Anda di halaman 1dari 50

Nama : AHMAD SYAUQI, S.K.

M
Email : ahmadsyauqi651@gmail.com
Whatsapp (Office) : 0812 4461 4592

Pekerjaan : PT. IJS Indonesia

Pendidikan : - S1 Kesehatan Masyarakat,


Konsentrasi Epidemiologi
- Mahasiswa S2 Program Magister Kesehatan Masyarakat,
Konsentrasi Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3)

Pelatihan/Sertifikasi : -----------------------------------------------------------------------------
• Ahli K3 Umum Sertifikasi Kemnaker RI
• Ahli K3 Muda Lingkungan Kerja Sertifikasi Kemnaker RI
• Ahli Higiene Industri Muda Sertifikasi BNSP
• Training Of Trainer Level 3 Sertifikasi BNSP
• Training Of Trainer Bidang K3 LKBB Sertifikasi Kemnaker RI 2
OUTLINE MATERI

K3 Lingkungan Kerja
ü Dasar Hukum
ü Pengertian
ü Ruang Lingkup
ü Pengukuran &
Pengendalian
ü Higiene & Sanitasi
ü Personil K3
ü Pemeriksaan & Pengujian
ü Peninjauan Berkala
ü Pengawasan

3
“A people without the knowledge of their
past history, origin and culture is like a tree
without roots.”

by Marcus Garvey ~

4
5
Kondisi Bahaya di Lingkungan Kerja

6
Kondisi Bahaya di Lingkungan Kerja

7
Dasar Hukum
K3 Lingkungan Kerja
UU No. 3 Tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi
Organisasi Perburuhan Internasional No. 120 mengenai
Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor-kantor
UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3

Permenaker No. 5 Tahun 2018 tentang K3 Lingkungan Kerja


8
UU No. 3 Tahun 1969

v Semua bangunan dan perlengkapannya harus selalu


dipelihara agar mudah dioperasikan, tidak kotor, aman
pada saat dioperasikan.
v Ventilasi udara yang cukup dan sesuai harus menjamin
mensuplai udara segar dan atau udara yang telah
dibersihkan.
v Semua bangunan harus mempunyai sarana penerangan
yang cukup dan sesuai.
v Jarak antara gedung atau bangunan lainnya harus tidak
mengganggu masuknya cahaya ke tempat kerja.
v Semua gedung harus dapat mempertahankan keadaan
suhu yang nyaman.
v Penyusunan tempat kerja dan tempat duduk sesuai harus
teratur.

9
UU No. 3 Tahun 1969

v Penyediaan air minum yang cukup atau minuman lain yang sehat harus
ada.
v Penyediaan air dipergunakan untuk cuci tangan, untuk membersihkan
tangan setelah buang air, mencuci tangan sebelum makan dan mencuci
peralatan makan.
v Penyediaan tempat duduk yang cukup dan sesuai harus disediakan
pekerja/buruh dan harus diberi kesempatan yang cukup untuk
menggunakannya.
v Penyediaan fasilitas untuk mengganti, menyimpan dan mengeringkan
pakaian yang tidak dipakai pada waktu bekerja harus disediakan dan
dipelihara dengan baik. Penyediaan locker dan ruangan untuk pakaian
ganti harus sesuai dengan jumlah pekerja/buruh dan mempunyai nilai
sopan santun.
v Bangunan di bawah tanah atau tidak berjendela tetapi dilakukan
pekerjaan maka harus mempunyai dan memenuhi standar hygiene yang
baik.
10
UU No. 1 Tahun 1970

Syarat-syarat keselamatan kerja, pasal 3 ayat (1) huruf i, j, k, l, m :


• Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
• Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik
• Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
• Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
• Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya.

11
Permenaker Nomor 5 Tahun 2018 tentang
K3 Lingkungan Kerja

12
Pengertian
Higiene adalah usaha kesehatan preventif yang menitikberatkan
kegiatannya kepada usaha kesehatan individu maupun usaha pribadi
hidup manusia.

Sanitasi adalah usaha kesehatan preventif yang menitikberatkan


kegiatan kepada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia.

Lingkungan Kerja adalah aspek Higiene di Tempat Kerja yang di


dalamnya mencakup faktor fisika, kimia, biologi, ergonomi dan psikologi
yang keberadaannya di Tempat Kerja dapat mempengaruhi
keselamatan dan kesehatan Tenaga Kerja.

