PENDAHULUAN
2. Kelembaban (Humidity)
5. Bau-bauan
b. Bising Eksterior
Bising yang dihasilkan oleh kendaraan
transportasi darat, laut, maupun udara, dan alat-alat
konstruksi. Dalam dunia industri jenis-jenis bising yang
sering dijumpai antara lain meliputi bising kontinu
dengan jangkauan frekuensi yang luas. Misalkan suara
yang ditimbulkan oleh mesin bubut, mesin frais, kipas
angin, dan lain-lain. Bising kontinu dengan jangkauan
frekuensi yang sempit. Misalkan bising yang dihasilkan
oleh suara mesin gergaji, katup gas, dan lain-lain. Bising
terputus-putus (intermittent). Misal suara lalu lintas,
suara kapal terbang. Bising impulsive seperti pukulan
palu, tembakan pistol, dan lain-lain. Sifat suatu
3. Pengaruh Kebisingan
Pengaruh pemaparan kebisingan secara umum
dapat dikategorikan menjadi dua berdasarkan tinggi
rendahnya intensitas kebisingan dan lamanya waktu
pemaparan. Pertama, pengaruh pemaparan kebisingan
intensias tinggi (diatas NAB) dan kedua, pengaruh
pemaparan kebisingan intensitas rendah (di bawah
NAB), yaitu:
a. Pengaruh Kebisingan Intensitas Tinggi
Sebagai berikut pengaruh pemaparan
kebisingan intensitas tinggi adalah terjadinya
kerusakan pada indera pendengaran yang dapat
menyebabkan penurunan daya dengar baik yang
PSK dan Ergonomi Industri 22
bersifat sementara maupun bersifat permanen
atau ketulian. Pengaruh kebisingan akan sangat
terasa apabila jenis kebisingannya terputus-
putus dan sumber kebisingannya tidak diketahui.
Secara fisiologis, kebisingan dengan intensitas
tinggi dapat menyebabkan gangguan kesehatan
seperti meningkatnya tekanan darah dan
tekanan jantung, resiko serangan jantung
meningkat, dan gangguan pencernaan. Reaksi
masyarakat apabila kebisingan dari suatu proses
produksi demikian hebatnya sehingga
masyarakat sekitarnya menuntut agar kegiatan
tersebut dihentikan.
b. Pengaruh Kebisingan Intensitas Tingkat
Rendah
Tingkat intensitas kebisingan rendah
banyak ditemukan di lingkungan kerja seperti
perkantoran, ruang administrasi perusahaan dan
lain-lain. Intensitas kebisingan yang masih
dibawah NAB tersebut secara fisiologis tidak
menyebabkan kerusakan pendengaran. Namun
demikian, kehadirannya sering dapat
menyebabkan penurunan performansi kerja,
sebagai salah satu penyebab stres dan
PSK dan Ergonomi Industri 23
gangguan kesehatan lainnya. Stres yang
disebabkan karena pemaparan kebisingan dapat
menyebabkan terjadinya kelelahan dini,
kegelisahan dan depresi. Secara spesifik stres
karena kebisingan dapat menyebabkan dampak,
yaitu stres menuju keadaan cepat marah, sakit
kepala, dan gangguan tidur. Gangguan reaksi
psikomotor, kehilangan konsentrasi, penurunan
performansi kerja yang dapat menimbulkan
kehilangan efisiensi dan produktivitas kerja.
1. Proses Metabolisme
Proses metabolisme yang terjadi dalam tubuh
manusia merupakan phase yang penting sebagai
penghasil energi yang diperlukan untuk kerja fisik.
Proses metabolisme ini bisa dianalogikan dengan
proses pembakaran yang kita temui dalam mesin motor
bakar (combustion engine). Lewat proses metabolisme
akan dihasilkan panas dan energi yang diperlukan untuk
kerja fisik (mekanis) lewat sistem otot manusia. Di sini,
zat-zat makanan akan bersenyawa dengan oksigen
(O2) yang dihirup, terbakar dan menimbulkan panas
serta energi mekanik.
