Resume Materi Mata Kuliah Ergonomi Pertemuan 1 sampai 6
Nanda Maulani 22100170001
A. Konsep Dasar Ergonomi 1. Definisi Ergonomi Dalam bahasa Yunani kata "ergon" berarti kerja, sedangkan "nomos" berarti aturan/hukum. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik. 2. Tujuan Ergonomi a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental. b. Meningkatkan kesejahteraan social. c. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja 3. Konsep Keseimbangan dalam Ergonomi a. Tuntutan Tugas : karakteristik material, tempat kerja, organisasi, dan lingkungan. b. Kapasitas kerja :kapasitas personal, psikologis dan fisiologis, dan biomekanik. c. Performa : kelelahan, cedera, kecelakaan, produksivitas, stress, penyakit. dll. 4. Kapasitas Kerja Secara umum kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia ditentukan oleh berbagai faktor yaitu : umur, jenis kelamin, antropometri, status kesehatan dan nutrisi, kesegaran jasmani, kemampuan kerja fisik. B. Desain Stasiun Kerja 1. Pendekatan dalam Desain Stasiun Kerja Pendekatan secara sistemik untuk menentukan dimensi stasiun kerja dapat dilakukan dengan a. Mengidentifikasi variabilitas populasi pemakai : etnik, jenis kelamin dan umur b. Mendapatkan data antropometri yang relevan, perlu mempertimbangkan pakaian, sepatu dan posisi normal. c. Menentukan kisaran ketinggian dari pekerjaan utama dan Tata letak d. Menempatkan displai yang tepat dan review terhadap desain stasiun kerja secara berkala. 2. Pertimbangan Antropometri dalam Desain Antropometri Pengukuran dimensi/karakteristik fisik tubuh yang relevan dengan desain tentang yang dipakai orang. Ukuran antropometri ialah kenyamanan, kesehatan, keselamatan dan estetika kerja. Faktor manusia harus diperhitungkan dalam setiap desain produk dan stasiun kerja. 3. Jenis pengukuran Antropometri Alat ukur yang harus digunakan untuk mengukur antropometri adalah antropometer. Pengukuran antropometri statis biasanya dilakukan dalam posisi berdiri dan duduk di kursi. a. Desain Stasiun Kerja dan Sikap Kerja Duduk Bekerja dengan posisi duduk mempunyai keuntungan antara lain; pembebanan pada kaki; pemakaian energi dan keperluan untuk sirkulasi darah dapat dikurangi. b. Desain Stasisun Kerja dan Sikap Kerja Berdiri Sikap berdiri ialah sikap siaga baik fisik maupun mental, sehingga aktivitas kerja lebih cepat, kuat dan teliti. Namun mengubah posisi duduk ke berdiri dengan masih menggunakan alat kerja akan melelahkan. Berdiri lebih melelahkan daripada duduk dan energi yang dikeluarkan lebih banyak 10-15%. c. Desain Stasiun Kerja dan Sikap Kerja Dinamis Pekerjaan dilakukan dengan duduk dan pada saat lainnya dilakukan dengan berdiri saling bergantian. Suatu desain produk harus berpusat pada pemakainya. C. Lingkungan Kerja Fisik Factor yang memengaruhi lingkungan kerja seperti faktor fisik, kimia, biologis dan psikologis. Factor tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap suasana kerja dan berpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan tenaga kerja. Faktor fisik lingkungan kerja yaitu mikroklimat (lingkungan kerja panas), kebisingan dan penerangan. 1. Lingkungan Kerja Panas Suhu tubuh manusia dipertahankan hampir menetap oleh suatu pengaturan suhu. Suhu menetap dipertahankan akibat keseimbangan antara panas dari metabolisme tubuh dan pertukaran panas antara tubuh dengan lingkungan. Sedangkan produksi panas dalam tubuh tergantung dari kegiatan fisik tubuh, makanan, kondisi demam, dll. a. Pengaruh Fisiologis Akibat Tekanan Panas : Gangguan perilaku dan performansi kerja, dehidrasi, biang keringat, kejang otot tubuh, Heat Syncope/Fainting, Heat Exhaustion. b. Penilaian Lingkungan Kerja Panas : Salah satu parameter pengukuran suhu lingkungan panas adalah dengan menilai Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang terdiri dari parameter suhu udara kering, suhu udara basah dan suhu panas radiasi. c. Pengendalian Lingkungan Kerja Panas : Mengurangi