Anda di halaman 1dari 10

1.

Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Dalam ruang lingkup yang diatur oleh undang-undang No.1 Tahun 1970 menyebutkan
keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah,
dipermukaan air, maupun di udara yang berada di dalam wilayah kekhususan hokum
Republik Indonesia.

Menurut Mondy dan Noe (1995), keselamatan kerja meliputi perlindungan karyawan
dari kecelakaan di tempat kerja, sedangkan kesehatan merujuk kepada terbebasnya
karyawan dari penyakit secara fisik dan mental.

Dari pemahaman diatas maka yang dimaksud dengan keselamatan kerja adalah keadaan
saat seseorang merasa aman dan sehat dalam melaksanakan tugasnya. Aman dalam hal
ini diartikan sebagai terhindar dari kecelakaan dan factor penyakit yang muncul akibat
proses kerja.

Kesehatan kerja menurut Flippo (1984:537) terdiri dari dua jenis yakni physical health
dan mental health. Physical health dapat berupa pemeriksaan sebelum bekarja, saat
bekerja, dan paska bekerja. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan jasmani sebelum
penempatan atau bekerja. Saat bekerja program ini dapat berupa jaminan kesehatan
karyawan, fasilitas klinik, dan tenaga medis dalam rangka tindakan preventif. Paska
bekerja dalam program ini dapat berupa pemeriksaan berkala atau fasilitas kesehatan
yang diterima.
Mental health dalam program kesehatan kerja dapat berupa ketersediaan penyuluhan
kejiwaan dan psikiater, kerjasama dengan spesialis dan lembaga psikiater, pelatihan-
pelatihan yang diberikan dalam rangka tindakan preventif untuk mencapai kesehatan
mental.

Dalam Kepres No. 22 Tahun 1993 tentang penyakit yang timbul akibat hubungan kerja,
pasal 2 menyebutkan bahwa setiap tenaga kerja yang menderita penyakit yang timbul
karena hubngan kerja berhak mendapat jainan kecelakaan kerja,baik pada saat masih
dalam hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja berakhir.
Pasal ini memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja yang beresiko tinggi terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja.

Penyebab penyakit akibat kerja antara lain :


1) Golongan fisik seperti bising, radiasi, suhu ekstrem, tekanan udara, vibrasi, dan
penerangan.
2) Golongan kimiawi meliputi semua bahan kimia dalam bentuk sebu, uap, gas,
larutan dan kabut.
3) Golongan biologis seperti bakteri, virus, dan jamur.
4) Golongan fisiologis/ergonomis antara lain desin tempat kerja, dan beban
kerja.Golongan psikososial meliputi stress psikis, kerja yang monoton, dan
tuntutan pekerjaan.
Oleh Karen itu tindakan preventif yang berupa program kesehatan baik fisik maupun
mental sangat diperlukan bagi pelaku usaha demi terciptanya tenaga kerja yang sehatdan
kuat yan pada akhirnya berdampak positif untuk perusahaan.

2. Tujuan K3
Tujuan adanya keselamatan dan kesehatan kerja dari uraian diatas adalah untuk
tercapainya keselamatan tenaga kerja saat sedang bekerja dan setelah bekerja.
a) Tujuan K3 dilihat dari pelaku usaha
1) Menignkatkan kinerja dan omset perusahaan
2) Mencegah terjadinya kerugian
3) Memelihara sarana dan prasarana perusahaan
b) Tujuan K3 dilihat dari Karyawan
1) Meningkatkan kesejahteraan jasmani dan rohani karyawan
2) Meningkatkan penghasilan karyawan
3) Menjamin keberlangsungan pekerjaan.
c) Tujuan K3 dilihat dari lingkungan.
Dilihat dari lingkungan pekerjaan setiap organisasi yang konsisten dengan programK3
akan terwujud lingkungan yang sehat dan aman. Dalam lingkungan yang sehat dan
aman tersebut akan terlihat hasil seperti dibawah ini:
1) Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang.
2) Meningkatkan efisiensi dan kualitas kerja yang lebih berkomitmen.
3) Menurunkan biaya-biaya kesehatan dan asuransi.
4) Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendahkarena
menurunnya pengajuan klaim.
5) Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari meningkatnya
partisipasi dan rasa kepemilikan.
6) Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra
perusahaan.
d) Tujuan K3 dilihat dari bidang pekerjaan
Dampak K3 terhadap pekerjaan akan menekan angka kecelakaan kerja, disamping
timbulnya jenis penyakit yang diakibatkan karena lingkungan kerja yang dapat
diantisipasi sebelumnya. Volume perkerjaan yang tinggi juga dapat dilakukandengan
mempertimbangkan jam kerja dan layanan sosio psykologis seperti kegiatan refresing
diluar lapangan atau kegiatan yang lainnya.

