PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara berpenduduk padat dengan standar hidup yang relatif rendah
dan pasokan tenaga kerja yang melimpah. Undang-undang Republik Indonesia No.13 tahun
2003 tentang ketenagakerjaan pasal 86 menyatakan bahwa setiap pekerja/karyawan berhak
atas kesehatan dan keselamatan kerja untuk mencapai produktivitas kerja yang optimal.
Tenaga kerja yang sehat dapat meningkatkan produktivitas dan keamanan kerja serta
mengurangi cuti sakit. Karyawan dapat terjamin kesehatan dan produktivitas kerjanya yang
optimal bila terdapat keseimbangan antara beban kerja, stres tambahan dari lingkungan
kerja dan kemampuan kerja (Suma’mur, 2009 dalam (Sari, 2017)).
Peran seorang tenaga kerja sangatlah penting dalam perkembangan sektor
industri meskipun banyak perusahaan yang menggunakan mesin dan teknologi canggih
dalam proses produksinya. Salah satu konsekuensi dari perkembangan industri yang
sangat pesat dan persaingan yang ketat antar perusahaan di Indonesia saat ini adalah
tertantangnya proses produksi kerja dalam perusahaan agar terus menerus berproduksi
selama 24 jam dan diharapkan ada peningkatan kualitas serta kuantitas produksi untuk
mencapai keuntungan yang maksimal (Adi, 2013).
Dalam undang-undang Republik Indonesia No.13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan pasal 86 menyebutkan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak
untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan Kesehatan kerja guna
mewujudkan produktifitas kerja yang optimal. Permenakertrans Nomor 13 Tahun 2011
menjelaskan iklim kerja adalah perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan aliran
udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas yang dikeluarkan oleh tenaga
kerja sebagai akibat dari pekerjaannya. Menurut suma’mur (2009), tenaga kerja dapat
terjamin kesehatan dan produktivitasnya secara optimal bila terdapat keseimbangan
antara beban kerja, beban tambahan akibat lingkungan kerja, serta kapasitas kerja.
Penerapan teknologi maju di dalam proses produksi sampai saat ini telah
semakin intensif. Akibatnya berdampak pada efek samping yang berupa faktor fisik
yang ditimbulkan juga semakin beraneka ragam, salah satunya adalah lingkungan kerja
ekstrim. Lingkungan kerja merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari jenis dan
lokasi pekerjaan karena produktifitas kerja salah satunya tergantung dari tempat dan
lingkungan kerja. Oleh karena itu lingkungan kerja perlu mendapatkan perhatian serius
dan utama, karena rumah kedua pekerja adalah tempat kerja (Suma’mur, 2008).
Iklim kerja merupakan salah satu faktor lingkungan kerja yang berpotensi
menimbulkan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan terhadap tenaga
kerja bila berada pada kondisi yang ekstrim panas dan dingin dengan kadar melebihi
NAB yang diperkenankan menurut standar kesehatan (Tarwaka, 2008). Hasil penlitian
Ramayanti (2015) diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara iklim kerja dan
kelelahan kerja, yaitu pada kondisi iklim kerja melebihi NAB pada kategori beban kerja
yang telah ditentukan terdapat 57,1% yang mengalami kelelahan kerja kategori tinggi.
Iklim kerja ditempat kerja mempengaruhi kondisi tenaga kerjanya. Temperature
yang telalu panas dapat menimbulkan efek fisiologis pada tubuh seperti meningkatnya
kelelahan, efisiensi kerja fisik dan mental menurun, denyut denyut jantung dan tekanan
darah meningkat, aktivitas organ-organ pencernaan menurun, suhu tubuh meningkat,
serta produksi keringat bertambah. Kelelahan kerja ditandai dengan melemahnya tenaga
kerja dalam melakukan pekerjaan atau kegiatan, sehingga meningkatkan kesalahan
dalam melakukan pekerjaan dan akibat fatalnya adalah terjadinya kecelakaan kerja.
1. Bagaimana cara menggunakan alat wet bulb globe temperature instrument dalam
pengukuran iklim kerja pada suatu ruangan tempat kerja?
2. Bagaimana cara melakukan perhitungan Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) dan
RH (Relative Humidity) atau Kelembaban Relatif laboratorium/ bengkel tempat
pengambilan data?
