Anda di halaman 1dari 208

BAB 1

PENDAHULUAN

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktivitas dan


Hasil Kerja Manusia
Suatu kondisi lingkungan kerja yang baik tidak
bisa ditentukan begitu saja tetapi harus melalui tahapan-
tahapan percobaan dimana setiap kemungkinan dari
kondisi tersebut diuji pengaruhnya terhadap
kemampuan manusia dengan melihat sifat dan tingkah
laku manusia diruangan yang terisolasi untuk
diobsersvasi.Secara garis besar terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi hasil kerja (performansi)
manusia, dan dapat dibagi atas 2 kelompok:

1. Faktor-faktor Diri (individu)

Faktor-faktor ini datangnya dari diri si pekerja itu


sendiri dan sering kali sudah ada sebelum si pekerja
yang bersangkutan datang di pekerjaannya seperti
sikap, sifat, sistem nilai, karakteristik fisik, minat,
motivasi, usia, jenis kelamin, dan kecuali pendidikan
dan pengalaman faktor yang tidak dapat di rubah.

PSK dan Ergonomi Industri 1


2. Faktor-faktor Situasional

Faktor-faktor yang ini datangnya dari luar diri si


pekerja dan faktor ini bisa di ubah-ubah (oleh pimpinan)
dan di sebut juga faktor-faktor manajemen. Faktor-faktor
tersebut di bagi dua subkelompok yaitu faktor sosial dan
keorganisasian dan yang terdiri dari faktor-faktor fisik
pekerjaan yang bersangkutan, lingkungan fisik, mesin
dan peralatan, metode kerja dan lain lain.
Lingkungan kerja atau tempat kerja dikatakan
baik apabila dalam kondisi tertentu manusia dapat
melakukan kegiatannya dengan optimal.
Ketidaksesuaian lingkungan kerja dengan manusia yang
bekerja pada lingkungan tersebut dapat terlihat
akibatnya dalam jangka waktu tertentu, seperti turunnya
produktivitas kerja, efisiensi dan ketelitian.
Adapun faktor-faktor fisik yang mempengaruhi
aktivitas dan hasil kerja manusia adalah:

PSK dan Ergonomi Industri 2


1. Temperatur

Tubuh manusia akan selalu berusaha


mempertahankan keadaan normal dengan suatu sistem
tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan
diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi di luar
tubuh tersebut. Tetapi kemampuan untuk menyesuaikan
diri dengan temperatur luar adalah jika perubahan
temperatur luar tubuh tersebut tidak melebihi 20% untuk
kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin. Semua ini
dari keadaan normal tubuh. Dalam keadaan normal
anggota tubuh manusia mempunyai temperatur
berbeda-beda, seperti bagian mulut sekitar 37C, dada
sekitar 35C, dan kaki sekitar 28C. Tubuh manusia
dapat menyesuaikan diri karena memiliki
kemampuannya untuk melakukan proses konveksi,
radiasi, dan penguapan jika terjadi kekurangan atau
kelebihan panas yang membebaninya.
Menurut penyelidikan untuk berbagai tingkat temperatur
akan memberikan pengaruh yang berbeda-beda seperti
berikut:
a) 49C : Temperatur yang dapat ditahan
sekitar 1 jam, tetapi jauh di atas tingkat
kemampuan fisik dan mental.
PSK dan Ergonomi Industri 3
b) 30C : Aktivitas mental dan daya tanggap
mulai menurun dan cenderung untuk dalam
pekerjaan, serta menimbulkan kelelahan fisik.
c) 24C : Kondisi optimum.
d) 10C : Kelakuan fisik yang ekstrim mulai
muncul.
e) Dari suatu penelitian diperoleh hasil bahwa
produktivitas kerja manusia akan mencapai
tingkat paling tinggi pada temperatur sekitar
24C sampai 27C.

2. Kelembaban (Humidity)

Yang dimaksud kelembaban di sini adalah


banyaknya air yang terkandung dalam udara
(dinyatakan dalam persen). Kelembaban ini sangat
berhubungan atau dipengaruhi oleh temperatur
udaranya. Suatu keadaan dimana temperatur udara
sangat panas dan kelembabannya tinggiakan
menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara
besar-besaran(karena sistem penguapan). Pengaruh
lainnya ialah makin cepatnya denyut jantung karena
makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi

PSK dan Ergonomi Industri 4


kebutuhan akan oksigen. Tubuh manusia selalu
berusaha untuk mencapai keseimbangan antara panas
tubuhnya dengan suhu disekitarnya.

3. Siklus Udara (Ventilation)

Seperti diketahui bahwa udara di sekitar akan


mengandung sekitar 21% oksigen, 0,03%
karbondioksida dan 0,9% gas lainnya (campuran).
Oksigen terutama merupakan gas yang dibutuhkan oleh
makhluk hidup terutama untuk menjaga kelangsungan
hidupnya (untuk proses metabolisme). Udara di sekitar
dikatakan kotor bila kadar oksigen di udara telah
berkurang dan terus bercampur dengan gas-gas atau
bau-bauan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh.
Kotornya udara di sekitar dapat dirasakan dengan
sesaknya pernafasan manusia dan ini tidak boleh
dibiarkan berlangsung terlalu lama, karena dapat
mempengarhui kesehatan tubuh dan mempercepat
proses kelelahan. Sirkulasi udara dengan memberikan
ventilasi yang cukup akan menggantikan udara yang
kotor dengan udara yang bersih. Demikian juga dengan
menaruh tanaman akan mampu membantu memberi
kebutuhan akan oksigen yang cukup.
PSK dan Ergonomi Industri 5
4. Kebisingan (Noise)

Kemajuan teknologi ternyata banyak


menimbulkan masalah-masalah seperti diantarnya yang
dikatakan sebagai polusi. Salah satu bentuk dari polusi
di sini ialah kebisingan (noise) bunyi-bunyian yang tidak
dikehendaki oleh telinga. Tidak dikehendaki karena
terutama dalam jangka panjang bunyi-bunyian tersebut
dapat menggangu ketenangan kerja.
Kebisingan adalah bunyi-bunyian yang tidak
dikehendaki oleh telinga, karena dalam waktu panjang
bunyi-bunyian tersebut dapat mengganggu ketenangan
kerja, merusak pendengaran dan dapat menimbulkan
kesalahan komunikasi.
Ada tiga aspek yang menentukan kualitas bunyi
yang bisa menentukan kualitas bunyi yang bisa
menentukan tingkat gangguan pada manusia yaitu:

1. Lama waktu bunyi tersebut terdengar.


Semakin lama telinga mendengar kebisingan
akan semakin buruk akibatnya bagi
pendengaran atau tuli.

PSK dan Ergonomi Industri 6


2. Intentitas biasanya diukur dalam satuan
desibel (dB) yang menunjukan besarnya arus
energi per satuan luas.
3. Frekuensi suara yang menunjukan jumlah dari
gelombang-gelombang suara yang sampai ke
telinga setiap detik dinyatakan dalam jumlah
getaran per detik (Hz).

5. Bau-bauan

Adanya bau-bauan yang dalam hal ini juga


dipertimbangkan sebagai polusi akan dapat
mengganggu konsentrasi orang bekerja.Temperatur dan
kelembaban merupakan dua faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Oleh
karena itu pemakaian air conditioning yang tepat
merupakan salah satu cara yang bisa digunakan untuk
menghilangkan bau-bauan yang mengganggu sekitar
tempat kerja.

PSK dan Ergonomi Industri 7


6. Pencahayaan (Lighting)

Pencahayaan sangat mempengaruhi


kemampuan manusia untuk melihat objek-objek secara
jelas, cepat tanpa melakukan kesalahan. Pencahayaan
yang kurang mengakibatkan pekerja menjadi cepat lelah
karena mata akan berusaha melihat dengan cara
membukalebar-lebar. Lelahnya mata akan
mengakibatkan pula kelelahan mental dan lebih jauh
bisa menimbulkan rusaknya mata. Kemampuan mata
untuk melihat objek dengan jelas akan ditentukan oleh
ukuran objek, derajat kontras antara objek dengan
sekelilingnya, illuminansi (brightness) serta lamanya
waktu untuk melihat objek tersebut. Untuk menghindari
silau (glare) karena letak dari sumber cahaya yang
kurang tepat, maka sebaiknya mata tidak secara
langsung menerima cahaya dari sumbernya akan tetapi
cahaya tersebut harus mengenai objek yang akan dilihat
yang kemudian dipantulkan oleh objek tersebut ke mata.

PSK dan Ergonomi Industri 8


7. Getaran Mekanis (Mechanical Vibration)

Gerakan mekanis dapat diartikan sebagai


getaran-getaran yang ditimbulkan oleh alat-alat mekanis
yang sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh dan
dapat menimbulkan akibat-akibat yang tidak diinginkan
pada tubuh. Besarnya getaran ini ditentukan oleh
intensitas, frekuensi, getaran dan lamanya getaran itu
berlangsung. Sedangkan anggota tubuh manusia juga
memiliki frekuensi alami dimana apabila frekuensi ini
beresonansi dengan frekuensi getaran akan
menimbulkan gangguan-gangguan antara lain:
1. Mempengaruhi konsentrasi kerja.
2. Mempercepat datangnya kelelahan.
3. Gangguan-gangguan pada anggota tubuh
seperti mata, syaraf, otot-otot dan lain-lain.
8. Warna

Yang dimaksud disini adalah warna tembok


ruangan dan interior yang ada disekitar tempat kerja.
Warna ini selain berpengaruh terhadap kemampuan
mata untuk melihat objek, juga memberikan pengaruh
yang lain seperti:

PSK dan Ergonomi Industri 9


1. Warna merah bersifat merangsang.
2. Warna kuning memberikan kesan luas terang
dan leluasa.
3. Warna hijau atau biru memberikan kesan
sejuk, aman dan menyegarkan.
4. Warna gelap memberikan kesan leluasa dan
lain-lain.
Dengan adanya sifat-sifat itu maka pengaturan warna
ruangan tempat kerja perlu diperhatikan dalam arti
harus disesuaikan dengan kegiatan kerjanya. Dalam
keadaan dimana ruangan terasa sempit maka pemilihan
warna yang sesuai dapat menghilangkan kesan
tersebut. Hal ini secara psikologis akan
menguntungkan (dengan memberikan warna terang
akan memberikan kesan leluasa) karena kesan sempit
cenderung menimbulkan ketegangan (stress).
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serta lingkungan
fisik tempat bekerja sangat berpengaruh dalam
peningkatan produktivitas suatu perusahaan.
Metode pengukuran kerja fisik, dilakukan dengan
menggunakan standar :
1. Konsep horse-power (foot-pounds of work per
menit) oleh taylor.

PSK dan Ergonomi Industri 10


2. Tingkat konsumsi energi untuk pengukuran
pengeluaran energi.
3. Perubahan tingkat fisik ukuran jantung
(metode terbaru).

Tiffin mengemukakan kriteria-kriteria yang


digunakan untuk mengetahui pengaruh pekerja
terhadap manusia dalam sistem kerja, yaitu kriteria faali,
kriteria kejiwaan dan kriteria hasil kerja.Secara garis
besar, kegiatan-kegiatan kerja manusia dapat
digolongkan menjadi kerja fisik (otot) dan kerja mental
(otak). Pemisahan ini tidak dapat dilakukan secara
sempurna, karena terdapatnya hubungan yang erat
antara satu dengan lainnya. Apabila dilihat dari energi
yang dikeluarkan, kerja mental murni relatif lebih sedikit
mengeluarkan energi dibandingkan dengan kerja
fisik.Kerja fisik akan mengakibatkan perubahan pada
fungsi alat-alat tubuh yang dapat dideteksi melalui:
1. Konsumsi oksigen.
2. Denyut jantung.
3. Peredaran udara dalam paru-paru.
4. Temperatur tubuh.
5. Kosentrasi asam laktat dalam darah.

PSK dan Ergonomi Industri 11


6. Komposisi kimia dalam darah dan air seni.
7. Tingkat penguapan, dan faktor lainnya.

Kerja fisik akan mengakibatkan pengeluaran


energi yang berhubungan erat dengan konsumsi energi.
Konsumsi energi pada waktu kerja biasanya
ditentukan dengan cara tidak langsung, yaitu dengan
pengukuran:
1. Kecepatan denyut jantung.
2. Konsumsi oksigen.

Lingkungan Kerja, Keselamatan dan Kesehatan


Kerja (K3) dan Produktivitas Kerja

Kesehatan kerja (Occupational health)


merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang
berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan
dengan faktor potensial yang mempengaruhi kesehatan
pekerja. Tujuan kesehatan kerja adalah:
1. Memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat pekerja di semua
lapangan pekerjaan ketingkat yang setinggi-
tingginya, baik fisik, mental maupun
kesehatan sosial.

PSK dan Ergonomi Industri 12


2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan
masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh
tindakan / kondisi lingkungan kerjanya.
3. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam
pekerjaanya dari kemungkinan bahaya yang
disebabkan olek faktor-faktor yang
membahayakan kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja di
suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuan fisik dan psikis
pekerjanya. Determinan kesehatan kerja
tujuan akhir dari usaha kesehatan kerja
adalah untuk mencapai kesehatan
masyarakat pekerja dan produktivitas kerja
yang setinggi-tingginya.

Untuk mencapai tujuan-tujuan ini diperlukan


suatu pra kondisi yang menguntungkan bagi
masyarakat pekerja tersebut dengan mencakup 3 faktor
utama yaitu beban kerja setiap pekerjaan apapun
jenisnya apakah pekerjaan tersebut memerlukan
kekuatan otot atau pemikiran adalah merupakan beban
bagi yang melakukan. Dengan sendirinya beban ini

PSK dan Ergonomi Industri 13


dapat berupa beban fisik, beban mental ataupun beban
sosial sesuai dengan jenis pekerjaan si pelaku. Masing-
masing orang memiliki kemampuan yang berbeda
dalam hubungannya dengan beban kerja ini. Oleh
sebab itu, penempatan seorang pekerja atau karyawan
seharusnya setepat sesuai dengan beban optimum
yang sanggup dilakukan.
Tingkat ketepatan penempatan seseorang pada
suatu pekerjaan, disamping didasarkan pada beban
optimum, juga dipengaruhi oleh pengalaman,
keterampilan, motivasi dan sebagainya. Kesehatan
kerja berusaha mengurangi atau mengatur beban kerja
para karyawan atau pekerja dengan cara
merencanakan atau mendesain suatu alat yang dapat
mengurangi beban kerja. Contohnya alat untuk
mempercepat pekerjaan tulis-menulis adalah mesin
ketik. Beban tambahan beban tambahan dapat berupa
kondisi atau lingkungan yang tidak menguntungkan bagi
pelaksanaan pekerjaan. Disebut beban tambahan
karena lingkungan tersebut mengganggu pekerjaan dan
harus diatasi oleh pekerja atau karyawan yang
bersangkutan. Beban tambahan ini dapat
dikelompokkan menjadi 5 faktor yakni :

PSK dan Ergonomi Industri 14


1. Faktor Fisik
Misalnya penerangan atau pencahayaan
yang tidak cukup, suhu udara yang panas,
kelembaban yang tinggi atau rendah, suara yang
bising, dan sebagainya.
2. Faktor Kimia
Yaitu bahan-bahan kimia yang
menimbulkan gangguan kerja, misalnya bau gas,
uap atau asap, debu dan sebagainya.
3. Faktor Biologi
Yaitu binatang atau hewan dan tumbuh-
tumbuhan yang menyebabkan pandangan tidak
enak mengganggu, misalnya nyamuk, lalat,
kecoa, lumut, taman yang tidak teratur dan
sebagainya.
4. Faktor Fisiologis
Yakni peralatan kerja yang tidak sesuai
dengan ukuran tubuh atau anggota badan
(ergonomic), misalnya meja atau kursi yang
terlalu tinggi atau pendek.

PSK dan Ergonomi Industri 15


5. Faktor Sosial-Psikologis
Yaitu suasana kerja yang tidak harmonis,
misalnya adanya kerenggangan, gosip, cemburu dan
sebagainya. Agar faktor-faktor tersebut tidak menjadi
beban tambahan kerja atau setidak-tidaknya
mengurangi beban tambahan tersebut maka lingkungan
kerja harus ditata secara sehat atau lingkungan kerja
yang sehat.

Kemampuan kerja merupakan kemampuan


seseorang dalam melakukan pekerjaan berbeda antara
seseorang yang satu dengan yang lain, hal ini
disebabkan karena kapasitas orang tersebut berbeda.
Kapasitas adalah kemampuan yang dibawa dari lahir
oleh seseorang yang terbatas atau dapat dikatakan
sebagai suatu wadah kemampuan yang dimiliki oleh
masing-masing individu. Kapasitas seseorang
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain gizi dan
kesehatan ibu, genetik dan lingkungan. Selanjutnya
kapasitas ini mempengaruhi atau menentukan
kemampuan seseorang. Kemampuan seseorang dalam
melakukan pekerjaan disamping kapasitas juga
dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman, kesehatan,
kebugaran, gizi, jenis kelamin dan ukuran-ukuran tubuh.
PSK dan Ergonomi Industri 16
Kemampuan tenaga kerja pada umumnya diukur dari
keterampilannya dalam melaksanakan pekerjaan.
Semakin tinggi keterampilan yang dimiliki oleh tenaga
kerja, semakin efisien badan (anggota badan), tenaga
dan pemikiran (mentalnya) dalam melaksanakan
pekerjaan.

Pengaruh Kebisingan di Tempat Kerja terhadap


Kinerja Operator
Kebisingan adalah salah satu polusi yang tidak
dikehendaki manusia. Dikatakan tidak dikehendaki
karena dalam jangka panjang, bunyi-bunyian tersebut
akan dapat mengganggu ketenangan kerja, merusak
pendengaran, dan menimbulkan kesalahan komunikasi
bahkan kebisingan yang serius dapat mengakibatkan
kematian. Semakin lama telinga mendengar kebisingan,
makin buruk pula dampak yang diakibatkannya,
diantaranya adalah pendengaran dapat semakin
berkurang seseorang cenderung mengabaikan bising
yang dihasilkannya sendiri apabila bising yang
ditimbulkan tersebut secara wajar menyertai pekerjaan,
seperti bising mesin ketik atau mesin kerja. Sebagai
patokan, bising yang hakekatnya mekanik atau elektrik,
yang disebabkan kipas angin, transformator, motor,

PSK dan Ergonomi Industri 17


selalu lebih mengganggu daripada bising yang
hakekatnya alami (angin, hujan, air terjun dan lain-lain).
Pengukuran kebisingan dilakukan dengan
menggunakan sound level meter. Prinsip kerja alat ini
adalah dengan mengukur tingkat tekanan bunyi.
Tekanan bunyi adalah penyimpangan dalam tekanan
atmosfir yang disebabkan oleh getaran partikel udara
karena adanya gelombang yang dinyatakan sebagai
amplitudo dari fluktuasi tekanan. Jika akan mengukur
bunyi dengan satuan Pa ini, maka akan memperoleh
angka-angka yang sangat besar dan susah digunakan.
Skala decibell ini hampir sesuai dengan tanggapan
manusia terhadap perubahan kekerasan bunyi, yang
secara kasar sebanding dengan logaritma energi bunyi.
Ini berarti bahwa energi bunyi yang sebanding dengan
10, 100, dan 1000 akan menghasilkan ditelinga
pengaruh yang subyektif sebanding dengan
logaritmanya, yaitu masing-masing 1, 2, dan 3. Bila
skala logaritma ini dikalikan dengan 10 maka diperoleh
skala decibell.
Skala decibell ini menggunakan referensi ambang batas
kemampuan dengar 20 mPa. Tingkat tekanan bunyi dari
berbagai bunyi yang sering kita jumpai dinyatakan
dalam skala Pa dan dB
PSK dan Ergonomi Industri 18
1. Sumber-Sumber Bising
Sumber bising dalam pengendalian kebisingan
lingkungan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
a. Bising Interior
Bising yang berasal dari manusia, alat-alat
rumah tangga atau mesin-mesin gedung yang antara
lain disebabkan oleh radio, televisi, alat-alat musik, dan
juga bising yang ditimbulkan oleh mesin-mesin yang
ada digedung tersebut seperti kipas angin, motor
kompresor pendingin, pencuci piring dan lain-lain.

b. Bising Eksterior
Bising yang dihasilkan oleh kendaraan
transportasi darat, laut, maupun udara, dan alat-alat
konstruksi. Dalam dunia industri jenis-jenis bising yang
sering dijumpai antara lain meliputi bising kontinu
dengan jangkauan frekuensi yang luas. Misalkan suara
yang ditimbulkan oleh mesin bubut, mesin frais, kipas
angin, dan lain-lain. Bising kontinu dengan jangkauan
frekuensi yang sempit. Misalkan bising yang dihasilkan
oleh suara mesin gergaji, katup gas, dan lain-lain. Bising
terputus-putus (intermittent). Misal suara lalu lintas,
suara kapal terbang. Bising impulsive seperti pukulan
palu, tembakan pistol, dan lain-lain. Sifat suatu

PSK dan Ergonomi Industri 19


kebisingan ditentukan oleh intensitas suara, frekuensi
suara, dan waktu terjadinya kebisingan. Ketiga faktor
diatas juga dapat menentukan tingkat gangguan
terhadap pendengaran manusia. Kebisingan yang
mempunyai frekuensi tinggi lebih berbahaya daripada
kebisingan dengan frekuensi lebih rendah. Dan semakin
lama terjadinya kebisingan disuatu tempat, semakin
besar akibat yang ditimbulkannya. Disamping itu juga
terdapat faktor lain yang perlu diperhatikan dalam
melakukan studi tentang kebisingan, faktor tersebut
berupa bentuk kebisingan yang dihasilkan, berbentuk
tetap atau terus-menerus (steady) atau tidak tetap
(intermittent). Kerusakan pendengaran manusia terjadi
karena pengaruh kumulatif exposure dari suara diatas
intensitas maksimal dalam jangka waktu lebih lama dari
waktu yang diizinkan untuk tingkat kebisingan yang
bersangkutan.

2. Pengukuran Tingkat Kebisingan


Sumber kebisingan di perusahaan biasanya
berasal dari mesin-mesin untuk proses produksi dan
alat-alat lain yang dipakai untuk melakukan pekerjaan.
Sumber-sumber tersebut harus di identifikasi dan dinilai
kehadirannya agar dapat dipantau sedini mungkin
PSK dan Ergonomi Industri 20
dalam upaya mencegah dan mengendalikan pengaruh
paparan kebisingan terhadap pekerja yang terpapar.
Dengan demikian penilaian tingkat intensitas kebisingan
di perusahaan secara umum dimaksudkan untuk
beberapa tujuan, yaitu memperoleh data intensitas
kebisingan pada sumber suara.
Memperoleh data intensitas kebisingan pada
penerima suara (pekerja dan masyarakat sekitar
perusahaan). Menilai efektivitas sarana pengendalian
kebisingan yang telah ada dan merencanakan langkah
pengendalian lain yang lebih efektif. Mengurangi tingkat
intensitas kebisingan baik pada sumber suara maupun
pada penerima suara sampai batas diperkenankan.
Membantu memilih alat pelindung dari kebisingan yang
tepat sesuai dengan jenis kebisingannya. Setelah
intensitas dinilai dan dianalisis, selanjutnya hasil yang
diperoleh harus dibandingkan dengan standar yang
ditetapkan dengan tujuan untuk mengetahui apakah
intensitas kebisingan yang diterima oleh pekerja sudah
melampaui Nilai Ambang Batas (NAB) yang
diperkenankan atau belum.
Dengan demikian akan dapat segera dilakukan
upaya pengendalian untuk mengurangi dampak
pemaparan terhadap kebisingan. NAB kebisingan di
PSK dan Ergonomi Industri 21
tempat kerja berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga
Kerja No. Kep. 51/MEN/1999 yang merupakan
pembaharuan dari Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja
No. 01/MEN/1978, dan Keputusan Menteri Kesehatan
No: 405/Menkes/SK/XI/2002 besarnya rata-rata 85 dB-A
untuk batas waktu kerja terus-menerus tidak lebih dari 8
jam atau 40 jam seminggu. Selanjutnya apabila tenaga
kerja menerima pemaparan kebisingan lebih dari
ketetapan tersebut, maka harus dilakukan pengurangan
waktu pemaparan.

