Anda di halaman 1dari 5

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERKANTORAN

Oleh: Arief Budiyono, SKM., M.Kes


Pekerjaan dan lingkungan pekerjaan merupakan dua hal yang dapat menyebabkan
terjadinya penyakit dan kecelakaan bagi pekerja yang bekerja. Resiko yang dihadapi oleh
seorang pekerja dapat berupa kecelakaan kerja dan juga penyakit akibat pekerjaan.
Perlindungan terhadap pekerja dari resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja bukan
hanya berlaku bagi mereka yang bekerja di lapangan saja, ataupun mereka yang bekerja di
tempat dengan resiko tinggi seperti pekerja pertambangan, migas dan pekerja pabrik-pabrik
kimia. Akan tetapi pekerja yang bekerja di perkantoran juga perlu mendapatkan hak
perlindungan dari resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Perkantoran merupakan bangunan yang berfungsi sebagai tempat orang/ karyawan
melakukan kegiatan perkantoran baik yang bertingkat maupun yang tidak bertingkat.
Walaupun beban kerja fisik pekerja yang bekerja di perkantoran kecil, bukan berarti mereka
yang bekerja di perkantoran akan terhindar dari risiko. Pada prinsipnya semua kantor
mempunyai faktor risiko yang dapat menimbulkan penyakit maupun kecelakaan pada
pekerja. Pekerja di perkantoran rata-rata beraktifitas 8 (delapan) jam atau lebih setiap
harinya, selain itu gedung perkantoran sangat rentan terhadap aspek keselamatan saat
terjadi bencana seperti gempa bumi dan kebakaran. Kondisi ini apabila tidak diantisipasi
dapat menimbulkan korban jiwa.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi keselamatan dan kesehatan keryawan melalui upaya pencegahan kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja. Sementara Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Perkantoran adalah segala kegiatan yang menjamin dan melindungi keselamatan dan
kesehatan karyawan melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
di kantor.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 48 Tahun 2016, paling tidak ada 4
(empat) standar keselamatan dan kesehatan kerja perkantoran yang meliputi :
1. Keselamatan Kerja Perkantoran
Keselamatan kerja perkantoran adalah upaya mencegah terjadinya cidera yang
banyak terjadi pada karyawan dalam melakukan pekerjaan sehari-hari, seperti
terpeleset, tersandung, terjatuh. Untuk meminimalkan atau menghilangkan risiko ini, ada
beberapa persyaratan keselamatan kerja perkantoran yang harus menjadi perhatian
yaitu
a. Pelaksanaan pemeliharaan dan perawatan ruang perkantoran, seperti lantai yang
bebas dari licin, cekungan, miring, dan berlubang yang dapat menyebabkan
kecelakaan dan cidera pada karyawan
b. Peletakan dan desain alat kerja dan tempat kerja yang sesuai, seperti penempatan
lemari yang tidak menghalangi lalu lintas karyawan, pengelolaan benda-benda tajam,
tidak menumpuk barang di tangga atau di area keluar gedung, dll.
c. Prosedur kerja yang benar dan aman dikantor, seperti menangkat benda yang berat
dengan menggunakan troli, tidak berlari-lari di kantor, dll.
d. Pengelolaan listrik dan sumber api yang baik dan benar.
e. Manajemen tanggap darurat gedung terhadap kewaspadaan bencana perkantoran,
seperti kebakaran, gempa, banjir, dll.
2. Kesehatan Kerja Perkantoran
Kesehatan kerja perkantoran adalah upaya yang dilakukan baik promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitatif untuk melindungi kesehatan pekerja sehingga didapat kondisi
yang bugar dan produktif. Standar kesehatan kerja perkantoran yang harus dipenuhi ada
4 yaitu :
a. Peningkatan Kesehatan kerja di Perkantoran.
Peningkatan kesehatan kerja di perkantoran ditujukan untuk memperoleh derajat
kesehatan setinggi-tingginya pada kondisi sehat, bugar dan produktif. Peningkatan
kesehatan kerja di perkantoran yang harus dilakukan minimal meliputi:
1) Peningkatan pengetahuan pekerja tentang kesehatan kerja melalui pemberian
informasi tentang kesehatan pekerja melalui media informasi dan penyuluhan.
2) Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja, seperti cuci
tangan dengan air bersih dan sabun, membuang sampah pada tempatnya,
menjaga kebersihan dan kerapian tempat kerja, penerapan kawasan tanpa
rokok, dll.
