Buku Ajar P3 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI ............................................................................................ 3
BAB 1
PILAR-PILAR EKONOMI KREATIF ........................................................... 4
BAB 2
DESAIN INDUSTRI .................................................................................. 12
BAB 3
DESAIN PRODUK DAN MANAJEMEN KUALITAS ....................................14
BAB 4
MANAJEMEN KUALITAS ........................................................................ 23
BAB 5
PERENCANAAN PRODUK INDUSTRI KERAJINAN DI JAWA TIMUR ......... 32
BAB 6
METODOLOGI DESAIN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL ........................... 54
DAFTAR USTAKA ................................................................................... 73
Buku Ajar P3 2
BAB 1
PILAR-PILAR EKONOMI KREATIF
Ekonomi Kreatif dan Industri Kreatif di Indonesia
mulai sering diperbincangkan kira-kira di awal tahun 2006.
Dari pihak pemerintah sendiri, melalui menteri perdagangan
RI, Dr Mari Elka Pangestu pada tahun 2006 meluncurkan
program Indonesia Design Power di jajaran Departemen
Perdagangan RI, suatu program pemerintah yang diharapkan
dapat meningkatkan daya saing produk-produk Indonesia
dipasar domestik maupun ekspor. Program ini terus bergulir
dengan dicanangkannya tahun 2009 (Inpres No.6/2009)
sebagai Tahun Indoneia Kreatif oleh Presiden SBY yang
ditandai dengan penyelenggaraan pameran virus kreatif -
mencakup 14 sub-sektor industri kreatif - dan pameran
pangan nusa 2009 mencakup kreativitas industri pangan
Indonesia oleh UKM. Secara serentak dimulai pula
Pembuatan PORTAL Ekonomi Kreatif Indonesia, pembuatan
data eksportir, importir, para pengusaha, kalangan asosiasi
dan para pelaku industri kreatif serta lembaga pendidikan
formal/non-formal berikut pembuatan cetak biru Rencana
Pengembangan Industri Kreatif Nasional 2025.
Buku Ajar P3 3
Presiden RI di pembukaaan Pameran Pekan Budaya Indonesia
baru-baru ini di Jakarta, yang tengah bersiap-siap
menyambut era Ekonomi Kreatif ini, dimana kepala negara
menyebutnya sebagai ekonomi gelombang ke-4. Dalam hal
ini presiden kita mungkin terilhami oleh pendapat futurolog
Alvin Toffler (1980) yang dalam teorinya telah melakukan
pembagian peradaban ekonomi kedalam tiga gelombang,
yaitu pertama, sebagai gelombang ekonomi pertanian.
Kedua, gelombang ekonomi industri. Ketiga, adalah
gelombang ekonomi informasi. Setelah itu Toffler
memprediksikan gelombang keempat sebagai gelombang
ekonomi kreatif yang lebih berorientasi pada ide atau
gagasan kreatif.
Buku Ajar P3 4
dimaksud dengan gagasan disini adalah karya orisinal dan
dapat diproteksi oleh HAKI. Sebagai contoh adalah penyanyi,
aktor dan artis, pencipta lagu, atau pelaku riset di bidang
mikrobiologi yang sedang meneliti varietas unggul bibit
tanaman yang belum pernah ditemukan. Ditandaskan pula
oleh ahli ekonomi Paul Romer (1993), bahwa ide adalah
barang ekonomi yang sangat penting, lebih penting dari
objek yang sering ditekankan di kebanyakan model dan
sistem ekonomi. Di dunia yang mengalami keterbatasan fisik
ini, adanya penemuan ide-ide besar, yang juga diiringi oleh
jutaan ide-ide kecil telah menjadikan ekonomi tetap tumbuh
secara dinamis. Konsep
Buku Ajar P3 5
individu-individu yang secara khusus bergelut dibidang
kreatif dan mendapat faedah ekonomi secara langsung dari
aktivitas tersebut. Maka tempat di kota-kota yang mampu
menciptakan produk-produk baru inovatif tercepat, dapat
dipastikan sebagai pemenang kompetisi di era ekonomi
kreatif ini.
Pendapat senada juga diutarakan oleh Robert Lucas,
pemenang Nobel dibidang ekonomi, yang mengatakan
bahwa kekuatan yang menggerakkan pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi kota atau daerah dapat dilihat dari
tingkat produktivitas klaster orang-orang bertalenta dan
kreatif yang mengandalkan kemampuan ilmu pengetahuan
yang ada pada dirinya. Dalam hal ini, ekonomi kreatif sering
dilihat sebagai sebuah konsep yang memayungi juga konsep
lain yang populer di awal abad ke-21 ini, yaitu Industri
Kreatif. Industri kreatif sendiri sebenarnya merupakan
sebuah konsep yang telah muncul lebih dahulu sebelum
munculnya konsep ekonomi kreatif. Tercatat istilah industri
kreatif sudah muncul pada tahun 1994 dalam Laporan
Creative Nation yang dikeluarkan Australia. Namun istilah
ini benar-benar mulai terangkat pada tahun 1997 ketika
Department of Culture, Media, and Sport (DCMS) United
Kingdom mendirikan Creative Industries Task Force. Definisi
industri kreatif menurut DCMS Creative Industries Task Force
(1998), adalah Creative Industries as those industries which
have their origin in individual creativity, skill & talent, and
which have a potential for wealth and job creation through
the generation and exploitation of intellectual property and
content. Definisi DCMS inilah yang menjadi acuan definisi
industri kreatif di Indonesia seperti yang tertulis dalam Buku
Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia
2009-2015 yang dikeluarkan Kementerian Perdagangan RI
(2008) sebagai berikut: Industri kreatif yang berasal dari
Buku Ajar P3 6
pemanfaatan kreativitas, ketrampilan serta bakat individu
untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan
melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya
cipta individu tersebut.
Buku Ajar P3 7
serta memiliki nilai estetika seni dan sejarah yang tinggi
melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan dan internet,
meliputi barang-barang musik, percetakan, kerajinan,
automobile, dan film;
Buku Ajar P3 8
8) Permainan Interaktif (game): kegiatan kreatif yang
berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan
komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan
edukasi. Sub-sektor permainan interaktif bukan didominasi
sebagai hiburan semata-mata tetapi juga sebagai alat bantu
pembelajaran atau edukasi;
Buku Ajar P3 9
pengolahan data, pengembangan database, pengembangan
piranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem,
desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti lunak
dan piranti keras, serta desain portal termasuk
perawatannya;
Buku Ajar P3 10
tahun 1996 ekspor karya hak cipta Amerika Serikat
mempunyai nilai penjualan sebesar US$ 60,18 miliar yang
jauh melampaui ekspor sektor lainnya, seperti di bidang
industri otomotif, alat pertanian dan pesawat terbang.
Menurut Howkins, ekonomi baru telah tumbuh di
seputar industri kreatif yang dikendalikan oleh hukum
kekayaan intelektual, seperti paten, hak cipta, merek, royalti
dan desain. Dengan demikian, ekonomi kreatif merupakan
pengembangan konsep yang berlandaskan sumber aset
kreatif yang telah berfungsi secara signifikan meningkatkan
pertumbuhan potensi ekonomi.
Di Indonesia sendiri, PDB industri kreatif menduduki
peringkat ke-7 dari 10 lapangan usaha utama yang ada. PDB
industri kreatif saat ini masih didominasi oleh kelompok
fesyen, kerajinan, periklanan, desain, animasi, film, video dan
fotografi, musik, serta permainan interaktif. Agaknya
Indonesia perlu terus mengembangkan industri kreatif
dengan alasan bahwa industri kreatif telah memberikan
kontribusi ekonomi yang signifikan. Selain itu, industri kreatif
menciptakan iklim bisnis yang positif dan membangun citra
serta identitas bangsa. Di pihak lain, industri kreatif berbasis
pada sumber daya yang terbarukan, menciptakan inovasi dan
kreativitas yang merupakan keunggulan kompetitif suatu
bangsa serta memberikan dampak sosial yang positif.
Maka agar pengembangan ekonomi kreatif ini
menjadi optimal dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,
pengembangannya perlu dilakukan secara sistemik yang
memungkinkan dapat dilakukan kajian dan evaluasi secara
terpadu, terarah dan terukur. Sudah sejak lama disadari,
bahwa Indonesia memiliki potensi kekayaan seni budaya
yang beragam sebagai fondasi untuk tumbuhnya industri
kreatif. Keragaman budaya itu sendiri sebagai bahan baku
industri kreatif, yakni dengan munculnya aneka ragam
Buku Ajar P3 11
kerajinan dan berbagai produk Indonesia, yang pada
gilirannya telah memunculkan pula berbagai bakat (talent)
masyarakat Indonesia di bidang industri kreatif. Sebut saja
dalam seni tari sebagai bidang seni dan budaya - terdapat
sedikitnya kekayaan 300 gaya tari tradisional yang berasal
dari pelbagai kepulauan mulai dari Sabang sampai Merauke.
Kekayaan budaya bangsa Indonesia adalah potensi
besar dalam mendukung tumbuhnya industri kreatif
Indonesia yang saat ini memberikan kontribusi kepada
pendapatan domestik bruto nasional (PDB) senilai 104,6
triliun rupiah.
Untuk menopang prospek perkembangan tersebut,
pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif (Kemenparekraf) baru-baru ini juga telah
mengalokasikan anggaran tambahan untuk tahun 2012
sebesar 350 miliar rupiah untuk bidang ekonomi kreatif.
Tambahan tersebut membuat anggaran untuk ekonomi
kreatif naik menjadi 506,4 miliar rupiah. "Sebagaimana
dimaklumi, dengan telah diterbitkan Peraturan Menteri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor
07/HK.001/MPEK/2012 tanggal 13 Februari 2012 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Parekraf, telah
dialokasikan anggaran tambahan sebesar 350 miliar rupiah
untuk membiayai kegiatan ekonomi kreatif," begitu kata
Menparekraf, Mari Elka Pangestu, yang dikutip Kompas
(Senin, 26/3/2012). Mari Pangestu mengatakan, alokasi
anggaran tambahan tersebut antara lain untuk membiayai
kegiatan Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya
serta Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan
Iptek. Kementerian Parekraf mengusulkan pagu RAPBN-P
2012 sebesar 1,86 triliun rupiah yang di dalamnya termasuk
dari alokasi tambahan anggaran sebesar 350 miliar rupiah.
Buku Ajar P3 12
Semakin jelas bahwa hubungan antara ekonomi
kreatif dengan industri kreatif dapat dirumuskan sebagai
kegiatan ekonomi yang mencakup industri dengan kreativitas
sumber daya manusia sebagai aset utamanya untuk
menciptakan nilai tambah ekonomi. Dalam era ekonomi
kreatif, telah tumbuh kekuatan ide yang fenomenal, dimana
sebagian besar tenaga kerja kini berada pada sektor jasa atau
menghasilkan produk abstrak, seperti data, software, berita,
hiburan, periklanan, dan lain-lain. Belanja modal di Amerika
Serikat untuk teknologi informasi berlipat lebih dari tiga kali
sejak tahun 1960, dari hanya 10 persen menjadi 35 persen.