3. Pengaruh Kebisingan
Pengaruh pemaparan kebisingan secara umum
dapat dikategorikan menjadi dua berdasarkan tinggi
rendahnya intensitas kebisingan dan lamanya waktu
pemaparan. Pertama, pengaruh pemaparan kebisingan
intensias tinggi (diatas NAB) dan kedua, pengaruh
pemaparan kebisingan intensitas rendah (di bawah
NAB), yaitu:
a. Pengaruh Kebisingan Intensitas Tinggi
Sebagai berikut pengaruh pemaparan
kebisingan intensitas tinggi adalah terjadinya
kerusakan pada indera pendengaran yang dapat
menyebabkan penurunan daya dengar baik yang
PSK dan Ergonomi Industri 22
bersifat sementara maupun bersifat permanen
atau ketulian. Pengaruh kebisingan akan sangat
terasa apabila jenis kebisingannya terputus-
putus dan sumber kebisingannya tidak diketahui.
Secara fisiologis, kebisingan dengan intensitas
tinggi dapat menyebabkan gangguan kesehatan
seperti meningkatnya tekanan darah dan
tekanan jantung, resiko serangan jantung
meningkat, dan gangguan pencernaan. Reaksi
masyarakat apabila kebisingan dari suatu proses
produksi demikian hebatnya sehingga
masyarakat sekitarnya menuntut agar kegiatan
tersebut dihentikan.
b. Pengaruh Kebisingan Intensitas Tingkat
Rendah
Tingkat intensitas kebisingan rendah
banyak ditemukan di lingkungan kerja seperti
perkantoran, ruang administrasi perusahaan dan
lain-lain. Intensitas kebisingan yang masih
dibawah NAB tersebut secara fisiologis tidak
menyebabkan kerusakan pendengaran. Namun
demikian, kehadirannya sering dapat
menyebabkan penurunan performansi kerja,
sebagai salah satu penyebab stres dan
PSK dan Ergonomi Industri 23
gangguan kesehatan lainnya. Stres yang
disebabkan karena pemaparan kebisingan dapat
menyebabkan terjadinya kelelahan dini,
kegelisahan dan depresi. Secara spesifik stres
karena kebisingan dapat menyebabkan dampak,
yaitu stres menuju keadaan cepat marah, sakit
kepala, dan gangguan tidur. Gangguan reaksi
psikomotor, kehilangan konsentrasi, penurunan
performansi kerja yang dapat menimbulkan
kehilangan efisiensi dan produktivitas kerja.

4. Rencana dan Langkah Pengendalian Kebisingan


di Tempat Kerja
Sebelum dilakukan langkah pengendalian
kebisingan, langkah pertama yang harus dilakukan
adalah membuat rencana pengendalian yang
didasarkan pada hasil penilaian kebisingan dan dampak
yang ditimbulkan. Rencana pengendalian dapat
dilakukan dengan pendekatan melalui perspektif
manajemen resiko kebisingan. Manajemen resiko yang
dimaksud adalah suatu pendekatan yang logik dan
sistemik untuk mengendalikan resiko yang mungkin
timbul.

PSK dan Ergonomi Industri 24


Langkah manajemen resiko kebisingan tersebut,
yaitu:
1. Mengidentifikasi sumber-sumber kebisingan
yang berada di tempat kerja.
2. Menilai resiko kebisingan yang berakibat
serius terhadap penyakit dan cedera akibat
kerja.

Mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk


mengendalikan atau meminimasi resiko kebisingan.
Setelah rencana dibuat seksama, langkah selanjutnya
adalah melaksanakan rencana pengendalian kebisingan
degan dua arah pendekatan, yaitu pendekatan jangka
pendek (shortterm gain) dan pendekatan jangka
panjang (longterm gain) dari hirarki pengendalian.
Pada pengendalian kebisingan dengan orientasi jangka
panjang, teknik pengendaliannya secara berurutan
adalah mengeliminasi sumber kebisingan secara teknik,
secara administratif dan penggunaan alat pelindung diri.
Sedangkan untuk orientasi jangka pendek adalah
sebaliknya secara berurutan. Eliminasi sumber
kebisingan, pada teknik eliminasi ini dapat dilakukan
dengan penggunaan tempat kerja atau pabrik baru

PSK dan Ergonomi Industri 25


sehingga biaya pengendalian dapat diminimalkan. Pada
tahap tender mesin-mesin yang akan dipakai, harus
mensyaratkan maksimum intensitas kebisingan yang
dikeluarkan dari mesin baru. Pada tahap pembuatan
pabrik dan pemasangan mesin, konstruksi bangunan
harus dapat meredam kebisisingan serendah mungkin.
Pengendalian kebisingan secara teknik, pengendalian
kebisingan pada sumber suara.
Penurunan kebisingan pada sumber suara dapat
dilakukan dengan menutup mesin atau mengisolasi
mesin sehingga terpisah dengan pekerja. Teknik ini
dapat dilakukan dengan mendesain mesin memakai
remote control. Selain itu dapat dilakukan redesain
landasan mesin dengan bahan anti getaran. Namun
demikian teknik ini memerlukan biaya yang sangat
besar sehingga dalam prakteknya sulit di
implementasikan. Pengendalian kebisingan pada bagian
transmisi kebisingan. Apabila teknik pengendalian pada
sumber suara sulit dilakukan, maka teknik berikutnya
adalah dengan memberi pembatas atau sekat antara
mesin dan pekerja. Cara lain adalah dengan menambah
atau melapisi dinding, plafon, dan lantai dengan bahan
penyerap suara. Pengendalian kebisingan secara
administratif, apabila teknik pengendalian secara teknik
PSK dan Ergonomi Industri 26
belum memungkinkan untuk dilakukan, maka langkah
selanjutnya adalah merencanakan teknik pengendalian
secara administratif. Teknik pengendalian ini lebih
difokuskan pada manajemen pemaparan. Langkah yang
ditempuh adalah dengan mengatur rotasi kerja antara
tempat yang bising dengan tempat yang lebih nyaman
yang didasarkan pada intensitas kebisingan yang
diterima.
Pengendalian pada penerima atau pekerja,
teknik ini merupakan langkah terakhir apabila teknik
pengendalian seperti yang telah dijelaskan diatas belum
dimungkinkan untuk dilakukan. Jenis pengendalian ini
dapat dilakukan dengan pemakaian alat pelindung
telinga (tutup atau sumbat telinga).
Menurut Pulat (1992) pemakaian sumbat telinga
dapat mengurangi kebisingan sebesar 30 dB.
Sedangkan tutup telinga dapat mengurangi kebisingan
sedikit lebih besar 40-50 dB. Pengendalian kebisingan
pada penerima ini telah banyak ditemukan di
perusahaan-perusahaan, karena secara sekilas
biayanya relatif lebih murah. Namun demikian, banyak
ditemukan kendala dalam pemakaian tutup atau sumbat
telinga seperti, tingkat kedisplinan pekerja, mengurangi
kenyamanan kerja dan mengganggu pembicaraan.
PSK dan Ergonomi Industri 27
Pengaruh Pencahayaan di Tempat Kerja terhadap
Kinerja Operator
Pencahayaan didefinisikan sebagai jumlah
cahaya yang jatuh pada permukaan. Satuannya adalah
lux (1 lm/m2), dimana lm adalah lumens atau lux
cahaya. Salah satu faktor penting dari lingkungan kerja
yang dapat memberikan kepuasan dan produktivitas
adalah adanya penerangan yang baik. Penerangan
yang baik adalah penerangan yang memungkinkan
pekerja dapat melihat obyek-obyek yang dikerjakan
secara jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak
perlu. Penerangan yang cukup dan diatur dengan baik
juga akan membantu menciptakan lingkungan kerja
yang nyaman dan menyenangkan sehingga dapat
memelihara kegairahan kerja. Telah diketahui hampir
semua pelaksanaan pekerjaan melibatkan fungsi mata,
dimana sering ditemui jenis pekerjaan yang memerlukan
tingkat penerangan tertentu agar tenaga kerja dapat
dengan jelas mengamati obyek yang sedang dikerjakan.
Intensitas penerangan yang sesuai dengan jenis
pekerjaannnya jelas akan dapat meningkatkan
produktivitas kerja.
Sanders dan McCormick (1987) menyimpulkan
dari hasil penelitian pada 15 perusahaan, dimana
PSK dan Ergonomi Industri 28
seluruh perusahaan yang diteliti menunjukkan
kenaikkan hasil kerja antara 4-35%. Selanjutnya
Armstrong (1992) menyatakan bahwa intensitas
penerangan yang kurang dapat menyebabkan
gangguna visibilitas dan eyestrain. Sebaliknya intensitas
penerangan yang berlebihan juga dapat menyebabkan
glare, reflections, excessive shadows, visibility dan
eyestrain. Semakin halus pekerjaan dan menyangkut
inspeksi serta pengendalian kualitas atau halus
detailnya dan kurang kontras, makin tinggi illuminasi
yang diperluka, yaitu antara 500 lux sampai dengan 100
lux (Sumamur, 1996).Tenaga kerja disamping harus
dengan jelas dapat melihat obyek-obyek yang sedang
dikerjakan juga harus dapat melihat dengan jelas pula
benda atau alat dan tempat disekitarnya yang mungkin
mengakibatkan kecelakaan. Maka penerangan umum
harus memadai.
Dalam suatu pabrik dimana terdapat banyak
mesin dan proses pekerjaan yang berbahaya maka
penerangan harus didesain sedemikian rupa sehingga
dapat mengurangi kecelakaan kerja. Pekerjaan yang
berbahaya harus dapat diamati dengan jelas dan cepat,
karena banyak kecelakaan terjadi akibat penerangan
kurang memadai. Secara umum jenis penerangan atau
PSK dan Ergonomi Industri 29
pencahayaan dibedakan menjadi dua yaitu penerangan
buatan (penerangan artifisial) dan penerangan alamiah
(dan sinar matahari). Untuk mengurangi pemborosan
energi disarankan untuk mengunakan penerangan
alamiah, akan tetapi setiap tempat kerja harus pula
disediakan penerangan buatan yang memadai. Hal ini
untuk menanggulangi jika dalam keadaan mendung
atau kerja di malam hari. Perlu diingat bahwa
penggunaan penerangan buatan harus selalu diadakan
perawatan yang baik oleh karena lampu yang kotor
akan menurunkan intensitas penerangan sampai
dengan 30%. Tingkat penerangan pada-tiap tiap
pekerjaan berbeda tergantung sifat dan jenis
pekerjaannya. Sebagai contoh, gudang memerlukan
intensitas penerangan yang lebih rendah dan tempat
kerja administrasi, dimana diperlukan ketelitian yang
lebih tinggi. Menurut Grandjean (1993) penerangan
yang tidak didesain dengan baik akan menimbulkan
gangguan atau kelelahan penglihatan selama kerja.
Pengaruh dan penerangan yang kurang memenuhi
syarat akan mengakibatkan dampak, yaitu:

PSK dan Ergonomi Industri 30


1. Kelelahan mata sehingga berkurangnya daya
dan effisiensi kerja.
2. Kelelahan mental.
3. Keluhan pegal di daerah mata dan sakit
kepala di sekitar mata.
4. Kerusakan indra mata dan lain-lain.
Selanjutnya pengaruh kelelahan pada mata
tersebut akan bermuara kepada penurunan
performansi kerja, sebagai berikut:
a. Kehilangan produktivitas
b. Kualitas kerja rendah
c. Banyak terjadi kesalahan
d. Kecelakan kerja meningkat

Intensitas penerangan yang dibutuhkan di


masing-masing tempat kerja ditentukan dan jenis dan
sifat pekerjaan yang dilakukan. Semakin tinggi tingkat
ketelitian suatu pekerjaan, maka akan semakin besar
kebutuhan intensitas penerangan yang diperlukan,
demikian pula sebaliknya.
Standar penerangan di Indonesia telah ditetapkan
dalam Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No. 7
Tahun 1964, tentang syarat-syarat kesehatan,
PSK dan Ergonomi Industri 31
kebersihan dan penerangan di tempat kerja. Standar
penerangan yang ditetapkan untuk di Indonesia tersebut
secara garis besar hampir sama dengan standar
internasional. Sebagai contoh di Australia menggunakan
standar AS 1680 untuk Interior Lighting yang mengatur
intensitas penerangan sesuai dengan jenis dan sifat
pekerjaannya. Secara ringkas intensitas penerangan
yang dimaksud dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Penerangan untuk halaman dan jalan-jalan di
lingkungan perusahaan harus mempunyai
intensitas penerangan paling sedikit 20 lux.
2. Penerangan untuk pekerjaan-pekerjaan yang
hanya membedakan barang kasar dan besar
paling sedikit mempunyai intensitas
penerangan 50 lux.
3. Penerangan yang cukup untuk pekerjaan
yang membedakan barang-barang kecil
secara sepintas paling sedikit mempunyai
intensitas penerangan 100 lux.
4. Penerangan untuk pekerjaan yang membeda-
bedakan barang kecil agak teliti paling sedikit
mempunyai intensitas penerangan 200 lux.

PSK dan Ergonomi Industri 32


5. Penerangan untuk pekerjaan yang
membedakan dengan teliti dan barang-
barang yang kecil dan halus, paling sedikit
mempunyai intensitas penerangan 300 lux.

6. Penerangan yang cukup untuk pekerjaan


membeda-bedakan barang halus dengan
kontras yang sedang dalam waktu yang
lama, harus mempunyai intensitas
penerangan paling sedikit 500 1000 lux.
7. Penerangan yang cukup untuk pekerjaan
membeda-bedakan barang yang
8. sangat halus dengan kontras yang kurang
dan dalam waktu yang lama, harus
mempunyai intensitas penerangan paling
sedikit 2000 lux.
Pengaruh Warna di Tempat Kerja terhadap Kinerja
Operator
Warna yang dimaksud disini adalah warna
tembok ruangan dan interior yang ada di sekitar tempat
kerja. Warna ini selain berpengaruh terhadap
kemampuan mata untuk melihat objek, juga
memberikan pengaruh psikologis juga terhadap
manusia seperti:
PSK dan Ergonomi Industri 33
1. Warna merah bersifat merangsang.
2. Warna kuning memberikan kesan luas, terang
dan leluasa.
3. Warna hijau atau biru memberikan kesan
sejuk, aman dan menyegarkan.
4. Warna gelap memberikan kesan sempit.

Dengan adanya sifat-sifat itu maka pengaturan


warna ruangan tempat kerja perlu diperhatikan dalam
arti harus disesuaikan dengan kegiatan kerjanya. Dalam
keadaan dimana ruangan terasa sempit maka pemilihan
warna yang sesuai dapat menghilangkan kesan
tersebut. Hal ini secara psikologis akan menguntungkan
(dengan memberikan warna terang akan memberikan
kesan leluasa) karena kesan sempit cenderung
menimbulkan ketegangan (stres).

PSK dan Ergonomi Industri 34


BAB II
KERJA FISIK DAN KONSUMSI ENERGI

Secara umum yang dimaksud dengan kerja fisik


(physical work) adalah kerja yang memerlukan energi
fisik otot manusia sebagai sumber tenaganya (power).
Kerja fisik seringkali juga disebut sebagai manual
operation dimana performs kerja sepenuhnya akan
tergantung manusia baik yang berfungsi sebagai
sumber tenaga (power) ataupun pengendali (control).
Kerja fisik seringkali dikonotasikan sebagai kerja berat
ataupun kerja kasar, dapat dirumuskan sebagai
kegiatan yang memerlukan usaha fisik manusia yang
kuat selama periode kerja berangsung.
Dalam hal kerja fisik ini, maka konsumsi energi
(energi consumption) merupakan faktor utama dan tolak
ukur yang dipakai sebagai penentu berat/ringannya
kerja fisik tersebut. Proses mekanisasi kerja dalam
dalam berbagai kasus akan diaplikasikan sebagai jalan
keluar untuk mengurangi beban kerja yang terlalu berat
dan harus dipikul manusia. Dengan mekanisasi peran
manusia sebagai sumber energi kerja akan digantikan
oleh mesin. Hal ini akan memberikan kemampuan yang

PSK dan Ergonomi Industri 35


lebih besar lagi untuk penyelesaian aktivitas-aktivitas
yang memerlukan energi fisik yang besar dan
berlangsung dalam periode waktu yang lama.

1. Proses Metabolisme
Proses metabolisme yang terjadi dalam tubuh
manusia merupakan phase yang penting sebagai
penghasil energi yang diperlukan untuk kerja fisik.
Proses metabolisme ini bisa dianalogikan dengan
proses pembakaran yang kita temui dalam mesin motor
bakar (combustion engine). Lewat proses metabolisme
akan dihasilkan panas dan energi yang diperlukan untuk
kerja fisik (mekanis) lewat sistem otot manusia. Di sini,
zat-zat makanan akan bersenyawa dengan oksigen
(O2) yang dihirup, terbakar dan menimbulkan panas
serta energi mekanik.
Dalam literatur ergonomi, besarnya energi yang
dihasilkan/dikonsumsi akan dinyatakan dalam unit
satuan kilo kalori atau kcal atau Kilo Joule (KJ)
bilamana akan dinyatakan dalam satuan standar
Internasional (SI), dimana:

PSK dan Ergonomi Industri 36


1 kilocalorie(kcal)= 4,2 kilojoule (KJ)
Nilai konversi di atas dapat berguna bilamana
nilai konsumsi energi diberikan dalam unit satuan watt
(1 watt = 1 joule/detik). Selanjutnya, dalam fisiologi
kerja, energi yang dikonsumsikan seringkali bisa diukur
secara langsung yaitu melalui konsumsi oksigen yang
dihisap. Dalam hal ini konversi bisa dinyatakan sebagai
berikut:

1 liter O2 = 4,8 Kkal = 20 KJ


Dari nilai konversi tersebut tampa bahwa nilai
kalori dari O2 dari setiap liter oksigen yang dihirup akan
menghasilkan energi rata-rata sebesar 4.8 Kkal atau 20
KJ. Istilah yang sering digunakan untuk
mengkonversikan nilai 1 liter oksigen dengan energi
yang dihasilkan oleh tubuh manusia adalah nilai klarifik
darioksigen. Dari nilai konversi yang telah distandarkan
tersebut, maka untuk mengetahui berupa konsumsi
energi (Kkal) yang diperlukan untuk melaksanakan
suatu kegiatan manual fisik dapat dicari dengan
mengukur secara langsung volume oksigen (liter) yang
dihirup manusia dari udara bebas dan kemudian
dikalikan dengan faktor 4,8.

PSK dan Ergonomi Industri 37


Cara lain yang bisa diaplikasikan untuk
mengetahui besarnya energi kerja fisik adalah dengan
membandingkan konsumsi oksigen dengan laju detak
nadi/jantung dapat dinyatakan sebagai berikut:
1. Operator laki-laki yang melakukan aktivitas
manual fisik dengan pulsa 75 denyut atas
detak per menit akan ekuivalen dengan
konsumsi oksigen 0,5 liter/menit atau
sepadan dengan pengeluaran energi 2,5
Kkal/menit. Perlu dicatat bahwa pulsa
jantung wanita umumnya akan berdenyut
lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki
(sekitar 10 denyut/menit lebih tinggi).
2. Bilamana tidak ada kegiatan fisik dilakukan
misalnya dalam kondisi istirahat biasanya
pulsa akan sebesar 62 denyut/menit, dimana
hal ini akan ekuivalen dengan konsumsi
oksigen sebesar 250 ml/menit atau sepadan
dengan pengeluaran energi sebesar 1.25
Kkal/menit.

PSK dan Ergonomi Industri 38


Pengukuran detak/denyut jantung nadi akan
sangat sensitif terhadap temperatur dan tekanan emosi
manusia, dan diisi lain pengukuran melalui konsumsi
oksigen pada dasarnya tidak akan banyak dipengaruhi
oleh perbedaan karakteristik individu manusia yang
akan di ukur. Dalam aktivitas penelitian tentang
pengukuran energi fisik untuk kerja maka kedua metode
ini yang paling sering diaplikasikan. Untuk pengukuran
denyut nadi/jantung, pengukuran dilaksanakan pada
saat sebelum siklus kerja dimulai, kemudian pada saat
setiap menit selama siklus kerja berlangsung dan 3
menit selama periode pemulihan (recovery).Sedangkan
untuk pengukuran oksigen yang dikonsumsikan
(liter/menit), maka pengukuran dilakukan terhadap
volume oksigen yang dihirup permenit yang diambil 5
menit terakhir setiap siklus berlangsung.

Perlu diketahui konsumsi oksigen akan tetap


diperlukan meskipun orang tidak melakukan aktivitas
fisik. Kondisi seperti ini disebut sebagai basal
metabolism dimana dalam kondisi seperti ini energi
kimiawi dari makanan hampir seluruhnya akan di pakai
untuk menjaga panas badan (360C) agar manusia bisa
tetap hidup. Adanya kerja fisik akan menyebabkan

PSK dan Ergonomi Industri 39


penambahan energi. Kenaikan konsumsi energi dalam
kerja fisik ini disebut kalori kerja sehingga nilai konsumsi
energi untuk kerja atau metabolisme kerja dapat
diformulasikan sebagai berikut :
Konsumsi energi untuk kerja = metabolisme basal +
nilai kalori kerja
Basal metabolism sering juga disebut sebagai
metabolisme dasar. Besar kecilnya akan ditentukan oleh
berat badan, tinggi badan dan jenis kelamin. Sebagai
acuan dasar metabolisme untuk:
Laki-laki dewasa, berat 70 kg = 1,2 kcal/menit = 1700
Kkal/jam
Wanita dewasa, berat 60 kg = 1,0 kkal/menit = 1450
Kcal/jam.

2. Standar untuk Energi Kerja


Dari hasil penelitian mengenai fisiologi kerja
diperoleh kesimpulan bahwa 5,2 Kkal/menit akan
dipertimbangkan sebagai maksimum energi yang
dikonsumsikan untuk melaksanakan kerja fisik berat
atau kasar secara terus-menerus. Nilai 5,2 kkal/menit
dapat pula dikonversikan dalam bentuk konsumsi
oksigen :

PSK dan Ergonomi Industri 40


5,2 Kkal/menit = 5,2/4,8 = 1,08 liter oksigen/menit
Tenaga atau daya :
5,2 kkal/menit = 5,2 x 4,2 KJ/menit = 21,84 KJ/menit
atau 21,48 x 1000/60 = 364 watt
Jika nilai metabolisme basal = 1,2 Kkal/menit,
maka energi yang dikonsumsikan untuk kerja fisik berat
adalah (5,2-1,2=4,0 Kkal/menit). Nilai kalori kerja 5,3
pada kondisi kerja standar ini akan menyebabkan
jantung/nadi berdetak sekitar 120 detik/menit. Nilai-nilai
ini kemudian akan dipakai sebagai tolok ukur yang akan
menggambarkan kondisi kerja standar.Kepastian energi
yang mampu dihasilkan oleh seseorang juga akan
dipengaruhi oleh faktor usia. Dimana dengan
meningkatnya usia, kemampuan tersebut juga akan
menurun dengan presentase sebagai berikut:

PSK dan Ergonomi Industri 41


3. Pengukuran Denyut Jantung
Derajat beratnya beban kerja tidak hanya
tergantung pada jumlah kalori yang dikonsumsi, akan
tetapi juga bergantung pada jumlah otot yang terlibat
pada pembebanan otot statis. Sejumlah konsumsi
energi tertentu akan lebih berat jika hanya ditunjang
oleh sejumlah kecil otot relatif terhadap sejumlah besar
otot.
Begitu juga untuk konsumsi energi dapat juga untuk
menganalisa pembebanan otot statis dan dinamis.
Konsumsi energi dapat menghasilkan denyut jantung
yang berbeda-beda. Oleh karenanya dapat dikatakan
bahwa meningkatnya denyut jantung adalah
dikarenakan oleh :
1. Temperatur sekeliling yang tinggi
2. Tingginya pembebanan otot statis, dan
3. Semakin sedikit otot yang terlibat dalam suatu
kondisi kerja.

Sementara itu efisiensi manusia dapat didefenisikan


sebagai berikut:
Kerja Eksternal 100%
Konsumsi Energi Total
PSK dan Ergonomi Industri 42
Pengukuran yang lebih sensitif adalah:
Kerja Eksternal 100%
Konsumsi Energi Bekerja
Adapun hubungan antara metabolisme,
respirasi, temperatur badan dan denyut jantung sebagai
media pengukur beban kerja ditunjukkan pada Tabel
2.2. sebagai berikut:

Pengukuran denyut jantung dapat dilakukan


dengan berbagai cara antara lain:
1. Mengukur denyut yang ada pada arteri radial
pada pergelangan tangan.

PSK dan Ergonomi Industri 43


2. Mendengarkan denyut dengan stethoscope.
3. Menggunakan ECG (Electrocardiogram), yaitu
mengukur signal elektrik yang diukur dari otot
jantung pada permukaan kulit dada.

4. Kalori Untuk Makan


Orang yang gemuk biasanya tidak sehat dan
mudah terkena penyakit diabetes, tekanan darah tinggi
dan penyakit jantung. Kalori merupakan salah satu
sumber tenaga pada tubuh manusia. Setiap orang
memerlukan tenaga untuk hidup, cara mendapatkan
tenaga yaitu dari makanan yang mengandung lemak,
protein dan karbohidrat.
Berikut adalah tabel kebutuhan kalori pada pria
yang memiliki berat badan rata-rata 50 kg.

PSK dan Ergonomi Industri 44


Kemudian kita berikut adalah kebutuhan kalori
pada wanita yang memiliki berat badan kurang lebih 50
kg.