3. Bagaimana pengendalian yang harus dilakukan apabila kondisi ISBB dan RH
(Relative Humidity) belum sesuai dengan peraturan yang berlaku?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui dan mampu menggunakan alat ukur wet bulb globe temperature
instrument dalam mengukur iklim kerja pada suatu ruangan tempat kerja.
2. Mengetahui cara melakukan perhitungan Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) dan
RH (Relative Humidity) atau Kelembaban Relatif laboratorium/ bengkel tempat
pengambilan data?
3. Mengetahui pengendalian yang harus dilakukan apabila kondisi ISBB dan RH
(Relative Humidity) atau Kelembaban Relatif belum sesuai dengan peraturan yang
berlaku?
Sebelum menjelaskan arti iklim kerja, terlebih dahulu akan dijelaskan beberapa
istilah yang berkaitan erat dengan iklim kerja, hal ini dikemukakan dengan maksud agar
dapat membantu memahami konsep atau arti tentang iklim kerja.
Iklim kerja terjemahan dari bahasa Inggris working climate atau working
environment. Iklim kerja merupakan suatu lingkungan dan prasarana, manusia di mana di
dalamnya anggota organisasi melakukan pekerjaan mereka. Dengan kata lain iklim kerja
merupakan lingkungan manusia dimana manusia bekeja. Dikatakan pula bahwa iklim kerja
adalah seperangkat ciri atau atribut yang dirasakan individu dan yang dipertimbangkan
berdampak pada keinginan individu untuk bekerja sebaik-baiknya. Iklim kerja juga dapat
berupa persepsi individu tentang berbagai aspek yang ada dalam lingkungan organisasi.
Iklim kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan
gerakan, dan suhu radiasi. Kombinasi dari keempat faktor ini dihubungkan dengan
produksi panas oleh tubuh yang disebut tekanan panas. Menurut Permenakertrans No. PER
13/MEN/X/2011 iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan
gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja
sebagai akibat pekerjaannya (Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi, 2011).
Iklim kerja adalah suatu kombinasi dari suhu kerja, kelembaban udara, kecepatan
gerakan udara, dan suhu radiasi pada suatu tempat kerja. Iklim kerja yang tidak nyaman,
tidak sesuai dengan syarat yang ditentukan dapat menurunkan kapasitas kerja yang
berakibat menurunnya efisiensi dan produktivitas kerja. Suhu udara yang dianggap nikmat
bagi orang Indonesia adalah berkisar 24oC–26oC dan selisih suhu di dalam dan diluar tidak
boleh lebih dari 5oC. Batas kecepatan angin secara kasar yaitu 0,25 sampai 0,5 m/dtk
(Wirawan and Ph, 2017). Berikut adalah macam-macam iklim kerja:
1. Iklim kerja panas
Iklim kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang dapat disebabkan
oleh gerakan angin, kelembaban, suhu udara, suhu radiasi, sinar matahari. Tempat kerja
yang terpapar suhu panas dapat meningkatkan peluang terjadinya masalah kesehatan
kerja dan keamanan (Jiangjun et all, 2014). Panas sebenarnya merupakan energi kinetik
gerak molekul yang secara terus menerus dihasilkan dalam tubuh sebagai hasil samping
metabolisme dan panas tubuh yang dikeluarkan ke lingkungan sekitar. Agar tetap
seimbang antara pengeluaran dan pembentukan panas maka tubuh mengadakan usaha
pertukaran panas dari tubuh ke lingkungan sekitar melalui kulit dengan cara konduksi,
konveksi, radiasi, dan evaporasi (Suma’mur, 2014).
2. Iklim kerja dingin
Pengaruh suhu dingin dapat mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku atau kurangnya
koordinasi otot. Sedangkan pengaruh suhu ruangan sangat rendah terhadap kesehatan
dapat mengakibatkan penyakit yang terkenal yang disebut dengan chilblains, trench
foot, dan frostbite. Pencegahan terhadap gangguan kesehatan akibat iklim kerja suhu
dingin dilakukan melalui seleksi pekerja yang fit dan penggunaan pakaian pelindung
yang baik. Disamping itu, pemeriksaan kesehatan perlu juga dilakukan secara periodik.
