Anda di halaman 1dari 25

ERGONOMI

Oleh :

Zabil Ibnu Sholeq 14050754010


Luh Putu Ayu Candra D. 14050754035
Rizky Priambodo 14050754085

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2017
A. Ergonomi
1. Pengertian Ergonomi
Ergonomi sering disebut Human Factor Engineering, suatu ilmu yang mengatur bagaimana
manusia bekerja. Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu Ergo (kerja) dan Nomos
(peraturan dan hukum kerja) serta dapat didefenisikan sebagai penerapan ilmu-ilmu biologi
tentang manusia bersama-sama dengan ilmu-ilmu teknik dan teknologi untuk mencapai
penyesuaian satu sama lain secara optimal dari manusia terhadap pekerjaannya. Ergonomi
adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari perancangan pekerjaan-pekerjaan yang
dilaksanakan oleh manusia, sistem orang dan mesin, peralatan yang dipakai manusia agar dapat
dijalankan dengan cara yang paling efektif termasuk alat-alat peragaan untuk memberi
informasi kepada manusia. (Sutalaksana : "Teknik Tata Cara Kerja"). Perhatian utama
ergonomi adalah pada efisiensi yang diukur berdasarkan pada kecepatan dan ketelitian
performance manusia dalam penggunaan alat. Faktor keamanan dan kenyamanan bagi pekerja
telah tercakup di dalam pengertian efisiensi tersebut.(WesleyEWoodson).
Suatu rancangan memenuhi kriteria baik apabila mampu memenuhi konsep ENASE
(Efektif, Nyaman, Aman,Sehat dan Efisien). Dan untuk mencapai konsep ENASE ini maka
ilmu ergonomi memiliki peran yang sangat besar. Karena di dalam ilmu ergonomi manusia
merupakan bagian utama dari sebuah system (Human Integrated Design), maka harus disadari
benar bahwa faktor manusia akan menjadi kunci penentu sukses didalam operasionalisasi
sistem manusia-mesin (produk); tidak peduli apakah sistem tersebut bersifat manual,
semiautomatics (mekanik) ataupun full-automatics.
Dalam penyelidikannya Ergonomi pada dasarnya dikelompokkan atas empat bidang
penyelidikan, yaitu :
a. Penyelidikan tentang tampilan(display)
b. Penyelidikan tentang kemampuan kekuatan fisik manusia (Biomekanika)
c. Penyelidikan tentang ukuran tempat kerja (Antropometri) PenyelidikanTentang

lingkungan fisik Berkenaan dengan bidang-bidang penyelidikan itu, maka terlibat


disiplindalamergonomi,yaitu:
a. Anatomi dan fisiologi ; cabang ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi tubuh pada
manusia.
b. Antropometri ; ilmu yang mempelajari tentang ukuran-ukuran/dimensi tubuh manusia.
c. Fisiologi psikologi ; ilmu yang mempelajari sistem syaraf dan otak.
d. Psikologi eksperimen ; ilmu yang mempelajari tentang perilaku dan tingkah laku manusia.
Oleh murel dan kawan-kawan, fungsi ergonomi dirumuskan sebagai studi ilmiah tentang
perkaitan antara orang dengan lingkungan kerjanya (The Scientific Study of the
reationship between manandh is working environment).Penerapan ergonomi pada
umumnya merupakan aktifitas rancang bangun (design) ataupun rancang ulang (Redesign).
Inti dari ergonomi adalah suatu prinsip pekerjaanlah yang harus disesuaikan terhadap
kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki oleh manusia (fitting the job to the man rather
than the man to the job). Ini berarti dalam merancang suatu jenis pekerjaan perlu
diperhatikan faktor-faktor apa saja yang menjadi kelebihan dan keterbatasan manusia
sebagai pelaku kerja. Salah satu faktor keterbatasan manusia yang harus diperhatikan
adalah ketrbatasn dalam ukuran dimensi tubuh. Untuk tujuan perancangan inilah
dibutuhkan data-data mengenai diri seseorang.

2. Manfaat danPeran Ilmu Ergonomi


Ergonomi memeiliki beberapa manfaat,diantaranya :
a. Meningkatkan unjuk kerja, seperti : menambah kecepatan kerja, ketepatan, keselamatan
kerja, mengurangi energi serta kelelagan yang berlebihan.
b. Mengurangi waktu, biaya pelatihan dan pendidikan
c. Mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya manusia melalui peningkatan
ketrampilan yang diperlukan.
d. Mengurangi waktu yang terbuang sia-sia dan meminimalkan kerusakan peralatan yang
disebabkan kesalahan manusia.
e. Meningkatkan kenyamanan karyawan dalam bekerja

Dalam lapangan kerja, ergonomi ini juga mempunyai peranan yang cukup besar. Semua
bidang pekerjaan selalu menggunakan ergonomi. Ergonomi ini diterapkan pada dunia kerja
supaya pekerja merasa nyaman dalam melakukan pekerjaannya. Dengan adanya rasa
nyaman tersebut maka produktivitas kerja diharapkan menjadi meningkat. Secara garis
besar ergonomi dalam dunia kerja akan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Bagaimana orang mengerjakan pekerjaannya.
b. Bagaimana posisi dan gerakan tubuh yang digunakan ketika bekerja.
c. Peralatan apa yang mereka gunakan.
d. Apa efek dari faktor-faktor diatas bagi kesehatan dan kenyamanan pekerja.

