesment Diagram for Vibration, acceleration (percepatan)
dengan satuan mm/s2 ditandai dengan garis diagonal (\), displacement
(perpindahan/pergeseran) dengan satuan mm ditandai dengan garis diagonal
(/), velocity (kecepatan) dengan satuan mm/s ditandai dengan garis horizontal
(-), frecuency (frekuensi) dapat ditemukan pada name plate mesin yang akan
diukur dengan satuan Hz ditandai dengan garis vertikal (l), dengan
menghubungkan pertemuan antar titik dari keempat garis tersebut didapatkan
luasan daerah yang nantinya akan diidentifikasi terletak di daerah manakah
luasan daerah itu, kemudian ditentukan apakah peralatan tersebut masih layak
digunakan atau dalam kondisi rusak. Diagram perkiraan getaran bisa dilihat
pada gambar berikut ini.:
Gambar 2.1 Assesment Diagram for Vibration

sumber : www.gl-group.com/pdf/GL_Ship_Vibration_09.pdf, 2012


2.6 Alat Ukur
Ada beberapa alat standar yang biasanya digunakan dalam suatu
pengukuran getaran antara lain :
a) Vibration meter
Vibration meter biasanya berbentuk kecil dan ringan sehingga
mudah dibawah dan dioperasikan dengan battery serta dapat mengambil
data getaran pada suatu mesin dengan cepat. Pada umumnya terdiri dari
sebuah probe, kabel, dan meter untuk menampilkan nilai getaran. Alat ini
juga dilengkapi dengan switch selector untuk memilih parameter getaran
yang akan diukur.
b) Vibration Analyzer
Alat ini mempunyai kemampuan untuk mengukur amplitude dan
frekuensi getaran yang akan dianalisa. Karena biasanya sebuah mesin
mempunyai lebih dari satu frekuensi getaran yang ditimbulkan, frekuensi
getaran yang timbul tersebut akan sesuai dengan kerusakan yang terjadi
padamesin tersebut. Alat ini biasanya dilengkapi dengan meter untuk
membaca amplitudo getaran yang biasanya juga menyediakan beberapa
pilihan skala. Alat ini juga memberikan informasi mengenai data spektrum
dari getaran yangterjadi, yaitu data amplitudo terhadap frekuensinya, data
ini sangat berguna untuk analisa kerusakan suatu mesin. Dalam
pengoperasiannya vibration analyzer ini membutuhkan seorang operator
yang sedikit mengerti menganalisa vibrasi.
c) Shock Pulse Meter
Shock pulse meter adalah alat yang khusu untuk memonitoring
kondisi antifrication bearing yang biasanya sulit dideteksi dengan
metodeanalisa getaran yangkonvensional. Prinsip kerja dari shock pulse
meter ini adalah mengukur gelombang kejut akibat terjadi gaya impact
pada suatu benda, intensitas gelombang kejut itulah yang mengindikasikan
besarnya kerusakan dari bearing tersebut. Pada system SPM ini biasanya
memakai tranduser piezo-electric yang telah dibuat sedemikian rupa
sehungga mempunyai frekuensi resonansi sekitar 32 KHz. Dengan
menggunakan probe tersebut maka SPM ini daapt mengurangi epengaruh
getaran terhadap pemngukuran besarnya impact yang tejadi.
d) Osciloskop
Osciloskop adalah salah satu peralatan yang berguna untuk
melengkapi data getaran yang akan dianalisa. Sebuah osciloskop dapat
memberikan sebuah informasi mengenai bentuk gelombang dari getaran
suatu mesin. Beberapa kerusakan mesin dapat di identifikasi dengan
melihat bentuk gelombang getaran yang dihasilkan, sebagai contoh,
kerusakan akibatunbalance atau missal ignment akan menghasilkan bentuk
gelombang yang spesifik, begitu juga apabila terjadi kelonggaran mekanis
(mechanical looseness), oil whirl atau kerusakan pada anti friction bearing
dapatmenghasilkan gelombang dengan bentuk-bentuk tertentu. Pemilihan
dari tipe instrumen-instrumen tersebut bergantung pada kemampuan dari
instrumen itu terhadap tujuan kita melakukan pengukuran dan persyaratan
personal yang menggunakannya.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat
1. Vibration Meter
2. Stabillo dan penggaris
3.2 Langkah Kerja
Mulai

