LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Iklim Kerja Panas
a. Definisi
Berdasarkan PERMENAKER RI No. 5 Tahun 2018 iklim kerja merupakan
perpaduan dari suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara serta panas radiasi
dengan tingkat pengeluaran panas tubuh pekerja sebagai akibat dari
pekerjaannya. Bagi orang Indonesia, suhu nyaman bekerja berada pada suhu
o o
24 C hingga 26 C dan selisih antara suhu di dalam dan di luar tidak boleh
melebihi 5o C .
Tempat kerja dengan paparan suhu panas dapat meningkatkan peluang
terjadinya masalah kesehatan dan keamanan bagi pekerja. Panas sebenarnya
adalah energi kinetik pergerakan molekul yang secara terus-menerus dihasilkan
dalam tubuh sebagai hasil samping metabolisme dan panas tubuh yang
dikeluarkan ke lingkungan sekitar. Supaya tetap seimbang antara
pengeluaran dan pembentukan panas maka tubuh mengadakan usaha
pertukaran panas dari tubuh ke lingkungan sekitar melalui kulit dengan
cara konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi (Mahawati et al., 2021).
b. Efek tekanan panas
Salah satu potensi di tempat kerja yang dapat menjadi perhatian khusus adalah
tekanan panas. Tekanan panas merupakan beban panas pada seluruh tubuh dan
panas lingkungan kerja. Tekanan panas ringan maupun sedang sama-sama
menimbulkan rasa tidak nyaman dan dapat mempengaruhi kinerja dan
keamanan. Apabila tekanan panas terjadi lebih ekstrim maka dapat menimbulkan
berbagai efek pada kesehatan (Oktaviano, 2021)
1) Dehidrasi : penguapan secara berlebih dapat mengurangi volume darah
kemudian pada tingkat awal aliran darah menurun maka otak akan
kekurangan oksigen (Mahawati et al., 2021).
2) Heat Rash (biang keringat)
3) Heat Fatigue : gangguan pada kemampuan motoric dalam kondisi panas,
misalnya, gerakan tubuh menjadi lambat dan kurang waspada terhadap tugas
yang diberikan(Mahawati et al., 2021).
4) Heat Cramps : kejang otot diikuti dengan menurunnya sodium klorida dalam
darah hingga di bawah tingkat kritis
5) Heat Exhaustion : keadaan tubuh kehilangan banyak cairan atau kehilangan
garam sehingga membuat tubuh menjadi kelelahan (Janah, 2022).
6) Heat Sincope : keadaan kolaps atau tidak sadar selama terpajan panas dan
tanpa kenaikan suhu tubuh atau penghentian keringat.
7) Heat Stroke : kerusakan pada pusat pengatur suhu tubuh yakni pengatur suhu
tubuh tidak mengatur mekanismenya dengan baik (Mahawati et al., 2021).
c. Penilaian Tekanan Panas
Menurut (Suma’mur, 2014) terdapat beberapa cara untuk menentukan besarnya
tekanan panas pada tempat kerja, yakni :
1) Suhu Efektif
Merupakan indeks sensoris tingkat panas yang dialami oleh seseorang
tanpa mengenakan baju dan bekerja enteng dalam berbagai kombinasi suhu,
kelembaban, dan kecepatan aliran udara
2) Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)
ISBB digunakan untuk melakukan pengukuran terhadap tekanan panas
dengan rumus
ISBB Outdoor = (0,7 x suhu basah) + (0,2 x suhu bola) + (0,1
x suhu kering)
ISBB Indoor = (0,7 x suhu basah alami) + (0,3 suhu bola)
Dari hasil pengukuran ISBB selanjutnya akan disesuaikan dengan
beban kerja yang diterima oleh pekerja pada area yang diukur ISBB dan
waktu kerja. Dilanjutkan dengan membandingkan hasil yang diperoleh
dengan NAB pada Permenaker No. 5 Tahun 2018.
3) Persentase Indeks Belding Hatch
Pentingnya efek pendinginan dari penguapan keringat untuk
keseimbangan panas tubuh, maka Belding dan Hatch mendasarkan pada
indeks atas perbandingan banyaknya keringat yang dikeluarkan untuk
mengimbangi panas dan kapasitas maksimal tubuh untuk berkeringat. Dalam
lingkungan panas, efek pendinginan penguapan keringat merupakan
mekanisme terpenting untuk mempertahankan keseimbangan termal tubuh.
4) Percepatan Keluarnya Keringat
Prediksi banyaknya keringat yang keluar selama 4 jam sebagai akibat
dari kombinasi suhu, kelembaban, dan kecepatan udara serta panas radiasi
2. Kelelahan Kerja
a. Definisi
Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh tidak
mengalami kerusakan yang lebih lanjut. Kelelahan biasanya ditandai dengan
menurunnya kemampuan untuk bekerja (Kartika et al., 2014).
Kelelahan merupakan suatu perasaan yang bersifat subjektif. Kelelahan
adalah keadaan yang disertai dengan penurunan fisiensi dalam bekerja dan
kelelahan merupakan bentuk dari mekanisme perlindungan agar tubuh terhindar
dari kerusakan lebih parah sehingga akan terjadi pemulihan, (Suma’mur, 2009).
Kelelahan kerja merupakan respon total individu terhadap stress psikososial
yang dialamai pada satu periode tertentu dan kelelahan kerja tersebut cenderung
menurunkan prestasi maupun motifasi pekerja bersangkutan. Kelahan kerja
merupakan kriteria yang lengkap tidak hanya menyangkut kelelahan yang
bersifat fisik dan psikis saja tetapi lebih banyak kaitannya dengan adanya
penurunan kinerja fisik, adanya perasaan lelah, penurunan motivasi dan
penurunan produktifitas kerja (Rahmawati, 2020). Kelelahan kerja ditandai
dengan menurunnya performa baik mental maupun fisik yang disebabkan oleh
pekerjaan yang lama, kurangnya waktu tidur dan jam istirahat yang tidak
beraturan (Janah, 2022)
Keterangan :
Transportasi glukosa
Diteliti :
terhambat
Tidak diteliti :
Berkurangnya cadangan
energi