Anda di halaman 1dari 90

Laporan Pratikum

Analisis Kualitas Lingkungan

OLEH:
KELOMPOK IV
Mutiara Indah Sari 70200117051
Siti Naorah Aprilia Putri 70200117052
Tri Nur Wahyuningsih B 70200117058
Qanitah Sausan Abdul Mukti 70200117112
Nur Rachmatullah Amin 70200117114
Nini Wahyuni 70200117115
Ade Nur’ Adni 70200117120

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang Maha Esa yang atas
rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan ini.
Laporan ini berjudul “Laporan Pratikum Analisis Kesehatan Lingkungan” ini
bertujuan memberikan bekal kepada pembaca mengenai berbagai macam
pengukuran dari pengukuran kualitas udara (O2, CO, CO2), Getaran, Radiasi,
Heatstress (Iklim), dan Pencahayaan, pengukuran ini kami lakukan di Kampus II
UIN Alauddin Makassar.
Selanjutnya kami tak lupa berterima kasih kepada Bapak Syahrul Basri,
SKM., M.Kes Selaku dosen mata kuliah “Analisis Kesehatan Lingkungan” yang
telah memberikan tugas ini kepada kami. Dan kami berharap dengan adanya
Laporan ini dapat membantu pembaca, mahasiswa(i), dan untuk kami sendiri
khususnya dalam memahami materi Analisis Kualitas Lingkungan.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam Laporam ini terdapat
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik dan saran yang membangun dari dosen mata kuliah dan juga teman-
teman untuk perbaikan dan penyempurnaan dalam belajar pada masa mendatang.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Samata, 16 Desember 2019

Penulis
Kelompok IV

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Dasar Teori

1. Definisi Getaran

Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu

tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang

berhubungan dengan gerak tersebut. Menteri Negara Lingkungan Hidup

dalam surat keputusannya mencantumkan bahwa getaran adalah gerakan

bolak-balik suatu massa melalui keadaan setimbang terhadap suatu titik

acuan, sedangkan yang dimaksud dengan getaran mekanik adalah getaran

yang ditimbulkan oleh sarana dan peralatan kegiatan manusia

(Kep.MENLH.No:KEP-49/MENLH/11/1996).

Getaran terjadi menyebar pada lingkungan kerja dan disalurkan

pada tubuh tenaga kerja atau benda di tempat kerja atau lingkungan kerja

pada seluruh tubuh dalam bentuk getaran mekanis yang berasal dari mesin

atau peralatan mekanis (Suma’mur, 2009). Getaran (vibrasi) adalah suatu

faktor fisik yang menjalar ke tubuh manusia, mulai dari tangan sampai

keseluruh tubuh turut bergetar (oscilation) akibat getaran peralatan

mekanis yang dipergunakan dalam tempat kerja.

2. Klasifikasi Getaran

Getaran mekanis dibedakan menjadi dua jenis yaitu:

a. Getaran pada Seluruh Tubuh (Whole Body Vibration)

Getaran seluruh tubuh biasanya dihasilkan oleh mesin industri,

pertanian, konstruksi atau peralatan transportasi yang ditransmisikan

pada seluruh tubuh. Biasanya frekuensi getaranini adalah sebesar 5-20

Hz (Emil Salim, 2002), dapat dibagi menjadi:

2
1) Getaran frekunsi rendah, misalnya peralatan transportasi darat (bus,

truk, dan kereta api.

2) Getaran frekunsi tinggi, misalnya mesin industri, alat-alat berat

(forklif, traktor, traktor roda gigi, sikap elektrik, motor gandeng,

bulldozer, peralatan transportasi udara dan laut (helikopter dan kapal

laut).

3) Syok, peralatan transportasi darat yang berjalan di jalanan yang tidak

rata/ berlubang.

b. Getaran Pada Tangan-lengan (Hand-Arm Vibration)

Getaran setempat yaitu getaran yang merambat melalui tangan akibat

pemakaian peralatatan yang bergetar, frekuensinya biasanya antara 20-

500 Hz. Hand-Arm vibration adalah paparan getaran yang dihasilkan

oleh peralatan mekanis yang ditransmisikan terlokasir pada satu segmen

tubuh. HAV biasanya pada lengan dan tangan yang melakukan kontak

langsung dengan peralatan bergetar. Getaran ini berbahaya pada

pekerjaan seperti: Supir bajarj, operator gergaji rantai, tukang potong

rumput, gerinda, penempa palu dsb.

3. Nilai Ambang Batas Getaran Mekanis

Nilai ambang batas getaran berdasarkan Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2016. Aturan tentang

nilai ambang batas getaran ini dibuat untuk menjaga kondisi pekerja dari

resiko yang ditimbulkan oleh getaran mekanis. Jenis pajanan getar yang

dapat diterima pekerja berupa getaran tangan dan lengan serta getaran

seluruh tubuh. Nilai Ambang Batas pajanan getaran pada tangan dan

lengan merupakan nilai rata-rata akselerasi pada frekuensi dominan

(meter/detik2) berdasarkan durasi pajanan 8 jam per hari kerja yang

3
mewakili kondisi dimana hampir semua pekerja terpajan getaranberulang-

ulang tanpa menimbulkan gangguan kesehatan atau penyakit. NAB

getaran tangan dan lengan untuk 8 jam kerja per hari adalah sebesar 5

meter/detik2.

Tabel Nilai Ambang Batas Getaran Tangan dan Lengan

Durasi Pajanan per Hari Kerja Nilai Akselerasi pada Frekuensi

Dominan (meter/detik2)

8 jam 5

4 jam 7

2 jam 10

1 jam 14

Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 70 Tahun 2016

Keputusan menteri ini memberikan informasi bahwa semakin besar

nilai percepatan getaran, maka waktu kerja yang diperbolehkan semakin

kecil. Pada pekerjaan normal dengan kerja 8 jam, paparan getaran dibatasi

sebesar 5 m/s2.

4. Efek Getaran Mekanis

Paparan getaran yang dihasilkan oleh peralatan mekanis ini, masuk

melalui kaki/tungkai pada orang yang bekerja berdiri dan melalui bokong

pada orang yang bekerja duduk. Resonasi jaringan di seluruh tubuh

manusia menyebabkan gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan yang

terjadi tergantung lama pejanan dan frekuensi (Hz) dan amplitudo

(m/detik²) sumber getaran.

Getaran seluruh tubuh dapat menyebabkan kelelahan, insomnia,

perut bermasalah, sakit kepala, dan bergoyang segera setelah atau selama

terpapar. Beberapa studi terhadap pengemudi bus dan truk menemukan

bahwa pemaparan vibrasi seluruh tubuh berkontribusi pada akibat terhadap

4
sirkulasi darah, usus, pencernaan, kelainan muscular, dan tulang belakang.

Getaran seluruh tubuh dapat menaikkan denyut jantung, kebutuhan

oksigen, kecepatan pernapasan, dan dapat mengakibatkan terjadinya

perubahan urin dan darah. Akan tetapi, getaran tidak berpengaruh pada

tangan tetapi dalam jangka waktu yang cukup lama akan menimbulkan

kelainan pada tangan berupa kelainan pada peredaran darah dan persarafan

HAV. Kerusakan pada persendian tulang, Phenomena Raynaud (terjadi

pada frekuensi 30-40).

Menurut Harrianto (2009), pencegahan pejanan getaran adalah

sebagai berikut:

a. Kurangi transmisi

1) Perbaikan suspensi kendaran.

2) Ubah posisi tempat duduk.

3) Pemeliharaan kendaraan yang memadai.

4) Gunakan suku cadang yang tidak menimbulkan vibrasi tambahan.

5) Hindari jalan yang tidak rata/ berlubang.

6) Tempelkan bantalan kompresi atau peralatan lain yang menimbulkan

daya pegas.

b. Kurangi akselerasi vibrasi

1) Kurangi kecepatan kendaraan.

2) Kurangi jangka waktu pejanan,dengan cara mengatur tugas kerja

secara berselang seling, rotasi tugas, dan penambahan waktu

istirahat.

c. Modifikasi tempat duduk dan posisi dispalai/ kontrol untuk mengurangi

sikap yang janggal (membungkuk, memutar batang badan), serta

menyediakan sandaran punggung pada tempat duduk.

B. Tujuan Praktikum

5
Untuk mengukur tingkat getaran pada mahasiswa yang sedang

mengendarai sepeda motor di lingkungan Kampus UIN Alauddin Makassar.

C. Waktu dan Tempat

Waktu : Rabu, 04 Desember 2019

Tempat : Gedung FKIK UIN Alauddin Makassar

D. Alat dan Bahan

1. Alat:

Vibration Meter

Sepeda motor

2. Bahan: -

E. Cara Kerja

1. Sediakan alat Vibration Meter

2. Nyalakan alat dengan menekan tombol “Power”

3. Pilih tombol reset untuk mengatur jenis getaran

yang ingin diukur

4. Tempelkan sensor ke sumber getaran

5. Tekan tombol “Run” untuk memulai pengukuran

getaran

6. Catat hasil tingkat getaran yang tertera pada

layar alat

7. Pastikan tingkat getaran dengan cara:

a. Modus (nilai yang sering muncul)

b. Median (nilai tengah)

c. Nilai rata-rata (nilai max dan min)

6
BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil Pengukuran Getaran, diperoleh sebagai berikut:

Tempat Waktu Nilai Nilai Nilai

Pengambilan Min Max Rata-Rata

(m/s2) (m/s2) (m/s2)

Parkiran FKIK

UIN Alauddin
10 00202 03680 01941
Makassar
menit

Sumber: Data Primer 2019

B. Pembahasan

Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan di Parkiran FKIK UIN

Alauddin Makassar Rabu, 04 Desember 2019 selama 10 menit, nilai minimal

getaran pada mahasiswa yang sedang mengendarai sepeda motor adalah 00202

m/s2 dan maksimal 03680 m/s2. Hal ini menunjukkan bahwa nilai getaran yang

telah dilakukan pengukuran di area parkir FKIK UIN Alauddin Makassar tidak

melebihi nilai ambang batas yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 70 tahun 2016 tentang standar dan persyaratan

kesehatan lingkungan kerja industri. Hal ini disebabkan:

1. Durasi waktu yang sangat singkat menjadi faktor nilai getaran tidak

melebihi nilai ambang batas.

2. Kecepatan pada saat mengendarai motor normal yaitu 20 km/jam.

3. Tempat dilakukannya pengukuran tidak terdapat kerusakan jalan yang parah

sehingga tidak menimbulkan getaran yang tinggi.

7
Nilai percepatan getaran dihitung dengan metode root mean square dan

digunakan sebagai kriteria untuk mengukur tingkat resiko yang disebabkan

oleh

8
getaran yang bersifat stabil dan terus menerus. Sedangkan, nilai Value Dose

Vibration (VDV) digunakan sebagai ukuran untuk mengukur getaran yang

bersifat benturan seketika.

Tingkat Resiko Terhadap Paparan Getaran (ISO 2631-1)

Tingkat Nilai Total Value Keterangan

Resiko percepatan Dose

getaran Vibration

(m/s2) (VDV)

Low < 0,45 <0,85 Paparan getaran masih di

bawah zona. Kasus

penyakit akibat kerja

belum pernah ditemui pada

nilai percepatan getaran ini.

Moderat 0,45 – 0,90 0,85 – 17 Paparan getaran berada di

e zona HGCV. Terdapat

potensi resiko kesehatan

kerja.

High > 0,90 > 17 Paparan getaran berada di

atas zona HGCV. Resiko

kesehatan kerja sering

terjadi pada tingkat ini.

8
Berdasarkan aturan standar mengenai getaran yang diakui secara

internasional yakni ISO-2631-1 menunjukkan hasil pengukuran yang telah

dilakukan tergolong rendah atau masuk dalam kategori low, karna nilai rata-

rata yang diperoleh adalah 01941 m/s2 dimana paparan getaran masih di bawah

zona sehingga kasus penyakit akibat kerja belum pernah ditemui pada nilai

percepatan getaran ini.

9
Kesimpulan

Menteri Negara Lingkungan Hidup dalam surat keputusannya

mencantumkan bahwa getaran adalah gerakan bolak-balik suatu massa melalui

keadaan setimbang terhadap suatu titik acuan, sedangkan yang dimaksud dengan

getaran mekanik adalah getaran yang ditimbulkan oleh sarana dan peralatan

kegiatan manusia (Kep.MENLH No:KEP-49/MENLH/11/1996).

Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan di Parkiran FKIK UIN

Alauddin Makassar Rabu, 04 Desember 2019 selama 10 menit, nilai minimal

getaran pada mahasiswa yang sedang mengendarai sepeda motor adalah 00202

m/s2 dan maksimal 03680 m/s2. Hal ini menunjukkan bahwa nilai getaran yang

telah dilakukan pengukuran di area parkir FKIK UIN Alauddin Makassar tidak

melebihi nilai ambang batas yang ditetapkan.