Aspek-aspek Ergonomi yang mendukung terciptanya lingkungan kerja yang


nyaman. Sebagai contoh pada pekerja yang berhubungan dengan komputer.
Ergonomi Stasiun Kerja
a. Keluhan yang sering muncul :
1) Pengguna komputer mengalami ketegangan otot pundak, ketegangan otot siku,
ketegangan punggung.
2) Pengguna yang bekerja lama didepan komputer akan mendapatkan miope yang
semakin besar. (Haider-Austria).
3) Pengguna mengalami iritasi dan ketegangan mata yang semakin hari makin
bertambah. (Laubli Swiss).
b. Cara Mengatasi Keluhan
1) Perlu pengaturan tata letak semua peralatan yang digunakan di stasiun kerja.
2) Dua faktor yang mempengaruhi unjuk kerja operator, yakni viewing angle dan posisi
papan ketik. (Sauter).
3) Rancangan stasiun kerja yang baik adalah penempatan papan ketik dan tempat duduk
pada ketinggian yang tepat. (Dainof).
c. Aspek Pencahayaan
Lebih ditekankan pada pencahayaan di area layar tampilan. Untuk menghindari
kelelahan mata.
Hal-hal yang harus diperhatikan :
1) Hindarkan pengguna dari cahaya terang langsung/tak langsung
2) Atur keseimbangan antar kecerahan layar tampilan dan kecerahan yang ada di depan
pengguna.
3) Hindari cahaya menyilaukan, langsung/tak langsung, yang mengenai layar.
4) Pastikan bahwa ada cahaya cukup untuk pekerjaan yang tidak menggunakan layar
tampilan.
5) Aspek Suhu dan Udara Kenyamanan udara (thermal comfort) adalah kondisi dimana
manusia merasa tidak kepanasan atau kedinginan pada saat dia hanya mengenakan
pakaian biasa. Kenyamanan udara ini dapat diperoleh dengan mengatur kelembaban,
suhu, dan aliran udara. Ukuran kenyamanan udara (ASHRAE Standard 55)
6) Kecepatan aliran udara : 0.15 m/s.
7) Kelembaban relatif sebesar : 50% baik musin dingin/panas.
8) Suhu pada musim dingin : 23 - 26 C.
9) Suhu pada musim panas : 20 - 23.5 C.
d. Aspek Gangguan Suara
1) Suara dapat menjadi salah satu faktor yang diperhatikan karena :
a) Suara-suara tertentu bisa mempengaruhi konsentrasi seseorang.
b) Hilangnya konsentrasi menyebabkan turunnya kinerja seseorang.
e. Cara pengendalian gangguan suara
1) Pasang panel kedap suara.
2) Buat active noise controller.
3) Berikan pengertian ke sesama teman kerja tentang jenis musik dan tingkat volume
suara dari audio sistem yang sedang diaktifkan.

3. Resiko Karena Kesalahan Ergonomi


Sering dijumpai pada sebuah industri terjadi kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja
tersebut disebabkan oleh faktor dari pekerja sendiri atau dari pihak menajemen perusahaan.
Kecelakaan yang disebabkan oleh pihak pekerja sendiri, karena pekerja tidak hati-hati atau
mereka tidak mengindahkan peraturan kerja yang telah dibuat oleh pihak manajemen.
Sedangkan faktor penyebab yang ditimbulkan dari pihak manajemen, biasanya tidak adanya
alat-alat keselamatan kerja atau bahkan cara kerja yang dibuat oleh pihak manajemen masih
belum mempertimbangkan segi ergonominya. Misalnya pekerjaan mengangkat benda kerja di
atas 50 Kg tanpa menggunakan alat bantu. Kondisi ini bisa menimbulkan cidera pada
pekerja.Untuk menghindari cedera, pertama-tama yang dapat dilakukan adalah
mengidentifikasi resiko yang bisa terjadi akibat cara kerja yang salah. Setelah jenis pekerjaan
tersebut diidentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah menghilangkan cara kerja yang bisa
mengakibatkan cidera. Tabel 2.1. Tabel Resiko Faktor Resiko Definisi Jalan Keluar
Pengulangan yang banyak Menjalankan gerakan yang sama berulangulang Desain kembali
cara kerja untuk mengurangi jumlah pengulangan gerakan atau meningkatkan waktu jeda
antara ulangan, atau menggilirnya dengan pekerjaan lain Tekanan Tubuh tertekan pada suatu
permukaan atau tepian Memperbaiki peralatan yang ada untuk menghilangkan tekanan, atau
memberikan bantalan Tabel 2.1. (Lanjutan) Tabel Resiko Faktor Resiko Definisi Jalan Keluar
Getaran Menggunakan peralatan yang bergetar Mengisolasi tangan dari getaran Dingin atau
panas yang ekstrim Dingin mengurangi daya raba, arus darah, kekuatan dan keseimbangan.
Panas menyebabkan kelelahan Atur suhu ruangan, beri insulasi pada tubuh Organisasi kerja
yang buruk Termasuk bekerja dengan irama mesin, istirahat yang tidak cukup, kerja monoton,
beberapa pekerjaan yang harus dikerjakan dalam satu waktu Beban kerja yang layak, istirahat
yang cukup, pekerjaan yang bervariasi, otonomi individu.