Peningkatan Efisiensi Kerja Fisik


Manusia bisa bergerak ataupun menggerakkan
anggota tubuhnya karena adanya sistem otot yang
tersebar di seluruh tubuhnya (lebih dari 45% berat
badan). Kemampuan otot untuk mengencang dan
mengerut inilah yang akan menghasilkan tenaga
(muscle power) yang diperlukan untuk melakukan
aktivitas fisik.
Tenaga otot dari seorang pekerja laki-laki yang
diperoleh akibat mengencangnya otot maksimal bisa
mencapai 4 kilogram per cm2 luas penampang otot.
Dengan luas penampang otot sekitar 2 cm2, maka
beban maksimum bisa diangkat atau digerakkan bisa

PSK dan Ergonomi Industri 45


sebesar 12 kg. Tenaga terbesar dalam hal ini diperoleh
pada saat otot mulai mengencang. Energi mekanis yang
mengencangnya otot disebabkan oleh cadangan energi
kimiawi dari otot. Di sini, glukosa yang diperoleh dari zat
makanan yang termasuk dan diolah dalam tubuh akan
merupakan sumber energi terpenting bagi bekerjanya
otot di samping oksigen yang dihirup dan diperlukan
bagi proses pembakaran (metabolisme). Aliran darah
dalam hal ini akan berfungsi sebagai sarana untuk
menyuplai glukosa dan oksigen ke sistem otot yang
bekerja dan juga membuang sisa-sisa pembakaran.
Agar penggunaan tenaga otot bisa optimal,
maka pengaturan cara kerjanya otot harus diperhatikan
dengan benar. Dalam hal ini juga kegiatan otot dapat
dibedakan dalam 2 hal, yaitu :
1. Kerja otot dinamik (berirama)
2. Kerja otot statik (kerja bersikap/tetap)

Pada kerja dinamik, otot akan mengencang dan


mengerut (mengendor) secara bergantian atau
berirama. Sedangkan pada kerja static atau bersikap di
sini akan berada pada posisi mengencang dalam waktu
yang cukup lama. Selama bekerja dinamik berlangsung,
maka otot akan bekerja secara bergantian sesuai
PSK dan Ergonomi Industri 46
dengan irama tegang/kencang tekan dan kendor seperti
layaknya kerja dari sebuah pompa yang membawa
dampak pada kelancaran aliran darah. Otot akan
banyak sekali membawa/menerima glukosa dan
oksigen pada saat mengencang dan selanjutnya
membuang metabolis (sisa hasil pembakaran atau
metabolisme) pada saat mengendor karena mekanisme
mengencang dan mengendornya otot terjadi secara
bergantian. Maka sirkulasi aliran darah + O2 dan
metabolis akan berlangsung secara lancar.

Sebaliknya yang terjadi dalam kerja otot secara


statik dan mengencangnya otot dalam waktu yang lama
akan menyebabkan aliran darah terganggu menyuplai
glukosa dan oksigen terhambat dan metabolis tidak bisa
segera terbuang. Kondisi tersebut akan mengakibatkan
rasa sakit dan lelah pada otot.
Maksimum tenaga yang bisa dihasilkan oleh otot
manusia akan sangat tergantung pada jenis kelamin
(seks) dan umur. Puncak tenaga otot baik laki-laki atau
wanita akan berada pada umur antara 20-30 tahun.
Pada umur sekitar 50-60 tahun tenaga otot hanya bisa
menghasilkan sekitar 75% dari maksimumnya.
Selanjutnya berdasarkan fisologis bisa ditarik

PSK dan Ergonomi Industri 47


kesimpulan bahwa kekuatan otot yang dihasilkan rata-
rata wanita ternyata hanya sekitar 70% saja dari
kekuatan otot laki-laki. Oleh karena itu, dalam
perancangan dan penyusunan diskripsi kerja harus ada
pertimbangan-pertimbangan khusus yang berkaitan
dengan penyesuaian kemampuan pekerja ditinjau dari
kedua aspek (jenis kelamin dan umur).

1. Evaluasi Metode Kerja dengan Cara Pengukuran


Energi yang Dikonsumsi.
Dalam kasus pengukuran fisiologis kerja yang
dilakukan terhadap berbagai macam cara membawa
beban akan memberikan hasil yang berbeda-beda
dalam hal konsumsi energi yang harus dipikul. Dalam
penelitian ini, pengukuran fisiologis dilakukan dengan
mengukur konsumsi oksigen yang dihirup bilamana
orang yang harus membawa beban dalam jumlah yang
sama dengan berbagai macam cara. Cara membawa
beban dari hasil penelitian adalah:
1. Metode Double Pack
Dalam metode ini, beban dibawa dengan cara
meletakkannya menempel di dekat dada dan
di bahu. Kebutuhan konsumsi oksigen dalam
hal ini ternyata yang paling kecil dibandingkan
PSK dan Ergonomi Industri 48
dengan cara lain. Bilamana kebutuhan O2
dengan cara seperti ini ditetapkan 100%,
maka tolok ukur tersebut selanjutnya akan
dipakai sebagai referensi cara-cara lain untuk
membawa beban yang sama.

2. Metode Head Pack


Metode Head Pack dilakukan dengan cara
meletakkan beban di atas kepala. Dalam
kasus ini kebutuhan relatif untuk oksigen
adalah sebesar 105% dibandingkan dengan
metode Double Pack.

3. Metode Yoke Pack


Dalam metode ini, beban diletakkan pada
masing-masing ujung alat pemikul badan. Di
sini akan terjadi momen pada masing-masing
ujung pikulan, sehingga konsumsi relatif
oksigen yang dibutuhkan juga lebih besar lagi
yaitu sebesar 130%.

PSK dan Ergonomi Industri 49


4. Metode Hands Pack

Pada metode ini, beban akan dibawa dengan


kedua tangan. Cara semacam ini ternyata
memberikan hasil yang paling buruk, dimana
konsumsi relatif oksigen sekitar 145%. Selain
itu otot menjadi kaku dan tangan akan
memikul beban statis.

Beban kerja statik akibat rancangan kerja yang


salah bisa dihindari dengan cara membuat rancangan
kerja yang memperhatikan ukuran tubuh manusia.
Dengan rancangan yang lebih ergonomis maka pekerja
tidak lagi harus bekerja dengan posisi membungkuk
atau posisi lain yang tidak memberi kenyamanan bagi
anggota tubuh lainnya.

PSK dan Ergonomi Industri 50


BAB III
KELELAHAN KERJA

Kelelahan
Kata kelelahan diterapkan di berbagai macam
kondisi. Istilah kelelahan mengarah pada kondisi
melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan,
walaupun ini bukan satu satunya gejala. Kelelahan kerja
merupakan suatu kelompok gejala yang berhubungan
dengan adanya penurunan efisiensi kerja, keterampilan
serta peningkatan kecemasan atau kebosanan
(McFarland, 1972). Kelelahan kerja merupakan kriteria
yang kompleks tidak hanya menyangkut kelelahan yang
bersifat fisik dan psikis tetapi dominan hubungannya
dengan penurunan performans fisik, adanya perasaan
kelelahan, penurunan motivasi dan penurunan
produktivitas kerja (Cameron, 1973).
Kelelahan kerja adalah suatu kondisi yang
dihasilkan sebelum stres yang memperlemah fungsi dan
performa, fungsi organ saling mempengaruhi yang
akhirnya mengganggu fungsi kepribadian, umumnya
bersamaan dengan menurunnya kesiagaan kerja dan
meningkatnya sensasi ketegangan (Dwivedi, 1981).

PSK dan Ergonomi Industri 51


Kelelahan kerja merupakan gejala yang ditandai adanya
penurunan kinerja otot, perasaan lelah dan penurunan
kesiagaan (Grandjean, 1985).
Kelelahan adalah suatu mekanisasi
perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan
lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat.
Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang
berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya
bermuara pada kehilangan efesiensi dan penurunan
kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. Konsep
kelelahan dewasa ini, sesudah dilakukan percobaan-
percobaan yang luas terhadap manusia dan hewan,
menyatakan bahwa keadaan dan perasaan kelelahan
adalah reaksi fungsional dari pusat kesadaran yaitu
cortex cerebi, yang dipengaruhi oleh dua sistem
antagonistik yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan
sistem penggerak (aktivasi). Banyak defenisi tentang
kesalahan ini, tetapi secara garis besarnya dapat
dikatakan bahwa kesalahan merupakan suatu pola yang
timbul pada suatu keadaan, yang secara umum terjadi
pada setiap individu, yang telah tidak sanggup lagi
untuk melakukan aktivitasnya.

PSK dan Ergonomi Industri 52


Faktor Penyebab Terjadinya Kelelahan Akibat Kerja
Menurut ILO (1983), Astrand (1986), Green
(1992), Sumamur (1994), Payne (1995), faktor-faktor
yang mempengaruhi kelelahan yaitu: faktor internal dan
faktor eksternal. Yang termasuk faktor internal yaitu:
1) Faktor somatis atau fisik, seperti pola makan,
jenis kelamin, usia.
2) Faktor psikis seperti pengetahuan, gaya
hidup/ pengelolaan stress.
3) Sedangkan faktor-faktor eksternal yaitu:
4) Faktor fisik seperti kebisingan, suhu,
pencahayaan.
5) Faktor kimia seperti zat beracun
6) Faktor biologis seperti bakteri jamur
7) Faktor ergonomi
8) Faktor lingkungan kerja seperti kategori
pekerjaan, sifat pekerjaan, disiplin
perusahaan, gaji/ uang lembur (insentif),
hubungan sosial, posisi kerja.

Langkah-langkah Mengatasi Kelelahan


Karakteristik kelelahan kerja akan meningkat
dengan semakin lamanya pekerjaan yang dilakukan,
PSK dan Ergonomi Industri 53
sedangkan menurunnya rasa lelah (recovery) adalah
didapat dengan memberikan istirahat yang cukup.
Istirahat sebagai usaha pemulihan dapat dilakukan
dengan berhenti kerja sewaktu-waktu sebentar samapi
tidur malam hari.
Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara
diantaranya :
1) Sediakan kalori secukupnya sebagai input
untuk tubuh.
2) Bekerja dengan menggunakan metode kerja
yang baik, misalnya bekerja dengan memakai
prinsip ekonomi gerakan.
3) Menperhatikan kemampuan tubuh, artinya
pengeluaran tenaga tidak melebihi
pemasukkannya dengan memperhatikan
batasan-batasannya.
4) Memperhatikan waktu kerja yang teratur.
Berarti harus dilakukan pengaturan terhadap
jam kerja, waktu istirahat dan sarana-
sarananya.
5) Mengatur lingkungan fisik sebaik-baiknya,
seperti temperatur, kelembaban, sirkulasi
udara, dan lain-lain.

PSK dan Ergonomi Industri 54


6) Berusaha mengurangi monotomi dan
keterngan-ketengan akibat kerja, misalnya
dengan menggunakan warna dan dekorasi
ruangan kerja, menyediakan musik dan lain-
lain.

Pengukuran Kelelahan
Secara pasti datangnya kelelahan yang
menimpa pada diri seseorang akan sulit untuk
diidentifikasikan secara jelas. Mengukur tingkatan
kelelahan seseorang bukanlah pekerjaan yang mudah.
Prestasi ataupun performans kerja yang biasa
ditunjukkan dengan output kerja merupakan tolok ukur
yang sering dipakai untuk mengevalusi tingkat
kelelahan. Selain kuantitas output persatuan waktu,
maka pengukuran terhadap kualitas output ataupun
jumlah pokok cacat yang dihasilkan dan frekwensi
kecelakaan yang menimpa pekerja seringkali juga
dipakai sebagai cara untuk mengkorelasikan dengan
intensitas kelelahan yang terjadi. Meskipun demikian
yang patut untuk diperhatikan adalah bahwa perubahan
performans kerja kuantitas ataupun kualitas output kerja
ternyata tidaklah semata-mata disebabkan oleh
kelelahan saja.
PSK dan Ergonomi Industri 55
Sampai saat ini belum ada cara mengukur
tingkat kelelahan secara langsung. Pengukuran-
pengukuran yang dilakukan oleh para peneliti
sebelumnya hanya berupa indikator yang menunjukkan
terjadinya kelelahan akibat kerja.
Grandjean (1993) mengelompokkan metode
pengukuran kelelahan dalam beberapa kelompok
sebagai berikut:

1) Uji Psikomotor (psychomotor test)


Pada metode ini melibatkan fungsi persepsi,
interpretasi dan reaksi motor. Salah satu cara yang
dapat digunakan adalah dengan pengukuran waktu
reaksi adalah dengan pengukuran waktu reaksi. Waktu
reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu
rangsang sampai kepada suatu saat kesadaran atau
dilaksanakan kegiatan. Dalam uji waktu reaksi dapat
digunakan nyala lampu, denting suara, sentuhan kulit
atau goyangan badan. Terjadinya pemanjangan waktu
reaksi merupakan petunjuk adanya pelambatan pada
proses faal syaraf dan otot. Sanders dan McCormick
(1987) mengatakan bahwa waktu reaksi adalah waktu
untuk membuat suatu respon yang spesifik saat satu
stimuli terjadi. Waktu reaksi terpendek biasanya berkisar
PSK dan Ergonomi Industri 56
antara 150 s/d 200 milidetik. Waktu reaksi tergantung
dari stimuli yang dibuat; intensitas dan lamanya
perangsangan; umur subjek; dan perbedaan individu-
individu lainnya. Setyawati (1996) melaporkan bahwa
dalam uji waktu reaksi, ternyata stimuli terhadap cahaya
lebih signifikan daripada stimuli suara. Hal tersebut
disebabkan karena stimuli suara lebih cepat diterima
oleh reseptor daripada stimuli cahaya. Alat ukur waktu
reaksi yang telah dikembang di Indonesia biasanya
menggunakan nyala lampu dan denting suara sebagai
stimuli.

2) Uji Hilangnya Kelipan (flicker-fusion test)


Dalam kondisi yang lelah, kemampuan tenga
kerja untuk melihat kelipan akan berkurang. Semakin
lelah akan semakin panjang waktu yang diperlukan
untuk jarak anatra dua kelipan. Uji kelipan, di samping
untuk mengukur kelelahan juga menunjukkan keadaan
kewaspadaan tenaga kerja.

3) Perasaan Kelelahan secara Subjektif (subjective


feelings of fatigue)
Subjective Self Rating Test dari Industrial
Fatigue Research Committee (IFRC) Jepang,

PSK dan Ergonomi Industri 57


merupakan salah satu kuesioner yang dapat untuk
mengukur tingkat kelelahan subjektif. Kuesioner
tersebut berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri dari 10
pertanyaan tentang pelemahan kegiatan, perasaan
berat di kepala, lelah seluruh badan, berat di kaki,
menguap, pikiran kacau, mengantuk, ada beban pada
mata, gerakan canggung dan kaku, berdiri tidak stabil,
ingin berbaring antara dua kelipan. Uji kelipan, di
samping untuk mengukur kelelahan juga menunjukkan
keadaan kewaspadaan tenaga kerja.

4) Perasaan Kelelahan secara Subjektif (subjective


feelings of fatigue)
Subjective Self Rating Test dari Industrial
Fatigue Research Committee (IFRC) Jepang,
merupakan salah satu kuesioner yang dapat untuk
mengukur tingkat kelelahan subjektif. Kuesioner
tersebut berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri dari:
1) Sepuluh pertanyaan tentang pelemahan
kegiatan: perasaan berat di kepala, lelah
seluruh badan, berat di kaki, menguap,
pikiran kacau, mengantuk, ada beban pada
mata, gerakan kaku, berdiri tidak stabil,
ingin berbaring.
PSK dan Ergonomi Industri 58
2) Sepuluh pertanyaan tentang pelemahan
motivasi: susah berpikir, lelah untuk
berbicara, gugup, tidak berkonsentrasi, sulit
memusatkan perhatian, mudah lupa,
kepercayaan, merasa cemas, sulit
mengontrol sikap, tidak tekun dalam
pekerjaan.
3) Sepuluh pertanyaan tentang gambaran
kelelahan fisik seperti sakit di kepala, kaku
di bahu, nyeri di punggung, sesak nafas,
haus, suara serak, merasa pening, spasme
di kelopak mata, tremor pada anggota
badan, merasa kurang sehat.

Sinclair (1992) menjelaskan beberapa metode


yang dapat digunakan dalam pengukuran subjektif.
Metode tersebut antara lain; ranking methods, rating
methods, questionnaire methods, interviews dan
checklist. Secara subjektif, perasaan lelah juga dapat di
ukur dengan menggunakan Kuesioner Alat Ukur
Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2) yang disusun oleh
setyawati (1994) yang terdiri dari 17 pertanyaan tentang
keluhan subjektif yang dapat diderita oleh tenaga kerja,

PSK dan Ergonomi Industri 59


antara lain: sukar berpikir, lelah berbicara, gugup
menghadapi sesuatu, tidak pernah berkonsentrasi
mengerjakan sesuatu, tidak punya perhatian terhadap
sesuatu, cenderung lupa, kurang percaya diri, tidak
tekun dalam melaksanakan pekerjaan, enggan menatap
orang lain, enggan bekeja dengan cekatan, tidak tenang
bekerja, lelah seluruh tubuh, lamban, tidak kuat
berjalan, lelah sebelum, daya pikir menurun dan cemas
terhadap sesuatu.
Bentuk pengukuran dengan menggunakan
metoda diatas seringkali dilakukan sebelum, selama,
sesudah melakukan aktivitas suatu pekerjaan dan
sumber kelelahan dapat disimpulkan dari hasil
pengujian tersebut. Walaupun demikian, hasil dari suatu
pengukuran mempunyai signifikasi yang sangat relatif,
oleh karena hasilnya akan dibandingkan dengan kondisi
tenaga kerja yang sehat, atau setidaknya mereka
berada pada kondisi yang tidak stress. Kondisi demikian
menyebabkan sampai saat ini tidak ada satupun cara
pengukuran kelelahan yang dianggap mutlak benar.

Beban Kerja
Tubuh manusia dirancang untuk dapat
melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari. Adanya
PSK dan Ergonomi Industri 60
massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh
beban tubuh, memungkinkan kita untuk dapat
menggerakkan dan melakukan pekerjaan. Pekerjaan
disatu pihak mempunyai arti penting bagi kemajuan dan
peningkatan prestasi, sehingga mencapai kehidupan
yang produktif sebagai satu tujuan hidup. Dipihak lain,
bekerja berarti tubuh akan menerima beban dari luar
tubuhnya. Dengan kata lain bahwa setiap pekerjaan
merupakan beban bagi yang bersangkutan. Beban
tersebut dapat berupa beban fisik maupun mental.
Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang
diterima oleh seseorang harus sesuai atau seimbang
baik dalam kemampuan fisik, maupun kognitif, maupun
keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut.
Kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda dari
satu kepada yang lainnya dan sangat tergantung dari
tingkat ketrampilan, kesegaran jasmani, usia dan ukuran
tubuh dari pekerja yang bersangkutan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja


Secara umum hubungan antara beban kerja dan
kapsitas kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
sangat kompleks, baik faktor internal maupun faktor
eksternal.
PSK dan Ergonomi Industri 61
Beban Kerja Oleh Karena Faktor Eksternal
Faktor eksternal beban kerja adalah beban kerja yang
berasal dari luar tubuh pekerja, meliputi:

1. Tugas-tugas (task)
Meliputi tugas bersifat fisik seperti, stasiun kerja,
tata ruang tempat kerja, kondisi lingkungan kerja, sikap
kerja, cara angkut, beban yang diangkat. Sedangkan
tugas yang bersifat mental meliputi, tanggung jawab,
kompleksitas pekerjaan, emosi pekerja dan sebagainya.

2. Organisasi Kerja
Organisasi kerja meliputi lamanya waku kerja,
waktu istirahat, shift kerja, sistem kerja dan sebagainya.

3. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja ini dapat memberikan beban
tambahan yang meliputi, lingkungan kerja fisik,
lingkungan kerja kimiawi, lingkungan kerja biologis dan
lingkungan kerja psikologis.

PSK dan Ergonomi Industri 62


Beban Kerja oleh karena Faktor Internal
Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal
dari dalam tubuh akibat adanya reaksi dari beban kerja
eksternal yang berpotensi sebagai stressor, meliputi:

1. Faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh,


status gizi, kondisi kesehatan, dan sebagainya)
2. Faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan,
keinginan, kepuasan, dan sebagainya)

Penilaian Beban Kerja Fisik


Menurut Astrand and Rodhal (1977) dalam
Tarwaka, dkk bahwa penilaian beban kerja dapat
dilakukan dengan dua metode secara objektif, yaitu
metode penilaian langsung dan metode penilaian tidak
langsung.
Penilaian Beban Kerja secara Langsung
Metode pengukuran langsung yaitu dengan
mengukur energi dikeluarkan (energy expenditure)
melalui asupan oksigen selama bekerja. Semakin berat
beban kerja akan semakin banyak energi yang
diperlukan untuk dikonsumsi. Meskipun metode
pengukuran asupan oksigen lebih akurat, namun hanya

PSK dan Ergonomi Industri 63


dapat mengukur untuk waktu kerja yang singkat dan
diperlukan peralatan yang mahal. Berikut adalah
kategori beban kerja yang didasarkan pada
metabolisme, respirasi suhu tubuh dan denyut jantung
menurut Christensen (1991) pada Tabel 2.5. berikut:

PSK dan Ergonomi Industri 64


Dalam penentuan konsumsi energi biasanya
digunakan suatu bentuk hubungan energi dengan
kecepatan denyut jantung yaitu sebuah persamaan
regresi kuadratis sebagai berikut:

E = 1,80411 0,0229038 X + 4,71733 x X2

dimana:
E = Energi (Kkal/menit)
X = Kecepatan denyut jantung/nadi (denyut/menit)

PSK dan Ergonomi Industri 65


Penilaian Beban Kerja secara Tidak Langsung
Metode penilaian tidak langsung adalah dengan
menghitung denyut nadi selama bekerja. Pengukuran
denyut jantung selama bekerja merupakan suatu
metode untuk menilai cardiovasculair strain dengan
metode 10 denyut (Kilbon, 1992) dimana dengan
metode ini dapat dihitung denyut nadi kerja sebagai
berikut:
Penggunaan nadi kerja untuk menilai berat
ringannya beban kerja mempunyai beberapa
keuntungan, selain mudah, cepat, sangkil dan murah
juga tidak diperlukan peraltan yang mahal serta hasilnya
pun cukup reliabel dan tidak menganggu ataupun
menyakiti orang yang diperiksa. Denyut nadi untuk
mengestimasi indek beban kerja fisik terdiri dari
beberapa jenis yaitu:
1. Denyut Nadi Istirahat (DNI) adalah rerata
denyut nadi sebelum pekerjaan dimulai
2. Denyut Nadi Kerja (DNK) adalah rerata denyut
nadi selama bekerja
3. Nadi Kerja (NK) adalah selisih antara denyut
nadi istirahat dengan denyut nadi kerja.

PSK dan Ergonomi Industri 66


Peningkatan denyut nadi mempunyai peranan
yang sangat penting didalam peningkatan cardia output
dari istirahat sampai kerja maksimum. Peningkatan
yang potensial dalam denyut nadi dari istirahat sampai
kerja maksimum oleh Rodahl (1989) dalam Tarwaka,
dkk (2004:101) didefinisikan sebagai Heart Rate
Reverse (HR Reverse) yang diekspresikan dalam
presentase yang dapat dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut:
Denyut Nadi maksimum (DNmax) adalah: (220
umur) untuk laki-laki dan (200 umur) untuk perempuan
Lebih lanjut untuk menentukan klasifikasi beban kerja
berdasarkan peningkatan denyut nadi kerja ,denyut nadi
maksimum karena beban kardiovaskuler
(cardiovasculair load = % CVL) dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:

%CVL = Dari hasil perhitungan % CVL tersebut


kemudian dibandingkan dengan
klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai berikut:

PSK dan Ergonomi Industri 67


PSK dan Ergonomi Industri 68
Selain cara tersebut diatas cardivasculair strain
dapat diestimasi menggunakan denyut nadi pemulihan
(heart rate recovery) atau dikenal dengan Metode
Brouha. Keuntungan metode ini adalah sama sekali
tidak menganggu atau menghentikan pekerjaan, karena
pengukuran dilakukan setelah subjek berhenti bekerja.
Denyut nadi pemulihan (P) dihitung pada akhir 30 detik
menit pertama, kedua dan ketiga (P1, P2, P3). Rerata
dari ketiga nilai tersebut dihubungkan dengan total
cardiac cost dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Jika P1 P3 10 aau P1, P2, P3 seluruhnya
< 90, nadi pemulihan normal
2. Jika rerata P1 yang tercatat 110, dan P1
P3 10, maka beban kerja tidak berlebihan
(not excessive)
3. Jika P1 P3 < 10 dan Jika P3 > 90, perlu
redesaian pekerjaan.