Saran

1. Mahasiswa sebaiknya melakukan praktikum dengan teliti dan serius

2. Sebaiknya alat-alat yang digunakan diperiksa terlebih dahulu sebelum

dilakukan pengukuran.

Daftar Pustaka

Emil Salim. 2002. Green Company. Jakarta : PT Astra Internasional Tbk.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.49/1996 tentang Baku Tingkat

Getaran Modul Praktikum PLK-PPNS-ITS

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2016 Tentang:

Standar Dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri

Suma’mur, 1994. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : PT.

Gunung Agung.

Suma’mur, 2009. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Sagung

Seto.

10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Dasar Teori

1. Definisi Karbondioksida

Karbon dioksida atau zat asam arang adalah sejenis senyawa kimia

yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan

sebuah atom karbon. Ia berbentuk gas pada keadaan temperatur dan tekanan

standar dan hadir di atmosfer bumi. Campuran kimia yang amat dikenal

luas, sering disebut dengan rumus kimianya CO 2. Karbon dioksida adalah

bagian dari atmosfir bumi, merupakan gas yang kita keluarkan pada saat

bernafas dan digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Karbon

Dioksida juga adalah gas yang sama bentuk cairan maupun gas, dan juga

dalam bentuk padatnya yang umumnya dikenal dengan nama dry ice (es

kering). Rata-rata konsentrasi karbon dioksida di atmosfer bumi kira-kira

350 ppm berdasarkan volume walaupun jumlah ini bisa bervariasi

tergantung pada lokasi dan waktu. Karbon dioksida adalah gas rumah kaca

yang penting karena ia menyerap gelombang inframerah dengan kuat.

Karbon dioksida dihasilkan oleh semua hewan, tumbuh-tumbuhan, fungi,

dan mikroorganisme pada proses respirasi dan digunakan oleh tumbuhan

pada proses fotosintesis. Oleh karena itu, karbon dioksida merupakan

komponen penting dalam siklus karbon. Karbon dioksida juga dihasilkan

dari hasil samping pembakaran bahan bakar fosil. Karbon dioksida

anorganik dikeluarkan dari gunung berapi dan proses geotermal lainnya

seperti pada mata air panas.

Dalam biologi, karbondioksida adalah hasil penimbunan dalam

organisme yang mendapat tenaga dari penguraian gula atau lemak dengan

12
oksigen sebagai bagian dari metabolisme mereka, dalam proses yang

dikenal sebagai pernapasan selular. Ini termasuk semua tumbuhan, hewan,

13
kebanyakan fungi dan sebagian bakteri. Dalam hewan tingkat tnggi,

karbondioksida diangkut melalui darah (di mana kebanyakan dalam hewan

berada dalam larutan) dari sel tubuh ke paru-paru di mana ia disngkirkan.

Kandungan karbondioksida dalam udara segar adalah kurang dari 1% atau

sekitar 350 ppm, dalam udara dihembus keluar sekitar 4,5%. Apabila

dihirup dalam konsentrasi tinggi sekitar 5%, akan beracun bagi manusia dan

hewan.

2. Ciri-Ciri Karbondioksida

Sifat kimia dan fisika karbondioksida adalah gas yang tidak

berwarna dan tidak berbau. Ketika dihirup pada konsentrasi yang lebih

tinggi dari konsentrasi karbon dioksida di atmosfer, ia akan terasa asam di

mulut dan di hidung dan tenggorokan. Efek ini disebabkan oleh pelarutan

gas di membran mukosa dan saliva, membentuk larutan asam karbonat

lemah. Sensasi ini juga dapat dirasakan ketika seseorang bersendawa setelah

minum air berkarbonasi (misalnya Coca Cola). Konsentrasi yang lebih besar

dari 5.000 ppm tidak baik untuk kesehatan, sedangkan konsentrasi lebih

besar dari 50.000 ppm dapat membahayakan kehidupan hewan. Berperan

dalam proses fotosintesis pada tumbuhan. Dalam berfotosintesis tumbuhan

menggunakan karbon dioksida dan air untuk menghasilkan gula dan oksigen

yang diperlukan sebagai makanannya. 

3. Manfaat karbondioksida

Beberapa manfaat dari karbondioksida yaitu untuk proses

fotosintesis, pembuatan dry ice, sumber tenaga listrik, dan sebagainya. Pada

tumbuhan karbondioksida ini sangat penting karena tanpa adanya

karbondioksida ini maka bisa dikatakan tumbuhan akan mengalami

kematian. Bisa dikatakan juga bahwa karbondioksida ini dijadikan sebagai

oksigennya para tumbuhan yang mana tanpa adanya karbondioksida maka

13
tumbuhan tidak dapat bernafas dengan baik. Bagi tanaman atau tumbuhan

ini karbondioksida memiliki fungsi yang dapat membantu kerja aktif dari

akar yang ada pada tumbuhan tersebut. Tidak hanya pada bagian akar,

karbondioksida ini juga masih memiliki fungsi dan manfaat yang akan

memengaruhi pertumbuhan tanaman ini. Dengan adanya karbondioksida ini

juga proses salinitas tanah pada tumbuhan yang biasanya terjadi akan

berkurang. Bahkan polusi udara yang biasanya akan merusak tanaman juga

akan mudah diserap oleh karbondioksida sehingga tumbuhan tidak akan

mudah mati karena gangguan polusi udara tersebut.

Proses produktivitas vetatif pada tumbuhan akan menjadi lebih baik

dengan adanya karbindioksida ini. tak ayal adanya karbondioksida ini

menjadi penolong bagi kehidupan tumbuhan pada umumnya. Tanpa adanya

karbondioksida maka silkus kehidupan pada tumbuhan akan menjadi lebih

buruk dan tumbuhan pun akan cepat rusak dan mati pada akhirnya.

Pada manusia, CO2 berfungsi pada sistem sirkulasi darah untuk

mempertahankan pH optimumnya, dimana karbondioksida ini akan diubah

menjadi ion karbonat oleh enzim karbonat, tetapi kelebihan kadar

karbondioksida dalam tubuh juga dapat berdampak buruk bagi manusia.

4. Dampak Karbondioksida

Pada tumbuhan, berdampak positif terhadap tumbuhan dan

produksi tanaman. Dampak langsung yang dapat dijejaki dari peningkatan

CO2 adalah peningkatan tingkat fotosintesis daun. Pada ekosistem dan

lingkungan, Adanya gas CO2 yang berlebihan di udara atau di atmosfer

tidak berakibat langsung kepada manusia. Tetapi CO2 membentuk lapisan

transparan (tembus pandang) di atmosfer yang mengisolasi di sekililing

bumi. Hal itu yang mengakibatkan suhu udara di bawah lapisan gas CO 2 dan

dipermukaan bumi semakin tinggi, sehingga akan mempengaruhi makluk

14
hidup. Sifat gas CO2 seperti diatas itu dikenal dengan istilah efek rumah

kaca atau green house effect.

Sebenarnya, Karbon dioksida tidak berbahaya bagi manusia. akan

tetapi, karbon dioksida tergolong gas rumah kaca, sehingga peningkatan

kadar karbon ioksida di udara dapat mengakibatkan peningkatan suhu

permukaan bumi. Peningkatan suhu karena meningkatnya kadar gas-gas

rumah kaca di udara disebut pemanasan global. Pemanasan global dapat

mempengaruhi iklim, mencairkan sungkup es di kutub dan berbagai

rangkaian akibat lainnya yang mungkin belum sepenuhnya dimengerti.

5. Pencegahan Mengurangi Karbondioksida

Semakin banyaknya jumlah Karbondioksida di udara, maka bumi

kita akan semakin panas sehingga akan menimbulkan banyak masalah di

kemudian hari. Untuk mengurangi dampak yang akan ditimbulkan oleh

Karbon Dioksida, maka perlu dilakukan tindakan pencegahan. Tindakan

Pencegahan yang dapat kita lakukan yaitu:

a. Mereduksi gas CO2 menjadi produk yang lebih bermanfaat, seperti

menjadi metanol.

b. Menanam banyak pohon sebagai sumber yang memanfaatkan

Karbondioksida. 

c. Mengurangi penggunaan alat yang menghasilkan Karbondioksida seperti

kendaraan motor, mobil,   dll.

d. Membiasakan hidup sehat dengan menggunakan sepeda.

B. Tujuan Praktikum

Untuk mengukur kadar CO2 di lingkungan kampus UIN Alauddin Makassar.

C. Waktu dan Tempat

Waktu : Rabu, 4 Desember 2019 Pukul 16:01 – 16:12 WITA

Tempat : Parkiran FKIK UIN Alauddin Makassar

15
D. Alat dan Bahan

Alat : CO2 meter

Bahan :-

E. Cara Kerja

1. Sediakan alat CO2 meter

2. Nyalakan alat dengan menekan tombol “power”

3. Tunggu hingga angka stabil (kurang lebih 1 menit) pada tempat yang akan

dilakukan pengukuran

4. Tekan “Rec” untuk melakukan pengukuran pada tempat yang diinginkan

(pada tempat kerja biasanya dilakukan selama jam kerja/per 10 menit per

jam)

5. Tekan “Hold” untuk melihat hasil pengukuran yang menunjukkan kadar

maksimum dan minimum CO2 pada daerah pengukuran

6. Catat hasil pengukuran

7. Tekan kembali tombol “power” untuk mematikan alat dan simpan kembali

alat dengan hati-hati.

16
BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Diperoleh hasil sebagai berikut:

No Rata-
Waktu Tempat Nilai Min. Nilai Max.
. Rata

Rabu, 4

Desember Parkiran FKIK


388 ppm 908 ppm
1. 2019 UIN Alauddin 648 ppm
(30,7℃ ) (30,6℃ )
Pukul 16:01 Makassar

– 16:12

Hasil dari pengukuran CO2 Rabu, 4 Desember 2019 pada pukul 16:01 – 16:12

WITA yang dilakukan di parkiran FKIK UIN Alauddin Makassar dengan suhu

30℃ diperoleh nilai maksimum 388 PPM dan nilai minimum 908 PPM.

B. Pembahasan

Untuk jumlah konsentrasi karbondioksida maksimumpada keadaan asap

adalah 621 ppm dengan nilaiminimum 426 ppm. Dalam keadaan hujan jumlah

konsentrasi karbondioksida maksimum ialah 518 ppm dan minimum adalah

426 ppm. Sedangkan pada keadaan variasi penghuni dan variasi ventilasi

memiliki nilai maksimum karbondioksida 1535 ppm dan nilai minimum 467

ppm. Dalam konsentrasi yang tinggi atau jumlah yang banyak gas

karbondioksida dapat mengakibatkan gangguan kesehatan seperti

meningkatnya detak jantung, rasa tertekan di dada, kesukaran bernapas bahkan

dapat menyebabkan kematian. Keracunan gas karbondioksida pada keadaan

yang ringan dapat ditandai dengan cepat lelah, mengantuk, leher tegang dan

badan pegal-pegal (Rikomahoe, 2007). Menurut Occupational Safety and

17
Health Administration (OSHA) nilai ambang batas zat pencemar

karbondioksida di udara adalah 5000 ppm pada pengukuran

18
8 jam kerja. Kadar pencemar diudara selain dipengaruhi oleh sumber

pencemar, melakukan pengukuran konsentrasi pencemar udara di dalam

ruangan. SNI 19-0232-2005 mengenai nilai ambang batas zat kimia di tempat

kerja menetapkan nilai ambang batas karbon dioksida di tempat kerja adalah

<5000 ppm.

Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan di parkiran FKIK UIN

Alauddin Makassar Rabu, 4 Desember 2019 pada pukul 16:01 – 16:12 WITA

dengan suhu 30℃ menggunakan alat CO2 Meter diperoleh kadar CO2 minimal

388 ppm dan kadar maksimum 908 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa kadar

18
CO2 di FKIK UIN Alauddin Makassar dalam keadaan aman untuk paparan

yang normal.

Gas karbondioksida adalah gas yang sangat penting untuk membantu

proses fotosintesis pada tumbuhan, Akan tetapi jika jumlah CO2 di udara

terlalu banyak dan tumbuhan tiap tahun makin berkurang maka CO 2 tidak akan

bisa diserap lagi oleh tumbuhan dan akan sangat membahayakan bagi manusia

jika itu terjadi. CO2 dengan kadar tinggi tadi yang tidak bisa diserap oleh

tumbuhan maka akan naik ke atmosfer dan menghali pemancaran panas dari

bumi sehingga mengakibatkan panas yang dipantulkann dari bumi akan

kembali ke bumi lagi, dampaknya bumi akan menjadi sangat panas dan

fenomena ini diesbut dengan efek rumah kaca atau global warming. Tidak

hanya ada diluar ruangan, CO2 bisa masuk kedalam ruangan terutama di rumah

ataupun gedung. CO2 dalam ruangan sangat berbahaya karena tidak adanya

pentilasi yang besar untuk membuang CO2 tersebut khususnya di perkantoran

atau gedung.