K3 Lingkungan Kerja adalah segala kegiatan untuk menjamin dan


melindungi keselamatan dan kesehatan Tenaga Kerja melalui
pengendalian Lingkungan Kerja dan penerapan Higiene Sanitasi di
Tempat Kerja.
13
Faktor Fisika adalah faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas
Tenaga Kerja yang bersifat fisika, disebabkan oleh penggunaan mesin,
peralatan, bahan dan kondisi lingkungan di sekitar Tempat Kerja yang
dapat menyebabkan gangguan dan penyakit akibat kerja pada Tenaga
Kerja.

Faktor Kimia adalah faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas


Tenaga Kerja yang bersifat kimiawi, disebabkan oleh penggunaan
bahan kimia dan turunannya di Tempat Kerja yang dapat menyebabkan
penyakit pada Tenaga Kerja.

Faktor Biologi adalah faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas


Tenaga Kerja yang bersifat biologi, disebabkan oleh makhluk hidup
meliputi hewan, tumbuhan dan produknya serta mikroorganisme yang
dapat menyebabkan penyakit akibat kerja.

14
Faktor Ergonomi adalah faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas Tenaga
Kerja, disebabkan oleh ketidaksesuaian antara fasilitas kerja yang meliputi
cara kerja, posisi kerja, alat kerja, dan beban angkat terhadap Tenaga
Kerja.

Faktor Psikologi adalah faktor yang mempengaruhi aktivitas Tenaga Kerja,


disebabkan oleh hubungan antar personal di Tempat Kerja, peran dan
tanggung jawab terhadap pekerjaan.

15
Ruang Lingkup
Pengusaha/Pengurus Wajib Tujuan
Tempat Kerja
(Psl 2) (Psl 4)

Apakah terdapat sumber bahaya Syarat K3 Lingkungan Kerja (Psl 3) Mewujudkan Lingkungan Kerja
Lingkungan Kerja berupa, faktor : yang aman, sehat, dan nyaman
1. Pengendalian Faktor Fisika dan Faktor dalam rangka mencegah
1. Fisika
Kimia agar berada di bawah NAB kecelakaan kerja dan penyakit
2. Kimia
2. Pengendalian Faktor Biologi, Faktor akibat kerja.
3. Biologi
Ergonomi, dan Faktor Psikologi Kerja
4. Ergonomi
agar memenuhi standar
5. Psikologi 3. Penyediaan Fasilitas Kebersihan dan
Sarana Higiene di Tempat Kerja yang
bersih dan sehat
4. Penyediaan personil K3 yang memiliki
kompetensi dan kewenangan K3 di
bidang Lingkungan Kerja
16
Pelaksanaan syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja
dilakukan melalui kegiatan : (Psl 5)

Pengukuran dan pengendalian Penerapan Higiene dan


Lingkungan Kerja yang Sanitasi meliputi:
meliputi:
• bangunan tempat kerja;
• fisika;
• fasilitas Kebersihan;
• kimia;
• kebutuhan udara; dan
• biologi; • tata laksana
• ergonomi; dan kerumahtanggaan.
• psikologi.

17
Pengukuran dan Pengendalian
Lingkungan Kerja

Pengukuran Lingkungan Kerja dilakukan sesuai dengan metode


uji yang ditetapkan Standar Nasional Indonesia. (Psl 6)

Pengendalian Lingkungan Kerja dilakukan sesuai hirarki pengendalian


meliputi upaya: (Psl 7)
• eliminasi
• substitusi
• rekayasa teknis
• administratif
• penggunaan alat pelindung diri.

18
Faktor Fisika (Psl 8)

Faktor Fisika

Gelombang Medan Tekanan


Radio / Sinar Ultra Magnet Udara
Iklim Kerja Kebisingan Getaran Gelombang Violet
Pencahayaan
Mikro Statis Ekstrim

19
Iklim kerja (Psl 9)

Iklim Kerja adalah hasil perpaduan antara suhu,


NAB Iklim Kerja ISBB yang Diperkenankan
kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas
radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari
tubuh Tenaga Kerja sebagai akibat pekerjaannya
meliputi tekanan panas dan dingin.

Indeks Suhu Basah dan Bola (Wet Bulb Globe


Temperature Index) / ISBB adalah parameter
untuk menilai tingkat Iklim Kerja panas yang
merupakan hasil perhitungan antara suhu udara
kering, Suhu Basah Alami, dan Suhu Bola.

Alat Ukur Questemp

20
Iklim kerja
Tekanan Dingin adalah pengeluaran panas akibat pajanan terus
menerus terhadap dingin yang mempengaruhi kemampuan tubuh untuk
menghasilkan panas sehingga mengakibatkan hipotermia (suhu tubuh
di bawah 36 derajat Celsius).

21
Kebisingan (Psl 10)

Kebisingan adalah semua suara yang tidak NAB Intensitas Kebisingan


dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses
produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada
tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan
pendengaran.