3. K3 Perkantoran
Mengutip laman https://asharisapta.com/2018/07/standarkeselamatan-kerja-
perkantoran/tanggal 31 Juli 2018 menyebutkan standar K3 Perkantoran meliputi:
keselamatan kerja, kesehatan kerja, kesehatan lingkungan kerja perkantoran dan
ergonomic perkantoran.

a. Persyaratan Keselamatan Kerja Perkantoran ada beberapa poin, diantaranya:


1) Lantai bebas dari bahan licin, cekungan, miring, dan berlubang yang
menyebabkan kecelakan dan cidera pada karyawan.
2) Penyusunan dan penempatan lemari cabinet tidak mengganggu aktifitas lalu
lalang pergerakan karyawan
3) Penyusunan dan pengisian failing cabinet yang berat berada di bagian bawah.
4) Dalam pengelolaan benda tajam, sedapat mungkin bebas dari benda tajam, serta
siku-siku lemari meja maupun benda lainnya yang menyebabkan karyawancidera.
5) Dalam pengelolaan listrik dan sumber api, terbebas dari penyebab elektrikal syok.

b. Prosedur Kerja Aman di Kantor, diantaranya:


Pada masa pandemik perlu dilakukan prosedur protocol kesehatan meliputi: mencuci
tangan dengan sabun, selalu menggunakan masker dan jaga jarak untuk menjaga
keselamatan diri sendiri dan orang lain. Sebelum memasuki lokasi kerja biasanya
dilakukan pengukuran suhu badan menggunakan termogan.
Prosedur kerja aman dilingkungan kantor dapat terlihat dari ketentuan berikut:
1) Dilarang berlari di kantor.
2) Permukaan lantai harus yang tidak licin atau yang menyebabkan pekerja
terpleset/tergelincir.
3) Semua yang berjalan di lorong kantor dan di tangga diatur berada sebelah kiri.
4) Karyawan yang membawa tumpukan barang yang cukup tinggi atau berat harus
menggunakan troli dan tidak boleh naik melalui tangga tapi menggunakan lift
barang bila tersedia.
5) Tangga tidak boleh menjadi area untuk menyimpan barang, berkumpul, dan
segala aktivitas yang dapat menghambat lalu lalang.
6) Bahaya jatuh dapat dicegah melalui kerumahtanggaan kantor yang baik, cairan
tumpah harus segera dibersihkan dan potongan benda yang terlepas dan pecahan
kaca harus segera diambil.
7) Bahaya tersandung dapat diminimalkan dengan segera mengganti ubin rusakdan
karpet usang.
Lemari arsip bisa menjadi penyebab utama kecelakaan dan harus digunakan dengan
Manfaat Menerapkan 5R:
a) Membuat area kerja jadi lebih bersih, rapi, aman, dan menyenangkan.
b) Meningkatkan pemanfaatan lantai kerja sebagai ruang penyimpanan.
c) Meminimalisasi waktu yang terbuang untuk mencari alat kerja, material dan
dokumen.
d) Mengurangi kerusakan mesin karena peralatan selalu bersih dan terawat,
sehingga membuat peralatan jadi lebih awet dan tahan lama.
e) Menumbuhkan tanggung jawab karyawan dan rasa memiliki di area kerja.
f) Mengurangi bahkan menghilangkan potensi bahaya atau apa saja yang menjadi
penyebab umum terjadinya kecelakaan kerja.
g) Meningkatkan produktivitas kerja. Dengan penataan material dan peralatan kerja
yang baik, Karyawan pun bisa bekerja lebih efektif dan efisien. Kenakan
pelindung jari untuk menghindar pemotongan kertas.
h) Menggunakan listrik dengan aman.
i) Hindarkan kebiasaan yang tidak aman termasuk: menyimpan pensil dengan
ujung runcingnya ke atas; menempoatkan gunting atau pisau dengan ujung
runcing kearah pengguna; menggunakan pemtong kertas tanpa penjaga yang
tepat, dan menempatkan objek kaca di meja atau tepi meja.
c. Penanganan Kondisi Darurat
Beberapa kondisi darurat (kewaspadaan terhadap bencana) yang bisa terjadi di
perkantoran, antara lain: Kebakaran, Gempa, Bahaya biologi, Huru-hara, Banjir dan
Ancaman bom. Untuk menangani kondisi tersebut maka diperlukan:
a) Manajemen tanggap darurat seperti prosedur, struktur organisasi dll.
b) Manajemen keselamatan kebakaran gedung seperti terdapat sistem proteksi
kebakaran dll.
c) Prosedur atau tatacara evakuasi
d) Mekanik dan elektrik
e) Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)

Manajemen Tanggap Darurat perlu ditetapkan dalam rangka menangani kondisi


darurat. Beberapa poin yang bisa dilakukan, diantaranya:
a) Identifikasi risiko kondisi darurat
b) Penilaian analisa risiko kondisi darurat
c) Pemetaan risiko kondisi darurat
d) Pengendalian kondisi darurat
e) Mengatasi dampak yang berkaitan dengan kejadian setelah bencana.