19
Kesimpulan

Karbon dioksida atau zat asam arang adalah sejenis senyawa kimia yang

terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan sebuah atom

karbon. Ia berbentuk gas pada keadaan temperatur dan tekanan standar dan hadir

di atmosfer bumi. Campuran kimia yang amat dikenal luas, sering disebut dengan

rumus kimianya CO2. Sifat kimia dan fisika karbondioksida adalah gas yang tidak

berwarna dan tidak berbau.

Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan di parkiran FKIK UIN

Alauddin Makassar Rabu, 4 Desember 2019 pada pukul 16:01 – 16:12 WITA

dengan suhu 30℃ menggunakan alat CO2 Meter diperoleh kadar CO2 minimal

388 ppm dan kadar maksimum 908 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa kadar CO 2

di FKIK UIN Alauddin Makassar dalam keadaan aman untuk paparan yang

normal.

Saran

Sebaiknya saat melakukan pengukuran karbondioksida, mahasiswa tidak

berkumpul pada satu tempat pengukuran agar hasil pengukuran yang didapatkan

normal.

Daftar Pustaka

Anbiya, Stevan Deby. 2015. Gambaran Kualitas Udara Di Dalam Ruangan,

Lantai Ground, Upper Ground, Dan 2 Pada Pusat Perbelanjaan Y, Kota

Depok, Jawa Barat Tahun 2014. FKM UI.

Handayani, Sri. 2015. Pengembangan Deteksi Online Gas Karbondioksida

Menggunakan CO2 Meter Voltcraft CM-100. JOM FMIPA. Vol. 2 No. 2.

20
BAB I

PENDAHULUAN

A. Dasar Teori

1. Pengertian Oksigen

Oksigen atau zat asam adalah unsur kimia yang mempunyai

lambang O dan nomor atom 8. Dalam tabel periodik, oksigen merupakan

unsur nonlogam golongan VIA (kalkogen) dan dapat dengan mudah

bereaksi dengan hampir semua unsur lainnya (utamanya menjadi oksida).

Pada temperatur dan tekanan standar, dua atom

oksigen berikatan menjadi O2 (dioksigen), gas yang tidak berwarna, tidak

berasa, dan tidak berbau. Oksigen merupakan unsur paling melimpah ketiga

di alam semesta berdasarkan massa (setelah hidrogen dan helium) dan unsur

paling melimpah di kerak Bumi. Berdasarkan volume, 20,9% atmosfer bumi

adalah oksigen.

Pada temperatur dan tekanan standar, oksigen berupa gas tak

berwarna dan tak berasa dengan rumus kimia O2, di mana dua atom oksigen

secara kimiawi berikatan dengan konfigurasi elektron triplet spin. Ikatan ini

memiliki orde ikatan dua dan sering dijelaskan secara sederhana

sebagai ikatan ganda ataupun sebagai kombinasi satu ikatan dua elektron

dengan dua ikatan tiga elektron. Kadar oksigen bisa juga digunakan sebagai

acuan untuk menetukan kualitas udara suatu lingkungan. Semakin tinggi

kadar oksigen maka kualitas udara suatu lingkungan semakin bagus.

22
Standar Tekanan Udara

21% Konsentrasi normal Oxygen diudara

15%-19% Tanda pertama adalah hipoksia. Penuruan kemampuan untuk

bekerja. Dapat menimbulkan gangguan awal pada sirkulasi paru

bagi yang memiliki masalah pernapasan (sesak napas)

12%-14% Proses pernapasan mulai berat, laju napas mulai naik, dan mulai

terjadi gangguan koordinasi otot, persepsi dan penilaian.

10%-12% Laju pernapasan makin cepat dan dalam, penilaian makin buruk

dan bibir mulai biru.

8%-10% Gagal mental, tidak sadar, pingsan, pucat, bibir biru, mual,

muntah, tidak mampu bergerak.

6%-8% 6 menit, 50% kemungkinan meninggal

8 menit, 100% kemungkinan meninggal

4%-6% Koma dalam 40 detik, kejang, pernapasan terhenti, dan

meninggal

2. Manfaat oksigen dalam kehidupan sehari-hari

a. Diperlukan dalam sistem penafasan

Oksigen dipertukarkan dalam proses pernafasan pada manusia dan

binatang dikarenakan oksigen memiliki peran sebagai pemenuhan

kebutuhan metabolisme tubuh.

b. Membantu fungsi sel-sel tubuh manusia

Salah satunya adalah di dalam tubuh manusia ada bakteri aerob yang

hanya bisa hidup dikarenakan adanya oksigen yang masuk ke dalam

tubuh. Bakteri inilah yang bertanggungjawab terhadap terjadinya

penguraian limbah yang dilakukan oleh bakteri aerob di dalam usus.

23
c. Membantu sistem peredaran darah

Tubuh membutuhkan oksigen dengan nilai presentase 90% ke atas,

karena ketika oksigen di dalam darah berkurang maka akan

menyebabkan kesulitan bernafas (sesak nafas)

d. Membantu degenerasi sel secara biologi

Oksigen yang melimpah di dalam tubuh akan membantu degenerasi sel

secara biologi dengan maksimal.

e. Support energi tubuh

Oksigen yang cukup pada tubuh membuat sel-sel berfungsi secara normal

sehingga membuat fungsi tubuh manusia dapat bekerja secara optimal,

dengan adanya energi dan oksigen yang cukup.

3. Dampak buruk kekuangan dan kelebihan kadar oksigen

Adapun dampak dari kekurangan oksigen dalam darah yaitu:

a. Rasa lelah

b. Kesulitan dalam bernafas (sesak nafas)

c. Nyeri otot

d. Gangguan mata

e. Sianosis (ketika kulit terdapat semburat kebiruan

f. Serangan jantung

g. Hipolisia sereblar (kekurangan oksigen ke otak)

Adapun dampak dari kelebihan oksigen dalam darah adalah

keracunan oksigen. Keracunan oksigen pada manusia membawa akibat

buruk pada tiga ogan yang sangat vital, yaitu pada sistem syaraf yang

mengakibatkan kejang-kejang dan tidak sadar (Paul Bert effect). Pada paru-

prau yang mengakibatkan sesak nafas dan salut dada (Larrain smith effect),

pada mata yang mengakibatkan rabun jauh (myopia).

24
B. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kadar oksigen di

dalam udara bebas.

C. Waktu dan tempat

Waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini yaitu pada hari Rabu

04 Desember 2019, pukul 15.49-15.59 (selama 10 menit) bertempat di Parkiran

dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

Alauddin Makassar.

D. Alat dan bahan

Alat : O2 meter lutron PO2-250

Bahan :-

E. Prosedur Kerja

a. Menyediakan alat O2 meter lutron PO2-250

b. Nyalakan alat dengan menekan tombol “Power”

c. Tunggu sekitar 3 menit pada ruangan atau tempat yang ingin diukur

(parkiran dosen FKIK), untuk tempat kerja waktu yang diperlukan untuk

pengukuran minimal 8 jam dengan menekan tombol rec untuk merekam.

Akan tetapi praktikum kali ini hanya memakan waktu sekitar 10 menit.

d. Tekan hold untuk melihat hasil pengukuran

e. Mencatat hasil pengukuran.

25
BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tempat Kadar O2
Waktu Rata-
No pengambila
pengambilan max min rata
n

Rabu, 04 des 2019 Parkiran


1 12.5% 12.3% 12.4%
Pukul 15:49 dosen FKIK

Hasil dari pengukuran Oksigen (O2) Rabu, 4 Desember 2019 pada pukul

15:49 yang dilakukan di parkiran dosen FKIK UIN Alauddin Makassar

diperoleh Nilai rata-rata kadarO2 12.4%.

B. Pembahasan

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui nilai atau kadar oksigen bebas

di udara. Prinsip kerja dari alat O2 meter ini adalah menggunakan sensor yang

dapat mendeteksi sinyal. Lama praktikum ini selama 10 menit. Berdasarkan

PER.13/MEN/X/2011 tentang faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja

nilai ambang batas untuk Oksigen (O2) adalah 20.95%.  Nilai ini merupakan

Batasan maksimum Oksigen yang diperkenankan dalam suatu lingkungan

kerja.

Dari hasil pengukuran kadar Oksigen ini, rata-rata 12.4%. Hal ini

menujukkan bahwa kadar O2 di dalam udara bebas (parkiran dosen FKIK)

dalam keadaan tidak aman atau kurang bagus. Dimana, faktor-faktor

kemungkinan penyebabnya adalah karena sudah terkontaminasinya dengan

polusi/gas kendaraan. Adapun Dampak bagi kesehatan jika dilihat dari rata-rata

kadar O2 ini adalah Proses pernapasan mulai berat, laju napas mulai naik, dan

mulai terjadi gangguan koordinasi otot, persepsi dan penilaian.

26
Kesimpulan

Oksigen atau zat asam adalah unsur kimia yang mempunyai lambing O

dan nomor atom 8. Dalam tabel periodik, oksigen merupakan unsur nonlogam

golongan VIA (kalkogen) dan dapat dengan mudah bereaksi dengan hampir

semua unsur lainnya (utamanya menjadi oksida). Kadar oksigen bisa juga

digunakan sebagai acuan untuk menetukan kualitas udara suatu lingkungan.

Semakin tinggi kadar oksigen maka kualitas udara suatu lingkungan semakin

bagus.

Dari hasil pengukuran kadar Oksigen ini, rata-rata 12.4%. Hal ini

menujukkan bahwa kadar O2 di dalam udara bebas (parkiran dosen FKIK) dalam

keadaan tidak aman atau kurang bagus, yang dapat berdampak bagi kesehatan.

Saran

1. Mahasiswa sebaiknya melakukan praktikum dengan teliti dan serius.

2. Sebaiknya alat-alat yang digunakan diperiksa terlebih dahulu sebelum

dilakukan pengukuran.

Daftar Pustaka
https://id.wikipedia.org/wiki/Oksigen. diakses pada 5 desember 2019

Aladin, Andi 2010. Kimia umum kesehatan. Makassar:Pustaka pelajar.

Klernfelter, wood. 1984. Ilmu kimia untuk universitas edisi keenam jilid I.

Jakarta:Erlangga

27
BAB I

PENDAHULUAN

A. Dasar Teori

1. Defenisi Karbon Monoksida (CO)

Karbon monoksida, rumus kimia CO, adalah gas yang tak

berwarna, tak berbau, dan tak berasa. Ia terdiri dari satu atom karbon yang

secara kovalen berikatan dengan satu atom oksigen. Dalam ikatan ini,

terdapat dua ikatan kovalen dan satu ikatan kovalen koordinasi antara atom

karbon dan oksigen.

Karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran tak sempurna dari

senyawa karbon, sering terjadi pada mesin pembakaran dalam. Karbon

monoksida terbentuk apabila terdapat kekurangan oksigen dalam proses

pembakaran. Karbon dioksida mudah terbakar dan menghasilkan lidah api

berwarna biru, menghasilkan karbon dioksida. Walaupun ia bersifat racun,

CO memainkan peran yang penting dalam teknologi modern, yakni

merupakan prekursor banyak senyawa karbon.

Karbon monoksida merupakan senyawa yang sangat penting,

sehingga banyak metode yang telah dikembangkan untuk produksinya. 1

Gas produser dibentuk dari pembakaran karbon di oksigen pada temperatur

tinggi ketika terdapat karbon yang berlebih. Dalam sebuah oven, udara

dialirkan melalui kokas. CO2 yang pertama kali dihasilkan akan mengalami

kesetimbangan dengan karbon panas, menghasilkan CO. Reaksi O2 dengan

karbon membentuk CO disebut sebagai kesetimbangan Boudouard.

Satuan konsentrasi CO di udara adalah ppm atau parts per million.

Untuk mengukur kadar CO tersebut, digunakan gas analyzer dengan satuan

persen volume. Dimana 1 ppm setara dengan 10 - 4 %. Selain dihasilkan

oleh

29
pembakaran tidak sempurna di luar tubuh, gas CO juga dihasilkan dalam

jumlah kecil (kurang dari 0,5%) dari katabolisme normal cincin

protoporfirin hemoglobin di dalam tubuhdan tidak toksik bagi tubuh.

Menurut Akmal (2009), karbon monoksida (CO) jika terhisap ke

dalam paru-paru akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi

masuknya oksigen yang dibutuhkan tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas

CO bersifat racun metabolisme, ikut bereaksi secara metabolisme dengan

darah.

Berdasarkan PER.13/MEN/X/2011 tentang faktor fisika dan faktor

kimia di tempat kerja nilai ambang batas untuk karbon monoksida adalah 25

ppm. Nilai ini merupakan batasan maksimum karbon monoksida yang

diperkenankan dalam suatu lingkungan kerja.

2. Sumber Karbon Monoksida (CO)

Sumber karbon monoksida di bedakan menjadi 2, yaitu:

a. Karbon monoksida endogen

Paparan internal untuk karbon monoksida yang terjadi sebagai

akibat dari produksi karbon monoksida yang diproduksi dari prekursor

endogen (degradasi heme, auto oksidasi fenol, foto oksidasi senyawa

organik, dan peroksidasi lipid lipid membran sel) dan dari metabolisme

oksidatif dari prekursor eksogen (karbon tetraklorida, diklorometan, dan

dihalomethanes lainnya).