3) Penyediaan ruang ASI dan fasilitasnya dan memberikan kesempatan kepada
pekerja perempuan yang lagi menyusui untuk memerah ASI selama waktu kerja
di kantor.
4) Melaksanakan aktivitas fisik untuk mempertahankan kebugaran jasmani
sehingga di capai derajat kesehatan yang baik. Program aktivitas fisik ini dapat
dilakukan dengan mengadakan senam kebugaran jasmani sekali dalam
seminggu dan juga melakukan peregangan selama 10-15 menit setiap 2 jam
sekali.
b. Pencegahan Penyakit di Perkantoran
Pencegahan penyakit di perkantoran bertujuan agar pekerja terbebas dari gangguan
kesehatan khususnya yang disebabkan oleh penyakit akibat kerja, dan cidera akibat
kerja. Selain penyakit yang langsung disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan
kerja, pekerja perkantoran yang memiliki beban fisik yang sangat sedikit dan memiliki
beban psikis yang tinggi berpotensi mengakibatkan pekerja terkena penyakit yang
berhubungan dengan sindromen metabolik seperti hipertensi, diabetes militus,
jantung, dll. Interaksi pekerja dengan rekan kerja di tempat kerja juga berpotensi
terjadinya penularan penyakit. Oleh karena ini, standar pencegahan penyakit di
perkantoran paling sedikit meliputi :
1) Pengendalian faktor resiko, meliputi eliminasi, subsitusi, pengendalian teknis,
pengendalian administrative, dan penggunaan alat pelindung diri.
2) Penemuan dini kasus penyakit dan penilaian status kesehatan. Cara ini bias
dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kesehatan kepada pekerja pada awal
bekerja, pemeriksaan berkala (biasanya dilakukan minimal 1 tahun sekali),
pemeriksaan khusus, dan pemeriksaan pra pensiun.
c. Penanganan Penyakit di Perkantoran
Penanganan penyakit di perkantoran ini lebih dititik beratkan pada pertolongan
pertama pada penyakit baik itu penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, cidera
akibat pekerjaan, dan juga penyakit menular maupun tidak menular dibawah
pengawasan tenaga kesehatan atau karyawan yang terlatih sebelum mendapatkan
penanganan lebihb lanjut di fasilitas kesehatan lanjutan. Bagi kantor yang belum
mempunyai fasilitas pelayanan kesehatan langsung bisa membawa karyawan yang
cidera/ sakit ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.

d. Pemulihan Kesehatan Karyawan di Perkantoran.


Pemulihan kesehatan wajib diberikan kepada semua karyawan yang mengalami
sakit/ cidera. Hal ini dititik beratkan kepada karyawan yang telah sembuh dari sakit/
cideranya untuk dapat ditempatkan kembali sesuai dengan kemampuannya. Apabila
karyawan tersebut tidak sanggup untuk kembali melaksanakan pekerjaannya
semula, pimpinan wajib mencarikan posisi kerja baru sesuai dengan kemampuannya
sekarang, karena apabila karyawan tersebut dipaksa untuk mengerjakan
pekerjaannya semula dikhawatirkan akan kembali sakit/ cidera sehingga program
pemulihan kesehatan tidak berjalan optimal.
3. Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran
Pekerja dan lingkungan kerja merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena
pekerja akan berada di lingkungan kerja selama 8 jam/ perhari. Oleh karena itu
lingkungan kerja yang sesuai dengan standar kesehatan akan dapat mencegah
terjadinya gangguan kesehatan bagi pekerja yang ada didalamnya sehingga diperoleh
pekerja yang sehat, bugar dan produktif. Standar kesehatan lingkungan kerja
perkantoran meliputi beberapa hal sebagai berikut:
a. Sarana Bangunan
Sarana dan bangunan di lingkungan kerja dinyatakan memenuhi syarat kesehatan
lingkungan apabila memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan dapat mencegah
penularan penyakit antar pengguna, penghuni dan masyarakat sekitar serta hatus
mememuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya kecelakaan. Beberapa hal
yang terkait dengan sarana bangunan yaitu :
1) Bangunan harus kuat dan kokoh serta dapat menampung dan mendukung beban
muatan. Selain itu juga gedung mempunyai kemampuan dalam mencegah dan
menanggulangi bahaya kebakaran dan petir.
