Pekerjaan dan lingkungan pekerjaan merupakan dua hal yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit dan kecelakaan bagi pekerja yang bekerja. Resiko yang dihadapi oleh seorang pekerja dapat berupa kecelakaan kerja dan juga penyakit akibat pekerjaan. Perlindungan terhadap pekerja dari resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja bukan hanya berlaku bagi mereka yang bekerja di lapangan saja, ataupun mereka yang bekerja di tempat dengan resiko tinggi seperti pekerja pertambangan, migas dan pekerja pabrik-pabrik kimia. Akan tetapi pekerja yang bekerja di perkantoran juga perlu mendapatkan hak perlindungan dari resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Perkantoran merupakan bangunan yang berfungsi sebagai tempat orang/ karyawan melakukan kegiatan perkantoran baik yang bertingkat maupun yang tidak bertingkat. Walaupun beban kerja fisik pekerja yang bekerja di perkantoran kecil, bukan berarti mereka yang bekerja di perkantoran akan terhindar dari risiko. Pada prinsipnya semua kantor mempunyai faktor risiko yang dapat menimbulkan penyakit maupun kecelakaan pada pekerja. Pekerja di perkantoran rata-rata beraktifitas 8 (delapan) jam atau lebih setiap harinya, selain itu gedung perkantoran sangat rentan terhadap aspek keselamatan saat terjadi bencana seperti gempa bumi dan kebakaran. Kondisi ini apabila tidak diantisipasi dapat menimbulkan korban jiwa. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan keryawan melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Sementara Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Perkantoran adalah segala kegiatan yang menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan karyawan melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di kantor. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 48 Tahun 2016, paling tidak ada 4 (empat) standar keselamatan dan kesehatan kerja perkantoran yang meliputi : 1. Keselamatan Kerja Perkantoran Keselamatan kerja perkantoran adalah upaya mencegah terjadinya cidera yang banyak terjadi pada karyawan dalam melakukan pekerjaan sehari-hari, seperti terpeleset, tersandung, terjatuh. Untuk meminimalkan atau menghilangkan risiko ini, ada beberapa persyaratan keselamatan kerja perkantoran yang harus menjadi perhatian yaitu a. Pelaksanaan pemeliharaan dan perawatan ruang perkantoran, seperti lantai yang bebas dari licin, cekungan, miring, dan berlubang yang dapat menyebabkan kecelakaan dan cidera pada karyawan b. Peletakan dan desain alat kerja dan tempat kerja yang sesuai, seperti penempatan lemari yang tidak menghalangi lalu lintas karyawan, pengelolaan benda-benda tajam, tidak menumpuk barang di tangga atau di area keluar gedung, dll. c. Prosedur kerja yang benar dan aman dikantor, seperti menangkat benda yang berat dengan menggunakan troli, tidak berlari-lari di kantor, dll. d. Pengelolaan listrik dan sumber api yang baik dan benar. e. Manajemen tanggap darurat gedung terhadap kewaspadaan bencana perkantoran, seperti kebakaran, gempa, banjir, dll. 2. Kesehatan Kerja Perkantoran Kesehatan kerja perkantoran adalah upaya yang dilakukan baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif untuk melindungi kesehatan pekerja sehingga didapat kondisi yang bugar dan produktif. Standar kesehatan kerja perkantoran yang harus dipenuhi ada 4 yaitu : a. Peningkatan Kesehatan kerja di Perkantoran. Peningkatan kesehatan kerja di perkantoran ditujukan untuk memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya pada kondisi sehat, bugar dan produktif. Peningkatan kesehatan kerja di perkantoran yang harus dilakukan minimal meliputi: 1) Peningkatan pengetahuan pekerja tentang kesehatan kerja melalui pemberian informasi tentang kesehatan pekerja melalui media informasi dan penyuluhan. 2) Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja, seperti cuci tangan dengan air bersih dan sabun, membuang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan dan kerapian tempat kerja, penerapan kawasan tanpa rokok, dll. 3) Penyediaan ruang ASI dan fasilitasnya dan memberikan kesempatan kepada pekerja perempuan yang lagi menyusui untuk memerah ASI selama waktu kerja di kantor. 4) Melaksanakan aktivitas fisik untuk mempertahankan kebugaran jasmani sehingga di capai derajat kesehatan yang baik. Program aktivitas fisik ini dapat dilakukan dengan mengadakan senam kebugaran jasmani sekali dalam seminggu dan juga melakukan peregangan selama 10-15 menit setiap 2 jam sekali. b. Pencegahan Penyakit di Perkantoran Pencegahan penyakit di perkantoran bertujuan agar pekerja terbebas dari gangguan kesehatan khususnya yang disebabkan oleh penyakit akibat kerja, dan cidera akibat kerja. Selain penyakit yang langsung disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja, pekerja perkantoran yang memiliki beban fisik yang sangat sedikit dan memiliki beban psikis yang tinggi berpotensi mengakibatkan pekerja terkena penyakit yang berhubungan dengan sindromen metabolik seperti hipertensi, diabetes militus, jantung, dll. Interaksi pekerja dengan rekan kerja di tempat kerja juga berpotensi terjadinya penularan penyakit. Oleh karena ini, standar pencegahan penyakit di perkantoran paling sedikit meliputi : 1) Pengendalian faktor resiko, meliputi eliminasi, subsitusi, pengendalian teknis, pengendalian administrative, dan penggunaan alat pelindung diri. 2) Penemuan dini kasus penyakit dan penilaian status kesehatan. Cara ini bias dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kesehatan kepada pekerja pada awal bekerja, pemeriksaan berkala (biasanya dilakukan minimal 1 tahun sekali), pemeriksaan khusus, dan pemeriksaan pra pensiun. c. Penanganan Penyakit di Perkantoran Penanganan penyakit di perkantoran ini lebih dititik beratkan pada pertolongan pertama pada penyakit baik itu penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, cidera akibat pekerjaan, dan juga penyakit menular maupun tidak menular dibawah pengawasan tenaga kesehatan atau karyawan yang terlatih sebelum mendapatkan penanganan lebihb lanjut di fasilitas kesehatan lanjutan. Bagi kantor yang belum mempunyai fasilitas pelayanan kesehatan langsung bisa membawa karyawan yang cidera/ sakit ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
d. Pemulihan Kesehatan Karyawan di Perkantoran.
Pemulihan kesehatan wajib diberikan kepada semua karyawan yang mengalami sakit/ cidera. Hal ini dititik beratkan kepada karyawan yang telah sembuh dari sakit/ cideranya untuk dapat ditempatkan kembali sesuai dengan kemampuannya. Apabila karyawan tersebut tidak sanggup untuk kembali melaksanakan pekerjaannya semula, pimpinan wajib mencarikan posisi kerja baru sesuai dengan kemampuannya sekarang, karena apabila karyawan tersebut dipaksa untuk mengerjakan pekerjaannya semula dikhawatirkan akan kembali sakit/ cidera sehingga program pemulihan kesehatan tidak berjalan optimal. 3. Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran Pekerja dan lingkungan kerja merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena pekerja akan berada di lingkungan kerja selama 8 jam/ perhari. Oleh karena itu lingkungan kerja yang sesuai dengan standar kesehatan akan dapat mencegah terjadinya gangguan kesehatan bagi pekerja yang ada didalamnya sehingga diperoleh pekerja yang sehat, bugar dan produktif. Standar kesehatan lingkungan kerja perkantoran meliputi beberapa hal sebagai berikut: a. Sarana Bangunan Sarana dan bangunan di lingkungan kerja dinyatakan memenuhi syarat kesehatan lingkungan apabila memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan dapat mencegah penularan penyakit antar pengguna, penghuni dan masyarakat sekitar serta hatus mememuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya kecelakaan. Beberapa hal yang terkait dengan sarana bangunan yaitu : 1) Bangunan harus kuat dan kokoh serta dapat menampung dan mendukung beban muatan. Selain itu juga gedung mempunyai kemampuan dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan petir. 