Namun, banyak faktor fisiologis dan penyakit mempengaruhi

tingkat produksi endogen karbon monoksida, termasuk siklus

menstruasi, kehamilan, penyakit,dan rangsangan yang meningkatkan

katabolisme Hb atau protein heme lain, termasuk hemolisis, hematoma,

anemia hemolitik, thalasemia, dan sindrom Gilbert.

30
b. Karbon monoksida eksogen

Karbon monoksida yang di dapat di luar tubuh baik secara alami maupun

buatan antara lain:

1) Karbon monoksida dilepaskan dari pembakaran kayu, gunung berapi,

kebakaran hutan.

2) Lalu lintas kendaraan, semua orang terkena karbon monoksida pada

tingkat yang beragam melalui penghirupan udara. Kapanpun dan

dimanapun tempat yang setiap hari memiliki banyak lalu lintas

kendaraan umumnya memiliki tingkat yang lebih tinggi karbon

monoksida dibandingkan dengan daerah yang lalu lintasnya tidak

ramai.

3) Karbon monoksida dari asap rokok, baik sebagai perokok atau dari

perokok pasif.

4) Terkena paparan karbon monoksida dengan menggunakan peralatan

gas atau kompor kayu terbakar dan perapian.

5) Orang orang yang terkena karbon monoksida di dalam kendaraan.

6) Mesin kecil bertenaga bensin dan alat kerja (misalnya, kompresor

bertenaga gas atau mesincuci tekanan) dapat menghasilkan karbon

monoksida dalam waktu singkat.

3. Bahaya Karbon Monoksida (CO) Bagi Kesehatan

Senyawa  karbon  monoksida  (CO mampu membentuk ikatan yang

kuat dengan pigmen darah yaitu hemoglobin. Reaksi toksik yang timbul

setelah menghirup CO pada dasarnya disebabkan oleh hypoxia jaringan

karena darah tak cukup mengandung O2. Hal ini pertama kali dibuktikan

oleh Haldane pada tahun 1895. Jika seekor tikus diberikan O2 dengan

tekanan dua atmosfir, maka darah akan mengandung cukup banyak O2 yang

31
larut dalam plasma untuk memenuhi kebutuhan metabolisme sel-sel

jaringan. Dalam keadaan ini seluruh hemoglobin dapat berada dalam bentuk

COHb tanpa tikus-tikus ini menunjukkan gejala-gejala intoksikasi. Oleh

Haldane hal ini disimpulkan bahwa CO sendiri sebenarnya tidak toksik

untuk sel-sel jaringan.

CO tidak dapat dikeluarkan dari dalam tubuh kecuali jika ada

pemafasan aktif. Waktu rata-rata yang diperlukan oleh seorang yang

beristirahat untuk mengeluarkan CO sampai kadarnya menjadi ½

konsentrasi semula (half life), adalah 250 menit. Jika sebagai ganti udara

dipakai oksigen maka keseimbangan HbO2 + CO HbCO + O 2 akan bergeser

kekiri, sehingga waktu yang diperlukan untuk membuat kadar COHb

menjadi dari semula hanya berlangsung 40 menit. Jika pada O 2 ini ditambah

CO2 5%, waktu yang dibutuhkan akan berkurang lagi menjadi 13,7 menit.

Pemberian CO2 5% ini akan menyebabkan terjadinya hyperventilasi serta

penurunan pH darah yang akan mempercepat pembuangan CO ini.

Pemberian O2 dengan tekanan 2 atmosfir akan lebih mempercepat lagi

eliminasi COHb menjadi hanya 7,6 menit.

Perubahan patologik yang terjadi pada intoksikasi akut CO

disebabkan oleh hypoxia. Oleh karena itu, beratnya kelainan ditentukan oleh

lama serta derajat hypoxia ini. Yang terkena terutama ialah jaringan yaang

paling peka terhadap pengurangan O2, seperti : susunan saraf pusat, jantung

dan sebagainya. Finck(1966) mempelajari perubahan-perubahan patologik

pada 351 kasus kematian yang disebabkan intoksikasi CO. Didapatkan tiga

kelainan patologik, yaitu :

a. Edema/kongesti pada : paru-paru (66 %), otak (25%), jantung ( 2% ),

viscera(7%).

b. Petechiae pada : otak (10%), jantung (33%).

32
c. Hemorrhagi pada : paru-paru (7%), pleura (1%), otak (2%).

Tanda dan gejala dari keracunan karbon monoksida ringan seperti

sakit kepala, mual, muntah, pusing, penglihatan kabur, dan kadang kadang

bibir dan kulit merah seperti buah cherry, sakit kepala dan pusing adalah

gejala yang paling sering dilaporkan. Karena gejala-gejala ini menyerupai

penyakit virus seperti flu, keracunan karbon monoksida ringan sering salah

diagnosa. Gejala yang berhubungan dengan keracunan karbon monoksida

moderat termasuk kebingungan, syncop (pingsan), nyeri dada, dispnea

(sesak napas), kelemahan, takikardia, takipnea (pernapasan abnormal cepat

dan dangkal), dan rhabdomyolysis. Efek keracunan parah termasuk aritmia

jantung, iskemia miokard, serangan jantung, hipotensi, pertahanan saluran

pernapasan, edema paru noncardiogenic, kejang, dan koma yang

mengancam jiwa. Selain efek langsung, gejala yang tertunda gangguan

neuropsikiatri biasanya terjadi dari beberapa hari sampai 3-4 minggu

paparan, dengan gejala euforia yang tidak pantas, konsentrasi berkurang,

gangguan mengingat, perubahan kognitif dan kepribadian, psikosis, dan

Parkinsonisme. Gejala keracunan karbon monoksida akut pada anak-anak

adalah sama seperti pada orang dewasa. Keracunan karbon monoksida akut

selama masa kehamilan sering dikaitkan dengan aborsi spontan dan

kematian janin, gangguan yang terjadi pada masa kehamilan tergantung

pada tingkat keparahan paparan karbon monoksida pada ibu dan usia janin

4. Langkah - Langkah Mengurangi Resiko Paparan Karbon Monoksida (CO)

a. Mengurangi tingkat udara karbon monoksida dalam ruangan:

1) Tingkat paling berbahaya karbon monoksida biasanya terjadi di udara

dalam ruangan. Tingkat tinggi terjadi sebagai akibat dari tidak

terpasang dengan benar atau unvented peralatan yang membakar gas

alam, minyak tanah, atau bahan bakar lainnya.

33
2) Membuat pemanas pembakaran kayu tertentu dan perapian yang

vented benar.

3) Jangan pernah menggunakan generator bertenaga gas atau membakar

arang di dalam ruangan, karena hal ini dapat dengan cepat

menyebabkan tingkat berbahaya karbon monoksida di rumah Anda.

4) Jangan gunakan pemanas portabel propana lebih tua dalam pengaturan

ruangan tertutup, termasuk berkemah dan tenda, karena dapat

membangun tingkat bahaya karbon monoksida.

5) Periksa sistem AC mobil saudara untuk memeriksa kebocoran yang

mungkin terjadi.

6) Jangan nyalakan mobil di dalam garasi yang tertutup rapat

b. Hindari asap tembakau

Anda dapat mengurangi ekspos terhadap karbon monoksida dengan

menghindari asap dari rokok dan cerutu sejak asap mengandung karbon

monoksida.

c. Mengurangi eksposur luar ruangan karbon monoksida

Anda dapat mengurangi ekspos terhadap karbon monoksida di luar

ruangan dengan menghindari berlari atau berolahraga di dekat jalan raya

yang sibuk.

d. Instal detektor karbon monoksida di rumah Anda

Detektor karbon monoksida dapat dibeli di renovasi rumah atau toko

hardware. Penting untuk memahami bahwa sebagian besar detektor asap

tidak mendeteksi karbon monoksida, sehingga Anda harus menginstal

detektor karbon monoksida di rumah Anda serta detektor asap.

B. Tujuan Praktikum

Untuk mengukur kadar CO di lingkungan Kampus UIN Alauddin

Makassar

34
C. Waktu dan Tempat

Waktu : Rabu, 04 Desember 2019 Pukul 16:43 – 16:46 WITA

Tempat : Kampus UIN Alauddin Makassar (Pintu 2)

D. Alat & Bahan

Alat : CO Meter

Bahan : -

E. Cara Kerja

1. Sediakan alat CO Meter

2. Nyalakan alat dengan menekan tombol “Power”

3. Tunggu sekitar 3 menit pada ruangan atau tempat yang ingin diukur,

untuk tempat kerja waktu yang diperlukan untuk pengukuran yaitu 8

jam dengan menekan tombol rec untuk merekam

4. Tekan hold untuk melihat hasil pengukuran yang menunjukkan kadar

maksimal dan minimal CO pada daerah pengukuran

5. Mencatat hasil pengukuran

6. Untuk mematikan tekan kembali tombol “Power”.

35
BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Diperoleh hasil sebagai berikut:

Waktu Tempat Suhu Kadar CO

Min Max

Rabu, 4 Kampus UIN

Desember 2019 Alauddin 28.4 ˚C 0 ppm 2 ppm

Pukul 16:43 – Makassar (Pintu

16:46 WITA 2)

Sumber: Data Primer 2019

Hasil dari pengukuran Karbon Monoksida (CO) Rabu, 04 Desember

2019 pada Pukul 16:43 - 16:46 WITA yang dilakukan di Kampus UIN

Alauddin Makassar (Pintu 2) dengan suhu 28.4 ˚C diperoleh kadar CO minimal

0 ppm dan maksimal 2 ppm.

B. Pembahasan

Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan di Kampus UIN Alauddin

Makassar (Pintu 2) Rabu, 04 Desember 2019 pada Pukul 16:43-16:46 WITA

dengan suhu 28.4 ˚C menggunakan alat CO Meter diperoleh kadar CO minimal

0 ppm dan maksimal 2 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa kadar CO di

Kampus UIN Alauddin Makassar dalam keadaan aman untuk paparan yang

normal atau berada di bawah NAB yang telah ditetapkan PER.13/MEN/X/2011

tentang faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja nilai ambang batas untuk

Karbon Monoksida (CO) yaitu 25 ppm. Hal ini disebabkan:

36
1. Kurangnya kendaraan yang lewat pada saat praktikum, karena banyaknya

lalu lintas kendaraan umumnya memiliki tingkat kadar CO yang lebih tinggi

dibandingkan dengan daerah yang lalu lintasnya tidak ramai.

2. Durasi waktu yang sangat singkat juga menjadi faktor kadar CO tidak

melebihi nilai ambang batas.

Gas karbon monoksida ini merupakan salah satu gas yang berbahaya.

Gas ini tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, beracun dan berbahaya. CO

disebut juga “Silent Killer” atau pembunuh diam-diam yang menyebabkan

kematian karena tidak memiliki tanda-tanda bahaya.

Karbon Monoksida (CO) dapat menimbulkan gejala keracunan ringan

seperti sakit kepala, mual, muntah, pusing, penglihatan kabur, dan kadang

kadang bibir dan kulit merah seperti buah cherry, sakit kepala dan pusing.

Gejala yang berhubungan dengan keracunan karbon monoksida moderat

termasuk kebingungan, syncop (pingsan), nyeri dada, dispnea (sesak napas),

kelemahan, takikardia, takipnea (pernapasan abnormal cepat dan dangkal), dan

rhabdomyolysis. Efek keracunan parah termasuk aritmia jantung, iskemia

miokard, serangan jantung, hipotensi, pertahanan saluran pernapasan, edema

paru noncardiogenic, kejang, dan koma yang mengancam jiwa. Pada penderita

jantung dapat beresiko tinggi keracunan CO dapat meyebabkan jantung tidak

dapat beradaptasi cepat saat kekurangan O2. Selain efek langsung, gejala yang

tertunda gangguan neuropsikiatri biasanya terjadi dari beberapa hari sampai 3-

4 minggu paparan, dengan gejala euforia yang tidak pantas, konsentrasi

berkurang, gangguan mengingat, perubahan kognitif dan kepribadian, psikosis,

dan Parkinsonisme.

37
Kesimpulan

Karbon monoksida, rumus kimia CO, adalah gas yang tak berwarna, tak

berbau, dan tak berasa. Ia terdiri dari satu atom karbon yang secara kovalen

berikatan dengan satu atom oksigen. Menurut Akmal (2009), karbon monoksida

(CO) jika terhisap ke dalam paru-paru akan ikut peredaran darah dan akan

menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan tubuh. Hal ini dapat terjadi

karena gas CO bersifat racun dan ikut bereaksi secara metabolisme dengan darah.

Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan di Kampus UIN Alauddin

Makassar (Pintu 2) Rabu, 04 Desember 2019 pada Pukul 16:43-16:46 WITA

dengan suhu 28.4 ˚C menggunakan alat CO Meter diperoleh kadar CO minimal 0

ppm dan maksimal 2 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa kadar CO di Kampus

UIN Alauddin Makassar dalam keadaan aman untuk paparan yang normal atau

berada di bawah NAB yang telah ditetapkan.

Saran

1. Mahasiswa sebaiknya melakukan praktikum dengan teliti dan serius

2. Sebaiknya alat-alat yang digunakan diperiksa terlebih dahulu sebelum

dilakukan pengukuran.

Daftar Pustaka

Ahmad,Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Andi Yogyakarta

Hadiyani, Murti. Keracunan Karbon Monoksida. Jakarta: BPOM RI

Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI

No. 13 Tahun 2011. Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di

Tempat Kerja

Suma’mur, 2009. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Sagung

Seto.

38
39
BAB I

PENDAHULUAN

A. Dasar Teori

1. Definisi

Cahaya merupakan suatu keharusan agar dapat melakukan aktivitas

dengan baik serta untuk menciptakan kenyamanan sosial. Cahaya adalah

sinar atau terang (dari sesuatu yang bersinar seperti matahari, bulan, lampu)

yang memungkinkan mata menangkap bayangan benda-benda di

sekkitarnya (KBBI). Cahaya dapat juga didefinisikan sebagai energi radiasi

yang dapat dievaluasi (Menurut Illuminating Engineering Society, 1972)

atau bagian dari spektrum radiasi elektromegnetik yang dapat dilihat.

Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja

yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif (Kepmenkes

No.1405 tahun 2002). Sebagian besar kebutuhan kita akan pencahayaan

sebenarnya dapat dipenuhi oleh pencahayaan alami jika bangunan dirancang

dengan tepat. Namun pencahayaan buatan dengan listrik tidak dapat

dihindari pada saat cahaya alami tidak tersedia, atau di dalam ruangan tanpa

akses ke pencahayaan alami.

Menurut Kepmenkes No. 1405 tahun 2002 tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, agar pencahayaan

memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan beberapa tindakan,

seperti:

a. Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan

kesilauan dan memiliki intesitas sesuai dengan peruntukannya.

b. Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang optimum

dan bola lampu sering diberishkan.

40
c. Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik segera diganti.

41
2. Sumber Cahaya

Pencahayaan alami siang hari, dalam bangunan sangat bermanfaat

terutama untuk mengurangi konsumsi energi listrik dalam bangunan, serta

untuk memberikan kenyamanan secara Fisiologis dan Psikologis bagi

penghuni bangunan. Pencahayaan alami umumnya terbagi dua:

a. Sunlight

Cahaya matahari langsung, umumnya memiliki intensitas yang tinggi dan

sudut penyebaran cahaya yang sempit. Cahaya jenis ini harus selalu di

jaga agar jumlahnya tetap terkendali, sehingga tidak menimbulkan silau

dan radiasi panas yang tinggi.

b. Daylight

Cahaya matahari tidak langsung yang disebarkan oleh partikel-partikel

atmosfer, termasuk awan, umumnya memiliki intesitas yang sedang

sampai dengan rendah dan sudut penyebaran cahaya yang lebar. Cahaya

jenis ini umumnya lebih disukai untuk digunakan sebagai pencahayaan

alami dalam bangunan, karena tidak terlalu menimbulkan silau dan

radiasi panas yang tinggi.

Sumber cahaya buatan listrik. Kelebihan penggunaan cahaya

buatan yaitu dapat mendistribusikan cahaya lebih merata dan cahaya yang

dihasilkan relative tetap. Sedangkan intensitas pencahayaan alami pada

bidang kerja selalu berubah tergantung pada posisi ketinggian matahari,

kondisi cuaca dan kondisi terang langit. Adapun sumber cahaya buatan

listrik terbagi menjadi dua, yaitu:

41
a. Lampu Incandescent

Yaitu lampu yang pada prinsipnya menggunakan kawat halus (filamen)

yang berpijar untuk menghasilkan cahaya. Terdiri dari lampu pijar dan

halogen.

b. Lampu Pelepasan Gas (Gas discharge).

Yaitu lampu yang pada prinsipnya menggunakan atom-atom gas yang

dirangsang untuk naik tingkat energinya, sehingga memancarkan cahaya

pada saat turun kembali. Terdiri dari lampu fluoresen dan high intensity

discharge.

3. Pengaruh Pencahayaan di Tempat Kerja

Secara umum desain pencahayaan yang tidak baik ditempat kerja

dapat mempengaruhi kinerja kesehatan dan keselamatan kerja bagi para

pekerja diantaranya (Tarwaka,2015) dalam:

a. Pengaruh penglihatan terhadap sumber daya

Desain terhadap intensitas pencahayaan yang tidak baik dan tidak sesuai

dengan jenis pekerjaan, akan menyebabkan seseorang tidak dapat melihat

objek dengan baik dan mengenali sumber bahaya secara jelas. Pada

beberapa keadaan, dimana warna suatu benda merupakan faktor

keselamatan yang sangat penting, misalnya warna kabel listrik, warna

pipa, tanda peringatan, dsb. Warna tersebut akan berubah jika desain

penerangan tidak baik.

b. Pengaruh pencahayaan terhadap kelelahan

Menurut Grandjean (1993) penerangan yang tidak didesain dengan baik

akan menimbulkan gangguan atau kelelahan penglihatan selama kerja.

Pengaruh dan penerangan yang kurang memenuhi syarat akan

mengakibatkan dampak, seperti:

42
1) Kelelahan mata sehingga berkurangnya daya dan effisiensi kerja.

2) Kelelahan mental, fisik, dan psikologis.

3) Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.

4) Kerusakan indra mata dan lain-lain.

5) Selanjutnya pengaruh kelelahan pada mata tersebut akan bermuara

kepada penurunan peforma keja.

c. Pengaruh pencahayaan terhadap postur tubuh

Hampir seluruh postur tubuh akan menyesuaikan dengan objek kerja

unutk mengatasi masalah-masalah pencahayaan. Pada banyak kasus,

postur tubuh akan menyesuaikan dengan pekerjaan yang dilakukan untuk

dapat melihat objek dengan jelas.

4. Nilai Ambang Batas (NAB) Pencahayaan di Tempat Kerja

Nilai ambang dari bahaya fisik intensitas pencahayaan tidak

ditampilkan melalui satuan waktu paparan tetapi ditentukan melalui jenis

pekerjaan dan beberapa taraf standar kebutuhan akan cahaya dalam

melakukan pekerjaan tersebut. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran Dan Industri,

intensitas cahaya diruangan kerja minimal 100 Lux. Sedangkan menurut

SNI 03-6179-2000, standar ini memuat ketentuan pedoman pencahayaan

pada bangunan Gedung untuk memperoleh sistem pencahayaan dengan

pengoperasian yang optimal sehingga penggunaan energi dapat efisien tanpa

harus mengurangi dan atau mengubah fungsi bangunan, kenyamanan dan

produktivitas kerja penghuni serta mempertimbangkan aspek biaya. Standar

ini diperuntukkan bagi semua pihak yang terlibat dalam perencanaan,

pembangunan, dan pemeliharaan Gedung untuk mencapai penggunaan

43
energi yang efisien. Tingkat pencahayaan rata-rata, untuk ruang kuliah atau

kelas tingkat pencahayaannya yaitu 250 Lux.

Adapun Standar atau nilai ambang batas pencahayaan menurut

Kepmenkes Nomor 1405 tahun 2002, dan SNI 03-6179-2000.

Tabel. 1

Nilai Ambang Batas Pencahayaan menurut Kepmenkes

No. 1405/MENKES/SK/XI/2002

Tingkat

Jenis Kegiatan Pencahayaan Keterangan

Minimal (Lux)

Ruang penyimpanan dan peralatan


Pekerjaan kasar dan
100 atau instalasi yang memerlukan
tidak terus-menerus
pekerjaan kontinyu.

Pekerjaan kasar dan Pekerjaan dengan mesin dan perakitan


200
terus-menerus kasar.

Ruang administrasi, ruang kontrol,


Pekerjaan rutin 300
pekerjaan mesin dan perakitan.

Pembuatan gambar atau bekerja


Pekerjaan agak
500 dengan mesin kantor, pemeriksaan
halus
atau pekerjaan dengan mesin.

Pemilihan warna, pemrosesan tekstil,

Pekerjaan halus 1000 pekerjaan mesin halus dan perakitan

halus.

44
Tabel. 1 (Lanjutan)

Tingkat

Jenis Kegiatan Pencahayaan Keterangan

Minimal (Lux)

1500 tidak Mengukir dengan tangan, pemeriksaan


Pekerjaan sangat
menimbulkan pekerjaan mesin, dan perakitan yang
halus
bayangan sangat halus.

3000 tidak Pemeriksaan pekerjaan, perakitan

Pekerjaan terinci menimbulkan sangat halus.

bayangan

Sumber : (Kepmenkes, No. 1405/MENKES/SK/XI/2002)

Tabel. 2

Tingkat Pencahayaan Rata-Rata menurut SNI 03-6197-2000

Tingkat Pencahayaan
Fungsi Ruangan
(Lux)

Rumah tinggal

Teras 60

Ruang tamu 120-150

Ruang makan 120-150

Ruang kerja 120-150

Kamar tidur 120-150

Kamar mandi 250

Dapur 250

Garasi 60

45
Tabel. 2 (Lanjutan)

Tingkat Pencahayaan
Fungsi Ruangan
(Lux)

Perkantoran

Ruang direktur 350

Ruang kerja 350

Ruang komputer 350

Ruang rapat 300

Ruang gambar 750

Gudang arsip 150

Ruang arsip aktif 300

Lembaga Pendidikan

Ruang kelas 250

Perpustakaan 300

Laboratorium 500

Ruang gambar 750

Kantin 200

Hotel dan Restauran

Lobi, koridor 100

Ruang serba guna 200

Ruang makan 250

Kafetaria 200

Kamar tidur 150

Dapur 300

Rumah sakit/ Balai Pengobatan

Ruang rawat inap 250

46
Tabel. 2 (Lanjutan)

Tingkat Pencahayaan
Fungsi Ruangan
(Lux)

Ruang operasi, ruang


300
bersalin

Laboratorium 500

Ruang rekreasi dan


250
rehabilitassi

Pertokoan/ Ruang pamer:

Ruang pamer dengan

obyek berukuran besar 500

(misalnya mobil)

Toko kue dan makanan 250

Took bunga 250

Toko buku dan alat


300
tulis/gambar

Took perhiasan, arloji 500

Toko barang kulit dan


500
sepatu

Toko pakaian 500

Pasar swalayan 500

Toko mainan 500

Toko alat listrik (TV.

Radio/tape, mesin cuci, 250

dll).

47
Tabel. 2 (Lanjutan)

Tingkat Pencahayaan
Fungsi Ruangan
(Lux)

Toko alat musik dan


250
olahraga

Industri (Umum)

Gudang 100

Pekerjaan kasar 100-200

Pekerjaan menengah 200-500

Pekerjaan halus 500-1000

Pekerjaan amat halus 1000-2000

Pemeriksaan warna 750

Rumah ibadah

Masjid 200

Gereja 200

Vihara 200

Sumber : (SNI 03-6179-2000)

B. Tujuan Pratikum

1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Analisis Kualitas

Lingkungan.

2. Untuk mengetahui cara penggunaan alat ukur luxmeter

3. Untuk mengukur pencahayaan ruangan kuliah yang berada di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar menggunakan alat

ukur luxmeter.

48
C. Waktu dan Tempat

Waktu : Rabu, 04 Desember 2019 Pukul 16.51-16.52

Tempat : Ruang Kuliah, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

Alauddin Makassar.

D. Alat dan Bahan

Alat : Luxmater PU 3.2-02

Bahan :-

E. Cara Kerja

1. Nyalakan luxmeter yang telah dikalibrasi dengan membuka penutup sensor.

2. Bawa alat ke tempat titik pengukuran yang telah ditentukan, untuk

mengukur intensitas pencahayaan di ruang kuliah bawa alat tersebut ke

tengah ruang kuliah.

3. Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat

sehingga didapat nilai angka yang stabil.

4. Matikan luxmeter setelah selesai dilakukan pengukuran intensitas

penerangan.

49
BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Dari hasil pratikum yaitu melakukan pengukuran pencahayaan pada

ruangan kuliah di FKIK, diperoleh hasil sebagai berikut:

Pencahayaan Pencahayaan
NO. Tempat
Alami Buatan

1. Ruangan Kuliah 1
67 lux 132 lux
FKIK

2. Ruangan Kuliah 2
24 lux 85 lux
FKIK

Sumber : Data Primer, 2019

Hasil dari pengukuran intensitas pencahayaan di dua ruangan kuliah

FKIK diperoleh pengukuran intensitas pencahayaan alami di ruang kuliah 1

FKIK dan ruang kuliah 2 FKIK yaitu 67 lux, dan 24 lux. Sedangkan untuk

pengukuran intensitas pencahayaan buatan di kedua ruangan kuliah tersebut

adalah 132 lux, dan 85 lux.