Buku Ajar P3 13
Buku, musik atau software sulit untuk dibuat, tetapi
sangat mudah digandakan, apalagi dengan kehadiran
internet. Padahal pencurian terhadap hak cipta intelektual
akan sangat mematikan inovasi.
Mencermati perkembangan ekonomi kreatif
sebagaimana dipaparkan diatas, maka perkembangan dan
pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia secara kolektif
perlu diintegrasikan kedalam sistem perekonomian Indonesia
secara utuh, sehingga Indonesia memiliki ketahanan ekonomi
sekaligus ketahanan budaya. Apa yang digambarkan oleh
Alvin Toffler tentang empat peralihan atau evolusi
gelombang peradaban ekonomi global, tidak serta-merta
harus ditelan mentah-mentah oleh bangsa kita. Terdapat
perbedaan rentang
waktu, siklus sejarah, karakteristik dan pola kesinambungan
yang berbeda, tentang apa yang terjadi di negara maju dan di
negara kita.
Tidak menjadi masalah bagi Indonesia mencermati
dan mengikuti tren perkembangan industri dan ekonomi
kreatif, apalagi terdapat fakta angka-angka kontribusi sektor
ini terhadap PDB nasional hampir mendekati 10 persen.
Namun demikian, nasib wacana ekonomi kreatif jangan
terulang seperti yang menimpa ketika menggagas sistem
ekonomi pancasila, sistem ekonomi koperasi dan bahkan
kerakyatan yang mengalami kemandekan. Dalam seting
empat gelombang peradaban ekonomi, dimanakah posisi
kemajuan peradaban ekonomi Indonesia saat ini? Apakah
Indonesia sudah mampu melampaui masing-masing tahap
tersebut dengan berhasil? Atau apakah Indonesia justru
tengah terperangkap di kancah global, tanpa dibekali
pemahaman dan kesiapan yang cukup, sehingga dalam
menanggapi pelbagai perubahan fenomena global, menjadi
reaktif? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan demikian
Buku Ajar P3 14
tentunya diperlukan analisis dan diagnosis yang cukup
panjang sehingga didapat gambaran yang benar tentang
perubahan yang tengah terjadi.
Yang jelas di era globalisasi, suatu perubahan dalam
tata-hubungan atau konektivitas telah mengubah cara kita
untuk bertukar informasi, berproduksi, berdagang, dan
berkonsumsi dari produk-produk budaya dan teknologi dari
berbagai tempat di dunia. Dunia menjadi tempat yang sangat
dinamis dan kompleks, sehingga kreativitas dan pengetahuan
menjadi suatu aset yang tak ternilai dalam kompetisi dan
pengembangan ekonomi. Kemunculan konsep ekonomi
kreatif di era globalisasi ini, telah menarik minat berbagai
negara untuk menggunakan konsep ini sebagai model
pengembangan ekonomi, termasuk di Indonesia.
Sebelum lebih jauh masuk kedalam model
pengembangan ekonomi kreatif, ada baiknya kita menengok
kembali undang-undang konstitusi kita sebagai rambu, yaitu
Pasal 33 UUD 1945 dimana dikemukakan bahwa sistem
perekonomian Indonesia ditujukan untuk mewujudkan
kedaulatan rakyat dalam bidang ekonomi. Dengan tiga
prinsip dasar - sering disebut sebagai ekonomi kerakyatan -
adalah sebagai berikut: (1) perekonomian disusun sebagai
usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan; (2)
cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara;
dan (3) bumi, air, dan segala kekayaan yang terkandung
didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Berdasarkan ketiga prinsip tersebut dapat disaksikan
betapa sangat besarnya peran negara dalam menunjang
suatu sistem ekonomi yang berbasis pada kegiatan ekonomi
masyarakat luas. Sebagaimana tercermin pada Pasal 27 ayat
2 dan Pasal 34, peran negara dalam sistem ekonomi
Buku Ajar P3 15
kerakyatan antara lain meliputi lima hal sebagai berikut: (1)
mengembangkan koperasi; (2) mengembangkan BUMN; (3)
memastikan pemanfaatan bumi, air, dan segala kekayaan
yang terkandung didalamnya bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat; (4) memenuhi hak setiap warga negara
untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak;
dan (5) memelihara fakir miskin dan anak terlantar.
Pada prinsipnya, ekonomi apapun model dan
sistemnya - termasuk dalam membangun infrastruktur sistem
ekonomi kreatif berbasis ide - seyoyanya tidak boleh
menegasikan kehidupan sosial dalam berbagai bentuknya.
Dalam usulan tata ekonomi-politik masyarakat baru di
Indonesia, upaya jalan pintas telah banyak diajukan untuk
mengatasi ketidak pastian yang diakibatkan oleh gelombang
perubahan global, diantaranya upaya menyandingkan
ekonomi kerakyatan dan ekonomi pasar dalam satu tarikan
napas, sebagai solusi untuk mengurangi kesenjangan kaya-
miskin sekaligus menciptakan distribusi sumber daya yang
berkeadilan sosial.
Agaknya kereta "baru" yang digagas oleh para elit
pemerintahan itu, seperti biasa, akan berjalan tersendat.
Dalam tataran konsep, menyatukan kedua sistem tersebut,
sama artinya dengan ambisi ingin menyatukan air dengan
minyak. Harus diakui, banyak hal yang positif yang dapat
diambil dari sistem kapitalisme, efisiensi pasar misalnya,
begitu juga hal-hal positif dari sistem sosialisme, seperti
akses dan kendali semua orang atas sumber daya.
Diharapkan buah hasil cangkokan itu adalah pasar yang
berkeadilan sosial dapat terwujud. Di Uni Eropa, khususnya
Jerman telah mengoreksi ekonomi pasar yang
memperhitungkan dimensi sosial yang kemudian sering
disebut sebagai sistem ekonomi pasar sosial (hibrida). Koreksi
ini dinilai lebih rasional dibandingkan dengan ekonomi
Buku Ajar P3 16
kerakyatan yang hanya berjalan di atas kertas. Jerman adalah
jangkar Uni Eropa dengan mata uang lokal (DM) paling kuat
sebelum menyatukan mata uangnya dalam zona Euro.
Peletak teori ekonomi pasar sosial, Alfred Mueller-
Armack (1956), tidak bermaksud membuat cangkokan seperti
para penganjur ekonomi kerakyatan. Dalam pandangan
ekonom, sosiolog, dan anggota Partai Kristen Demokrat
Jerman (CDU) - partai penganjur keutamaan pasar -
persaingan harus menjadi prinsip utama dalam pengelolaan
ekonomi masyarakat. Untuk konteks Indonesia, akan lebih
mudah difahami jika ekonomi kerakyatan pada kadar
tertentu disebut saja sebagai ekonomi pasar sosial, sehingga
penjelasannya dilandasi oleh adanya keberhasilan bukti
empiris sebagaimana terjadi di Jerman. Ide ekonomi pasar
sosial dibangun di atas keutamaan ekonomi pasar yang
kompetitif, saat inisiatif bebas setiap orang di bidang
ekonomi yang dipilihnya termasuk kiprahnya dalam industri
kreatif - secara bebas dijamin. Untuk itu, diperlukan kerangka
kelembagaan (rahmenordnung) yang secara jelas menjamin
persaingan.
Pada titik ini, pada kadar tertentu, ada kemiripan
usulan kelembagaan Mueller-Armack dengan yang sering
diajukan ekonom muda asal Unversitas Hasanudin M
Syarkawi Rauf, yang juga pengamat moneter Internasional.
Yaitu perlunya dibangun Kerangka kelembagaan untuk
menjamin pencapaian aktualisasi pribadi dalam seluruh
bidang kemajuan masyarakat dalam hal ini tentunya juga
adalah industri kreatif - di sisi yang lain membentuk sistem
perlindungan sosial untuk lapisan yang secara ekonomi
dianggap lemah. Campur tangan negara harus taat asas
dengan sistem ekonomi pasar termasuk diantaranya
penciptaan pendapatan yang sesuai dengan mekanisme
pasar.
Buku Ajar P3 17
Dengan demikian tujuan sosial harus melalui
kebijakan yang "taat pasar" (marktkonforme), yaitu adanya
suatu perlindungan sosial tidak boleh dicapai dengan
mengganggu mekanisme harga dalam sistem pasar. Berikut
contoh lainnya, yakni kebijakan yang baru-baru ini ramai
dibicarakan dan mirip dengan kebijakan ekonomi pasar
sosial. Perlindungan warga miskin akibat pencabutan subsidi
BBM tidak boleh mengganggu mekanisme pasar dalam
penentuan harga BBM. Subsidi BBM harus dicabut karena
tidak sesuai dengan mekanisme pasar dan tidak efisien.
Namun demikian rakyat yang paling miskin serentak perlu
mendapat bantuan yang terdefinisi dan tepat sasaran untuk
memperoleh BBM dengan harga yang relatif terjangkau yang
implementasinya tidak diperlakukan secara pukul- rata.
Kebijakan dalam soal air misalnya, harga air yang terjangkau
orang miskin tidak boleh menganggu prinsip cost recovery
dalam pengadaan air secara keseluruhan.
Dalam ekonomi pasar sosial, privatisasi PDAM dan
prinsip harga air ala pasar tetap harus dijalankan. Bagaimana
dengan ekonomi kerakyatan? Ruang politik ekonomi bangsa
Indonesia ini, seringkali menempatkan ekonomi kerakyatan
pada sebelah kiri spektrum. Karena kapitalisme dalam
produksi sosial diyakini berpotensi memarginalkan kehidupan
ekonimi sebagian besar masyarakat. Ekonomi kerakyatan
sering dianggap menjadi "penawar" bagi "racun" kapitalisme
yang sudah menjadi fakta empiris di Indonesia yang sulit
diganggu-gugat lagi. Persoalan ini perlu dilihat tidak dengan
pendekatan ekonomistis semata. Dalam fakta sejarah dan
praktik politik dI negeri ini, wujud dan isi ekonomi kerakyatan
lebih sering merupakan buah pertarungan ide dan kebijakan.