Menentukan tempat yang akan dilakukan


pengukuran getaran

Mempersiapkan alat ukur yang akan


digunakan (vibration meter)

Menentukan Mesin apa saja yang akan


dilakukan pengukuran

Melakukan pengukuran dengan alat ukur


(vibration meter)

Mencatat hasil pengukuran dari setiap mesin

Membuat gambaran Assesment diagram for


vibration bedasarkan hasil pengukuran

Melakukan analisis dan pembahasan serta


menyimpulkan hasil praktikum yang telah
dilakukan

Selesai
3.3 Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum ini adalah :
1. Memasang tranducer pada tempat yang telah ditentukan.
2. Menyalakan vibration meter dengan menekan tombol φ
3. Melihat battery status. Jika menunjukkan 100% berarti kondisi
baterai masih penuh.
4. Mengatur jam dan tanggal pada system untuk menyesuaikan
dengan waktu. Ketika pengukuran selesai hasilnya dapat dilihat
dengan tampilan waktu pengukuran.
5. Mengukur display mode dengan memilih tipe display yang
diiginkan dengan cara display OK atau masuk ke dalam system.
Untuk praktikum ini menggunakan Special Display.
6. Menekan tombol MEAS untuk memulai pengukuran dan
untuk mengakhiri pengukuran.
7. Melepas dari main body dan simpan tranducer pada tempat
penyimpanan jika pengukuran telah selesai.
Cara mengoperasikan menu :
1. Untuk memindahkan cursor menggunakan 2,8 untuk naik dan
turun, 4,6 untuk ke kanan dan kiri ( untuk memindahkan menu ).
2. Untuk memindahkan point number tekan tombol 2 untuk naik dan
8 untuk turun.
3. Tombol OK berfungsi sebagai enter dan C untuk cancel.
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa Data
Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan didapatkan data sebagai berikut:
Umu Berat Kondisi Kondisi
No Nama L/P Kegiatan Alat Durasi Letak Paparan
r Badan Alat Pekerja
Mengelas Puasa
Las 240
1 Dimas L 18 th 70 kg OAW posisi Baik Tangan/Lengan (Belum
OAW menit
duduk makan)
Mengelas Puasa
Las 360
2 Dini P 18 th 50 kg SMAW Baik Tangan/Lengan (Belum
SMAW menit
posisi duduk makan)
Menggerinda Puasa
Gerinda 120
3 Benny L 20 th 55 kg benda kerja Baik Tangan/Lengan (Belum
tangan menit
posisi berdiri makan)

Sedangkan hasil pengukuran yang didapatkan dari masing – masing pekerja


Pengukuran Pengukuran Pengukura
No Nama Rata - rata
1 (m/s) 2 (m/s) n 3 (m/s)
1 Dimas 5,4 5,3 5,8 5,5
2 Dini 7 6,5 7,3 6,93
3 Benny 9,8 9,6 9,1 9,5
didapatkan data sebagai berikut :

4.2 Data Praktikum


4.2.1 Data hasil pengujian ke-1
a. Data Subjek ke-1
Nama : Dimas
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Umur : 18 tahun
Berat Badan : 70 kg
Kegiatan : Mengelas OAW posisi duduk
Peralatan : Las OAW
Durasi : 240 menit
Kondisi Alat : Baik
Letak Paparan : Tangan / Lengan
Kondisi Pekerja : Puasa / Belum makan

b. Data paparan getaran yang diterima


Berdasarkan praktikum menggunakan alat Hand Arm
Vibration diperoleh hasil pengukuran dari ∑ jumlah getaran
yang diterima berdasarkan sumbu.
Pengukuran
Pengukuran2 Pengukuran3 Rata-rata
No. 1
(m/s) (m/s) (m/s)
(m/s)
1 5,4 5,3 5,8 5,5