faktor beban kerja dengan mekanisasi, mengurangi beban panas radian, mengetahui temperatur dan kelembaban, meningkatkan pergerakan udara, pembatasan terhadap waktu pemaparan panas 2. Kebisingan di Tempat Kerja Kebisingan ialah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Dari segi kualitas bunyi, terdapat dua hal yang menentukan yaitu frekuensi suara dan intensitas suara. a. Sumber Kebisingan : Generator, mesin diesel, mesin produksi, mesin potong, gergaji serut, ketel uap atau boile, alat-alat lain yang menimbulkan suara dan getaran seperti alat pertukangan, kendaraan bermotor dari lalu lintas dll. b. Jenis pengukuran pada sumber suara yaitu Sound level meter dan dosi meter. c. Pengaruh Kebisingan Intensitas Tinggi : penurunan daya dengar baik yang bersifat sementara maupun bersifat permanen atau ketulian, menyebabkan gangguan kesehatan. Intensitas Rendah : Intensitas di bawah NAB secara fisiologis tidak menyebabkan kerusakan pendengaran. Namun dapat menyebabkan penurunan performansi kerja, sebagai salah satu penyebab stres dan gangguan kesehatan lainnya. d. Pengendalian Kebisingan Di Tempat Kerja : Eliminasi sumber kebisingan, pengendalian kebisingan secara (teknik, administrative, dan kebisingan pada penerima/pekerja). 3. Penerangan di Tempat Kerja Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan tenaga kerja dapat melihat objek - objek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya - upaya yang tidak perlu. a. Pengaruh Penerangan Di Tempat Kerja Kelelahan mata dan mental, berkurangnya daya dan efisiensi kerja, keluhan pegal, sakit kepala, kerusakan indra mata, kehilangan produktivitas, kualitas kerja rendah, banyak terjadi kesalahan, kecelakaan kerja meningkat
b. Aplikasi Penerangan di Tempat Kerja
Dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu : Desain tempat kerja untuk menghindari problem penerangan, Identifikasi dan penilaian problem serta kesulitan penerangan, pengembangan dan evaluasi pengendalian resiko akibat penerangan. c. Penggunaan Warna Di Tempat Kerja Untuk alasan keselamatan, sumber bahaya lebih mudah dikenali jika menggunakan warna yang mencolok, mengidentifikasi peraltan dan benda-benda seperti pintu darurat. d. Standar Penerangan di Tempat Kerja Diatur dalam Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No. 7 Tahun 1964, tentang Syarat- syarat kesehatan, kebersihan dan penerangan di tempat kerja. D. Kualitas Udara Dalam Ruang Kerja Kualitas udara yang rendah dalam suatu bangunan berhubungan erat terhadap terjadinya problem Sick Building Syndrome (SBS) dan Building Related Illeness (BRI). SBS : sebagai suatu komplain yang tidak spesifik ditandai dengan frekuensi tinggi dari gejala iritasi pada mata, hidung, tenggorokan dan saluran napas bagian bawah, reaksi kulit, kepenatan, pusing atau sakit kepala di antara orang yang tinggal dalam suatu bangunan tertentu. BRI merupakan problem gangguan kesehatan dan dapat dikenali sebagai suatu penyakit yang agak spesifik diduga berhubungan dengan pemaparan udara dalam ruangan, seperti penyakit legionnaire, asma, dermatitis dll. Faktor yang memengaruhi tingkat kualitas udara yang dapat menyebabkan SBS dan BRI: Kontaminan udara (biologis, formaldehid, partikel-partikel dalam udara), faktor fisik (suhu udara, kelembaban, kecepatan gerakan udara untuk sirkulasi), sistem ventilasi udara. 1. Pengertian Kualitas Udara Dalam Ruang Kerja Kualitas udara dalam ruangan adalah udara di dalam suatu bangunan yang dihuni atau ditempati untuk suatu periode yang sekurangnya 1 jam oleh orang 2. Kontaminan Udara Dalam Ruang Kerja Jenis kontaminan yang dapat menurunkan kualitas udara yaitu: Karbon Dioksida, Produk hasil pembakaran, formaldehid, gas tidak berwarna dengan bau tajam, ozon, sinar UV, partikel-partikel dalam udara ruang kerja, pencemaran mikrobiologi. 