Karena itu pula, ekonomi kerakyatan yang kerapkali
dicontohkan antara lain dengan koperasi, sektor ril dan usaha
informal yang diyakini baik bagi rakyat sulit sekali
Buku Ajar P3 18
berkembang. Sayangnya gambaran tentang dunia
perkoperasian pun tidak selalu menggembirakan. Misalnya
gambaran muram yang dimuat koran Republika akhir -akhir
ini meski tidak berpretensi memvonis gambaran
perkoperasian secara umum - yang dilukiskan oleh Leonardus
Saiman, dosen Program Pascasarjana Institut Bisnis dan
Informatika Indonesia (IBII), menurutnya ada lima faktor yang
mempengaruhi keterbelakangan koperasi itu yang
sebenarnya sudah menjadi gambaran klasik - yaitu mutu
sumber daya manusia (SDM) baik anggota, pengurus,
pengelola maupun pengawas.
Faktor lainnya, yakni permodalan yang minim, tidak
memiliki teknologi informasi andal, kurang berorientasi
global, tidak bersedia melakukan upaya merger atau
konsolidasi. Kelemahan di sisi yang lain, koperasi Indonesia
tidak maju karena senantiasa dibantu oleh kementerian.
"Karena sudah terlanjur ada Kementerian Koperasi dan
UMKM beserta dinas dan sub-dinas dibawahnya, sehingga
koperasi Indonesia justru tidak menjadi dewasa, yaitu
koperasi senantiasa disuapi dan dimanjakan oleh
kementerian yang menaunginya, padahal usia koperasi di
Indonesia sudah lebih dari satu abad.
Untuk menanggulangi keterbelakangan koperasi
Indonesia, perlu dilakukan beragam upaya, diantaranya
adalah perbaikan mutu SDM, penguatan permodalan
koperasi oleh anggota dan pemerintah dengan bunga
kompetitif, visi - misi dan tujuan koperasi harus diarahkan
pada koperasi peringkat dunia, ketegasan pemerintah agar
mencabut koperasi yang tidak menjalankan jatidiri koperasi,
regulasi perkoperasian harus dilakukan penyesuaian dengan
lintas bisnis modern, paradigma baru manajemen koperasi,
penguatan kelembagaan koperasi, bantuan diklat dan
kewirausahaan bagi koperasi pemula agar kreatif dan
Buku Ajar P3 19
inovatif, serta sistem manajemen yang profesional. Dengan
demikian, jika koperasi berhasil dibenahi - baik di kancah
bisnis maupun di bidang pendidikan - maka pengembangan
ekonomi kreatif secara kelembagaan pilarnya dapat
diletakkan dalam kerangka ekonomi kerakyatan dan koperasi
ini.
Sebetulnya ekonomi kerakyatan dan koperasi dapat
tumbuh dan berkembang dalam kerangka mekanisme pasar.
Namun semuanya perlu dibangun dalam suasana
keterbukaan dalam mekanisme pasar yang bersaing secara
sehat. Ekonomi kerakyatan - termasuk industri dan ekonomi
kreatif - perlu ditempatkan sebagai salah satu bentuk
operasionalisasi dari Sistem Ekonomi Pasar dan bukan
merupakan salah satu sistem ekonomi. Output-nya
berbentuk kapitalis kecil modern yang selalu mengutamakan
peningkatan efisiensi, produktivitas dan daya saing. Bersama
pemerintah, kapitalis kecil ini kemudian menciptakan basis
pemerataan aset ekonomi melalui instrumen kebijakan
publik, pajak dan pemberian subsidi seperti BLT. Negara yang
kaya tetapi banyak orang miskin ini terlalu ruwet untuk
ditangani hanya oleh sebuah aliran pemikiran. Diharapkan di
masa mendatang, berbagai kelompok kian berani tampil,
percaya diri, dan terbuka.
Perdebatan aneka kutub pemikiran akan
menentukan mutu gagasan negara kesejahteraan, sosial-
demokrasi, atau kecenderungan abstraksi lain dalam label
jalan alternatif ketiga. Kebiasaan cangkok-mencangkok
pemikiran, yang sering berlawanan dengan ide logisnya
seringkali malah mengeruhkan kejernihan berfikir dan
seyogyanya pelan-pelan mulai dikurangi. Begitu pula
demokrasi ekonomi dapat diletakkan dalam kerangka definisi
baru atas peran pasar, negara, dan komunitas an sich,
sehingga ekonomi kerakyatan menemukan jawaban atas
Buku Ajar P3 20
koreksi ekonomi pasar yang hingga saat ini tampaknya masih
berlangsung. Dalam pola pembangunan bangsa ini,
pemerintah memberi rangsangan bagi pengusaha dan
kelompok masyarakat untuk maju berperan serta dalam
pembangunan. Begitu pula para pengusaha dan kelompok
masyarakat mengambil prakarsa merintis kerja sama
menunjang proses pembangunan. Dalam hal ini, ekonomi
kerakyatan akan terjebak menjadi konsep yang normatif bila
tanpa disertai wawasan tentang bagaimana cara
mencapainya.
Karena sulit mendefinisikan ekonomi kerakyatan,
maka pelaku bisnis akan lebih mudah mengerti dengan
melihat contoh. Beberapa orang menyebut ekonomi informal
sebagai contoh ekonomi kerakyatan. Namun ekonomi
informal pun belum terdefinisikan dan terdeskripsikan
dengan baik, jika hanya menunjuk pedagang kaki lima saja
sebagai contoh ekonomi informal. Malah akhirnya ekonomi
informal dipersepsikan sebagai ekonomi yang tidak
membayar pajak. Tentunya tidak harus sesederhana itu
untuk menggambarkannya. Contoh lain dari ekonomi
kerakyatan adalah koperasi.
UU 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
disebutkan bahwa koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi
dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasar atas asas kekeluargaan. Pertanyaannya adalah
mengapa koperasi sulit sekali berkembang padahal hal
tersebut konon memang baik bagi rakyat Indoensia? Tidak
ada perbedaan subtantif antara koperasi dan firma dalam
meraih keuntungan. Ekonomi kerakyatan perlu diredefinisi
dan terus diperjuangkan tidak hanya untuk meningkatkan
kesejahteraan, tetapi yang lebih penting adalah pemerataan
Buku Ajar P3 21
terhadap akses dan pembagian sumber daya secara adil,
efisien dan terukur.
Sehingga dalam pengembangan ekonomi kreatif
dalam kelembagaan koperasi tidak menjadi kontra-kreatif,
sehingga kreativitas menjadi rawan terpasung, karena model
kelembagaannya tidak kondusif untuk aktualisasi diri para
pelaku ekonomi tersebut. Sehingga apa yang didefinisikan
oleh pemerintah tentang industri kreatif, yaitu industri-
industri yang mengandalkan kreativitas individu,
keterampilan serta talenta yang memiliki kemampuan
meningkatkan taraf hidup dan penciptaan tenaga kerja
melalui penciptaan gagasan dan eksploitasi HAKI, secara
implementatif dapat berjalan dengan baik, tidak malah
menjadi konsumsi publik yang kontra produktif dan hanya
sebagai komoditas kampanye pilpres atau pilkada yang akan
marak dalam waktu yang tidak lama lagi. Kita boleh berharap
kepada presiden baru terpilih 2014, yang akan membawa
bahtera ke pelabuhan berikutnya, tidak begitu penting apa
nama pelabuhan tersebut, namun yang paling pokok adalah
bagaimana agar kepentingan rakyat banyak terwadahi di
dalamnya.
Dengan demikian, "ekonomi kerakyatan berbasis
SDM kreatif dan inovatif" dapat berjalan dan menemukan
arah yang benar serta diberkati oleh Allah SWT. Akhirul kata,
rekan-rekan Binusian tercinta, tulisan dengan topik diatas
sengaja kami angkat, mengingat perhatian masyarakat
terhadap tema ini semakin besar, bahkan salah seorang
rekan Binusian kita tengah mempersiapkan diri untuk
mengikuti program doktor atas biaya pemerintah Australia
dengan topik Analisis dan Kajian yang Berkenaan dengan
Ekonomi Kreatif. Dalam hal ini, kami sekedar urun rembuk
memberikan semangat agar yang bersangkutan kelak
menghasilkan karya disertasi yang bermanfaat bagi
Buku Ajar P3 22
masyarakat, bangsa dan negara, khususnya kejayaan
INDONESIA. Amin.
Buku Ajar P3 23
BAB 2
Desain Industri
Buku Ajar P3 24
barang mewah lainnya; atau mulai dari produk-produk
rumah tangga, mainan, perabotan dan peralatan elektronika
hingga mobil dan struktur arsitektur; mulai dari desain tekstil
hingga peralatan olahraga.
Desain Industri juga merupakan hal yang penting dalam
hubungannya dengan kemasan, tempat/ wadah dan
penampilan/bentuk luar dari suatu produk.
Secara umum, suatu desain industri dapat berupa:
Fitur tiga dimensi, seperti bentuk dari sebuah produk.
Fitur dua dimensi, seperti ornamen, pola, garis dan
warna dari suatu produk; atau
Kombinasi dari satu atau lebih fitur tersebut
Buku Ajar P3 25
Dapatkah desain industri dilisensikan?
Desain Industri dilisensikan ketika pemiliki desain
(pemberi lisensi) memberikan ijin kepada pihak lain
(pemegang lisensi) untuk menggunakan desain untuk suatu
tujuan yang disetujui bersama. Dalam kasus seperti itu,
sebuah kontrak lisensi biasanya ditandatangani oleh kedua
pihak yang menjelaskan jangka waktu dan lingkup dari
persetujuan yang dibuat.
Kontrak lisensi biasanya meliputi batasan-batasan negara
dimana pemegang lisensi boleh mempergunakan desain yang
dimaksud, berapa lama jangka waktu lisensi yang diberikan
dan jenis produk yang dilisensikan. Untuk melisensikan
penggunaan produk di luar negeri, anda telebih dahulu harus
memperoleh atau paling tidak telah mengajukan
permohonan perlindungan desain industri di negara yang
bersangkutan.
Pemberian wewenang kepada pihak lain untuk
menggunakan desain industri yang anda miliki melalui
kontrak lisensi akan membuka kemungkinan bagi bisnis anda
memperoleh sumber pendapatan tambahan dan merupakan
cara yang umum untuk memanfaatkan eksklusivitas
perusahaan atas desain yang didaftarkan.
Persetujuan untuk melisensikan desain industri biasanya
tercakup dalam persetujuan lisensi yang lebih luas, yang
meliputi semua aspek (misalnya, tidak hanya elemen visual)
dari produk tersebut.
Apa perbedaan antara perlindungan hak cipta dengan
perlindungan desain industri bagi desain?
Di beberapa negara, undang-undang yang berlaku
memberikan perlindungan hak cipta bagi desain tertentu,
misalnya, pada desain tekstil dan kain. Tapi di sebagian besar
negara dapat diperoleh perlindungan kumulatif, (misalnya,
Buku Ajar P3 26
perlindungan hak cipta dan perlindungan desain industri)
yang dapat dimiliki secara bersamaan untuk desain yang
sama, sedangkan di beberapa negara kedua bentuk
perlindungan tersebut merupakan hal yang terpisah/ sendiri-
sendiri.Langkah pertama yang harus dilakukan sebelum
mengambil keputusan mengenai bagaimana cara terbaik
untuk melindungi desain yang dimiliki adalah dengan
memahami perbedaan antara kedua bentuk perlindungan ini.