Laju pemulihan denyut nadi dipengaruhi oleh


nilai absolut denyut nadi pada ketergantungan
pekerjaan (the interruption of work), tingkat kebugaran
(individual fitness) dan pemaparan lingkungan panas.
Jika pemulihan nadi tidak segera tercapai maka

PSK dan Ergonomi Industri 69


diperlukan redesain pekerjaan untuk mengurangi
tekanan fisik. Redesain tersebut dapat berupa variabel
tunggal maupun variabel; keseluruhan dari variabel
bebas task (tugas), organisasi kerja dan lingkungan
kerja yang menyebabkan beban kerja tambahan.

Penentuan Waktu Kerja dan Waktu Istirahat


Pengaturan waktu istirahat harus disesuaikan
dengan sifat, jenis pekerjaan dan faktor lingkungan yang
mempengaruhinya seperti lingkungan kerja panas,
dingin, bising dan berdebu. Namun demikian secara
umum, di Indonesia telah ditentukan lamanya waktu
kerja sehari maksimum adalah 8 jam kerja dan
selebihnya adalah waktu istirahat. Memperpanjang
waktu kerja lebih dari itu hanya akan menurunkan
efisiensi kerja, meningkatkan kelelahan, kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.
Dalam hal lamanya waktu kerja melebihi ketentuan yang
telah ditetapkan (8 jam per hari atau 40 jam seminggu),
maka perlu diatur waktu istirahat khusus agar
kemampuan kerja dan kesegaran jasmani tetap dapat
dipertahankan dalam batas-batas toleransi. Pemberian
waktu istirahat tersebut secara umum dimaksudkan
untuk:

PSK dan Ergonomi Industri 70


1. Mencegah terjadinya kelelahan yang
berakibat kepada penurunan kemampuan fisik
dan mental serta kehilangan efisiensi kerja.
2. Memberi kesempatan tubuh untuk melakukan
pemulihan atau penyegaran.
3. Memberikan kesempatan waktu untuk
melakukan kontak sosial.

PSK dan Ergonomi Industri 71


BAB IV
OWAS, RULA, REBA, dan QEC

OWAS (Ovako Working Postures Analysis System)


Sistem OWAS memerlukan kegiatan yang aktif
untuk diamati, dan memperkirakan kemampuan yang
dapat diterima. Informasi yang dikumpulkan selanjutnya
yaitu membandingkan dengan berbagai tindakan,
apakah beberapa tindakan perbaikan perlu dilakukan
untuk mengurangi resiko kerja.

RULA (Rapid Upper Limb Assesment)


RULA merupakan metode yang digunakan untuk
mengukur faktor resiko musculoskeletal disorders pada
leher dan tubuh bagian atas. RULA menghitung faktor
risiko ergonomi pada pekerja dimana pekerjanya
banyak melakukan pekerjaan dalam posisi duduk atau
berdiri tanpa adanya perpindahan. RULA menghitung
faktor risiko berupa postur, tenaga/beban, pekerjaan
statis dan repatisi yang dilakukan dalam pekerjaan.
Fokus utama penilaian RULA yang diukur secara detail
yaitu postur dari bahu/lengan atas, siku/lengan bawah,
pergelangan tangan, leher, dan pinggang.

PSK dan Ergonomi Industri 72


REBA (Rapid Entire Body Assesment)
Merupakan suatu metode penilaian postur kerja
untuk menilai faktor resiko gangguan tubuh
keseluruhan. Untuk masing-masing tugas, penilaian
dibagi atas masing-masing grup yang terdiri dari 2 grup
yaitu: Grup A dan Grup B. Grup A terdiri atas postur
tubuh kanan dan kiri dari batang tubuh (trunk), leher
(neck), dan kaki (legs). Sedangkan grup B terdiri atas
postur tubuh kanan dan kiri dari lengan atas (upper arm,
lengan bawah (lower arm), dan pergelangan tangan
(wrist).
Skor A adalah jumlah dari hasil pada tabel Ada
skor beban/kekuatan. Skor B adalah jumlah skor dari
tabel B dan skor coupling untuk masing-masing tangan.
Skor C dibaca dari tabel C dengan memasukkan skor A
dan skor B. Skor REBA diperoleh dengan jumlah dari
skor C dan skor tindakan. Berikut adalah gambar tabel
penilaian REBA (Rappid Entire Body Assesment)
Adapun beberapa penjelasan mengenai tabel penilaian
REBA yaitu sebagai berikut:
1. Grup A
2. Batang Tubuh (Trunk)

PSK dan Ergonomi Industri 73


Leher (neck)

Kaki (legs)

PSK dan Ergonomi Industri 74


Beban (loads)

2. Grup B
3. Lengan Atas (Upper Arm)

Lengan Bawah (Lower Arm)

PSK dan Ergonomi Industri 75


Pergelangan Tangan (Wrist)

Coupling

PSK dan Ergonomi Industri 76


PSK dan Ergonomi Industri 77
QEC (Quick Exposure Cheklist)
QEC terdiri dari beberapa cheklist yang mudah
digunakan dan lembar penilain untuk menilai pekerja.
Postur kerja, pergerakan punggung, bahu dan tangan
berat dari beban yang sedang diangkat, dan waktu yang
disediakan untuk bekerja untuk mengevaluasi untuk
menentukan paparan dari risiko fisik cedera pada
bagian belakang tubuh.
Fungsi utama QEC:

1. Mengidentifikasi faktor resiko untuk WMSDs.


2. Mengevaluasi gangguan resiko untuk
daerah/bagian tubuh yang berbeda-beda.
3. Menyarankan suatu tindakan yang perlu
diambil dalam rangka mengurangi gangguan
resiko yang ada.
4. Mengevaluasi efektivitas dari suatu intervensi
ergonomi di tempat kerja.
5. Mendididk para pemakai tentang resiko
musculoskeletal di tempat kerja.
Prosedur QEC antara lain:
1) Penilaian terhadap pekrja/karyawan oleh
peneliti.

PSK dan Ergonomi Industri 78


2) Menjumlahkan tiap skor hasil kombinasi
masing-masing bagian.
3) Memperoleh skor dengan kategori level
tindakan.

PSK dan Ergonomi Industri 79


Exposure level dihitung berdasarkan persentase
antara total skor aktual exposure (X) dengan total skor
maksimum ( ) yaitu:

dimana :
X = total skor yang diperoleh dari penilaian
terhadap postur (punggung + bahu lengan
pergelangan tangan leher)
= total skor maksimum untuk postur kerja
(punggung bahu lengan pergelangan
tangan leher)

PSK dan Ergonomi Industri 80


Xmaks adalah konstan untuk tipe-tipe tugas
tertentu. Pemberian skor maksimum = 162 apabila tipe
tubuh statis termasuk duduk atau berdiri dengan/tanpa
pengulangan yang sering dan penggunaan tenaga
beban yang relatif rendah. Pemberian skor maksimum =
176 apabila dilakukan manual handling yaitu
mengangkat, mendorong, menarik, dan membawa
beban.

PSK dan Ergonomi Industri 81


BAB V
ERGONOMI DAN ANTROPOMETRI

Ergonomi
Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan
teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan
antara segala aktivitas yang digunakan baik dalam
beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan
keterbatasan manusia baik fisik maupun mental
sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi
lebih baik (Tarwaka, dkk, 2004: 6).
Sedangkan menurut Nurmianto (1996: 1), definisi
ergonomi adalah studi tentang aspek-aspek manusia
dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara
anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen
dan desain/perancangan serta evaluasi dari sebuah
produk.
Secara umum defenisi-defenisi ergonomi yang
ada membicarakan masalah-masalah hubungan antara
manusia pekerja dengan tugas-tugas dan pekerjaannya
serta desain dari objek yang digunakannya. Ergonomi
adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk
menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala

PSK dan Ergonomi Industri 82


fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun
istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia
baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara
keseluruhan menjadi lebih baik.
Dengan demikian pencapaian kualitas hidup
manusia secara optimal, baik di tempat kerja, di
lingkungan sosial maupun di lingkungan keluarga,
menjadi tujuan utama penerapan ergonomi.

Postur Kerja
Posisi tubuh dalam kerja sangat ditentukan oleh
jenis pekerjaan yang dilakukan. Masing-masing posisi
kerja mempunyai pengaruh yang berbeda-beda
terhadap tubuh. Pertimbangan ergonomi yang berkaitan
dengan postur kerja dapat membantu mendapatkan
postur kerja yang nyaman bagi pekerja, baik itu postur
kerja berdiri, duduk, maupun postur kerja lainnya. Pada
beberapa jenis pekerjaan terdapat postur kerja yang
tidak alami dan berlangsung dalam jangka waktu yang
lama. Hal ini akan mengakibatkan keluhan sakit pada
bagain tubuh, cacat produk bahkan cacat tubuh.
Menurut pheasant, beberapa sikap kerja yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut :

PSK dan Ergonomi Industri 83


1. Hindari posisi kepala dan leher yang terlalu
menengadah ke atas.
2. Hindari tungkai yang menaik.
3. Hindari postur memutar atau asimetris.

Tipe-tipe Masalah Ergonomi


Masalah-masalah ergonomi dapat dikategorikan
ke dalam bermacam-macam grup yang berbeda,
bergantung kepada wilayah spesifik dari efek tubuh
seperti :

1. Anthtropometric
Antropometri berhubungan dengan konflik
dimensional antara ruang geometr fungsional dengan
tubuh manusia.Antropometri ini merupakan pengukuran
dari dimensi tubuh secara linear, termasuk berat dan
volume.Jarak jangkauan, tinggi mata saat duduk, dan
lainnya.Masalah-masalah antropometri merupakan
manifestasi dari kekurang cocokannya antara dimensi
ini dan desain dari ruang kerja.Pemecahannya adalah
memodifikasi desain dan menyesuaikan kenyamanan.

PSK dan Ergonomi Industri 84


2. Cognitive
Masalah kognitif muncul ketika informasi beban
kerja yang berlebihan dan infomasi beban kerja di
bawah kebutuhan proses. Keduanya dalam jangka
waktu yang panjang maupun dalam jangka waktu
pendek dapat menyebabkan ketegangan. Pada sisi lain,
fungsi ini tidak sepenuhnya berguna untuk
pemeliharaan tingkat optimum. Pemecahannya adalah
untuk melengkapkan fungsi manusia dengan fungsi
mesin untuk meningkatkan performansi sebaik
pengembangan pekerjaan.

3. Musculoskeletal
Ketegangan otot dan sistem kerangka termasuk
dalam kategori ini.Hal tersebut dapat menyebabkan
insiden kecil atau trauma efek kumulatif.Pemecahan
masalah ini terletak pada penyediaan bantuan
performansi kerja atau mendesain kembali pekerjaan
untuk menjaga agar kebutuhannya sesuai dengan batas
kemampuan manusia.

PSK dan Ergonomi Industri 85


4. Cardiovaskular
Masalah ini terletak pada ketegangan pada
sistem sirkulasi, termasuk jantung.Akibatnya adalah
jantung memompakan lebih banyak darah ke otot untuk
Memenuhi tingginya permintaan oksigen.
Pemecahannya yaitu mendesain kembali pekerjaan
untuk melindungi pekerja dan melakukan rotasi
pekerjaan.

5. Psychomotor
Masalah ini terletak pada ketegangan pada
sistem psychomotor yang menegaskan kebutuhan
pekerjaan untuk disesuaikan dengan kemampuan
manusia dan menyediakan bantuan performansi
pekerjaan.

Tujuan Ergonomi
Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah:
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental
melalui upaya pencegahan cedera dan
penyakit akibat kerja, menurunkan beban
kerja fisik dan mental dan mengupayakan
promosi dan kepuasan kerja.

PSK dan Ergonomi Industri 86


2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui
peningkatan kualitas kontak sosial,
mengelola dan mengkoordinir kerja secara
tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial
baik selama kurun waktu usia produktif
maupun setelah tidak produktif lagi.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara
berbagai aspek, yaitu aspek teknis,
ekonomis, antropologis dan budaya dari
setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga
tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup
yang tinggi.

Aplikasi Ergonomi
Aplikasi Ergonomi dapat diterapkan pada
berbagai bidang kehidupan sehari-hari.
Contohnya adalah sebagai berikut.
1. Perancangan tempat atau stasiun kerja yang
sesuai dengan karakteristik dari manusia.
2. Desain peralatan, perkakas dan mesin-mesin
yang dipergunakan oleh manusia sebagai
sarana untuk memudahkan segala
aktivitasnya.

PSK dan Ergonomi Industri 87


3. Desain produk-produk yang lebih
memudahkan kegiatan, contohnya mobil
yang dilengkapi dengan kursi yang mudah
disetel dan disesuaikan dengan kondisi
tubuh manusia yang bervariasi.

Antropometri
Istilah antropometri berasal dari anthro yang
berarti manusia dan metri yang berarti ukuran.Secara
definitif, antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu
studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh
manusia. Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk,
ukuran (tinggi, lebar, dan sebagainya) berat dan lain-lain
yang berbeda satu dengan yang lainnya. Antropometri
secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-
pertimbangan ergonomis dalam memerlukan interaksi
manusia.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengukuran


Antropometri
Manusia pada umumnya akan berbeda-beda
dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Di sini
ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran
tubuh manusia, sehingga sudah semestinya seorang
PSK dan Ergonomi Industri 88
perancang produk harus memperhatikan faktor-faktor
tersebut yang antara lain adalah:

1. Umur
Secara umum dimensi tubuh manusia akan
tumbuh dan bertambah besar seiring dengan
bertambahnya umur yaitu sejak awal kelahirannya
sampai dengan umur sekitar 20 tahunan. Dari suatu
penelitian yang dilakukan oleh A.F.Roche dan
G.H.Davila (1972) di USA diperoleh kesimpulan bahwa
laki-laki akan tumbuh dan berkembang naik sampai
dengan usia 21 tahun, sedangkan wanita 17 tahun.
Meskipun ada sekitar 10% yang masih terus bertambah
tinggi sampai usia 23 tahun (laki-laki) dan 21 tahun
(wanita). Setelah itu, tidak akan terjadi lagi pertumbuhan
bahkan justru akan cenderung berubah menjadi
penurunan ataupun penyusutan yang dimulai sekitar
umur 40 tahunan.

2. Jenis Kelamin (Sex)


Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan
lebih besar dibandingkan dengan wanita, terkecuali
untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul
dan sebagainya.
PSK dan Ergonomi Industri 89
3. Suku Bangsa (Etnis)
Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnik
akan memiliki karakteristik fisik yang akan berbeda satu
dengan yang lainnya.

4. Posisi Tubuh
Sikap (postur) ataupun posisi tubuh akan
berpengaruh terhadap ukuran tubuh. Oleh sebab itu,
posisi tubuh standar harus ditetapkan untuk survei
pengukuran. Dalam kaitan dengan posisi tubuh dikenal
2 cara pengukuran yaitu pengukuran dimensi struktur
tubuh dan pengukuran dimensi fungsional tubuh.

5. Cacat Tubuh
Data antropometri yang diperlukan adalah untuk
perancangan produk bagi orang-orang cacat, misalnya
kursi roda, kaki/tangan palsu, dan lain-lain.

6. Tebal atau Tipisnya Pakaian yang Dikenakan


Faktor iklim yang berbeda akan memberikan
variasi yang berbeda-beda dalam bentuk rancangan
dan spesifikasi pakaian.

PSK dan Ergonomi Industri 90


7. Kehamilan (Pregnancy)
Kondisi semacam ini jelas mempengaruhi bentuk
dan ukuran tubuh (khusus perempuan).Hal tersebut
jelas memerlukan perhatian khusu terhadap produk-
produk yang dirancang bagi segmentasi seperti ini.

Antropometri Statis (Struktural)


Istilah lain dari pengukuran tubuh dalam
berbagai posisi standar dan tidak bergerak (tetap tegak
sempurna) dikenal dengan antropometri statis. Dimensi
tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lain
meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri,
maupun duduk, ukuran kepala, tinggi/panjang lutut pada
saat berdiri/duduk, panjang lengan dan
sebagainya.Ukuran dalam hal ini diambil dengan
persentil tertentu seperti 5-th dan 95-th persentil.Contoh
antropometri statis adalah posisi tubuh saat duduk
orang duduk di kursi.

Antropometri Dinamis (Fungsional)


Antropometri dinamis adalah pengukuran yang
dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi
melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan
dengan kegiatan yang harus diselesaikan. Hal pokok
PSK dan Ergonomi Industri 91
yang ditekankan dalam pengukuran dimensi fungsional
tubuh ini adalah mendapatkan ukuran tubuh yang
nantinya akan berkaitan erat dengan gerakan-gerakan
nyata yang diperlukan tubuh untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan tertentu. Berbeda dengan
antropometri statis yang mengukur tubuh dalam posisi
tetap/statis, maka cara pengukuran kali ini dilakukan
pada saat tubuh melakukan gerakan-gerakan kerja atau
dalm posisi yang dinamis. Antropometri dinamis akan
banyak diaplikasikan dalam proses perancangan
fasilitas ataupun ruang kerja. Contoh antropometri
dinamis adalah perancangan kursi mobil dimana di sini
posisi tubuh pada saat melakukan gerakan
mengoperasikan kemudi, tangkai pemindahan gigi,
pedal dan juga jarak antara dengan atap maupun
dashboard harus menggunakan data antropometri
dinamis.

Prinsip-prinsip Penggunaan Data Antropometri


Agar rancangan suatu produk nantinya bisa
sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang akan
mengoperasikannya, maka prinsip-prinsip apa yang
harus diambil di dalam aplikasi data antropometri

PSK dan Ergonomi Industri 92


tersebut harus ditetapkan terlebih dahulu seperti
diuraikan berikut ini:

1. Prinsip perancangan produk bagi individu


dengan ukuran yang ekstrim

Di sini rancangan produk dibuat agar memenuhi 3


sasaran produk, yaitu:
1. Bisa sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang
mengikuti klasifikasi ekstrim dalam arti terlalu
besar atau kecil bila dibandingkan dengan
rata-ratanya.
2. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran
tubuh yang lain (mayoritas dari populasi yang
ada). Agar bisa memenuhi sasaran pokok
tersebut maka ukuran yang siaplikasikan
ditetapkan dengan cara: 2. Untuk dimensi
minimum yang harus ditetapkan dari suatu
rancangan produk umumnya didasarkan pada
nilai persentil yang terbesar seperti 90-th, 95-
th atau 99-th persentil. Contoh konkrit pada
kasus ini bisa dilihat pada penetapan ukuran

PSK dan Ergonomi Industri 93


minimal dari lebar dan tinggi dari pintu
darurat.
3. Untuk dimensi maksimum yang harus
ditetapkan diambil berdasarkan nilai persentil
yang paling rendah yaitu 1-th, 5-th, 10-th
persentil) dari distribusi data antropometri
yang ada. Hal ini diterapkan dalam penetapan
jarak jangkau dari suatu mekanisme kontrol
yang harus dioperasikanoleh seorang pekerja.

2. Prinsip perancangan produk yang bisa


dioperasikan di antar rentang ukuran tertentu.

Di sini rancangan bisa diubah-ubah ukurannya


sehingga cukup fleksibel dioperasikan oleh setiap orang
yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh.Contoh
yang paling umum dijumpai adalah perancangan kursi
mobil yang mana dalam hal ini letaknya dapat digeser
maju/mundur dari sudut sandarannya pun dapat
berubah-ubah sesuai dengan yang diinginkan.Dalam
kaitannya untuk mendapatkan rancangan yang fleksibel,
semacam ini maka data antropometri yang umum

PSK dan Ergonomi Industri 94


diaplikasikan adalah dalam rentang nilai 5-th sampai 95-
th persentil.

3. Prinsip perancangan produk dengan ukuran


rata-rata.

Dalam hal ini rancangan produk didasarkan


terhadap rata-rata ukuran manusia.Problem pokok yang
dihadapi dalam hal ini juga sedikit sekali mereka yang
berbeda dalam ukuran rata-rata. Di sini produk
dirancang dan dibuat untuk mereka yang berukuran
sekitar rata-rata, sedangkan bagi mereka yang memiliki
ukuran ekstrim akan dibuatkan rancangan tersendiri.

Dimensi Tubuh Pengukuran Data Antropometri


Jenis pengukuran antropometri statis biasanya
dilakukan dalam dua posisi yaitu posisi berdiri dan
duduk di kursi. Alat ukur yang harus digunakan
untukmengukur antropometri adalah antropometer.
Dimensi tubuh tersebut meliputi antara lain:

1. Posisi Berdiri

2. Posisi duduk samping

PSK dan Ergonomi Industri 95


2. Posisi duduk samping

PSK dan Ergonomi Industri 96


PSK dan Ergonomi Industri 97
3. Posisi duduk menghadap ke depan

4. Dimensi jari tangan

PSK dan Ergonomi Industri 98


5. Dimensi tangan

PSK dan Ergonomi Industri 99


6. Dimensi kaki

PSK dan Ergonomi Industri 100


7. Dimensi kepala

PSK dan Ergonomi Industri 101


PSK dan Ergonomi Industri 102
Langkah-langkah Penilaian Data Antropometri
Langkah-langkah penilaian data antropometri antara
lain:
1. Start.
2. Masukkan nilai data antropometri berupa
ukuran dimensi tubuh manusia yang telah
ditentukan anggota tubuh mana yang akan
diukur.
3. Pengolahan data antropometri berupa
perhitungan rata-rata, nilai maksimum dan
minimum serta standar deviasinya.
4. Uji keseragaman data untuk menentukan
apakah ada data yang out of control yaitu
dimana data terletak di luar nilai BKA dan
BKB (tidak berada diantara BKA dan BKB).
5. Uji kecukupan data untuk menentukan apakah
jumlah pengamatan yang dilakukan telah
cukup memenuhi.
6. Penetapan prinsip perancangan produk apa
yang akan dipakai, dimana terdapat 3 prinsip
perancangan yaitu ekstrim, rata-rata dan yang
disesuaikan.

PSK dan Ergonomi Industri 103


7. Nilai persentil yang digunakan tergantung
prinsip perancangan mana yang dipilih.
8. Output/keluaran berupa data yang berada
pada wilayah persentil.
9. Stop.

Aplikasi Distribusi Normal dalam Penetapan Data


Antropometri
Ukuran tubuh yang diperlukan pada hakikatnya
tidak sulit diperoleh dari pengukuran secara individual,
seperti halnya yang dijumpai untuk produk yang dibuat
berdasarkan pesanan (job order).Situasi menjadi
berubah manakala lebih banyak lagi produk standar
yang harus dibuat untuk dioperasikan oleh banyak
orang. Mengingat ukuran individu akan bervariasi satu
dengan populasi yang menjadi target sasaran produk
tersebut maka akan lebih mudah diatasi bilamana
perancangan produk tersebut memiliki fleksibilitas dan
sifat mampu suai (adjustable) dengan suatu rentang
ukuran tertentu.
Untuk penetapan data antropometri ini,
pemakaian distribusi normal akan umum diterapkan.
Dalam statistik, distribusi normal dapat diformulasikan

PSK dan Ergonomi Industri 104


berdasrkan harga rata-rata (mean) dan simpangan
standarnya (standar deviasi) dari data yang ada.Dari
nilai yang ada tersebut, maka persentil dapat ditetapkan
sesuai dengan tabel probabilitas distribusi
normal.Dengan persentil, maka yang dimaksudkan di
sini adalah suatu nilai yang menunjukkan persentase
tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau di
bawah nilai tersebut. Sebagai contoh 95-th persentil
akan menunjukkan 95% populasi akan berada pada
atau di bawah ukuran tersebut, sedangkan 5-th persentil
akan menunjukkan 5% populasi akan berada pada atau
di bawah ukuran itu. Dalam antropometri, angka 95-th
akan menggambarkan ukuran manusia yang terbesar
dan 5-th persentil sebaliknya menunjukkan ukuran
terkecil.
Pemakaian persentil yang umum diaplikasikan
dalam perhitungan data antropometri dapat dijelaskan
pada Tabel 5.8.seperti berikut ini:

PSK dan Ergonomi Industri 105


Aplikasi Antropometri dalam Perancangan Produk
Setiap desain produk, baik produk yang
sederhana maupun produk yang sangat kompleks dan
harus berpedoman kepada antropometri pemakainya.
Menurut Annis dan McConville (1996) membagi aplikasi
ergonomi dalam kaitannya dengan antropometri menjadi
dua divisi utama, yaitu:
1. Ergonomi berhadapan dengan tenaga kerja,
mesin beserta sarana pendukung lainnya dan
lingkungan kerja.
2. Ergonomi berhadapan dengan karakteristik
produk pabrik berhubungan dengan
konsumen atau pemakai produk.