2) Kebutuhan sirkulasi pertukaran udara harus disediakan pada bangunan gedung melalui bukaan dan atau ventilasi alami/ buatan. 3) Sistem sanitasi untuk memenuhi kebutuhan air, pembuangan air kotor dan atau air limbah, sampah harus ada dan mudah dalam pemeliharaan. 4) Terpenuhi persyaratan kemudahan hubungan ke, dari dan didalam gedung. 5) Terpenuhi kelengkapan sarana dan prasarana untuk kepentingan umum, seperti ruang ibadah, toilet, tempat parker, ruang bayi dan menyusui, serta fasilitas komunikasi dan informasi. 6) Menyediakan biaya operasional dan biaya pemeliharaan bagi sarana dan prasarana di lingkungan kerja. b. Penyediaan Air Air bersih dibutuhkan dalam pemenuhan kebutuhan manusia untuk melakukan segala kegiatan, sehingga harus memenuhi syarat kesehatan dalam jumlah yang memadai untuk kebutuhan air minum, pembersihan ruangan, hygienitas sehingga mendukung kenyamanan pengguna. Penyediaan Air bersih untuk perkantoran harus menggunakan system perpipaan sesuai ketentuan yang berlaku, sementara air yang menjadi sumber air bersih harus sesuai dengan persyaratan kesehatan yaitu bebas dari pencemaran fisik, kimia dan bakteriologis. Untuk mengetahui kualitas air bersih yang digunakan dapat dilakukan pemeriksaan sampel air yang menjadi sumber, dan dilakukan secara berkala minimal 2 kali dalam setahun. c. Penyediaan Toilet. Setiap perkantoran harus memiliki toilet. Rasio ketersediaan untuk karyawan pria adalah 1:40 artinya setiap 40 orang karyawan pria wajib disediakan 1 toilet. Sedangkan rasio toilet untuk karyawan wanita adalah 1:25 artinya setiap 25 orang karyawan wanita wajib disediakan 1 toilet. Selain jumlah toilet berdasarkan rasio, ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian untuk penyediaan toilet di perkantoran yaitu: 1) Toilet karyawan wanita dan pria harus terpisah. 2) Lantai toilet harus selalu bersih dan tidak ada genangan air. 3) Tersedia air bersih dan sabun, lebih diutamakan disediakan wastafel. 4) Toilet harus dibersihkan secara teratur. 5) Memiliki penanggung jawab khusus. 6) Tidak ada kotoran, serangga, kecoa dan tikus di toilet. 7) Ada akses ventilasi yang cukup untuk memberikan penerangan alami. 8) Bila ada kerusakan segera diperbaiki. d. Pengelolaan Limbah Pengelolaan limbah wajib dilakukan agar terhindar dari penyebaran penyakit dan kecelakaan, sehingga meningkatkan produktivitas kerja. Pengelolaan limbah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. e. Pengamanan Pangan Pangan yang tersedia di lingkungan perkantoran bagi pekerja harus dikelola dengan baik, aman dan sehat agar tidak menyebabkan gangguan kesehatan, khususnya perkantoran yang menyediakan makanan bagi karyawan. Apabila lingkungan kerja memiliki kantin, diupayakan kanti tersebut laik sehat sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan. f. Pengendalian vector dan binatang pembawa penyakit Vektor dan binatang pembawa penyakit di lingkungan kerja harus dikendalikan, agar tidak menimbulkan gangguan kesehatan dan penyakit. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pengendalian vector dan binatang pembawa penyakit, diantaranya: 1) Kontruksi bangunan tidak memungkinkan untuk bersarangnya vector. 2) Menjaga kebersihan lingkungan. 