B. Pembahasan

Dalam melakukan pengukuran terhadap intensitas pencahayaan adalah

luxmeter. Alat ini mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, kemudian

energi listrik dalam bentuk arus listrik diubah menjadi angka yang dapat dibaca

pada layer monitor. Selain luxmeter juga ada brightnesmeter untuk luminensi

dan pengukur kekuatan sumber cahaya yaitu forometer.

50
Hasil pengukuran tingkat pencahayaan yang dilakukan dengan

menggunakan alat ukur luxmeter, dengan rancangan pengukuran mengikuti

aturan Kepmenkes No. 1405/MENKES/SK/XI/2002 dan SNI 03-6179-2000.

Diperoleh hasil bahwa tingkat pencahayaan ruangan kuliah 1 FKIK dan

ruangan

51
kuliah 2 FKIK dengan sumber pemcahayaan alami 67 lux dan 24 lux,

sedangkan sumber pencahayaan buatan memberikan tingkat pencahayaan 132

lux dan 85 lux. Hanya di ruang kuliah 1 FKIK yang memenuhi standar

Kepmenkes No. 1405/MENKES/SK/XI/2002 yaitu pencahayaan ruang kerja

min.100 lux dengan sumber pencahayaan buatan di ruang kuliah tersebut 132 lux,

tetapi tidak memenuhi standar yang ditetapkan oleh SNI 03-6179-2000.

Kemudian nilai-nilai lainnya belum memenuhi standar pencahayaan yang

ditetapkan oleh Kepmenkes No. 1405/MENKES/SK/XI/2002, yaitu standar

pencahayaan ruangan kerja min. 100 lux dan SNI 03-6179-2000 standar

pencahayaannya yang ditetapkan dalam ruangan kuliah atau kelas yaitu 250

lux. Penyebab rendahnya nilai standar ruangan pencahayaan yang berada di

FKIK UIN Alauddin Makassar, karena pada saat itu kami melakukan pratikum

tersebut sekitar jam 16.00 WITA sehingga menyebabkan cahaya yang masuk

diruangan tersebut terbatas, sehingga tidak memenuhi nilai standar yang telah

ditentukan.

51
Kesimpulan

Cahaya merupakan suatu keharusan agar dapat melakukan aktivitas

dengan baik serta untuk menciptakan kenyamanan sosial. Pencahayaan adalah

jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan

kegiatan secara efektif (Kepmenkes No.1405 tahun 2002).

Hasil pengukuran tingkat pencahayaan yang dilakukan dengan

menggunakan alat ukur luxmeter, Hanya di ruang kuliah 1 FKIK yang memenuhi

standar Kepmenkes No. 1405/MENKES/SK/XI/2002 yaitu pencahayaan ruang kerja

min.100 lux dengan sumber pencahayaan buatan di ruang kuliah tersebut 132 lux, tetapi

tidak memenuhi standar yang ditetapkan oleh SNI 03-6179-2000.

Kemudian nilai-nilai lainnya yang didapatkan pada sata pratikum belum

memenuhi standar pencahayaan yang ditetapkan oleh Kepmenkes No.

1405/MENKES/SK/XI/2002, yaitu standar pencahayaan ruangan kerja min. 100 lux dan

SNI 03-6179-2000 standar pencahayaannya yang ditetapkan dalam ruangan kuliah

atau kelas yaitu 250 lux. Penyebab rendahnya nilai standar ruangan pencahayaan

yang berada di FKIK UIN Alauddin Makassar, karena kami melakukan pratikum

tersebut sekitar jam 16.00 WITA sehingga menyebabkan cahaya yang masuk

diruangan tersebut terbatas, sehingga tidak memenuhi nilai standar yang telah

ditentukan.

Saran

1. Untuk mahasiswa dalam melakukan pratikum sebaiknya melakukan dengan

teliti serta aktif dalam pelaksanaannya.

2. Sebelum melakukan pratikum alat-alat yang diujikan di cek terlebih dahulu.

52
Daftar Pustaka

KBBI IV. 2019. Pengertian cahaya. Diakses pada tanggal 16 Desember 2019

dikutip di https://www.google.com/amp/s/kbbi.web.id/cahaya.html

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Persyaratan Kesehatan

Lingkungan kerja Perkantoran dan Industri No.1405 tahun 2002.

Rusdi Nitha. Pencahayaan. Makassar: Universitas Hasanuddin

SNI. 2002. Standar Nasional Indonesia SNI 03-6179-2000 Konservasi Energi

pada Sistem Pencahayaan. Jakarta: Badan Standar Nasional.

53
BAB I

PENDAHULUAN

A. Dasar Teori

1. Definisi

a. Iklim Kerja

Iklim kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara,

kecepatan Gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi dari keempat faktor ini

dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh yang disebut tekanan

panas. Menurut PERMENAKERTRANS No. PER 13/MEN/X/2011

iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan

Gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari

tubuh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannnya.

Iklim kerja merupakan salah satu faktor fisik yang berpotensi

menimbulkan potensi bahaya yang dapat menimbulkan gangguan

kesehatan terhadap tenaga kerja bila berada pada kondisi yang ekstrim

panas dan dingin dengan kadar yang melebihi Nilai Ambang Batas

(NAB), yang diperkenankan menuru tstandar kesehatan. Cuaca kerja

yang tidak nyaman dan tidak sesuai dengan syarat yang ditentukan dapat

menurunkan kapasitas kerja yang berakibat menurunnya efisiensi dan

produktifitas kerja

b. Suhu

Tubuh pekerja dapat kehilangan panas jika terjadi kontak langsung

dengan benda yang suhunya lebih rendah dari suhu tubuh atau kulit.

Penghantaran panas dengan cara ini disebut dengan konduksi. Besarnya

panas yang hilang tergantung pada besarnya perbedaan antara suhu kulit

dengan media

55
penghantar. Misalnya, air adalah konduktor yang lebih baik dari udara.

Jadi tubuh lebih cepat kehilangan panas dalam air dingin daripada dalam

udara pada suhu yang sama. Akan tetapi kehilangan panas tubuh dengan

konduksi sangat sedikit, pengaruh panas lingkungan pada tubuh lebih

banyak melalui radiasi.

c. Kelembaban

Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara,

biasanya dinyatakan dalam persentase Salah satu cara penurunan suhu

tubuh adalah dengan evaporasi (penguapan). Evaporasi adalah proses

perubahan sifat zat dari bentuk air menjadi gas (uap). Pada tubuh

manusia penguapan terjadi melalui pernapasan (paru-paru) dan keringat

(kulit) namun yang terbanyak adalah melalui kulit. Keringat yang

keluarkan cepat menguap bila kelembaban udara rendah. Penguapan ini

terjadi dengan mengambil panas tubuh. Berkeringat dapat menurunkan

suhu tubuh, namun terjadi bila ada penguapan. Pada lingkungan dengan

kelembaban tinggi, seseorang dapat berkeringat tanpa memperoleh efek

pendinginan. Keringat tidak menguap tetapi menetes

d. Kecepatan Angin

Gerakan atau aliran udara adalah faktor penting dalam membantu

penurunan suhu tubuh. Adanya aliran udara menyebabkan udara yang

terdapat di lapisan dekat kulit dapat diganti oleh udara yang suhunya

rendah dan lebih kering. Proses pertukaran panas antara tubuh dan

lingkungan dengan cara seperti ini disebut konveksi. Media penghantar

pada konveksi biasanya adalah udara atau air. Kecepatan aliran udara

(media) mempengaruhi proses pertukaran panas. Kulit yang tidak

terlindung pakaian akan berhubungan langsung dengan udara dan

56
pertukaran panas lebih cepat terjadi. Sedangkan pada bagian tubuh yang

tertutup pakaian terdapat lapisan udara yang tidak bergerak, yang juga

merupakan penghalang terjadinya sentuhan dengan udara yang bergerak

(mengalir). Gerakan udara juga memperlancar terjadi pelepasan panas

tubuh yang lebih panas dan lembab yang berada di permukaan kulit

diganti dengan udara yang suhu lebih dingin

e. Panas radiasi

Radiasi adalah proses yang dengan gelombang elektromagnetik

dipindahkan melalui ruangan tanpa pemindahan materi dalam ruangan

atau pancaran panas yang dikeluarkan dari tubuh manusia kelingkungan

sekitarnya dapat berbentuk sebagai suatu gelombang elektromagnetik.

Setiap benda termasuk tubuh manusia selalu memancarkan gelombang

panas. Radiasi dapat terjadi tanpa melalui media penghantar dan dengan

cara ini maka bumi mendapatkan panas dari matahari.

2. Jenis-jenis Iklim Kerja

Kemajuan teknologi dan proses produksi didalam industry telah

menimbulkan sesuatu lingkungan kerja yang mempunyai iklim dan cuaca

tertentu yang dapat berupa iklim kerja panas dan iklim kerja dingin.

a. Iklim Kerja Panas

Iklim kerja panas merupakan meteorology dari lingkungan kerja yang

dapat disebabkan oleh Gerakan angin, kelembaban, suhu udara, suhu

radiasi, sinarmatahari. Panas sebenarnya merupakan energi kinetic gerak

molekul yang secara terus menerus dihasilkan dalam tubuh sebagai hasil

samping metabolism dan panas tubuh yang dikeluarkan kelingkungan

sekitar. Agar tetap seimbang antara pengeluaran dan pembentukan panas

maka tubuh mengadakan usaha pertukaran panas dari tubuh

57
kelingkungan sekitar melalui kulit dengan cara konduksi, konveksi,

radiasi dan evaporasi (Suma’mur, 1996).

Salah satu kondisi yang disebabkan oleh iklim kerja yang terlalu tinggi

adalah apa yang dinamakan dengan heat stress (tekanan panas). Tekanan

panas adalah keseluruhan beban panas yang diterima tubuh yang

merupakan kombinasi dari kerja fisik, faktor lingkungan (suhu udara,

tekanan uap air, pergerakan udara, perubahan panas radiasi) dan faktor

pakaian. Tekanan panasakan berdampak pada terjadinya:

1) Dehidrasi

Penguapan yang berlebihan akan mengurangi volume darah dan pada

tingkat awal aliran darah akan menurun dan otak akan kekurangan

oksigen.

2) Heat Rash

Yang paling umum adalah prickly heat yang terlihat sebagai papula

merah, hal ini terjadi akibat sumbatan kelenjar keringat dan retensi

keringat. Gejala bias berupa lecet terus-menerus dan panas disertai

gatal yang menyengat.

3) Heat Fatigue

Gangguan pada kemampuan motorik dalam kondisi panas. Gerakan

tubuh menjadi lambat dan kurang waspada terhadap tugas.

4) Heat Cramps

Kekejangan otot yang diikuti penurunan sodium klorida dalam darah

sampai dibawah tingkat kritis. Dapat terjadi sendiri atau Bersama

dengan kelelahan panas dan kekejangan timbul secara mendadak.

5) Heat Exhaustio

Dikarenakan kekurangan cairan tubuh atau elektrolit.

58
6) Heat Sincope

Keadaan kolaps atau kehilangan kesadaran selama pemajanan panas

dan tanpa kenaikan suhu tubuh atau penghentian keringat.

7) Heat Stroke

Kerusakan serius yang berkaitan dengan kesalahan pada pusat

pengatur suhu tubuh. Pada kondisi ini mekanisme pengatur suhu tidak

berfungsi lagi disertai hambatan proses penguapan secara tiba-tiba

b. Iklim Kerja Dingin

Pengaruh suhu dingin dapat mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku

atau kurangnya koordinasi otot. Sedangkan pengaruh suhu ruangan

sangat rendah terhadap kesehatan dapat mengakibat kanpenyakit yang

terkenal yang disebut dengan chilblains, trench foot dan frostbite.

3. Nilai Ambang Batas

Menurut SNI 16-7061-2004 Iklim kerja (panas) merupakan salah

satu faktor yang pengaruhnya cukup dominan terhadap kinerja sumber daya

manusia bahkan pengaruhnya tidak terbatas pada kinerja saja melainkan

dapat lebih jauh lagi, yaitu pada kesehatan dan keselamatan kerja. Untuk itu

diperlukan standar mengenai pengukuran iklim kerja (panas) dengan

parameter indeks suhu basah dan bola. Standar pengukuran iklim kerja

(panas) dengan parameter indeks suhu basah dan bola dimaksudkan untuk

mewujudkan keseragaman dalam melakukan penilaian.