4.2.2 Data hasil pengujian ke-2


a. Data Subjek ke-2
Nama : Dini
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 18 tahun
Berat Badan : 50 kg
Kegiatan : Mengelas SMAW posisi duduk
Peralatan : Las SMAW
Durasi : 360 menit
Kondisi Alat : Baik
Letak Paparan : Tangan / Lengan
Kondisi Pekerja : Puasa / Belum makan
b. Data paparan getaran yang diterima
Berdasarkan praktikum menggunakan alat Hand Arm
Vibration diperoleh hasil pengukuran dari ∑ jumlah getaran
yang diterima berdasarkan sumbu.
Pengukuran
Pengukuran2 Pengukuran3 Rata-rata
No. 1
(m/s) (m/s) (m/s)
(m/s)
1 7 6,5 7,3 6,93

4.2.3 Data hasil pengujian ke-3


a. Data Subjek ke-3
Nama : Benny
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Umur : 20 tahun
Berat Badan : 55 kg
Kegiatan : Menggerinda benda kerja posisi berdiri
Peralatan : Gerinda tangan
Durasi : 120 menit
Kondisi Alat : Baik
Letak Paparan : Tangan / Lengan
Kondisi Pekerja : Puasa / Belum makan
b. Data paparan getaran yang diterima
Berdasarkan praktikum menggunakan alat Hand Arm
Vibration diperoleh hasil pengukuran dari ∑ jumlah getaran
yang diterima berdasarkan sumbu.
Pengukuran
Pengukuran2 Pengukuran3 Rata-rata
No. 1
(m/s) (m/s) (m/s)
(m/s)
1 9,6 9,8 9,1 9,5

4.3 Pembahasan
Berdasarkan data dan hasil perhitungan, didapatkan hasil yang
beragam dari ketiga orang yang diamati. Pada orang pertama perolehan rata-
rata paparan getaran yang diterima sebesar 5,5 m/s2 yang bekerja selama 240
menit atau sama dengan 2 jam. Sedangkan pada orang kedua memiliki rata-
rata paparan getaran yang diterima sebesar 6,93 m/s2 dengan berdurasi kerja
selama 360 menit atau 6 jam. Kemudian untuk orang yang ketiga yang
melakukan kerja selama 120 menit atau 2 jam terpapar getaran dengan rata-
rata 9,5 m/s2. Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi hasil
perhitungan. Seperti faktor usia, jenis kelamin, berat badan, dan lain-lain .
Selain itu terdapat juga faktor dari luar tubuh yang juga dapat mempengaruhi.
Contohnya seperti kondisi tempat kerja, kondisi alat yang digunakan, dan
lainnya. Sesuai dengan standar yang berlaku yaitu Permenaker Nomor 5
Tahun 2018 untuk nilai ambang batas paparan getaran pada lengan dan
tangan, orang pertama dapat dikatakan masih dalam paparan getaran yang
aman. Karena untuk nilai ambang batas paparan getaran dalam durasi kerja 4
jam dan kurang dari 6 jam yaitu sebesar 6 m/s2. Sedangkan dalam kasus
orang pertama hanya terpapar sebesar 5,5 m/s2 saja. Oleh karenanya, orang
pertama tidak perlu diberikan rekomendasi.

Selanjutnya pada orang kedua, apabila dilihat berdasarkan standar yang


berlaku maka orang kedua terpapar getaran dalam skala yang tidak aman.
Karena pada standar, nilai ambang batas paparan getaran dalam durasi kerja 6
jam dan kurang dari 8 jam yaitu sebesar 5 m/s2. Sedangkan dalam durasi 6
jam orang kedua terpapar getaran sebesar 6,93 m/s2 sehingga melebihi nilai
ambang batas. Hal ini dapat dipengaruhi beberapa hal .Bisa dikarenakan
waktu kerja yang cepat dikarenakan segera dibutuhkannya hasil produknya
atau karena tempat dan alat yang digunakan bergantian dengan orang lain.
Selain itu ada juga faktor orang kedua yang dalam keadaan puasa, hal ini
semakin menambah ketidakamanan kondisi pekerja, sehingga jika tidak
segera diberi rekomendasi atau merubah pola yang ada maka orang kedua ini
akan mengalami penyakit akibat kerja.