PSK dan Ergonomi Industri 106


Dalam menentukan ukuran stasiun kerja, alat
kerja dan produk pendukung lainnya, data antropometri
tenaga kerja memegang peranan penting. Menurut
Sutarman bahwa dengan mengetahui ukuran
antropometri tenaga kerja akan dapat dibuat suatu
desain alat kerja yang sepadan bagi tenaga kerja yang
akan menggunakan dengan harapan dapat
menciptakan kenyamanan, kesehatan, keselamatan dan
estetika kerja
Dalam setiap perancangan peralatan dan
stasiun kerja, keterbatasan manusia harus selalu
diperhitungkan, di samping kemampuan dan
kebolehannya. Mengingat bahwa setiap manusia
berbeda satu dengan yang lainnya, maka aplikasi data
antropometri dalam desain produk dapat meliputi:
1. Desain orang ekstrim (data terkecil atau
terbesar) Contoh: Letak tombol-tombol
operasional dan kontrol panel pada mesin
yang didesain berdasarkan ukuran
jangkauan tangan tertinggi.
2. Desain untuk orang per orang
Contoh: perancangan produk pakaian
berdasarkan dimensi tubuh amsing-masing
individu.
PSK dan Ergonomi Industri 107
3. Desain untuk kisaran yang dapat diatur
(adjustable range) dengan menggunakan
persentil 5 dan persentil 95 dari populasi.
Contoh: Perancangan kursi mobil yang dapat
digeser maju/ mundur dan sudut
sandarannya dapat diatur sedemikian rupa.
4. Desain untuk ukuran terata dengan
menggunakan data persentil 50.
Contoh: Tinggi meja kerja yang didesain
hanya berdasarkan rata-rata tinggi tenaga
kerja maka orang yang pendek akan selalu
mengangkat bahu dan leher, sedangkan
orang yang tinggi akan membungkukkan
punggung waktu kerja pada ketinggian yang
sama.

PSK dan Ergonomi Industri 108


BAB VI
STUDI TEKNIK TATA CARA KERJA

Studi Teknik Tata Cara Kerja


Teknik tata cara kerja ialah suatu ilmu yang
terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk
mendapatkan suatu rancangan terbaik dari sistem kerja.
Teknik-teknik dan prinsip-prinsip ini digunakan untuk
mengatur komponen-komponen sistem kerja yang terdiri
dari manusia dengan sifat dan kemampuan-
kemampuannya, bahan, perlengkapan dan peralatan
kerja, serta lingkungan kerja sehingga dicapai tingkat
efektivitas dan efisiensi yang tinggi bagi perusahaan
serta aman, sehat dan nyaman bagi pekerja. Yang
dicari dengan teknik teknik-teknik dan prinsip-prinsip ini
sistem kerja yang terbaik, yaitu yang memiliki efisiensi
dan produktifitas yang setinggi-tingginya.
Sistem kerja itu terdiri dari empat komponen,
yaitu manusia, bahan, perlengkapan, dan peralatan
seperti mesin dan perkakas, lingkungan kerja seperti
ruangan dengan udaranya, dan keadaan pekerja-
pekerja lain disekelilingnya. Artinya komponen-
komponen itulah yang mempengaruhi efisiensi dan

PSK dan Ergonomi Industri 109


produktivitas kerja. Dalam penerapannya teknik tata
cara kerja akan berinteraksi dengan ilmu lain didalam
disiplin teknik industri untuk secara bersamaan
mencapai keadaan optimal dari suatu sistem produksi.
Dalam arti kata yang luas yaitu sistem yang terdiri dari
komponen komponen manusia, bahan, mesin,
peralatan dan uang.
Taylor sampai saat ini dipandang sebagai
seorang yang mempunyai saham besar dalam dunia
ilmu pengetahuan, khususnya manajemen dan teknik
industri. Ia bekerja di pabrik baja di Amerika tahun 1991
sebagai seorang pengawas. Di sana ia melihat para
pekerja tidak berprestasi semestinya. Taylor
berpendapat bahwa pekerja-pekerja tersebut bekerja di
bawah yang sebenarnya dapat dihasilkannya. Dari
pengamatan-pengamatannya, Taylor mempunyai
dugaan kuat bahwa yang menjadi penyebab terjadinya
hal tersebut adalah pengaturan jam kerja yang tidak
baik. Sehubungan dengan penerapan hasil temuannya
ini, Taylor melakukan pengukuran-pengukuran waktu
dengan dengan menggunakan jam henti
(stopwatch).Karena peranan penentuan waktu bagi
suatu pekerjaan sangat besar di dalam sistem produksi
seperti untuk sistem upah pekerja, penjadwalan kerja
PSK dan Ergonomi Industri 110
dan mesin, pengaturan tata letak pabrik, penganggaran
dan sebagainya, maka pengukuran waktu oleh Taylor
dianggap sebagai karya yang besar.
Sebenarnya Taylor tidak hanya
mengembangkan pengukuran waktu atau pemikiran dan
usaha mencari jalan yang terbaik. Ia pun memberikan
banyak sumbangan lain pada dunia ilmu pengetahuan
dan industri seperti:
1. Pemikiran dan usaha-usaha untuk
menyelesaikan masalah secara ilmiah
sebagai pengganti dari cara coba-coba
bahkan tanpa cara sama sekali seperti
yang banyak dilakukan kalangan industri
pada saat itu. Dalam hubungan ini, Taylor
juga menekankan pentingnya peranan
manusia dalam suatu sistem produksi, dan
pentingnya masalah-masalah yang
berhubungan dengan manusia
diselesaikan secara ilmiah. Dikemudian
hari gagasan ini dikenal sebagai The
Scientific Management atau manajemen
secara ilmiah.

PSK dan Ergonomi Industri 111


2. Mengembangkan bentuk organisasi
fungsional yang menurut pendapatnya
membentuk suatu struktur yang sesuai
untuk organisasi sistem produksi atau yang
sejenis dengan itu.
3. Menyelidiki faktor-faktor yang mempengaruhi
umur pahat yang akhirnya sampai pada suatu
rumus yang sampai kini dikenal sebagai
rumus umur pahat Taylor.

Seorang lagi yang dipandang mempunyai


peranan besar, khususnya dalam pengembangan tata
cara kerja adalah F.B. Gilberth. Pada mulanya ia adalah
seorang kontraktor yang berhasil di Amerika Serikat. Di
dalam bidang kerjanya ini, ia melihat ketidakefisienan
gerakan-gerakan kerja dalam menyusun batu bata.
Akhirnya, Gilberth melakukan penelitian gerakan kerja
yang diamati dan diteliti dengan menggunakan kamera-
kamera film untuk merekamnya, dan kemudian
mempelajari hasilnya dengan kecepatan putar sangat
lambat. Dari penelitian ini akhirnya Gilberth
mendapatkan suatu prosedur untuk menganalisis
gerakan kerja dan memperbaikinya. Prosedur ini adalah

PSK dan Ergonomi Industri 112


membagi gerakan-gerakan kerja menjadi elemen-
elemen gerakan dasar yang merupakan bagian dari
suatu gerakan.
Efisiensi adalah suatu hal yang penting yang
terdapat dalam sifat-sifat yang dikehendaki dari
rancangan sistem kerja dan dapat didefenisikan sebagai
keluaran (output) dibagi masukan (input). Semakin
besar harga rasio ini, maka semakin tinggi efisiensinya.
Dalam teknik tata cara kerja, pengertian efisiensi
diterapkan dalam bentuk perbandingan antara hasil
(performance) yang dicapai dengan ongkos yang
dikeluarkan untuk mendapatkan hasil tersebut. Yang
dimaksud dengan ongkos disini adalah waktu yang
dihabiskan, tenaga yang dikeluarkan, serta akibat-akibat
psikologis dan sosiologis yang dihasilkan. Jadi semakin
sedikit biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan, maka semakin efisien sistem kerjanya.
Ruang lingkup teknik tata cara kerja dapat dibagi
ke dalam dua bagian besar yaitu pertama, yang bersifat
menata unsur-unsur sistem kerja yang kemudian
disebut penataan sistem kerja. Kedua, bersifat
mengukur kebaikan rancangan sistem yang
bersangkutan yang kemudian disebut pengukuran
sistem kerja. Penataan sistem kerja berisi prinsip-prinsip
PSK dan Ergonomi Industri 113
yang mengatur komponen-komponen sistem kerja untuk
mendapatkan alternatif-alternatif sistem kerja terbaik.
Komponen-komponen sistem kerja diatur sedemikian
rupa sehingga secara bersama-sama berada dalam
suatu komposisi yang baik yaitu dapat memberikan
efisiensi dan produktivitas yang tertinggi.
Ada empat kriteria yang dipandang sebagai
pengukur yang baik tentang kebaikan suatu sistem kerja
yaitu waktu, beban-beban fisik, psikologis dan
sosiologis. Artinya suatu sistem kerja dinilai baik jika
sistem ini memungkinkan waktu penyelesaian yang
sangat singkat.

Peta Kerja
Definisi Peta Kerja
Peta kerja adalah suatu alat yang
menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan
jelas. Peta kerja atau sering disebut peta proses
(process chart) merupakan alat komunikasi yang
sistematis dan logis guna menganalisa proses kerja dari
tahap awal sampai akhir. Melalui peta proses ini dapat
diperoleh informasi-informasi yang diperlukan untuk
memperbaiki metoda kerja, antara lain:

PSK dan Ergonomi Industri 114


1. Benda kerja, berupa gambar kerja, jumlah,
spesifikasi material, dimensi ukuran
pekerjaan, dan lain-lain.
2. Macam proses yang dilakukan, jenis dan
spesifikasi mesin, peralatan produksi, dan
lain-lain.
3. Waktu operasi untuk setiap proses atau
elemen kegiatan di samping total waktu
penyelesaiannya.
4. Kapasitas mesin ataupun kapasitas kerja
lainnya yang dipergunakan.

Lewat peta-peta ini dapat dilihat semua langkah


atau kejadian yang dialami oleh suatu benda kerja dari
mulai masuk ke pabrik hingga sampai akhirnya produk
jadi dan siap dipasarkan. Apabila dilakukan studi yang
seksama terhadap suatu peta kerja, maka pekerjaan
dalam usaha memperbaiki metode kerja dari suatu
proses produksi akan lebih mudah dilaksanakan.
Perbaikan yang mungkin dilakukan antara lain
dapatmenghilangkan operasi-operasi yang tidak perlu.
Pada dasarnya semua perbaikan tersebut ditujukan
untuk mengurangi biaya produksi secara keseluruhan.

PSK dan Ergonomi Industri 115


Dengan menggunakan peta-peta kerja ini, kita
dapat melihat semua langkah atau kejadian yang
dialami oleh benda kerja dari mulai masuk ke pabrik
yang berbentuk bahan baku, kemudian
menggambarkan semua langkah yang dialaminya,
seperti: transportasi operasi, pemeriksaan dan
perakitan, sampai akhirnya menjadi produk jadi, baik
produk lengkap atau produk setengah jadi. Dengan
menggunakan peta kerja ini, maka pekerjaan dalam
usaha memperbaiki metode kerja dari suatu proses
produksi akan lebih mudah dilaksanakan. Perbaikan
tersebut ditujukan untuk mengurangi biaya produksi
secara keseluruhan.
Dengan demikian, peta kerja merupakan alat yang baik
untuk menganalisa suatu pekerjaan, sehingga akan
mudah untuk menganalisa dan memperbaiki kesalahan
dan akan sangat bermanfaat dalam perencanaan sistem
kerja.

Lambang-lambang yang Digunakan


Menurut catatan sejarah, peta-peta kerja yang
ada sekarang ini dikembangkan oleh Gilberth. Ia
mengusulkan 40 buah lambang yang bisa dipakai.
Kemudian pada tahun berikutnya jumlah lambang-
PSK dan Ergonomi Industri 116
lambang tersebut disederhanakan, sehingga hanya
tinggal 5 jenis lambang. Penyederhanaan ini
memudahkan pembuatan suatu peta kerja di mana
setiap notasi mempunyai fleksibilitas yang tinggi karena
setiap lambang mempunyai kandungan arti yang sangat
luas.
Pada tahun 1947 American Society of Mechanical
Engineers (ASME) membuat standar lambang-lambang
yang terdiri dari 5 macam lambing yang merupakan
modifikasi dari lambang yang telah dikembangkan oleh
Gilberth. Lambang-lambang standar dari ASME inilah
yang digunakan dalam pembahasan selanjutnya.
Lambang-lambang tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Operasi
Suatu kegiatan operasi terjadi apabila benda
kerja mengalami perubahan sifat, baik fisik maupun
kimiawi, mengambil informasi maupun memberikan
informasi pada suatu keadaan juga termasuk operasi.
Contohnya:
1. Pekerjaan menyerut kayu dengan mesin
serut.
2. Pekerjaan merakit.

PSK dan Ergonomi Industri 117


3. Pekerjaan mengeraskan logam.

2. Pemeriksaan
Suatu kegiatan pemeriksaan terjadi apabila
benda kerja atau peralatan mengalami pemeriksaan
baik dari segi kualitas maupun segi kuantitas. Lambang
ini digunakan jika melakukan pemeriksaan terhadap
suatu objek atau membandingkan objek tertentu dengan
suatu stndar.
Contohnya:
1. Membaca alat ukur tekanan uap pada suatu
mesin uap.
2. Mengukur warna benda.

3. Transportasi
Suatu kegiatan transportasi terjadi apabila benda
kerja atau perlengkapan mengalami perpindahan
tempat dan bukan merupakan bagian dari suatu
operasi.
Contohnya:
1. Benda kerja dipindahkan dari lantai bawah ke
lantai atas.

PSK dan Ergonomi Industri 118


2. Benda kerja diangkut dari mesin bubut ke
mesin skrap untuk mengalami operasi
berikutnya.

4. Menunggu
Proses menunggu terjadi apabila benda kerja,
pekerja atau perlengkapan tidak mengalami kegiatan
apa-apa selain menunggu (biasanya sebentar).
Contohnya:
1. Bahan menunggu untuk diangkut ke tempat
lain.
2. Peti menunggu untuk dibongkar.

5. Penyimpanan
Proses penyimpanan terjadi apabila benda kerja
disimpan untuk jangka waktu yang cukup lama. Jika
Contohnya:
1. Dokumen-dokumen/catatan-catatan disimpan
dalam brankas.
2. Bahan baku disimpan dalam gudang.
3. Aktivitas Gabungan (Operasi dan Inspeksi)

PSK dan Ergonomi Industri 119


4. Kegiatan ini terjadi apabila antara aktivitas
operasi dan pemeriksaandilakukan
bersamaan atau dilakukan pada suatu
tempat kerja.

Jenis-jenis Peta Kerja


Peta-peta kerja pada dasarnya dibagi atas dua
kelompok besar berdasarkan kegiatannya, yaitu:

1. Peta-peta kerja keseluruhan.


Yaitu kegiatan kegiatan yang melibatkan
sebagian besar atau semua fasilitas yang diperlukan
untuk membuat produk yang bersangkutan.

Peta kerja keseluruhan terdiri atas :


1. Peta Proses Operasi (Operation Process
Chart)
2. Peta Aliran Proses (Flow Process Chart)
3. Peta Proses Perakitan (Assembly Process
Chart)
4. Peta Proses Kelompok Kerja (Gang Process
Chart)
5. Diagram Aliran (Flow Diagram)

PSK dan Ergonomi Industri 120


2. Peta-peta kerja setempat
Yaitu kegiatan yang terjadi dalam suatu stasiun
kerja yang biasanya melibatkan orang dan fasilitas
dalam jumlah terbatas.

Peta kerja setempat terdiri atas :


1. Peta Pekerja dan Mesin (Man-Machine Chart)
2. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan

Hubungan antara kedua peta kerja ini adalah


untuk menyelesaikan suatu produk yang diperlukan
dalam beberapa stasiun kerja, di mana satu sama
lainnya saling berhubungan dan kelancaran proses
produksi secara keseluruhan tergantung pada
kelancaran setiap stasiun kerja.

Peta Proses Operasi (Operation Process Chart)


Peta proses operasi merupakan suatu diagram
yang menggambarkan langkah-langkah proses yang
akan dialami bahan baku mengenai urutan-urutan
operasi dan pemeriksaan, mulai dari awal sampai
menjadi produk jadi utuh maupun sebagai komponen,

PSK dan Ergonomi Industri 121


dan juga memuat informasi-informasi yang diperlukan
untuk analisa lebih lanjut, seperti: waktu yang
dihabiskan, material yang digunakan, dan tempat atau
alat atau mesin yang dipakai.
Kegunaan peta proses operasi antara lain :
1. Bisa mengetahui kebutuhan akan mesin dan
penganggarannya.
2. Bisa memperkirakan kebutuhan akan bahan
baku (dengan memperhitungkan efisiensi
ditiap operasi/ pemeriksaan).
3. Sebagai alat untuk menentukan tata letak
pabrik.
4. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara
kerja yang sedang dipakai.
5. Sebagai alat untuk latihan kerja.

Prinsip-prinsip pembuatan peta proses operasi


adalah sebagai berikut:

1. Pertama, pada baris paling atas, pada bagian


kepala ditulis jelas jenis peta, yaitu Peta
Proses Operasi yang diikuti oleh identifikasi
lain seperti : nama objek, nama pembuat

PSK dan Ergonomi Industri 122


peta, tanggal dipetakan, nomor peta, dan
nomor gambar.
2. Material yang akan diproses dinyatakan tepat
diatas garis horizontal yang sesuai, yang
menunjukkan kedalam urutan tempat
material tersebut kemudian diproses.
3. Lambang-lambang ditempatkan dalam arah
vertikal, dari atas kebawah sesuai urutan
prosesnya.
4. Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi
diberikan secara berurutan sesuai dengan
urutan operasi terkait.
5. Penomoran terhadap suatu kegiatan
pemeriksaan diberikan secara tersendiri dan
prinsipnya sama dengan penomoran untuk
kegiatan operasi.
6. Agar diperoleh gambar peta proses operasi
yang baik, produk yang paling baik
memerlukan operasi, harus dipetakan
terlebih dahulu, berarti dipetakan dengan
garis vertikal disebelah kanan halaman
kertas.

PSK dan Ergonomi Industri 123


7. Setelah semua proses dipetakan dengan
lengkap, pada bagian akhir halaman dibuat
ringkasannya. Yang memuat informasi-
informasi seperti: jumlah keseluruhan
informasi, jumlah keseluruhan pemeriksaan,
dan jumlah waktu keseluruhan yang
dibutuhkan dalam membuat produk jadi.

Peta Aliran Proses (Flow Process Chart)


Peta aliran proses adalah sebuah diagram yang
menggambarkan urutan operasi, baik gerakan pekerja
maupun aliran material. Peta ini memperlihatkan bagian
proses yang tidak produktif, seperti delay, penyimpanan
sementara, dan untuk mengetahui panjang pendeknya
jarak yang ditempuh suatu diagram yang menunjukkan
urutan-urutan dari operasi, pemeriksaan, transportasi,
menunggu dan penyimpanan yang terjadi selama suatu
proses atau prosedur berlangsung, serta memuat
informasi-informasi yang diperlukan untuk menganalisa
seperti waktu yang dibutuhkan dan jarak perpindahan.
Waktu biasanya dinyatakan dalam bentuk jam dan jarak
perpindahan biasanya dinyatakan dalam meter.

Peta aliran proses dibagi menjadi tiga macam, yaitu:


PSK dan Ergonomi Industri 124
1. Peta aliran proses tipe bahan
Peta aliran proses tipe bahan adalah suatu peta
yang menggambarkan kejadian yang dialami bahan
dalam suatu proses atau prosedur operasi. Contoh
penggunaan peta ini misalnya menggambarkan aliran
yang dialami bahan saat penerimaan, pengepakan dan
pengiriman.

2. Peta aliran proses tipe orang


Peta aliran proses tipe orang pada umumnya
merupakan peta yang menggambarkan suatu proses
dalam bentuk aktivitasaktivitas manusianya. Juga
merupakan simbolis dan sistematis dari suatu metode
kerja yang dijalani oleh seseorang atau sekelompok
orang ketika pekerjaannya membutuhkan untuk
bergerak dari suatu tempat ke tempat lainnya.

3. Peta aliran proses tipe kertas


Pada peta ini yang digambarkan adalah aliran dari
kertas yang menjalani sekumpulan urutan proses
mengikuti suatu prosedur tertentu secara bertahap.

PSK dan Ergonomi Industri 125


Kegunaan peta aliran proses adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui aliran bahan atau aktivitas
orang mulai dari awal masuk dalam suatu
proses sampai aktivitas terakhir.
2. Untuk memberikan informasi mengenai waktu
penyelesaian suatu proses atau prosedur.
3. Untuk mengetahui jumlah kegiatan yang
dialami bahan atau dilakukan oleh orang
selama proses atau prosedur berlangsung.
4. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan-
perbaikan proses atau metode kerja.
5. Untuk mengetahui jumlah kegiatan yang
dialami bahan atau dilakukan oleh orang
selama proses atau prosedur berlangsung.
6. Sebagai alat untuk mempermudah proses
analisis untuk mengetahui tempat-tempat di
mana terjadi ketidakefisien dan
ketidaksempurnaan.

PSK dan Ergonomi Industri 126


Prinsip-prinsip pembuatan peta aliran proses adalah
sebagai berikut:

1. Bagian paling atas (kepala) dari kertas ditulis


judul diikuti identifikasi seperti: No/nama
komponen yang dipetakan, no gambar, peta
orang atau bahan, cara sekarang atau yang
diusulkan, tanggal pembuatan, dan nama
pembuat peta. Semua informasi ditulis pada
bagian sebelah kanan atas kertas.
2. Disebelah kiri atas kertas, berdampingan
dengan informasi awal, dicatat mengenai
ringkasan yang memuat jumlah orang dan
waktu total dari setiap kegiatan yang terjadi
serta jarak total perpindahan yang dialami
bahan atau orang selama proses
berlangsung.
3. Bagian badan diuraikan proses yang terjadi
secara lengkap beserta lambang dan
informasi mengenai jarak perpindahan, jumlah
yang dilayani, dan waktu yang dibutuhkan.
Ditambah juga kolom analisis, catatan dan
tindakan yang diambil berdasarkan analisis
tersebut.
PSK dan Ergonomi Industri 127
Peta Proses Perakitan (Assembly Process Chart)
Peta proses perakitan adalah suatu diagram
yang menggambarkan suatu urutan dari operasi,
transportasi, pemeriksaan, inspeksi hingga
penyimpanan dari suatu kegiatan kerja secara
keseluruhan mulai dari bahan baku, perakitan dan
menjadi barang jadi. Peta proses perakitan merupakan
gabungan dari peta proses operasi dan peta aliran
proses. Diagram rakitan (assembly chart) adalah
gambaran grafis dari urutan aliran komponen dan
rakitan bagian ke dalam rakitan suatu produk.
Dengan peta proses perakitan akan terlihat
bahwa peta rakitan menunjukkan cara yang mudah
untuk memahami :
1. Komponen-komponen yang membentuk
produk
2. Bagaimana komponen-komponen ini
bergabung bersama
3. Komponen yang menjadi bagian suatu
rakitan-bagian
4. Aliran komponen ke dalam sebuah rakitan
5. Keterkaitan antara komponen dengan rakitan-
bagian

PSK dan Ergonomi Industri 128


6. Gambaran menyeluruh dari proses rakitan
7. Urutan waktu komponen bergabung bersama
8. Suatu gambaran awal dari pola aliran bahan

Standar Pengerjaan dari Assembly Chart adalah


sebagai berikut :

1. Operasi terakhir yang menunjukkan rakitan


suatu produk digambarkan dengan lingkaran
berdiameter 12 mm dan harus dituliskan
operasi itu disebelah kanan lingkaran
tersebut.
2. Gambarkan garis mendatar dari lingkaran
kearah kiri, tempatkan lingkaran berdiameter
6 mm pada bagian ujungnya, tunjukkan setiap
komponen (nama, nomor komponen, jumlah)
yang dirakit pada proses tersebut.
3. Jika yang dihadapi adalah rakitan-bagian,
maka buat garis tadi sebagian dan Akhiri
dengan lingkaran berdiameter 9 mm, garis
yang menunjukkan komponen mandiri harus
ditarik ke sebelah kiri dan diakhiri dengan
diameter 6 mm.

PSK dan Ergonomi Industri 129


4. Jika operasi rakitan terakhir dan komponen-
komponennya selesai dicatat, gambarkan
garis tegak pendek dari garis lingkaran 9 mm
ke atas, memasuki lingkaran 12 mm yang
menunjukkan operasi rakitan sebelum operasi
rakitan yang telah digambarkan pada langkah
2 dan langkah 3.
5. Periksa kembali peta tersebut untuk
meyakinkan bahwa seluruh komponentelah
tercantum, masukkan nomer-nomor operasi
rakitan bagian ke dalamlingkaran (jika perlu),
komponen yang terdaftar di sebelah kiri diberi
nomor urut dari atas ke bawah bagian sub
assembly.

Dengan demikian maka peta proses perakitan


merupakan peta yang sangat informatif karena dapat
mengatasi kelemahan dari peta proses operasi dan peta
aliran proses.