Alat Ukur Sound Level Meter

APD

Ear Plug Ear Muff

22
Getaran (Psl 11)

Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda NAB Getaran (Lengan dan Tangan)
atau media dengan arah bolak-balik dari
kedudukan keseimbangannya.

Alat Ukur

Hand-arm Whole-body
Vibration Meter Vibration Meter

NAB Getaran (Seluruh Tubuh)

23
Radiasi gelombang radio/mikro (Psl 12)

Radiasi Gelombang Radio atau Gelombang NAB Radiasi Gelombang Radio/Mikro


Mikro adalah radiasi elektromagnetik dengan
frekuensi 30 (tiga puluh) kilo hertz sampai 300
(tiga ratus) giga hertz.

Alat Ukur

BR15 Microwave Meter

24
Radiasi sinar ultra violet (Psl 13)

Radiasi Ultra Ungu (Ultra Violet) adalah radiasi NAB Radiasi Sinar UV
elektromagnetik dengan panjang gelombang 180
(seratus delapan puluh) nano meter sampai 400
(empat ratus) nano meter.

Alat Ukur

UV Light Meter

25
Medan magnet statis (Psl 14)

Medan Magnet Statis adalah suatu medan atau NAB Medan Magnet Statis yang Diperkenankan
area yang ditimbulkan oleh pergerakan arus
listrik.

Alat Ukur

Electrostatic Field Meter


NAB Medan Magnet Statis (1-30 kilo hertz)

26
Tekanan udara ekstrim (Psl 15)

Tekanan Udara Ekstrim adalah tekanan udara


Alat Ukur
yang lebih tinggi atau tekanan udara yang lebih
rendah dari tekanan udara normal
(1 atmosphere).
Manometer
Pengendalian terhadap bahaya tekanan udara ekstrim
dilakukan dengan:
1. menghindari pekerjaan pada Tempat Kerja yang
memiliki sumber bahaya Tekanan Udara Ekstrim;
2. mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap
sumber bahaya Tekanan Udara Ekstrim;
3. menggunakan baju kerja yang sesuai;
4. menggunakan alat pelindung diri yang sesuai.

27
Pencahayaan (Psl 16)

Pencahayaan adalah sesuatu yang memberikan terang


(sinar) atau yang menerangi, meliputi Pencahayaan alami
dan Pencahayaan Buatan.

Alat Ukur

Lux Meter

28
Faktor Kimia (Psl 20)

Pengukuran dan pengendalian Faktor Kimia dilakukan


Faktor Kimia meliputi pada Tempat Kerja yang memiliki potensi bahaya bahan
kimia.

Gas Pemeriksaan dan pengujian faktor kimia:


Bahaya Besar – 6 bulan sekali.
Bahaya Menengah – 1 tahun sekali.
Uap Kepmenaker No. 187 Thn 1999

Pengukuran Faktor Kimia terhadap pekerja yang


mengalami pajanan dilakukan melalui Pemeriksaan
Partikulat kesehatan khusus pada spesimen tubuh Tenaga
Kerja dan dibandingkan dengan IPB

Cair

29
Kontaminan kimia di udara :

Debu di Udara
Lingkungan Kerja

Gas di Udara
Lingkungan Kerja

30
Debu di Udara Lingkungan Kerja

Konsentrasi debu yang melebihi batas di udara lingkungan kerja juga dapat
mengakibatkan penyakit akibat kerja apabila tidak dilakukan pengendaliannya
secara tepat.

Dust Sampler Analitic Balance

Alat
Ukur

31
Gas di Udara Lingkungan Kerja

Pada perusahaan-perusahaan yang menggunakan bahan kimia tertentu, atau


proses tertentu maka di udara lingkungan kerjanya mengandung gas-gas
tertentu yang apabila melebihi nilai ambang batas akan dapat berdampak
negatif terhadap kesehatan pekerja

Gas Monitor

Alat Ukur

32
Faktor Biologi (Psl 22)
Alat Ukur

Pengukuran
mikro
organisme
produk
binatang dan
tumbuhan
yang arthopoda
berbahaya
lainnya
Colony Counter

Potensi
bahaya
binatang meliputi: hewan
Pemantauan buas invertebrata

Air Sampler
binatang alergen dan
toksin dari
berbisa tumbuhan

33
Faktor Ergonomi (Psl 23)

Potensi bahaya meliputi:


• Cara kerja, posisi kerja, dan postur tubuh yang tidak sesuai saat melakukan pekerjaan
• Desain alat kerja dan Tempat Kerja yang tidak sesuai dengan antropometri Tenaga Kerja
• Pengangkatan beban yang melebihi kapasitas kerja