B. Antropometri
1. Pengertian Antropometri
Antropometri berasal dari kata antropos yang artinya manusiadan metri yang berarti ukuran.
Jadi antropometri diartikan sebagai suatu ilmu yang secara khusus berkaitan dengan pengukuran
tubuh manusia yang digunakan untuk menentukan perbedaan pada individu, kelompok, dan
sebagainya.Antropometri menurut Stevenson ( 1989 ) dan Nurmianto ( 1991 ) adalah suatu
kumpulan data secara numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia
ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain.
Penerapan data antropometri ini akan dapat dilakukan jika tersedia nilai mean ( rata-rata ) dan
standar deviasinya dari satu distribusi normal Antropometri mengkaji masalah tubuh manusia.
Informasi ini diperlukan untuk merancang suatu sistem kerja agar menunjang kemudahan
pemakaian, keamanan dan kenyamanan dari suatu pekerjaan, sehingga antropometri dapat juga
diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari hubungan antara struktur dan fungsi tubuh (
termasuk bentuk dan ukuran tubuh ) dengan disain alat alat yang digunakan manusia.
Antropometri berperan penting dalam bidang perancangan industri, perancangan pakaian,
ergonomik, dan arsitektur. Dalam bidang-bidang tersebut, data statistik tentang distribusi dimensi
tubuh dari suatu populasi diperlukan untuk menghasilkan produk yang optimal. Perubahan dalam
gaya kehidupan sehari-hari, nutrisi, dan komposisi etnis dari masyarakat dapat membuat
perubahan dalam distribusi ukuran tubuh (misalnya dalam bentuk epidemik kegemukan), dan
membuat perlunya penyesuaian berkala dari koleksi data antropometri.
2. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Variasi Data Antropometri
Manusia pada umumnya berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran tubuh manusia, yaitu:
a. Umur/Usia Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar 20 tahun
untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Setelah itu, tidak lagi akan terjadi pertumbuhan
bahkan justru akan cenderung berubah menjadi pertumbuhan menurun ataupun penyusutan
yang dimulai sekitar umur 40 tahunan.Manusia dapat digolongkan atas beberapa kelompok
usia yaitu:
1) Balita
2) Anak-anak
3) Remaja
4) Dewasa, dan Lanjut usia.

b. Jenis kelamin (sex). Pada umumnya dimensi pria dan wanita ada perbedaan yang signifikan
diantara rata-rata dan nilai perbedaan ini tidak dapat diabaikan begitu saja. Pria dianggap
lebih panjang dimensi segmen badannya daripada wanita. Oleh karenanya data
antropometri sangat diperlukan dalam perancangan sebuah alat atau produk. Secara umum
pria memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali dada dan pinggul.
c. Suku bangsa (etnik), Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnik tertentu akan memiliki
karakteristik fisik yang berbeda satu dengan yang lainnya.
d. Sosio ekonomi,Tingkat sosio ekonomi sangat mempengaruhi dimensi tubuh manusia. Pada
negara-negara maju dengan tingkat sosio ekonomi tinggi, penduduknya mempunyai
dimensi tubuh yang besar dibandingkan dengan negara-negara berkembang.
e. Posisi tubuh (posture),
Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh karena itu harus
posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survei pengukuran.

C. Alat-Alat Ukur Antropometri (Antropometer)


Dalam pengukuran antropometri digunakan Beberapa alat, diantara alat-alat tersebut adalah
sebagai berikut
1. Goniometer ini dipakai untuk mengukur lekukan-lekukan tubuhmanusia.

Gambar 2.1 Goniometer


2. Kursi antropometri dipakai untuk mengukur data-data antropometri manusia dalam posisi
duduk. Data yang diperoleh biasanya dipakai untuk merancang kursi dan ketinggian meja
kerja serta untuk perancangan fasilitas kerja yang berhubungan dengan manusia
pemakainya. Orang yang akan diukur data antropometrinya harus duduk di kursi ini.