Perbedaan utama dari kedua perlindungan tersebut adalah:
Pendaftaran
Menurut undang-undang desain industri, desain industri
biasanya harus didaftarkan oleh pemohon sebelum
terjadinya publikasi atau sebelum digunakan diberbagai
tempat setidaknya di negara dimana perlindungan untuk
desain tersebut dimintakan.
Sertifikat pendaftaran, yang diperoleh dari perlindungan
melalui undang-undang desain industri akan sangat
berguna jika terjadi suatu pelanggaran terhadap produk
yang sudah didaftarkan tersebut karena sertifikat
merupakan dasar yang kuat yang dapat digunakan untuk
menegakkan dan mempertahankan hak ekslusif yang
anda miliki.
Hak cipta dalam sebuah karya dianggap orisinil tanpa
harus adanya formalitas. Sedangkan pendaftaran tidak
diperlukan untuk memperoleh perlindungan,
pendaftaran hak cipta terdapat di beberapa negara
dimana anda dapat mendaftarkan desain anda dan
memperoleh sertifikatnya.
Lingkup Perlindungan
Hak yang diperoleh dengan adanya pendaftaran desain
industri adalah sebuah hak mutlak dalam artian bahwa
Buku Ajar P3 27
meniru secara sengaja atau tidak merupakan suatu
pelanggaran.
Untuk menegakkan hak yang dimiliki melalui undang-
undang hak cipta, pemilik hak cipta harus membuktikan
bahwa karya yang diduga telah dilanggar merupakan
sebuah tiruan langsung atau tidak langsung dari karya
yang telah dilindungi hak ciptanya.
Jenis Produk
Di sebagian besar negara, tidak semua desain dapat
dilindungi melalui hak cipta tetapi biasanya yang utama
adalah desain yang dianggap sebagai karya seni. Sedangkan
perbedaannya tidak selalu jelas, beberapa desain seperti
bentuk produk industri tidak mungkin dapat dilindungi
melalui undang-undang hak cipta, sedangkan yang lainnya,
seperti desain tekstil dapat diberikan kedua bentuk
perlindungan tersebut.
Buku Ajar P3 28
BAB 3
DESAIN PRODUK DAN
MANAJEMEN KUALITAS
Buku Ajar P3 29
2) Topik keenam akan membahas mengenai kualitas
produkas.
Yang mana tiap topik akan dilengkapi dengan latihan,
rangkuman dan tes formatif.
Buku Ajar P3 30
APA YANG DIMAKSUDKAN DENGAN PRODUK ?
Penjualan
Biaya
Arua Kas
Penjualan
I G M D
Keterangan:
I (Introduction) = tahap perkenalan
G (growth) = tahap pertumbuhan
M (Maturity) = tahap kedewasaan
D (Decline) = tahap penurunan
Buku Ajar P3 31
1. PLC (Product Life Cycle) dan Pilihan Strategi
produk baru.
Buku Ajar P3 32
(product by value analysis) yaitu mengurutkan produk dari
yang tertinggi ke yang terendah berdasarkan kontribusi niali
uang dari masing-masing produk bagi perusahaan. Analisis
tersebut juga mengurutkan kontribusi pendapatan total
tahiunan dari tiap produk, sehingga apabila kontribusi per
unit rendah mungkin akan terlihat berbeda jika tingkat
penjualannya tinggi.
1. Pemahaman Konsumen
2. Perubahan Ekonomi
3. Perubahan Sosiologis dan demografis
4. Perubahan Teknologi
5. Perubahan Politik/Peraturan
6. Perubahan yang lain seperti:
a. Praktek di pasar
b. Standar profesi
c. Supplier
d. Distributor
Buku Ajar P3 33
Pentingnya Produk Baru
Buku Ajar P3 34
b. Kemampuan yang dimiliki perusahaan untuk
merealisasikan ide. Dengan melakukan koordinasi dari
berbagai bagian yang terkait di perusahaan yang
bersangkutan.
c. Permintaan konsumen untuk menang dalam
bersaing dengan cara mengidentifikasi posisi dan manfaat
produk yang diinginkan konsumen melaului atribut tentang
produk.
d. Spesifikasi fungsional :Bagaimana suatu produk bisa
berfungsi? Dengan melalui identifikasi karakteristik
engineering produk, kemungkinan dibandingkan dengan
produk dari pesaing.
e. Spesifikasi produk : Bagaimana produk dibuat?
Melaui spesifikasi fisik seperti ukuran, dimensi.
f. Review desain: Apakah spesifikasi produk sudah
yang terbaik dalam memenuhi kebutuhan konsumen ?
g. Tes pasar: Apakah produk memenuhi harapan
konsumen ? Untuk memastikan prospek ke depannya melalui
perjualan dalam jumlah besar.
h. Perkenalan di pasar dengan memproduksi secara
masal untuk dipasarkan.
i. Evaluasi: untuk mengukur sukses atau gagal, karena
apabila gagal secara cepat bisa diganti produk lain.yang lebih
menguntungkan.
Buku Ajar P3 35
menjelaskan hubungan antara keinginan konsumen dan
produk (barang atau jasa).
Buku Ajar P3 36
dapat diproduksi dan mampu memberikan
pelayanan.
b. Tim Desain yang bertanggung jawab dalam membuat
desain produk sesuai keinginan konsumen dan sesuai
dengan kemampuan perusahaan untuk
memproduksinya.
c. Tim Rekayasa Nilai yang biasanya terbentuk dari
gabungan semua unsure yang terpengaruh yang
dikenal dengan lintas fungsional sehingga
pengembangan produk yang lebih cepat dilakukan
melalui kinerja simultan dari aspek yang beragam.
Buku Ajar P3 37
2. Desain Modular (Modular Design)
3. Adalah bagian atau komponen sebuah produk dibagi
menjadi komponen yang dengan mudah dapat ditukar
atau digantikan.
4. Computer Aided Design (CAD)
5. Adalah penggunaan sebuah computer secara interaktif
untuk mengembangkan dan mendokumentasikan sebuah
produk.
a. Computer Aided Manufacturing (CAM)
6. Adalah penggunaan teknologi informasi untuk
mengendalikan mesin.
Teknologi Virtual Realitas (Realty Virtual Technology)
7. Adalah bentuk komunikasi secara tampilan dimana
gambar menggantikan kenyataan dan biasanya pengguna
dapt menanggapi secara interaktif.
Analisis Nilai (Value Analysis)
8. Merupakan kajian dari produk sukses yang dilakukan
selama proses produksi.
Desain yang ramah lingkungan (Environtmentally Friendly
Design) Merupakan perancanagn produk yang telah
memasukkan unsure kepekaan terhadap permasalan
lingkungan yang sangat luas pada proses produksi.
Buku Ajar P3 38
PERSAINGAN BERDASAR WAKTU (TIME-BASED
COMPETITION)
Manajer operasi yang menguasai seni pengembangan produk
secara bertahap akan memenangkan persaingandari para
pesaingnya yang le\bih lambat berarti bisa desebut manajer
yang menguasai konsep persaingan berdasarkan waktu.
Adapun Pengembangan Produk secara Kontinyu dapat
digambarkan sebagai berikt:
Gambar
Product Development Continuum
Buku Ajar P3 39
- Membeli Teknologi/keahlian
- Joint Venture
- Aliansi
- Pindah ke produk yang ada
- Peningkatan produk yang sekarang
- Produk baru yang dikembangkan secara internal
DOKUMENTASI PRODUKSI
Aktifitas dalam perusahaan diusahaan agar dapat terjadi
kesinambungan maka perlu dokumentasi yangmemadai, oleh
karena itu dokumentasi produksi perlu sekali dilakukan
dalam program pengembangan produk. Adapun
dokumentasi yang lazim dilakukan antara lain:
Gambar Perakitan (Assembly Drawing) yaitu
pandangan produk yang dilepas masing-masing
komponenya biasanya melalui gambar tiga dimensi
atau isometris.
Diagram Perakitan (Assembly Chart) yaitu sebuah
grafik sebagai jalan untuk menerangkan bagaimana
komponen mengalir menjadi sub perakitan dan
akhirnya menjadi produk jadi.
Lembar Rute (Route Sheet) yaitu merupakan daftar
operasi yang dibutuhkan untuk memproduksi
komponen dengan bahan yang dirinci dalam bill of
material.
Perintah Kerja (Work Order) yaitu sebuah instruksi
untuk membuat sejumlah kuantitas produk tertentu
biasanya untuk jadwal tertentu.
Engineering Change Notices (ECN) yaitu sebuah
perbaikan atau perubahan dari gambar teknik atau
bill of material.
Buku Ajar P3 40
Manajemen Konfigurasi (Configuration Management)
yaitu suatu system dimana sebuah produk
direncanakan dan perubahan konfigurasi
diidentifikasi secara akurat sementara pengendalian
dan pertanggung jawaban suatu perubahan tetap
terjaga.
G. DESAIN JASA
Situasi dan kondisi yang ada selamanya tidak selalu sama,
demikian pula yang terjadi dalam duania bisnis. Sehingga
konsep manajemen operasional juga harus beradaptasi
dengan berbagai perubahan yang terjadi pada dunia bisnis
yang menghasilkan barang dan jasa. Untuk produk jasa
seperti perbankan, keuangan, asuransi, transportasi,
komunikasi, kesehatan dan berbagai jasa lainnya pada tahap
perancangan mempunyai tantangan tersendiri karena
karakteristiknya unik. Salah satu alasan produktifitas jasa
susah diperbaiki adalah karena desain produk jasa
memasukkan unsure interaksi konsumen. Dalam hal ini
konsumen dapat berpartisipasi dalam :
Desain jasa, misalnya dengan spesifikasi desain dapat
berupa kontrak atau penjelasan tertulis dengan foto
(seperti operasi plastik atau tata rambut).
Pengantaran jasaseperti uji tekanan jantung atau
proses melahirkan bayi.
Desain dan pengantaran jasa seperti konseling,
pendidikan tinggi, manajemen kauangan pribadi
atau menata interior.
Buku Ajar P3 41
Penyelarasan selera (customization) yang ditunda
sedapat mungkin.
Modulirize dengan menyediakan paket-paket.
Automatisasi atau mengurangi interaksi konsumen
dengan menggunakan mesin untuk mengganti tenaga
manusia.
Moment of Truthadalah saat penting antara
penyedia jasa dan konsumen yang berkesan meningkatkan
atau menurunkan harapan konsumen.
Buku Ajar P3 42
kemampuan dalam merancang dan memproduksi sehingga
perusahaan mempunyai keunggulan kompetitif.