(Sugeng Budiono, 2003). Reaksi setiap orang dengan orang lain berbeda-beda
walaupun terpapar dalam lingkungan panas yang sama.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi keseimbangan suhu tubuh adalah suhu
panas atau dingin yang berlebihan. Suhu lingkungan dipengaruhi oleh adanya angin,
kelembaban, tekanan udara ruangan dan suhu udara diluar ruangan. Apabila tubuh tidak
mampu beradaptasi dengan suhu ekstrim, maka akan timbul gangguan kesehatan. Tekanan
panas (heat stress) ialah pengaruh suhu luar tubuh yang dapat menimbulkan kenaikan suhu
tubuh. Kenaikan suhu tubuh disebabkan karena terganggunya sistem pengaturan
keseimbangan suhu dalam tubuh. Suhu kulit meningkat disertai pelebaran pembuluh darah
(dalam jangka waktu lama mengakibatkan terganggunya peredaran darah ke organ-organ
penting). Keluarnya keringat dalam jumlah besar untuk menetralisir peningkatan suhu pada
kulit. Keringat keluar terlalu banyak sehingga kelenjar keringat tidak mampu berproduksi.
Terganggunya sistem pengaturan tubuh secara keseluruhan dapat menimbulkan heat
stroke.
Parameter untuk menilai tingkat iklim kerja yang merupakan hasil perhitungan
antara suhu kering, suhu basah alami dan suhu bola, yaitu:
1. Temperature suhu kering, (oC)
Temperature yang dibaca oleh sensor suhu kering dan terbuka, namun hasil pembacaan
tidak terlalu tepat karena ada pengaruh radiasi panas, kecuali jika sensornya mendapat
ventilasi yang baik
2. Temperature suhu basah, (oC)
Temperature yang dibaca oleh sensor yang telah dibalut dengan kain / kapas untuk
menghilangkan pengaruh radiasi, yang harus diperhatikan adalah aliran udara yang
melewati sensor minimal 5 m/s
3. Kelembaban relatif, (%)
Kelembaban relatif adalah perbandingan antara tekanan parsial uap air yang ada di dalam
udara dan tekanan jenuh uap air pada temperature yang sama
Setelah pembacaan suhu kering dan suhu basah dilakukan, nilai pembacaan
digunakan untuk mencari nilai kelembaban relatif (relative humidity/RH) pada
psychometric chart/diagram psikrometri, kemudian bandingkan dengan rumus untuk
menghitung indeks suhu bola basah (ISBB).
ISBB = 0.7 suhu basah alami + 0.2 suhu bola + 0.1 suhu
2. Rumus untuk pengukuran tempat kerja tanpa pengaruh radiasi sinar matahari
1. Beban kerja
Total BK = rarata BK + MB
Keterangan :
• BK1, BK2, …, BKn : beban kerja sesuai aktivitas tenaga kerja (menit)
• T : waktu (menit
• MB : metabolisme basal
Nilai Bk dapat diperoleh atau dilihat pada tabel 2.3, perkiraan beban kerja
menurut kebutuhan energi
Sumber: Permenaker No.05 Tahun 2018, diakses pada tanggal 14 Mei 2023
2. Alat tulis
1. Menekan tombol I/O enter untuk menyalakan, maka akan muncul pilihan 4 menu.
7. Menyusun laporan resmi sesuai data dan perhitungan yang telah diperoleh.
Mulai
Matikan alat
Selesai
BAB 4
Nama pekerja / mahasiswa yang diukur (beserta kegiatan/ alat yang digunakan)
1. Nadia (mengelas SMAW posisi berdiri/ Las SMAW )
2. Kayla (mengelas OAW posisi berdiri/ Las OAW)
➢ Mahasiswa/Pekerja 1
Nama : Nadia
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 19
Berat Badan : 46 kg
➢ Mahasiswa/Pekerja 2
Nama : Kayla
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 20
Berat bedan : 65 kg
Tabel 4.1. Kegiatan Kerja
Durasi kerja per
No Kegiatan Kerja Peralatan yang digunakan
jam (menit)
Mesin Las SMAW, helm,
1. Mengelas SMAW Aprone, Sarung tangan, 150 menit
elektroda
Oksigen, Asetilin, Torch
Safety, Gloves, Kacamata,
2. Mengelas OAW 180 menit
Pemantik, Sikat penggosok,
Palu
Rumus ISBB (outdoor) tersebut digunakan karena di bengkel las kegiatan yang dilakukan
oleh mahasiswa dan pekerja tidak terlepas dari paparan radiasi yang di timbulkan oleh
mesin las yang sedang beroperasi.
