Anda di halaman 1dari 3

Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Pasal 2 telah

menetapkan jaminan dan persyaratan keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di
darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam
wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
Selain keselamatan kerja, aspek kesehatan kerja juga harus diperhatikan sesuai dengan
UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 4 yang memberikan hak kesehatan pada setiap
orang dan pada Pasal 164 dan Pasal 165 menyatakan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan
untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta
pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerja.
perkantoran sebagai salah satu tempat kerja, tidak terlepas dari berbagai potensi bahaya
lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi keselamatan dan kesehatan para karyawan
didalamnya, dalam rangka mendukung terwujudnya upaya keselamatan dan kesehatan kerja
di gedung perkantoran diperlukan standar penyelenggaraan keselamatan, kesehatan kerja,
lingkungan kerja, sanitasi dan ergonomi perkantoran
Seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat Indonesia, banyak
penduduk yang bekerja di berbagai perkantoran. Untuk itu upaya keselamatan dan kesehatan
kerja juga perlu diterapkan pada gedung perkantoran dimana banyak karyawan beraktivitas
didalamnya.
Pengelola tempat kerja maupun pengusaha wajib melakukan segala bentuk upaya
kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi
karyawan. Sedangkan pekerja wajib menciptakan dan menjaga kesehatan di tempat kerja
yang sehat dengan mematuhi peraturan yang berlaku di tempat kerja.
Pekerja memiliki peran strategis dalam pembangunan dan sebagai agent of
change membudayakan hidup sehat dalam keluarga, sekaligus memiliki risiko terpapar
bahaya di tempat kerja yang dapat mempengaruhi status kesehatan dan produktivitas kerja.
Tempat kerja adalah tempat di mana orang berkumpul. Rata-rata orang bekerja di kantor
selama kurang lebih 8 jam per hari. Terdapat banya pekerjaan di tempat kerja, di mana setiap
pekerjaan pasti memiliki risiko dan bahaya, yang semuanya itu dapat menimbulkan Penyakit
Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK).
Tujuan penerapan K3 Perkantoran adalah:
1. mencegah dan mengurangi penyakit akibat kerja dan penyakit lain, serta kecelakaan
kerja pada karyawan,
2. mewujudkan kantor yang sehat, aman, nyaman, dan karyawan yang sehat, selamat,
bugar, berkinerja dan produktif.
Potensi bahaya K3 ada 5, yaitu:
1. Fisik: bising, getaran, pencahayaan, radiasi layer komputer, elektrik, dll
2. Kimia: partikel debu, cairan desinfektan, uap, vapour, mist, dll
3. Biologi: mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, vector dll
4. Ergonomi; posisi kerja tidak netral. Gerakan berulang, kelebihan beban, dll
5. Psikosiosial: konflik antar rekan, stress kerja, shift, beban kerja, karir, dll
Beberapa masalah K3 perkantoran yang sering muncul antara lain:
1. Penataan dokumen dan peralatan yang tidak aman
2. Penataan kelistrikan yang tidak aman
3. Posisi kerja yang tidak ergonomis
4. Penempatan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang tidak sesuai
5. Kondisi hidran gedung yang terhalang
6. Kondisi tangga darurat yang tidak sesuai
Berikut yang perlu diperhatikan untuk standar pelaksanaan K3 di perkantoran:
1. Keselamatan kerja
a. pelaksanaan pemeliharaan dan perawatan ruang perkantoran
b. desain alat dan tempat kerja
c. penempatan dan penggunaan alat perkantoran
d. pengelolaan listrik dan sumber api
e. manajemen tanggap darurat Gedung
f. manajemen keselamatan dan kebakaran gedung
g. persyaratan dan tata cara evakuasi
h. penggunaan mekanik dan elektrik
i. P3K
2. Kesehatan kerja
a. peningkatan pengetahuan kesehatan kerja;
b. pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja;
c. penyediaan ruang ASI dan pemberian kesempatan memerah ASI selama
waktu kerja di Perkantoran;
d. aktivitas fisik.
3. Kesehatan lingkungan kerja perkantoran
a. Standar dan persyaratan kesehatan lingkungan perkantoran
 sarana bangunan
 penyediaan air bersih
 Toilet
 pengelolaan limbah
 cuci tangan pakai sabun (CTPS)
 pengendalian vektor dan binatang
 pembawa penyakit.
b. Standar lingkungan kerja perkantoran, meliputi aspek fisika, kimia, dan
biologi
4. Ergonomi
a. Luas tempat kerja
b. Kursi
c. Koridor
d. Postur kerja
e. Durasi kerja, dll.
Dalam rangka mendukung pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang aman, nyaman, dan produktif maka setiap kantor
hendaknya memiliki Sistem Manajemen K3 (SMK3). Tahapan dalam pelaksanaan SMK3
yaitu:
1. Penetapan kebijakan K3 perkantoran yang merupakan pernyataan tertulis pimpinan
kantor mengenai kebijakan K3.
2. Perencanaan K3 perkantoran, minimal memuat tujuan dan sasaran, skala prioritas,
upaya pengendalian bahaya, penetapan sumber daya, jangka waktu pelaksanaan,
indicator pencapaian, system pertanggungjawaban.
3. Pelaksanaan rencana K3 perkantoran.
4. Pemantauan dan evaluasi K3 perkantoran.
5. Peninjauan dan peningkatan kinerja K3 perkantoran
Standar keselamatan dan kesehatan kerja perkantoran tertuang di dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2016. Pada prinsipnya jika setiap
pimpinan tempat kerja/ perkantoran memiliki komitmen yang kuat untuk menegakkan standar
K3 di perkantoran maka akan timbul tempat kerja yang sehat dan nyaman sehingga
karyawan/ pekerja yang berada ti tempat kerja tersebut akan merasa bersemangat, selalu
dalam kondisi sehat, dan otomatis produktivitas kerja akan meningkat. (meirina)

Anda mungkin juga menyukai