Standar pengukuran ini merupakan cara pemantau kerja yang

mempunyai potensi bahaya bagi tenaga kerja yang bersumber dari iklim

kerja (panas). Dalam penerapannya di lapangan. Pengukuran indeks suhu

basa dan bola dilaksanakan bersamaan dengan perhitungan beban kerja yang

di bandingkan pada pembatasan waktu kerja sebagaimana diatur dalam

59
Keputusan Mentari Tenaga Kerja No. Kep. 51/Men/1999 tentang Nilai

Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat Kerja. Adapun tabelnya sebagai

berikut:

Tabel

Nilai Ambang Batas Iklim Kerja

Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang Diperkenankan

Pengaturan Waktu Kerja Setiap ISBB (oC)

Hari Beban Kerja

Waktu
Waktu Kerja Ringan Sedang Berat
Istirahat

Bekerja terus menerus - 30.0 26.7 25.0

(8 jam/hari)

75% Kerja 25% Istirahat 30.6 28.0 25.9

50% Kerja 50% Istirahat 31.4 29.4 27.9

25% Kerja 75% Istirahat 32.2 31.1 30.0

Sumber : Kepmenkes No. Kep.51/Men/1999

Untuk mengetahui iklim kerja di suatu tempat kerja dilakukan

pengukuran besarnya tekanan panas salah satunya dengan mengukur ISBB

atau Indeks Suhu Basah dan Bola (SNI 16-7061-2004). ISBB adalah

parameter untuk menilai tingkat iklim kerja yang merupakan hasil

perhitungan antara suhu udara kering (Dry Buld Temperature), suhu basah

(Wet Buld Temperature), dan suhu bola (Globe Temperature) (Kepmenkes

No.51 tahun 1999). Rumus dasar ISBB ada dua yaitu:

1. Untuk pekerjaan di luar Gedung

ISBB = 0,7 X Suhu basah + 0,2 X Suhu bola + 0,1 X Suhu Kering

60
2. Untuk pekerjaan di dalam Gedung

ISBB = 0,7 X Suhu basah + 0,3 X Suhu bola

B. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum kebisinan yang telah kami lakukan yaitu:

1. Untuk mengetahui iklim pada lingkungan kerja indoor dan outdoor

2. Untuk mengetahui tata cara penggunaan alat pengukur iklim kerja dalam

hal ini Heat Sterss Monitor

C. Waktu Dan Tempat Praktikum

Waktu : Rabu, 04 Desember 2019 Pukul 16.20 WITA

Tempat : Di lapangan basket Kampus II UIN Alauddin Makassar

D. Alat Dan Bahan

Alat : Heat Stress Monitor PU 3.2-01

Bahan : Aquades

E. Cara Kerja

1. Pasangkan Globe Ball, Wet Ball, dan Dry Ball pada masing-masing

tempatnya sesuai dengan petunjuk pada alat.

2. Pada wet ball berikan aquades 5-10 tetes.

3. Kemudian hidupkan alat dengan menggeser rtombol “on”, tekan select

untuk memilih item pengukuran.

Lakukan pengukuran indoor dan outdoor kemudian catat dan simpulkan

hasilnya.

61
BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Dari hasil pratikum yaitu pengukuran iklim yang dilakukan di lapangan

basket Kampus II UIN Alauddin Makassar, diperoleh hasil sebagai berikut:

HASIL PENGUKURAN

Indoor Outdoor

WBGT 28.8 oC WB 27.1 oC

DB 30.5 oC

GT 32.9 oC

WBGT 28.4 oC

Sumber : Data Primer, 2019

Hasil pengukuran iklim kerja (panas) dengan parameter indeks suhu

basah dan bola diperoleh nilai Wet Bulb Globe Temperature Index (WBGT)

indoor yaitu 28.8 oC. Sedangkan hasil pengukuran outdoor nilai yang

diperoleh dari Wet Bulb (WB) 27.1 oC, Dry Buld (DB) 30.5 oC, Globe

Temperature (GT) 32.9 oC, dan Wet Bulb Globe Temperature Index (WBGT)

yaitu 28.4 oC.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengukuran iklim kerja (panas) dengan parameter

indeks suhu basah dan bola yang dilakukan di lapangan basket Kampus II UIN

Alauddin Makassar dari pengukuran tersebut diperoleh hasil Wet Bulb Globe

Temperature Index (WBGT) indoor yaitu 28.8 oC. Sedangkan hasil pengukuran

62
outdoor nilai yang diperoleh dari Wet Bulb (WB) 27.1 oC, Dry Buld (DB) 30.5
o
C, Globe Temperature (GT) 32.9 oC, dan Wet Bulb Globe Temperature Index

63
(WBGT) yaitu 28.4 oC. Karena kami mengadakan pratikum di luar Gedung

maka kami berfokus ke nilai out WBGT yang dihasilkan yaitu 28.4 oC.

Dari hasil tersebut bila dibandingkan dengan nilai NAB ISBB dalam

waktu kerja 8 jam, maka hasil tersebut dapat dinyatakan tidak melebihi Nilai

Ambang Batas yang telah ditetapkan.

63
Kesimpulan

Menurut PERMENAKERTRANS No. PER 13/MEN/X/2011 iklim kerja

adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan Gerakan udara dan

panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai

akibat pekerjaannnya.

Berdasarkan hasil pengukuran iklim kerja (panas) dengan parameter

indeks suhu basah dan bola yang dilakukan di lapangan basket Kampus II UIN

Alauddin Makassar dari pengukuran tersebut diperoleh hasil Wet Bulb Globe

Temperature Index (WBGT) indoor yaitu 28.8 oC. Sedangkan hasil pengukuran

outdoor nilai yang diperoleh dari Wet Bulb (WB) 27.1 oC, Dry Buld (DB) 30.5 oC,

Globe Temperature (GT) 32.9 oC, dan Wet Bulb Globe Temperature Index

(WBGT) yaitu 28.4 oC. Karena kami mengadakan pratikum di luar Gedung maka

kami berfokus ke nilai out WBGT yang dihasilkan yaitu 28.4 oC.

Dari hasil tersebut bila dibandingkan dengan nilai NAB ISBB dalam

waktu kerja 8 jam, maka hasil tersebut dapat dinyatakan tidak melebihi Nilai

Ambang Batas yang telah ditetapkan.

Saran

Ketika melakukan pratikum Heat Stress (Iklim Kerja (Panas)) sebaiknya

melakukan pratikum tersebut bukan hanya diluar ruangan tetapi di dalam ruangan

juga.

Daftar Pustaka

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Kep.51/Men/1999 Nilai

Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja.

SNI. 2004. Standar Nasional Indonesia SNI 16-7061-2004 Pengukuran Iklim

Kerja (Panas) Dengan Parameter Indeks Suhu Basah dan Bola. Jakarta:

Badan Standar Nasional.

64
Depnakertrans RI. 2011. PER 13/MEN/X/2011 Tentang Nilai Ambang Batas

65
BAB I

PENDAHULUAN

A. Dasar Teori

1. Pengertian Radiasi

Radiasi adalah mendeskripsikan setiap proses di mana energi

bergerak melalui media atau melalui ruang, dan akhirnya diserap oleh benda

lain. Orang awam sering menghubungkan kata radiasiionisasi (misalnya,

sebagaimana terjadi pada senjata nuklir, reaktornuklir, danzatradioaktif),

tetapi juga dapat merujuk kepada radiasi elektromagnetik (yaitu, gelombang

radio, cahaya inframerah, cahaya tampak, sinar ultra violet, dan X-ray),

radiasiakustik, atau untuk proses lain yang lebih jelas. Apa yang membuat

radiasia adalah bahwa energy memancarkan (yaitu, bergerak keluar dalam

garis lurus kesegalaarah) dari suatu sumber. Geometri ini secara alami

mengarah pada system pengukuran dan unit fisik yang sama berlaku untuk

semua jenisradiasi. Beberapa radiasi dapat berbahaya.

2. Sinar Radiasi

Tiga jenis utama radiasi ditemukan oleh Ernest Rutherford, Alfa,

Beta, dan sinar gamma. Radiasi tersebut ditemukan melalui percobaan

sederhana, Rutherford menggunakan sumber radioaktif dan menemukan

bahwa sinar menghasilkan memukul tiga daerah yang berbeda. Salah satu

dari mereka menjadi positif, salah satu dari mereka bersikap netral, dan

salah satu dari mereka yang negatif. Dengan data ini, Rutherford

menyimpulkan radiasi yang terdiri dari tiga sinar. Dia member nama yang

diambil dari tiga huruf pertama dari abjad Yunani yaitu alfa, beta, dan

gamma.

66
a. Radiasi alpha

Gambar 1 Peluruhan Alpha


Peluruhan Alpha adalah jenis peluruhan radioaktif di mana inti

atom memancarkan partikel alpha, dan dengan demikian mengubah (atau

'meluruh') menjadi atom dengan nomor massa 4 kurang dan nomor atom

2 kurang.

Namun, karena massa partikel yang tinggi sehingga memiliki

sedikit energy dan jarak yang rendah, partikel alfa dapat dihentikan

dengan selembar kertas (atau kulit).

b. Radiasi beta

Gambar 2 Peluruhan Beta

Peluruhan beta adalah jenis peluruhan radioaktif di mana partikel

beta (elektron atau positron) dipancarkan. Radiasi beta-minus (β⁻) terdiri

67
dari sebuah elektron yang penuh energi. Radiasi ini kurang terionisasi

dari pada alfa, tetapi lebih dari pada sinar gamma. Elektron seringkali

dapat dihentikan dengan beberapa sentimeter logam. Radiasi ini terjadi

ketika peluruhan neutron menjadi iproton dalam nukleus, melepaskan

partikel beta dan sebuah anti neutrino.

Radiasi beta plus (β+) adala hemisipositron. Jadi, tidak seperti β⁻,

peluruhan β+ tidak dapat terjadi dalam isolasi, karena memerlukan

energi, massa neutron lebih besar dari pada massa proton. peluruhan β+

hanya dapat terjadi di dalam nukleus ketika nilai energi yang mengikat

dari nukleus induk lebih kecil dari nukleus. Perbedaan antara energy ini

masuk ke dalam reaksi konversiproton menjadi neutron, positron dan

antineutrino, dan ke energi kinetik dari partikel-partikel.

c. Radiasi gamma

Gambar 3 Peluruhan Gamma


Radiasi gamma atau sinar gamma adalah sebuah bentuk berenergi

dari radiasi elektromagnetik yang diproduksi oleh radioaktivitas atau

proses nuklir atau subatomik lainnya seperti penghancuran elektron-

positron. Radiasi gamma terdiri dari foton dengan frekuensi lebih besar

dari 1019 Hz. Radiasi gamma bukan electron atau neutron sehingga tidak

dapat dihentikan hanya dengan kertas atau udara, penyerapan sinar

68
gamma lebih efektif pada materi dengan nomor atom dan kepadatan yang

tinggi. Bila sinar gamma bergerak melewati sebuah materi maka

penyerapan radiasi gamma proporsional sesuai dengan ketebalan

permukaan materi tersebut.

3. Jenis-jenis Radiasi

a. Radiasi non-ionisasi

Radiasi non-ionisasi, sebaliknya, mengacu pada jenis radiasi yang

tidak membawa energi yang cukup per foton untuk mengionisasi atom

atau molekul. Ini terutama mengacu pada bentuk energi yang lebih

rendah dari radiasi elektromagnetik (yaitu, gelombang radio, gelombang

mikro, radiasi terahertz, cahaya infra merah, dan cahaya yang tampak).

Dampak dari bentuk radiasi pada jaringan hidup hanya baru-baru ini

telah dipelajari. Alih-alih membentuk ion berenergi ketika melewati

materi, radiasi elektromagnetik memiliki energi yang cukup hanya untuk

mengubah rotasi, getaran atau elektronik konfigurasi valensi molekul dan

atom. Namun, efekbiologis yang berbeda diamati untuk berbagai jenis

radiasi non-ionisasi

1) Radiasi Neutron

Radiasi Neutron adalah jenis radiasi non-ion yang terdiri dari neutron

bebas. Neutron ini bias mengeluarkan selama baik spontan atau

induksi fisinuklir, proses fusinuklir, atau dari reaksi nuklir lainnya.Ia

tidak mengionisasi atom dengan cara yang sama bahwa partikel

bermuatan seperti proton dan electron tidak (menarik elektron), karena

neutron tidak memiliki muatan. Namun, neutron mudah bereaksi

dengan inti atom dari berbagai elemen, membuat isotop yang tidak

stabil dan karena itu mendorong radioaktivitas dalam materi yang

69
sebelumnya non-radioaktif. Proses ini dikenal sebagai aktivasi

neutron.