Maka nilai perhitungan (rumus ) ISBB (indoor) pada pratikum ini sebesar ,sedangkan
hasil pengukuran menggunakan WBGT sebesar (penggunaan ISBB Indoor) 17,74 oC
1. Titik Pengukuran 1
17,5−20 77−78
=
17,5−18,5 77−𝑥
2,5 −1
=
1 77 − 𝑥
−1 = 2,5 . 77 − 2,5𝑥
𝑥 = 77, 4%
4.3.3. % Error Alat
RH (%)
1. Titik pengukuran 1
Alat : 64%
Tabel RH : 77,4%
𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘−𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
Presentase Error : × 100%
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
77,4−64
: × 100%
17,74
: 17,3 %
Maka nilai error RH pada percobaan ini sebesar 17,3 %
ISBB (outdoor)(oC)
Alat : 19,1 oC
Rumus : 17,74 oC
𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘−𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
➢ Presentase Error : × 100%
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
19,1−17,74
: × 100%
17,74
: 7, 66%
4.3.4 Perhitungan Beban Kerja
1. Mahasiswa 1
Nama : Nadia
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 19
Berat Badan : 46 kg
Peralatan : Mesin Las SMAW, Helm, Aprone, Sarung tangan,
elektroda
Durasi : 150 menit
Berdasarkan pekerjaan mahasiswa atau pekerja I (Nadia) yakni mengelas dengan
posisi berdiri. Sehingga berdasarkan tabel beban kerja SNI pekerjaan yang
dilakukan adalah pekerjaan dengan dua lengan tertera pada tabel nomer 3, pada
kategori 1 (1,25) karena pekerja pada posisi berdiri (2) menggunakan angka .1,85.
Perhitungan beban kerja
Suhu basah = 16,1 oC
Suhu bola = 27,7 oC
Suhu kering = 18.5 oC
Berat badan = 46 kg
Mengelas posisi (berdiri)
• Perhitungan ISBB
ISBB (outdoor) : 0,7 (suhu basah) + 0,2 (suhu bola) + 0,1 (suhu kering)
: 0,7 (16,1) + 0,2 (18,5) + 0,1 (27,7)
: 11,27 + 3,7 + 2,77
:17,74 oC
• Waktu kerja
Subjek melakukan kegiatan mengelas selama 150 menit
60
= × 100%
60
= 100%
• Rerata BK
1,85 ×150
= × 100%
150
= 111 kkal/jam
• Metabolisme Basal (MB) : pekerja berjenis kelamin perempuan
MB untuk perempuan = berat badan (kg) × 0,9 kkal/jam
Mahasiswa 1
MB = 46 kg × 0,9 kkal/jam
MB = 41,4 kkal/jam
• Total BK = Rerata BK + MB
Mahasiswa 1
Total BK = 111 + 41,4
= 152,4 kkal/jam (beban kerja ringan)
2. Mahasiswa 2
Nama : Kayla
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 20
Berat Badan : 65 kg
Peralatan : Oksigen, Asetilin, Torch Safety, Gloves, Kacamata,
Pemantik, Sikat penggosok, Palu
Durasi : 180 menit
Berdasarkan pekerjaan mahasiswa atau pekerja 2 (Kayla) yakni mengelas dengan
posisi berdiri. Sehingga berdasarkan tabel beban kerja SNI pekerjaan yang
dilakukan adalah pekerjaan dengan dua lengan tertera pada tabel nomer 3, pada
kategori 1 (1,25) karena pekerja pada posisi berdiri (2) menggunakan angka .1,85.
Perhitungan beban kerja
Suhu basah = 16,1 oC
Suhu bola = 27,7 oC
Suhu kering = 18.5 oC
Berat badan = 65 kg
Mengelas posisi (berdiri)
• Perhitungan ISBB
ISBB (outdoor) : 0,7 (suhu basah) + 0,2 (suhu bola) + 0,1 (suhu kering)
: 0,7 (16,1) + 0,2 (18,5) + 0,1 (27,7)
: 11,27 + 3,7 + 2,77
:17,74 oC
• Waktu kerja
60
= 60 × 100%
= 100%
• Rerata BK
1,85 ×180
= × 100%
180
= 111 kkal/jam
• Metabolisme Basal (MB) : pekerja berjenis kelamin perempuan
MB untuk perempuan = berat badan (kg) × 0,9 kkal/jam
Mahasiswa 1
MB = 65 kg × 0,9 kkal/jam
MB = 58,5 kkal/jam
• Total BK = Rerata BK + MB
Mahasiswa 1
Total BK = 111 + 58,5
= 169,5 kkal/jam (beban kerja ringan)
Pada tahap ini hasil pengukuran serta perhitungan yang telah diperoleh akan
dibandingankan dengan nilai ambang batas yang telah ditentukan. Dalam hal ini nilai
ambang batas yang digunakan sebagai pembanding ialah Permenaker No.13 Tahun 2011.