Dalam literatur ergonomi, besarnya energi yang
dihasilkan/dikonsumsi akan dinyatakan dalam unit
satuan kilo kalori atau kcal atau Kilo Joule (KJ)
bilamana akan dinyatakan dalam satuan standar
Internasional (SI), dimana:
Kelelahan
Kata kelelahan diterapkan di berbagai macam
kondisi. Istilah kelelahan mengarah pada kondisi
melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan,
walaupun ini bukan satu satunya gejala. Kelelahan kerja
merupakan suatu kelompok gejala yang berhubungan
dengan adanya penurunan efisiensi kerja, keterampilan
serta peningkatan kecemasan atau kebosanan
(McFarland, 1972). Kelelahan kerja merupakan kriteria
yang kompleks tidak hanya menyangkut kelelahan yang
bersifat fisik dan psikis tetapi dominan hubungannya
dengan penurunan performans fisik, adanya perasaan
kelelahan, penurunan motivasi dan penurunan
produktivitas kerja (Cameron, 1973).
Kelelahan kerja adalah suatu kondisi yang
dihasilkan sebelum stres yang memperlemah fungsi dan
performa, fungsi organ saling mempengaruhi yang
akhirnya mengganggu fungsi kepribadian, umumnya
bersamaan dengan menurunnya kesiagaan kerja dan
meningkatnya sensasi ketegangan (Dwivedi, 1981).
Pengukuran Kelelahan
Secara pasti datangnya kelelahan yang
menimpa pada diri seseorang akan sulit untuk
diidentifikasikan secara jelas. Mengukur tingkatan
kelelahan seseorang bukanlah pekerjaan yang mudah.
Prestasi ataupun performans kerja yang biasa
ditunjukkan dengan output kerja merupakan tolok ukur
yang sering dipakai untuk mengevalusi tingkat
kelelahan. Selain kuantitas output persatuan waktu,
maka pengukuran terhadap kualitas output ataupun
jumlah pokok cacat yang dihasilkan dan frekwensi
kecelakaan yang menimpa pekerja seringkali juga
dipakai sebagai cara untuk mengkorelasikan dengan
intensitas kelelahan yang terjadi. Meskipun demikian
yang patut untuk diperhatikan adalah bahwa perubahan
performans kerja kuantitas ataupun kualitas output kerja
ternyata tidaklah semata-mata disebabkan oleh
kelelahan saja.
PSK dan Ergonomi Industri 55
Sampai saat ini belum ada cara mengukur
tingkat kelelahan secara langsung. Pengukuran-
pengukuran yang dilakukan oleh para peneliti
sebelumnya hanya berupa indikator yang menunjukkan
terjadinya kelelahan akibat kerja.
Grandjean (1993) mengelompokkan metode
pengukuran kelelahan dalam beberapa kelompok
sebagai berikut:
Beban Kerja
Tubuh manusia dirancang untuk dapat
melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari. Adanya
PSK dan Ergonomi Industri 60
massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh
beban tubuh, memungkinkan kita untuk dapat
menggerakkan dan melakukan pekerjaan. Pekerjaan
disatu pihak mempunyai arti penting bagi kemajuan dan
peningkatan prestasi, sehingga mencapai kehidupan
yang produktif sebagai satu tujuan hidup. Dipihak lain,
bekerja berarti tubuh akan menerima beban dari luar
tubuhnya. Dengan kata lain bahwa setiap pekerjaan
merupakan beban bagi yang bersangkutan. Beban
tersebut dapat berupa beban fisik maupun mental.
Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang
diterima oleh seseorang harus sesuai atau seimbang
baik dalam kemampuan fisik, maupun kognitif, maupun
keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut.
Kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda dari
satu kepada yang lainnya dan sangat tergantung dari
tingkat ketrampilan, kesegaran jasmani, usia dan ukuran
tubuh dari pekerja yang bersangkutan.