Agar proses penanganan kondisi darurat dapat dilakukan secara efektif dan aman,maka
harus dibuatkan rencana tindakan awal rencana tanggap darurat yang meliputi:
a) Merencanakan suatu titik kumpul
b) Mengadakan simulasi kebakaran
c) Menyiapkan sirene-sirene dan alarm tanda bahaya
d) Menyiapkan rambu-rambu ke arah titik kumpul aman
e) Menyiapkan prosedur

d. Manajemen Keselamatan Kebakaran Gedung (MKKG)


Berikut penjelasan dan perincian dari sistes manajemen keselamatan kebakaran
gedung. Pendukung MKKG adalah alat proteksi kebakaran (fire protection) berupa:
1) APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
2) APAB (Alat Pemadam Api Berat) yang menggunakan roda
3) Sistem alarm kebakaran
4) Hydrant halaman
5) Sistem sprinkler otomatis
6) Sistem pengendalian asap

Persyaratan APAR yang wajib diketahui:


a) Mudah terlihat, dijangkau dan mudah diambil (tidak diikat, dikunci atau
digembok)
b) Jarak 15 meter dan maks tinggi pemasangan 125 cm.
c) Jenis media dan ukuran disesuaikan dengan klasifikasi bahan api.
d) Dilakukan pemeriksaan dan masa pakai secara berkala minimal 6 bulan sekali.

Persyaratan Tangga Darurat


1) Bangunan =3 lantai, harus memiliki 2 tangga darurat yang berjarak 45 m (bila
ada sprinkler, jarak maks 67,5 m)
2) Dilengkapi pintu tahan api minimum 2 jam dengan membuka ke arah tangga dan
tertutup otomatis.
3) Dilengkapi fan untuk memberi tekanan positif.
4) Pintu dilengkapi petunjuk keluar yang menyala.
5) Terletak di dalam bangunan dan terpisah dengan ruang yang lain. Pencapaian
mudah, jarak maks 45 m dan min 9 m.
6) Lebar tangga minimum 1,2 meter.
7) Tidak boleh dalam bentuk tangga melingkar
8) Tangga darurat lantai dasar langsung ke arah luar halaman.
9) Dilengkapi handrail setinggi 1.10 m, lebar injakan anak tangga min. 28 cm dan
tinggi maks. 20 cm.
10) Tangga darurat terbuka yang terletak diluar bangunan harus berjarak minimal 1m
dari bukaan dinding yang berdekatan dengan tangga kebakaran tersebut.
11) Jarak pencapaian ke tangga darurat dari setiap titik dalam ruang efektif, maksimal
25 m apabila tidak dilengkapi dengan spinkler dan maksimal 40 m apabila
dilengkapi dengan sprinkler

Persyaratan Pintu Darurat


a) Bangunan =3 lantai, harus memiliki minimal 2 pintu darurat.
b) Lebar pintu darurat minimum 100 cm.
c) Jarak pintu darurat maksimum dalam radius/jarak capai 25 meter dari setiap titik
posisi orang dalam satu blok bangunan gedung.
d) Pintu tahan api minimum 2 jam.
e) Pintu dilengkapi minimal 3 engsel, alat penutup otomatis, tuas pembuka pintu,
tanda peringatan “PINTU DARURAT-TUTUP KEMBALI”, dan kaca tahan api
maks 1 m2 diletakan di atas dari daun pintu.
f) Pintu dicat warna merah.Gbr. 1.5 Pintu darurat
Sumber: Image search yahoo.com

Sistem peringatan bahaya/ Sistem Alarm:


a. Detektor panas
b. Detektor asap
c. Detektor nyala api
d. Detektor gas
e. Detektor getaran gempa

Sistem proteksi kebakaran


a. Instalasi pompa pemadam kebakaran
b. Instalasi pemipaan sprinkler, box hidran, dan lain-lain
c. APAR
Sistem proteksi terdiri dari:
a. Proteksi Aktif
b. Proteksi Pasif