Hasil yang didapat dari kedua responden tersebut semuanya bekerja dalam iklim yang baik
atau tidak melebihi nilai ambang batas.
d. Pengendalian
Hierarki pengendalian bahaya:
a. Eliminasi :-
b. Substitusi : Mengganti mesin yang cenderung menyerap panas apabila
memungkinkan.
c. Rekayasa Teknik :-
d. Rekayasa Administrasi : Untuk mempersingkat pajanan dibutuhkan jadwal istirahat
yang pendek tetapi sering dan rotasi tenaga kerja yang
memadai, menyediakan air minum yang cukup
e. Manajemen APD : Kacamata, masker, baju bengkel, sepatu bengkel, sarung
tangan (APD ketika berada di bengkel las)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berikut kesimpulan yang diperoleh dari serangkaian kegiatan praktiikum:
1. Wet Bulb Globe Temperature Instrument (WBGT) adalah alat yang digunakan untuk
mengukur iklim kerja. Untuk menghidupkan alat dapat menekan tombol yang berada
dibelakang alat dengan membuka tutup baterai. Setelah alat menyala, untuk masuk
kepilihan menu dapat menekan tombol I/O. Selain itu tombol I/O dapat juga digunakan
untuk memilih opsi menu dan pastikan baterai masih diatas sekitar 6,2 V. Ketika sudah
memilih menu untuk pengukuran maka alat tersebut akan otomatis mengukur iklim di
ruangan tersebut. Untuk melihat hasil pengukuran sebelum atau sesudahnya dapat
menekan tombol naik/turun yang pada alat.
Berikut cara penggunaan alat :
1) Menekan tombol I/O enter untuk menyalakan, maka akan muncul pilihan 4
menu.
2) Menekan I/O enter untuk memilih opsi lain.
3) Menekan I/O enter untuk melihat hasil pengukuran.
4) Menekan tombol naik/turun untuk melihat hasil pengukuran sebelumnya/
sesudahnya.
5) Untuk menampilkan Bahasa yang berbeda dapat diatur pada menu utama setup
dengan cara menekan tombol naik/turun.
6) Menekan tombol run/stop untuk kembali pada menu utama.
Berikut cara pengukuran :
1) Membaca dan memahami prosedur penggunaan alat.
2) Menyiapkan alat WBGT Instrument.
3) Melakulan pengukuran pada Bengkel pengelasan Politeknik Perkapalan Negeri
Surabaya pada saat jam kerja.
4) Menghidupkan dan mengantur alat WBGT Instrument sesuai petunjuk
penggunaan alat.
5) Mengamatai dan mencatat pengukuran yang telah dilakukan.
6) Melakukan perhitungan dan analisis data yang telah diperoleh.
7) Menyusun laporan resmi sesuai data dan perhitungan yang telah diperoleh.
2. Untuk menghitung ISBB pada suatu lingkungan kerja, maka diperlukan informasi
mengenai suhu bola, suhu basah, dan suhu kering. Pada pengukuran di dalam ruangan
tidak diperlukan suhu kering, sedangkan pada pengukuran diluar ruangan memerlukan
informasi ketiga jenis suhu. Berikut persamaan yang digunakan;
ISBBoutdoor = 0.7 suhu basah alami + 0.2 suhu bola + 0.1 suhu
Hasil ISBB dapat diakumulasikan pada persamaan ISBB rata – rata yang nantinya akan
dibandingkan dengan NAB pada Permenaker No. 13 Tahun 2011;
Sedangkan untuk mencari RH telah diketahui langsung pada alat WBGT saat
melakukan pengukuran, namun kita juga dapat mencocokannya dengan tabel RH
dengan mencari informasi mengenai depresi suhu basah (pengurangan antara suhu
kering dan suhu basah) dan suhu kering.