PSK dan Ergonomi Industri 130


Kegunaan dari peta proses perakitan adalah:
1. Untuk mengetahui aliran bahan atau aktivitas
orang mulai dari awal masuk dalam suatu
proses sampai aktivitas terakhir.
2. Untuk mengetahui jumlah kegiatan yang
dialami bahan atau dilakukan oleh orang
selama proses atau prosedur berlangsung.
3. Sebagai alat untuk mempermudah proses
analisa untuk mengetahui tempat-tempat di
mana terjadi ketidakefisien.
4. Sebagai alat untuk memperbaiki tata letak dan
metode kerja.
5. Pertama-tama pada baris paling atas
dinyatakan kepalanya Peta Proses
Perakitan yang diikuti oleh identifikasi lain,
seperti: nama objek, nama pembuat peta,
tanggal dipetakan, cara lama atau cara
sekarang, nomor peta dan nomor gambar.
6. Material yang akan diproses diletakkan di atas
garis horizontal, yang menunjukkan bahwa
material tersebut masuk ke dalam proses.

PSK dan Ergonomi Industri 131


7. Lambang-lambang ditempatkan dalam arah
vertikal, yang menunjukkan terjadinya
perubahan proses dan perpindahan tempat.
8. Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi
diberikan secara berurutan sesuai dengan
urutan operasi yang dibutuhkan untuk
pembuatan produk tersebut atau sesuai
dengan proses yang terjadi.
9. Penomoran terhadap suatu kegiatan
pemeriksaan diberikan secara tersendiri dan
prinsipnya sama dengan penomoran untuk
kegiatan operasi.

Peta Proses Regu Kerja (Gang Process Chart)

Orang pertama yang memperkenalkan dan


kemudianmengembangkannya adalah John A. Adridge.
Peta proses kelompok kerja merupakan hasil
perkembangan dari suatu peta aliran proses. Peta ini
digunakan dalam suatu tempat kerja dimana untuk
melakukan pekerjaan tersebut memerlukan kerjasama
yang baik dari sekelompok pekerja. Peta ini merupakan
kumpulan dari peta aliran proses dimana tiap peta aliran

PSK dan Ergonomi Industri 132


proses tersebut menunjukkan satu seri kerja dari
seorang operator. Peta ini digunakan dalam suatu
tempat kerja dimana untuk melakukan pekerjaan
tersebut memerlukan kerjasama yang baik dari
sekelompok pekerja.

Peta ini digunakan sebagai alat untuk


menganalisa aktivitas suatu kelompok kerja. Tujuan
utama yang harus dianalisa dari kelompok kerja
adalah agar bisa meminimumkan waktu menunggu
(delay). Dengan berkurangnya waktu menunggu
berarti bisa mencapai tujuan lain, diantaranya :
1. Bisa mengurangi ongkos produksi atau proses
2. Bisa mempercepat waktu penyelesaian
produksi atau proses
3. Langkah pertama, mencatat judul lengkap
dengan identifikasi-identifikasi lainnya dan
ringkasan seperti peta aliran proses, hanya
pada bagian atasnya ditulis PETA PROSES
KELOMPOK KERJA.
4. Lambang-lambang yang biasa digunakan
untuk membuat Peta Aliran Proses (kecuali)

PSK dan Ergonomi Industri 133


penyimpanan permanen ( ) bisa digunakan
untuk membuat peta proses kelompok kerja.

Prinsip-prinsip pembuatan peta proses kelompok


kerja adalah sebagai berikut:

Peta-peta aliran proses diletakkan saling


berdampingan secara paralel, bergerak mulai dari kiri ke
kanan, dimana kolom vertikal menunjukkan aktivitas-
aktivitas yang terjadi secara bersamaan dari semua
anggota kelompok. Lambang-lambang dari setiap
anggota kelompok dapat diletakkan secara berdekatan
dan perubahan lambang menunjukkan perubahan
aktiviitas.

Peta Pekerja dan Mesin (Man-Machine Chart)


Peta pekerja dan mesin merupakan peta yang
menggambarkan koordinasi antara waktu bekerja dan
waktu menganggur dari interaksi antara pekerja dan
mesin. Peta ini merupakan alat yang baik untuk dipakai
dalam mengurangi waktu menganggur. Informasi paling
penting yang diperoleh melalui Peta pekerja dan mesin
adalah hubungan yang jelas antara waktu kerja operator
(pekerja) dan waktu kerja mesin yang ditangani.
PSK dan Ergonomi Industri 134
Kegunaan Peta Pekerja dan Mesin antara lain:
1. Dapat untuk mengubah tata letak tempat
kerja.
2. Dapat untuk mengatur kembali gerakan-
gerakan kerja.
3. Dapat untuk merancang kembali mesin dan
peralatan.
4. Dapat untuk memperkirakan adanya
penambahan pekerja bagi suatu mesin atau
sebaliknya penambahan mesin bagi seorang
pekerja.

PSK dan Ergonomi Industri 135


Tabel 6.1. Lambang dalam Peta Pekerja dan Mesin

PSK dan Ergonomi Industri 136


Peta Tangan Kiri dan Kanan
Studi gerakan dilakukan untuk mendapatkan
gerakan-gerakan yang lebih terperinci, terutama untuk
mengurangi gerakan-gerakan yang tidak perlu dan
mengatur gerakan sehingga diperoleh gerakan yang
terbaik. Berdasarkan studi ini, maka dapat dibuat peta
tangan kiri dan tangan kanan. Dengan kata lain, peta
tangan kiri dan tangan kanan merupakan suatu alat dari
studi gerakan untuk menentukan gerakan-gerakan yang
efisien, yaitu gerakan-gerakan yang memang diperlukan
untuk melaksanakan suatu pekerjaan.
Peta ini menggambarkan semua gerakan-
gerakan saat bekerja dan waktu menganggur yang
dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan,
perbandingan antara tugas yang dibebankan pada
tangan kiri dan tangan kanan ketika melakukan suatu
pekerjaan. Elemen-elemen gerakan yang biasanya
dipakai untuk peta tangan kiri dan tangan kanan dibagi
ke dalam delapan buah elemen seperti yang tertuang
pada Tabel 6.2.

PSK dan Ergonomi Industri 137


Peta tangan kiri dan tangan kanan berguna
untuk memperbaiki suatu stasiun kerja. Sebagaimana
peta-peta yang lain peta ini juga mempunyai kegunaan
yang lebih khusus diantaranya :
1. Menyeimbangkan gerakan kedua tangan dan
mengurangi kelelahan
2. Menghilangkan atau mengurangi gerakan-
gerakan yang tidak efisien dan tidak produktif
3. Sebagai alat untuk menganalisa tata letak
stasiun kerja

Prinsip-prinsip pembuatan peta tangan kiri dan tangan


kanan adalah sebagai berikut:
1. Berbeda dengan peta-peta yang lain, untuk
membuat peta ini lembaran kertas dibagi

PSK dan Ergonomi Industri 138


dalam tiga bagian kepala, yaitu : bagian
yang memuat bagan tentang stasiun kerja
dan bagian-bagian badan.
2. Pada bagian paling atas ditulis PETA
TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN.
Setelah itu, menyertakan identifikasi-
identifikasi lainnya, seperti : nama pekerjaan,
nama departemen, nomor peta, cara
sekarang atau usulan, nama pembuat peta
dan tanggal yang dipetakan.
3. Pada bagian yang memuat bagan,
digambarkan sketsa dari stasiun kerja yang
memperlihatkan tempat alat-alat dan bahan.

Bagian bahan dibagi dalam dua pihak. Sebelah


kiri kertas digunakan untuk menggambarkan kegiatan
yang dilakukan tangan kiri dan sebaliknya, sebelah
kanan kertas digunakan untuk menggambarkan
kegiatan yang dilakukan tangan kanan pekerja.Pada
dasarnya peta tangan kiri dan tangan kanan berguna
untuk memperbaiki suatu stasiun kerja. Sebagaimana
peta-peta yang lain, peta ini mempunyai kegunaan yang
lebih khusus, diantaranya adalah untuk

PSK dan Ergonomi Industri 139


menyeimbangkan gerakan kedua tangan dan
menghindari kelelahan, menghilangkan atau
mengurangi gerakan-gerakan yang tidak efisien dan
tidak produktif, sehingga tentunya akan mempersingkat
waktu kerja serta sebagai alat untuk melatih pekerjaan
baru, dengan cara kerja yang baik.

PSK dan Ergonomi Industri 140


BAB VII
STUDI GERAKAN

Studi Gerakan
Studi gerakan adalah analisis yang dilakukan
terhadap beberapa gerakan bagian tubuh pekerja dalam
menyelesaikan pekerjaannya. Dengan demikian
diharapkan agar gerakan-gerakan yang tidak perlu
dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sehingga akan
diperoleh penghematan baik dalam bentuk tenaga,
waktu kerja maupun dana.

Therblig
Suatu pekerjaan yang utuh dapat diuraikan
menjadi gerakan-gerakan dasar. Gerakan ini
dikembangkan oleh Gilberth dan Lilian dan sekarang
kita kenal dengan nama Therbligh, yang terdiri dari 17
elemen gerakan dasar. Adapun 17 elemen gerakan
tersebut, yaitu :

PSK dan Ergonomi Industri 141


1. Mencari (Search)
Elemen gerakan mencari merupakan gerakan
dasar dari pekerja untuk menemukan lokasi objek. Yang
bekerja adalah mata. Mencari merupakan gerakan yang
tidak efektif dan masih dapat dihindarkan.

2. Memilih (Select)
Memilih merupakan gerakan untuk menemukan
suatu objek yang tercampur. Tangan dan mata
merupakan dua bagian tubuh yang digunakan untuk
melakukan gerakan ini. Gerakan memilih merupakan
gerakan yang tidak efektif sehingga sedapat mungkin
elemen gerakan ini dihilangkan.

3. Memegang (Grasp)
Therbligh ini merupakan gerakan untuk
memegang objek, biasanya didahului oleh gerakan
menjangkau dan dilanjutkan oleh gerakan membawa.
Elemen gerakan ini merupakan gerak yang efektif dari
suatu pekerjaan.

4. Menjangkau (Reach)
Menjangkau adalah gerakan tangan berpindah
tempat tanpa beban, baik gerakan mendekati maupun
PSK dan Ergonomi Industri 142
menjauhi objek. Gerakan ini biasanya didahului oleh
gerakan melepas dan diikuti oleh gerakan memegang.
Gerakan ini dimulai pada saat tangan mulai berpindah
dan berakhir bila tangan sudah berhenti.

5. Membawa (Move)
Elemen gerak membawa juga merupakan gerak
perpindahan tangan, hanya dalam gerakan ini tangan
dalam keadaan terbebani. Gerakan membawa biasanya
didahului oleh gerakan memegang dan dilanjutkan oleh
gerakan melepas atau dapat juga oleh pengarahan
(position).

6. Memegang untuk memakai (Hold )


Memegang untuk memakai adalah memegang
tanpa menggerakkan objek yang dipegang tersebut.
Perbedaan dengan memegang (grasp) adalah pada
perlakuan terhadap objek yang dipegang. Pada
memegang, pemegangan dilanjutkan dengan gerak
membawa, sedangkan memegang untuk memakai tidak
demikian. Therbligh ini merupakan gerakan yang tidak
efektif.

PSK dan Ergonomi Industri 143


7. Melepas (Release)
Elemen gerak melepas terjadi bila seorang
pekerja melepaskan objek yang dipegangnya. Bila
dibandingkan dengan Therbligh lainnya, gerakan
melepas merupakan gerakan yang relatif lebih singkat.
Elemen gerakan ini bermula pada saat pekerja mulai
melepaskan tangannya dari objek dan berakhir bila
seluruh jarinya sudah tidak menyentuh objek lagi.

8. Mengarahkan (Position)
Therbligh ini merupakan gerakan mengarahkan
suatu objek pada suatu lokasi tertentu. Mengarahkan
biasanya didahului oleh gerakan mengangkut dan biasa
diikuti oleh gerakan merakit (assembling ).

9. Mengarahkan Sementara (Pre Position)


Mengarahkan sementara merupakan elemen
gerak mengarahkan pada suatu tempat sementara.
Tujuan dari penempatan sementara ini adalah untuk
memudahkan pemegangan apabila objek tersebut akan
dipakai kembali.

PSK dan Ergonomi Industri 144


10. Pemeriksaan (Inspection)
Therbligh ini merupakan pekerjaan memeriksa
objek untuk mengetahui apakah objek telah memenuhi
syarat-syarat tertentu. Elemen ini dapat berupa gerakan
melihat seperti untuk memeriksa warna, meraba seperti
memeriksa kehalusan permukaan, mencium,
mendengarkan dan kadang-kadang merasa dengan
lidah.

11. Perakitan (Assembly)


Perakitan adalah gerakan untuk
menggabungkan satu objek dengan objek yang lain
sehingga menjadi satu kesatuan. Gerakan ini biasanya
didahului oleh salah satu therbligh membawa atau
mengarahkan dan dilanjutkan oleh Therblig melepas.

12. Lepas rakit (Disassembly)


Therblighini merupakan kebalikan dari Therbligh
perakitan. Elemen gerakan ini memisahkan satu
kesatuan menjadi dua bagian atau lebih bagian objek.
Gerakan lepas rakit biasanya didahului oleh memegang
dan dilanjutkan oleh gerakan membawa atau biasanya
juga dilanjutkan oleh melepas.

PSK dan Ergonomi Industri 145


13. Memakai (Use)
Yang dimaksud memakai disini adalah bila salah
satu tangan atau kedua-duanya dipakai untuk
menggunakan alat. Lamanya waktu yang dipergunakan
untuk gerak ini tergantung dari jenis pekerjaannya dan
ketrampilan dari pekerjaannya.

14. Kelambatan yang tak terhindarkan (Unavoidable


Delay)
Kelambatan yang dimaksudkan disini adalah
kelambatan yang diakibatkan oleh hal-hal yang terjadi di
luar kemampuan pengendalian pekerja. Hal ini timbul
karena ketentuan cara kerja yang mengakibatkan satu
tangan menganggur sedangkan tangan yang lainnya
bekerja. Gangguan-gangguan yang terjadi seperti
padamnya listrik, rusaknya alat-alat dan lain-lain
menyebabkan juga kelambatan ini.

15. Kelambatan yang bisa dihindarkan (Avoidable


Delay)
Kelambatan ini disebabkan oleh hal yang
ditimbulkan sepanjang waktu kerja oleh pekerjanya baik

PSK dan Ergonomi Industri 146


disengaja maupun tidak disengaja. Misalnya pekerja
yang sedang menderita sakit batuk.

16. Merencanakan (Plan)


Merencanakan merupakan proses mental
dimana operator berpikir untuk menentukan tindakan
yang akan diambil selanjutnya. Waktu untuk Therblig ini
lebih sering terjadi pada seorang pekerja baru.

17. Istirahat untuk menghindarkan fatique (Rest to


Overcome Fatique)
Hal ini tidak terjadi pada setiap siklus kerja tetapi
terjadi secara periodik. Waktu untuk memulihkan lagi
kondisi badannya dari rasa fatique sebagai akibat kerja
berbeda-beda, tidak saja karena jenis pekerjaannya
tetapi juga oleh individu pekerjanya.

PSK dan Ergonomi Industri 147


Prinsip-Prinsip Ekonomi Gerakan
Untuk menganalisis dan mengevaluasi metode
kerja, prinsip-prinsip ekonomi gerakan merupakan salah
satu aspek yang perlu diperhatikan. Prinsip ekonomi
gerakan dapat digunakan untuk menganalisis gerakan-
gerakan kerja setempat yang terjadi dalam sebuah
stasiun kerja dan dapat juga untuk kegiatan-kegiatan
kerja yang berlangsung secara menyeluruh dari satu
stasiun kerja ke stasiun kerja yang lain.

1. Prinsip-prinsip ekonomi gerakan dihubungkan


dengan tubuh manusia dan gerakan-
gerakannya.
2.Kedua tangan sebaiknya memulai dan
mengakhiri gerakan pada saat yang sama.

PSK dan Ergonomi Industri 148


3. Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur
pada saat yang sama kecuali pada waktu
istirahat.
4. Gerakan tangan akan lebih mudah jika satu
terhadap lainnya simetris dan berlawanan
arah.
5. Gerakan tangan atau badan sebaiknya
dihemat.
6. Sebaiknya memanfaatkan momentum untuk
membantu gerakan.
7. Gerakan yang patah-patah, banyak
perubahan arah akan memperlambat gerakan
tersebut.
8. Gerakan balistik akan lebih cepat,
menyenangkan dan lebih teliti dari pada
gerakan yang dikendalikan.
9. Pekerjaaan sebaiknya dirancang semudah-
mudahnya dan jika memungkinkan irama
kerja harus mengikuti irama yang alamiah
bagi si pekerja.
10. Usahakan sesedikit mungkin gerakan mata.

PSK dan Ergonomi Industri 149


11. Prinsip-prinsip ekonomi gerakan
dihubungkan dengan pengaturan tata letak
tempat kerja.

12. Sebaiknya diusahakan agar badan dan


peralatan mempunyai tempat yang tetap.
13. Tempatkan bahan-bahan dan peralatan di
tempat yang mudah, cepat dan enak untuk
dicapai.
14. Tempat penyimpanan bahan yang akan
dikerjakan sebaiknya memanfaatkan prinsip
gaya berat sehingga bahan yang akan dipakai
selalu tersedia di tempat yang dekat untuk
diambil.
15. Mekanisme yang baik untuk menyalurkan
objek yang sudah selesai dirancang.
16. Bahan-bahan dan peralatan sebaiknya
ditempatkan sedemikian rupa sehingga
gerakan-gerakan dapat dilakukan dengan
urutan terbaik.
17. Tinggi tempat kerja dan kursi sebaiknya
sedemikian rupa sehingga alternatif berdiri

PSK dan Ergonomi Industri 150


atau duduk dalam menghadapi pekerjaan
merupakan suatu hal yang menyenangkan.
18. Tipe tinggi kursi harus sedemikian rupa
sehingga yang mendudukinya mempunyai
postur yang baik.
19. Tata letak peralatan dan pencahayaan
sebaiknya diatur sedemikian rupa sehingga
dapat membentuk kondisi yang baik untuk
penglihatan.
20. Prinsip-prinsip ekonomi gerakan
dihubungkan dengan perancangan peralatan
21. Sebaiknya tangan dapat dibebaskan dari
semua pekerjaan bila penggunaan alat yang
dapat digerakkan dengan kaki dapat
ditingkatkan.
22. Sebaiknya peralatan dirancang sedemikian
rupa agar mempunyai lebih dari satu
kegunaan.
23. Peralatan sebaiknya dirancang sedemikian
rupa sehingga memudahkan dalam
pemegangan dan penyimpanan.
24. Bila setiap jari tangan melakukan gerakan
sendiri, misalnya seperti pekerjaan
PSK dan Ergonomi Industri 151
mengetik. Beban yang didistribusikan pada
jari harus sesuai dengan kekuatan masing-
masing jari.
25. Roda tangan, palang, dan peralatan
sejenisnya sebaaiknya diatur sedemikian
rupa sehingga beban dapat melayaninya
dengan posisi yang baik serta dengan
tenaga minimum.

PSK dan Ergonomi Industri 152


BAB VIII
PENGUKURAN WAKTU KERJA

Pengukuran waktu kerja (time study) adalah


suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutujkan
oleh seorang operator (yang memiliki skill rata-rata dan
terlatih baik) dalam melaksanakan sebuah kegiatan
kerja dalam kondisi dan tempo kerja yang normal.
Tujuan pokok dari aktivitas ini dengan sendirinya akan
berkaitan erat dengan usaha menetapkan waktu baku
(standar time). Secara historis dijumpai dua macam
pendekatan didalam menentukan waktu baku ini, yaitu
pendekatan dari bawah ke atas (bottom up) dan
pendekatan dari atas ke bawah (top-down).

Pendekatan dari bawah ke atas (bottom up)


dimulai dengan mengukur waktu dasar (basic time) dari
suatu elemen kerja, kemudian menyesuaikannya
dengan tempo kerja (rating performace) dan
menambahkannya dengan kelonggaran-kelonggaran
waktu (allowances time) seperti halnya dengan
kelonggaran waktu untuk melepaskan lelah kebutuhan
personal, dan antisipasi terhadap delay. Pendekatan
dengan model dari atas ke bawah (top-down) banyak

PSK dan Ergonomi Industri 153


digunakan dalam labor-contracts. Disini umumnya akan
mendefinisikan waktu baku sebagai waktu dimana a
qualified employee working under usual conditions can
make an incentive pay (specified) percent above base
pay. Dimanapun definisi akan diaplikasikan, pendekatan
bottom-up lebih sering digunakan untuk menghitung
atau menetapkan waktu baku.

Penelitian dan analisa metode kerja pada


dasarnya akan memusatkan perhatiannya pada
bagaimana (how) suatu kegiatan akan diselesaikan
secara efisien. Disini suatu kegiatan akan dikatakan
diselesaikan secara efisien apabila waktu
penyelesaiannya berlangsung dengan singkat. Untuk
menghitung waktu standar penyelesaian kegiatan, maka
diperlukan aktivitas pengukuran kerja (time study).
Pengukuran waktu kerja akan menghasilkan waktu atau
output standar yang mana hal tersebut bermanfaat
untuk:
1. Man power planning
2. biaya-biaya untuk upah karyawan/pekerja
3. Penjadwalan produksi dan penganggaran

PSK dan Ergonomi Industri 154


4. Perencanaan sistem pemberian bonus atau
insentif bagi karyawan atau pekerja yang
berprestasi.
5. Indikasi keluaran (output) yang mampu
dihasilkan oleh seorang pekerja.

Waktu standar secara definitif dinyatakan


sebagai waktu yang digunakan untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan. Waktu standar tersebut sudah
mencakup kelonggaran waktu (allowance time) dengan
memperhatikan situasi dan kondisi yang harus
disesuaikan.
Ada berbagai macam cara untuk mengukur dan
menetapkan waktu standar. Dalam beberapa kasus
seringkali industri hanya membuat estimasi waktu
berdasarkan pengalaman historis. Umumnya penetapan
waktu standar dilaksanakan dengan cara pengukuran
kerja seperti:

PSK dan Ergonomi Industri 155


Stopwatch Time Study
1. Sampling Kerja (Work Sampling, Rasio Delay
Study)

2. Standar Data
3. Predetermined Motion Time Study
Stopwacth Time Study dan Work Sampling adalah cara
pengukuran kerja secara langsung. Keduanya umum
diaplikasikan guna menetapkan waktu standar ataupun
mengukur kondisi kerja yang tidak produktif.

Pengukuran Kerja dengan Metode Langsung


Pengukuran Kerja dengan Menggunakan Direct
Stop-Watch Time Study

Dalam konteks pengukuran kerja, metoda direct


stop-watch sebagai alat pengukur waktu yang
ditunjukkan dalam pemyelesaian suatu aktivitas yang
diamati (actual time). Waktu yang berhasil diukur dan
dicatat kemudian dimodifikasikan dengan
mempertimbangkan tempo kerja operator dan
menambahkannya dengan allowances.
Untuk kelancaran kegiatan pengukuran dan
analisis nantinya, maka selain stopwatch sebagai
PSK dan Ergonomi Industri 156
timing device diperlukan time study form guna mencatat
data waktu yang diukur tersebut. Selain mencatat waktu
juga harus mencatat segala informasi yang berkaitan
dengan aktivitas yang diukur tersebut seperti sketsa
gambar layout area kerja, kondisi kerja (kecepatan kerja
mesim, gambar produk, nama operator, dan lain-lain)
dan deskripsi yang berkaitan dengan elemental
breakdown. Pengukuran dan pencatatan biasanya
menggunakan metode kontinu (stopwatch tidak perlu
dihentikan setiap kali elemen atau siklus kerja selesai
diukur). Kegiatan kerja yang akan diukur terlebih dahulu
harus dibagi-bagi ke dalam elemen-elemen kerja secara
detail. Dengan mengamati kegiatan yang akan diukur,
kemudian pengukuran waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan setiap elemen kerja tersebut diukur dan
dicatat. Waktu yang terbaca dari jarum stopwatch (yang
bergerak secara kontinu) kemudian di catat dalam
kolom record. Untuk setiap elemen kerja dari setiap
siklus kerja yang dicatat tersebut maka dilaksnakan
kalkulasi (pengurangan) pada saat akhir. Waktu yang
sebenarnya untuk setiap elemen kerja ini kemudian
dapat dituliskan di dalam kolom time. Berikut contoh dari
sebuah pengukuran waktu kerja dengan mengambil 4

PSK dan Ergonomi Industri 157


siklus kegiatan kerja yang terbagi dalam 3 elemen
kegiatan:

Langkah berikutnya adalah membuat waktu rata-


rata untuk setiap elemen kerja. Kadang-kadang rating
perfomance dilaksanakan untuk setiap elemen kerja
tersebut, (tetapi tidak setiap elemen kerjanya). Jika
rating perfomance untuk seluruh kegiatan ini adalah
115% dan total allowances adalah 12%, maka waktu
standar untuk contoh diatas dapat dihitung sebagai
berikut.