34
Faktor Ergonomi

Pengendalian untuk potensi bahaya faktor ergonomi adalah sebagai berikut :


− Menghindari posisi kerja yang janggal,
− Memperbaiki cara kerja dan posisi kerja,
− Mendesain kembali atau mengganti tempat kerja, objek kerja, bahan, desain tempat
kerja dan peralatan kerja,
− Memodifikasi tempat kerja, objek kerja, bahan, desain tempat kerja dan peralatan
Kerja,
− Mengatur waktu kerja dan waktu istirahat,
− Melakukan pekerjaan dengan sikap tubuh dalam posisi netral atau baik,
− Menggunakan alat bantu.
35
Faktor Psikologi (Psl 24)

Ketidakjelasan peran

Konflik peran

Beban kerja berlebih


secara kualitatif
Potensi bahaya
meliputi: Beban kerja berlebih
secara kuantitatif

Pengembangan karir

Tanggung jawab terhadap


orang lain
36
Faktor Psikologi

Pengendalian untuk potensi bahaya faktor psikologi adalah sebagai


berikut :
− Melakukan pemilihan, penempatan dan pendidikan pelatihan bagi
tenaga kerja,
− Mengadakan program kebugaran bagi tenaga kerja,
− Mengadakan program konseling,
− Mengadakan komunikasi organisasional secara memadai,
− Memberikan kebebasan bagi tenaga kerja untuk memberikan
masukan dalam proses pengambilan keputusan,
− Mengubah struktur organisasi, fungsi dan/atau dengan merancang
kembali pekerjaan yang ada,
− Menggunakan sistem pemberian imbalan tertentu,
− Pengendalian lainnya sesuai dengan kebutuhan.

37
Higiene dan Sanitasi

Bangunan Halaman: saluran air pembuangan


Tempat Kerja Gedung: ruang gerak 2 m2/orang

• Memisahkan
• Menata
• Membersihkan • Toilet dan kelengkapannya
• Menetapkan dan Tata Laksana Fasilitas • Loker dan ruang ganti pakaian
Melaksanakan Kerumahtanggaan Kebersihan • Tempat sampah
prosedur Kebersihan • Peralatan Kebersihan
• Mengembangkan
prosedur Kebersihan

• suhu kering 230C – 260C


Kadar oksigen: Kebutuhan • kelembaban 40% – 60%
19,5% - 23,5% dari Udara • perbedaan suhu antar ruangan
volume udara
tidak melebihi 5oC

¤ KUDR: suhu, kelembababan, kadar oksigen, kadar kontaminan udara.


¤ Ventilasi: alami, buatan, atau kombinasi keduanya.
¤ Ruang udara: paling sedikit 10 m3 . 38
Rasio kebutuhan jamban dengan jumlah tenaga kerja

Satu waktu kerja Area konstruksi / tempat


Ø Untuk 1 - 15 orang = 1 (satu) jamban;
kerja sementara
Ø Untuk 16 - 30 orang = 2 (dua) jamban; Ø Untuk 1 - 19 orang = 1 (satu) jamban;
Ø Untuk 31 - 45 orang = 3 (tiga) jamban;
Ø Untuk 20 - 199 orang = 1 (satu) jamban dan 1
Ø Untuk 46 - 60 orang = 4 (empat) jamban; (satu) peturasan untuk setiap 40 (empat puluh)
orang;
Ø Untuk 61 - 80 orang = 5 (lima) jamban;
Ø Untuk 200 orang atau lebih = 1 (satu) jamban
Ø Untuk 81 - 100 orang = 6 (enam) jamban; dan 1 (satu) peturasan untuk setiap 50 (lima
Ø Setiap penambahan 40 orang ditambahkan puluh) orang.
1 (satu) jamban
Ø Jika Toilet laki-laki menyediakan fasilitas
peturasan, jumlah jamban tidak boleh
kurang dari 2/3 (dua pertiga) jumlah
jamban yang dipersyaratkan.