1. Tugas-tugas (task)
Meliputi tugas bersifat fisik seperti, stasiun kerja,
tata ruang tempat kerja, kondisi lingkungan kerja, sikap
kerja, cara angkut, beban yang diangkat. Sedangkan
tugas yang bersifat mental meliputi, tanggung jawab,
kompleksitas pekerjaan, emosi pekerja dan sebagainya.
2. Organisasi Kerja
Organisasi kerja meliputi lamanya waku kerja,
waktu istirahat, shift kerja, sistem kerja dan sebagainya.
3. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja ini dapat memberikan beban
tambahan yang meliputi, lingkungan kerja fisik,
lingkungan kerja kimiawi, lingkungan kerja biologis dan
lingkungan kerja psikologis.
dimana:
E = Energi (Kkal/menit)
X = Kecepatan denyut jantung/nadi (denyut/menit)
Kaki (legs)
2. Grup B
3. Lengan Atas (Upper Arm)
Coupling
dimana :
X = total skor yang diperoleh dari penilaian
terhadap postur (punggung + bahu lengan
pergelangan tangan leher)
= total skor maksimum untuk postur kerja
(punggung bahu lengan pergelangan
tangan leher)
Ergonomi
Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan
teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan
antara segala aktivitas yang digunakan baik dalam
beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan
keterbatasan manusia baik fisik maupun mental
sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi
lebih baik (Tarwaka, dkk, 2004: 6).
Sedangkan menurut Nurmianto (1996: 1), definisi
ergonomi adalah studi tentang aspek-aspek manusia
dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara
anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen
dan desain/perancangan serta evaluasi dari sebuah
produk.
Secara umum defenisi-defenisi ergonomi yang
ada membicarakan masalah-masalah hubungan antara
manusia pekerja dengan tugas-tugas dan pekerjaannya
serta desain dari objek yang digunakannya. Ergonomi
adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk
menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala
Postur Kerja
Posisi tubuh dalam kerja sangat ditentukan oleh
jenis pekerjaan yang dilakukan. Masing-masing posisi
kerja mempunyai pengaruh yang berbeda-beda
terhadap tubuh. Pertimbangan ergonomi yang berkaitan
dengan postur kerja dapat membantu mendapatkan
postur kerja yang nyaman bagi pekerja, baik itu postur
kerja berdiri, duduk, maupun postur kerja lainnya. Pada
beberapa jenis pekerjaan terdapat postur kerja yang
tidak alami dan berlangsung dalam jangka waktu yang
lama. Hal ini akan mengakibatkan keluhan sakit pada
bagain tubuh, cacat produk bahkan cacat tubuh.
Menurut pheasant, beberapa sikap kerja yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Anthtropometric
Antropometri berhubungan dengan konflik
dimensional antara ruang geometr fungsional dengan
tubuh manusia.Antropometri ini merupakan pengukuran
dari dimensi tubuh secara linear, termasuk berat dan
volume.Jarak jangkauan, tinggi mata saat duduk, dan
lainnya.Masalah-masalah antropometri merupakan
manifestasi dari kekurang cocokannya antara dimensi
ini dan desain dari ruang kerja.Pemecahannya adalah
memodifikasi desain dan menyesuaikan kenyamanan.
3. Musculoskeletal
Ketegangan otot dan sistem kerangka termasuk
dalam kategori ini.Hal tersebut dapat menyebabkan
insiden kecil atau trauma efek kumulatif.Pemecahan
masalah ini terletak pada penyediaan bantuan
performansi kerja atau mendesain kembali pekerjaan
untuk menjaga agar kebutuhannya sesuai dengan batas
kemampuan manusia.
5. Psychomotor
Masalah ini terletak pada ketegangan pada
sistem psychomotor yang menegaskan kebutuhan
pekerjaan untuk disesuaikan dengan kemampuan
manusia dan menyediakan bantuan performansi
pekerjaan.