PSK dan Ergonomi Industri 158


Nomor Elemen Waktu Rata-rata
1 5+6+4+5:4 = 5,00 menit
2 5+4+5+5:4 = 4,75 menit
3 2+1+3+2:4 = 2, 00 menit +
___________________________
Total Actual Time = 11,75 menit

Waktu Normal = Total waktu x rating perfomance (%)


= 11,75 x 115% = 13,5125 menit
Waktu Standar = Waktu normal + % allowances x waktu
normal
= 15,134 menit = 0,2522 jam
Output Standar = 1/Waktu Standar = 1/0,2522 = 4
unit/jam
Pengukuran Kerja dengan Metode Sampling Kerja
(Work Sampling)
Sampling kerja (work sampling) merupakan
suatu prosedur pengukuran yang dilakukan pada waktu
tertentu secara acak. Agar dapat memahami kegunaan
sampling kerja, perlu diketahui terlebih dahulu metode
pengukuran dengan sampling kerja.
Pengambilan sampel dibenarkan karena adanya
keterbatasan waktu, tenaga dan biaya yang tidak
memungkinkan kita untuk melakukan pengamatan
PSK dan Ergonomi Industri 159
terhadap seluruh anggota populasi. Sampling kerja
sangat cocok digunakan dalam melakukan pengamatan
atas pekerjaan yang sifatnya tidak berulang dan
memiliki siklus waktu yang relatif panjang. Sampling
dilakukan secara sesaat pada waktu-waktu yang
ditentukan secara acak. Oleh karena itu, penggunaan
tabel acak sangat diperlukan dalam metode ini.
Kegunaan metode work sampling adalah:
1. Untuk mengetahui distribusi pemakaian waktu
kerja oleh pekerja atau kelompok kerja.
2. Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan
mesinmesin atau peralatan kerja.

3. Untuk menentukan waktu baku bagi pekerja


pekerja non produksi.
4. Untuk memperkirakan kelonggaran bagi suatu
pekerjaan.
5. Untuk mengetahui beban kerja dari pekerja
non produktif.
Sebelum melakukan sampling, terlebih dahulu
kita harus melakukan langkah persiapan awal yang
terdiri atas pencatatan segala informasi dari semua
fasilitas yang ingin diamati serta merencanakan jadwal

PSK dan Ergonomi Industri 160


waktu pengamatan berdasarkan prinsip randomisasi
(aplikasi tabel acak). Setelah itu barulah kita melakukan
sampling yang terdiri dari tiga langkah yaitu melakukan
sampling pendahuluan, menguji keseragaman data dan
menghitung jumlah kunjungan kerja. Untuk
mendapatkan hasil pengukuran yang dapat
dipertanggung jawabkan secara statistik, perlu ditempuh
langkah-langkah yang dijalankan sebelum sampling
dilakukan yaitu :
1. Menetapkan tujuan pengukuran yaitu untuk
apa sampling dilakukan, yang akan
menentukan besarnya tingkat ketelitian dan
tingkat keyakinan yang diinginkan.
2. Jika sampling dilakukan untuk mendapatkan
waktu baku, lakukanlah penelitian
pendahuluan untuk mengetahui ada tidaknya
suatu sistem kerja yang baik, jika belum ada
lakukan perbaikan atas kondisi dan cara kerja
terlebih dahulu.
3. Memilih operator-operator yang representatif
untuk diukur.

PSK dan Ergonomi Industri 161


4. Melakukan training bagi operator yang dipillih
agar bisa dan terbiasa dengan sistem kerja
yang dilakukan.
5. Melakukan pemisahan kegiatan sesuai yang
ingin didapatkan.
6. Menyiapkan peralatan yang diperlukan berupa
papan atau lembaran pengamatan.
7. Melakukan pemisahan kegiatan menjadi
elemen-elemen pekerjaan yang akan diukur.
8. Menentukan waktu pengamatan melalui
bilangan acak dari tabel bilangan random atau
dari komputer.

Cara melakukan pengamatan dengan work


sampling mempunyai tiga langkah yaitu melakukan
sampling pendahuluan, menguji keseragaman data dan
menghitung jumlah pengamatan yang diperlukan.
Langkah-langkah ini dilakukan terus sampai jumlah
pengamatan mencukupi yang diperlukan.

PSK dan Ergonomi Industri 162


1. Sampling Pendahuluan
Pada langkah ini dilakukan sejumlah
pengamatan terhadap aktivitas operator yang diamati
untuk selang waktu yang diambil secara acak. Untuk itu
sebuah samplingpekerjaan juga menuntut penghitungan
waktu baku penyelesaian suatu pekerjaan.Semua
kegiatankegiatan yang dilakukan pekerja untuk
menyelesaikan pekerjaan tersebut disebut kegiatan
produktif dan yang lainnya disebut kegiatan non
produktif.Dalam penentuan kerja yang menganggur
(idle) dan bekerja (work) terlebih dahulu tetapkan
definisi work dan idle itu sendiri. Setelah itu catat
kegiatan work dan idle serta tentukan persentasenya.

2. Pengujian Keseragaman Data


Pengujian keseragaman data adalah suatu
pengujian yang berguna untuk memastikan bahwa data
yang dikumpulkan berasal dari satu sistem yang sama.
Melalui pengujian ini kita dapat mendeteksi adanya
perbedaan-perbedaan dan data-data yang di luar batas
kendali (out of control) yang dapat kita gambarkan pada
peta kontrol. Data-data yang demikian dibuang dan
tidak dipergunakan dalam perhitungan selanjutnya.
Untuk membuat peta kontrol, terlebih dahulu kita
PSK dan Ergonomi Industri 163
tentukan batas-batas kontrolnya dengan memakai
rumus sebagai berikut:
p = S pi ; `n = S n i

Keterangan:
pi = persentase produktif di hari ke-i
ni = jumlah pengamatan yang dilakukan pada
hari ke-i
k = harga indeks besarnya tergantung pada
tingkat kepercayaan
n = rata-rata jumlah pengamatan keseluruhan

3. Menghitung Jumlah Pengamatan yang Diperlukan


Banyaknya pengamatan yang harus dilakukan
dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu:

1. Tingkat ketelitian dari hasil pengamatan


2. Tingkat kepercayaan dari hasil pengamatan

Dengan asumsi bahwa terjadinya kejadian seorang


operator akan bekerja atau menganggur mengikuti pola
distribusi normal, maka untuk mendapatkan jumlah

PSK dan Ergonomi Industri 164


sampel pengamatan yang harus dilaksanakan dapat
dicari berdasarkan rumus berikut:
Dimana :
S = tingkat ketelitian yang dikehendaki (desimal).
p = persentase terjadinya kejadian yang diamati
(desimal).
N = jumlah pengamatan yang harus dilakukan
untuk sampling kerja.
K = harga indeks besarnya tergantung pada
tingkat kepercayaan.
Catatan: tingkat kepercayaan 68% harga k = 1

tingkat kepercayaan 95% harga k = 2


tingkat kepercayaan 99% harga k = 3

Apabila setelah dihitung, ternyata harga N lebih kecil


daripada harga sebenarnya, maka pengamatan berhenti
karena dianggap telah mencukupi. Sebaliknya jika
harga N tersebut lebih besar dari harga sebenarnya,
maka lakukan langkah pengamatan dari awal. Begitu
seterusnya dilakukan tahap demi tahap.

PSK dan Ergonomi Industri 165


Pengukuran Waktu Kerja dengan Metode Tidak
Langsung
Pengukuran kerja dengan stop watch time study
dan work sampling keduanya merupakan kegiatan
pengukuran secara langsung (direct time study).
Pengertian langsung dalam hal ini dimaksudkan bahwa
pengaatan (waktu atau persentase idle) haruslah
dilaksanakan secara langsung di tempat kegiatan yang
ingin diukur. Dilain pihak dikenal pula adanya
pengukuran kerja secara tidak langsung seperti time
study standar data dan predeterminal time system.
Seringkali elemen-elemen kerja dari suatu
aktivitas berulangkali dilaksanakan atau dijumpai dalam
suatu kegiatan produksi. Dalam aktivitas ini tidak perlu
dilakukan time study secara detail dan data mengenai
elemen-elemen aktivitas tersebut dicatat.
Kegunaan dari aplikasi standar data jelas
banyak sekali. Meskipun demikian harus dipahami
bahwa standar data tidak selalu bisa diaplikasikan
terutama sekali bila dijumpai adanya elemen-elemen
kerja yang belum pernah diamati ataupun diukur
waktunya. Untuk itu perlu dilakukan pengukuran untuk
elemen-elemen kerja yang belum ada data waktu

PSK dan Ergonomi Industri 166


standarnya tersebut dengan menggunakan prosedur
umum.
Kegunaan atau keuntungan pokok dari
pemakaian standar data dapat diuraikan antara lain
sebagai berikut:
1. Pelaksanaan time study akan bisa lebih cepat
dan murah
2. Keajegan (consistency) dari hasil yang
diperoleh bisa tetap dijaga untuk setiap
aktivitas time study. Demikian juga
kemungkinan terjadinya error pada studi bisa
dikurangi.
3. Tidak diperlukan time study analyst yang
terlalu terampil di dalam penentuan waktu
standar.
4. Bisa dimanfaatkan untuk mengestimasikan
biaya dan merencanakan kegiatan produksi
sebelum kegiatan itu sendiri dilaksanakan.
5. Mengurangi kericuhan yang mungkin terjadi di
lapangan seperti halnya yang bisa dijumpai
setiap kali aktivitas time study
diselenggarakan.

PSK dan Ergonomi Industri 167


Kerugian utamanya adalah proses
penghimpunan standar data yang harus dilaksanakan
secara intensif pada aktivitas study sebelumnya yang
mana dalam hal ini akan memerlukan biaya yang tidak
sedikit.
Jika suatu pekerjaan atau kegiatan bisa dipecah
dan dibagi dalam elemen-elemen kegiatan kecil-kecil
maka sampai pada suatu titik tertentu kita akan
menjumpai bahwa suatu kegiatan akan bisa diproses
dari elemen-elemen gerakan tersebut. Dengan
mengukur waktu dari setiap elemen-elemen gerakan
atau elemen-elemen kerja terkecil tersebut maka waktu
yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu kegiatan
bisa ditentukan dengan cara mensintesakan waktu-
waktu elemen gerakan yang sesuai. Pendekatan ini
dikenal dengan Predetermined Time System.
Predertemined Time System pada prinsipnya
hampir sama dengan standar data dimana dalam hal ini
nilai-nilai waktu diperoleh dari tabel yang tercatat
sebelumnya. Kedua kegiatan ini diklasifikasikan sevagai
pengukuran waktu kerja secara tidak langsung (indirect
time study), Ada dua macam aktivitas Predertemined
Time System yang dikenal luas aplikasinya yaitu faktor-
faktor kerja (work factor) dan Methods Time
PSK dan Ergonomi Industri 168
Measurement (MTM). Disini nilai-niai waktu dari
berbagai macam elemen kerja dicari dari berbagai
macam cara. Cara yang umum diaplikasikan dalam hal
ini adalah dengan menggunakan movie camera yang
mencatat gerakan-gerakan kerja secara detail dan mikro
(micromotion analysis). Pendekatan lainnya adalah
dengan menggunakan electronic timing devices.

Kelonggaran (Allowance) dan Penyesuaian (Rating


Factor)
Penyesuaian (Rating Factor)
Setelah pengukuran berlangsung, pengukur
harus mengamati kewajaran kerja yang ditunjukkan
operator. Ketidakwajaran dapat saja terjadi misalnya
bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah
diburu waktu atau karena menjumpai kesulitan-kesulitan
seperti karena kondisi ruangan yang buruk. Sebab-
sebab seperti ini mempengaruhi kecepatan kerja yang
berakibat langsung atau terlalu panjang waktu
penyelesaiannya. Jika kewajaran ada maka pengukur
harus mengetahui dan menilai seberapa jauh hal itu
terjadi. Jadi, jika pengukur mendapatkan harga rata-rata
siklus atau elemen yang diketahui diselesaikan dengan
kecapatn tidak wajar oleh operator, maka agar harga
PSK dan Ergonomi Industri 169
rata-rata tersebut menjadi wajar, pengukur harus
menormalkannya dengan melakukan penyesuaian.

Biasanya penyesuaian dilakukan dengan


mengalikan waktu siklus rata-rata atau waktu elemen
rata-rata dengan suatu harga p yang disebut faktor
penyesuaian. Besarnya harga p tentunya sedemikian
rupa sehingga hasil perkalian yang diperoleh
mencerminkan waktu yang sewajarnya atau yang
normal. Bila pengukur berpendapat bahwa operator
bekerja diatas normal (terlalu cepat) maka harga p nya
akan lebih besar dari satu (p>1); sebaliknya jika
operator dipandang bekerja dibawah normal maka
harga p akan lebih kecil dari satu (p<1) dan jika
pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan
wajar atau normal maka harga p sama dengan satu
(p=1)

Cara menentukan faktor penyesuaian adalah


cara persentase yang merupakan cara awal yang
digunakan dalam melakukan penyesuaian. Disini
besarnya faktor penyesuaian sepenuhnya ditentukan
oleh pengukur melalui pengamatannya selama
melakukan pengukuran. Jadi sesuai dengan
pengukuran dia menentukan harga p yang menurut
PSK dan Ergonomi Industri 170
pendatnya akan menghasilkan waktu normal bila harga
ini dikalikan dengan waktu sikluas.
Wn = Wsiklus + p
dimana Wn = waktu normal
Wsiklus = waktu siklus
p = faktor penyesuaian.
Cara yang kedua adalah dengan cara Schumard
yaitu dengan memberikan patokan-patokan penilaian
melalui kelas-kelas performace kerja dimana setiap
kelas mempunyai nilai-nilai sendiri.

PSK dan Ergonomi Industri 171


Berbeda dengan cara Schumard diatas, cara
Westinghouse mengarahkan penilaian pada 4 faktor
yang dianggap menentukan kewajaran atau
ketidakwajaran dalam bekerja yaitu ketrampilan, usaha,
kondisi kerja, dan konsistensi.

PSK dan Ergonomi Industri 172


Kelonggaran (Allowance)
Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk
kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa lelah (fatigue),
dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan.
Ketiganya ini merupakan hal-hal yang secara nyata
dibutuhkan pekerja dan yang selama pengukuran tidak
diamati, diukur ataupun dicatat.

1. Kelonggaran Untuk Kebutuhan Pribadi


Yang termasuk kedalam kebutuhan pribadi disini
adalah hal-hal seperti minum sekadarnya untuk

PSK dan Ergonomi Industri 173


menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, bercakap-
cakap dengan teman sekerja. Kebutuhan-kebutuhan
ini jelas terlihat sebagai sesuatu yang
mutlak.Besarnya kelonggaran yang diberikan untuk
kebutuhan pribadi seperti itu berbeda-beda dari satu
pekerjaan ke pekerjaan lainnya karena setiap
pekerjaan mempunyai karakteristik sendiri-sendiri
dengan tuntutan yang berbeda-beda. Berdasarkan
penelitian trenyata besarnya kelonggaran ini bagi
pekerja pria berbeda dari pekerja wanita; misalnya
untuk pekerjaan-pekerjaan ringan pada kondisi-
kondisi kerja normal pria memerlukan 2 2,5 dan
wanita 5%.
2. Kelonggaran Untuk Menghilangkan Rasa Lelah
Rasa lelah tercermin antara lain dari menurunnya
hasil produksi baik jumlah maupun kualitas.
Karenanya salah satu cara untuk menentukan
besarnya kelonggran ini adalah dengan melakukan
pengamatan sepanjang hari kerja dan mencatat pada
saat-saat mana menurunnya hasil produsi
disebabkan oleh timbulnya raa lelah karena masih
banyak kemungkinan lain yang dapat
menyebabkannya.

PSK dan Ergonomi Industri 174


Jika rasa lelah telah datang dan pekerja harus
bekerja untuk menghasilkan performance normalnya,
maka usaha yang dikeluarkan pekerja lebih besar
dari normal dan ini akan menambah rasa lelah. Bila
hal ini berlangsung terus pada akhirnya akan terjadi
kelelahan total yaitu jika anggota badan yang
bersangkutan sudah tidak melakukan gerakan kerja
sama sekali walaupun sangat dikehendaki.

3. Kelonggaran untuk Hambatan-hambatan Tak


terhindarkan
Dalam melaksanakan pekerjaanya, pekerja tidak
akan lepas dari berbagai hambatan.
Beberapa contoh yang termasuk kedalam hambatan tak
terhindarkan adalah:

1. Menerima atau meminta petunjuk kepada


pengawas.
2. Melakukan penyesuaian-penyesuaian mesin.
3. Memperbaiki kemacetan-kemacetan singkat
seperti mengganti alat potong yang patah,
memasang kembali ban yang lepas dan
sebagainya.

PSK dan Ergonomi Industri 175


4. Mengasah peralatan potong.
5. Mengambil alat-alat khusus atau bahan-bahan
khusus dari gudang.
6. Hambatan-hambatan karena kesalahan
pemakainan alat ataupun bahan.

PSK dan Ergonomi Industri 176


BAB IX
DISPLAY

Display
Display merupakan bagian dari lingkungan yang
perlu memberi informasi kepada pekerja agar tugas-
tugasnya menjadi lancar. Arti informasi disini cukup
luas, menyangkut semua rangsangan yang diterima
oleh indera manusia baik langsung maupun tidak
langsung. Contoh dari display diantaranya adalah jarum
speedometer, keadaan jalan raya memberikan informasi
langsung ke mata, peta yang menggambarkan keadaan
suatu kota. Jalan raya merupakan contoh dari display
langsung, karena kondisi lingkungan jalan bias langsung
diterima oleh pengemudi. Jarum penunjuk speedometer
merupakan contoh display tak langsung karena
kecepatan kendaraan diketahui secara tak langsung
melalui jarum speedometer sebagai pemberi atau
perantara informasi.

PSK dan Ergonomi Industri 177


Jenis-jenis Pembagian Display
Ada beberapa tipe-tipe dari display yang dimana
disesuaikan berdasarkan tujuannya. Informasi dalam
bentuk display banyak digunakan. Display terdiri dari
dua bagian yang bertujuan untuk lingkungan dan
keselamatan kerja, yaitu:

1. Display Umum
Diantaranya mengenai aturan kepentingan umum,
contohnya display tentang kebersihan dan kesehatan
lingkungan, Jagalah Kebersihan.

2. Display Khusu
Diantaranya mengenai aturan keselamatan kerja
khusus (misalnya dalam industri dan pekerjaan
konstruksi), contohnya Awas Tegangan Tinggi.

Berdasarkan lingkungan display berperan penting


sebagai pemberi informasi karena manusia yang dapat
melaksanan suatu perintah tersebut. Display tersebut
terbagi dalam 2 macam dalam hal lingkungan yaitu:

PSK dan Ergonomi Industri 178


1. Display Statis
Display yang memberikan informasi sesuatu yang
tidak tergantung terhadap waktu, contohnya peta
(informasi yang menggambarkan suatu kota).
2. Display Dinamis
Display yang menggambarkan perubahan menurut
waktu dengan variabel,

contohnya jarum speedometer dan mikroskop.


Display langsung termasuk display dinamis,
tetapi display tak langsung bisa termasuk display
dinamis dan bisa termasuk juga display statis.

Berdasarkan informasi display ini tak lain yang dimana


seperti manusia.Manusia yang dimana memerlukan
suatu informasi. Display terbagi atas 3 macam dalam
hal informasi yaitu:

1. Display Kualitatif.
Display yang merupakan penyederhanaan dari
informasi yang semula berbentuk data numerik, dan
untuk menunjukkan informasi dari kondisi yang
berbeda pada suatu sistem, contohnya: informasi

PSK dan Ergonomi Industri 179


atau tanda OnOff pada generator, dingin, normal
dan panas pada pembacaan temperatur.

2. Display Kuantitatif.
Display yang memperlihatkan informasi numerik,
(berupa angka, nilai dari statu variabel) dan biasanya
disajikan dalam bentuk digital ataupun analog untuk
statu visual display. Analog Indikator: Posisi jarum
penunjuknya searah dengan besarnya nilai atau
sistem yang diwakilinya, analog indikator dapat
ditambahkan dengan menggunakan informasi
kualitatif (misal merah berarti berbahaya).

3. Display Representatif.
Display Representatif, biasanya berupa sebuah
Working Model atau Mimic Diagram dari suatu
mesin, salah satu contohnya adalah diagram sinyal
lintasan kereta api.
Ketajaman Penglihatan
Ketajaman penglihatan (visus) dipergunakan untuk
menentukan penggunaan kacamata. Visus penderita
bukan saja memberi pengertian tentang optiknya (kaca
mata) tetapi mempunyai arti yang lebih luas yaitu
memberi keterangan tentang baik buruknya fungsi mata
PSK dan Ergonomi Industri 180
keseluruhan. Pemeriksaan tajam penglihatan
merupakan pemeriksaan fungsi mata. Gangguan
penglihatan memerlukan pemeriksaan untuk
mengetahui sebab kelainan mata yang mengakibatkan
turunnya tajam penglihatan. Tajam penglihatan perlu
dicatat pada setiap mata yang memberikan keluhan
mata. Pemeriksaan ketajaman penglihatan dapat
dilakukan dengan menggunakan Optotype Snellen,
kartu Cincin Landolt, kartu uji E, dan kartu uji
Sheridan/Gardiner. Tajam penglihatan dan penglihatan
kurang dibagi dalam tujuh kategori.
Adapun penggolongannya adalah sebagai berikut:
1. Penglihatan normal, pada keadaan ini penglihatan
mata adalah normal dan sehat.
2. Penglihatan hampir normal : Tidak menimbulkan
masalah yang gawat, akan tetapi perlu penyebabnya.
Mungkin suatu penyakit masih dapat diperbaiki.
3. Low vision sedang : Dengan kacamata kuat atau
kaca pembesar masih dapat membaca dengan
cepat.
4. Low vision berat : Masih mungkin orientasi dan
mobilitas umum akan tetapi mendapat kesukaran
pada lalu lintas dan melihat nomor mobil. Untuk

PSK dan Ergonomi Industri 181


membaca diperlukan lensa pembesar kuat. Membaca
menjadi lambat

5. Low vision nyata: Bertambahnya masalah orientasi


dan mobilisasi. Diperlukan tongkat putih untuk
mengenal lingkungan. Hanya minat yang kuat masih
mungkin membaca dengan kaca pembesar;
umumnya memerlukan braille, radio, pustaka kaset.
6. Hampir buta : Penglihatan kurang dari 4 kaki untuk
menghitung jari. Penglihatan tidak bermanfaat,
kecuali pada keadaan tertentu. Harus
mempergunakan alat nonvisual.
7. Buta total : Tidak mengenal rangsangan sinar sama
sekali. Seluruhny tergantung pada alat indera lainnya
atau tidak mata. Di bawah ini ditunjukkan tabel
penggolongan keadaan tajam penglihatan normal,
tajam penglihatan kurang (low vision) dan tajam
penglihatan dalam keadaan buta.

Dimensi yang sesuai untuk statu pembacaan


jarak jauh ditentukan dengan
menggunakan rumus Visual Acuity. Rumus penetapan
tinggi huruf dinyatakan sebagai berikut :

PSK dan Ergonomi Industri 182


VA (menit) = 3438 x
Keterangan :
H : tinggi huruf minimal
D : jarak pembacaan
VA : ketajaman penglihatan

Untuk perbandingan tinggi lebar karakter dengan


merekomendasikan 5 : 3 sampai 3: 2.

Pengaruh Warna Teks Terhadap Stimulasi


Informasi dapat juga diberikan dalam bentuk kode
warna. Indera mata sangat sensitif terhadap warna BIRU-
HIJAU-KUNING, tetapi sangat tergantung juga pada kondisi
terang dan gelap. Visual Display sebaiknya tidak
menggunakan lebih dari 5 warna. Hal ini berkaitan dengan
adanya beberapa kelompok orang yang memiliki gangguan
penglihatan atau mengalami kekurangan dan keterbatasan
penglihatan pada matanya. Warna merah dan hijau
sebaiknya tidak digunakan bersamaan begitu pula warna
kuning dan biru. Ada beberapa kelebihan dan kekurangan
dalam penggunaan warna pada pembuatan display. Hal ini
ditunjukkan oleh Tabel 9.1.