Gambar 2.2 Kursi Antropometri

Gambar 2.3 Jenis-jenis antropometer

Secara umum deskripsi dari pengukuran data antropometrik terdiri dari setidaknya tiga buah
tipe terminology dasar yaitu :
1. ocator yang mengidentifikasikan suatu titik atau daerah dari tubuh yang menjadi dasar
pengukuran titik atau bidang.
2. Orientator yang mengidentifikasikan arah atau tujuan dari suatu dimensi tubuh.
3. Potensioner yang menandakan asumsi dari posisi tubuh subyek dalam pengukuran,
seperti posisi duduk.

A. Data Antropometri
Data antropometri adalah data mengenai ukuran dimensi tubuh manusia. Data antropometri
diperoleh dari pengukuran bagian tubuh manusia, jenis-jenis pengukuran tersebut dapat dilihat
pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.4 Ukuran Tubuh Manusia pada Pengukuran Antropometri

Dimensi tubuh manusia untuk perancangan produk terdiri dari dua jenis, yaitu struktural dan
fungsional. Dimensi tubuh struktural yaitu pengukuran tubuh manusia dalam keadaan tidak
bergerak. Sedangkan dimensi tubuh fungsional adalah pengukuran tubuh manusia dalam keadaan
bergerak. Secara umum data antropometri yang sering digunakan untuk merancang produk dan
stasiun kerja adalah :

1. Antropometri Struktural
Pengukuran manusia pada posisi diam dan linier pada permukaan tubuh. Ada beberapa
metode pengukuran tertentu agar hasilnya representative. Disebut juga pengukuran dimensi
struktur tubuh dimana tubuh diukur dalam berbagai posisi standar dan tidak bergerak (tetap
tegak sempurna). Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lain meliputi berat
badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri maupun duduk, ukuran kepala, tinggi atau panjang
lutut pada saat berdiri atau duduk, panjang lengan, dan sebagainya. Antropometri struktural
ini diantaranya: tinggi selangkang, tinggi siku, tinggi mata, rentang bahu, tinggi pertengahan
pundak pada posisi duduk, jarak pantat-ibu jari kaki, dan tinggi mata pada posisi duduk.

2. Antropometri Fungsional
Antropometri fungsional adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam
keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja
tersebut melaksanakan kegiatannya. Hasil yang diperoleh merupakan ukuran tubuh yang
nantinya akan berkaitan erat dengan gerakan-gerakan nyata yang diperlukan tubuh untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Antropometri dalam posisi tubuh melaksanakan
fungsinya yang dinamis akan banyak diaplikasikan dalam proses perancangan fasilitas
ataupun ruang kerja.
3. Persentil
Persentil adalah suatu nilai yang menunjukkan persentase tertentu dari orang yang
memiliki ukuran pada atau dibawah nilai tersebut. Sebagai contoh, persentil ke-95 akan
menunjukkan 95% populasi akan berada pada atau dibawah ukuran tersebut, sedangkan
persentil ke-5 akan menunjukkan 5% populasi akan berada pada atau dibawah ukuran itu.
Dalam antropometri, angka persentil ke-95 akan menggambarkan ukuran manusia yang
terbesar dan persentil ke-5 sebaliknya akan menunjukkan ukuran terkecil. Bilamana
diharapkan ukuran yang mampu mengakomodasikan 95% dari populasi yang ada, maka
diambil rentang 2.5-th dan 97.5-th persentil sebagai batas-batasnya. Pemakaian nilai-nilai
persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data antropometri ada pada tabel
berikut.

B. Prinsip Prinsip Penerapan Data Antropometri


Prinsip prinsip penerapan data antropometri adalah :
1. Prinsip perancangan bagi individu dengan ukuran ekstrim. Berdasarkan prinsip ini,
rancangan yang dibuat bisa digunakan oleh individu ekstrim yaitu terlalu besar atau kecil
dibandingkan dengan rata- ratanya agar memenuhi sasaran, maka digunakan persentil besar
(90th, 95th atau 99th percentile) atau persentil kecil (1st, 5h atau 10th percentile)
2. Prinsip perancangan yang bisa disesuaikan. Disini, rancangan bisa diubah ubah
ukurannya sehingga cukup fleksibel untuk diaplikasikan pada berbagai ukuran tubuh
(berbagai populasi). Dengan menggunakan prinsip ini maka kita dapat merancang produk
yang dapat disesuaikan dengan keinginan konsumen. Misalnya kursi pengemudi pada
kendaraan.
3. Prinsip perancangan dengan ukuran rata rata. Rancangan didasarkan atas rata rata
ukuran manusia. Prinsip ini dipakai jika peralatan yang didisain harus dapat dipkai untuk
berbagai ukuran tubuh manusia. Disain dengan prinsip ini dapat dikatakan perancangan
dengan persentil 50. Masalahnya adalah bahwa dapat dikatakan sangat sedikit atau tidak
ada yang namanya individu rata rata sehingga perancangan berdasarkan prinsip ini
memerlukan kajian yang lebih mendalam lagi. Perancangan berdasarkan ukuran rata-rata
dapat menggunakan data persentil 95-th untuk ,mendsain peralatan dengan ukuran
maksimum. Sedangkan untuk ukuran minimum digunakan data persenti kecil dari persentil
10-th.
Gambar 2.5. kurva Distribusi Normal