2) Kebutuhan sirkulasi pertukaran udara harus disediakan pada bangunan gedung
melalui bukaan dan atau ventilasi alami/ buatan.
3) Sistem sanitasi untuk memenuhi kebutuhan air, pembuangan air kotor dan atau
air limbah, sampah harus ada dan mudah dalam pemeliharaan.
4) Terpenuhi persyaratan kemudahan hubungan ke, dari dan didalam gedung.
5) Terpenuhi kelengkapan sarana dan prasarana untuk kepentingan umum, seperti
ruang ibadah, toilet, tempat parker, ruang bayi dan menyusui, serta fasilitas
komunikasi dan informasi.
6) Menyediakan biaya operasional dan biaya pemeliharaan bagi sarana dan
prasarana di lingkungan kerja.
b. Penyediaan Air
Air bersih dibutuhkan dalam pemenuhan kebutuhan manusia untuk melakukan
segala kegiatan, sehingga harus memenuhi syarat kesehatan dalam jumlah yang
memadai untuk kebutuhan air minum, pembersihan ruangan, hygienitas sehingga
mendukung kenyamanan pengguna. Penyediaan Air bersih untuk perkantoran harus
menggunakan system perpipaan sesuai ketentuan yang berlaku, sementara air yang
menjadi sumber air bersih harus sesuai dengan persyaratan kesehatan yaitu bebas
dari pencemaran fisik, kimia dan bakteriologis. Untuk mengetahui kualitas air bersih
yang digunakan dapat dilakukan pemeriksaan sampel air yang menjadi sumber, dan
dilakukan secara berkala minimal 2 kali dalam setahun.
c. Penyediaan Toilet.
Setiap perkantoran harus memiliki toilet. Rasio ketersediaan untuk karyawan pria
adalah 1:40 artinya setiap 40 orang karyawan pria wajib disediakan 1 toilet.
Sedangkan rasio toilet untuk karyawan wanita adalah 1:25 artinya setiap 25 orang
karyawan wanita wajib disediakan 1 toilet. Selain jumlah toilet berdasarkan rasio, ada
beberapa hal yang perlu menjadi perhatian untuk penyediaan toilet di perkantoran
yaitu:
1) Toilet karyawan wanita dan pria harus terpisah.
2) Lantai toilet harus selalu bersih dan tidak ada genangan air.
3) Tersedia air bersih dan sabun, lebih diutamakan disediakan wastafel.
4) Toilet harus dibersihkan secara teratur.
5) Memiliki penanggung jawab khusus.
6) Tidak ada kotoran, serangga, kecoa dan tikus di toilet.
7) Ada akses ventilasi yang cukup untuk memberikan penerangan alami.
8) Bila ada kerusakan segera diperbaiki.
d. Pengelolaan Limbah
Pengelolaan limbah wajib dilakukan agar terhindar dari penyebaran penyakit dan
kecelakaan, sehingga meningkatkan produktivitas kerja. Pengelolaan limbah
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
e. Pengamanan Pangan
Pangan yang tersedia di lingkungan perkantoran bagi pekerja harus dikelola dengan
baik, aman dan sehat agar tidak menyebabkan gangguan kesehatan, khususnya
perkantoran yang menyediakan makanan bagi karyawan. Apabila lingkungan kerja
memiliki kantin, diupayakan kanti tersebut laik sehat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan-undangan.
f. Pengendalian vector dan binatang pembawa penyakit
Vektor dan binatang pembawa penyakit di lingkungan kerja harus dikendalikan, agar
tidak menimbulkan gangguan kesehatan dan penyakit. Ada beberapa cara yang
dapat dilakukan dalam pengendalian vector dan binatang pembawa penyakit,
diantaranya:
1) Kontruksi bangunan tidak memungkinkan untuk bersarangnya vector.
2) Menjaga kebersihan lingkungan.
3) Pengaturan peralatan dan arsip yang baik dan rapi.
4) Tidak ada makanan yang tertinggal di lingkungan kerja.
g. Standar Lingkungan Fisik Kerja Perkantoran.