Pada saat produk memasuki tahapan sesui PLC-nya maka
stategi yang harus diambil berubah-ubah. Untuk itu
dokumentasi produksi perlu dilakukan, demikian juga untuk
produk jasa.
Buku Ajar P3 43
4) Proses menetapkan apa keinginan pelanggan tentang
apa yang diinginkan konsumen dan menterjemahkannya
menjadi atribut bagaimana agar tiap area fungsional dapat
memahami dan melaksanakannya dikenal dengan..
A. Quality Circle
B. Quality Deployment Function
C. House of Quality
D. Quality Management
Buku Ajar P3 44
8) Berikut ini man yang termasuk tujuan dai
manufacturability dan value engineering.
A. Mengurangi kompleksitas produk.
B. Standardisasi tambahan dari komponen.
C. Perbaikan aspek fungsional produk.
D. Semua benar
Buku Ajar P3 45
Arti tingkat penguasaan yangAnda capai:
90 % - 100 % =baik sekali
80 % - 89 % =baik
70 % - 79 % =sedang
< 70 % =baik sekali
Buku Ajar P3 46
BAB 4
Manajemen Kualitas
PENGERTIAN KUALITAS
Untuk mempertahankan keberadaannya di pasar
dalam jangka panjang, maka perusahaan yang bergerak di
sektor barang maupun jasa harus berorientasi pada kualitas.
Mengapa demikian ? karena kualitas dapat diartikan sebagai
kemampuan suatu produk baik barang maupun jasa dalam
memenuhi kebutuhan konsumen. Sehingga dengan demikian
perusahaan yang
Perusahaan yang bergerak di sektor barang
menghasilkan produk nyata yang berwujud sedangkan di
sektor jasa menghasilkan produk yang merupakan pelayanan.
Dengan demikian kegiatan ekonomi yang biasanya
menghasilkan sesuatu yang wujudnya tidak nyata seperti
pendidikan, hiburan, transportasi, administrasi, layanan
keuangan, kesehatan disebut kegiatan di sektor jasa. Namun
sekarang ini kecenderungan banyak produk yang merupakan
kombinasi dari barang maupun jasa yang biasanya dikenal
dengan istilah mix service. Akan tetapi apapun jenis produk
yang dihasilkan perusahaan, sekarang ini harus memfokuskan
pada kualitas karena bagi konsumen, produk yang berkualitas
akan memberikan kepuasan sehingga kepercayaan untuk
mengkonsumsi produk tersebut akan terus menjadikan
loyalitas para konsumen akan produk tersebut
Kualitas dapat didefinisikan sebagai kecocokan atau
melebihi kebutuhan konsumen akan penggunaan produk .
Memahami kualitas produk bias dilihat dari empat dimensi ,
seperti yang digambarkan berikut ini:
Buku Ajar P3 47
Buku Ajar P3 48
Biaya yang terkait dengan pengurangan komponen atau jasa
yang rusak, contoh: peletihan, program peningkatan kualitas.
Appraisal cost
Biaya yang dikaitkan dengan proses evaluasi produk, proses,
komponen dan jasa, contoh: biay apercobaan, laboratorium,
pengujian.
failure
Biaya yang diakibatkan proses produksi yang menyebabkan
kerusakan sebelum dikirim ke konsumen, contoh: rework,
scrap, downtime.
External failure
Biaya yang terjadi setelah pengiriman produk ke konsumen,
contoh: retur, biaya social.
Buku Ajar P3 49
nyang mulai diterapkan sejak 1987 oleh ISO (International
Standart Organization) yang beranggotakan 91 negara
dengan mempublikasikan a series of quality standard.
Adapun yang telah ada diantaranya:
1. ISO 9000 yang memfokuskan standar kualitas pada
prosedur manajemen, kepemimpinan, dokumentasi
secara rinci, instruksi kerja dan pelaporan.
2. ISO 9001 : terdiri dari 2.000 komponen untuk melihat
kualitas.
3. ISO 14000 yangg memasukkan unsure standar
manajemen lingkungan yang berisi lima
elemen dasar yaitu:
a. Manajemen lingkungan
b. Auditing
c. Evaluasi kinerja
d. Pelabelan
e. Penaksiran siklus hidup
Keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan standar
kualitas tersebut diantaranya adalah:
1. Citra positif dari masyarakat dan mengurangi
eksploitasi pada pertanggung jawaban.
2. Pendekatan sistimatis yang bagus pada pencegahan
terhadap polusimelalui minimisasi dampak ekologi
pada produk dan aktifitas.
3. Memenuhi ketentuan yang berlaku dan kesempatan
memeperoleh keunggulan bersaing.
4. Mengurangi kebutuhan audit yang bermacam-
macam.
Buku Ajar P3 50
Dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan kualitas,
maka banyak peryusahaan menerapkan konsep yang dikenal
dengan TQM (Total Quality Management) yaitu Manajemen
organisasi keseluruhan yang menjadikannya unggul dalam
semua aspek produk barang dan jasa yang penting bagi
konsumen.
TQM penting karena keputusan kualitas mempengaruhi
setiap keputusan utama dalam manajemen operasional yang
dibuat. Adapun konsep ini sebetulnya mengacu pada 14
prinsip dari W. Edwards Deming yang kemudian
dikembangkan menjadi enam konsep program TQM yang
efektif
Adapun 14 Poin Deming adalah sbb:
1. Membuat tujuan yang konsisten
2. Memimpin dalam mempromosikan prubhan.
3. Membangun kualitas pda produk, menghentikan
ketergantungan pada inspeksi untuk menangkap
permasalahan.
4. Membangun hubungan jangka panjangberdasarkan
kinerja bukan pada harga.
5. Meningkatkan produk, kualitas, dan jasa secara terus
menerus.
6. Memulai pelatihan.
7. Menekankan kepemimpinan.
8. Membuang rasa takut.
9. Mendobrak batasan antar departemen.
10. Menghentikan pidato panjang lebar pada pekerja.
11. Mendukung, membantu, memperbaiki.
12. Mendobrak penghalang untuk bangga atar kinerja
masing-masing.
13. Mendidikan program pendidikan yang kuat dan
perbaikan mandiri.
Buku Ajar P3 51
14. Menempatkan orang di perusahaan untuk bekerja
pada suatu transformasi.
2. Pemberdayaan Karyawan
Adalah memperluas pekerjaan karyawan sehingga
tanggung jawab dan kewenangan tambahan
dipindahkan sedapat mungkin pada tingkat terendah
dalam organisasi.
Teknik yang digunakan termasuk:
a. membangun jaringan komunikasi yang
melibatkan karyawan.
b. Membentuk penyelia yang terbuka dan
mendukung.
c. Memindahkan tanggung jawab dari manajer dan
staf pada karyawan di bagian operasi.
d. Membangun organisasi yang memiliki moral yang
tinggi.
Buku Ajar P3 52
e. Menciptakan struktur organisasi formal sebagai
tim dan lingkaran kualitas.
3. Benchmarking
Yaitu pemilihan standar kinerja yang mewakili kinerja
terbaik sebuah proses atau aktifitas.
4. Just in Time (JIT)
JIT berkaitan dengan tiga hal yaitu:
a. JIT memangkas biaya kualitas
b. JIT meningkatkan kualitas
c. Kualitas yang lebih baik berarti persediaan yang
lebih sedikit, serta system JIT yang lebih baik dan mudah
digunakan.
5. Konsep Taguchi
Dalam konsep ini disediakan tiga hal yang bertujuan
memperbaikai kualitas produk dan proses yaitu:
a. Ketangguhan kualitas (quality robustness)
b. Fungsi kerugian kualitas (quality loss function-
QLF)
c. Kualitas berorientasi target (target oriented
quality)
Buku Ajar P3 53
d. Diagram Pareto (Pareto Chart) : adalah sebuah cara
menggunakan diagram untuk mengidentifikasi masalah
yang sedikit tetapi kritis tertentu dibandingkan dengan
masalah yang banyak tetapi tidak penting.
e. Diagram Alir (Flow Chart) : adalah diagram balok yang
secara grafis menerangkan sebuah proses atau system.
f. Histogram : menunjukkan cakupan nilai sebuah
perhitungan dan frekuensi dari setiap nilai yang terjadi.
g. Statistical Process Control (SPC)
PENGAWASAN/INSPEKSI
Buku Ajar P3 54
Inspeksi terbaik selalu dilakukan pada sumbernya sehingga
dikenal Inspeksi Sumber yaitu pengendalian atau
pengawasan pada titik produksi atau pada pembelian pada
sumbernya.
Adapun alat sederhana yang sering digunakan untuk
melakukan inspeksi adalah Poka Yoke yaitu bebas dari
kesalahan berate teknik yang dapat memastikan produksi
sebuah produk yang baik setiap saat.
Atribut Inspeksi
Pada saat melakukan inspeksi karakteristik kualitas dibagi
dalam dua hal yaitu: 1. Inspeksi Atribut : menggolongkan
barang baik dan barang cacat.
2. Inspeksi variabel : menghitung dimensi seperti berat,
kecepatan, tinggi, kekuatan untuk melihat apakah produk
masuk kriteria batas yang dapat diterima.
Buku Ajar P3 55
Keempat aspek utama tersebut merupakan kunci jasa yang
berkualitas.
Adapun yang menentukan Kualitas Jasa adalah:
a. Reliabilitas berhubungan dengan konsistensi kinerja
dan ketergantungan.
b. Daya saing berhubungan dengan kesiapan karyawan
menyediakan layanan jasa.
c. Kompetensi berarti kepemilikan kemampuan yang
dibutuhkan untuk menyelenggarakan jasa
d. Akses mengandung arti mudah didekati dan
kemudahan kontak.
e. Kesopanan berhubungan dengan saling
menghormati, keramahan.
f. Komunikasi berarti dapat menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti konsumen.
g. Kredibilitas mengandubng arti dapat dipercaya jujur.
h. Keamanan adalah bebas dari ketakutan dan
keraguan.
i. Memahami berhubungan dengan mengenal
kebutuhan konsumen.
j. Nyata termasuk bukti fisik dari jasa.
Buku Ajar P3 56
Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa
alternatif jawaban yang disediakan !
1) Kualitas adalah sesuatu yang penting karena...
A. Dapat memperbaiki reputasi perusahaan
B. Mengurangi tanggung jawab produk
C. Memiliki implikasi global
D. Semua benar.
Buku Ajar P3 57
B. Appraisal Cost
C. Internal Failure
D. External Failure
Buku Ajar P3 58
10) Berikut mana yang bukan merupakan alat TQM ?