3) Pengaturan peralatan dan arsip yang baik dan rapi. 4) Tidak ada makanan yang tertinggal di lingkungan kerja. g. Standar Lingkungan Fisik Kerja Perkantoran. Kualitas lingkungan fisik kerja perkantoran harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam peraturan yang berlaku agar tidak menimbulkan penyakit/ cidera terhadap pekerja. Ada beberapa standar lingkungan fisik kerja perkantoran yaitu : 1) Kebisingan Bising adalah suara yang tidak diinginkan yang diukur dengan satuan decibel amper (dBA). Bising di lingkungan kerja perkantoran mempunyai nilai ambang batas agar tidak menyebabkan gangguan pada pekerja. Efek dari kebisingan terhadap pekerja adalah ketidaknyamanan kerja bahkan apabila terpapar terus menerus dan dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan penurunan ambang dengar bahkan ketulian. Nilai ambang batas kebisingan di lingkungan kantor dengan waktu paparan selama 8 jam adalah 50-65 dBA. 2) Pencahayaan Pencahayaan adalah jumlah penyinaran yang diperlukan pada suatu bidang kerja untuk melaksanakan kegiatan secara efektif yang diukur dalam satuan LUX. Pencahayaan yang kurang dan berlebih dapat menyebabkan ketidaknyamanan dalam bekerja karena menyebabkan mata cepat lelah. Nilai ambang batas yang telah ditetapkan untuk pencahayaan di lingkungan kerja perkantoran adalah 100-300 lux. 3) Suhu Temperatur ruang perkantoran harus memenuhi aspek kebutuhan kesehatan dan kenyamanan pemakai ruangan. Untuk dapat memenuhi syarat kesehatan dan kenyamanan suhu perkantoran berkisar antara 230c sampai 260c. Suhu ruangan yang tidak sesuai dengan standar dapat menyebabkan ketidaknyamanan kerja. 4) Kelembaban Kelembaban ruang perkantoran harus memenuhi aspek kebutuhan kesehatan dan kenyamanan pemakai ruangan. Untuk mendapat tingkat kenyamanan dalam ruang perkantoran diperlukan tingkat kelembaban 40-60%. 5) Debu Debu diruangan perkantoran harus memenuhi aspek kesehatan dan kenyamanan pemakai ruangan. Nilai ambang batas debu maksimal dalam udara ruangan yang diukur rata-rata 8 jam adalah 0.15 mg/m3. Debu yang melebihi nilai ambang batas dapat menyebabkan penyakit terhadap pekerja. 6) Ventilasi Udara Untuk mendapatkan tingkat kesehatan dan kenyamanan dalam ruang perkantoran persyaratan pertukaran udara ventilasi untuk ruang kerja adalah 0,57 m3/org/min. untuk laju pergerakan udara disyaratkan adalah berkisar 0,15- 0,50 m/detik. Ruangan yang tidak menggunakan pendingin (AC) harus memiliki ventilasi minimal 15% dari luas lantai, dan ruangan yang menggunakan AC secara periodic harus dimatikan dan diupayakan mendapat pergantian udara secara alamiah. 4. Ergonomi perkantoran. ergonomi adalah suatu aturan atau norma yang terdapat dalam sistem kerja. Ergonomi diperlukan karena setiap aktivitas atau pekerjaan yang tidak dilakukan secara ergonomi akan berakibat tidak nyaman, biaya operasional tinggi, kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja meningkat. Akibatnya terjadi penurunan efisiensi dan daya kerja. Beberapa aspek yang terdapat dalam ergonomi perkantoran adalah sebagai berikut : a. Luas Tempat Kerja Setiap ruang kerja harus dibuat dan diatur sedemikian rupa sehingga tiap orang bekerja dalam ruangan itu mendapatkan ruang bergerak secara bebas dan memudahkan untuk evakuasi sewaktu terjadi keadaan darurat. Luas tempat kerja staf paling sedikit 2,2 m3. b. Tata Letak Peralatan Kantor Tata letak peralatan kantor harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan posisi kerja yang tidak sesuai. Misalnya peletakan monitor dengan ketinggian sesuai dengan tinggi tempat duduk dan jarak monitor dari mata pekerja. c. Peralatan dan perlengkapan kerja yang sesuai dengan antropometri pekerja. d. Durasi kerja. Pengaturan durasi kerja harus dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko penyakit/ cidera pada pekerja. e. Penanganan Beban Manual. Prosedur penanganan beban manual di perkantoran harus disesuaikan dengan objek yang akan diangkat dan kemampuan pekerja. Pengangkatan dengan beban yang berat hendaknya dilakukan menggunakan troli barang.