D. Pengujian Data Antropometri


Untuk mengetahui variasi atau perbedaan data yang diperoleh dan untuk menghitung ukuran data
yang diperlukan, maka harus dilakukan uji kenormalan data, uji keseragaman data dan uji
kecukupan data.
1. Uji kenormalan data Uji kenormalan data digunakan untuk melihat apakah data yang
diperoleh telah berdistri normal atau belum dengan cara memplotkan data kedalam kurva
distribusi normal. Berdasarkan uji kenormalan data akan diketahui sifat-sifat dari data,
seperti Mean, Modus, Median dan lain sebagainya. Dalam pokok bahasan antropometri,
95 persentil menunjukkan tubuh berukuran besar, sedangkan 5 persentil menunjukkan
tubuh berukuran kecil. Jika diinginkan dimensi untuk mengakomodasi 95 % populasi maka
2,5 % dan 97,5 persentil adalah batas rentang yang dapat dipakai dan ditunjukkan.
Persamaan uji kenormalan data yang digunakan :

Diamna x2c dibandingkan dengan tabel normal (distribusi Chi kuadrat) dan
mempertimbangkan nilai (tingkat signifikasi) dan v (derajat kebebasan).

2. Uji keseragaman data


Uji keseragaman data dapat dilakukan dengan peta control-x (x-chart) untuk membuat peta
control, prosedur yang harus diikuti adalah sebagai berikut:
a. Hitung nilai rata-rata dari keseluruhan data ( )
persamaan yang digunakan
b. Hitung standar Deviasi()
Persamaan yang digunakan adalah
c. Hitung Standar deviasi rata-rata()
Persamaan yang digunakan adalah
d. Tentukan batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol bawah (BKB) dengan
formulasebagaberikut:
BKA=+
BKB = -
e. Cek apakah nilai rata-rata dari setiap grup yang diperoleh telah berada didalam batas
kontrol

3. Uji kecukupan data Apabila semua nilai rat-rata sub grup berada dalam batas control, maka
semua data-data dapat digunakan. Untuk menghitung banyaknya pengukuran yang
diperlukan untuk menghitung banyaknya pengukuran digunakn rumus :
Keterangan :
N = jumlah data yang diperlukan
N = jumlah data yang telah di lakukan
= tingkat kepercayaan
= tingkat ketelitian

E. Penggunaan Data Antropometri


Sebelum membahas lebih jauh mengenai penggunaan data ini maka ada baiknya kita bahas istilah
The fallacy of the average man or average woman. Istilah ini mengatakan bahwa merupakan
suatu kesalahan dalam perancangan suatu tempat kamar mandi jika berdasar pada dimensi yang
hipotesis yaitu menganggap bahwa semua dimensi adalah merupakan rata-rata. Walaupun hanya
dalam penggunaan satu dimensi saja, seperti misalnya jangkauan kedepan (forward reach), maka
penggunaan rata-rata (50 persentil) dalam penyesuaian pemasangan suatu tempat peralatan mandi
akan menghasilkan bahwa 50 % populasi akan tidak mampu menjangkaunya. Selain dari itu, jika
seseorang mempunyai dimensi pada rata-rata populasi, katakanlah tinggi badan, maka, belum tentu
, bahwa dia berada pada rata-rata populasi untuk dimensi lainnya. Adapun pendekatan dalam
penggunaan data antropometri diatas adalah sebagai berikut:
a. Pilihlah standar deviasi yang sesuai untuk perancangan yang dimaksud..
b. Carilah data pada rata-rata dan distribusi dari dimensi yang dimaksud untuk populasi yang
sesuai.
c. Pilihlah nilai persentil yang sesuai sebagai dasar perancangan.
Pembahasan

1. Penilaian Postur Kerja Pengelas Kapal

Gambar 1. Pengukuran Metode RULA Untuk Posisi Pertama


Dari Gambar 1 terlihat bahwa postur kerja yang dilakukan adalah dengan posisi berdiri,
batang tubuh lurus, posisi leher lurus, posisi lengan lurus dan pergelangan tangan netral.
Jadi penilaian postur tubuh wasit volley ball dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a. Menentukan Skor Postur Tubuh Grup A
1) Lengan Atas (upper arm)
Pergerakan Skor Skor Perubahan