A.Diagram sebab akibat
B. Model antrian
C. Pareto Chart
D. Process Chart
Rumus
Buku Ajar P3 59
BAB 5
Perencanaan Produk Industri
Kerajinan di Jawa Timur
Buku Ajar P3 60
Rotan selama ini sudah dikenal sebagai bahan yang mudah
dibentuk dan mudah untuk dijadikan berbagai produk. Mulai
kerajinan keranjang, sampai furniture. Namun beberapa
tahun terakhir kendala pemasaran rotan mulai tersendat,
karena issue keberlanjutan lingkungan dan panjangnya
rantai distribusi bahan baku rotan mengakibatkan harga
bahan baku rotan melambung tinggi. Untuk kelangsungan
industri kerajinan rotan yang bahan bakunya semakin sulit
didapat, mitra IbPE yakni UD.Ilham Gallery berkolaborasi
dengan UKM lain yang memanfaatkan bahan pengganti rotan
yaitu bahan dasar kelapa (sabut dan batok) dan bahan lain
yaitu tali agel dan enceng gondok.
UKM sejenis yang bermain di kerajinan dengan
bahan batok kelapa, sabut kelapa, enceng gondok dan agel
adalah ibu Cicim Rakhmawati dari UKM Fazle Craft by Has
Soerabaia. Dua UKM ini memang berbeda lokasi di Kota
Malang dan di Surabaya, namun keduanya telah menjalin
kerjasama dan menjadi mitra Jasa Raharja di Surabaya
selama lebih dari tiga tahun, dari tangan ibu Cicim, pemiliki
Fazle Craft by Has Soerabaia, sabut kelapa disulap menjadi
berbagai macam produk. Mulai produk setengah jadi seperti
lembaran sabut kelapa, dan produk jadi dimana sabut kelapa
kering dijadikan isian untuk bantal dan kasur terapi, produk
tas, dan sebagainya. Produk yang dihasilkan Fazle ini pun
sudah sampai ke negara-negara tetangga, namun proses
ekspor tidak dilakukan sendiri oleh ibu Cicim, tetapi
bekerjasama dengan beberapa lembaga baik dibantu BUMN
melalui pameran yang mereka biayai maupun UKM kerajinan
lain yang sedang mengadakan pameran ke luar negri.
Beberapa negara tidak lagi menggunakan spons sebagai
bahan isian untuk berbagai keperluan misalnya kursi, kasur
sampai jok motor dan sepeda, namun telah menggantinya
dengan produk yang lebih ramah lingkungan dan mudah
Buku Ajar P3 61
didaur ulang, seperti bahan sabut kelapa dan cocobit.
Pemanfatan sabut kelapa menjadi produk isian untuk kasur,
bantal dan jok memang masih belum menjadi trend, namun
permintaannya pasti akan semakin tinggi dimasa mendatang.
Pada program ini UKM mitra adalah UKM dengan produk
utama kerajinan berbahan alam seperti dari kelapa (sabut,
batok) dan rotan.
Analisis pasar untuk industri kerajinan sangat
dibutuhkan oleh UKM yang bergerak di industri ini, karena
tidak semua negara berminat pada produk hasil industri ini.
Demikian juga untuk pasar lokal dibutuhkan analisis pasar
yang
Kondisi eksisting UKM mitra
Kondisi UKM mitra diuraikan pada beberapa sub bab
dibawah ini, karena kedua mitra memiliki karakter produk
yang berbeda, namun keduanya memiliki kesamaan yaitu
industri kreatif kerajinan unggulan di Kota Malang dan Kota
Surabaya.
a. Bahan Baku
Untuk UKM mitra ke-1 UD.Ilham Gellery, di Kota
Malang, bahan baku untuk kerajinan yang dibuatnya terdiri
dari beberapa jenis bahan diantaranya : rotan, mendong
(Fimbristylis Globulosa), pelepah pisang, enceng gondok, dan
agel. Untuk kualitas produk tergantung pada model dan jenis
rotan serta motif anyaman yang digunakan. Terkait mutu,
kualitas bahan baku memang dipilih bahan dengan kualitas
eksport suplay bahan baku utama dari kalimantan dan di
jawa timur dari pegunungan Ijen. Tetapi bahan bakunya tidak
sebagus dari Kalimantan, yang proses distribusi dan
penentuan harga rotan dikuasai pedagang besar.
Proses pendistribusian rotan yang mahal dan lama
yang menyebabkan pemesanan harus dalam jumlah besar
dan harganya yang dimonopoli pedagang besar menyulitkan
Buku Ajar P3 62
pengrajin dalam estimasi harga jual. Karena bahan harus
dikirim dari luar pulau, maka biaya produksi cukup besar
diserap pada biaya pemesanan bahan baku. Untuk bahan
baku rotan pengrajin dari Kota Malang harus membeli di
gudang rotan di kawasan Margomulyo dan Menganti
Surabaya. Kebutuhan rotan terbesar ada dua jenis yatu rotan
pitrit 1 ton, dan rotan pindang 1 ton dan pengrajin masih
harus membayar biaya kirim dari Surabaya ke Malang. Untuk
UKM mitra Fazle Craft, bahan baku sangat mudah didapat
yaitu sabut dan batok kelapa yang dibeli dari supplier
pengolah bahan sabut setengah jadi berbentuk lembaran-
lembaran sabut kelapa.
Buku Ajar P3 63
Gambar 1. Lembaran Sabut Kelapa Bahan baku Fazle
Craft
b. Produksi
Untuk proses produksi kedua mitra memiliki tipe yang
berbeda, untuk UD. Ilham Gallery dengan produksi rotannya
memiliki kemampua kapasitas produksi antara 1000-2500
pcs dengan bentuk model yang dipesan sama. Harga
bervariasi antara Rp.20.000,- sampai dengan Rp. 150.000,- .
Sedangkan untuk Fazle Craft dengan produk sabut kelapa
lembaran mampu memproduksi 2000 lembar kerajinan
bahan sabut kelapa tiap bulan.
Buku Ajar P3 64
c. Proses
Buku Ajar P3 65
Proses Pembuatan Produk Berbahan Sabut Kelapa
Proses pembuatan produk rotan dan produk kerajinan alam
memang membutuhkan waktu lama dan harus rapi. Untuk
menghasilkan produk kerajinan alam berkualitas tinggi
dibutuhkan beberapa tahap proses. Secara lengkap produk
kerajinan berbahan alam memiliki proses sebagai berikut:
1. Pemilihan Bahan Baku
Langkah pertama adalah pemilihan bahan baku, apakah
itu rotan, karung goni, ataupun sabut kelapa (sepet),
harus berkualitas baik untuk mendapat hasil yang
diharapkan.
2. Proses Membersihkan Bahan.
Sebelum bahan diolah dibersihkan terlebih dahulu,
untuk bahan sabut kelapa harus dibersihkan dari sisa-
Buku Ajar P3 66
sisa kotoran, hanya boleh ada sabut saja, tidak boleh
ada batok kelapa yang menempel.
3. Mendesain produk kerajinan
Ini adalah tahapan terpenting karena kerajinan dihargai
sebagaimana karya seni, semakin unik desainnya
semakin tinggi nilai dari kerajinan tersebut.
4. Membuat pola
Setelah proses mendesain, pola dibuat. Bahan- bahan
dipotong sesuai dengan pola yang ditentukan.
5. Pewarnaan
Proses pewarnaan ada 2 tipe yaitu pewarnaan dengan
finishing alami, dan dengan finishing kimia. Untuk pasar
luar yang diminati adalah pewarnaan dengan proses
finishing alami, bahkan produk yang disenangi adalah
produk-produk unfinished. Sedangkan pasar lokal yang
disenangi adalah produk dengan warna-warna terang
dengan bahan kimiawi.
6. Proses Pelapisan
Proses pelapisan bertujuan untuk menguatkan warna
produk yang dibuat sekaligus untuk mengawetkan
pewarna yang diberikan. Namun jika produk yang
dipesan adalah unfinished maka proses ini bertujuan
untuk mengurangi timbulnya jamur atau kutu karena
bahan yang digunakan adalah bahan alam yang rentan
akan timbul jamur dan kutu.
7. Pengeringan
Proses akhir adalah proses pengeringan. Selama ini
proses pengeringan sangat tergantung pada sinar
matahari (dijemur). Proses ini akan
8. Pengepakan dan Pengiriman
Untuk proses pengepakan kedua UKM dilakukan dengan
cara tradisional, dan belum merasa memerlukan ukuran
standar shipper pengepakan. Hal ini menimbulkan
Buku Ajar P3 67
masalah pada pengiriman, karena mereka tidak mampu
mendata dimensi yang tepat untuk shipper, dan tidak
ada data akurat tentang berat dari produk yang
dihasilkan. Akibatnya perkiraan biaya pengiriman sulit
untuk dilaksanakan, dan ongkos kirim menjadi sangat
mahal (terkadang lebih mahal dibandingkan harga
produknya)
d. Produk
e. Manajemen
Manajemen yang dilaksanakan di kedua UKM adalah
manajemen keluarga, meskipun kedua UKM sudah beberapa
kali mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh Jasa
Raharja namun UKM ini masih belum melakukan standar
minim untuk proses manajemen produk. Belum ada
kemampuan untuk melakukan perencanaan produksi dan
analisis pasar karena permintaan pemesanan dibuat hanya
Buku Ajar P3 68
jika ada pesanan saja.Namun apabila ada pesanan besar,
kedua UKM ini akan mengerjakan bersama-sama, meskipun
workshopnya berbeda tempat tapi pesanan jumlah besar,
didapat dari lembaga pemerintahan di Surabaya. Untuk
manajemen keuangan, kedua UKM sudah memiliki
pembukuan sederhana yang diperiksa oleh pemilik usaha.
Fazle Craft belum memiliki badan usaha, sedangkan UD.Ilham
Gallery sudah memiliki badan usaha.
f. Pemasaran
Proses pemasaran kedua UKM hampir sama keduanya
memiliki showroom untuk UD. Ilham Gallery showroom
merangkap workshop, sedangkan Fazle Craft memiliki stand
di Royal Plaza dan PTC dan juga memamerkan produknya di
showroom P3ED dan Dinas Koperasi . UD. Ilham Gallery
sudah memiliki web sederhana, namun pemiliknya mengakui
bahwa pesanan terbesar masih dari mulut ke mulut.
Teknik Pemasaran.
