A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
a. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
b. Undang-Undang No. 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji;
c. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan
Keolahragaan;
d. Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-
Undang No.13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji;
1
e. Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal;
f. Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat;
g. Peraturan Menteri Kesehatan No. 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kesehatan RI;
h. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 142 Tahun 2018 Tentang Perubahan
Atas PMK Nomor 94/PMK.02/2017 tentang Petunjuk Penyusunan dan
Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan
Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran;
i. Peraturan Menteri Kesehatan No. 15 Tahun 2016 tentang Istithaah Kesehatan
Jemaah Haji;
j. Peraturan Menteri Kesehatan No. 43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan
2
f. Pelaksanaan bimbingan, pembinaan dan penilaian terhadap staf
dilingkungannya;dang.pelaksanaanfungsilain yang diberikan atasan sesuai
dengan bidang tugasnya.
3. Gambaran Umum
a. Definisi Operasional Output
Defisini pencapaian output pembinaan pemeriksaan kebugaran jasmani bagi
jamaah haji yaitu jumlah calon jamaah haji yang diperiksa kebugaran
jasmaninya dalam kurun waktu tertentu dibagi dengan jumlah calon jamaah
haji yang diperiksa kebugaran jasmaninya/ Jumlah seluruh calon jamaah haji
dalam kurun 1 tahun x 100%
b. Latar Belakang
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals /SDGs)
sebagai kelanjutan dari Millenium Development Goals (MDGs) untuk bidang
kesehatan adalah menjamin kehidupan yang sehat dan baik untuk semua
orang di segala usia. Rencana strategis RPJMN 2015-2019 di Kementerian
Kesehatan meliputi antara lain peningkatan status kesehatan ibu, bayi, balita,
remaja, usia produktif, dan lanjut usia, pengendalian beban ganda penyakit,
peningkatan akses masyarakat pada pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
yang berkualitas.
Ibadah haji merupakan kegiatan ibadah wajib yang memerlukan kesiapan fisik
yang prima karena mengandung aktifitas fisik yang lebih berat dari kegiatan
kita sehari-hari. Aktivitas fisik yang dimaksud di atas adalah :
1. Sholat 5 waktu di Mesjidil Haram / Mesjid Nabawi :
Berjalan dari pemondokan atau batas masuk kendaraan ke area Masjidil
Haram atau Masjid Nabawi.
2. Tawaf :
3
Berjalan mengelilingi Ka’bah berlawanan arah jarum jam sebanyak 7 kali.
3. Sa’i :
Berjalan atau berlari-lari kecil dari bukit Shofa ke bukit Marwah sebanyak 7
kali (7 x ± 420 meter = 2, 9 Km).
4. Kegiatan Armuna (Arofah, Muzdalifah dan Mina) :
Wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah termasuk melontar jumroh
5. Kegiatan lain, seperti :
Kegiatan dari daerah asal ke embarkasi, di pesawat, ziarah selama di
Tanah Suci dan kepulangan di Tanah Air
Mengetahui tingkat kebugaran jasmani dan tindak lanjut berupa intervensi
latihan sesuai dengan kondisi fisiknya sangat penting dalam mencapat derajat
kesehatan dan kebugaran serta mendukung tujuan pembangunan
berkelanjutan bidang kesehatan. Kebugaran jasmani menjadi salah satu tolok
ukur istithaah kesehatan jamaah haji dimana dengan kebugaran jasmani
jemaah haji yang baik diharapkan mampu menjalankan ibadah dengan baik.
B. Penerima Manfaat
Penerima manfaat dari kegiatan ini meliputi pihak internal dan eksternal, yaitu :
1. Pihak Internal :
- Dinas Kesehatan Provinsi Jambi
- Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga
- Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
2. Pihak eksternal :
- Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota
- Puskesmas
- Calon jamaah haji
- Masyarakat
- Seluruh stakeholder terkait program kesehatan olahraga: organisasi profesi,
kelompok olahraga masyarakat, dll.
2. Metode Pelaksanaan
Dilakukan secara swakelola.
4
Melaksanakan pembinaan kebugaran jasmani melalui pengukuran
kebugaran jasmani bagi jemaah haji.
3) Sasaran
Jemaah haji tahun berjalan dan tahun yang akan datang sesuai
dengan kuota yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama.
4) Metode Pelaksanaan
Gambaran Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan pengukuran kebugaran jasmani bagi jemaah haji
di Provinsi atau kabupaten/kota yang memiliki kuota jemaah haji sesuai
data Kanwil Kementerian Agama. Kegiatan berupa pengukuran
kebugaran jasmani dengan metode Rockport atau modifikasi bagi yang
memiliki risiko tinggi (6 minute walking test), hal ini dilakukan melalui
skrining terlebih dahulu menggunakan kuesioner persiapan (PAR-Q).
Selain itu, dapat dilakukan deteksi dini penyakit tidak menular berupa
pengukuran indeks massa tubuh (berat badan dan tinggi badan), lingkar
perut, tekanan darah, kadar kolesterol dan kadar gula darah. Hasil
pengukuran kebugaran jasmani kemudian dicatat dalam Kartu Menuju
Bugar yang berisi informasi tingkat kebugaran dan aktivitas fisik yang
sesuai tingkat kebugarannya. Sebagai bentuk pembinaan dan
monitoring, status kesehatan dan kebugaran dapat dicatat dalam buku
saku kebugaran jasmani dan ditindaklanjuti dengan program aktivitas
fisik untuk meningkatkan atau mempertahankan kebugaran jasmani
jemaah haji.
5
a.n. Kepala Diskes Provinsi Jambi
Kepala Bidang Kesmas