3. Rekomendasi yang dapat dilakukan apabila kondisi iklim di lingkungan kerja tidak
memenuhi standar antara lain:
Hierarki pengendalian bahaya:
f. Eliminasi :-
g. Substitusi : Mengganti mesin yang cenderung menyerap panas apabila
memungkinkan.
h. Rekayasa Teknik :-
i. Rekayasa Administrasi : Untuk mempersingkat pajanan dibutuhkan jadwal istirahat
yang pendek tetapi sering dan rotasi tenaga kerja yang
memadai, menyediakan air minum yang cukup
j. Manajemen APD : Kacamata, masker, baju bengkel, sepatu bengkel, sarung
tangan (APD ketika berada di bengkel las)
5.2 Saran
1. Sebelum dilakukan praktikum, sebaiknya dilakukan pengecekan terhadap alat yang
akan digunakan untuk praktikum sehingga saat praktikum berlangsung, alat dapat
digunakan dengan baik dan data yang didapatkan akan sesuai.
2. Sebaiknya sebelum mengambil data responden, dipastikan terlebih dahulu apakah
responden tersebut sekiranya bekenan dan dapat diminta datanya, sehingga responden
tidak merasa amat terganggu.
DAFTAR PUSTAKA
Sari, M.P. (2017). IKLIM KERJA PANAS DAN KONSUMSI AIR MINUM SAAT KERJA
TERHADAP DEHIDRASI. HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH RESEARCH AND
DEVELOPMENT,108-118.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor Per.13/Men/X/2011 Tahun 2011 Tentang
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja
Suryaningtyas, Yuli dan widajati, Noeroel (2017) ‘Iklim Kerja dan Status Gizi dengan Kelelahan
Kerja Pada Pekerja Di Ballast Tank Bagian Reparasai Kapal PT.X Surabaya’. Jurnal
Manajemen Kesehatan yayasan RS Dr.Soetomo, Vol. 3 No. 1 April 2017 : 31-46
Puspita Sari, Megayani (2017) ‘Iklim Kerja Panas dan Konsumsi Air Minum Saat Kerja Terhadap
Dehidrasi’. Jurnal Kesehatan Masyarakat. p ISSN 1475-362846
SNI 7269:2009 Penilaian beban kerja berdasarkan tingkat kebutuhan kalori menurut pengeluaran
energi
Suma'mur, PK. 2014. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta: Sagung Seto.
Gesang. 2010. Hubungan Tekanan Panas Dan Beban Kerja Dengan Kelelahan Pekerja. Jakarta:
Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
LAMPIRAN
TUGAS PENDAHULUAN
1. Jelaskan efek dari iklim kerja yang tidak sesuai dengan kapasitas manusia, dari segi
Kesehatan!
Jawab:
Iklim kerja yang tidak sesuai dengan kapasitas manusia akan berpengaruh pada kondisi
Heat cramps, yaitu PAK yang disebabkan oleh adanya peningkatan panas tubuh yang
umumnya dialami individu yang mengalami dehidrasi 4%. Gejala penyakit ini adalah
kram, otot tegang, dan suhu tubuh di atas normal (37-40°C).
a. Heat syncope, yaitu PAK lanjutan yang pada tahap ini penderita akan mengalami
kehilangan kesadaran.
b. Heat exhausted, yaitu PAK dengan kondisi yang terjadi akibat terkena/terpapar panas
selama berjam-jam. Gejalanya yaitu kelelahan, kecemasan, tekanan darah menurun,
denyut nadi melambat, mual, muntah, dan suhu tubuh di atas normal (37-40°C).
c. Heat stroke, merupakan fase paling akut yang diakibatkan oleh hyponatremia. Penyakit
ini berpotensi terjadi pada saat seseorang bekerja dengan intensitas tinggi dan dalam
waktu yang lama pada suhu relatif tinggi. Gejala penyakit ini yaitu kejang- kejang,
koma, sakit kepala, kulit kering hingga basah, suhu tubuh diatas 40°C.
2. Apabila diketahui suhu basah = 28°C, dan suhu kering = 29°C tentukan kelembaban relatif!
Jawab:
∆T = 29°C - 28°C
∆T = 1°C
Selanjutnya meninjau pada tabel RH atau kelembaban relative dengan suhu kering
sebesar 29°C dan ∆T sebesar 1°C maka didapatkan %RH nya sebesar 93%
1 34 36 39 Outdoor
2 30 35 38 Outdoor
3 32 33 37 Outdoor
4 22 25 26 Indoor
Berjalan Sedang
Berdiri Ringan
Tentukan:
a. Kebutuhan kalori/jam
Jawab:
1. Titik pengukuran 1
∆T = 36°C - 34°C
∆T = 2°C
Berdasarkan tabel RH atau Kelembaban Relatif dengan suhu kering sebesar 36°C dan
∆T sebesar 2°C maka %RHnya adalah 87%.