2) Radiasi elektromagnetik

Radiasi elektromagnetik mengambil bentuk gelombang yang

menyebar dalam udara kosong atau dalam materi. Radiasi EM

memiliki komponen medan listrik dan magnetik yang berosilasi pada

fase saling tegak lurus dan kearah propagasi energi. Radiasi

elektromagnetik diklasifikasikan kedalam jenis menurut frekuensi

gelombang, jenis ini termasuk (dalam rangka peningkatan frekuensi):

gelombang radio, gelombang mikro, radiasi terahertz, radiasi infra

merah, cahaya yang terlihat, radiasi ultraviolet, sinar-X dan sinar

gamma. Dari jumlah tersebut, gelombang radio memiliki panjang

gelombang terpanjang dan sinar gamma memiliki terpendek. Sebuah

jendela kecil frekuensi, yang disebut spektrum yang dapat dilihat atau

cahaya, yang dilihat dengan mata berbagai organisme, dengan variasi

batas spektrum sempit ini. EM radiasi membawa energy dan

momentum, yang dapat disampaikan ketika berinteraksi dengan

materi.

b. Cahaya

Cahaya adalah radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang yang

terlihat oleh mata manusia (sekitar 400-700 nm), atau sampai 380-

750 nm. Lebih luas lagi, fisik awan menganggap cahaya sebagai radiasi

elektromagnetik dari semua panjang gelombang, baik yang terlihat

maupun tidak.

c. Radiasi termal

70
Radiasi termal dalah proses dimana permukaan benda memancarkan

energy panas dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Radiasi infra

merah dari radiator rumah tangga biasa atau peman asli strika adalah

contoh radiasi termal, seperti panas dan cahaya yang dikeluarkan oleh

sebuah bola lampu pijar bercahaya. Radiasi termal dihasilkan ketika

panas dari pergerakan partikel bermuatan dalam atom diubah menjadi

radiasi elektromagnetik. Gelombang frekuensi yang dipancarkan dari

radiasi termal adalah distribusi probabilitas tergantung hanya pada suhu,

dan untuk benda hitam asli yang diberikan oleh hukum radiasi Planck.

hukum Wien memberikan frekuensi paling mungkin dari radiasi yang

dipancarkan, danhukum Stefan-Boltz man nmemberikan intensitas panas.

4. Penggunaan radiasi pada beberapa bidang

a. Kedokteran

Radiasi dan zatradioaktif digunakan untuk diagnosis, pengobatan, dan

penelitian. sinar X, misalnya, melalui otot dan jaringan lunak lainnya

tetapi dihentikan oleh bahan padat. Properti sinar X ini memungkinkan

dokter untuk menemukan tulang rusak dan untuk menemukan kanker

yang mungkin tumbuh dalam tubuh. Dokter juga menemukan penyakit

tertentu dengan menyuntikkan zat radioaktif dan pemantauan radiasi

yang dilepaskan sebagai bergerak melalui substansi tubuh.

b. Komunikasi

Semua system komunikasi modern menggunakan bentuk radiasi

elektromagnetik. Variasi intensitas radiasi berupa perubahan suara,

gambar, atau informasi lain yang sedang dikirim. Misalnya, suara

manusia dapat dikirim sebagai gelombang radioa taugelombang mikro

dengan membuat gelombang bervariasi sesuai variasi suara.

71
c. Teknologi

Para peneliti menggunakan atom radio aktif untuk menentukan umur

bahan yang dulu bagian dari organisme hidup. Usia bahan tersebut dapat

diperkirakan dengan mengukur jumlah karbon radioaktif mengandung

dalam proses yang disebut penanggalan radiokarbon. Kalangan ilmuwan

menggunakan atom radioaktif sebagai atom pelacak untuk

mengidentifikasi jalur yang dilalui oleh polutan di lingkungan.

Radiasi digunakan untuk menentukan komposisi bahan dalam proses

yang disebut analisis aktivasi neutron. Dalam proses ini, para ilmuwan

membombardir contoh zat dengan partikel yang disebut neutron.

Beberapa atom dalam sampel menyerap neutron dan menjadi radioaktif.

Para ilmuwan dapat mengidentifikasi elemen-elemen dalam sampel

dengan mempelajari radiasi yang dilepaskan.

5. Dampak Radiasi terhadap Kesehatan

Efek radiasi bagi kesehatan manusia di bagi menjadi 4 antara lain (Wiharto,

1997 dalam Mahanani, 2009 diambil Nurfadillah, 2014):

a. Efek genetik atau pewarisan adalah efek radiasi yang dirasakan oleh

keturunan dari orang yang menerima radiasi tersebut.

b. Efek somatic yaitu jika akibat radiasi dapat langsung dirasakan oleh

orang yang menerima radiasi tersebut.

c. Efek stokastik memiliki ciri-ciri, yaitu:

1) Tidak mengenal dosis ambang.

2) Timbul setelah melalui masa tenang yang lama.

3) Keparahannya tidak tergantung pada dosis radiasi.

4) Tidak ada penyembuhan spontan.

72
Yang termasuk efek stokastik antara lain, kanker, leukemia (efek

somatik) dan penyakit keturunan.

d. Efek non stokastik atau determinostik merupakan efek yang kualitas

keparahannya bervariasi menurut dosis dan hanya timbul bila dosis

ambang dilampaui. Ciri-cirinya yaitu:

1) Mempunyai dosis ambang.

2) Umumnya timbul beberapa saat setelah radiasi.

3) Adanya penyembuhan spontan

4) Keparahannya tergantung dosis radiasi.

Efek non stokastik ini meliputi beberapa efek somatik seperti luka bakar,

sterilisasi (kemandulan), katarak, kelainan kongenital (setelah iradiasi

dalam Rahim).

6. Nilai Ambang Batas Radiasi

Menurut PERMENAKERTRANS nomor 13 tahun 2011 tentang

Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja

menjelaskan bahwa definisi dari dari Nilai Ambang Batas (NAB) adalah

standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai kadar/intensitas rata-rata

tertimbang waktu (time weighted average) yang dapat diterima tenaga kerja

tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan

sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.

Radiasi frekuensi radio dan gelombang mikro (Microwave) adalah

radiasi elektromagnetik dengan frekuensi 30 Kilo Hertz sampai 300 Giga

Hertz. Radiasi ultra ungu (ultraviolet) adalah radiasi elektromagnetik

dengan Panjang gelombang 180 nano meter sampai 400 nano meter (nm).

Adapaun tabelnya yaitu sebagai berikut:

73
Tabel

Waktu Pemaparan Radiasi Sinar Ultra Ungu yang diperkenankan

Berdasarkan PERMENAKERTRANS Nomor Per.13/MEN/X/2011 tentang

Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja

Masa Pemaparan per Hari Iradiasi Efektif (IEff) mW / cm2

8 jam 0,0001

4 jam 0,0002

2 jam 0,0004

1 jam 0,0008

30 menit 0,0017

15 menit 0,0033

10 menit 0,005

5 menit 0,01

1 menit 0,05

30 detik 0,1

74
10 detik 0,3

1 detik 3

0.5 detik 6

0,1 detik 30

Sumber : PERMENAKERTRANS Nomor Per.13/MEN/X/2011

B. Tujuan Pratikum

1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah yaitu Analisis Kesehatan

Lingkungan.

2. Untuk mengetahui intensitas radiasi dari objek pratikum

3. Untuk mengetahui bagaimana cara pengoperasian Alat ukur radiasi yaitu

Electromagnetic Field Meter.

C. Waktu dan Tempat

Waktu : Rabu, 04 Desember 2019 Pukul 15.30-15.35 WITA.

Tempat : Disekitar ruang jurusan kesehatan masyarakat.

D. Alat dan Bahan

Alat : Electromagnetic Field Metet EMF-819

Bahan :-

E. Cara Kerja

1. Nyalakan alat (Electromagnetic Field Metet EMF-819) tersebut dengan

menekan tombol “Power”

2. Selanjutnya diamkan selama 1 menit agar nilai yang dihasilkan dari alat

radiasi tersebut stabil.

75
3. Kemudian alat tersebut diarahkan ke sumber radiasi, ketika ingin

mengetahui nilai min. dan maks. Tekan tombol “Rec Enter”.

4. Selanjutnya menunggu beberapa menit, sehingga sensor menerima

gelombang elektromagnetik dari sumber radiasi kemudian diubah menjadi

sinyal-sinyal eletronik dan ditampilkan berupa angka atau besaran pada

display monitor.

5. Setelah itu catat angka yang dihasilkan dari alat tersebut.

76
BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Diperoleh hasil sebagai berikut:

Waktu
Pengambilan Tempat Pengambilan Nilai Maks.

Disekitar ruangan jurusan 1.14


15.30-15.31
kesehatan masyakarat µW/cm2

Hasil pengukuran intensitas radiasi yang dilakukan disekitar ruang

jurusan kesehatan masyarakat, yang dilakukan ± selama 1 menit, nilai

maksimal yang didapatkan adalah 1.14 µW/cm2.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil pratikum yang dilakukan disekitar ruang jurusan

kesehatan masyarakat, diperoleh nilai intensitas radiasi yang dilakukan selama

1 menit yaitu 1.14 µW/cm2. Jika mengacu pada Waktu Pemaparan Radiasi

Sinar Ultra Ungu yang diperkenankan Berdasarkan PERMENAKERTRANS

Nomor Per.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan

Faktor Kimia di Tempat Kerja, dalam 1 menit waktu pemamparan yang

diperkenankan yaitu 0.05 µW/cm2. Tetapi hasil yang di dapat yaitu 1.14

µW/cm2, artinya radiasi yang ada disekitar ruang jurusan kesehatan masyarakat

melebihi nilai ambang batas yang telah ditentukan.

Adapun faktor penyebab tingginya nilai intensitas radiasi yang di

dapatkan yang melebihi nilai ambang batas yang ditentukan, karena banyaknya

mahasiswa yang menggunakan Handphone (Hp) disekitar ruang jurusan dan

76
adanya sumber radiasi yang lain pada saat melakukan pengukuran intensitas

radiasi.

77
Kesimpulan

Radiasi adalah mendeskripsikan setiap proses di mana energi bergerak

melalui media atau melalui ruang, dan akhirnya diserap oleh benda lain.Radiasi

frekuensi radio dan gelombang mikro (Microwave) adalah radiasi elektromagnetik

dengan frekuensi 30 Kilo Hertz sampai 300 Giga Hertz. Radiasi ultra ungu

(ultraviolet) adalah radiasi elektromagnetik dengan Panjang gelombang 180 nano

meter sampai 400 nano meter (nm).

Berdasarkan PERMENAKERTRANS Nomor Per.13/MEN/X/2011

tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja,

dalam 1 menit waktu pemamparan yang diperkenankan yaitu 0.05 µW/cm2. Tetapi

hasil yang di dapat yaitu 1.14 µW/cm2, artinya radiasi yang ada disekitar ruang

jurusan kesehatan masyarakat melebihi nilai ambang batas yang telah ditentukan.

Adapun faktor penyebab tingginya nilai intensitas radiasi yang di

dapatkan yang melebihi nilai ambang batas yang ditentukan, karena banyaknya

mahasiswa yang menggunakan Handphone (Hp) disekitar ruang jurusan dan

adanya sumber radiasi yang lain pada saat melakukan pengukuran intensitas

radiasi.

Saran

1. Untuk masyarakat agar kiranya tidak menggunakan alat-alat eletronik dalam

jangka waktu yang lama karena mengingat bahwa barang -barang seperti alat

eletronik itu memiliki intensitas radiasi yang tinggi ketika digunakan dalam

jangka waktu yang lama, dan memiliki dampak terhadap kesehatan.

2. Untuk mahasiswa agar kiranya selalu menjaga alat-alat tersebut pada saat

pratikum agar alat tersebut bisa dipakai kem

77
DOKUMENTASI

Pengukuran Getaran Menggunakan Vibration Meter

Ket: Alat ukur Vibration Meter Ket: Proses Pengukuran

Ket: Hasil pengukuran

78
Pengukuran Kualitas Udara CO2 (Karbondioksida) menggunakan CO2

Meter

Ket: Alat Ukur CO2 Meter Ket: Proses pengukuran kualitas


udara CO2 di tempat parkir FKIK

Ket: Hasil pengukuran nilai Ket: Hasil pengukuran nilai


Minimal kualitas udara CO2 Maksimal kualitas udara CO2

79
Pengukuran Kualitas Udara O2 (Oksigen) menggunakan O2 Meter

Ket: Proses pengukuran

Ket: Hasil pengukuran Ket: Alat ukur O2 meter

80
Pengukuran Kualitas Udara CO (Karbon Monoksida) menggunakan

CO Meter

Ket: Alat ukur CO Meter Ket: Proses pengukuran

Ket: Hasil pengukuran

81
Pengukuran Pencahayaan Menggunakan Lux Meter

Ket: Penjelasan bagaimana cara


Ket: Alat ukur lux meter PU 3.2-02 menggunakan lux meter

Ket: Proses pengukuran pencahayaan


yang dilakukan diruangan kuliah FKIK

82
Pengukuran Iklim Kerja (Panas) menggunakan Alat Ukur

Heat Stress Monitor PU 3.2-01

Ket: Alat ukur Heat Stress Monitor PU 3.2-01

Ket: Contoh hasil pengukuran dari alat ukur


Heat Stress Monitor PU 3.2-01

Ket: Proses pengoperasian

83
Pengukuran Radiasi menggunakan Alat Ukur Electromagnetic Field Meter

Ket: Alat Ukur Electromagnetic Field Meter

Ket: Proses pengoperasian


Ket: Hasil Pengukuran

84

Anda mungkin juga menyukai