PSK dan Ergonomi Industri 183


Arti penggunaan warna pada sebuah display adalah
sebagai berikut:
1. Merah menunjukkan Larangan
2. Biru menunjukkan Petunjuk
3. Kuning menunjukkan Perhatian

PSK dan Ergonomi Industri 184


BAB X
BIOMEKANIKA

Pengertian Biomekanika
Biomekanika berasal dari dua kata yaitu bios
yang artinya hidup dan mechonos yang artinya gaya.
Jadi, biomekanika adalah ilmu yang mempelajari
tentang gaya yang bekerja pada tubuh. Biomekanika
juga merupakan ilmu yang membahas aspek-aspek dari
gerakangerakan tubuh manusia dan kombinasi antara
keilmuan mekanika, antropometri, dan dasar ilmu
kedokteran (biologi dan fisiologi). Menurut Caffin dan
Anderson (1984), occupational biomechanics adalah
ilmu yang mempelajari hubungan antara pekerja dan
peralatannya, lingkungan kerja, dan lain-lain untuk
meningkatkan performansi dan meminimisasi
kemungkinan cedera. Menurut Adrian Et Al (1989),
gerakan biomekanik merupakan ilmu yang menyelidiki,
menggambarkan dan menganalisis beberapa gerakan
manusia. Gerakan biomekanik ini diharapkan
mendapatkan gerakan yang efisien.

PSK dan Ergonomi Industri 185


Biomekanika pada dasarnya mempelajari
kekuatan, ketahanan, kecepatan, ketelitian, dan
keterbatasan manusia dalam melakukan kerjanya.
Faktor ini sangat berhubungan dengan pekerjaan yang
bersifat material handling, seperti pengangkatan dan
pemindahan secara manual, atau pekerjaan lain yang
dominan menggunakan otot tubuh. Meskipun kemajuan
teknologi telah banyak membantu aktivitas manusia,
namun tetap saja ada beberapa pekerjaan manual yang
tidak dapat dihilangkan dengan pertimbangan biaya
ataupun kemudahan. Pekerjaan ini membutuhkan
usaha fisik sedang hingga besar dalam durasi waktu
kerja tertentu, misalnya penanganan atau pemindahan
material secara manual. Usaha fisik ini banyak
mengakibatkan kecelakaan kerja ataupun low back
pain, yang menjadi isu besar di negara-negara industri
belakangan ini.

Keterkaitan Biomekanika dengan Ergonomi


Biomekanika memiliki hubungan yang sangat
erat dengan antropometri, dikarenakan dalam
biomekanika mempelajari bagaimana melakukan suatu
pekerjaan dengan menggunakan gaya dengan energi
yang kecil. Sedangkan antropometri merupakan
PSK dan Ergonomi Industri 186
pembelajaran dalam suatu perhitungan kepada alat-alat
yang di gunakan oleh manusia di dalam kehidupan
sehari-hari. Antropometri menganalisis dimensi-dimensi
alat tersebut dengan menghubungkan tubuh manusi
sebagai acuan, sehingga terciptalah suatu alat atau
perkakas yang dapat digunakan dengan gaya yang
tidak terlalu besar.
Biomekanika tidak saja berhubungan erat
dengan antropometri tetapi juga dengan ilmu fisiologi
dan postur kerja karena dengan mempelajari tentang
gaya yang bekerja pada tubuh, maka dapat dihitung dan
diketahui berapa jumlah energi dan konsumsi oksigen
yang dibutuhkan serta dapat mengevaluasi posisi tubuh
yang kurang ergonomis pada saat melakukan suatu
pekerjaan. Hubungan antara biomekanika dengan
ergonomi juga dapat dilihat dari definisi ergonomi, yaitu
suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan
informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan
keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem
kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada
sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang
diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman,
sehat, nyaman, dan efisien.

PSK dan Ergonomi Industri 187


Ruang Lingkup Biomekanika
Biomekanika menyangkut tubuh manusia dan
hampir semua tubuh mahluk hidup. Dalam biomekanika
prinsip-prinsip mekanika dipakai dalam penyusunan
konsep, analisis, disain dan pengembangan peralatan
dan sistem dalam biologi dan kedokteran
Dalam ilmu biomekanika diperlukan pengetahuan
tentang benda yang digunakan dalam kesehatan dan
fisika untuk menentukan fungsi tubuh meliputi
kesehatan dan penyakit. Biomekanika merupakan
kombinasi antara disiplin ilmu mekanika terapan dan
ilmu-ilmu biologi dan fisiologi. Dalam Biomekanika
terdapat tiga sistem lever hal ini digunakan untuk
mengetahui keuntungan mekanismenya yaitu:

1. Sistem Lever I
Contoh lever I adalah posisi mempertahankan
kepala tetap tegak, dimana levernya adalah tengkorak.
Atlanto-occipital joint sebagai fulcrum (axis),
kontraksi/aktivitas otot extensor leher untuk
mempertahankan posisi kepala tetap tegak merupakan
gaya (F), dan resistennya adalah gaya berat dari kepala
bagian anterior.

PSK dan Ergonomi Industri 188


2. Sistem Lever II
Dimana W berada diantara titik E dan titik F
sehingga keuntungan mekanismenya di titik E karena
lengan usaha lebih panjang dari lengan beratnya.
Contoh lever II resisten terletak diantara fulcrum dan
gaya, dimana resisten selalu dekat dengan fulcrum.
Pada lever ini selalu terbentuk sistem lever untuk
meningkatkan gaya atau usaha dari otot. Sebagai
contoh, berjinjit dimana foot kompleks merupakan
levernya, metatarsophalangeal joint sebagai fulcrum
(axis), kontraksi otot triceps surae sebagai gaya (F), dan
resisten berasal dari gaya berat tubuh yang
diproyeksikan ke kaki.

3. Sistem Lever III


Dimana E berada diantara titik W dan titik F
sehingga keuntunganmekanismenya di titik W karena
lengan berat lebih panjang dari lengan usahanya.
Contoh : mendayung perahu, menyekop, dan lain-lain.

NIOSH (National Institute of Occuptional Safety and


Health)

PSK dan Ergonomi Industri 189


NIOSH (National for Occupational Safety and Health)
adalah suatu lembaga yang menangani masalah
kesehatan dan keselamatan kerja di Amerika. NIOSH
telah melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang
bepengaruh terhadap biomekanika yaitu:
1. Berat dari benda yang dipindahkan, hal ini
ditentukan oleh pembebananlangsung.
2. Posisi pembebanan dengan mengacu pada
tubuh, dipengaruhi oleh:
3. Jarak horizontal beban yang dipindahkan dari
titik berat tubuh.
4. Jarak vertikal beban yang dipindahkan dari
lantai.
5. Sudut pemindahan beban dari posisi sagital
(posisi pengangkatan tepat depan tubuh).
6. Frekuensi pemindahan dicatat sebagai rata-
rata pemindahan per menit untuk pemindahan
berfrekuensi tinggi.
7. Periode (durasi) total waktu yang diberlakukan
dalam pemindahan pada suatu pencatatan.

Cedera tulang belakang merupakan penyakit


yang banyak terjadi pada pekerja Material Handling.

PSK dan Ergonomi Industri 190


Hasil penelitian yang dipublikasikan oleh Department Of
Labours Bureau of Labour Statistic/DOL (BLS)
menunjukkan bahwa cedera tulang belakang meliputi
20% dari semua penyakit akibat kerja dan memakan
biaya 25% dari total upah pekerja. Di Indonesia, data
menunjukkan bahwa 25% cedera yang diderita oleh
pekerja merupakan akibat dari kesalahan penanganan
material.
Banyaknya pekerjaan yang berbahaya dan
menimbulkan cidera pada tahun 1970-an mendorong
sekumpulan orang dari berbagai disiplin ilmu yakni
epidemiologi, kedokteran, industri, keamanan, psikologi,
teknik, kimia, dan statistik untuk membentuk suatu
organisasi yang dapat membantu memastikan
keamanan dan keselamatan kondisi kerja operator.
Sebagai realisasinya kemudian dibuatlah Occupational
Safety and Health (OSH) Act yang menjadi dasar
terbentuknya NIOSH (National Institute of Occupational
Safe and Health) yang ditandatangani oleh Presiden
Richard M. Nixon, pada tanggal 29 Desember 1970.

Fungsi dan Tujuan Berdirinya NIOSH


NIOSH digunakan untuk memperkirakan risiko
yang berhubungan dengan pekerjaan aktivitas lifting
PSK dan Ergonomi Industri 191
berdasarkan parameter NIOSH (National Institute of
Occupational Safety and Health) yang diperluas. NIOSH
menerbitkan panduan kerja untuk aktivitas mengangkat
manual pada tahun 1981, yang diberi judul Work
Practices Guide For Manual Lifting. Panduan tersebut
diterbitkan setelah NIOSH mengamati masalah cedera
punggung yang berkaitan denmgan pekerjaan. Dari
panduan tersebut, dimuat persamaan matematis yang
dapat digunakan untuk menghitung beban maksimum
yang disarankan berdasarkan karakteristik tugas
pengangkatan.
Adapun fungsi dan tujuan berdirinya NIOSH antara lain:
1. Menginvestigasi potensi bahaya kerja di
dalam suatu lingkungan kerja.
2. Mengevaluasi bahaya di tempat kerja,
termasuk bahan-bahan kimia untuk mesin.
3. Membuat metode untuk mencegah
penyebaran penyakit, cidera, dan cacat.
4. Menentukan prioritas pekerjaan-pekerjaan
yang perlu dievaluasi lebih lanjut.
5. Melakukan penelitian dan memberikan
rekomendasi ilmiah untuk melindungi
pekerja.

PSK dan Ergonomi Industri 192


6. Memberikan pendidikan dan pelatihan untuk
mempersiapkan individu di bidang
keselamatan dan kesehatan.

Manual Material Handling dan Masalah-masalah


yang Dihadap
Manual Material Handling (MMH) adalah salah
satu pekerjaan paling penting yang sering dilakukan
bahkan dalam dunia industri modern saat ini dan bidang
ini banyak diteliti karena MMH merupakan sumber
utama terjadinya cedera punggung. MMH meliputi
mengangkat, menurunkan, membawa, mendorong dan
menarik barang. Karya ilmiah/buku-buku yang
membahas MMH banyak menjelaskan faktor-faktor
yang mempengaruhi kapasitas pekerja dalam
melakukan MMH. Sementara itu faktor yang
berpengaruh terhadap timbulnya nyeri punggung (back
injury), adalah arah beban yang akan diangkat dan
frekuensi aktivitas pemindahan. Risiko-risiko nyeri
tersebut banyak dijumpai pada beberapa industri,
seperti industri berat, pertambangan, konstruksi/
bangunan, pertanian, rumah sakit dan lain-lain.
Beberapa parameter yang harus diperhatikan adalah
sebagai berikut:
PSK dan Ergonomi Industri 193
1. Beban yang harus diangkat.
2. Perbandingan antara berat badan dan
orangnya.
3. Jarak horizontal dari beban terhadap
orangnya.
4. Ukuran beban yang akan diangkat (beban
yang berdimensi besar akanmempunyai
jarak CG (Center of Gravity) yang lebih jauh
dari tubuh, danbisa mengganggu jarak
pandangannya).

Pada dasarnya ada 3 macam Material Handling ditinjau


dari sifat pekerjaannya, yaitu:
1. Material Handling yang Otomatis
Otomatis maksudnya segala jenis pekerjaan tidak
lagi dikerjakan operator secara langsung, melainkan
dikerjakan oleh mesin-mesin.

2. Material Handling yang Semiotomatis


Semiotomatis maksudnya pekerjaan yang melibatkan
bukan hanya operator, tetapi juga melibatkan mesin.

PSK dan Ergonomi Industri 194


3. Material Handling yangManual
Manual maksudnya pekerjaan yang tidak
melibatkan mesin sama sekali, seluruhnya dikerjakan
oleh operator.

Manual Material Handling (MMH) adalah penanganan


material secara manual, tanpa bantuan mesin maupun
alat bantu lainnya. Masalah-masalah yang dapat
ditimbulkan akibat Manual Material Handling (MMH)
yaitu:
1. Masalah musculoskeletal pada pekerja atau
operator.
2. Risiko cidera yang meningkat saat bekerja.
3. Kemandulan pada pria maupun wanita.

Manual Material Handling (MMH) yang buruk


perlu mendapat perhatian khusus dari perusahaan
untuk menghindari cidera berarti yang mungkin terjadi
pada operatornya. Kondisi berbahaya yang diakibatkan
oleh sikap kerja Manual Material Handling yang tidak
tepat tentunya harus dicegah dan ditangani dengan
baik. Penanganan dan pencegahan akan lebih mudah
dilakukan setelah mengetahui faktor resiko dari Manual

PSK dan Ergonomi Industri 195


Material Handling di atas. Menurut laporan NIOSH
(1981) ada enam prosedur umum dalam menangani
resiko kecelakaan/cedera akibat tindakan Manual
Material Handling yang tidak tepat, yaitu:
1. Identifikasi pekerjaan dengan kejadian yang
menyebabkan cedera musculoskeletal tinggi
dan rata-rata kepelikan tinggi dengan analisa
statistik dari data medis.
2. Observasi pekerjaan yang dicurigai dan untuk
tiap beban yang akan diangkat harus
diketahui berat serta metode pengangkatan.
3. Evaluasi tingkat resiko pengangkatan dengan
menghitung nilai AL dan MPL dan
membandingkannya dengan berat beban
yang diangkat.
4. Mengembangkan pengendalian keteknikan
dengan peralatan Manual Material Handling,
mengemas ulang beban dalam berat yang
lebih ringan, mengatur ulang area kerja.
5. Mengajukan pengendalian administratif. Hal
yang dapat dilakukan adalah dengan
menambah pekerja untuk mengurangi
frekuensi pengangkatan,

PSK dan Ergonomi Industri 196


melakukan penjadwalan kerja,
mengembangkan pelatihan untuk
mensosialisasikan teknik pengangkatan yang
tepat, serta meningkatkan prosedur seleksi
dan penempatan pekerja dengan lebih baik.
6. Mengimplementasikan solusi paling mungkin
dan mengevaluasi efektifitas dengan
pengecekan kesehatan.

Macam-macam Persamaan Pembebanan


AL (Action Limit)

Action Limit merupakan kelanjutan tindakan


untuk mengantisipasi, mencegah dan mengkoreksi
proses produksi yang tidak sesuai dan memastikan
bahwa proses tersebut tidak berulang. Untuk
menghitung AL dan MPL hanya diperlukan untuk
mengetahui berat obyek yang diangkat, lokasi beban
yang berhubungan dengan pekerja, jarak dan frekuensi
angkat, dan durasi dari kegiatan mengangkat. Dalam
istilah US (Customary Units), yang persamaannya
adalah:

PSK dan Ergonomi Industri 197


1. AL (lb) = 90(6/H) x (1-0,01|V-30|) x (0,7+3/D) x
(1-F/Fmax)
2. MPL (lb) = 3 (AL)

dimana:
H : Jarak horisontal antara tangan yang mengangkat
beban dan titik tengah antara pergelangan kaki.
V : Jarak vertikal (ketinggian) tangan dari lantai.
D : Jarak perpindahan vertikal antara asal dan tujuan
pengangkatan.
F : Rata-rata frekuensi pengangkatan yang dilakukan
setiap menit
Fmax : Frekuensi maksimum pengangkatan yang dapat
ditopang (dari tabel NIOSH).

MAWL (Maximum Acceptable Weight of Lift)


MAWL adalah berat dipilih oleh operator pada
preferensi sendiri untuk mengangkat tugas yang
diberikan di bawah kondisi tersebut, berdasarkan
kemampuan tenaga operator. Berdasarkan asumsi
bahwa pekerja mampu menentukan beban tertinggi
yang dapat diterima kerja dan dapat mereka
pertahankan selama 8 jam shift, yang pendekatan poin
psikofisik untuk mengukur kemampuan kapasitas
PSK dan Ergonomi Industri 198
manusia berdasarkan persepsi para pekerja. Namun,
tidak ada bukti bahwa bukti ini dapat menghilangkan
rasa sakit kembali dan musculoskeletal cedera para
pekerja. Faktor-faktor yang berhubungan dengan
pekerjaan dalam menentukan MAWL adalah:

1. Frekuensi
Dari beberapa penelitian, ditemukan bahwa
kenaikan frekuensi berpengaruh secara signifikan
terhadap beban yang bisa diangkat. Salah satu studi
menyatakan bahwa beban yang diangkat turun sekitar
29% bila frekuensi naik dari 1 menjadi 12 angkatan per
menit. Pengaruh dari perbedaan frekuensi ini juga lebih
besar dari pengaruh perbedaan ukuran barang yang
diangkat.

2. Titik Awal Angkatan


Faktor lain yang mempengaruhi MAWL adalah
titik awal angkatan. MAWL turun bila titik awal angkatan
berubah dari lantai ke bahu.

3. Jarak Vertikal
Makin besar jarak vertikal angkatan, makin
rendah berat beban yang bisa diangkat.
PSK dan Ergonomi Industri 199
4. Tipe Angkatan
Dalam rumus NIOSH yang baru yang
dikembangkan sejak tahun 1991, tipe angkatan
merupakan salah satu variabel yang ada. Tipe angkatan
yang dimaksud adalah simetri dan tidak simetrinya
angkatan yang dilakukan. Bila suatu angkatan
membentuk sudut antara awal angkatan dan akhir
angkatan, maka dikatakan bahwa angkatan tersebut
adalah jenis asimetri. Makin besar sudut ini, makin kecil
pula beban yang bisa diangkat. Dalam banyak
penelitian, faktor ini merupakan faktor yang signifikan
dalam menentukan MAWL.

5. Ukuran dari Barang yang Diangkat


Rumus untuk menentukan MAWL(Maximum
Acceptable Weight Limit) adalah:
Beban (MAWL) = -6,013 + (0,029 x Berat
badan) + (0,0766 x Tinggi badan) (0,435 x
Frekuensi) + (0,023 x Tinggi angkatan) +
(0,076 x Jarak angkatan) + (0,264 x Jenis
kelamin) + (0,218 x Pekerjaan)

PSK dan Ergonomi Industri 200


MPL (Maximum Permissible Limit)
Maximum permissible limit (MPL) merupakan
batas besarnya gaya tekan pada segmen L5/S1 dari
kegiatan pengangkatan dalam stauan newton yang
distandarkan oleh NIOSH pada tahun 1981. Besar gaya
maksimum tekannya (MPL) adalah dibawah 6500 N
pada L5/S1. Sedangkan batasan gaya angkatan normal
(Action limit) sebesar 3500 N pada L5/S1,sehingga:
1. Fc<AL dikategorikan aman
2. AL<Fc<MPL dikategorikan perlu hati-hati, dan
3. FC<MPL dikategorikan berbahaya

Evan dan Lisner (1962) dan Sonoda (1962)


melakukan penelitian dengan uji tekan pada spine
(tulang belakang). Mereka menemukan bahwa tulang
belakang yang sehat tidak mudah terkena hernia, akan
tetapi lebih mudah rusak/retak jika disebabkan oleh
beban yang ditanggung oleh segmen tulang belakang
(spinal) dan yang terjadi dengan diawali oleh rusaknya
bagian atas/bawah segmen tulang belakang (the
castingend-plates in the vertebrae).
Dalam biomekanika perhitungan guna mencari
momen dan gaya dapat dilakukan dengan cara

PSK dan Ergonomi Industri 201


menghitung gaya dan momen secara parsialatau
menghitung tiap segmen yang menyusun tubuh
manusia.

RWL (Recommended Weight Limit)


Recommended Weight Limit (RWL) merupakan
rekomendasi batas beban yang dapat diangkat oleh
manusia tanpa menimbulkan cidera meskipun pekerjaan
tersebut dilakukan secara repetitive dan dalam jangka
waktu yang cukup lama. RWL ini ditetapkan oleh NIOSH
pada tahun 1991 di Amerika Serikat.

PSK dan Ergonomi Industri 202


Persamaan NIOSH berlaku pada keadaan:
1. Beban yang diberikan adalah beban statis, tidak ada
penambahan ataupun pengurangan beban di tengah-
tengah pekerjaan.
2. Beban diangkat dengan kedua tangan.
3. Pengangkatan atau penurunan benda dilakukan
dalam waktu maksimal 8 jam.
4. Pengangkatan atau penurunan benda tidak boleh
dilakukan saat duduk.
5. Tempat kerja tidak sempit.

Sebuah lembaga yang menangani masalah


kesehatan dan keselamatan kerja di Amerika, NIOSH
(National Institute of Occupational Safety and Health)
melakukan analisis terhadap kekuatan manusia dalam
mengangkat atau memindahkan beban, serta
merekomendasikan batas maksimum beban yang masih
boleh diangkat oleh pekerja yaitu Action Limit (AL)dan
MPL (Maximal Permissible Limit) pada tahun 1981.
Kemudian Lifting Equation tersebut direvisi sehingga
dapat mengevaluasi dan menyediakan pedoman untuk
range yang lebih luas dari Manual Lifting. Revisi
tersebut menghasilkan RWL (1991), yaitu batas beban

PSK dan Ergonomi Industri 203


yang dapat diangkat oleh manusia tanpa menimbulkan
cedera meskipun pekerjaan tersebut dilakukan secara
berulang-ulang dalam durasi kerja tertentu (misal 8 jam
sehari) dan dalam jangka waktu yang cukup lama. RWL
didefinisikan dengan persamaan berikut:

RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM

Keterangan:
RWL : Batas beban yang direkomendasikan
LC : Konstanta pembebanan(Lifting Constant) = 23 kg
HM : Faktor pengali horizontal (Horizontal Multiplier) =
25/H
dimana H dalam centimeter.
DM : Faktor pengali perpindahan (Distance Multiplier) =
0,82 + 4,5/D
dimana D dalam centimeter.
AM : Faktor pengali asimetrik (Asymetric Multiplier) = 1
(0,0032 A)
dimana A dalam derajat.
FM : Faktor pengali frekuensi (Frequency Multiplier)
CM : Faktor pengali kopling (Coupling Multiplier)
VM : Faktor pengali vertikal (Vertikal Multiplier) = (1-
(0,003|V-75|))
PSK dan Ergonomi Industri 204
dimana V dalam centimeter.

Besarnya FM dan CM dapat dilihat pada Tabel 2.9. dan


Tabel 2.10. berikut ini:

PSK dan Ergonomi Industri 205


Untuk Frequency Multiplier (FM) adalah:

1. Durasi pendek: 1 jam atau kurang.


2. Durasi sedang: antara 1 2 jam.
3. Durasi panjang: 2 8 jam.

Untuk Coupling Multiplier (CM) adalah:


1. Kriteria Good, adalah:
1. Kontainer atau box merupakan design
optimal, pegangan bahannya tidaklicin.
2. Benda yang di dalamnya tidak mudah tumpah.
3. Tangan dapat dengan nyaman meraih box
tersebut.
2. Kriteria Fair, adalah:
1. Kontainer atau box tidak mempunyai
pegangan.
2. Tangan tidak dapat meraih dengan mudah.
3. Kriteria Poor, adalah:
1. Box tidak mempunyai handle.
2. Sulit dipegang (licin, tajam).
3. Berisi barang yang tidak stabil (pecah, jatuh,
tumpah).

PSK dan Ergonomi Industri 206


4. Memerlukan sarung tangan untuk
mengangkatnya.

Setelah nilai RWL diketahui, selanjutnya


perhitungan Lifting Index, untuk
mengetahui index pengangkatan yang tidak
mengandung resiko cidera tulang belakang, dengan
persamaan:
1. Jika LI > 1, berat beban yang diangkat
melebihi batas pengangkatan yang
direkomendasikan maka aktivitas tersebut
mengandung resiko cidera tulang belakang.
2. Jika LI < 1, berat beban yang diangkat tidak
melebihi batas pengangkatan yang
direkomendasikan maka aktivitas tersebut
tidak mengandung resiko cedera tulang
belakang. Untuk pekerja Indonesia, terdapat
perbedaan dalam menentukan VM dan AM.
1. Untuk VM
1. VM = 1 0,0132 (V-69) untuk pengangkatan
dengan ketinggian awal di atas 69 cm
2. VM = 1 0,0145 (69-V) untuk pengangkatan
dengan ketinggian awal di bawah 69 cm

PSK dan Ergonomi Industri 207


2. Untuk AM
1. AM = 1 (0,005 A) ; untuk 0o A 30o
2. AM = 1 (0,0031 A); untuk 30o < A 60o
3. AM = 1 (0,0025 A); untuk A > 60o

A merupakan sudut asimetrik yang merupakan sudut


yang dibentuk antara garis asimetrik dan pertengahan
garis sagital.
1. Garis Asimetrik adalah garis horizontal yang
menghubungkan titik tengah garis yang
menghubungkan kedua mata kaki bagian dalam
dan proyeksi titik tengah beban pada lantai.
2. Garis Sagital adalah garis yang melalui titik tengah
kedua mata kaki bagian dalam dan berada pada
bidang sagital. Bidang sagital adalah bidang yang
membagi tubuh menjadi dua bagian, kanan dan kiri,
saat posisi tubuh netral (tangan berada di depan
tubuh dan tidak ada perputaran pada bahu dan
kaki).

PSK dan Ergonomi Industri 208

Anda mungkin juga menyukai