3. Pengujian Kualitas Udara Faktor -faktor yang harus diuji setidaknya meliputi parameter: a. Faktor Fisik Lingkungan Kerja: Suhu (basah dan kering), Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB), kelembaban relatif, kecepatan gerakan udara (m/det) b. Kontaminan udara : debu hasil pernapasan, pembakaran gas, konsentrasi O2 di udara, ozon, formaldehid. 4. Pengendalian Pemindahan sumber pencemaran, modifikasi tempat/proses kerja, desain sistem ventilasi udara, pengendalian administrasi - komunikasi, membersihkan tempat kerja secara regular. E. Organisasi Kerja Organisasi kerja terutama menyangkut waktu kerja; waktu istirahat; sistem kerja harian/borongan; masuk kerja dan insentif dapat berpengaruh terhadap produktivitas, baik langsung atau tidak langsung. Setiap fungsi tubuh memerlukan keseimbangan antara asupan dan penggantian energy, maka diperlukan adanya istirahat pendek dengan sedikit kudapan (15 menit setelah 1,5 - 2 jam kerja) untuk mempertahankan performansi dan efisiensi kerja. 1. Fisiologis Tubuh Saat Bekerja dan Istirahat Pekerjaan yang bersifat fisik memerlukan tenaga lebih besar dibanding yang bersifat mental. Secara kualitatif kerja fisik atau mental fungsi fisiologis tubuh tetap sama yaitu aktivitas persyarafan bertambah, otot menegang, meningkatnya peredaran darah, nafas lebih dalam, denyut jantung dan tekanan darah meningkat. Secara kuantitatif, antara kerja fisik dan mental adalah berbeda dan dipengaruhi oleh beban pekerjaan. Bekerja adalah anabolisme yaitu mengurai atau menggunakan bagian tubuh. Aktivitas tidak dapat dilakukan terus-menerus, melainkan harus diselingi istirahat. Pada saat istiraha, tubuh mempunyai kesempatan membangun tenaga yang telah digunakan. 2. Pengaturan Waktu Kerja dan Waktu Istirahat Di Indonesia, waktu kerja 8 jam, selebihnya istirahat. Kerja lembur sangat merugikan kesehatan, perlu waktu istirahat untuk mencegah terjadinya kelelahan, penurunan kemampuan fisik, mental kehilangan efisiensi kerja, memberi kesempatan tubuh untuk melakukan pemulihan; memberi kesempatan untuk kontak social. 3. 4 Jenis Istirahat Yang Dilakukan Para Pekerja Selama Jam Kerja Berlangsung Istirahat spontan, istirahat curian, istirahat oleh karena proses kerja tergantung dari bekerjanya mesin, peralatan atau prosedur kerja, istirahat yang ditetapkan 4. Hari Kerja Jumlah jam kerja untuk seminggu 40-48 jam terbagi dalam 5/6 hari kerja.Maksimum waktu tambahan 30 menit, tetap harus disediakan waktu istirahat 15-30% seluruh waktu kerja. F. Gizi Kerja 1. Perngertian Ialah pemberian gizi yang diterapkan kepada masyarakat pekerja dengan tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan, efisiensi dan produktivitas kerja yang setinggi-tingginya 2. Zat Gizi dan Sumber Makanan Mengandung unsur : karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral. 3. Faktor-faktor yang memengaruhi kebutuhan gizi seseorang Ukuran tubuh, usia, jenis kelamin, kegiatan/aktivitas pekerjaan yang dilakukan, kondisi tubuh tertentu, kondisi lingkungan 4. Pengaruh Faktor Lingkungan Kerja Tekanan panas, bahan kimia, faktor psikologis. 5. Usaha perbaikan gizi kerja di perusahaan Menyediakan kantin di perusahaan, pemberian makanan secara gratis, pemberian makanan tambahan dan kantin, penyuluhan tentang kesehatan dan gizi secara teratur, menerapkan hasil penelitian tentang gizi kerja. 6. Penyakit Gizi Kerja Anemia gizi dapat menyebabkan konsentrasi kerja menurun dan daya ingat lambat selanjutnya menurunkan produktivitas 7. Masalah Gizi Tenaga Kerja a. Kurangnya perhatian para pengusaha terhadap makanan yang dikonsumsi para tenaga kerja b. Masalah gizi - mutliple causation of disease c. Agent : sumber penyakit dibagi dalam 8 unsur (gizi, kimia luar, kimia dalam, faal/fisiologis, psikis, tenaga dan kekuatan fisik, biologi/parasit d. Host : genetik, umur, jenis kelamin, etnik, fisiologis, imunologik, habit e. Environment : lingkungan fisik (cuaca, iklim, tanah, air), lingkungan biologis (kependudukan, flora-fauna), lingkungan sosial ekonomi (pekerjaan, urbanisasi, perkembangan ekonomi, bencana alam).