ISBB = 0,7 suhu basah alami + 0,2 suhu bola + 0,1 suhu kering
ISBB = 35,2°C
2. Titik pengukuran 2
∆T = 35°C - 30°C
∆T = 5°C
Berdasarkan tabel RH atau Kelembaban Relatif dengan suhu kering sebesar 35°C dan
∆T sebesar 5°C maka %RHnya adalah 69%.
ISBB = 0,7 suhu basah alami + 0,2 suhu bola + 0,1 suhu kering
ISBB = 32,1°C
3. Titik pengukuran 3
∆T = 33°C - 32°C
∆T = 1°C
Berdasarkan tabel RH atau Kelembaban Relatif dengan suhu kering sebesar 33°C dan
∆T sebesar 1°C maka %RHnya adalah 93%.
ISBB = 0,7 suhu basah alami + 0,2 suhu bola + 0,1 suhu kering
ISBB = 33,1°C
4. Titik pengukuran 4
∆T = 25°C - 22°C
∆T = 3°C
Berdasarkan tabel RH atau Kelembaban Relatif dengan suhu kering sebesar 25°C dan
∆T sebesar 3°C maka %RHnya adalah 77%.
ISBB = 23,2°C
a. Kebutuhan kalori/jam
2. Beban kerja sedang membutuhkan kalori 200 < x < 350 kkal/jam
3. Beban kerja berat membutuhkan kalori 350 < x < 500 kkal/jam
4. Beban kerja sangat berat membutuhkan kalori > 500 kkal/jam Maka :
• Titik pengukuran 1
Pekerjaan dilakukan dengan berjalan mendaki dan memiliki kategori berat maka
membutuhkan kalori sebanyak 350 – 500 kkal/jam.
• Titik pengukuran 4
Pekerjaan dilakukan dengan dua lengan dan memiliki kategori ringan maka
membutuhkan kalori sebanyak < 200 kkal/jam.
• Titik pengukuran 1
Pekerjaan dengan berjalan dan berkategori sedang memiliki nilai hasil ISBB
sebesar 35,2°C. Berdasarkan NAB iklim kerja pada Permenaker No. 05 Tahun
2018, suhu lingkungan tersebut masih tergolong tidak aman untuk pekerjaan
sedang dan harus ada rekomendasi atau pengendalian.
• Titik pengukuran 2
Pekerjaan dengan berdiri dan berkategori ringan memiliki nilai hasil ISBB
sebesar 32,1°C. Berdasarkan NAB iklim kerja pada Permenaker No. 05 Tahun
2018, pengaturan waktu kerja yang direkomendasikan dalam rentang 0% - 25%.
• Titik pengukuran 3
Pekerjaan dengan berjalan mendaki dan berkategori berat memiliki nilai hasil
ISBB sebesar 33,1°C. Berdasarkan NAB iklim kerja pada Permenaker No. 05
Tahun 2018, suhu lingkungan tersebut masih tergolong tidak aman untuk
pekerjaan berat dan harus ada rekomendasi atau pengendalian.
• Titik pengukuran 4
Pekerjaan dengan dua lengan dan berkategori ringan memiliki nilai hasil ISBB sebesar
23,2°C. Berdasarkan NAB iklim kerja pada Permenaker No. 05 Tahun
2018, pengaturan waktu kerja yang direkomendasikan dalam rentang 75% -
100%.
Untuk mengatasi atau memperbaiki masalah iklim kerja yang tidak sesuai yaitu
diperlukan tindakan dari pihak manajemen untuk dapat menyesuaikan kondisi fisik
lingkungan kerja. Ahli K3 harus memberi pengarahan pada pekerja tentang ketentuan
waktu yang sesuai dalam melakukan suatu pekerjaan dengan disesuaikannya iklim
kerja serta lamanya dalam bekerja. Intinya, diperlukan peningkatan pengawasan saat
pekerja melakukan pekerjaannya khususnya pada pekerjaan yang berisiko tinggi.