Tujuan Ergonomi
Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah:
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental
melalui upaya pencegahan cedera dan
penyakit akibat kerja, menurunkan beban
kerja fisik dan mental dan mengupayakan
promosi dan kepuasan kerja.
Aplikasi Ergonomi
Aplikasi Ergonomi dapat diterapkan pada
berbagai bidang kehidupan sehari-hari.
Contohnya adalah sebagai berikut.
1. Perancangan tempat atau stasiun kerja yang
sesuai dengan karakteristik dari manusia.
2. Desain peralatan, perkakas dan mesin-mesin
yang dipergunakan oleh manusia sebagai
sarana untuk memudahkan segala
aktivitasnya.
Antropometri
Istilah antropometri berasal dari anthro yang
berarti manusia dan metri yang berarti ukuran.Secara
definitif, antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu
studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh
manusia. Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk,
ukuran (tinggi, lebar, dan sebagainya) berat dan lain-lain
yang berbeda satu dengan yang lainnya. Antropometri
secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-
pertimbangan ergonomis dalam memerlukan interaksi
manusia.
1. Umur
Secara umum dimensi tubuh manusia akan
tumbuh dan bertambah besar seiring dengan
bertambahnya umur yaitu sejak awal kelahirannya
sampai dengan umur sekitar 20 tahunan. Dari suatu
penelitian yang dilakukan oleh A.F.Roche dan
G.H.Davila (1972) di USA diperoleh kesimpulan bahwa
laki-laki akan tumbuh dan berkembang naik sampai
dengan usia 21 tahun, sedangkan wanita 17 tahun.
Meskipun ada sekitar 10% yang masih terus bertambah
tinggi sampai usia 23 tahun (laki-laki) dan 21 tahun
(wanita). Setelah itu, tidak akan terjadi lagi pertumbuhan
bahkan justru akan cenderung berubah menjadi
penurunan ataupun penyusutan yang dimulai sekitar
umur 40 tahunan.
4. Posisi Tubuh
Sikap (postur) ataupun posisi tubuh akan
berpengaruh terhadap ukuran tubuh. Oleh sebab itu,
posisi tubuh standar harus ditetapkan untuk survei
pengukuran. Dalam kaitan dengan posisi tubuh dikenal
2 cara pengukuran yaitu pengukuran dimensi struktur
tubuh dan pengukuran dimensi fungsional tubuh.
5. Cacat Tubuh
Data antropometri yang diperlukan adalah untuk
perancangan produk bagi orang-orang cacat, misalnya
kursi roda, kaki/tangan palsu, dan lain-lain.
1. Posisi Berdiri
Peta Kerja
Definisi Peta Kerja
Peta kerja adalah suatu alat yang
menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan
jelas. Peta kerja atau sering disebut peta proses
(process chart) merupakan alat komunikasi yang
sistematis dan logis guna menganalisa proses kerja dari
tahap awal sampai akhir. Melalui peta proses ini dapat
diperoleh informasi-informasi yang diperlukan untuk
memperbaiki metoda kerja, antara lain:
1. Operasi
Suatu kegiatan operasi terjadi apabila benda
kerja mengalami perubahan sifat, baik fisik maupun
kimiawi, mengambil informasi maupun memberikan
informasi pada suatu keadaan juga termasuk operasi.
Contohnya:
1. Pekerjaan menyerut kayu dengan mesin
serut.
2. Pekerjaan merakit.
2. Pemeriksaan
Suatu kegiatan pemeriksaan terjadi apabila
benda kerja atau peralatan mengalami pemeriksaan
baik dari segi kualitas maupun segi kuantitas. Lambang
ini digunakan jika melakukan pemeriksaan terhadap
suatu objek atau membandingkan objek tertentu dengan
suatu stndar.
Contohnya:
1. Membaca alat ukur tekanan uap pada suatu
mesin uap.