200 (ke depan maupun


1
kebelakang dari tubuh)
+ 1 jika bahu naik
>200 (ke belakang) atau 20-
2
450 + 1 jika lengan
berputar/bengkok
45-900 3

>900 4

Berdasarkan gambar 1, dengan posisi lengan atas tertekuk sekitar 20 maka didapatkan
skor 1 dan dikarenakan bahu tidak naik ataupun lengan tidak berputar/bengkok maka
tidak didapatkan skor tambahan. Sehingga skor total untuk lengan atas adalah 1.
1) Lengan Bawah (Lower Arm)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

60-1000 1 +1 Jika lengan bawah bekerja


melewati garis tengah atau keluar
<600 atau >1000 2 dari sisi tubuh

Berdasarkan gambar 1, dengan posisi lengan bawah lurus atau 60-1000 maka
didapatkan skor 1 dan dikarenakan posisi lengan bawah bekerja keluar dari sisi tubuh
maka didapatkan skor +1. Sehingga skor total lengan bawah adalah 2.
2) Pergelangan Tangan (wrist)
Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi netral 1

0- 150 (ke atas maupun ke +1 jika pergelangan


2
bawah) tangan putaran
menjauhi sisi tengah
>150 (ke atas maupun
3
kebawah)

Berdasarkan gambar 1, dengan posisi pergelangan tangan >150 maka didapatkan skor
3 dan +1 karena pergelangan tangan menjauhi sisi tengah. Jadi nilai total pergelangan
tangan 4.
3) Putaran Pergelangan Tangan (Wrist Twist)

Skor 1 = Posisi tengah dari putaran


Skor 2 = Pada atau dekat dari putaran
Berdasarkan gambar 1, putaran pergelangan tangan berada dekat dari putaran maka
didapatkan skor 2.

Sehingga didapatkan skor :


Lengan atas =1
Lengan bawah =2
Pergelangan tangan =4
Putaran pergelangan tangan =2
Kemudian lihat tabel skor grup A.
Tabel 1. Skor Group A
Wrist

Upper Lower 1 2 3 4

Arm Arm Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist

1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 2 2 2 2 3 3 3

2 2 2 2 2 3 3 3 3
1
3 2 3 2 3 3 3 4 4

1 2 2 2 3 3 3 4 4

2 2 2 2 3 3 3 4 4
2
3 2 3 3 3 3 4 4 5

1 2 3 3 3 4 4 5 5

2 2 3 3 3 4 4 5 5
3
3 2 3 3 4 4 4 5 5

1 3 4 4 4 4 4 5 5

2 3 4 4 4 4 4 5 5
4
3 3 4 4 5 5 5 6 6

1 5 5 5 5 5 6 6 7
5

Jadi skor postur kerja grup A = 3

Selanjutnya menentukan skor aktivitas dan skor beban, sebagai berikut:


Skor aktivitas
Aktivitas dilakukan dengan postur static/diam, satu atau lebih bagian tubuh diam = 1.
Karena tidak terjadi pengulangan, maka skor total aktivitas adalah 1.
Skor Beban
Beban < 2 kg dengan skor = 0
Total Skor untuk grup A adalah 3 + 1 = 4

b. Menentukan Skor Postur Tubuh Grub B


1) Leher (neck)
Skor
Pergerakan Skor
Perubahan

0-100 1
+ 1 jika leher
10-200 2
berputar/bengkok
>200 3 + 1 batang tubuh
Ekstensi 4 bengkok

Berdasarkan gambar 1, posisi leher sekitar >200 didapatkan skor 3. Karena batng leher
bergerak +1 dan badan tubuh bengkok +1, maka skor yang diperoleh 5.

2) Batang Tubuh (trunk)


Skor
Pergerakan Skor
Perubahan
Posisi normal
1
(900)
+ 1 jika leher
0-200 2
berputar/bengkok

20-600 3 + 1 jika batang tubuh


bungkuk

>600 4

Berdasarkan gambar 1, posisi batang tubuh dalam kondisi normal (>600) skor 4. Leher
bengkok +1 dan batang tubuh bengkok +1, maka skor yang diperoleh 6.

3) Kaki (legs)
Skor 1 = kaki ikut bergerak
Skor 2 = kaki diam
Berdasarkan gambar 1, posisi kaki ikut bergerak maka didapatkan skor 1.
Sehingga didapatkan skor :
Leher = 5
Batang tubuh = 6
Kaki = 1

Kemudian lihat tabel skor grup B.