39
Personil K3
Pengukuran dan pengendalian Lingkungan Kerja harus
dilakukan oleh personil K3 bidang Lingkungan Kerja,
meliputi:

Ahli K3 Muda Ahli K3 Madya Ahli K3 Utama


Lingkungan Kerja Lingkungan Kerja Lingkungan Kerja
- Pendidikan D3 - Pendidikan D3 - Pendidikan D3
- berpengalaman - berpengalaman - berpengalaman
paling sedikit 1 paling sedikit 3 (tiga) paling sedikit 5
(satu) tahun tahun sebagai Ahli (lima) tahun sebagai
K3 Muda Ahli K3 Madya
Lingkungan Kerja Lingkungan Kerja
- memiliki sertifikat - memiliki sertifikat - memiliki sertifikat
kompetensi sesuai kompetensi sesuai kompetensi sesuai
bidangnya bidangnya bidangnya
- berbadan sehat - berbadan sehat - berbadan sehat

40
Ø SKP dan Lisensi K3 berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun
dan dapat diperpanjang
Ø perpanjangan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum masa
berlaku lisensi K3 berakhir
Ø SKP dan Lisensi K3 hanya berlaku selama Ahli K3 Lingkungan
Kerja yang bersangkutan bekerja di perusahaan yang
mengajukan permohonan penerbitan
Ø Dalam hal sertifikat kompetensi belum ada, dapat menggunakan
surat keterangan telah mengikuti pembinaan K3 yang
diterbitkan oleh Direktur Jenderal.
Kewajiban Personil K3
Mematuhi peraturan perundang-undangan dan standar yang telah
ditetapkan.

Melaporkan pada atasan langsung mengenai kondisi pelaksanaan


pengukuran, pengendalian lingkungan kerja, dan penerapan
Higiene Sanitasi.

Bertanggung jawab atas hasil pelaksanaan pengukuran,


pengendalian lingkungan kerja, dan penerapan Higiene Sanitasi di
Tempat Kerja.

Membantu Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Lingkungan


Kerja dalam melaksanakan pemeriksaaan dan Pengujian K3
Lingkungan Kerja.

Melaksanakan kode etik profesi.

42
Pemeriksaan & Pengujian
Setiap Tempat Kerja yang memiliki potensi bahaya Lingkungan Kerja wajib
dilakukan Pemeriksaan dan/atau Pengujian.

Pemeriksaan merupakan kegiatan mengamati, menganalisis,


membandingkan, dan mengevaluasi kondisi Lingkungan Kerja untuk
memastikan terpenuhinya persyaratan.

Pengujian merupakan kegiatan pengetesan dan pengukuran kondisi


Lingkungan Kerja yang bersumber dari alat, bahan, dan proses kerja
untuk mengetahui tingkat konsentrasi dan pajanan terhadap Tenaga
Kerja untuk memastikan terpenuhinya persyaratan.

43
Pemeriksaan & Pengujian

Personil K3 bidang Lingkungan Kerja


Internal
Dilakukan
secara:
1. Unit Pelaksana Teknis Pengawasan Ketenagakerjaan

Eksternal (Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Lingkungan


Kerja)
2. Direktorat Bina Keselamatan dan Kesehatan Kerja beserta
Unit Pelaksana Teknis Bidang K3 (Penguji K3)
3. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang membidangi
pelayanan Pengujian K3 (Penguji K3)
4. Lembaga lain yang terakreditasi dan ditunjuk oleh Menteri
(Ahli K3 Lingkungan Kerja)

44
Jenis Pemeriksaan dan/atau Pengujian

Pertama

Khusus Berkala

Ulang

45
Peninjauan Berkala
NAB dan/atau standar dapat ditinjau
secara berkala paling sedikit 3 (tiga) tahun sekali
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

46
Pengawasan

Pengawasan pelaksanaan
K3 Lingkungan Kerja dilaksanakan oleh Pengawas Ketenagakerjaan
Spesialis K3 Lingkungan Kerja
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

47
Syarat K3 di Ruang Terbatas
(Confined Spaces)
1. Pasang penutup sementara atau penghalang jika penutup akses/pintu
masuk dibuka.
2. Lakukan pengujian udara sebelum pekerja memasuki ruang terbatas,
meliputi kadar oksigen, gas/uap mudah terbakar, dan kontaminan udara
yang berpotensi berbahaya.
3. Pekerja wajib menyediakan sistem aliran udara secara terus-menerus.
4. Lakukan pengujian udara dalam ruangan secara berkala sesering mungkin
untuk memastikan bahwa pengaturan aliran udara dapat mencegah
akumulasi udara yang berbahaya di dalam ruangan.
5. Tinggalkan ruangan terbatas secepatnya jika terdeteksi udara berbahaya
selama kegiatan berlangsung.

48
Syarat K3 Bekerja pada Ketinggian
Membuat Perencanaan Kerja.

Menyusun dan Melaksanakan Prosedur Kerja.

Melakukan Teknik Bekerja Aman.

Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD),


Perangkat Pelindung Jatuh, dan Angkur.

Memperkerjakan Tenaga Kerja yang Berlisensi.

Permenaker No. 9 Tahun 2016

49
Thank you

Anda mungkin juga menyukai