2. Mengukur warna benda.
3. Transportasi
Suatu kegiatan transportasi terjadi apabila benda
kerja atau perlengkapan mengalami perpindahan
tempat dan bukan merupakan bagian dari suatu
operasi.
Contohnya:
1. Benda kerja dipindahkan dari lantai bawah ke
lantai atas.
4. Menunggu
Proses menunggu terjadi apabila benda kerja,
pekerja atau perlengkapan tidak mengalami kegiatan
apa-apa selain menunggu (biasanya sebentar).
Contohnya:
1. Bahan menunggu untuk diangkut ke tempat
lain.
2. Peti menunggu untuk dibongkar.
5. Penyimpanan
Proses penyimpanan terjadi apabila benda kerja
disimpan untuk jangka waktu yang cukup lama. Jika
Contohnya:
1. Dokumen-dokumen/catatan-catatan disimpan
dalam brankas.
2. Bahan baku disimpan dalam gudang.
3. Aktivitas Gabungan (Operasi dan Inspeksi)
Studi Gerakan
Studi gerakan adalah analisis yang dilakukan
terhadap beberapa gerakan bagian tubuh pekerja dalam
menyelesaikan pekerjaannya. Dengan demikian
diharapkan agar gerakan-gerakan yang tidak perlu
dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sehingga akan
diperoleh penghematan baik dalam bentuk tenaga,
waktu kerja maupun dana.
Therblig
Suatu pekerjaan yang utuh dapat diuraikan
menjadi gerakan-gerakan dasar. Gerakan ini
dikembangkan oleh Gilberth dan Lilian dan sekarang
kita kenal dengan nama Therbligh, yang terdiri dari 17
elemen gerakan dasar. Adapun 17 elemen gerakan
tersebut, yaitu :
2. Memilih (Select)
Memilih merupakan gerakan untuk menemukan
suatu objek yang tercampur. Tangan dan mata
merupakan dua bagian tubuh yang digunakan untuk
melakukan gerakan ini. Gerakan memilih merupakan
gerakan yang tidak efektif sehingga sedapat mungkin
elemen gerakan ini dihilangkan.
3. Memegang (Grasp)
Therbligh ini merupakan gerakan untuk
memegang objek, biasanya didahului oleh gerakan
menjangkau dan dilanjutkan oleh gerakan membawa.
Elemen gerakan ini merupakan gerak yang efektif dari
suatu pekerjaan.
4. Menjangkau (Reach)
Menjangkau adalah gerakan tangan berpindah
tempat tanpa beban, baik gerakan mendekati maupun
PSK dan Ergonomi Industri 142
menjauhi objek. Gerakan ini biasanya didahului oleh
gerakan melepas dan diikuti oleh gerakan memegang.
Gerakan ini dimulai pada saat tangan mulai berpindah
dan berakhir bila tangan sudah berhenti.
5. Membawa (Move)
Elemen gerak membawa juga merupakan gerak
perpindahan tangan, hanya dalam gerakan ini tangan
dalam keadaan terbebani. Gerakan membawa biasanya
didahului oleh gerakan memegang dan dilanjutkan oleh
gerakan melepas atau dapat juga oleh pengarahan
(position).
8. Mengarahkan (Position)
Therbligh ini merupakan gerakan mengarahkan
suatu objek pada suatu lokasi tertentu. Mengarahkan
biasanya didahului oleh gerakan mengangkut dan biasa
diikuti oleh gerakan merakit (assembling ).
2. Standar Data
3. Predetermined Motion Time Study
Stopwacth Time Study dan Work Sampling adalah cara
pengukuran kerja secara langsung. Keduanya umum
diaplikasikan guna menetapkan waktu standar ataupun
mengukur kondisi kerja yang tidak produktif.