Tabel 2. Skor Grup B Trunk Postur Score


Trunk Postur Score

1 2 3 4 5 6
Neck
Legs legs Legs Legs Legs Legs

1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7

2 2 3 2 3 4 5 5 5 7 7 7 6

3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7

4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8

5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8

6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9

Jadi skor postur kerja grup B = 3


Selanjutnya menentukan skor aktivitas dan skor beban, sebagai berikut:
Skor aktivitas
Aktivitas dilakukan dengan postur statik, satu atau lebih bagian tubuh diam = 1
Skor beban
Beban < 2 kg dengan skor = 0
Total Skor untuk grup B adalah 8 + 1 = 9

Untuk memperoleh skor akhir (Grand Score), skor yang diperoleh untuk postur tubuh
grup A dan grup B dikombinasikan ke Tabel 3.
Tabel 3. Grand Total Score Table
Score Group B
Score
Group
1 2 3 4 5 6 7+
A

1 1 2 3 3 4 5 5

2 2 2 3 4 4 5 5

3 3 3 3 4 4 5 6

4 3 3 3 4 5 6 6

5 4 4 4 5 6 7 7

6 4 4 5 6 6 7 7

7 5 5 6 6 7 7 7

+8 5 5 6 7 7 7 7

Hasil skor dari Tabel 3. tersebut diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori level resiko
pada Tabel 4.

Tabel 4. Kategori Tindakan RULA


Kategori
Level Resiko Tindakan
tindakan
12 Minimum Aman

34 Kecil Diperlukan beberapa waktu ke depan

56 Sedang Tindakan dalam waktu dekat

7 Tinggi Tindakan sekarang juga

Berdasarkan Tabel 4. postur kerja Pengelas Kapal pada gambar pertama memiliki level
resiko sedang.
2. Penilaian Postur Kerja Pengelas Kapal dengan Posisi Pengelasan yang Berbeda

Gambar 2. Pengukuran Metode RULA Untuk Posisi Kedua


Dari Gambar 2 terlihat terlihat bahwa postur kerja yang dilakukan wasit volley ball
adalah dengan posisi berdiri, batang tubuh lurus, posisi leher lurus, posisi lengan tertekuk
dan pergelangan tangan lurus atau netral.
Jadi penilaian postur tubuh temen volley ball dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a. Menentukan Skor Postur Tubuh Grub A
1) Lengan Atas (upper arm)
Pergerakan Skor Skor Perubahan

200 (ke depan maupun


1
kebelakang dari tubuh)
+ 1 jika bahu naik
>200 (ke belakang) atau 20-
2
450 + 1 jika lengan
berputar/bengkok
45-900 3

>900 4

Berdasarkan gambar 2, dengan posisi lengan atas tertekuk sekitar 20 0-450 maka
didapatkan skor 1 dan +1 karena lengan berputar/bengkok. Sehingga skor total untuk
lengan atas adalah 2.
2) Lengan Bawah (lower arm)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

60-1000 1 +1 Jika lengan bawah bekerja


melewati garis tengah atau keluar
<600 atau >1000 2 dari sisi tubuh

Berdasarkan gambar 2, dengan posisi lengan bawah tertekuk >100 maka didapatkan
skor 2. Jadi skor total lengan bawah adalah 2.

3) Pergelangan Tangan (wrist)


Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi netral 1

0- 150 (ke atas maupun ke +1 jika pergelangan tangan


2
bawah) putaran menjauhi sisi
tengah
>150 (ke atas maupun
3
kebawah)

Berdasarkan gambar 2, dengan posisi pergelangan tangan lurus atau netral maka
didapatkan skor 1. Jadi nilai total pergelangan tangan 1.

4) Putaran Pergelangan Tangan (Wrist Twist)

Skor 1 = Posisi tengah dari putaran


Skor 2 = Pada atau dekat dari putaran
Berdasarkan gambar 2, putaran pergelangan tangan berada dekat dengan putaran,
sehingga di dapatkan skor 2.
Sehingga didapatkan skor :
Lengan atas =2
Lengan bawah =2
Pergelangan tangan =1
Putaran pergelangan tangan =2
Kemudian lihat tabel skor grup A.
Tabel 5. Skor Group A
Wrist

Upper Lower 1 2 3 4

Arm Arm Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist

1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 2 2 2 2 3 3 3

2 2 2 2 2 3 3 3 3
1
3 2 3 2 3 3 3 4 4

1 2 2 2 3 3 3 4 4

2 2 2 2 3 3 3 4 4
2
3 2 3 3 3 3 4 4 5

1 2 3 3 3 4 4 5 5

2 2 3 3 3 4 4 5 5
3
3 2 3 3 4 4 4 5 5

1 3 4 4 4 4 4 5 5

2 3 4 4 4 4 4 5 5
4
3 3 4 4 5 5 5 6 6

1 5 5 5 5 5 6 6 7
5
Jadi skor postur kerja grup A = 2

Selanjutnya menentukan skor aktivitas dan skor beban, sebagai berikut:


Skor aktivitas
Aktivitas dilakukan dengan postur static/diam, satu atau lebih bagian tubuh diam =
1 jadi skor aktivitas adalah 1.
Skor beban
Beban < 2 kg dengan skor = 0
Total Skor untuk grup A adalah 2 + 1 = 3

c. Menentukan Skor Postur Tubuh Grub B


1) Leher (neck)
Skor
Pergerakan Skor
Perubahan
0
0-10 1
+ 1 jika leher
0
10-20 2
berputar/bengkok
>200 3 + 1 batang tubuh
Ekstensi 4 bengkok

Berdasarkan gambar 2, posisi leher sekitar 100-200 didapatkan skor 2.