Kualitas lingkungan fisik kerja perkantoran harus sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan dalam peraturan yang berlaku agar tidak menimbulkan penyakit/ cidera
terhadap pekerja. Ada beberapa standar lingkungan fisik kerja perkantoran yaitu :
1) Kebisingan
Bising adalah suara yang tidak diinginkan yang diukur dengan satuan decibel
amper (dBA). Bising di lingkungan kerja perkantoran mempunyai nilai ambang
batas agar tidak menyebabkan gangguan pada pekerja. Efek dari kebisingan
terhadap pekerja adalah ketidaknyamanan kerja bahkan apabila terpapar terus
menerus dan dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan penurunan
ambang dengar bahkan ketulian. Nilai ambang batas kebisingan di lingkungan
kantor dengan waktu paparan selama 8 jam adalah 50-65 dBA.
2) Pencahayaan
Pencahayaan adalah jumlah penyinaran yang diperlukan pada suatu bidang
kerja untuk melaksanakan kegiatan secara efektif yang diukur dalam satuan
LUX. Pencahayaan yang kurang dan berlebih dapat menyebabkan
ketidaknyamanan dalam bekerja karena menyebabkan mata cepat lelah. Nilai
ambang batas yang telah ditetapkan untuk pencahayaan di lingkungan kerja
perkantoran adalah 100-300 lux.
3) Suhu
Temperatur ruang perkantoran harus memenuhi aspek kebutuhan kesehatan dan
kenyamanan pemakai ruangan. Untuk dapat memenuhi syarat kesehatan dan
kenyamanan suhu perkantoran berkisar antara 230c sampai 260c. Suhu ruangan
yang tidak sesuai dengan standar dapat menyebabkan ketidaknyamanan kerja.
4) Kelembaban
Kelembaban ruang perkantoran harus memenuhi aspek kebutuhan kesehatan
dan kenyamanan pemakai ruangan. Untuk mendapat tingkat kenyamanan dalam
ruang perkantoran diperlukan tingkat kelembaban 40-60%.
5) Debu
Debu diruangan perkantoran harus memenuhi aspek kesehatan dan
kenyamanan pemakai ruangan. Nilai ambang batas debu maksimal dalam udara
ruangan yang diukur rata-rata 8 jam adalah 0.15 mg/m3. Debu yang melebihi nilai
ambang batas dapat menyebabkan penyakit terhadap pekerja.
6) Ventilasi Udara
Untuk mendapatkan tingkat kesehatan dan kenyamanan dalam ruang
perkantoran persyaratan pertukaran udara ventilasi untuk ruang kerja adalah
0,57 m3/org/min. untuk laju pergerakan udara disyaratkan adalah berkisar 0,15-
0,50 m/detik. Ruangan yang tidak menggunakan pendingin (AC) harus memiliki
ventilasi minimal 15% dari luas lantai, dan ruangan yang menggunakan AC
secara periodic harus dimatikan dan diupayakan mendapat pergantian udara
secara alamiah.
4. Ergonomi perkantoran.
ergonomi adalah suatu aturan atau norma yang terdapat dalam sistem kerja. Ergonomi
diperlukan karena setiap aktivitas atau pekerjaan yang tidak dilakukan secara ergonomi
akan berakibat tidak nyaman, biaya operasional tinggi, kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja meningkat. Akibatnya terjadi penurunan efisiensi dan daya kerja. Beberapa
aspek yang terdapat dalam ergonomi perkantoran adalah sebagai berikut :
a. Luas Tempat Kerja
Setiap ruang kerja harus dibuat dan diatur sedemikian rupa sehingga tiap orang
bekerja dalam ruangan itu mendapatkan ruang bergerak secara bebas dan
memudahkan untuk evakuasi sewaktu terjadi keadaan darurat. Luas tempat kerja
staf paling sedikit 2,2 m3.
b. Tata Letak Peralatan Kantor
Tata letak peralatan kantor harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak
menyebabkan posisi kerja yang tidak sesuai. Misalnya peletakan monitor dengan
ketinggian sesuai dengan tinggi tempat duduk dan jarak monitor dari mata pekerja.
c. Peralatan dan perlengkapan kerja yang sesuai dengan antropometri pekerja.
d. Durasi kerja.
Pengaturan durasi kerja harus dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko penyakit/
cidera pada pekerja.
e. Penanganan Beban Manual.
Prosedur penanganan beban manual di perkantoran harus disesuaikan dengan
objek yang akan diangkat dan kemampuan pekerja. Pengangkatan dengan beban
yang berat hendaknya dilakukan menggunakan troli barang.

Anda mungkin juga menyukai