Untuk kedua UKM mitra memiliki teknik pemasaran yang
saling menjalin jaringan kerja diantara keduanya. UD. Ilham
Buku Ajar P3 69
Gallery sendiri memiliki showroon di Kota Malang yaitu di Jl
Raya Balerejosari No.32 Kota Malang, dan sudah memiliki
situs pemasaran yaitu www.ilhamgalery.com. Sedangkan
Fazle Craft memiliki teknik pemasaran dengan membuka
showroom di Royal Plaza Surabaya dan memilih teknik
pemasaran berdasarkan pameran-pameran yang
diselenggarakan oleh beberapa BUMN. Fazle Craft dan
UD.Ilham Gallery keduanya tergabung dalam perusahaan
mitra kerja BUMN (Jasa Raharja).
g. Sumber Daya Manusia
Kondisi Sumber Daya Manusia pada kedua UKM
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
UKM 1: UD. Ilham Gallery
Spesifikasi Jumlah Kualifikasi
Pekerjaan
Pimpinan (Pemilik) 1 Sarjana
Administrasi 1 SMA
Pemasaran 1 SMA
Produksi 6 SMA
UKM 2 : Fazle Craft
Spesifikasi Jumlah Kualifikasi
Pekerjaan
Pimpinan (Pemilik) 1 SMA
Administrasi 1 SMA
Pemasaran 1 SMA
Produksi 8 SMA
Peluang Training/Pelatihan :
Berikut adalah hasil identifikasi kebutuhan pelatihan bagi
kedua UKM mitra, kedua mitra memerlukan pelatihan dari
Buku Ajar P3 70
teknik untuk pemesanan dan penentuan supplier, pelatihan
untuk membuat technical data, pelatihan manajemen
pemasaran, pelatihan untuk pengecekan stok dan pesanan
(inventory analisys), pelatihan untuk proses pemeriksaan
keuangan (audit). Tingkat meteri yang diberikan sesuai
dengan kemampuan dari UKM dan SDM yang dilatihkan.
Untuk detail pelatihan yang diberikan dan keterangan
mengenai baseline UKM dan indikator keberhasilan hasil
pelatihan dijelaskan pada bagian solusi yang ditawarkan.
Buku Ajar P3 71
h. Fasilitas
Kedua UKM mitra memiliki fasilitas ruang produksi,
showroom, namun untuk ruangan administrasi dan keuangan
tidak disediakan khusus. Administrasi yang dimiliki oleh
masing-masing UKM hanya satu orang itupun merangkap
sebagai penjaga toko. Teknik administrasi pun masih manual
belum dicatat menggunakan komputer ataupun mesin kasir.
Akses toko pun cukup mudah karena terletak di tepi jalan
raya. Fasilitas komunikasi yang digunakan oleh masing-
masing UKM adalah telpon, SMS dan email.
i. Finansial
UKM mitra sendiri kesulitan untuk memperkirakan nilai aset
yang saat ini mereka miliki karena aset masih bercampur
dengan aset keluarga. Untuk permodalan, Fazle Craft bisa
menerima pesanan senilai 50 juta sampai 100 juta.
sedangkan untuk UD. Ilham Gallery mampu menerima
pesanan senilai lebih dari 200 juta. Atas dasar terseb.ut
maka kedua UKM mitra membutuhkan teknik keuangan yang
lebih baik agar keuangan usaha tidak bercampur dengan
keuangan keluarga.
Buku Ajar P3 72
menjalin kerjasama sebelum program proposal IbPE ini
dibuat.
3.Permasalahan UKM
Permasalahan yang berhasil diindentifikasi oleh pengusul
adalah tidak hanya permasalahan yang dirasakan oleh mitra
IbPE namun juga oleh pasar, karena bagaimanapun umpan
balik dari pasar pengguna produk mitra harus bisa dipotret
dan ditindak lanjuti untuk kemajuan dari mitra itu sendiri.
Terutama untuk UKM yang orientasinya adalah pasar ekpor.
Selama ini UKM belum pernah mendata produk apa saja yang
sudah mereka buat setidaknya tiga tahun terakhir, akibatnya
UKM kebingungan untuk membuat kembali produk yang
sudah pernah dibuat, namun konsumen memint harus sama
persis dengan produk yang lama.
Pemasaran
Buku Ajar P3 73
dalam negeri maupun luar negeri. UD.Ilham Gallery dan Fazle
Craft sudah mengikuti pameran dan road show yang
dilakukan bersama dinas atau pun BUMN namun hanya
sebatas pameran, dan tidak ada tindak lanjut pemesanan
ataupun pemasaran lain.
Bahan baku
Produksi.
Untuk kapasitas produksi belum ada masalah berarti,
karena fokus masalahnya adalah pemasaran. Untuk
mendongkrak pemasaran diperlukan strategi tertentu yang
membutuhkan biaya untuk pelaksanaannya. Sehingga untuk
Buku Ajar P3 74
nilai investasi berupa alat didalam produksi dinilai belum
diperlukan, karena masing-masing UKM merasa peralatan
yang dimiliki sudah mencukupi permintaan. Jika investasi alat
dan identifikasi kapasitas produksi belum mampu memenuhi
deadline pesanan, justru akan merusak citra dari UKM itu
sendiri karena dianggap tidak mampu memproduksi tepat
waktu.
Proses.
Selama proses produksi kedua UKM ini memiliki
kendala yang sama yaitu bagaimana membuat produk alam
dari bahan kelapa (terutama sabut) serta bahan alami
subtitusi rotan seperti tali agel dan enceng gondok untuk
lebih awet dan tahan terhadap jamur dan kutu, teknik
pengawetan ini akan diberikan pula pada program IbPE.
Selain itu untuk menuju pasar ekspor kedua UKM harus
mampu untuk membuat technical data selama proses
produksi sehingga manakala ada pemesanan kembali untuk
produk yang sudah pernah dibuat, UKM bisa melacak mulai
dari desain, bahan yang digunakan, langkah pembuatan,
finishing yang digunakan, ukuran produk, berat produk,
ukuran shipper, dengan demikian produk yang dibuat bisa
dilakukan standarisasi.
Produk.
Untuk produk supaya lebih mudah memasuki pasar
ekspor berdasarkan pengalaman dari ketua program IbPE ini
yang pernah bekerja di PT. Sumiati Ekspor Internasional Bali
sebagai product developer, berdasar pengalaman,
keunggulan produk kerajinan untuk skala ekspor adalah
produk tersebut harus mampu menyesuaiakan musim di
negara yang akan dituju namun tetap memegang kekhasan
Buku Ajar P3 75
kekayaan Indonesia. Misalnya utnuk produk musim
menjelang natal, maka harus dibuat sample produk
bernuansa natal. Selama ini UKM membuat produk yang
tidak bertema, dan tidak mampu mengikuti trend interior
maupun feshyen yang tengah ada. Kesan yang ditimbulkan
produk kedua UKM ini selalu monoton dan tidak ada inovasi
produk. Karena UKM belum berani memprduksi barang yang
menurut mereka pasarnya belum jelas.
Fasilitas.
Untuk fasilitas berupa ruangan dan peralatan
produksi kedua UKM dinilai sudah mencukupi. Hanya saja
untuk pemasaran berbasis internet keduanya membutuhkan
fasilitas pendukung internet. Untuk kelengkapan proses
finishing, kedua UKM membutuhkan teknologi untuk proses
anti jamur dan kutu, khususnya bahan alam.
Finansial.
Untuk memenuhi permintaan ekspor, harus segera
mencari modal cepat. Tim pengusul IbPE akan mencari
lembaga keuangan dan BUMN yang bersedia memberikan
Buku Ajar P3 76
kredit berbunga rendah melaui program PKBL. Komitmen
atas realisasi MoU antara Depdag dan Bank BUMN yang
ditandatangani pada bulan Agustus 2008. Refocusing target
market dengan fokus pada segmen SME dan Konsumer,
diantaranya penyediaan produk dana, jasa dan pembiayaan
untuk segmen industri kreatif. Trade Finance dan Remittance
untuk nasabah dengan orientasi pasar ekspor , Kredit Modal
Kerja, Kredit Investasi dan dana modal Wirausaha untuk
nasabah dengan skala usaha yang kecil, kebijakan penyaluran
kredit kemitraan (bagian dari PKBL) dengan salah satu target
market adalah yang berbasiskan industri kreatif.
Permasalahan yang disepakati untuk diselesaikan dalam
kurun waktu 3 tahun program IBPE ini terdiri dari:
pemasaran, manajemen, produksi, pengembangan produk,
dan SDM.
Buku Ajar P3 77
DISAIN PRODUK
Buku Ajar P3 78
yaitu mempertimbangkan seluruh harga harga , seluruh
kelengkapan dan target segmen pasar yang terdiri dari dua
elemen yaitu visualisasi dan fungsionalnya.
Buku Ajar P3 79
hidup produk tersebut. Perancangan yang baik akan
menghasilkan produk unggulan yang sesuai dengan keinginan
atau kebutuhan customer. Karenanya perancangan yang baik
membutuhkan input dari berbagai sisi dengan melibatkan
berbagai disiplin imu.
Penjualan
I II III IV
waktu
Buku Ajar P3 80
Tahap III merupakan tahap pendewasaan. Pada tahap
ini penjualan produk akan mencapai titik kejenuhan di mana
penjualan produk hanya berkisar pada suatu titik tertentu.
Umumnya cara-cara promosipun tidak akan bisa untuk
mendongkrak tingkat penjualan.
Buku Ajar P3 81
Penjualan
I II III IV
I II III IV
R&D
Waktu
2. Mendorong-teknologi (Technology-Push)
Buku Ajar P3 82
Pendekatan ini menyarankan bahwa anda harus menjual
apa yang andadapat buat Dengan demikian produk baru
diperoleh dari teknologi produksi, dengan sedikt perhatian
terhdap pasar. Ini merupakan pekerjaa pemasaran untuk
menciptakan pasar dan ernjal produk yang dibuat.
2. Disain Produk
Tahapaninimemperhatikanterhadappisikprodukbaru. Proses
disain produk pada tahan ini berkaitan dengan
pengembangan disain terbaik dari ide produk baru. Jika
disain awal ini disetujui, dapat dibuat sebuah atau beberapa
Buku Ajar P3 83
prototype untuk pengujian dan nalisis lebih lanjut. Dalam
disain awal, banyak sekali dipertimbangkan akan tradeoff
antara biaya, kualitas dan performansi produk. Hasilnya
merupakan suatu rancangan produk yang memiliki daya
saing dalam pasar dan dapat diproduksi.
3. Disain Produk
Pegujian prototype bertujuan untuk mengesahkan
penampilan pemasaran dan teknis. Satu cara untuk menilai
performansi pasar adalah membuat sejumlah prototype yang
cukup untuk mendukung uji pasar dari produk baru tersebut.
Maksud dari pengujian pasar adalah untuk mengumpulkan
data kuantitatif dari tanggapan pelanggan mengenai produk
tersebut. Prototipe juga diuji untuk mengetahui performansi
teknis produk yang bersangkutan.
Buku Ajar P3 84
Desain Produk Cross-Fungsional
Buku Ajar P3 85
teknologi akan ditransfer dalam tingkatan seperti
pengambilalihan atara litbang, operasi dan pemasaran. Ini
merupakan proses berurutan, setiap fungsi menyelesaikan
pekerjaannya sebelum memulai fungsi berikutnya.
Buku Ajar P3 86
pendekatan yang dilakukan untuk merancang produk yang
berkualitas.