2) Batang Tubuh (trunk)


Skor
Pergerakan Skor
Perubahan
Posisi normal
1
(900)
+ 1 jika leher
0-200 2
berputar/bengkok
0
20-60 3
+ 1 jika batang tubuh
bungkuk

>600 4

Berdasarkan gambar 2, posisi batang tubuh dalam kondisi normal 00-200 didapatkan
skor 2. Posisi leher bengkok +1 dan batang tubuh bengkok +1, jadi total skor 4.
3) Kaki (legs)
Skor 1 = kaki ikut bergerak
Skor 2 = kaki diam
Berdasarkan gambar 2, posisi kaki tidak ikut bergerak maka didapatkan skor 2.
Sehingga didapatkan skor :
Leher =2
Batang tubuh =4
Kaki =2
Kemudian lihat tabel skor grup B.
Tabel 6. Skor Group B Trunk Postur Score
Trunk Postur Score

1 2 3 4 5 6
Neck
legs legs Legs Legs Legs Legs

1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7

2 2 3 2 3 4 5 5 5 7 7 7 6

3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7

4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8

5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8

6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9

Jadi skor postur kerja grup B = 5


Selanjutnya menentukan skor aktivitas dan skor beban, sebagai berikut:
Skor aktivitas
Aktivitas dilakukan dengan postur statik, satu atau lebih bagian tubuh diam = 1
Skor beban
Beban < 2 kg dengan skor = 0
Total Skor untuk grup B adalah 5 + 1 = 6
Untuk memperoleh skor akhir (grand score), skor yang diperoleh untuk postur tubuh
grup A dan grup B dikombinasikan ke Tabel 7.
Tabel 7. Grand Total Score Table
Score Group B
Score
Group
1 2 3 4 5 6 7
A

1 1 2 3 3 4 5 5

2 2 2 3 4 4 5 5

3 3 3 3 4 4 5 6

4 3 3 3 4 5 6 6

5 4 4 4 5 6 7 7

6 4 4 5 6 6 7 7

7 5 5 6 6 7 7 7

+8 5 5 6 7 7 7 7

Hasil skor dari Tabel 7 tersebut diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori level
resiko pada Tabel 8.
Tabel 8. Kategori Tindakan RULA
Kategori
Level Resiko Tindakan
tindakan
12 Minimum Aman

34 Kecil Diperlukan beberapa waktu ke depan

56 Sedang Tindakan dalam waktu dekat

7 Tinggi Tindakan sekarang juga


Berdasarkan Tabel 8. postur kerja Pengelas kapal gambar kedua memiliki level resiko
sedang.

3. Perbaikan Sikap
Berdasarkan dari hasil pengolahan data dan analisa yang dilakukan terhadap setiap
elemen kegiatan pada kegiatan Teknisi yang sedang mengelas kapal, postur kerja yang harus
segera dilakukan perbaikan menurut metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA) adalah
pada posisi kesatu dan kedua perlu dilakukan dalam waktu dekat karena memberikan nilai
resiko pada level sedang. Kelelahan yang disebabkan oleh sejumlah faktor yang berlangsung
secara terus menerus dan terakumulasi akan menyebabkan lelah kronis. Untuk menghindari
hal tersebut perlu dilakukan beberapa alternatif perbaikan untuk mendapatkan postur kerja
yang baik yaitu dengan cara merancang alternatif alat bantu yang baik dan nyaman untuk
pekerja. Alternatif pengembangan alat bantu yang akan dilakukan antara lain:
1. Membuat sebuah dudukan/tempat pijakan yang ergonomis, konstruksinya disesuaikan
dengan anthropometri tubuh orang Indonesia secara umum. Terutama untuk postur kerja
jongkok dan bungkuk.
2. Menggunakan fullbody harness, agar lebih mudah mengerjakan perbaikan sehingga
posisi dari lengan tangan atas membentuk sudut 00 bila diukur dari batang tubuh.
3. Mendesain alat kerja sejajar dengan pandangan kita saat punggung dan leher lurus atau
membentuk sudut 00.
4. Membeli sebuah mesin yang dapat mengangkat dan mengatur ketinggian alat yang
diangkat, hal ini dapat membantu untuk memudahkan pekerja dalam melakukan aktifitas
dengan posisi lengan bawah membentuk sudut 900 bila diukur dari postur tubuh.

Anda mungkin juga menyukai