Kemudian yang terakhir yaitu pada orang ketiga yang terpapar getaran
sebesar 9,5 m/s2 dengan durasi bekerja selama 2 jam ,yang juga didapatkan
hasil melebihi nilai ambang batas. Karena pada durasi kerja 2 jam dan kurang
dari 4 jam maksimal paparan getarannya sebesar 7 m/s2 saja. Maka dapat
dikatakan kasus orang ketiga ini juga tidak aman. Penyebabnya juga berbagai
macam dan tidak jauh beda dengan penyebab dari kasus orang kedua.
4.4 Rekomendasi
Dari ketiga kasus yang ada, terdapat dua kasus yang termasuk dalam
kategori tidak aman dan perlu diberikannya rekomendasi. Maka rekomendasi
yang dapat diberikan untuk memunculkan kondisi kerja yang aman adalah
sebagai berikut :
1. Jika memungkinkan, bekerja dengan alat yang berkualitas baik sehingga
dapat meminimalisir terjadinya getaran yang berlebih.
2. Jika poin 1 tidak dapat terlaksana, maka kurangi jam bekerja dengan
mengadakan shift kerja atau break time dalam bekerja, sehingga tubuh dapat
beristirahat dan tidak terpapar getaran yang berlebih. Pada kasus kedua
direkomendasikan bekerja berdurasi hanya 2 jam atau kurang dari 4 jam
sedangkan pada kasus ketiga direkomendasikan bekerja dengan durasi hanya
1 jam atau kurang dari 2 jam. Rekomendasi ini diberikan dengan mengacu
standar yang berlaku yaitu Permenaker Nomor 5 Tahun 2018.
3. Seringnya dilakukan pengecekan alat kerja secara rutin agar kualitas tetap
terjaga.
4. Selalu mengikuti SOP dengan baik dan benar agar tidak terjadi kesalahan
dalam bekerja yang mengakibatkan terpapar getaran yang lebih besar.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Cara melakukan pengukuran getaran pada tangan atau lengan yaitu dengan
menggunakan alat bernama human vibration meter yang ditempatkan pada
tangan atau lengan seorang pekerja yang sedang melakukan aktivitas dengan
sebuah mesin atau alat.
2. Penganalisaan 3 sampel untuk paparan getaran di tempat kerja yaitu dengan
cara membandingkan data praktikum dan perhitungannya dengan standar yang
ada di Permenaker Nomor 5 Tahun 2018 tentang NAB paparan getaran pada
tangan atau lengan.
3. Pada 3 sampel kasus yang telah diambil, terdapat 1 kasus yang besar nilai
paparan getarannya telah memenuhi standar dan terdapat 2 kasus yang besar
nilai paparan getarannya tidak memenuhi standar atau melebihi nilai ambang
batas dan perlu adanya rekomendasi.

5.2 Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan
adalah sebagai berikut :
1. Praktikan harus lebih bisa teliti dalam memakai dan membaca alat ukur
saat melakukan praktikum.
2. Praktikan harus bisa mengondisikan kegiatan praktikum agar tidak
mengganggu aktifitas di dalam area kerja.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi. 2004. SNI 16-7063-2004. Nilai Ambang Batas iklim kerja
(panas)

Departemen Kesehatan RI. 2016. Permenkes No. 70 Tahun 2016. Tentang


Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri

Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia. 2018. Peraturan Menteri


Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 Tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja

Sumodiharjo. 2016. Perbedaan Kelelahan Kerja Akibat Paparan Getaran


Mekanis Pada Operator Weaving dan Spinning di PT. KUSUMAHADI
SANTOSA KARANGANYAR. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta

2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.

Anda mungkin juga menyukai