Persyaratan rencana tanggap darurat kebakaran:


a. Pembentukan tim pemadam kebakaran
b. Pembentukan tim evakuasi
c. Pembentukan tim P3K
d. Penentuan satuan pengamanan
e. Penentuan tempat berhimpun
f. Penyelamatan orang yang perlu dibantu (orang tua, orang sakit, orang cacat
dan anak – anak)

Tata cara penanggulangan kebakaran:


a. Penyelamatan orang yang perlu dibantu (orang tua, orang sakit, orang cacat
dan anak-anak).
b. Mengendalikan keamanan setiap penanganan dan penyimpanan bahan yang
mudah terbakar.
c. Mengatur kompartemenisasi ruangan untuk mengendalikan
penyebaran/penjalaran api, panas, asap dan gas.
d. Mengatur lay out proses, letak jarak antar bangunan, pembagian zone menurut
jenis dan tingkat bahaya.
e. Menerapakan sistim deteksi dini dan alarm.
f. Menyediakan sarana pemadam kebakaran yang handal.
g. Menyediakan sarana evakuasi yang aman.
h. Membentuk regu atau petugas penanggulangan kebakaran
i. Melaksanakan latihan penanggulangan kebakaran.
j. Mengadakan inspeksi, pengujian, perawatan terhadap sistem proteksikebakaran
secara teratur.
Persyaratan Evakuasi
a) Rute evakuasi harus bebas dari barang-barang yang dapat mengganggu
kelancaran evakuasi dan mudah dicapai.
b) Koridor, terowongan, tangga harus merupakan daerah aman sementara dari
bahaya api, asap dan gas. Dalam penempatan pintu keluar darurat harus diatur
sedemikian rupa sehingga dimana saja penghuni dapat, menjangkau pintu
keluar (exit).
c) Koridor dan jalan keluar harus tidak licin, bebas hambatan dan mempunyai
lebar untuk koridor minimum 1,2 m dan untuk jalan keluar 2 m.
d) Rute evakuasi harus diberi penerangan yang cukup dan tidak tergantung dari
sumber utama.
e) Arah menuju pintu keluar (exit) harus dipasang petunjuk yang jelas.
f) Pintu keluar darurat (emergency exit) harus diberi tanda tulisan.
Tatacara Evakuasi
a) Pelaksanaannya sesuai SPO (systems project office)
b) Mengikuti instruksi komando
c) Tidak membawa barang-barang
d) Keluar melalui pintu darurat dan menuju titik kumpul (assembly point)
e) Lakukan simulasi evakuasi kedaruratan secara periodik
Mekanik dan Elektrik
a) Pemasangan instalasi listrik harus aman dan atas dasar hasil perhitungan yang
sesuai dengan Peraturan Umum Instalasi Listrik dan Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Nomor 12 Tahun 2015 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Listrik di Tempat Kerja.
b) Setiap bangunan gedung harus memiliki pembangkit listrik darurat sebagai
cadangan, yang dapat memenuhi kesinambungan pelayanan, berupa genset
darurat dengan minimum 40 % daya terpasang.
c) Penggunaan pembangkit tenaga listrik darurat harus memenuhi syarat keamanan
terhadap gangguan dan tidak boleh menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan, knalpot diberi silencer dan dinding rumah genset diberi peredam
bunyi.
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
a) Semua kantor harus memiliki karyawan yang terlatih P3K dan mempunyai
sertifikat P3K yang bertaraf nasional.
b) Fasilitas P3K harus di tempatkan pada tempat yang mudah dijangkau.
c) Tempat kerja yang besar harus mempunyai Pusat P3K dengan persyaratan:
memiliki peralatan yang memadai, mudah diidentifikasikan, kebersihan yang
selalu terjaga, dan tercatat dengan baik; penerangan dan ventilasi yang
mencukupi; Penyediaan sediaan medis yang cukup untuk
pengobatan, bidai, tandu dan obat-obatan harus disediakan;
mempunyai air mengalir yang bersih; mempunyai kelengkapan
seperti tandu/usungan, dan telephone.
d) Ada SPO rujukan kasus penyakit ataupun kecelakaan
e) Alat-alat P3K dan kotak obat-obatan harus berisi paling sedikit
dengan obat untuk kompres, perban, gauze yang steril, antiseptik,
plester, forniquet, gunting, splint, dan perlengkapan gigitan ular.
f) Isi dari kotak obat-obatan dan alat P3K harus diperiksa secara
teratur dan harus dijaga supaya tetap berisi (tidak boleh kosong).
g) Alat-alat P3K dan kotak obat-obatan harus berisi
keterangan/instruksi yang mudah dan jelas sehingga mudah
dimengerti.

Anda mungkin juga menyukai