Keterangan:
pi = persentase produktif di hari ke-i
ni = jumlah pengamatan yang dilakukan pada
hari ke-i
k = harga indeks besarnya tergantung pada
tingkat kepercayaan
n = rata-rata jumlah pengamatan keseluruhan
Display
Display merupakan bagian dari lingkungan yang
perlu memberi informasi kepada pekerja agar tugas-
tugasnya menjadi lancar. Arti informasi disini cukup
luas, menyangkut semua rangsangan yang diterima
oleh indera manusia baik langsung maupun tidak
langsung. Contoh dari display diantaranya adalah jarum
speedometer, keadaan jalan raya memberikan informasi
langsung ke mata, peta yang menggambarkan keadaan
suatu kota. Jalan raya merupakan contoh dari display
langsung, karena kondisi lingkungan jalan bias langsung
diterima oleh pengemudi. Jarum penunjuk speedometer
merupakan contoh display tak langsung karena
kecepatan kendaraan diketahui secara tak langsung
melalui jarum speedometer sebagai pemberi atau
perantara informasi.
1. Display Umum
Diantaranya mengenai aturan kepentingan umum,
contohnya display tentang kebersihan dan kesehatan
lingkungan, Jagalah Kebersihan.
2. Display Khusu
Diantaranya mengenai aturan keselamatan kerja
khusus (misalnya dalam industri dan pekerjaan
konstruksi), contohnya Awas Tegangan Tinggi.
1. Display Kualitatif.
Display yang merupakan penyederhanaan dari
informasi yang semula berbentuk data numerik, dan
untuk menunjukkan informasi dari kondisi yang
berbeda pada suatu sistem, contohnya: informasi
2. Display Kuantitatif.
Display yang memperlihatkan informasi numerik,
(berupa angka, nilai dari statu variabel) dan biasanya
disajikan dalam bentuk digital ataupun analog untuk
statu visual display. Analog Indikator: Posisi jarum
penunjuknya searah dengan besarnya nilai atau
sistem yang diwakilinya, analog indikator dapat
ditambahkan dengan menggunakan informasi
kualitatif (misal merah berarti berbahaya).
3. Display Representatif.
Display Representatif, biasanya berupa sebuah
Working Model atau Mimic Diagram dari suatu
mesin, salah satu contohnya adalah diagram sinyal
lintasan kereta api.
Ketajaman Penglihatan
Ketajaman penglihatan (visus) dipergunakan untuk
menentukan penggunaan kacamata. Visus penderita
bukan saja memberi pengertian tentang optiknya (kaca
mata) tetapi mempunyai arti yang lebih luas yaitu
memberi keterangan tentang baik buruknya fungsi mata
PSK dan Ergonomi Industri 180
keseluruhan. Pemeriksaan tajam penglihatan
merupakan pemeriksaan fungsi mata. Gangguan
penglihatan memerlukan pemeriksaan untuk
mengetahui sebab kelainan mata yang mengakibatkan
turunnya tajam penglihatan. Tajam penglihatan perlu
dicatat pada setiap mata yang memberikan keluhan
mata. Pemeriksaan ketajaman penglihatan dapat
dilakukan dengan menggunakan Optotype Snellen,
kartu Cincin Landolt, kartu uji E, dan kartu uji
Sheridan/Gardiner. Tajam penglihatan dan penglihatan
kurang dibagi dalam tujuh kategori.
Adapun penggolongannya adalah sebagai berikut:
1. Penglihatan normal, pada keadaan ini penglihatan
mata adalah normal dan sehat.
2. Penglihatan hampir normal : Tidak menimbulkan
masalah yang gawat, akan tetapi perlu penyebabnya.
Mungkin suatu penyakit masih dapat diperbaiki.
3. Low vision sedang : Dengan kacamata kuat atau
kaca pembesar masih dapat membaca dengan
cepat.
4. Low vision berat : Masih mungkin orientasi dan
mobilitas umum akan tetapi mendapat kesukaran
pada lalu lintas dan melihat nomor mobil. Untuk
Pengertian Biomekanika
Biomekanika berasal dari dua kata yaitu bios
yang artinya hidup dan mechonos yang artinya gaya.