Dasar dari QFD adalah filosofi TQM (Total Quality
Management). Dalam QFD menggunakan suatu matriks yang
disebut sebagai House of Quality, di mana matriks ini dapat
menterjemahkan keinginan konsumen ke dalam karakteristik
desain. Bantuk dan keterangan dari setiap bagian matriks
House of Quality dapat dilihat pada Gambar 3.3, dibawah ini :
Buku Ajar P3 87
ke dalam atribut atribut yang sangat umum, sehingga yang
terpenting dalam tahap ini adalah mengidentifikasi
pernyataan konsumen dengan baik untuk menghindari
kesalahan interpretasi.
b. Menentukan tingkat kepentingan relatif dari atribut-
atribut
Penentuan peringkat atribut ini dapat dilakukan dengan
memberikan bobot persentase pada masing-masing atribut
dengan menggunakan skala prioritas.
c. Mengevaluasi atribut-atribut dari produk pesaing
Performansi dari pesaing dianalisis, keterangan mengenai
atribut yang diprioritaskan pesaing dikaji.
d. Membuat matriks perlawanan antara atribut produk
dengan karakteristik.
Atribut atribut yang telah diterjemahkan ke dalam
karakteristik teknis pada tahap di atas dimasukkan ke dalam
suatu matriks, di mana atribut diletakkan vertikal pada tepi
sebelah kiri, sedangkan karakteristik teknis diletakkan
horizontal pada tepi atas. Karakteristik teknis yang dipilih
harus nyata dan dapat diukur.
e. Mengidentifikasi hubungan antara karakteristik teknis
dan atribut produk.
Untuk menyatakan hubungan yang terjadi antara
karakteristik teknis dan atribut, biasanya menggunakan skor,
di mana skor yang tertinggi menggambarkan tingkat
kemudahan yang tinggi bagi tim perancang untuk
mengidentifikasi karakteristik teknis yang paling berpengaruh
pada kepuasan konsumen, dan sebaliknya.
f. Mengidentifikasi interaksi yang relevan di antara
karakteristik teknis.
Dalam House of Quality, besaran diletakkan pada bagian roof.
Bekerja dengan matriks roof seperti ini dapat memudahkan
Buku Ajar P3 88
dalam memeriksa interaksi yang terjadi pada setiap pasangan
karakteristik teknis.
g. Menentukan gambaran target yang ingin dicapai untuk
karakteristik teknis.
Pada tahap ini tim perancang menentukan target yang ingin
dicapai untuk pengukuran parameter karakteristik teknis
dalam memuaskan keinginan konsumen dan meningkatkan
produknya melebihi produk pesaing.
2. MenentukanAlternatif.
Yaitu suatu proses perancangan yang berguna untuk
membangkitkan ide ide pemikiran serta menciptakan
alternatif alternatif yang dapat mencapai solusi terhadap
permasalahan perancangan. Metode yang dipakai adalah
Morphological Chart.
Buku Ajar P3 89
b. Daftar setiap fungsi yang dapat dicapai yang
menentukan komponen apa saja untuk mencapai
fungsi. Daftar tersebut meliputi gagasan baru
sebagaimana komponen komponen yang ada dari
bagian solusi.
c. Menggambar dan membuat sebuah chart untuk
mencamtumkan semua kemungkinan
kemungkinan hubungan solusi.
d. Identifikasi kelayakan gabungan / kombinasi sub
sub solusi. Jumlah total dari kombinasi tersebut
mungkin sangat banyak, sehingga pencarian strategi
mungkin harus berpedoman pada konstrain atau
criteria.
3. Evaluasi Alternatif.
Evaluasi alternatif merupakan suatu proses penentuan
alternatif terbaik dari berbagai macam alternatif yang
muncul, sehingga diperoleh suatu rancangan yang baik dan
dapat memenuhi keinginan konsumen. langkah langkah
yang akan dilakukan adalah:
a. Membuat sebuah daftar tujuan perancangan. Daftar ini
merupakan modifikasi dari daftar awal. Pohon tujuan
juga dapat digunakan untuk maksud ini.
b. Menyusun sebuah daftar tujuan dan sub tujuan dari
tingkatan yang tinggi ke tingkatan yang rendah . Metode
yang digunakan adalah Weighted Objecticves.
c. Membuat bobot relatif dari setiap tujuan. Pemberian
bobot juga bisa menggunakan perbedaan nilai dari setiap
pohon tujuan sehingga jumlah total bobot bernilai 1.
d. Menciptakan parameter pelaksanaan /nilai kegunaan
untuk masing masing tujuan. Baik tujuan kualitatif
maupun kuantitatif sebaiknya dibuat dalam skala yang
lebih sederhana.
Buku Ajar P3 90
e. Menghitung dan membandingkan nilai relatif dari setiap
alternatif perancangan. Perkalian setiap skor parameter
dengan bobot nilainya. Alternaif terbaik memiliki jumlah
nilai terbesar. Perbandingan dan analisis profil nilai
mungkin akan lebih baik dalam perancangan daripada
hanya sekedar memilih nilai terbesar.
4. Komunikasi
Merupakan tahapan akhir dalam proses perancangan.
Prosedur yang dilakukan adalah:
a. Membuat daftar komponen komponen produk dan
mengidentifikasi fungsi masing masing komponen. Jika
memungkinkan, produk yang telah dirakit kedalam
komponennya. Pembentukan diagram dan grafik fungsi
akan lebih baik.
b. Menentukan nilai fungsi yang teridentifikasi. Nilai yang
diidentifikasi merupakan nilai yang telah diterima
konsumen.
c. Menentukan biaya dari setiap komponen.
d. Mencari cara untuk mengurangi biaya tanpa mengurangi
nilai. Dalam hal ini diperlukan kreativitas yang ditujukan
untuk meningkatkan rasio nilai terhadap biaya.
e. Evaluasi alternatif dan menyeleksi perubahan. Solusi
yang telah didapat kemudian dikomunikasikan kepada
konsumen melalui produk dengan segala keunggulan
atribut dibanding produk pesaing. Hal ini tentunya
dilakukan dengan menggunakan rekayasa nilai (value
engineering).
Analisis Nilai
Buku Ajar P3 91
Terdapat suatu kebutuhan untuk memperbaiki secara tetap
produk dan jasa yang kita hasilkan agar tetap kompetitif.
Pembaharuan adalah kepentingan utama dalam seluruh apa
yang kita lakukan. Suatu cara yang baik untuk mengorganisasi
pembaharuan, yang ditujukan pada perbaikan nilai produk
dan jasa, disebut analisis nilai atau rekayasa nilai (value
engineering)
Buku Ajar P3 92
BAB 6
Metodologi Desain Desain
Komunikasi Visual
Buku Ajar P3 93
Desain merupakan temuan unsur fisik yang paling
objektif (Aleksander, 1963) atau
Desain adalah tindakan dan inisiatif untuk mengubah
karya manusia (Jones, 1970)2
Menurut Profesor Heskett,Design is to design a design to
produce a design3
1 2 3 4 Keempat kata design di atas dimaksudkan untuk:
1. Kata benda (noun) konsep secara keseluruhan/ilmu
2. Kata (verb) merujuk pada kegiatan
3. Kata benda, merujuk pada konsep/ide
4. Kata benda, merujuk pada produk akhir
Epistemologi Desain
Pada awalnya, istilah desain di Indonesia merupakan kata
baru dari design (bahasa Inggris) untuk kata
rancang/rancangan/merancang, namun kurang
mengekspresikan sebuah keilmuan. Kemudian di kalangan
kelimuan seni rupa, dibakukan nama program studi di
perguruan tinggi (FSRD) sehingga desain dipergunakan luas
dalam keilmuan maupun profesi. Oleh Ruskin dan Morris
(tokoh anti industri di Inggris) pada abad ke-19, kata desain
diberi bobot sebagai seni berketrampilan tinggi (art and
craft).4
Buku Ajar P3 94
Bagan 1
Epistemologi Desain
(Dibuat ulang berdasarkan Yasraf Amir Piliang dalam John A.
Walker: 2010, xi)
Pengetahuan desain dibedakan menjadi empat kategori
pengetahuan:
Buku Ajar P3 95
desain), dimensi mental (psikologi desain), dimensi
pertukaran (ekonomi desain), dimensi sosial
(sosiologi desain) dan dimensi estetik (estetika
desain).
Bagan 2
Pengetahuan Desain
(Dibuat ulang berdasarkan Yasraf Amir Piliang dalam John A.
Walker: 2010, xii)
B. Metodologi
1. Definisi metodologi
Metodologi merupakan ilmu yang mempelajari
tentang metode. Menurut kamus besar bahasa
Indonesia, metode adalah:
[n] (1) cara teratur yg digunakan untuk melaksanakan
suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dng yg
Buku Ajar P3 96
dikehendaki; cara kerja yg bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yg ditentukan;
(2) Ling sikap sekelompok sarjana thd bahasa atau
linguistik, msl metode preskriptif, dan komparatif;
(3) prinsip dan praktik pengajaran bahasa, msl metode
langsung
(4) dan metode terjemahan6
Buku Ajar P3 97
Desain aksesoris
Fashion merchandiser
Buyer
Stylist
Jurnalis
Fashion forecaster C. Desain Produk Industri
Buku Ajar P3 98
Lingkup desain interior:
Desain interior bangunan umum dan gedung
pemerintah
Desain interior bangunan sosial
Desain interior bangunan komersial
Desain interior perumahan
Desain interior perkantoran
Desain interior bangunan peribadatan
Desain interior bangunan budaya
Penataan pameran
Penataan toko
Industri Periklanan
Buku Ajar P3 99
Kampanye komersial
Kampanye sosial
Melalui berbagai media Above The Line & Below The
Line
Industri Film, Video, dan Fotografi
Film independen
Film dokumenter
Video klip
Video profil perusahaan
Desain opening tune acara televisi dan bumper judul
film
Pembuatan storyboard
Editing
Fotografi desain iklan
Fotografi model fesyen (fashion)
Fotografi produk
Fotografi profil tokoh
I. Kebutuhan pelengkap
o Ilustrasi
o Tipografi
o Pattern
Design Entrepreneurship
I think design entrepreneurship is all about opportunity.
It is an opportunity to be able to control and fully own your
originality as well as creativity and an opportunity to be
independent both financially and timely.22
Bagan 4
Design Entrepreneurship
(Henrik Ttterman: 2008, 20)
Mengosongkan Pikiran
(Steven Heller & Lita Talarico 2008:14)
Editing
Herman Tantriadi
(foto: http://prodidkvuntar.wordpress.com/alumni/)
(http://www.giantleap-studio.com/)
Hellomotion Academy
Tempat belajar animasi, didirikan oleh Wahyu Aditya
(http://hellomotion.com/tentang-kami/)
Ketidakberaturan Pikiran
(Oleh: Chara Susanti)