Jadi, biomekanika adalah ilmu yang mempelajari
tentang gaya yang bekerja pada tubuh. Biomekanika
juga merupakan ilmu yang membahas aspek-aspek dari
gerakangerakan tubuh manusia dan kombinasi antara
keilmuan mekanika, antropometri, dan dasar ilmu
kedokteran (biologi dan fisiologi). Menurut Caffin dan
Anderson (1984), occupational biomechanics adalah
ilmu yang mempelajari hubungan antara pekerja dan
peralatannya, lingkungan kerja, dan lain-lain untuk
meningkatkan performansi dan meminimisasi
kemungkinan cedera. Menurut Adrian Et Al (1989),
gerakan biomekanik merupakan ilmu yang menyelidiki,
menggambarkan dan menganalisis beberapa gerakan
manusia. Gerakan biomekanik ini diharapkan
mendapatkan gerakan yang efisien.
1. Sistem Lever I
Contoh lever I adalah posisi mempertahankan
kepala tetap tegak, dimana levernya adalah tengkorak.
Atlanto-occipital joint sebagai fulcrum (axis),
kontraksi/aktivitas otot extensor leher untuk
mempertahankan posisi kepala tetap tegak merupakan
gaya (F), dan resistennya adalah gaya berat dari kepala
bagian anterior.
dimana:
H : Jarak horisontal antara tangan yang mengangkat
beban dan titik tengah antara pergelangan kaki.
V : Jarak vertikal (ketinggian) tangan dari lantai.
D : Jarak perpindahan vertikal antara asal dan tujuan
pengangkatan.
F : Rata-rata frekuensi pengangkatan yang dilakukan
setiap menit
Fmax : Frekuensi maksimum pengangkatan yang dapat
ditopang (dari tabel NIOSH).
1. Frekuensi
Dari beberapa penelitian, ditemukan bahwa
kenaikan frekuensi berpengaruh secara signifikan
terhadap beban yang bisa diangkat. Salah satu studi
menyatakan bahwa beban yang diangkat turun sekitar
29% bila frekuensi naik dari 1 menjadi 12 angkatan per
menit. Pengaruh dari perbedaan frekuensi ini juga lebih
besar dari pengaruh perbedaan ukuran barang yang
diangkat.
3. Jarak Vertikal
Makin besar jarak vertikal angkatan, makin
rendah berat beban yang bisa diangkat.
PSK dan Ergonomi Industri 199
4. Tipe Angkatan
Dalam rumus NIOSH yang baru yang
dikembangkan sejak tahun 1991, tipe angkatan
merupakan salah satu variabel yang ada. Tipe angkatan
yang dimaksud adalah simetri dan tidak simetrinya
angkatan yang dilakukan. Bila suatu angkatan
membentuk sudut antara awal angkatan dan akhir
angkatan, maka dikatakan bahwa angkatan tersebut
adalah jenis asimetri. Makin besar sudut ini, makin kecil
pula beban yang bisa diangkat. Dalam banyak
penelitian, faktor ini merupakan faktor yang signifikan
dalam menentukan MAWL.
RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
Keterangan:
RWL : Batas beban yang direkomendasikan
LC : Konstanta pembebanan(Lifting Constant) = 23 kg
HM : Faktor pengali horizontal (Horizontal Multiplier) =
25/H
dimana H dalam centimeter.
DM : Faktor pengali perpindahan (Distance Multiplier) =
0,82 + 4,5/D
dimana D dalam centimeter.
AM : Faktor pengali asimetrik (Asymetric Multiplier) = 1
(0,0032 A)
dimana A dalam derajat.
FM : Faktor pengali frekuensi (Frequency Multiplier)
CM : Faktor pengali kopling (Coupling Multiplier)
VM : Faktor pengali vertikal (Vertikal Multiplier) = (1-
(0,003|V-75|))
PSK dan Ergonomi Industri 204
dimana V dalam centimeter.